Anda di halaman 1dari 82

ANALISIS LOGAM TIMBAL (Pb) DALAM LIPSTIK YANG

DIPERJUALBELIKAN DI SALAH SATU PASAR MINGGU


KOTA CIMAHI MENGGUNAKAN METODE AAS (ATOMIC
ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRY)

SIDANG KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:
RISMALASARI
NPM. 411112060

PROGRAM STUDI ANALIS KESEHATAN (D-3)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDRAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2015
PENGESAHAN KTI

Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan dan telah diperbaiki sesuai
dengan masukan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Program Studi Analis kesehatan (D-3)
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi
Pada tanggal 20 Juni 2015

“Analisis Logam Timbal (Pb) dalam Lipstik yang Diperjualbelikan di Salah Satu
Pasar Minggu Kota Cimahi Menggunakan Metode AAS (Atomic Absorption
Spectrophotometry)”

Nama : Rismalasari
NPM : 411112060

Program Studi Analis kesehatan (D-3)


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Ganthina Sugihartina, M.Si Apt Perdina Nursidika, S,Si , M.Si

Penguji

H. Ayi Furqon, SKM., M.Biomed

Mengetahui

Program Studi Analis Kesehatan (D-3)

Ketua,

H. Ayi Furqon, SKM., M.Biomed


Haaahhhhh...!!! ku hempaskan tubuhku di atas kasur dengan seprai yang
sudah buluk.

Akhirnya semua tanda tangan sudah ku dapat. Aku tinggal menyampul rapih
karya tulis ilmiahku.

Ini sudah berlalu cukup lama, hingga ku sadari kamar petakku tak terurus. Baju
, buku, piring kotor, dan cucian berserakan tak karuan. Dompetku tergeletak di
ujung ruang, ketika ku lihat hanya berisi KTP, kartu mahasiswa, dan uang
20.000 rupiah. Beruntung masih ada foto orang tuaku disitu, sehingga aku tak
terlalu memikirkan sisa uangku. Terimakasih Pak, Mah.

Kemudian ku buka dan ku nyalakan notebook thosiba cokelat ku, ku pandangi


fisiknya yang masih sama seperti dulu, sayang dia sudah terinfeksi banyak
virus. Namun dia adalah yang paling setia. Dia membantuku menyelsaikan
kuliah, dia juga menemani aku ketika tv tabungku harus meledak karna sudah
cukup tua. Setidaknya dia mampu menyanyikan banyak lagu untukku.

Aku sedang tak ingin mengerjakan apapun. Aku hanya memutar deret lagu
pada aplikasi aimp3. Aku mulai menikmatinya.

Kemudian ku buka folder D pada dokumen, ku pandang setiap folder dan tak
tahu apa yang harus ku buka. Aku lihat satu folder dengan judul “W&G”.
Kemudian terpampang banyak potret didalamnya. Banyak wajah yang
menyenangkan. Yang pertama ku lihat adalah wajah konyol seorang Mahmud
yusuf dengan kacamata bulat dan kemeja putih bergaris. Dia adalah satu
diantara yang ada, yang mampu membuat suasana perkenalan di kelas b
menjadi sangat hangat. Banyolan-banyolan yang dibuatnya tanpa rencana
apapun. Kemudian ada Cepi priatna, selalu dengan tawanya yang lepas hingga
saat ini ku tahu. Berderet kemudian Rani Novitasari, satu perempuan yang ku
kira dulu tak mudah bergaul. Ku pikir ia hanya memilih beberapa, tapi ternyata
dia juga memilihku untuk di ajak bicara, menyenangkan, blak-blakan, jujur,
bahkan terlalu jujur terkadang. Delita, tidak pernah membuat kata
menyakitkan untukku. Rima, yang ternyata satu perantauan, manis, baik hati,
santun, lemot juga ternyata. Nurannisa, terlalu cerdas untuk bergaul
denganku, aku tak mampu mengimbanginya, aku hanya terlalu banyak
membicarakannya, pasti menyakitkan baginya, aku tahu.
Rizky Hikmawati, baru aku sadar betapa baiknya anak ini, kesal pun sepertinya
dia tak peduli. Dulu aku tak begitu mengenalnya. Tika Lestari, oh dia terlihat
terlalu lucu dengan pipi tembem dan poni doranya, ternyata dia cerewet.
Made Wijaya, terlihat dengan gaya fotonya yang monoton, haha dia terlalu
melipat tangan saat berfoto. Made satu yang unik, yang pertama ku kenal,
bicara dengan bahasa indonesia yang berbelit. Dia baik, menghargai siapapun.

Rizal Pratama,
PROGRAM STUDI ANALIS KESEHATAN (D-3)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2015

RISMALASARI
ANALISIS LOGAM TIMBAL (PB) DALAM LIPSTIK YANG
DIPERJUALBELIKAN DI SALAH SATU PASAR MINGGU KOTA CIMAHI
MENGGUNAKAN METODE AAS (ATOMIC ABSORPTION
SPECTROPHOTOMETRY
x+51 halaman+ 10 tabel+ 29 gambar+ 9 lampiran

ABSTRAK

Pada saat ini penggunaan kosmetik terus meningkat. Salah satu kosmetik yang
sering digunakan oleh wanita adalah lipstik. Lipstik harus aman dan tidak boleh
mengandung bahan-bahan berbahaya seperti logam berat. Lipstik dapat
tercemar oleh logam berat seperti timbal. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kadar timbal pada beberapa merk lipstik yang diperjualbelikan di
salah satu pasar minggu Kota Cimahi dengan metode kuantitatif . Penelitian ini
dilakukan di laboratorium terpadu Politeknik Kesehatan Bandung pada bulan
Maret 2015. Preparasi sampel dilakukan dengan metode destruksi basah
dengan larutan HNO3 65%: H2O2 30% 4:1 menggunakan microwave. Logam
timbal dianalisa dengan Spektrofotometri Serapan Atom pada panjang
gelombang spesifik yaitu 217,0 nm. Kadar timbal ditentukan berdasarkan acuan
yang ditetapkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan nomor
HK.03.1.23.07.11.6662. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 8 sampel
lipstik yang mengandung kadar logam timbal yang melebihi batas yang telah
ditetapkan oleh BPOM RI (<20µg/g) yaitu sampel lipstik kode LS-3 (28,01), LS-
4(39,65), LS-5 (27,58), LS-6 (35,46), LS-7(40,22), LS-8 (39,36), LS-9 (39,84),
LS-10 (56,00).

Kata Kunci: Lipstik, logam berat, timbal, dan Spektrofotometri Serapan Atom.
Kepustakaan: 48, 1996-2013

i
ANALYST OF HEALTH CARE’S STUDY PROGRAME (D-3)
JENDERAL ACHMAD YANI HEALTH OF SCIENCE CIMAHI 2015

RISMALASARI
ANALYSIS OF LEAD (Pb) IN LIPSTICK THAT SOLD IN CIMAHI FLEA
MARKET DETERMINED BY AAS (Atomic Absorption spectrophotometry
x + 51 pages + 10 tables + 29 pictures + 9 attachments

ABSTRACT
Nowday, the use of cosmetic increased continously. Lipstick is one of some common
cosmetics used by women. Therefore lipstick must be safe and not contain hazardous
substances such as heavy metals. Lipstick can be contaminated by heavy metals such as
lead. This study aims to determine the lead level in several brands of lipstick that sold in
flea market Cimahi with quantitative methods.This study conducted in Laboratory
Polteknik kesehatan Bandung in March 2015. Sample preparation was done by using
wet destruction method using HNO3 65%: 30% H2O2 4: 1. Lead metals were analyzed by
atomic absorption spectrophotometry on a specific wavelength is 217.0 nm. Lead content
is determined by reference established by BPOM RI no HK.03.1.23.07.11.6662 . This
study shows that the metal content of lead that exceed the limit set by the BPOM RI
(<20μg/g), namely lipstick sample code LS-3 (28,01), LS-4(39,65), LS-5 (27,58), LS-6
(35,46), LS-7(40,22), LS-8 (39,36), LS-9 (39,84), LS-10 (56,00).
Keywords: Lipstick, heavy metals, lead, and Atomic Absorption
Specthrophotometry.
References: 48, 1996- 2013

ii
KATA PENGANTAR

Bissmillahirrohmanirrohiim

Assalamual’aikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada
waktunya. Shalawat serta salam marilah kita panjatkan kepada junjunan Nabi
Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya dan mudah-mudahan sampai
kepada kita selaku umatNya.

Karya Tulis Ilmiah ini berjudul “ Analisis Logam Timbal (Pb) dalam
Lipstik yang Diperjualbelikan di Salah Satu Pasar Minggu Kota Cimahi
Menggunakan Metode AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry)” yang
diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya Analis
kesehatan.

Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikam atas bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada :

1. Dedi Somantri Djamhuri.dr.,Sp.B selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu


Kesehatan jenderal Achmad Yani Cimahi.
2. Ayi Furqon, SKM.,M.Biomed. Sebagai Ketua program Studi Analis
Kesehatan (D-3) dan penguji yang telah memberikan saran dan
memberikan masukan dalam penyempurnaan karya tulis ilmiah ini.
3. Ganthina Sugihartina, Dra. M.Si Apt selaku pembimbing I telah
membimbing dan memberikan saran, meluangkan waktu serta dorongan
moril dalam penyusunan karya tulis ilmiah.
4. Perdina Nursidika, S,Si , M.Si selaku pembimbing II yang telah
membimbing dan memberikan saran, meluangkan waktu serta dorongan
moril dalam penyusunan karya tulis ilmiah.
5. Iis Herawati S.Pd., M.Kes selaku tutor yang telah membantu pengolahan
data dalam karya tulis ilmiah ini.
6. Erick Khristian, S. Si., M.Si sebagai pembimbing akademik yang telah
memberikan masukan, motivasi, dan bimbingan selama pendidikan.

iii
7. Kepada seluruh staf Program Studi Analis Kesehatan (D-3) dan seluruh
dosen besrta staf yang telah membantu menyelesaikan segala urusan
akademik.
8. Kedua orang tua, Bapak tercinta Idris Sutisna dan Ibu Emar Maryamah
yang selalu memberikan kasih sayang, doa yang tidak pernah putus,
cinta, kasih sayang dan dukungan moril maupun material. Adik- adikku
tersayang Ilham Nursidik dan Rissa Alya Kautsar yang telah memberikan
doa, semangat dan dukungan sehingga penelitian ini berjalan lancar.
9. Kepada teman penelitian toksikologi yang telah membantu dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
10. Kepada sahabat-sahabatku ( Dhea Imelda Arnist, Mira Choirunnisa, Neni
Triya, Dwi Ratna Anggarini, Rizal Pratama, Jerri Nobia, Rizky Akbar,
Meisa Nurul Rachman, Aprilia Devi Nurjannah, Hervina Nur Amalia) yang
sudah menemani hari-hari penulis, membantu, memberikan doa dan
motivasi.
11. Kepada teman-teman angkatan dan rekan pengurus HIMA 06 khususnya
kelas b terimakasih telah memberikan keceriaan selama kita bersama-
sama meraih gelar ahli Madya Analis kesehatan.
12. Kepada sahabat dan partner kerja dalam segala bidang, yang telah
memberi motivasi, semangat, senantiasa sabar, selalu berusaha memberi
yang terbaik Roni Ramdani.
13. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih jauh
dari kata sempurna, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
untuk kemajuan penulis. Akhir kata penulis ucapkan terikamakasih dan
semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat khususnya kepada
penulis dan umumnya kepada pembaca.
Wassalam.

Cimahi, Juni 2015.

iv
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK...................................................................................................... i
ABSTRACT........................................................................................ ........... ii
KATA PENGANTAR..................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................. v
DAFTAR TABEL........................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian.............................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian............................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. KOSMETIK........................................................................................ 7
B. LIPSTIK
1. Fungsi Lipstik............................................................................... 9
2. Komposisi Lipstik......................................................................... 9
C. TIMBAL
1. Pengertian................................................................................... 13
2. Sumber Pencemaran Timbal...................................................... 14
3. Keracunan Timbal....................................................................... 15
4. Efek Timbal terhadap Kesehatan................................................ 15
5. Mekanisme Keracunan Timbal.................................................... 17
6. Gejala Klinis Timbal..................................................................... 19
7. Tindakan Penanggulangan keracunan Timbal............................ 20
D. MICROWAVE.................................................................................... 21
1. Radiasi Gelombang..................................................................... 22
2. Pemanasan Dielektrik.................................................................. 22
E. SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM....................................... 22
1. Cara Kerja AAS........................................................................... 24
2. Atomisasi..................................................................................... 24
3. Gangguan Pada Spektrofotometri Serapan Atom....................... 25
4. Keuntungan dan Kelemahan Metode AAS.................................. 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Metode Penelitian.............................................................................. 27
1. Metode......................................................................................... 27
2. Rancangan Penelitian.................................................................. 27
3. Alur Kerja..................................................................................... 27
4. Variabel Penelitian....................................................................... 28
B. Populasi dan Sampel......................................................................... 29
1. Populasi Sampel Penelitian......................................................... 30
2. Sampel......................................................................................... 30
C. Batasan Penelitian............................................................................. 30
D. Prinsip Alat......................................................................................... 31
1. Prinsip Alat Microwave................................................................ 31
2. Prinsip Alat AAS.......................................................................... 31
E. Alat dan Bahan.................................................................................. 32
F. Prosedur Penelitian........................................................................... 33
1. Proses Destruksi.......................................................................... 33
2. Pembuatan Larutan Induk Timbal................................................ 34
3. Pembuatan Larutan Standar Timbal............................................ 34
4. Analisis Kandungan Logam Secara Kuantitatif............................ 34
5. Prossedur Pemeriksaan AAS...................................................... 34
G. Pengumpulan dan Analisis Data........................................................ 35
H. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................. 37
1. Waktu Penelitian.......................................................................... 37
2. Tempat Penelitian........................................................................ 37

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian.................................................................................. 38
1. Pendataan Sampel Lipstik........................................................... 38
2. Preparasi Sampel........................................................................ 38
3. Pembuatan Kurva Standar Timbal (Pb)....................................... 40
4. Pengukuran Kadar Sampel.......................................................... 42
B. Pembahasan...................................................................................... 43

BAB V KESIMPULAN dan SARAN


A. Simpulan............................................................................................ 47
B. Saran..................................................................................... ............ 47

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 48
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................ 29

Tabel 3.2 Alat yang Digunakan dalam Penelitian ............................................ 32

Tabel 3.3 Bahan yang Digunakan dalam Penelitian........................................ 33

Tabel 3.4 Kondisi Alat AAS untuk Analisis ...................................................... 35

Tabel 3.5 Tabel Larutan Standar Timbal......................................................... 35

Tabel 3.6 Kadar Timbal dalam Lipstik ............................................................. 36

Tabel 4.1 Bobot Sampel Lipstik ...................................................................... 39

Tabel 4.2 Konsentrasi Standar Timbal ............................................................ 41

Tabel 4.3 Hasil Pembacaan Alat AAS............................................................. 42

Tabel 4.4 Kadar Timbal dalam Lipstik ............................................................. 43

ix
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Skema Analisis dengan AAS ...................................................... 24

Gambar 3.1 Skema Kerja Penelitian ............................................................... 27

Gambar 3.2 Variabel Penelitian ...................................................................... 28

Gambar 3.3 Kurva Kalibrasi Timbal ................................................................ 36

Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Timbal ................................................................ 41

ix
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Alur Penelitian


LAMPIRAN 2. Dokumentasi Alat dan Bahan Penelitian
LAMPIRAN 3. Dokumentasi Proses Destruksi
LAMPIRAN 4. Dokumentasi Proses Pembacaan dengan Alat AAS
LAMPIRAN 5. Data Absorbansi Timbal AAS pada Lipstik
LAMPIRAN 6. Data Konsentrasi Timbal dalam Lipstik
LAMPIRAN 7. Perhitungan Pembuatan Larutan Standar
LAMPIRAN 8. Contoh Cara Perhitungan Kadar Timbal dalam lipstik
LAMPIRAN 9. Prosedur Microwave Ethos Milestone
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 220/Men

kes/Per/1976 tanggal 6 September 1976 kosmetika adalah sediaan atau

paduan bahan yang siap digunakan pada bagian luar badan (epidermis,

rambut, kuku, dan bibir), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan,

menambah daya tarik, penampilan, melindungi supaya dalam keadaan baik,

memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau

menyembuhkan penyakit. Setiap wanita pasti menginginkan untuk selalu

tampil menarik. Keinginan ini dapat diwujudkan dengan menggunakan

berbagai macam kosmetik seperti bedak, lipstik, eye liner, eye shadow, dan

berbagai kosmetik lain untuk membuat wajah terlihat lebih cantik. Namun

banyak wanita yang tidak menyadari bahwa diantara produk kecantikan yang

biasa mereka gunakan kemungkinan mengandung bahan berbahaya seperti

logam berat. Penggunaan kosmetik akan merugikan jika berlebihan,

pengolahan yang kurang baik, penggunaan bahan yang tidak tepat, atau

penyimpanan yang tidak higienis. Reaksi kulit terjadi apabila kita peka

terhadap salah satu bahan kosmetik. Kelainan yang terjadi biasanya berupa

kulit kemerahan, terasa panas, perih dan kadang-kadang permukannya

berair (Dwikarya, 2003:103).

1
2

Lipstik merupakan salah satu kosmetik yang sering digunakan

(Tranggono, 2007: 100). Lipstik digunakan pada bagian bibir dengan maksud

untuk melembabkan kulit serta mempercantik bibir dengan warnanya. Lipstik

adalah make up bibir yang anatomis dan fisiologisnya agak berbeda dari kulit

bagian badan lainnya.

Pada umumnya lipstik dibuat dengan paduan 3 bahan yaitu, minyak,

zat warna serta campuran lilin atau wax (Tranggono dan Latifah, 2007:100).

Persyaratan lipstik untuk masyarakat antara lain ialah melapisi bibir secara

mencukupi, dapat bertahan di bibir selama mungkin, tidak lengket pada bibir,

tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi pada bibir, dapat melembabkan

bibir, permukaan lipstik halus dan tidak bebintik (Tranggono dan Latifah,

2007:101).

Lipstik dapat menjadi tidak aman bila tercemar oleh logam berat yang

dapat menimbulkan efek buruk terhadap kesehatan. Logam berat merupakan

komponen alami yang terdapat di alam yang tidak dapat didegradasi ataupun

dihancurkan dan merupakan zat berbahaya karena dapat terjadi

bioakumulasi (Agustina, 2010: 54). Logam berat yang terakumulasi pada

jaringan tubuh apabila melebihi batas toleransi, dapat menimbulkan

keracunan bagi manusia (Widowati, 2011:114). Contoh logam berat yaitu

timbal (Pb), kadmium (Cd), merkuri (Hg), arsen (As) dan lain-lain (Agustina,

2010: 57). Menurut Nourmoradi et al (2013), dua logam berat yang berpotensi

berbahaya adalah kadmium (Cd) dan timbal (Pb). Kandungan timbal dalam

kosmetik dapat diakibatkan oleh kontaminasi dari bahan baku yang


3

digunakan atau penggunaan pigmen yang mengandung timbal (Ziarati,

et.all, 2011). Timbal digunakan dalam Lipstik terutama untuk pigmen yang

dibutuhkan yaitu untuk memperoleh warna yang dibutuhkan (Sah,Ram

Charita, 2012). Lipstik terkontaminasi dengan timbal dapat disebabkan oleh

karena bahan dasar yang digunakan secara alami mengandung logam berat

atau tercemar selama produksi (Nourmoradi et al., 2013: 3). Menurut Hepp et

al (2009: 408), kontaminasi timbal pada lipstik mungkin berasal dari solder

timbal atau bahan yang mengandung timbal. Timbal dapat digunakan

sebagai zat warna seperti Pb karbonat dan Pb sulfat (Ardyanto, 2005:70).

Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Amerika Serikat kelompok

konsumen Campaign for Safe Cosmetics, pada bulan Oktober 2007 telah

ditemukan 60 persen dari lipstik yang diuji mengandung logam berat berupa

timbal, terutama lipstik berwarna merah. Lebih dari 30 lipstik yang dijual

dipasaran ternyata mengandung logam dengan kadar yang cukup tinggi,

diantaranya timbal, kadmium, kromium, dan alumunium. Hal itu terungkap

dalam penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti Universitas California,

Amerika Serikat (Sah,Ram Charita, 2012).

Timbal dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit, tertelan atau

kontak dengan mata kemudian masuk ke dalam peredaran darah dan

terakumulasi dalam jaringan, terutama tulang. Selain itu, timbal juga dapat

terakumulasi di hati, ginjal, pankreas, dan paru-paru. Setelah tingkat pajanan

tinggi, dengan kadar Pb darah di atas 80µg/dl, dapat terjadi ensefalopati

(Priyanto, 2009: 95).


4

Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan makanan (BPOM)

Republik Indonesia No: HK.00.05.42.1018 tentang bahan kosmetik

menjelaskan logam timbal tidak boleh digunakan pada kosmetik.

Persyaratan cemaran logam timbal menurut Praturan kepala BPOM RI

Nomor HK.03.1.23.07.11.6662 adalah kurang dari 20µg/g.

Di Indonesia banyak kosmetik yang di impor dari Negara lain, salah

satunya adalah Negara Cina. Pada penelitian yang telah dilakukan,

ditemukan konsentrasi tertinggi timbal dan kadmium terdeteksi pada lipstik

yang di impor dari Negara Cina. 95,91% lipstik yang di impor dari Negara

Cina mengandung logam timbal jauh lebih tinggi dari 20 mg/g dan semua

lipstik Iran lebih rendah dari 10 mg/g . Ada perbedaan yang signifikan dalam

tingkat timbal di seluruh empat kelompok warna lipstik yang dianalisis. Warna

merah muda memiliki konsentrasi tertinggi timbal, warna ungu memiliki

kandungan terendah timbal, warna coklat dan oranye memiliki konsentrasi

tertinggi dan terendah dari kadmium masing-masing (Ziarati.,et all,2012:451).

Kota Cimahi memiliki kawasan perdagangan yang cukup luas, salah

satunya dengan adanya pasar minggu di daerah Kota Cimahi. Pada pasar

minggu tersebut terdapat banyak penjual termasuk penjual kosmetik.

Terdapat 10 pedagang kosmetik di pasar minggu tersebtu, dimana setiap

pedagangnya menjual produk lipstik dijual dengan kisaran harga kurang dari

Rp.15.000,00 dan dengan nomor BPOM yang tidak terdaftar. Jika ditinjau

lebih jauh, banyak penawaran produksi lipstik yang bervariasi dipasaran.

Mulai dari harga atau warna yang beragam juga ditawarkan sesuai selera,
5

merk lokal maupun impor bisa didapat secara mudah. Namun seiring

banyaknya penawaran produk lipstik yang beredar dipasaran, banyak

bermunculan produk-produk lipstik tanpa nomor registrasi apapun (ilegal).

Hal ini patut menjadi perhatian masyarakat, khususnya para pengguna lipstik

agar tidak membahayakan konsumen (Putri, 2009:1).

Penentuan kadar logam berat timbal dapat menggunakan

Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). SSA adalah suatu alat intrumen yang

dapat menentukan konsentrasi suatu unsur dalam suatu cuplikan yang

didasarkan pada proses penyerapan radiasi sumber oleh atom-atom yang

berada pada tingkat energi dasar (ground state) (Boybul dan Iis Haryati,

2009). Menurut Waston (2005), SSA merupakan suatu metode analisis yang

sangat spesifik dan sensitif.

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka dilakukan penelitian tentang

analisis senyawa logam berat timbal pada beberapa merk lipstik dengan

menggunakan SSA. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi dan edukasi kepada masyarakat tentang cemaran logam berat

timbal pada lipstik serta efek pada kesehatan.


6

B. Perumusan Masalah

Berdasar latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan yang akan diteliti yaitu :

1. Apakah terdapat senyawa timbal pada lipstik yang dijual di salah satu pasar

minggu Kota Cimahi?

2. Berapa kadar senyawa timbal yang terkandung dalam lipstik yang dijual di

salah satu pasar minggu Kota Cimahi?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah lipstik yang diperjualbelikan di salah satu pasar

minggu Kota Cimahi mengandung logam timbal.

2. Untuk mengetahui kesesuaian kadar senyawa timbal yang terkandung pada

beberapa merk lipstik yang diperjual belikan di salah satu pasar minggu Kota

Cimahi dengan batas aman yang telah ditetapkan oleh BPOM RI.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan permasalahan di atas, maka manfaat dari penelitian

ini yaitu, dapat memberikan informasi bagi masyarakat mengenai cemaran

logam timbal dan bahaya menggunakan produk lipstik yang mengandung logam

berat timbal.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kosmetik

Kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan,

dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada, dimasukkan

dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan

maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau

mengubah rupa, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik

memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau

menyembuhkan suatu penyakit (Depkes RI, Undang-undang tentang

Kosmetika dan Alat Kesehatan, 1976).

Penggolongan kosmetik menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI

berdasarkan kegunaan dan lokalisasi pemakaian pada tubuh, kosmetika

digolongkan menjadi 13 golongan yaitu:

1. Preparat untuk bayi; minyak bayi, bedak bayi, dan lain-lain.

2. Preparat untuk mandi; minyak mandi, bath capsules, dan lain-lain.

3. Preparat untuk mata; maskara, eye shadow, dan lain-lain.

4. Preparat wangi-wangian; parfum, toilet water dan lainlain.

5. Preparat untuk rambut; cat rambut, hairspray, pengeriting rambut.

6. Preparat pewarna rambut; cat rambut, hairbleach, dan lain-lain.

7. Preparat make up (kecuali mata); lipstik, rouge, bedak muka dan lain-

lain.

7
8

8. Preparat untuk kebersihan mulut; mouth washes, pasta gigi, breath

freshener dan lain-lain.

9. Preparat untuk kebersihan badan; deodoran, feminism hygiene spray

dan lain-lain.

10. Preparat kuku; cat kuku, krem dan lotion kuku, dan lain-lain.

11. Preparat cukur; sabun cukur, after shave lotion, dan lain-lain.

12. Preparat perawatan kulit; pembersih, pelembab, pelindung dan lain-

lain.

13. Preparat untuk suntan dan sunscreen; suntan gel, sunscreen

foundation dan lain-lain.

Menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan Setiap industri

kosmetik dituntut untuk bertanggung jawab penuh terhadap mutu dan

keamanan produknya, untuk itu perusahaan kosmetik harus memenuhi

semua ketentuan ACD (Asean Cosmetic Directive) dan membuat

database keamanan bahan dan produknya. Produk kosmetik yang telah

dinotifikasi berdasarkan harmonisasi ACD, dapat dilihat dari nomor izin

edarnya. Nomor izin edar kosmetik terdiri dari 12-14 digit: 2 digit huruf

ditambah 10 digit angka ditambah 1-2 digit huruf (opsional, tergantung

produk).

Contohnya CD/CL1234567890 E/L/EL.

CD: Kosmetik dalam negeri

CL: Kosmetik luar negeri atau impor


9

Angka 1-10: Menunjukan jenis kosmetik, tahun registrasi, dan nomor urut

registrasi.

E: Kosmetik khusus untuk ekspor

L: Kosmetik golongan 2 (resiko tinggi) (BPOM RI Vol.5, No.2, maret

2004).

B. Lipstik

Lipstik merupakan salah satu kosmetik yang paling luas digunakan

yang digunakan untuk mewarnai bibir (Tranggono dan Latifah, 2007: 100).

Lipstik disimpan dalam wadah logam atau plastik dengan tutup pulir dan

dalam keadaan tertutup (Departemen Kesehatan RI, 1985).

1. Fungsi Lipstik

Lipstik digunakan untuk mewarnai bibir dengan sentuhan artistik

sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah

(Departemen Kesehatan RI, 1985). Selain itu, lipstik dapat menambah

warna bibir agar terlihat sehat juga membentuk bibir. Lipstik juga

digunakan untuk harmonisasi wajah, rambut, dan pakaian (Barel et al,

2001).

2. Komposisi lipstik

Lipstik terdiri dari zat warna terdispersi dalam pembawa yang

terbuat dari campuran lilin dan minyak dalam komposisi yang

sedemikian rupa sehingga dapat memberikan suhu lebur dan

viskositas yang dikehendaki. Suhu lebur lipstik yang ideal yaitu


10

mendekati suhu bibir (36-38oC). Salah satu faktor yang harus

diperhatikan pada lipstik adalah faktor ketahanan terhadap suhu cuaca

disekelilingnya, terutama suhu daerah tropik. Suhu lebur lipstik dibuat

lebih tinggi, yaitu kurang lebih 62oC, biasanya berkisar antara 55-75oC

(Departemen Kesehatan RI, 1985).

Pada umumnya lipstik dibuat dengan paduan 3 bahan yaitu,

minyak, zat warna serta campuran lilin atau wax (Tranggono dan Latifah,

2007: 100). Adapun bahan-bahan utama dalam lipstik adalah:

1. Lilin

Misalnya: carnauba wax, parafin waxes, ozokerite, bees wax, candellila

wax, spermaceti, ceresine. Semuanya berperan sebagai kekerasan

lipstik.

2. Minyak

Minyak dipilih karena mampu melarutkan zat warna eosin. Misalnya:

minyak castor, tetrahydrofurfuryl, fatty acid alkylolamides, dihydric

alcohol, butyl stearate, parafin oil.

3. Lemak

Misalanya: krim kakao, minyak tumbuhan yang sudah dihidrogenasi

(misalnya hidrogenated castor oil), cetyl alcohol, oleyl alcohol, lanolin.

4. Acetoglycerides

Direkomendasikan untuk memperbaiki sifat thixotropic bahan lipstik,

sehingga meskipun tempertaur berfluktuasi, kepadatan lipstik tetap

konstan.
11

5. Zat-zat pewarna

Zat pewarna yang dipakai secara universal di dalam lipstik adalah zat

warna eosin yang memenuhi dua persyaratan sebagai zat warna untuk

lipstik, yaitu kelekatan pada kulit dan kelarutannya di dalam minyak.

Pelarut terbaik untuk eosin adalah castrol oil (Tranggono dan Latifah,

2007). Castrol oil berfungsi sebagai emolien untuk menghaluskan dan

melembutkan kulit serta bersifat melembabkan (Widodo dan Sumarsih,

2007).

6. Antioksidan

Antioksidan yang digunakan harus memenuhi syarat (Wasitaatmaja,

1997):

1) Tidak berbau, agar tidak mengganggu wangi parfum dalam

kosmetika

2) Tidak berwarna

3) Tidak toksik

4) Tidak berubah meskipun disimpan lama

7. Pengawet

Kemungkinan bakteri atau jamur untuk tumbuh di dalam sediaan lipstik

sebenarnya sangat kecil karena lipstik tidak mengandung air. Akan

tetapi ketika lipstik diaplikasikan pada bibir kemungkinan terjadi

kontaminasi pada permukaan lipstik sehingga tejadi pertumbuhan

mikroorganisme. Oleh karena itu perlu ditambahkan pengawet di dalam


12

formula lipstik. Pengawet yang sering digunakan yaitu metil paraben

dan propil paraben.

8. Parfum

Bahan pewangi atau lebih tepat pemberi rasa segar (flavoring), harus

mampu menutupi bau dan rasa kurang sedap dari lemak-lemak dalam

lipstik dan menggantinya dengan bau dan rasa yang menyenangkan

(Tranggono dan Latifah, 2007).

9. Surfaktan

Surfaktan berfungsi memudahkan pembahasan dan dispersi partikel-

partikel pigmen warna yang padat.

Menurut tranggono dan Latifah (2007) persyaratan lipstik yang

dituntut oleh masyarakat antara lain :

1. Melapisi bibir secara mencukupi

2. Dapat bertahan di bibir selama mungkin

3. Tidak lengket pada bibir

4. Tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi pada bibir

5. Dapat melembabkan bibir

6. Permukaan lipstik halus dan tidak bebintik (Tranggono dan Latifah,

2007).

Dalam komposisinya lipstik seringkali mengandung zat warna

ataupun zat tambahan. Zat tambahan dalam lipstik adalah zat yang

ditambahkan dalam formula lipstik untuk menghasilkan lipstik yang baik,

dengan syarat zat tersebut harus inert, tidak toksik, tidak menimbulkan
13

alergi, stabil, dan dapat bercampur dengan bahan-bahan lain dalam

formula lipstik.

Adapun menurut BPOM RI, No. HK.00.05.4.1745, persyaratan

kosmetika yang aman digunakan terutama lipstik yaitu kandungan logam-

logamnya harus negatif. Logam-logam yang ditemukan dalam sampel

lipstik antara lain yaitu kadmium (Cd), kromium (Cr), arsen (Ar), merkuri

(Hg), dan timbal (Pb).

C. Timbal

1. Pengertian

Timbal merupakan salah satu jenis logam berat yang terjadi secara

alami yang tersedia dalam bentuk biji logam, dan juga dalam percikan

gunung berapi, dan bisa juga di peroleh di alam. Timbal adalah logam

lunak berwarna abu kebiruan mengkilat serta mudah dimurnikan dari

pertambangan. Timbal memiliki titik lebur yang rendah, mudah dibentuk,

memiliki sifat kimia yang aktif, sehingga bisa digunakan untuk melapisi

logam agar tidak timbul perkaratan (Widowati, 2008: 110).

Di kebanyakan negara berkembang, sumber utama kontak

dengan timbal berasal dari bensin bertimbal. Selain berbagai produk

seperti yang disebutkan diatas, makanan juga bisa mengandung timbal

(Priyanto, 2009: 97 ).

Melalui proses geologi, Pb terkonsentrasi dalam deposit bijih logam.

Pada umumnya, Pb berasosiasi dengan Zn, Cu, dan As. Bijih logam Pb
14

yang pada mulanya diperoleh dari hasil penambangan mengandung

sekitar 3- 10% Pb, kemudian dipekatkan lagi hingga 40% sehingga

diperoleh logam timbal murni. Unsur Pb digunakan dalam bidang industri

modern sebagai bahan pembuatan pipa air yang tahan terhadap korosi.

Pigmen Pb digunakan sebagai pembuatan cat, baterai, dan campuran

bahan bakar bensin tetraetil (Widowati, Sastiono, Jusuf, 2008: 109).

2. Sumber Pencemaran Timbal

Timbal adalah logam yang bersifat toksik terhadap manusia, Timbal

bisa masuk dalam lingkungan dan tubuh manusia dari berbagai macam

sumber seperti bensin (petrol), daur ulang atau pembuangan baterai

mobil, mainan, cat, pipa, tanah, beberapa jenis kosmetik dan obat

tradisional dan berbagai sumber lainnya (WHO 2007). Accidental

poisoning seperti termakannya senyawa timbal dalam konsentrasi tinggi

mengakibatkan gejala keracunan timbal seperti iritasi gastrointestinal

akut, rasa logam pada mulut, muntah, sakit perut, dan diare (Widowati,

2008:119).

Pada penelitian yang telah dilakukan, ditemukan konsentrasi

tertinggi timbal dan kadmium terdeteksi pada lipstik yang di impor dari

Negara Cina. 95,91% lipstik yang di impor dari Negara Cina

mengandung logam timbal jauh lebih tinggi dari 20 mg/g dan semua

lipstik Iran lebih rendah dari 10 mg/g . Ada perbedaan yang signifikan

dalam tingkat timbal di seluruh empat kelompok warna lipstik yang

dianalisis. Warna merah muda memiliki konsentrasi tertinggi timbal,


15

warna ungu memiliki kandungan terendah timbal, warna coklat dan

oranye memiliki konsentrasi tertinggi dan terendah dari kadmium masing-

masing (Nourmoradi.H.,et all,2013: 3).

3. Keracunan Timbal

Keracunan timbal bisa menyerang manusia dari berbagai usia.

Akan tetapi, anak usia muda, wanita hamil dan pekerja di industri

tertentu lebih besar resikonya di bandingkan kelompok yang lain (Kessel

I& O’Connor 1997: ). Anak-anak lebih sensitif di bandingkan orang

dewasa karena pusat perkembangan sistem saraf mereka masih

berkembang (Albalak et al, 2003: 254).

Timbal merupakan zat yang sangat beracun jika terserap ke

dalam tubuh (Kessel I & O’Connor 1997: 124 ). Sistem hematopoietik

sangat peka terhadap efek timbal terutama hemoglobin. Komponen

utama hemoglobin adalah hem. Hem disintesis dari glisin dan suksinil

koenzim A, dengan pirioksidal fosfat sebagai kofaktor. Setelah beberapa

langkah, timbal akhirnya bergabung dengan besi untuk membentuk hem.

4. Efek Timbal (Pb) Terhadap Kesehatan

Paparan bahan tercemar timbal (Pb) dapat menyebabkan

gangguan sebagai berikut :

a. Gangguan neurologi (susunan syaraf) akibat tercemar oleh timbal

(Pb) dapat berupa encephalopathy, ataxia, stupor dan coma. Pada

anak-anak dapat menimbulkan kejang tubuh dan neuropathy perifer.


16

b. Gangguan terhadap fungsi ginjal. Logam berat timbal (Pb) dapat

menyebabkan tidak berfungsinya tubulus renal, nephropati

irreversible, sclerosis vaskuler, sel tubulus atropi, fibrosis dan

sclerosis glumerolus. Akibatnya dapat menimbulkan aminoaciduria

dan glukosuria, dan jika paparannya terus berlanjut dapat terjadi

nefritis kronis.

c. Gangguan terhadap sistem reproduksi. Logam berat timbal (Pb)

dapat menyebabkan gangguan pada sistem reproduksi berupa

keguguran, kesakitan dan kematian janin.

d. Gangguan terhadap sistem hemopoitik. Keracunan timbal (Pb) dapat

dapat menyebabkan terjadinya anemia akibat penurunan sintesis

globin walaupun tak tampak adanya penurunan kadar zat besi dalam

serum.

e. Gangguan terhadap sistem syaraf. Efek pencemaran timbal (Pb)

terhadap kerja otak lebih sensitif pada anak-anak dibandingkan pada

orang dewasa. Gambaran klinis yang timbul adalah rasa malas,

gampang tersinggung, sakit kepala, tremor, halusinasi, gampang lupa,

sukar konsentrasi dan menurunnya kecerdasan pada anak dengan

kadar timbal (Pb) darah sebesar 40-80 µg/100 ml dapat timbul gejala

gangguan hematologis, namun belum tampak adanya gejala lead

encephalopathy (Sudarmaji, dkk, 2006: 137).


17

5. Mekanisme Keracunan Timbal

Timbal mengikat gugus sulfhidril pada protein sehingga

menyebabkan inaktivasi beberapa sistem enzim yang vital. Timbal

merubah struktur dan fungsi mitokondria dalam sel sehingga mengurangi

fungsi sel, sistem gastrointestinal, sistem hematopoietik, dan sistem

saraf. Kira-kira 90% Pb yang masuk ke dalam sirkulasi darah menuju ke

eritrosit, ada pula yang menuju ke albumin darah, alfa-globulin dan

protein lain. Plumbum mempengaruhi sistem peredaran darah dengan

berbagai cara:

a. Dengan memperlambat pematangan normal sel darah merah

dalam sumsum tulang, hal ini menyebabkan terjadinya anemia.

b. Mempengaruhi kelangsungan hidup sel darah merah. Sel darah

merah yang diberi perlakuan dengan timbal, memperlihatkan

peningkatan tekanan osmosis dan kelemahan pergerakan. Selain

itu juga memperlihatkan penghambatan Na-K-ATPase yang

meningkatkan kehilangan kalium intrasel. Pengaruh ini

menjelaskan bahwa kejadian anemia pada peristiwa keracunan

plumbum keracunan plumbum disertai oleh penyusutan waktu

hidup sel darah merah.

c. Menghambat biosintesis hemoglobin dengan cara menghambat

aktivitas enzim d-ALAD (d-aminolevulinat dehidratase) dengan

enzim ferrokelatase (WHO, 1997). Pada gangguan awal dari

biosintesis hem belum terlihat adanya gangguan klinis, gangguan


18

hanya dapat terdeteksi melalui pemeriksaan laboratorium. Pada

kadar timbal darah 10 µg/dL timbal menghambat aktivitas enzim

d-ALAD dalam eritroblas sumsum tulang dan eritrosit. Hal ini

mengakibatkan peningkatan kadar d-aminolevulinat (d-ALA)

dalam serum dan kemih. Kelompok-kelompok ribosom dapat

dilihat pada sel berbintik basofilik sebagai basofil pungtata

meskipun tidak ada anemia. Kadar ALAD yang tinggi dapat

menimbulkan aksi neurotoksik (Priyanto,2009: 95).

Sebagian kecil timbal dapat diekskresikan melalui urin atau feses

karena sebagian timbal dapat terikat oleh protein , sedangkan

sebagian lagi terakumulasi dalam ginjal, hati, jaringan lemak, kuku

dan rambut. Tingkat ekskresi timbal melalui sistem urinaria adalah

sebesar 76%, gastrointestinal 16%, dan rambut, kuku serta

keringat sebesar 8% (Widowati,2008: 119-120).

Kandungan timbal dalam darah berkorelasi dengan tingkat

kecerdasan manusia. Semakin tinggi kadar timbal dalam darah,

semakin rendah poin IQ (intelektual). Apabila dalam darah

ditemukan kadar timbal sebanyak tiga kali batas ambang normal

(normal sekitar 0,3mg/hari), maka akan terjadi penurunan

kecerdasan IQ dibawah 80 kelainan fungsi otak terjadi karena

timbal secara kompetitif menggantikan peranan zn, Cu, dan Fe

dalam mengatur fungsi sistem syaraf pusat. Timbal merupakan

neurotoksin yang bersifat akumulatif (Widowati,2008: 122).


19

6. Gejala Klinis Keracunan Timbal

a. Keracunan Akut

Keracunan senyawa timbal akut jarang terjadi. Keracunan

senyawa timbal akut secara tidak sengaja yang pernah terjadi

adalah karena meminum senyawa timbal asetat. Gejala keracunan

akut mulai timbul 30 menit setelah meminum racun. Berat

ringannya gejala yang timbul tergantung pada dosisnya.

Keracunan biasanya terjadi karena masuknya senyawa timbal

yang larut dalam asam atau inhalasi uap timbal.

b. Keracunan Kronik

Keracunan kronik dapat terjadi melalui mulut, adsorpsi

melalui kulit, dan menghirup udara partikel timbal atau senyawa

timbal organik. Gejala yang timbul mula-mula nafsu makan

berkurang, berat badan turun, apatis, iritasi, kadang-kadang

muntah-muntah, lelah, sakit kepala, badan lemah, garis-garis hitam

pada gusi, dan dapat menyebabkan anemia (Sartono, 2002: 211).

Pada keracunan berat, menyebabkan muntah terus menerus,

ataksia, letargi, dan pingsan, ensefalopati disertai gangguan

penglihatan, tekanan darah naik, papil edema, kelumpuhan saraf

tengkorak, delirium, konvulsi, dan koma. Gejala keracunan berat

sering terjadi pada anak-anak yang keracunan timbal, atau pada

orang deasa yang keracunan timbal tetraethyl lead. Keracunan


20

timbal tetrametil atau tetraetil menyebabakan insomnia, instabilitas

emosional, hiperaktivitas, konvulsi, bahkan psikosis toksik

(Sartono, 2002: 211).

7. Tindakan Penanggulangan Keracunan Timbal

a. Tindakan Gawat Darurat

Menurut Sartono (2002: 218-220), tindakan gawat darurat yaitu:

1) Lakukan pengurasan lambung dengan menggunakan larutan

encer magnesium sulfat atau usahakan untuk muntah.

2) Atasi edema otak yang terjadi dengan manitol dan prednisolon

atau obat golongan kortikosteroid lain.

b. Tindakan umum pada penderita ensefalopati (gangguan pada otak)

akut dalam dan keracunan senyawa timbal kronis biasanya terjadi

pada anak-anak (Adiwasastra,1999:74).

1) Sakit kepala dan tidak bisa tidur

2) Muntah terus menerus

3) Gangguan penglihatan

4) Cepat marah dan gelisah

5) Kejang-kejang, koma dan pingsan

6) Kematian disebabkan kecapaian atau kegagalan bernafas.

c. Antidot

Antidot penisilamin diberikan kepada semua penderita yang

menunjukan gejala klinis keracunan senyawa timbal. Perlu

dipertimbangkan untuk diberikan juga kepada penderita tanpa


21

gejala klinis keracunan dengan kadar senyawa timbal dalam darah

lebih dari 80-100ug/dl, atau kadar eritrosit protoporfirin lebih dari

250-300ug/dl. Sebelum diberi antidot, dilakukan terlebih dahulu

pengeluaran urin dengan memberikan larutan infus dekstrosa 5%,

sebanyak 10-20mL/berat badan dalam waktu lebih dari satu hingga

dua jam. Jika pengeluaran urin belum lancar, berikan larutan

manitol 20% sebanyak 5-10mL/Kg berat badan dalam waktu lebih

dari 20 menit (Sartono, 2002: 212).

D. Microwave

Microwave adalah suatu alat yang memanfaatkan gelombang

elektromagnetik untuk memanaskan suatu material. Gelombang

elektromagnetik tersebut bersumber dari arus listrik yang dialirkan ketika

microwave tersebut digunakan. Arus listrik bolak-balik maupun arus listrik

searah akan diubah menjadi bentuk arus searah. Kemudian salah satu

komponen dalam microwave memanfaatkan arus tersebut untuk diubah

menjadi gelombang elektromagnetik dengan frekuensi 300 MHz – 300

GHz (rata-rata berfrekuensi 2,45 GHz), gelombang tersebut merambat

secara radiasi dan dengan komponen-komponen dalam microwave oven

lainnya gelombang tersebut akan diserap oleh material dielektrik,

kemudian timbul panas dari atom-atom material yang berotasi dan saling

bertabrakan, sehingga menimbulkan panas.


22

Ada dua konsep fisika yang menjadi dasar dalam pemanfaatan

gelombang mikro untuk memanaskan benda. Dua konsep tersebut

adalah :

1. Radiasi gelombang

Microwave menggunakan gelombang radio berfrekuensi 2,5GHz

untuk memanaskan makanan. Gelombang tersebut merambat secara

radiasi.

2. Pemanasan dielektrik <dielectric heating>

Fenomena dimana gelombang radio memanaskan material dielektrik.

Jenis material ini berkaitan erat dengan frekuensi gelombang radio

yang berada pada frekuensi 2,5GHz. Gelombang radio pada frekuensi

tersebut, akan diserap oleh material-material tadi. Hal ini akan

menyebabkan atom-atom pada material tadi berotasi dan saling

bertabrakan, dari sinilah akan timbul panas

E. Spektrometri Serapan Atom

Spektrofotometri atomik adalah metode pengukuran spektrum

yang berkaitan dengan serapan dan emisi atom. Bila suatu molekul

mempunyai bentuk spektra pita, maka suatu atom mempunyai spektra

garis. Atom-atom yang terlibat dalam metode pengukuran spektrometri

atomik haruslah atom-atom bebas yang garis spektranya dapat diamati.

Pengamatan garis spektra yang spesifik ini dapat digunakan untuk


23

analisis unsur baik secara kualitatif maupun kuantitatif (Flanagan,et

all.2007: 110).

Absorbsi (serapan) atom adalah suatu proses penyerapan bagian

sinar oleh atom-atom bebas pada panjang gelombang (λ) tertentu dari

atom itu sendiri sehingga konsentrasi suatu logam dapat ditentukan.

Karena absorbansi sebanding dengan konsentrasi suatu analit, maka

metode ini dapat digunakan untuk sistem pengukuran atau analisis

kuantitatif (Flanagan,et all.2007: 111).

Spektrometri Serapan Atom (SSA) dalam kimia analitik dapat

diartikan sebagai suatu teknik untuk menentukan konsentrasi unsur

logam tertentu dalam suatu cuplikan. Teknik pengukuran ini dapat

digunakan untuk menganalisis konsentrasi lebih dari 62 jenis unsur

logam. Teknik Spektrometri Serapan Atom (SSA) dikembangkan oleh

suatu tim peneliti kimia Australia pada tahun 1950-an, yang dipimpin oleh

Alan Walsh, di CSIRO (Commonwealth Science and Industry Research

Organization) bagian kimia fisik di Melbourne, Australia.

Prinsip dari metode AAS adalah adanya absorbsi cahaya oleh

atom, atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang

tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Dengan absorbsi energi, berarti

memperoleh lebih banyak energi, suatu atom pada keadaan tingkat dasar

dinaikan tingkat energinya ke tingkat eksitasi. Tingkat-tingkat eksitasinya

pun bermacam-macam. Apabila cahaya dengan panjang gelombang

tertentu dilewatkan pada suatu sel yang mengandung atom-atom bebas


24

yang bersangkutan maka sebagian cahaya tersebut akan diserap dan

intensitas penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom

bebas logam. Hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi

diturunkan dari Hukum Beer yaitu, Intensitas sinar yang diteruskan

berkurang secara aksponensial dengan bertambahnya konsentrasi spesi

yang menyerap sinar tersebut (Flanagan,et all.2007: 109).

Gambar 2.1 Skema Analisis dengan AAS


(Sari Dyah, 2009, Spektrofotometri Serapan Atom)

1. Cara Keja AAS

Bahan bakar ditambahkan pengoksidasi dimasukkan ke mixing

chamber melalui beberapa baffle (supaya pencampuran sempurna).

Larutan sampel disuntikkan ke mixing chamber dengan air jet, lalu

sampai pada nyala api di burner akan mengalami pengatoman.

2. Atomisasi

Cara mengatomkan unsur logam umumnya dengan energi


panas. Ada 2 cara yang bisa dipakai yaitu :

a. Flame atomization
b. Graphite furnace atomization
25

Untuk menghasilkan uap teratomisasi yang optimum maka suhu harus

diatur dengan baik. Bila suhu terlalu tinggi maka sebagian atom terion

sehingga tidak bisa menyerap panjang gelombang yang diharapkan.

3. Gangguan Pada Spektrofotometri Serapan Atom

a. Gangguan akibat pembentukan senyawa refraktori

Gangguan ini dapat disebabkan oleh reaksi antara analit dengan

senyawa kimia, biasanya anion yang ada dalam larutan sampel

sehingga terbentuk senyawa tahan panas (refractory). Sebagai

contoh posfat akan bereaksi dengan kalsium dalam nyala

menghasilkan piroposfat (Ca2P2O7). Hal ini menyebabkan

absorpsi ataupun emisi atom kalsium dalam nyala menjadi

berkurang, gangguan ini dapat diatasi dengan menambahkan

stronsium klorida atau lanthanum nitrat ke dalam larutan. Kedua

logam ini mudah bereaksi dengan posfat dibanding dengan

kalsium, sehingga reaksi antara kalsium dengan fospat dapat

dicegah atau diminimalkan.

Gangguan ini dapat juga dihindari dengan menambahkan EDTA

berlebih. EDTA akan membentuk kompleks kelat dengan

kalsium, sehingga pembentukan senyawa refraktori dengan

fospat dapat dihindarkan. Selanjutnya kompleks Ca-EDTA akan

terdisosiasi dalam nyala menjadi atom netral Ca yang mneyerap

sinar (Aziz, 2007: 31).


26

b. Gangguan fisik alat

Gangguan fisik adalah semua parameter yang dapat

mempengaruhi kecepatan sampel sampai ke nyala dan

sempurnanya atomisasi. Parameter-parameter tersebut

diantaranya kecepatan alir gas, berubahnya viskositas sampel

akibat temperatur nyala. Gangguan ini biasanya dikompensasi

dengan lebih sering membuat kalibrasi atau standarisasi (Aziz,

2007: 32).

4. Keuntungan dan Kelemahan Metode Spektrofotometri Serapan

Atom

a. Keuntungan

Keuntungan metode AAS dibandingkan dengan

spektrofotometri biasa yaitu spesifik, batas deteksi yang rendah

dari larutan yang sama bisa mengukur unsur-unsur yang

berlainan, pengukurannya langsung terhadap contoh, output

dapat langsung dibaca, cukup ekonomis, dapat diaplikasikan

pada banyak jenis unsur, batas kadar penentuan luas (dari ppb

sampai persen).

b. Kelemahan

Berbagai faktor dapat mempengaruhi pancaran nyala

suatu unsur tertentu dan menyebabkan gangguan pada

penetapan konsentrasi unsur.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

1. Metode

Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif, yaitu

bentuk penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan atau

menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik alamiah

maupun buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk,

aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan kesamaan dan

perbedaan antara fenomena yang satu dengan yang lain

(Sukmadinata, 2006).

2. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode

spektrofotometri.

3. Adapun alur kerja yang akan dilakukan dalam penelitian ini

seperti pada gambar 3.1 di bawah ini.

Persiapan Alat dan


Bahan

Pengumpulan sampel

Destruksi sampel

27
28

Analisa Kuantitatif
dengan AAS

Hasil/data

Pengolahan data

Gambar 3.1 Skema Kerja Penelitian

4. Variabel Penelitian

Adapun variabel dari penelitian ini adalah seperti pada gambar 3.2

dan definisi operasionalnya seperti pada tabel 3.1.

Lipstik Timbal dalam lipstik

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 3.2. Variabel Penelitian


29

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Definisi Cara Ukur Alat ukur Hasil
Operasional
Ukur

Lipstik Visual Visual Warna


merupakan
kosmetik yang
digunakan untuk
mewarnai bibir.
Timbal (Pb) Spektrofotometer Atomic Absorption ppm

adalah logam Spectrophotometry

berat yang diukur

pada lipstik.

Persyaratan

cemaran logam

menurut BPOM

No.HK.03.1.23.07

.11.6662 adalah

kurang dari

20µg/g

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi sampel penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah lipstik yang dijual dengan

kisaran harga kurang dari Rp.15.000,00 di salah satu pasar

minggu Kota Cimahi.


30

2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah 10 lipstik merk A, B, C, D, E, F, G, H,

I, J dari 10 pedagang yang ada di salah satu pasar minggu Kota

Cimahi dengan warna lipstik merah atau merah muda. Sampel

diambil berdasarkan rumus Slovin dengan tingkat kepercayaan

95% dan tingkat kesalahan 5%.

N 10
n= = = 10
1+ N x e2 1+ 10 x 0,052

Keterangan :

n = Ukuran Sampel

N = Populasi

e = Presentasi kelonggaran ketidakterikatan karena kesalahan

pengambilan sampel yang masih diinginkan.

C. Batasan Penelitian

1. Produk lipstik yang digunakan sebagai sampel adalah lipstik

dengan warna merah atau merah muda dan yang dijual dengan

harga kisaran kurang dari Rp.15.000,00 di salah satu pasar

minggu Kota Cimahi.

2. Metode pemeriksaan yang digunakan adalah metode kuantitatif

dengan alat AAS (Atomic Absortion Spectrophotometry) untuk

mengetahui berapa kadar timbal yang terkandung dalam lipstik.


31

D. Prinsip Alat

1. Prinsip Alat Microwave

Microwave menggunakan gelombang radio berfrekuensi

2,5GHz yang merambat secara radiasi untuk memanaskan

materialnya. Gelombang radio tersebut memanaskan material

secara dielektrik. Jenis material ini berkaitan erat dengan frekuensi

gelombang radio yang berada pada frekuensi 2,5GHz. Gelombang

radio pada frekuensi tersebut, akan diserap oleh material-material

tadi. Hal ini akan menyebabkan atom-atom pada material tadi

berotasi dan saling bertabrakan sehingga menimbulkan panas.

2. Prinsip Alat AAS

Prinsip dari alat AAS ini adalah absorbsi cahaya oleh atom.

Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang

tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Serapan akan bertambah

dengan bertambahnya jumlah atom yang menyerap sinar tersebut.

Sinar tersebut bersifat monokromatis dan mempunyai panjang

gelombang (λ) tertentu (Flanagan,et all.2007: 109).

a. Sumber sinar yang berupa tabung katoda berongga (Hollow

Chatode Lamp) menghasilkan sinar monokromatis yang

mempunyai beberapa garis resonansi.

b. Sampel diubah fasenya dari larutan menjadi uap atom bebas di

dalam atomizer dengan nyala api yang dihasilkan dari

pembakaran bahan bakar dengan oksigen.


32

c. Monokromator akan mengisolasi salah satu garis resonansi yang

sesuai dengan sampel dari beberapa garis resonansi yang berasal

dari sumber sinar.

d. Energi sinar dari monokromator akan diubah menjadi energi listik

dalam detektor .

e. Energi listrik dari detektor inilah yang akan menggerakkan jarum

dan mengeluarkan grafik.

f. Sistem pembacaan akan menampilkan data yang dapat dibaca

dari grafik.

E. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.2 Alat yang Digunakan dalam Penelitian


No Nama Alat Spesifikasi Jumlah

1. Botol gelap kaca 10 buah

2. Filter Membran 0,45µm 1 buah

3. Gelas Kimia 100 mL 1 buah

4. Kaca Arloji Kaca 10 buah

Tabel
5. 3.2. Tabel
Labu Lanjutan
Ukur 25mL, 100mL 7 buah, 1
buah
6. Microwave Ethosone 1 buah
Milestone
7. Neraca Analitik - 1 buah

8. Pipet tetes kaca 1 buah

9. Pipet Volumetric 10 mL 2 buah

10. Spatula - 1 buah


33

Tabel 3.2. Tabel Lanjutan

No Nama Alat Spesifikasi Jumlah

11. Spektrofotometer Serapan Shimadzu AA- 1 buah


Atom 6300
12. Spuit 3mL 1 buah

Table 3.3 Bahan yang Digunakan Dalam Penelitian


No Nama Bahan Spesifikasi Jumlah

1. Aquadest - 1000mL

2. H2O2 30% 80mL

3. Larutan HNO3 65% 50mL

4. Sampel lipstik Merk A, B, C, 0,2 gram


D, E, F, G, H, I,
J

F. Prosedur Penelitian

1. Proses Destruksi

0,2 gram sampel lipstik ditimbang, dimasukkan ke dalam

vessel ditambahkan 8mL HNO3 65% dan ditambahkan H2O2 30%

kemudian dilakukan destruksi dengan microwave pada suhu

2000C selama 15 menit. Setelah proses destruksi selesai, larutan

yang telah jernih dibiarkan sampe dingin, kemudian residu yang

telah larut dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, encerkan

dengan aquadest hingga tanda batas kemudian disaring dengan

membran filter berukuran 0,45µm, filtrat selanjutnya ditampung

untuk digunakan dalam analisis.


34

2. Pembuatan larutan induk Timbal Pb dari Pb Asetat 1000 ppm

a. Larutan induk 100 ppm Pb

Pipet 2,5mL larutan induk timbal 1000 ppm dan masukkan ke

dalam labu ukur 25mL, kemudian ditambahkan aquadest

sampai tanda batas.

3. Pembuatan Larutan Standar timbal (Pb)

Pipet ke dalam labu ukur 25 mL masing-masing 2,5mL; 20mL;

12,5mL; 12,5mL; 12,5mL; 12,5mL; 10mL larutan baku Pb 100 ppm

kemudian encerkan dengan aquadest sampai tanda batas.

Larutan baku ini memiliki konsentrasi 10µg/mL; 8,0µg/mL;

4,0µg/mL; 2,0µg/mL; 1,0µg/mL; 0,5µg/mL; 0,2µg/mL Pb (BPOM

Nomor HK.03.1.23.08.11.07331, 2011).

4. Analisis kandungan logam secara kuantitatif

Residu hasil destruksi yang telah disaring kemudian

dihomogenkan dan diukur dengan AAS pada panjang gelombang

217,0nm (Standar Nasional Indonesia, 06-6989.8, 2004: 6)

5. Prosedur Pemeriksaan AAS (SNI 06-6989.8, 2004: 6)

a. Optimalisasikan alat spektrofotometer serapan atom seperti

pada tabel:

Tabel 3.4. Kondisi Alat AAS Untuk Analisis

No Parameter Keterangan
1. Panjang Gelombang 217,0 nm
2. Laju Alir Asetilen 2.0 L/menit
3. Laju Alir Udara 10.0 L/menit
4. Kuat Arus Lampu 10.0 Ma
5. bar Celah 0,7 nm
6. Tinggi Burner 2.0 mm
35

b. Ukur masing-masing larutan standar

c. Buat kurva kalibrasi

d. Lanjutkan pemeriksaan dengan mengukur larutan sampel yang

sudah dipersiapkan.

G. Pengumpulan dan Analisis Data

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pemeriksaan

laboratorium. Data hasil penelitian berupa absorbansi standar sampel

hasil dari pembacaan menggunakan AAS, data tersebut akan

dituliskan ke dalam tabel. Pembuatan standar larutan logam timbal

seperti terlihat pada tabel 3.5

1. Standar Larutan timbal (tujuh konsentrasi standar)

Tabel 3.5. Tabel Larutan Standar Timbal

No Absorban Konsentrasi (mg/L)

1. A1 Cs1
2. A2 Cs2
3. A3 Cs3
Dst.
36

Dari data absorban dibuat kurva absorban dengan kadar yang

akan menghasilkan persamaan linier y= ax +b.

Absorban

Konsentrasi (mg/L)

Gambar 3.3. Kurva Kalibrasi Timbal

2. Perhitungan

Hitung kadar timbal (Pb) dengan persamaan garis regresi kurva

kalibrasi menggunakan rumus:

/
Kadar timbal (µg/g) = ( )
x F(mL)

Dimana:

C = Konsentrasi timbal dalam sampel yang dihitung dari kurva

kalibrasi

F = Volume larutan uji dalam mL

B = Bobot sampel dari larutan uji

Hasil akhir berupa kadar timbal akan disajikan pada tabel. Seperti

terlihat pada tabel 3.6

Tabel 3.6. Kadar Timbal dalam Lipstik

No Kode Lipstik Kadar Timbal (µg/g)

1.

2.

Dst
37

H. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Politeknik Kesehatan

Bandung.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Pendataan Sampel Lipstik

Pendataan merek lipstik dilakukan di salah satu pasar minggu Kota

Cimahi. Pemilihan merk lipstik di salah satu pasar minggu Kota Cimahi

didasarkan pada jumlah merk yang paling banyak beredar, sehingga

diasumsikan bahwa merk lipstik tersebut paling banyak digunakan oleh

masyarakat. Kemudian untuk pengambilan sampel uji digunakan rumus

slovin, dimana rumus ini mempunyai tingkat kepercayaan 95% dan tingkat

kesalahan 5%. Dengan menggunakan rumus slovin, jumlah sampel uji

secara keseluruhan berjumlah 10 sampel lipstik.

2. Preparasi Sampel

Destruksi sampel untuk analisis logam timbal dilakukan dengan

menggunakan microwave. Masing-masing sampel ditimbang dengan

seksama menggunakan gelas ukur dengan menggunakan timbangan

analitik sebanyak 0,2 gram .

Bobot masing-masing sampel seperti terlihat pada tabel 4.1

38
39

Tabel 4.1. Bobot Sampel Lipstik

Sampel Bobot (gram)

LS-1 0,2222

LS-2 0,2115

LS-3 0,2216

LS-4 0,2037

LS-5 0,2065

LS-6 0,2010

LS-7 0,2093

LS-8 0,2017

LS-9 0,2098

LS-10 0,2120

Setelah masing-masing sampel ditimbang kemudian dimasukkan ke

dalam vessel ditambahkan 6mL HNO3 65% dan 2mL H2O2 30%

kemudian dipanaskan pada microwave dengan suhu 200oC. HNO3 65%

digunakan untuk memecah sampel menjadi senyawa yang mudah terurai.

Untuk mempercepat terputusnya reaksi timbal dengan bahan organik

maka dilakukan penambahan asam lain sebagai katalis yaitu H2O2 30%

sebanyal 2mL. Penambahan H2O2 30% juga bertujuan agar proses

pendekstrusian senyawa organik berjalan sempurna yang ditandai

dengan terbentuknya larutan jernih (Afrianti dan Syahriar, 2011: 3).

Sedangkan pemanasan pada suhu 200oC pada proses ini untuk

mempercepat proses pemutusan ikatan organologam. Pemanasan pada

suhu 200oC diharapkan dapat mencegah larutan HNO3 65% tidak cepat
40

habis sebelum proses destruksi selesai. (Wulandari dan Sukaesih, 2013:

16). Setelah proses destruksi sempurna kemudian larutan jernih yang

telah terbentuk didinginkan. Kemudian larutan dipindahkan kedalam labu

ukur 25mL dan diencerkan dengan aqudest sampai tanda batas, larutan

disaring menggunakan filter membran 0,45µm. Selanjutnya filtrat yang

diperoleh diukur absorbansinya dengan AAS pada panjang gelombang

217,0 nm.

Destruksi berfungsi untuk memutus ikatan antara senyawa organik

dengan logam yang akan dianalisis. Agar unsur-unsur tersebut tidak

saling mengganggu, maka salah satu unsurnya harus dihilangkan.

Dengan adanya proses destruksi maka yang diharapkan tertinggal hanya

logam.

3. Penentuan Kurva Standar Timbal (Pb)

Pembuatan kurva standar timbal (Pb) dilakukan dengan mengukur

larutan standar timbal. Pembuatan larutan standar timbal ini mengacu

pada aturan BPOM Nomor HK.03.1.23.08.11.07331, 2011. Diawali

dengan pembuatan larutan induk timbal 1000 ppm . Kemudian dilakukan

pembuatan larutan standar timbal 100 ppm yang diambil dari larutan

timbal 1000 ppm. Larutan standar timbal dibuat dengan konsentrasi

dimulai dari 0,2ppm; 0,5ppm; 1,0ppm; 2,0ppm; 4,0ppm; 8,0ppm; 10ppm

dalam labu ukur 25 mL. Pemilihan konsentrasi ini dilakukan berdasarkan

batas persyaratan cemaran logam timbal yaitu < 20 µg/g. Pengukuran

serapan kurva kalibrasi menggunakan Atomic Absorptin

Spectrophotometry dengan panjang gelombang spesifik untuk timbal yaitu

217,0 nm. Pemilihan panjang gelombang tersebut karena merupakan


41

panjang gelombang yang kuat untuk menyerap garis untuk transisi

elektronik dari tingkat dasar ke tingkat eksitasi (Dewi, 2012). Hasil

pengukuran serapan kemudian diplot menjadi kurva kalibrasi sehingga

diperoleh persamaan garis liniear logam timbal. Menurut BPOM No.

HK.03.1.23.08.11.07331.2011, pembuatan larutan standar untuk logam

dalam kosmetik cukup dengan 5 deret standar. Maka dari 7 hasil

pembacaan hanya diambil sebanyak 5 data. Berikut adalah hasil rata-rata

dari konsentrasi dengan dilakukan tiga kali pengukuran.

Tabel 4.2. Konsentrasi Standar Timbal

Kode Standar Absorbansi Konsentrasi (mg/L)

Standar 1 0,0037 0,2241

Standar 2 0,0067 0,3597

Standar 3 0,0164 1,0178

Standar 4 0,0336 2,1847

Standar 5 0,0607 4,0232

KURVA KALIBRASI TIMBAL


0,07
0,06 y = 0,0147x + 0,0014
0,05 r=1
Absorban

0,04
0,03 Absorban
0,02 Linear (Absorban)
0,01
0
0 1 2 3 4 5
Konsentrasi

Gambar 4.1. Kurva Kalibrasi Timbal


42

Berdasarkan pengukuran kurva kalibrasai tersebut, maka diperoleh

persamaan regresi untuk timbal yaitu: Y= 0,0147x + 0,0014 dengan

koefisien korelasi (r = 1).

4. Pengukuran kadar Sampel

Penetapan kadar timbal (Pb) pada lipstik yang diperjualbelikan di salah

satu pasar minggu Kota Cimahi menggunakan Atomic Absorption

Spectrofotometer, dihitung dengan menggunakan perbandingan standar

dan sampel.

Tabel 4.3. Hasil Pembacaan alat AAS

Kode Sampel Absorban Konsentrasi (mg/L)

LS-1 0,0040 0,1732

LS-2 0,0029 0,1020

LS-3 0,0050 0,2483

LS-4 0,0062 0,3231

LS-5 0,0048 0,2279

LS-6 0,0058 0,2993

LS-7 0,0064 0,3367

LS-8 0,0063 0,3333

LS-9 0,0066 0,3503

LS-10 0,0080 0,4523

Hasil yang tertera pada tabel merupakan hasil konsentrasi rata-rata

setelah dilakukan tiga kali pengukuran.


43

Logam berat timbal terdeteksi pada semua merk lipstik yang di uji. Berikut

adalah hasil uji kadar timbal pada 10 sampel lipstik.

Tabel 4.4 kadar Timbal dalam Lipstik

No Kode Lipstik Kadar Timbal (µg/g)

1. LS-1 19,51

2. LS-2 12,06

3. LS-3 28,01

4. LS-4 39,65

5. LS-5 27,58

6. LS-6 35,46

7. LS-7 40,22

8. LS-8 39,36

9. LS-9 39,84

10. LS-10 56,00

B. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk menentukan kadar cemaran logam berat

timbal pada beberapa merk lipstik, sehingga dapat diketahui keamanan lipstik

tersebut untuk digunakan. Keamanan lipstik pada penelitian ini mengacu pada

batas aman (batas maksimum cemaran) timbal yang ditetapkan oleh Badan

pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia nomor

HK.03.1.23.07.11.6662 bahwa timbal merupakan bahan yang dilarang dalam

kosmetik. Batas aman cemaran logam berat timbal pada lipstik yaitu <20µg/g

(BPOM RI, 2011).


44

Logam berat timbal dipilih sebagai logam berat yang akan dianalisa

kadar cemarannya pada lipstik karena cemaran logam timbal sering

ditemukan pada produk kosmetik seperti lipstik dan timbal juga merupakan

logam berat yang berbahaya terhadap kesehatan (Widow Widowati, Sastiono,

Jusuf, 2008: 109). Sediaan kosmetik yang digunakan yaitu lipstik karena

lipstik merupakan salah satu kosmetik yang sering digunakan oleh wanita dan

mudah didapatkan, selain itu timbal sering ditemukan dalam lipstik (Ziarati,

et.all, 2011: 2). Pemilihan warna lipstik berdasarkan pada penelitian yang

dilakukan oleh Ziarati et al,2011 bahwa kadar timbal tertinggi terdapat pada

lipstik warna merah dan merah muda (±40µg/g). Berdasarkan uraian tersebut,

maka penelitian ini menggunakan lipstik berwarna merah dan merah muda.

Selain itu, kedua warna ini juga cukup digemari oleh masyarakat daerah kota

Cimahi dan banyak beredar di beberapa pedagang kosmetik.

Destruksi yang digunakan yaitu destruksi basah karena dapat

menentukan unsur-unsur dengan konsentrasi yang rendah. Destruksi basah

dapat menguraikan bahan organik dalam sampel dengan bantuan asam

pengoksidasi pekat dan panas. Biasanya jumlah sampel yang digunakan pada

metode microwave ini berkisar antara 0,5 gram sampai 2 gram. Namun

sampel dengan kandungan minyak yang cukup tinggi hanya membutuhkan

jumlah yang sedikit yaitu 0,2 gram (Mindak, Cheng, dan Jacobs, 2010; 59).

Penetapan kadar timbal dalam beberapa merk lipstik dilakukan dengan

menggunakan metode AAS karena waktu pengerjaannya yang cepat, sensitif,

dan sangat spesifik untuk unsur yang akan dianalisis.

Berdasarkan hasil penetapan kadar logam timbal bahwa dari 10 sampel

lipstik terdapat 8 sampel lipstik yang melebihi batas yang telah ditetapkan oleh
45

BPOM RI (<20µg/g) yaitu sampel lipstik kode LS-3 (28,01µg/g), LS-4

(39,65/g), LS-5 (27,58µg/g), LS-6 (35,46µg/g), LS-7 (40,22µg/g), LS-8

(39,36µg/g), LS-9 (39,84µg/g), LS-10 (56,00 µg/g). Hal ini dapat disebabkan

karena tidak adanya pengawasan dari BPOM RI sehingga tidak dapat

dipastikan proses pembuatan lipstik-lipstik tersebut apakah sudah sesuai

pada keputusan kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik

Indonesia nomor HK.00.05.4.3870 tentang pedoman cara pembuatan

kosmetik yang baik (BPOM RI, 2003). Secara keseluruhan, kadar logam

timbal tertinggi pada penelitian ini adalah 56,00 µg/g. Pada penelitian

sebelumnya juga didapatkan bahwa lisptik produk dalam negeri dan produk

luar negeri semuanya mengandung logam timbal dengan kadar 3,41µg/g

(untuk produk dalam negeri) dan 2,97µg/g (untuk produk luar negeri)

(Supriyadi, 2008). Selain lipstik beberapa kosmetik lain juga positif

mengandung timbal seperti eye shadow dan eye liner (Amry.,et all,2011: 2).

Kandungan timbal dalam kosmetik dapat diakibatkan oleh kontaminasi

dari bahan baku yang digunakan atau penggunaan pigmen yang

mengandung timbal (Ziarati, et.all, 2011: 2). Timbal digunakan untuk

membuat lipstik tahan dari pengoksidasian udara dan tahan air. Senyawa-

senyawa timbal dapat diserap memalui lapisan kulit (Joko,S, 1995). Lipstik

terkontaminasi dengan timbal dapat disebabkan oleh karena bahan dasar

yang digunakan secara alami mengandung logam berat atau tercemar selama

produksi (Nourmoradi et al., 2013: 3). Menurut Hepp et al, 2009: 408),

kontaminasi timbal pada lipstik mungkin berasal dari solder timbal atau pada

peralatan yang digunakan untuk produksi lipstik yang menggunakan cat yang

mengandung timbal.
46

Logam berat timbal dapat masuk ke dalam tubuh dan mengganggu

kesehatan. Senyawa timbal yang masuk ke dalam tubuh dapat mempengaruhi

metabolisme tubuh, efek toksik timbal dapat menghambat pembentukan Hb,

kerusakan pada sistem syaraf, sistem urinaria, sistem reproduksi, sistem

endokrin, jantung, dan ginjal (Priyanto, 2009: 95). Kandungan timbal dalam

darah berkorelasi dengan tingkat kecerdasan manusia. Semakin tinggi kadar

timbal dalam darah, semakin rendah poin IQ (intelektual). Apabila dalam

darah ditemukan kadar timbal sebanyak tiga kali batas ambang normal

(normal sekitar 0,3mg/hari), maka akan terjadi penurunan kecerdasan IQ

dibawah 80 kelainan fungsi otak terjadi karena timbal secara kompetitif

menggantikan peranan Zn, Cu, dan Fe dalam mengatur fungsi sistem syaraf

pusat. Timbal merupakan neurotoksin yang bersifat akumulatif (Widowati,

2008: 122).
47

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian kadar timbal (Pb) dalam lipstik yang

diperjualbelikan di salah satu pasar minggu Kota Cimahi, maka dapat

disimpulkan:

1. Terdapat logam timbal pada 10 sampel lipstik yang dijual di salah

satu pasar minggu Kota Cimahi.

2. Terdapat 8 sampel lipstik yang terdeteksi mengandung cemaran logam

timbal melebihi batas aman yang ditetapkan oleh BPOM RI nomor

HK.03.1.23.07.11.6662 tahun 2011.

B. Saran

1. Perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut terhadap kandungan timbal

pada jenis kosmetik lainnya seperti eye liner dan eye shadow.

2. Perlu dilakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap produk

kosmetik yang beredar di masyarakat oleh Badan Pengawasan Obat

dan Makanan.
DAFTAR PUSTAKA

Adiwisastra, A. (1999). Keracunan Sumber, Bahaya, serta


Penanggulangannya. Bandung: Angkasa Bandung

Afrianti, Ria dan Syahriar harun. 2011. Penentuan Kadar Kalsium pada
Ikan Kering Air Laut dan Kering Air Tawar Dengan Metode
Spektrofotometer Serapan Atom.

Agustina, Titin. 2010. Kontaminasi Logam Berat Pada Makanan Dan


Dampaknya Pada Kesehatan. Teknubuga 2(2): 53-65

Albalak, Rachel; Noonan, Gary; Buchanan, Sharunda; Flanders, W.


Dana; Gotway-Crawford, Carol; Kim,Dennis; Jones, Robert L.;
Sulaiman, Rini; Blumenthal, Wendy; Tan, Regina; Curtis, Gerald;
McGeehin,Michael A (2003) Blood lead levels and risk factors for
lead poisoning among children in Jakarta,Indonesia, The Science
of The Total Environment, Volume 301, Issues 1-3, 1 January
2003, Pages 7585,http://dx.doi.org/10.1016/S0048-
9697(02)00297-8

Amry Mohamed Al., Al-Saikhan Fahad., Ayoubi Ayunan. 2011. Toxix


Effect Of Cadmium Found Eyeliner to the Eye of a 21 year old
Saudi Women: A Case report: 270

Ashban, Al; Aslam, M; Shah, AH (2004) Kohl (surma): A toxic eye


cosmetic study in Saudi Arabia PublicHealth 118, 292-298,
www.publichealthjrnl.com/article/S0033-3506(03)00183-5/pdf

Ardyanto, Denny. 2005. Deteksi Pencemaran Timah Hitam (Pb) dalam


Darah Masyarakat Yang Terpajan Timbal (Pb). Jurnal Kesehatan
Lingkungan (2): 67-76

Aziz, 2007. Analisis Kandungan Sn, Zn, dan Pb dalam Susu kental Manis
Kemasan Kaleng Secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA),
Skripsi, Yogyajarta: Universitas Islam Indonesia

Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2004, Peraturan


Perundang-Undangan di Bidang Kosmetik : Keputusan Kepala
Badan pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.
HK.00.05.4.1745, Tanggal 5 Mei 2003, Jakarta.

Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Republik Indonesia


No:HK.00.05.42.1018

Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Republik Indonesia Vol.5, No.2,


maret 2004

48
49

Boybul dan Iis Haryat, 2009. Analisis Unsur Pengotor Fe, cr, dan Ni
Dalam Larutan Uranil Nitrat Menggunakan Spektrofotometer
Serapan Atom. Sdm teknologi Nuklir. ISSN 1978-0176

Christina P, Maria. 2006. Petunjuk Praktikum Instrumentasi Kimia


“Analisis Kesalahan Dalam Spektrometri Serapan Atom”.
Yogyakarta : STTN-BATAN.
Dewi. 2011. Analisa Cemaran Logam Timbal (Pb), Tembaga (Cu), dan
Kadmium (Cd) dalam Tepung Gandum Secara Spektrofotometri
Serapan Atom. (Skripsi). Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam – Program Studi Farmasi. UI

Dwikayra M, 2003, Merawat Kulit dan Wajah, Jakarta : PT.Kawan Pustaka

Flanagan.,Wason.,Whelpton. (2007). FUNDAMENTAL OF ANALYTICAL


TOXICOLOGY. England. Wiley

Frank C.Lu, Toksikologi Dasar: UI –Press

Haas, E., M. "Staying Healthy with Nutrition: The Complete Guide to Diet
and Nutritional Medicine, Celestial Arts." Volume, DOI: Elson M_
HaasM_D_ - HealthWorld Online.htm

Health 206, 363-369, August 2003,


www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12971691

Heavy Metal Hazard, The Health Risk of Hidden Heavy Metals in Face
Make Up(May 2011), Environmental Defence Canada
[http://www.greenbiz.com/sites/default/files/HeavyMetalHazard_M
ay16_0.pdf]

Hepp, Nancy M, William R.Mindak., John Cheng. 2009. Determination Of


Total Lead In Lipstick: Development and Validation O a
Microwave-Assisted Digestion, Inductively Coupled Plasma-Mass
Spectrometric Method. J. Cosmet. Sci 60: 405-414
Journal of Cosmetic Science, 2009 / Spektroskopi Atom vol. 19,
1998.

Kessel, Irene and O’Connor, John T. (1997) Getting the Lead out: The
Complete Resource on How toPrevent and Cope with Lead
Poisoning, Published by Plenum Trade, New
York,www.questia.com/library/book/getting-the-lead-out-the-
complete-resource-on-how-to-preventand-cope-with-lead-
poisoning-by-irene-kessel-john-t-oconnor.jsp
50

Meyer, Pamela A.; McGeehin, Michael A.; and Falk, Henry (2003) A
global approach to childhood lead poisoning prevention,
International Journal Hygiene Environmental

Nourmoradi, H,et,all. (2013). Assessment of Lead and Cadmium Levels in


Frequently Used Cosmetic Products in Iran. Journal of
Environmental and Public Health Volume 2013.

Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat Dan Makanan Republik


Indonesia nomor HK.03.1.23.07.11.6662 tentang analisis
kosmetika. 2011. Jakarta

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik


Indonesia Nomor HK.03.1.23.08.11.07331 tentang Metode
Analisis Kosmetik. 2011.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:


220/Men.Kes/Per/IX/76 tentang Produksi dan Peredaran
Kosmetika.

Public Warning / Peringatan Nomor KH.00.01.432.6147 Tanggal 26


November 2008 Tentang Kosmetik Mengandung Bahan
Berbahaya dan Zat Warna
yangdilarang.[http://www.pom.go.id/public/peringatan_publik/pdf/
KH.00.01.432.6147. pdf]

Pueschel SM, Linakis JG, Anderson AC (eds) (1996) Lead poisoning in


childhood. Published by Paul H.Brookes Publishing Co, Baltimore
(Book)

Priyanto, (2009). Toksikologi. Mekanisme, terapi antidotum dan Penilaian


Resiko.Lenskonfi, Depok.

Sah, Ram Charita. 2012. Poisonous Cosmetic, the Problem of lead in


Lipstick in Nepal, viii+7. Kathmandu: CEPHED

Sartono, 2002. Racun dan keracunan. Jakarta: Widya Medika

Ratmini, N.A. (2009). Kandungan Logam Berat Timbal (Pb), Mercuri (Hg)
Dan Cadmium (Cd) pada Daging Ikan SapuSapu (Hyposarcus
Pardalis) di Sungai Ciliwung, Stasiun Srengseng, Condet dan
Manggarai.
(Online).http://biologi.unas.ac.id:8080/webbiologi/publikasi/Logam%
20berat%20pada%20ikan.pdf. 11/11/2011.

Supriyanto, C, dkk. (2007). Analisis Cemaran Logam Berat Pb, Cu, Dan
Cd Pada Ikan Air Tawar Dengan Metode Spektrometri Nyala
Serapan Atom (SSA), (Online).
http://jurnal.sttnbatan.ac.id/wpcontent/uploads/ 2008/06/13-
supriyanto-hal-147-152.pdf. 4/01/2012.
51

Sah, Ram Charitra. 2012. Poisonous Cosmetics, the Problem of Lead in


Lipstick in Nepal, viii+7. Kathmandu: CEPHED.

SK MENKES no 140/1991 Tentang Pengertian Kosmetik

Spektrofotometer Serapan Atom oleh Riyanto,2009, tersedia


http//lab.uji.ac.id.

Standar Nasional Indonesia, 3547.1: 2008 Cara Uji Timbal Secara


Spektrofotometri Serapan Atom(SSA)-Nyala.

Sudarmaji, J. Mukono dan Corie I.P. Toksikologi Logam Berat B3 dan


Dampaknya Terhadap Kesehatan. Kesehatan Lingkungan FKM.
Unair; 2006.

Sukmadinata. , 2006. Metode Penelitian Pendidikan, Remaja Rosdakarya,


Bandung

Tranggono,R.,Latifah,F. (2007). Buku Pegangan Ilmu


Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Wasitaatmaja, S. M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik.
Jakarta: Universitas Indonesia Press
Waston, David G, 2005. Analisis Farmasi Buku Ajar untuk Mahasiswi
Farmasi dan Praktisi Kimia Farmasi, Edisi 2. Jakarta: Buku
Kedokteran: EGC

Widodo, Wahyu dan Sri Sumarsih, 2007. Jarak Kepyar Tanaman


Penghasil Minyak Kastor Untuk Berbagai Industri. Yogyakarta:
Kanisius

Widowati, hening. 2011. Pengaruh Logam Berat Cd, Pb Terhadap


penambahan Warna Batang dan Daun Sayuran. El Hayah: 162-
173

Wulandari, Eka Amelia., Sukesi. 2013. Preparasi Penentuan Kadar


Logam Pb, cd, dan Cu dalam Nugget Ayam Rumput Laut Merah
(Eucheuma cottonii). Jurnal Sains dan Seni Pomits 2(2): 15-17

Ziarati.,et,all. (2012) Risk Assessment of Heavy Metal Contents


(Lead and Cadmium) in Lipsticks in Iran. International
journal of Chemical Engineering and Application, Vol
uiokkk3. No 6 December 2012.
52
Lampiran 1. Alur Penelitian

Pendataan merk lipstik yang beredar di salah


satu pasar minggu Kota Cimahi

Pengambilan sampel uji

Lipstik berwarna merah

Analisis logam timbal (Pb)

Pembuatan kurva kalibrasi Pb

Preparasi sampel (penimbangan dan destruksi


basah menggunakan HNO3 dan H2O2)

Penetapan kadar Pb dengan AAS


Lampiran 2. Dokumentasi Alat dan Bahan Penelitian

Spatula Pipet Ukur Neraca Analitik

Microwave Ethos Milestone

AAS Shimadzu AA-6300


Sampel Lipstik
Lampiran 3. Dokumentasi Proses Destruksi
Lampiran 4. Dokumentasi Proses Pembacaan dengan Alat AAS
Lampiran 5. Data Absorbansi Timbal AAS pada Lipstik

Kode Lipstik Absorbansi 1 Absorbansi 2 Rata-Rata


LS-1 0,0042 0,0037 0,00395
LS-2 0,0026 0,0032 0,00290
LS-3 0,0050 0,0051 0,00505
LS-4 0,0060 0,0063 0,00615
LS-5 0,0049 0,0046 0,00475
LS-6 0,0058 0,0058 0,00580
LS-7 0,0063 0,0064 0,00635
LS-8 0,0043 0,0063 0,00630
LS-9 0,0066 0,0065 0,00655
LS-10 0,0083 0,0078 0,00805
Lampiran 6. Data Konsentrasi Timbal dalam Lipstik

Kode Lipstik Konsentrasi


LS-1 0,173469388
LS-2 0,102040816
LS-3 0,248299320
LS-4 0,323129252
LS-5 0,227891156
LS-6 0,299319728
LS-7 0,336734694
LS-8 0,333333333
LS-9 0,350340136
LS-10 0,452380952
Lampiran 7. Perhitungan Pembuatan Larutan Standar

o Larutan Standar Pb 100ppm dari larutan induk 1000 ppm dalam labu ukur
25 mL

V1 x M1 = V2 x M2

V1 x 1000 ppm = 25mL x 100 ppm

V1 = 2,5mL

o Larutan Standar Pb 10ppm dari larutan induk 100 ppm dalam labu ukur

25 mL

V1 x M1 = V2 x M2

V1 x 100 ppm = 25mL x 10 ppm

V1 = 2,5mL

o Larutan Standar Pb 8,0ppm dari larutan induk 10 ppm dalam labu ukur 25

mL

V1 x M1 = V2 x M2

V1 x 10 ppm = 25mL x 8,0 ppm

V1 = 20mL

o Larutan Standar Pb 4,0ppm dari larutan induk 8,0 ppm dalam labu ukur

25 mL

V1 x M1 = V2 x M2

V1 x 8,0 ppm = 25mL x 4,0 ppm

V1 = 12,5 mL

o Larutan Standar Pb 2,0ppm dari larutan induk 4,0 ppm dalam labu ukur

25 mL

V1 x M1 = V2 x M2

V1 x 4,0 ppm = 25mL x 2,0 ppm

V1 = 12,5mL
o Larutan Standar Pb 1,0ppm dari larutan induk 2,0 ppm dalam labu ukur

25 mL

V1 x M1 = V2 x M2

V1 x 2,0 ppm = 25mL x 1,0 ppm

V1 = 12,5mL

o Larutan Standar Pb 0,5 ppm dari larutan induk 1,0 ppm dalam labu ukur

25 mL

V1 x M1 = V2 x M2

V1 x 1,0 ppm = 25mL x 0,5 ppm

V1 = 12,5mL

o Larutan Standar Pb 0,2 ppm dari larutan induk 0,5 ppm dalam labu ukur

25 mL

V1 x M1 = V2 x M2

V1 x 0,5 ppm = 25mL x 0,2 ppm

V1 = 10mL
Lampiran 8. Contoh Cara Perhitungan Kadar Timbal dalam lipstik

Diketahui : Absorban LS-1 = 0,00395

Bobot 1 = 0,2222 gram

Persamaan regresi liniear = y = 0,0147x + 0,0014

Ditanya : Kadar timbal pada sampel lipstik LS-1 ?

Jawab : y = 0,0147x+0,0014

0,00395 = 0,0147+0,0014

= 0,1732

μ / ( )
Kadar timbal =
( )

,
=
,

=19,51 µg/g

Keterangan : Y = Absorban

X= Konsentrasi

C = Konsentrasi timbal dalam sampel yang dihitung


dari kurva kalibrasi

F = Volume larutan uji dalam mL

B = Bobot sampel dari larutan uji


Lampiran 9. Prosedur Microwave Ethos Milestone
KTI ???
Siapa sih kamu KTI ???
Beraninya mempermainkan aku.
Aku bukan hanya harus begadang dan keluar uang.
Tapi juga harus banting tulang dan berfikir matang-matang
Karya Tulis Ini...
Aku resah ketika kamu dinodai tinta balpoin
Ketika lembaranmu di lipat-lipat
Padahal sudah ku perjuangkan kamu
Aku salah lagi, kamu harus ku sayang dengan keluh kesah.
Kemudian kamu mulai dilapisi plastik dan kertas kuning.
Kamu dibiarkan tanpa dinodai tinta atau dilipat.
Lalu perlahan ada ukiran tanda tangan dibalik sampulmu.
Bukankah cukup setia aku disampingmu ?
Hingga kini kamu berbaju merah,
Sama seperti ketika aku memulai semuanya.
Kamu terlihat menawan.
Terimakasih karna kamu membuatku belajar menghargai.
Menghargai apa yang menjadi hari- hariku.
Ketika aku melihatmu, aku juga memikirkan,
Bagaimana aku harus mengalami ujian demi ujian.
Pelajaran yang membosankan
Kelas yang menjadi jenuh.
Pagi, siang, sore dan malam disertai handout,
dan setumpuk laporan.
Terimakasih karna kamu mengajarkanku,
Tentang kekuatan mental dan fisik.
Hingga aku mampu menghadapi setiap resiko itu.

.Rismalasari.
RIWAYAT HIDUP

Nama : Rismalasari

Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 07 September 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Kp. Lengsar RT02 / RW01 Kel. Cilangkap

kec.Lengkong Kab. Sukabumi

Riwayat Pendidikan : 1. 2001-2005 SD Negeri KPAD II Bandung.

2. 2006 Madrasah Ibtidaiyah Cibolang

Sukabumi.

3. 2006-2008 SMP Negeri 01 Cisaat Sukabumi.

4. 2008-2011 SMK Negeri 7 Bandung

5. 2012-2015 Stikes Jenderal Achmad Yani

Cimahi Jurusan Analis Kesehatan (D-3).

Anda mungkin juga menyukai