PENDAHULUAN
2.1 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
duktus sehingga keringat yang mencapai permukaan bersifat
hipotonik. Kelenjar keringat ekrin dikendalikan oleh sistem saraf
simpatis, dan sebagai neurotransmitter adalah asetikolin.3
Fungsi utama kelenjar ekrin adalah (1) mengatur pelepasan panas,
(2) ekskresi air dan elektrolit, (3) mempertahankan keasaman
permukaan kulit sehingga mencegah kolonisasi kuman patogen.4
2.2 Definisi
4
2.3 Etiologi
2.4 Epidemiologi
Hiperhidrosis dapat terjadi pada pria dan wanita diantara usia 18-54
tahun dan mulai dapat terjadi pada masa anak-anak atau remaja. Jika
hiperhidrosis ideopatic terjadi pada anak-anak area yang paling sering
ditemui adalah pada bagian telapak tangan, dimana hiperhidrosis axila
sering terjadi pada remaja.7,8
5
Prevalensi dari jumlah rata-rata hiperhidrosis berkisar 2%-4%
diseluruh dunia. Di Amerika jumlah dari salah satu penelitian prevalensinya
berkisar 2,9% dengan 50% dari kelompok ini yang memiliki hiperhidrosis
axila. Kontribusi komponen genetik yang diberikan dari keluarga yang
positif hiperhidrosis primer pada pasien adalah 30% sampai 65 %.8
2.5 Patofisiologi
6
selama indikasi tidur yang berperan sebagai faktor emosi pada patofisiologi
penyakit ini. Walaupun secara umum hiperhidrosis ini tidak tergantung pada
gangguan emosional, tetapi lebih mengarah ke gangguan fisiologis.7
Gangguan ini bisa terjadi di palmar, plantar, aksila dan kurang pada
kraniofasial dan regio lipat paha yang dapat terjadi pada suhu yang tidak
respektif, stres atau bahagia. Berkeringat dapat berlangsung terus-menerus
atau bertahap, jika berlangsung terus, keringat dapat menjadi masalah di
musim panas. Hiperhidrosis fokal primer yang berat terkait dengan
berkurangnya kualitas hidup. Gejala diawali pada masa kanak-kanak atau
masa pubertas dan bisa terjadi baik pada laki-laki maupun perempuan.
Tingkat keparahan dari hiperhidrosis ini bisa intermiten, telapak tangan dan
telapak kaki yang lembab setiap hari, yang sering membutuhkan handuk
untuk mengeringkannya. Gangguan ini berlangsung lama dan bisa terjadi
perbaikan spontan setelah 35 tahun. Korteks cingulat anterior, yang
mengatur respon keringat telapak tangan dan telapak kaki dapat memodulasi
hipotalamus. Pasien ini memiliki refleks bradikardia yang kurang
dibandingkan dengan subyek kontrol dalam merespon manuver Valsava
atau imersi wajah, tetapi vasokonstriksi kulit lebih tinggi, menunjukkan
bahwa peningkatan aliran simpatis melewati ganglia T2-T3.3
7
Berkeringat yang hanya terlokalisir pada bibir, dahi, kulit kepala,
dan hidung sewaktu makan makanan panas dan makanan pedas adalah
fisiologis pada banyak orang melalui refleks trigeminovaskular. Patologis
hiperhidrosis gustatory adalah asimetris, intens, dan dapat memproduksi
banyak keringat pada trunkus dan bahkan ekstremitas. Penyebabnya
adalah penyimpangan regenerasi serat parasimpatis wajah. Dengan
demikian, stimuli gustatory yang sebelumnya disebabkan parotis, kelenjar
ludah, atau sekresi lambung bisa juga menyebabkan berkeringat pada
distribusi saraf simpatis yang rusak. Yang paling umum terjadi adalah
sindrom Frey, di mana berkeringat pada saraf aurikulotemporal setelah
trauma, abses, atau operasi pada regio parotis. Gustatory sweating terkait
dengan simpatektomi servikal, herpes zoster fasialis, atau trauma chorda
tympani dan telah dilaporkan pada cluster headache, neuropati diabetes,
ensefalitis, siringomielia, dan invasi cervikal trunkus simpatik oleh tumor.3
2.6 Diagnosis
8
Kriteria diagnosis hiperhidrosis primer menurut hornberger et al :
keringat selalu muncul setidaknya selama minimal 6 bulan tanpa penyebab
yang jelas, selain itu selalu diikuti dari 2 atau lebih karakter berikut,6,7,9 :
1. Bilateral dan relatif simetris
2. Mempengaruhi aktifitas keseharian pasien
3. Frekuensi lebih dari satu kali seminggu
4. Onset hiperhdrosis kurang dari umur 25 tahun
5. Riyawat keluarga
6. Tidak ada berkeringat malam
2.7 Terapi
a. Topikal
Aluminum cloride hexahydrate adalah agen topikal utama untuk
hiperhidrosis. Mekanisme aksinya yaitu penyebab kerusakan fisik
saluran ekrin adalah penggabungan keratin fibril intraduktus dengan
alumunium klorida sehingga membentuk sumbatan. Obat ini hanya
efektif pada kasus-kasus hiperhidrosis ringan yaitu pada axilla,
telapak tangan dan telapak kaki. Efek samping yang paling umum
adalah iritasi pada kulit, kemungkinan karna konsetrasi yang tinggi.
Konsentrasi awal yang diberikan dengan etanol absolut atau gel asam
salisilat pada axilla 10-20% (hingga 35%), pada palmar/plantar 20%
(hingga 50%), ini diberikan pada waktu tidur di daerah kering,
kemudian cuci setalah 6-8 jam. Frekuensi penggunaan 3-7 kali
perminggu sampai keringat normal.1,7,11
9
b. Sistemik
Antikolinergik (glikopirolat, methathelinebromida, oxybutinin) dan
agonis alpa adrenergik (clonidine) yang paling sering digunakan
dalam praktek klinis. Antikolinergik bekerja dengan menghambat
kompetitif dari asetilkolin pada reseptor muskarinik (afinitas untuk
reseptor M3 dalam jaringan kelenjar). Dosis optimal untuk setiap agen
ini masih dalam penelitian, namun dosis yang sering kali digunakan
dalam klinis: glycopyrrolate 1-2 mg dua kali sehari, oxybutinin 5-7,5
mg dua kali sehari, dan methantheline bromide 50 mg dua kali sehari.
Efek samping bisa dapat melumpuhkan, dan mulut kering, penglihatan
kabur, sulit berkemih, pusing, takikardia dan kebingungan.
Kontraindikasi meliputi myastenia gravis, pyloric stenosis, glaucoma
sudut sempit, illeus paralitik. Hati-hati memberikan pada pasein yang
memiliki penyakit gastroesophogeal refluks, glaukoma, obstruksi
saluran kandung kemih, dan isufiensi jantung. Clonidine diberikan 0,1
mg dua kali sehari adalalah agen antihipertensi yang meningkatkan
fungsi reseptor alfa adrenergik (α2 agonist) menghambat output
simpatik. Efek sampingnya termasuk mulut kering, pusing, susah
buaang air besar, sedasi, dan gejala asimtomatik penurunan tekanan
darah. Agen oral memiliki penggunaan untuk semua subtipe
hiperhidrosis (axilla, palmoplantar, craniofacial/ gustatori).1,6,7,11
10
iontophoresis adalah eritema, rasa terbakar, dan pembentuk vesikel
sementara pada telapak tangan dan kaki. Keuntungan penggunaan
TWI adalah hemat biaya dan efesien untuk penggunaan hiperhidrosis
palmar atau plantar serta harus dipertimbangkan ketika pengobatan
topikal gagal. 1,6,7,11.
d. Botulinum Toxins
BoNTs bekerja dengan cara memblokir pelepasan asetilkolin dan
sejumlah neurotransmitter lain dari vesikel presinaptik dengan
menonaktifkan protein snare. Di Amerika serikat ada empat jenis
BoNTs yang disetujui FDA untuk yang digunakan oleh klinik :
onabotulinumtoxinA (A/Ona, Botox), incobotulinumtoxinA (A/Inco,
Xeomin), abobotulinumtoxinA (A/Abo, Dysport) dan
rimabotulinumtoxinB (B/Rima, Myobloc). Aksi setiap toxin ini
menggunakan protein presinaptik yang berbeda. Misalnya, untuk
protein A/Abo adalah synaptin 25. Untuk B/Rima itu Synaptobrevin,
yang dikenal sebagai vesicle-associated membrane protein (VAMP).
Kontraindikasi mutlak untuk injeksi BoNT termasuk infeksi kulit dan
alergi terhadap bahan formulasi BoNT. Kontraindikasi relatif meliputi
penyakit kelemahan otot (ALS, Lou Gehrig), disfagia (myasthenia
gravis atau lambert eaton syndrom) dan gangguan pernapasan. Dosis
yang digunakan untuk axilla 1 U/cm2 (50-100 U/ axilla), palmar 1,5-2
U/cm2 (100-150 U/ palmar), plantar 1,5-2 U/cm2 (150-200 U/ plantar).
Frekuensi pemberian sekali saja, dan ulangi sekali lagi bila
pengobatan gagal. Perawatan setiap 4-6 bulan. Efek samping dari
pengobatan ini adalah terasa nyeri pada area injeksi, dan terjadi
kelemahan otot sementara.1,7,11
11
Gambar 2. pola area yang di gunakan untuk injeksi palmar. 1
e. Terapi Pembedahan
Terapi pembedahan tersedia untuk pasien hiperhidrosis yang gagal
merespon terapi pengobatan sebelumnya. Prosedur ini meliputi1,6,7,10:
1. Eksisi jaringan : melibatkan eksisi kelenjar keringat ketiak,
biasanya permanen dan memiliki efektivitas 50-90%. Efek
sampingnya termasuk infeksi, pendarahan, penyembuhannya agak
lama dan hipertrofi.1,7
2. Laser : sudah dilakukan sejak 2009 di inggris, prosedur ini
melibatkan penghacuran kelenjar keringat yang dihancurkan oleh
12
laser. Prosedur ini efektif pada pasien hiperdrosis axila. Efek
sampingnya dapat menyebabkan infeksi dan membutuhkan waktu
2-3 minggu untuk sembuh.6
3. Endoscopic sympathectomi transthoracic : melibatkan
penghancuran ganglia simpatis yang menyebabkan kelenjar
keringat dapat memproduksi keringat berlebihan melalui eksisi.
Hal ini efektif untuk axila, telapak tangan, hiperhidrosis wajah
dengan resiko kambuh kembali. Hal ini dapat menyebabkan
kompensasi hiperhidrosis dan ketidakpuasan pasien, infeksi luka,
komplikasi neuropati dan serangan jantung.1,10
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Hiperhidrosis atau keringat berlebihan adalah gangguan otonom kronik
yang dapat mengarah seseorang memiliki kecenderungan emosional yang
sukar bersosialisasi.
2. Hiperhidrosis diklasifikasikan menjadi hiperhidrosis primer; berkeringat
yang tidak diketahui penyebabnya atau karena faktor genetik dan
hiperhidrosis sekunder; dapat dipicu oleh faktor kehamilan, menoupase,
gangguan endokrin dan stress.
3. Hiperhidrosis dapat terjadi pada pria dan wanita yang berusia 18-54 tahun
dan mulai terjadi pada masa anak-anak atau remaja. Area yang paling
sering di jumpai pada anak-anak adalah telapak tangan, sedangkan pada
remaja pada bagian axila.
4. Kriteria diagnosis hiperhidrosis primer yaitu keringat selalu muncul
setidaknya selama minimal 6 bulan tanpa penyebab yang jelas.
5. Pengobatan untuk hiperhidrosis dapat dilakukan dengan cara pemberian
obat topikal, sistemik, iontoporetik, suntikan toksin botulinum dan teknik
pembedahan.
3.2 Saran
Penting untuk mengetahui cara mendiagnosa hiperhidrosis sehingga
dengan demikian penanganan dapat teratasi dengan tepat.
14
DAFTAR PUSTAKA
15
11. Grunfeld A, Murray C, Solish N. Botulinum toxin for hyperhidrosis.
American Journal of Clinical Dermatology volume 10 no 2. 2009. p.87-
102.
16