Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

ANALISA DAN PERHITUNGAN

4.1 Umum

Untuk menganalisa kegagalan pengasutan pada motor induksi 3

fasa dari segi sistim kelistrikannya maka dilakukan pengamatan langsung

( visual ) terhadap motor induksi tersebut, pengamatan dan pengukuran

hanya terfokus di terminal stator yang berhubungan langsung dengan

kumparan motor dan pada terminal circuit breaker yang mendistribusikan

tegangan ke motor. Tujuan dari pengukuran pada sumber tegangan

( Panel PP. CHWP ) :

b. Untuk melakukan pengukuran tegangan jaringan atau tegangan

sumber agar dapat dianalisa kualitas tegangannya.

c. Untuk memastikan tidak terjadi hubung singkat pada terminal

circuit breaker yang mensuply ke motor pompa chiller.

Sedangkan tujuan pengukuran di terminal stator adalah:

a. Untuk mengetahui kualitas impedansi pada kumparan stator.

b. Untuk mengatahui kualitas tahanan isolasi kumparan stator.

Sebelum memulai pengukuran pada terminal stator dipastikan bahwa kabel

yang dari sumber tegangan ke terminal stator sudah di lepas ( tidak

tersambung pada terminal srator ), tujuannya agar didapatkan hasil

pengukuran kumparan stator yang akurat. Dan yang tidak kalah pentingnya

43
memastikan bahwa alat pengukur tersebut telah di kalibrasi, sehingga

dapat menghasilkan nilai pengukuran yang akurat.

- AVO meter

- Insulation tester digital

Adapun data teknis motor induksi pompa chiller tersebut sebagai berikut :

- Motor type : MMG225MC

- Jumlah Kutub : 4 kutub

- Daya rata rata : 45 KW

- Frekuensi : 50 Hz

- Tegangan rata rata : 3 x 380 – 420D/ 660 – 725Y Volt

- Arus nominal : 85,0 – 80,0/ 49,0 – 46,0 A

- Arus pengasutan : 420 – 420 %

- Cos phi – faktor daya : 85,4 %

- Kecepatan rata rata : 1475 Rpm

- Efisiensi pada beban penuh : 92, 9 – 92,9 %

- Efisiensi pada beban ¾ : 92, 8- 92, 8 %

- Efisiensi pada beban ½ : 91, 6 – 91, 6 %

4.2 Pengukuran Tegangan Jaringan Sumber

Gambar 4.1 Fasor jaringan sumber 3 fasa.

44
Tabel 4.1 Pengukuran tegangan sumber antara fasa.

Uraian R-S R-T S-T

Hasil pengukuran 385 V 387 V 386 V

V rata rata 386 V

Prosentase Ketidakseimbangan tegangan dapat di hitung dengan

persamaan (3.37). Dari hasil perhitungan ini kita dapat mengetahui apakah

tegangan tak seimbang menjadi sebab kegagalan pengasutan pada motor

pompa chiller. Perhitungannya dapat di jabarkan di bawah ini

diketahui;

Vmax = 387 V

Vmin = 385 V

V rata- rata = 386 V

Prosentase Ketidakseimbangan tegangan = x 100 %

= 0,52 %.

Setelah dilakukan perhitungan ketidakseimbangan tegangan (unbalanced

voltage), didapat hasil perhitungan sebesar 0,52%, dari hasil tersebut catu

daya ke motor masih memenuhi persyaratan sebagai catu daya pada motor

induksi karena masih bernilai sama dengan atau lebih kecil 1 %. Nilai

tersebut tidak akan berpengaruh terhadap kinerja motor pompa chiller.

45
4.3 Pengukuran Tahanan Isolasi Kumparan Stator

Sebelum melakukan pengukuran tahan isolasi kumparan harus

dipastikan bahwa kabel penghantar harus yang menuju terminal stator

sudah tidak tersambung. Dibawah ini adalah Gambar 4.3 ilustrasi

pengukuran tahanan isolasi dengan menggunakan tegangan pengujian

1000 Volt.

Gambar 4.2 Gambar pengukuran tahanan isolasi kumparan stator.

Tabel 4.2 Pengukuran tahanan isolasi kumparan stator.

Uraian R-S R-T S-T

Hasil pengukuran 1000 MΩ 0,5 MΩ 0,1 MΩ

Dari tabel 4.2 pengukuran tahanan isolasi kumparan dapat di analisa

dengan menggunakan persamaan (3.39) :

Vuji = 1000 V

Iuji = 0,5 mA = 0,0005 A

46
Risolasi = = 2 MΩ.
,

Nilai 2 MΩ merupakan nilai tahanan isolasi minimum yang diizinkan,

pada pengukuran antara fasa R – S bernilai 1000 MΩ, nilai ini sangat

memenuhi nilai yang dipersyaratkan, sedangkan nilai tahanan isolasi

antara fasa R – T dan fasa S - T < 2 MΩ. Nilai ini di bawah yang

dipersyaratkan. Ini dapat dimungkinkan kumparan pada fasa R – T dan

fasa S – T terbakar atau putus sehingga merusak isolasi dari kumparan dan

akibat selanjutnya akan menurunkan nilai pengukuran tahanan isolasi.

4.4 Pengukuran Tahanan Kumparan Stator

R1

I1

VDC Rc

Gambar 4.3 rangkaian pengukuran kumparan stator

Tabel 4.3 Pengukuran Resistansi kumparan stator.

Uraian U-X V-Y W-Z


Hasil
0,16 Ω 0 MΩ 0 MΩ
Pengukuran

47
Hasil pengukuran ini harus di koreksi berdasarkan persamaan

(3.35). karena pada saat dilakukan pengukuran tegangan yang dipakai

adalah tegangan DC sedangakan kondisi sebenarnya kinerja motor pompa

chiller ini menggunakan tegangan AC.

R1AC = 1,1 x R1DC ( Ohm ).

Nilai konstanta K di ambil nilai terendah yaitu 1,1 dengan perhitungan jika

diambil nilai konstanta terendah sudah berpengaruh terhadap arus AC.

Tabel 4.4 Pengukuran resistansi kumparan stator setelah dikoreksi.

Uraian U-X V-Y W-Z

Hasil Pengukuran 0,16 Ω 0 MΩ 0 MΩ

Hasil koreksi 0,176 Ω 0 MΩ 0 MΩ

Dari hasil pengukuran tahanan kumparan stator didapat bahwa

tahanan di kumparan stator tidak simetris antara terminal sehingga arus

yang mengalir pada tiap kumparan tidak seimbang dan otomatis relay

proteksi akan bekerja karena mendeteksi adanya kehilangan arus pada dua

terminal dan segera memutus suply arus melalui circuit breaker sehingga

menyebabkan kegagalan pengasutan pada motor pompa chiller. Untuk

mengatahui penyebab selanjutnya kita dapat menganalisa pada hasil

pengukuran tahanan kumparan stator pada terminal U – X. Pada terminal

V – Y dan terminal W – Z tahanan kumparan tidak ada nilainya ini

menunjukan bahwa kumparan tersebut putus, sedangkan pada terminal U –

X menunjukan angka 0,176 Ω. Nilai resistansi ini belum tentu sesuai

48
dengan nilai minimal dari tahanan kumparan sebenarnya, pencarian nilai

tahanan total dari kumparan stator dapat dicari dengan terlebih dahulu

mencari nilai R1 dan Nilai RC dapat dianalisa dengan menggunakan

persamaan (3.17). Sebelum menggunakan persamaan (3.17) maka nilai

kehilangan daya pada stator dapat di cari, dengan terlebih dahulu mencari

nilai total daya yang hilang pada motor induksi ( Ploss ), diketahui dari name

plate motor :

Pout = 45.000 W

IL = 85 A,

VL = 380 V,

Efisiensi = 92,9 % ( beban penuh ),

Dari nilai efisiensi kita dapat menghitung berapa nilai total daya yang

hilang ( Ploss ) pada motor induksi, dengan menggunakan persamaan

(3.28), Efisiensi = = 0,929

= = 0,929  Ploss = 3.439 watt.

Berdasarkan Tabel 3.1 bahwa kehilangan tetap atau kehilangan daya

karena inti stator ( Pcs ) sebesar 25 % dari PLoss dan kehilangan daya pada

tembaga stator ( Pts ) 34 % dari PLoss, maka :

Pcs = 25% x Ploss watt

49
Pcs = 0,25 x 3.439 watt

= 859,75 ≈ 860 watt,

Pts = 34% x Ploss watt

= 0,34 x 3.439 watt

= 1169,26≈ 1.169 watt.

Dari perhitungan diatas didapat bahwa kehilangan daya karena rugi

rugi pada inti stator sebesar 860 watt dan kehilangan daya karena rugi rugi

pada tembaga stator sebesar 1.169 watt. Setelah didapat nilai tersebut maka

nilai tahanan tembaga stator (R1) dan tahanan inti (RC) dapat di cari dengan

menggunakan persamaan (3.17), maka :

PCS = 3.I12. Rc watt.

Rc = ohm
.

Nilai I1 adalah nilai arus yang masuk ke kumparan stator, karena

berdasarkan name plate motor dan sesuai dengan tegangan jala jala maka

belitan stator terhubung delta ( ∆ ) maka sesuai dengan persamaan 3.36 :

arus I1 = 2/3 I sumber

I1 = 2/3 x 85 = 56, 66 A.

= ohm
( , )

50
= 0,089 ohm

Kehilangan daya pada tembaga stator 34 % dari Ploss maka

Pts = 0,34 x 3439 watt

= 1169 watt  3.I12. R1 = 1.169 watt.

.
R1 = = 0,121 ohm
( , )

Rtotal pada kondisi sebenarnya = 0,089 + 0,121

= 0,21 ohm.

Rtotal pada kondisi sebenarnya sesuai dengan persamaan 3.35 adalah

,
Rtotal = = 0,19 ohm.
,

Nilai 0,19 ohm merupakan nilai yang seharusnya didapat dari hasil

pengukuran, pengukuran antara fasa R dan S sesuai dengan tabel 4.4

adalah 0,17 ohm. Untuk itu dapat perhitungkan arus I1 yang mengalir pada

kumparan stator dengan dasar nilai tahanan 0,17 ohm, maka dapat

digunakan persamaan (3.17) kembali, perhitungannya sebagai berikut :

Diketahui :

Rtotal = R1 + RC = 0,17 ohm

Pts = 1.169 watt.

51
PCS = 860 watt

PCS = 3.I12. Rc watt.

PtS = 3.I12. R1 watt.

Maka persamaan 3.17 menjadi

PCS + PtS = 3.I12.( R1 + Rc ) watt................................................( 4.1 ).

Maka sesuai dengan persamaan 4.1 nilai I1 adalah

I1 2 =
( )

+
I1 = 3 ( A
1+ )

.
I1 = A
,

= 63,075 A.

Nilai I1 ini merupakan nilai arus yang masuk ke kumparan stator bukan

merupakan arus sumber, maka berdasarkan persamaan (3.36) nilai arus

Isumber adalah :

Isumber = 3/2 IRA

Isumber = Arus yang mengalir ke terminal stator

IRA = Arus yang mengalir pada kumparan stator.

52
Maka Isumber ,

Isumber = ( 3/2 ) x 63,075 A

= 94,61 ≈ 94,5 A.

Dengan diketahui Isumber ≈ 94,5 A maka dapat diketahui bahwa arus yang

mengalir ke motor pompa chiller melebihi nilai arus nominal yang tertulis

di name plate motor, yaitu 85 A. Relay proteksi Arus lebih akan bekerja

pada kondisi ini dan akan memutuskan arus ke terminal stator melalui

circuit breaker sehinga terjadi kegagalan pengasutan pada pompa chiller.

53

Anda mungkin juga menyukai