Anda di halaman 1dari 15

RPS 7

INCOME DISTRIBUTION AND WELFARE PROGRAMS

A. Income Distribution
Pada bab ini kita akan memplejari distribusi pendapatan dan program kesejahteraan.
Terdapat 2 pendekatan untuk mengukur distribusi pendapatan, yaitu Relative dan
Absolute Deprivation
 Relative Income Inequality
Ketimpangan Pendapatan Relatif (Relative Income Inequality) adalah jumlah
pendapatan si miskin dibandingkan dengan penghasilan si kaya.
Contoh :

Pada table tersebut ditunjukkan pendapatan dari 5 golongan di U.S . Misalkan,


jumlah uang di U.S adalah 100. Maka cara membaca table tersebut yaitu :
 4% uangnya dimiliki oleh Golongan paling miskin (20% terendah)
 10,8% uang dimiliki oleh Golongan miskin (20% kedua terendah)
 17,3% uang dimiliki oleh Golongan tengah-tengah (20% ketiga terendah)
 24,2 % uang dimiliki oleh Golongan atas (20% keempat terendah)
 43,8% uang dimiliki oleh Golongan paling atas (20% kelima terendah)
Lalu kita bandingkan : si miskin 4 dan si kaya 43,8. Gap ini sangat besar maka
dapat dikatakan bahwa distribusi pendapatannya belum bagus.
 Absolut Deprivation dan Poverty Rates
Kemiskinan Absolut (Absolute Deprivation) yaitu jumlah pendapatan si miskin
dibandingkan dengan suatu standard tertentu. Standar yang digunakan ini
yaitu : Garis Kemiskinan (Poverty Line), suatu tolak ukur yang digunakan
Pemerintah untuk mengukur kemiskinan seseorang.
Contoh :
Pada table tersebut menunjukkan poverty line berdasar jumlah anggota
keluarga, yaitu untuk anggota keluarga 1 minimal pendapatan per tahun
adalah $11.170, jumlah anggota keluarga 2 dengan minimal pendapatan per
tahun $15.130, dan seterusnya. Dalam artian, bila suatu keluarga dengan
jumlah anggota 2 orang namun memiliki pendaptan per tahun di bawah
$15.130 maka dapat dikatakan bahwa keluarga tersebut hidupnya kurang
layak.
Masalah dalam Mengukur Garis Kemiskinan
 The Bundle has changed (Perubahan Bundle). Pada jaman dahulu kala,
orang menggunakan sebagian besar pendapatannya untuk makan.
Tapi sekarang bundle orang berpindah ke pakaian, kesehatan, sekolah
dll. Solusinya adalah dengan menentukan “typical” bundle yang tiap
keluarga konsumsi tiap tahunnya dan menghitung
 Difference in cost living across (perbedaan biaya hidup antar daerah)
yang diabaikan. Contoh sederhana : di daerah A harga 600ml air minum
adalah 2500, daerah B 3000, daerah C 5000.
 Income definition is incomplete (definisi pendapatan masih belum
sempurna)
B. Walfare Policy Theory
 Karakteristik
 Categorial Welfare
Program yang dibatasi dengan karakteristik demografi, contoh : single
mother, disabilitas, dll
 Means-Tested Welfare
Program yang dibatasi dengan pendapatan/aset yang dimiliki
seseorang. Contoh : orang yang berada di bawah garis kemiskinan
 Program Kesejahteraan
 Cash Welfare Program
Bentuk uang langsung yaitu program yang menyediakan bantuan
secara cash langsung pada penerima (ex : PKH).
 Benefit Guarantee : besaran bantuan maksimum yang dapat
diterima
 Benefit Reduction Rate : Pengurangan dari bantuan, apabila si
penerima memiliki sumber pendapatan lain.
Contoh : Seseorang dengan Mean-tested, secara aset ia layak
mendapat bantuan, namun ternyata orang ini mempunyai
pekerjaan sehingga memiliki pendapatan. Maka
pendapatan/gajinya akan dipotong sesuai dengan benefit
reduction ratenya.
 In-Kind Programs
Program yang merupakan bentuk lain (non tunai), seperti bantuan
medis, rumah, dll. (ex: Rastra)
 Program Kesejahteraan di U.S
 Temporary Assistance for Needy families (TANF)
 Supplemental Security Income (SSI)
C. The Moral Hazard Costs of Welfare Policy
Menurut Arthur Okun, ada 3 sumber kebocoran uang dalam transfer dari si kaya ke si
miskin, yaitu :
 Biaya Administrasi dari pelaksaan transfer
 Si kaya menanggung transfer pendapatan ke si miskin, berdampak pada si
kaya work less dan save less
 Moral Hazard
 Efek Moral Hazard pada Mean-tested transfer system
Cara Menghitung Benefit dari TANF yang diterima :
B=G−t × w ×h
Dimana :
B : benefit w : wages (gaji)
G : guarantee h : hours (jam kerja)
t : tarif potongan bantuan

Dimana bila dilihat jika t=1 : maka setiap 1 rupiah gaji yang dihasilkan
akan dipotong oleh program kesejahteraan. semakin tinggi jam kerja
maka akan semakin rendah benefit yang diterima ((t x w x h) sebagai
pengurang), maka dapat menyebabkan masyarakat yang menerima
bantuan berpikir untuk menambah leisurenya ((waktu luang), jika
waktu luang bertambah maka waktu kerjanya berkurang) dan tetap
mendapat benefit banyak daripada bekerja lama dan mendapat benefit
sedikit.
Contoh :

Misal ada 3 pekerja : X,Y,Z dengan budget constrain sebelum diberi


TANF adalah ABC (garis biru). Dengan kondisi sebagai berikut :
 X : konsumsi per tahun 5000 dengan waktu luang 1600 jam
 Y : konsumsi per tahun 12.770 dengan waktu luang 978 jam
 Z : konsumsi per tahun 20.000 dengan waktu luang 400 jam
Kemudian diadakan program TANF. Dengan Benefit Reduction
Rate(tariff pemotongan bantuan) = 1 atau 100%. Maka Budget
Constrainnya berubah menjadi ABD. Dimana bila seseorang
memutuskan untuk mengikuti program TANF, akan berada di titik D
dengan Jaminan (Guarantee) sebesar 11.170 Maka kondisi X,Y,Z yaitu:
 X : Memutuskan untuk mengikuti program TANF karena ia akan
dapat menambah konsumsi hingga 11.170 dan menambah waktu
luang sampai 2000 jam
 Y : Memutuskan untuk mengikuti Program TANF karena
walaupun konsumsinya berkurang dari 12.170 ke 11.170 namun
waktu luangnya bertambah banyak, dari 98 jam menjadi 2000
jam.
 Z : tidak ikut karena ia akan lebih memilih berada di titiknya yang
sekarang.
Apa dampak dari perubahan perilaku terhadap program pengentasan
kemiskinan?
 Orang yang berada di bawah garis kemiskinan akan naik ke garis
kemiskinan itu sendiri (X)
 Orang yang berada di atas garis kemiskinan akan memiskinkan
dirinya agar dapat ikut program kesejahteraan (Y)
Moral Hazard yang terjadi yaitu : emnajdi miskin lebi baik dan individu
akan bekerja kurang keras (disinsentif untuk bekerja)

 Solusi Moral Hazard : Menurunkan Benefit Reduction Rate

Benefit Reduction Rate dikurangi, misal menjadi 0,5 atau 50% (yang
artinya hanya setengah gajinya yang akan dipotong) ,Maka budget
constrain setelah program TANF akan menjadi AB 2D, yang terjadi
kemudian adalah :
 X : berpindah ke X2 karena konsumsi yang lebih besar daripada
titik D, walaupun leisure lebih sedikit dari titik D
 Y : akan berpindah ke Y2 karena walaupun leisurenya lebih
sedikit namun konsumsinya bertambah banyak
 Z : Z lebih tertarik dengan program sekarang karena ia akan
mendapat leisure lebih banyak dan hanya kehilangan sedikit
konsumsinya (berada di Z2)
Sebenarnya net impact dari program baru di atas agak ambigu karena
tergantung preferensi dari tiap orang dan jumlah dari orang dengan
preferensi sama. Misal, ada 100 orang seperti X dan Y namun ada 1000
orang seperti Z maka jumlah labor supply dapat berkurang karena
program baru ini
.
 Iron Triangle pada program redistribusi
Iron Triangle ini yaitu : Encourage work, lower cost, redistribute
income
 Ketika pemerintah menurunkan BRR, tidak menjamin akan
meningkatkan insentif kerja maupun menurunkan cost
 Jika pemerintah mengurangi Benefit,maka akan mengurangi
cost, menambah insentif kerja, namun redistribusi pendapatan
jadi rendah
 Jika pemerintah meningkatkan Benefit, maka redistribusi
pendapatan akan bagus, namun menyebabkan discourage work
dan cost untuk mewujudkan program ini semakin tinggi

D. Reducing The Moral Hazard of Welfare


 Sifting dari Mean-Tested ke Categorical Welfare Program
Salah satu alasan Moral Hazard muncul karena pemerintah tidak mampu
menebak earning capacity seseorang sehingga kadang tidak tepat sasaran.
Oleh karena itu , dapat diubah metode mengukurnya dengan Categorial . Ada 2
fitur yang menandakan suatu mekanisme targeting itu bagus, yaitu :
 Unchangeable dimana seseorang tidak bisa atau sulit mengubah
karakteristiknya. Contoh karakteristikny adalah : single mother,
disabilitas , dan sejenisnya, mau bagaimanapun seseorang (dengan
kondisi normal, tdk bercerai atau cacat ) mengubah perilakunya dia
tidak akan memenuhi karakteristik ini.
 low earning capacity/ orang berpenghasilan rendah. Artinya bahwa
targetnya memang seseorang dengan penghasilan rendah jadi akan
lebih tepat sasaran.
 Menggunakan Mekanisme Ordeal
Cara lain yang dapat digunakan yaitu dengan membuat seseorang
mengungkapkan dengan sendirinya posisinya (apakah layak atau tidak layak
menerima bantuan), yaitu mekanisme ordeal.
Mekanisme ordeal adalah suatu fitur pada program kesejahteraan yang
membuat program tersebut tidak menarik/unattractive sehingga terjadi
selfselection untuk yang benar-benar membutuhkan saja. Seperti : mengubah
program cash menjadi in-kind atau memberi syarat/kewajiban (seperti PKH).
Paradox dari mekanisme ordeal : “apparently making the less able worse off
can actually make them better off”.
Contoh : menambahkan variable ‘waktu tunggu’ pada bantuan. Jadi bagi
orang yang membutuhkan pasti mau menunggu selama apapun karena
memang butuh. Sedangkan jika seseorang tersebut sebenarnya tidak butuh,
maka dia tidak mau menunggu karena ada pertimbangan opportunity cost,
orang yang sebenarnya tidak butuh ini kemudian akan cenderung
menghindari program bantuan.

 Outside Options
Meningkatkan pilihan ini yaitu dengan melakukan berbagai cara agar dapat
meningkatkan pendapatan seseorang . Jika diiliustrasikan, dari Budget
Constrain ABC berubah ke EFC , sehingga bisa saja menjadi tidak layak
menerima bantuan (keluar dari TANF/program kesejahteraan)
 Training
Pemerintah dapat melatih penerima benefit tersebut untuk pekerjaan
yang dibutuhkan pasar.
Semakin tinggi skill seseorang maka peluang untuk mendapatkan gaji
yang lebih besar akan meningkat dan kemungkinan akan meninggalkan
program kesejahteraan akan meningkat juga.
 Subsidi labor market
Pemerintah dapat secara langsung mensubsidi upah pasar agar
seseorang lebih tertarik untuk bekerja dibanding mengikuti program
kesejahteraan. Seperti kredit pajak penghasilan.
 Child care and preschool
Pemerintah dapat mensubsidi biaya pengasuhan anak sehingga
orangtua dapat bekerja dengan tenang dan dapat memaksimalkan
upah yang ia miliki. Tetapi waktu Bersama antara orangtua dan
anak/parental care akan terabaikan.
 Child support/ Tunjangan anak
Ketika suatu pasangan bercerai, pengadilan akan memerintahkan pihak
yang tidak mendapat hak asuh untuk memberikan financial support
kepada pihak yang mendapatkan hak asuh.
 Menghapus “welfare lock”
Yaitu dengan memutuskan hubungan antara cash dan in-kind program.
Karena walaupun suatu keluarga telah mampu secara finansial, bisa
saja mereka menolak untuk keluar dari program kesejahteraan yang
terikat dengan in-kind program seperti fasilitas kesehatan.

E. Perlindungan Sosial yang Komprehensif


Penguatan perlindungan sosial di Indonesia dilakukan melalui :
 Skema Perlindungan Sosial yang komprehensif berdasarkan siklus kehidupan
 Sinergi antarprogram
 Memastikan keteatakan sasaran berbasis data yang terpadu
Program Perlindungan Sosial di Indonesia menyasar 40 % penduduk dengan status
ekonomi terendah. Untuk memastikan keteapatan sasaran, pemerintah
menggunakan sistem yang dapat digunakan untuk perencanan program dan
mengidentifikasi nama dan alamar calon penerima bantuan. Untuk skema basis data
terpadu bisa dilihat di bawah ini :

Dukungan yang diberikan pemerintah yaitu :


 Program Keluarga Harapan (PKH)

Yaitu program pemberian bantuan bersyarat kepada keluarga miskin(KM)


yang ditetapkan sebagai Keluarga Penerima Manfaat (KPM).
Sebagai program bansos bersyarat, penerima PKH harus terdaftar dan hadir
pada fasilitas kesehatan dan pendidikan terdekat. Kewajiban PKH di bidang
kesehatan meliputi :
 Pemeriksaan kandungan bagi ibu hamil
 Pemberian asupan gizi dan imunisasi serta timbang badan anak balita
dan anak prasekolah.
Sedangkan kewajiban di bidang pendidikan adalah : mendaftarkan dan
memastikan kehadiran anggota keluarga PKH ke satuan pendidikan sesuai
jenjang sekolah dasar, menangah dan atas,

 Bantuan Pendidikan melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP)


Program perlindungan sosial juga mencakup perlindungan akan akses
terhadap pendidikan bagi kelompok berpendapatan rendah/miskin /rentan
miskin. Dalam rangka melindungi anak-anak usia sekolah dari keluarga miskin/
rentan miskin terhadap potensi putus sekolah, dan menarik siswa putus
sekolah agar kembali melanjutkan pendidikan, Pemerintah memberikan
bantuan pendidikan melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP). KIP mencakup
jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan menengah, baik melalui jalur
pendidikan formal (mulai SD/MI hingga anak Lulus SMA/SMK/ MA) maupun
pendidikan non formal (Paket A hingga Paket C serta kursus terstandar).

 Bantuan beasiswa untuk mahasiswa melalui bidikmisi


(mirip dengan KIP)
 Bantuan Sosial pangan

Diberikan kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dari kelonpok


berpenghasilan rendah/keluarga miskin. Bansos pangan bertujuan untuk
mengurangi beban pengluaran keluarga miskin tsb dalam memenuhi
kebutuhan pangannya. Program bansos pangan sebelumnya merupakan
Subsidi Rastra (beras sejahtera) dan mulai ditransformasikan menjadi Bantuan
Pangan Non Tunai (BPNT) Saat ini bansos yang diberikan yaitu 10kg beras
berkualitas medium tanpa harga/biaya tebus.
Selanjutnya, pada tahun 2020 BNPT akan dikembangkan menjadi Kartu
Sembako dengan sasaran 15,6 jt KPM dengan alokasi sebsar 28M. Dengan
kartu sembaok, indeks bantuan yang semula Rp.110k/KPM/bulan naik menjadi
Rp.150k/KPM/bln. Kartu Sembako ini memperluas komoditas yang dapat dibeli
tidak hanya berupa beras dan telur. Kartu Sembako melalui instrument
pembayaran yang memiliki fitur uang elektronik dan ttabungan yang dapat
digunakan sebagai media penyaluran bantuan sosial.

 Bantuan iuran bagi masyarakat miskin untuk jaminan kesehatan (PBI JKN)
 Subsidi (di luar subsidi pajak)
Khusus diberikan pada Masyarakat Berpengahasilan Rendah (MBR), Program
subsidi yang disebut mencakup :
 Subsidi energy berupa : BBM, LPG 3kg dan subsidi listrik
 Subsidi pupuk
 Subsidi bunga kredit prgam
 Subsidi Public Service Obligation (PSO)
 Dana desa
 Program pembiayaan ultra mikro

Anda mungkin juga menyukai