Anda di halaman 1dari 16

NANANG NURYANT§ MEu/\ /wlI PROBLEM DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN BARU PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

Memahami Problem dan


Pengembangan Kebijakan Pendidikan
Islam di Indonesia
Oleh Nanang Nuryanta
Dosen F-IAI UII Yogyakarta

Pendahuluan kepada para siswa Islam sebagai cara


Pendidikan Islam di Indonesia, hidup, Islam sebagai way of life;
tidak dapat dilepaskan dari kerangka
Sistem Pendidikan Nasional, karena
posisinya sebagai sub-sistem pendidi-
kan nasional. Menurut
pengertiannya, pendidikan Islam
yang ada di Indonesia dapat
dipahami dalam dua bentuk.
Pe/tama, pendidikan Islam sebagai
proses pembelajaran dan kedua,
pendidikan Islam sebagai
kelembaqaan.
Menurut Zuhairi, dkk. (1995:149),
pendidikan Islam diartikan sebagai
suatu aktivitas untuk mengembangkan
seluruh aspek kepribadian manusia
yang berjalan seumur hidup.
Dengan kata lain, pendidikan (Islam)
tidak hanya berlangsung di dalam
kelas, tetapi juga di luar kelas.
Dalam hal in, bukan berarti formal
saja, tetapi mencakup pula
pendidikan dalam bentuk informal
dan non formal. Dalam prakteknya,
menurut Mochtar Buchori (1994:50)
pendidikan Islam di Indonesia dapat
dibagi menjadi 4 (empat) jenis,
yakni:
Pertama, Pendidikan Pondok
Pesantren, yaitu pendidikan Islam
yang diselenggarakan secara
tradisional, bertolak dari pengajaran
aI-Qur'an dan Hadits, dan
merancang segenap kegiatan
pendidikannya untuk mengajarkan
2 JPI FIAI Jurusan Taibiyah Volume 7//J Tahun VI
8 Juni2003
Kedua, Pendidikan Madrasah, lembaga- lembaga pendidikan
yaitu pendidikan Islam yang umum sebagai suatu mata pelajaran
diselenggarakan di lembaga-lembaga atau mata kuliah saja.
pendidikan model Barat, yang Pendidikan di Pondok
mempergunakan metode Pesantren dan Madrasah sangat
pengajaran klasikal, dan berusaha jelas aspek ke- lslamannya. Namun
menanamkan Islam sebagai untuk jenis pendidikan Islam ketiga
landasan hidup ke dalam diri sebagaimana dikemukakañ di atas,
parasiswa; untuk pendidik- an tinggi dapat
Ketiga, Pendidikan Umum yang disebutkan antara lain seperti yang
Bernafaskan Islam, yaitu berlangsung di Univer- sitas Islam
pendidikan Islam yang dilakukan Indonesia (UII) Yogyakarta,
dengan cara mengembangkan Universitas Muslim Indonesia (UMI)
suasana pendidikan yang Makasar atau Universitas Islam
bernafaskan Islam di Iembaga- Bandung (UNISBA) di Bandung.
lembaga yang menyelenggarakan Sed ang kan untuk pendidikan
program pendidikan yang bersifat menengah dapat disebutkan seperti
umum, dan; SMA Muhammadiyah atau SMA
Keempat, Pelajaran Agama Islam lainnya. Sedangkan tingkat
Islam yang diselenggarakan di dasar

2 JPI FIAI Jurusan Taibiyah Volume 7//J Tahun VI


8 Juni2003
PA9A0I6W BARU PEfilDlDlKAtt ISLAM

misalnya SD AI Azhar, Al-lrsyad, Kerja Pengkajian Perumusan Filosofi,


AI Ma'arif dan lain sebagainya.
Sedangkan Kegitan pendidikan
agama Islam adalah merupakan
salah satu jenis atau bentuk
pengajaran pendidikan Islam yang
sangat terbatas cakupannya,
sehingga banyak yang mangartikan
bahwa sebenarnya jenis ini tidak
dapat dikatakan sebagai kegiatan
pendidikan Islam dan lebih tepat
disebut sebagai kegiatan
pengajaran saja.
Bila dikaitkan dengan tuntutan
perkembangan saat ini, yaitu abad
21 atau mi IIineu m ketig a, maka
sebenarnya banyak persoalan yang
dihadapi oleh pendidikan Islam di
Indonesia. Untuk itulah dalam tulisan
ini akan dibahas beberapa
persolan atau yang disebut
dengan problem pendidikan Islam
di Indonesia, kemudi an st rateg i
keb ij akan pendidikan Islam di
Indonesia dan diakhiri dengan
sebuah kesimpulan.

ProbIem Pendidikan I slam di


Indonesia
Pada dasarny a, p ers o al an
mendasar pendidikan Islam lebih
kurang sama dengan persoalan
pendidikan pada umumnya yaitu
berkaitan dengan kualitas sumber
d ay a m an u s i a d an m as al ah
manajemen. Masalah ini tidak
dapat dilepaskan dari adanya
sejumlah tantangan yang sangat
besar sudah sejak lama, apalagi
ketika Indonesia mengalami krisis
ekonomi dan politik sejak tahun
1997 hingga kini. Di samping juga
sejumlah tantangan globalisasi dan
dorongan keras untuk mewujudkan
masyarakat madani.
Menurut Santosa Hamiddjojo,
(1998) dan dikutip oleh Kelompok
API FlAl Jun san 7ar0iya/i Volume YIII Tahun Yl 29
Judi/003
Kebijakan dan Strategi adanya kejujuran intelektual (baik
Pendidikan Nasional (1999 :1-2), guru maupun dosen),
dirumuskan bahwa tantangan itu (5) rendahnya ketelitian, ketekunan,
antara lain: dan kesabaran dalam mendidik
Penama, krisis secara langsung anak, dan (6) rendahnya upaya
menyebabkan GNP Indonesia mengejar keunggulan. Selain itu,
hanya mencapai kurang dari $ 380, krisis total merupakan salah satu
sehingga menempatkan Indonesia akibat dari filosofi dan paltform
menjadi negara terbelakang pendidikan nasional yang kurang
dengan jumlah orang miskin kuat (sangat rentanj, .sehingga
sekitar 80 juta. Secara empirik, sistem pendidikan nasional tidak
krisis ini terjadi disebabkan oleh memiliki kemampuan yang handal
menurunnya nilai kurs rupiah dalam menghadapi dinamika
terhadap valuta asing, namun- perkembangan global.
secara substansial ”krisis ekonomi Krisis yang bermula dari krisis
dan meneter ini diduga sebagai ekono mi dan moneter setidak-
akibat sejumlah faktor, diantaranya: tidaknya berdampak kepada krisis
(1) akibat membudayanya sikap sosial dan politik. Sementara itu
paternalisme yang ber krisis sosial dapat mengakibatkan
konsekuensi terhadap sentralisme, krisis budaya dan moral, misalnya
(2) keterikatan dengan tradisi kondisi yang diindikasikan dengan
(orientasi ke belakang, baik sosial, kenakalan remaja, tawuran antar
moral maupun kultural), (3) ada- peserta didik, penjarahan, dan
nya kecenderungan kondisi perampokan, serta krisis politik
bangsa yang statis, (4) tidak dapat berakibat pada krisis
kepercayaan, misalnya demons-

API FlAl Jun san 7ar0iya/i Volume YIII Tahun Yl 29


Judi/003
NANANG NURYAI4YA, MEMAHAMI PR08LEM DAk PENGEMBANGAX KEBIJAXAX BARU PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

pendidikan yang disemangati ruh Islam dan


trasi yang anarkhis, tindakan ketiga, subi ect matter. Untuk
saling mengancam antar golongan
dan panai bahkan menyangkut isu
SARA dan disintegrasi bangsa.
Dengan tidak disadari bangsa
Indonesia secara berangsur-
angsur menuju kepada krisis total.
Kondisi krisis total sangat
memungkinkan dapat mengakibatkan
kemerosotan masyarakat, bangsa dan
negara dalam berbagai aspek
kehidupan.
Kedua, Indonesia dihadapkan
pada tantangan global. era global
menuntut kehadiran sumber daya
manusia (SDM) yang handal yang
memiliki keunggulan hompetitif.
SDM yang dimaksudkan tidak
hanya memiliki keunggulan di
bidang akademik dan
keterampilan teknis, melainkan
jauh lebih penting adalah
kompetensi keterampilan generik.
Ketiga, Indo n esia m elalui
Reformasi pembangunan, di
samping mengatasi krisis ekonomi,
mewujud- kan k ed aul at an rak y
at, dan menegakkan hukum
berdasarkan nilai-nilai kebenaran
dan keadilan, bertujuan untuk
meletakkan dasar- dasar kerangka
dan agenda reformasi
pembangunan agama dan sosial
budaya dalam usaha mewui• dkan
masyarahatmadani.
Selain permasalahan besar di
atas, sebenarnya pendidikan
Islam secara khusus juga
mempunyai problem kalsik yang
masih berlang- sung sampai saat
ini, yaitu mengenai kualitas
Pendidikan Agama Islam. Menurut
Ahmad Darmadji (1997:6;
Muhammad Idrus: 1996:36) bahwa
persolaan pendidikan Islam akan
menyangkut tiga hal, yaitu pertama,
institusi (kelembagaan), kedua, proses
3 JPI FIAI Jurnsan Tarbiyat Volume DIII Tahun VI
0 Juni2003
umum masih sangat sedihit
memadukan ketiga hal di diberikan kepadapara peserta
atas sampai saat ini masih didik.
mengalami kendala yang Demikian pula sebaliknya,
besar. Pendidikan Islam bahwa lembaga pendidikan umum
belum mampu yang sudah bernafaskan Islam
melahsanakan ketiga hal sebagai contoh UII, telah berupaya
tersebut secara serempak memadu- kan ketiganya, tetapi
dalam kendalanya m as ih p ada sepu
penyelenggaraanpendidik ta r proses pembelajaran subjek
annya. maternya. Bahkan secara empirik
Pada satu sisi lembaga pendidikan Islam masih
sebagaimana menjadi pilihan kedua atau second
dikemukakan dalam choice oleh sebagian masyarakat
pendahuluan di atas, Indonesia yang nota bene mayoritas
pendidikan Islam sebagai beragama Islam dan mengaku
contoh pesantren, telah sebagai muslim; setidaknya untuk
berhasil melaksana- kan tingkat SLTP dan SLTA dalam
tugas poin satu dan dua, jenjang pendidikan menengah.
yaitu sebagai lembaga Tidak jarang masyarakat muslim
pendidikan dan dinaungi yang rela menyekolahkan putra-
oleh ruh Islam. Tetapi putrinya di lembaga pendidikan non
dalam hal poin ketiga Islam (Kristen,. sebagai contoh),
yaitu su6jet matter hanya demi men gejar kualitas
seringkali masih cenderung akademiknya tanpa
tertumpu pada ilmu-ilmu mempertimbang- kan kualitas
tertentu atau terbatas pada pendidikan agamanya. Masyarakat
kitab-kitab kuning (atau Indonesia beranggapan bahwa
lebih dominan ilmu Islam bisa dipelajari di luar kelas
agama), sedangkan ilmu dari buku, perpustakaan, dan

3 JPI FIAI Jurnsan Tarbiyat Volume DIII Tahun VI


0 Juni2003
NAttAKa NURYANTA MEuutAul PROBLEM DAN PENGWBANGAN KEBIJAKAX BA9IJ PMDIDIKAN ULA I DI
INDONESN

kesadaran tinggi, masyarakat yang


Pertama, kita akan memasuki berdisiplin tinggi juga merupakan ciri
pasar bebas. Ini berarti akan terjadi masyarakat
suatu interaksi antar negara dalam
investasi, bisnis barang maupun
jasa. Masyarakat Indonesia akan
membuka diri bagi interaksi dengan
bangsa- bangsa lain. Interaksi itu
menuntut bangsa Indonesia mampu
bersaing. Untuk itu diperlukan
kemandirian, kerja keras serta etos
kerja yang tinggi dengan sifat tahan
uji bahkan tahan bantingan.
Mengharapkan proteksi, dari mana
pun, akan sia-sia. Pasar bebas itu
tidak hanya mempengaruhi aspek
ekonomi tetapi juga berpenga- ruh .
pada aspek-aspek Iain yang
berhubungan baik langsung maupun
tidak langsung.
Kedua, tunMan otonomi
daerah akan semakin gencar dan
relevan. Pembangunan yang
dilaksnakan selama ini telah
menghasilkan antara Iain
peningkatan kemampuan bangsa
Indonesia. Tingkat pendidikan
semakin tinggi, rasa percaya diri
juga semakin tinggi. Hal itu akan
menimbulkan keinginan untuk
menuntut otonomi semakin luas.
Sementara tuntutan otonomi itu
tidak akan melemahkan rasa
kebangsaan, maupun persatuan,
tuntutan itu justru sem aki n reIev
an. Aki b at ny a, pendidikan juga
ékan semakin beralih dari
sentralisasi ke desentralisasi.
Ketiga, masyarakat kita akan
menjadi masyarakat madani.
Masya- rakat madani (civil society)
ialah masyarakat yang mandiri dan
bertang- gung jawab (Tilaar: 1999 :
109). Inilah masyarakat yang akan
berkembang dari rakyat untuk
rakyat. Masyarakat madani seperti
itu adalah masyarakat yang memiliki
3 JPlFiAlJvn sin Taxi/afi Volume YIII Tahun Yl Juni
2 2003
hilang. Pemerintah masih berperan
industri. Masyarakat industri adalah terutama dalam mengarah- kan
masyarakat yang serba teratur, masyarakat besar Indonesia. Ini
masyarakat” yang cerdas, yang merupakan wujud masyarakat
well informed (hidup dalam madani.
masyarakat informas i) . Den gan Kelima, telah terjadi berbagai
dem ikian masyarakat madani itu perubahan dalam masyara kat,
adalah masyarakat yang terutama dari masyarakat agraris ke
menguasai sumber- sumber masyarakat industri. Perubahan itu
informasi baik politik, hukum, akan menimbulkan goncangan,
teknologi, seni maupun agama. menyebabkan depresi relatif, dislo-
M a s ya ra kat m ad an i a d a I a kasi, disorientasi dan negativisme.
h masyarakat yang sadar akan hak Depresi relatif yaitu perasaan
dan kewajibannya dan hidup dalam teringkari, tersisihkan atau tertinggal
alam demokrasi. dari orang lain dan kalangan tertentu
Keempat, pada masa datang, dalam masyarakat akibat tidak dapat
peran swasta akan semakin besar. mengikuti perubahan dan kesulitan
Ini berkaitan dengan semakin menyesuaikan diri dengañ
cerdasnya penduduk dan semakin perubahan itu.
tingginya kesadaran akan Dislokasi maksud nya ialah
tanggungjawab. Semakin tingginya perasaan tidak punya tempat
rasa percaya diri pada masyarakat dalam tatanan s os i al yan g sed
juga akan menye- babkan peran an g berkembang. Dalam wujudnya
swasta semakin besar. Ini bukan yang
berarti peran pemerintah akan

3 JPlFiAlJvn sin Taxi/afi Volume YIII Tahun Yl Juni


2 2003
PA9ADIG A BARU PENDIDIKAN ISLAM

literatur-literaturtertentu. dilakukan sekarang


Ko ndi s i terse b ut acap kali
dikaitkan dengan masalah lainnya,
yaitu relevansi pendidikan dengan
dunia kerja. Pendidikan Islam masih
beIum c uku p mam pu d al am
memberikan lapangan kerja yang
memadai bagi para out putnya
dalam realitas kehidupan nyata.
Suatu bukti bahwa bangsa Indonesia
masih belum siap untuk bersaing
dalam dunia global yang dapat
dilihat dari kemampuan daya saing
sumber daya manusianya. Boediono
(1997:82) dalam Suyanto dan
Hisyam (2000:3) men yatakan
bahwa b er bicara kemamp u an se
bag ai ban gsa, tampaknya kita
belum siap benar meng h adap i
persaing an pada milenium ketiga.
Tenaga ahli kita belum cukup
memadai untuk bersaing di tingkat
global.
Menurut Boediono, dilihat dari
pendidikannya, angkatan kerja kita
saat ini sungguh memprihatinkan.
Sebagian besar angkatan kerja
(53%) tidak berpendidikan. Mereka
yang berpendidikan dasar sebanyak
340/o, berpendidikan menengah
11%, dan yang berpendidikan tinggi
(univer- sitas) hanya 2%. Padahal
tuntutan dari dunia kerja pada akhir
pembangunan pada jangka panjang
II nanti mengharuskan angkatan
kerja kita berpendidikan. Dari
angkatan kerja yang ada hanya 11%
saja yang tidak berpendidikan; 52%
berpendidikan dasar; 32%
berpendidikan menengah; dan 5°/ dari
angkatan kerja harus telah
berpendidikan universitas.
Selain itu, masalah lain yang
juga menjadi problem serius
pendidikan Islam adalah masalah
manajeman pendidikannya.
Manajemen pendidik- an yang
JPI FIAI JuNsan Tarbiya Volume DIII Tahun VI Juni 3
2008 1
cenderung berslat sentralisasi dari persoalan yang muncul di atas maka
pada desentralisasi, baik yang beberapa kebijakan yang dapat
menyangkut pembiayaan maupun diambil dalam rangka
”pengelolaannya. Seringkali pemberdayaan pendidikan tidak
masalah pembiayaan menjadi dapat dilepaskan dari tuntutan
kendala utama dalam kualitas manusia abad ke-21.
penyelenggaraan pendidikan Islam. Pendidikan harus melaju pada
Sebagai kasus nyata, dalam pembentukan manusia yang handal,
kerangka pembiayaan pendidikan yang tidak hanya memiliki kualitas
Islam adalah bahwa biaya satu IKIP akademik tetapi juga memiliki
(sekarang sudah menjadi kualitas keimanan dan ketaqwaan
Universitas) sama dengan seluruh kepada Allah SWT sehingga
biaya untuk IAIN se Indonesia. Ini mempunyai sumbangan yang berarti
benar-benar sangat bagi perwujudan masyarakat
memprihatinkan bagi madani. Agar kebijakan pendidikan
penyelenggara- an pendidikan Islam dapat dilaksanakan dengan
Islam. Untuk "ftulah, beberapa tepat, maka pendidikan Islam harus
kebijakan pendidikan Islam perlu mampu melihat kecenderungan-
ditempuh agar pendidikan Islam kecenderung- an yang akan terjadi
mempunyai kontribusi yang berarti pada abad ke-21. Menurut Ahmad
dalam kerangka pendidikan
Tafsir (1999 : 5), kecenderungan
Nasional.
kecenderungan yang akan terjadi
yang sekaligus menjadi karakteristik
Strategi Pengembangan Kebijakan pada abad ke-21. Kecenderungan-
Untuk mengatasi berbagai
kecenderungan ter- sebutadalah:

JPI FIAI JuNsan Tarbiya Volume DIII Tahun VI Juni 3


2008 1
PA9A0Iifi¥A BARU PEfilDlDlKAfil ISLAM

nyata dislokasi itu dapat dilihat pada Dalam kaitannya dengan


krisis-krisis yang dialami kaum kualitas materi pendidikan, perlu
marginal atau pinggiran cii kota-kota
diupaya- kan perbaikan
besar akibat urbanisasi.
kurikulum pendi- dikan
Disorientasi ialah perasaan tidak
agamanya, di samping
mempunyai pegangan hidup akibat
pendidikan pada umumnya.
dari apa yang ada selama ini tidak
Muatan kurikulum lokal yang
dapat lagi dipertahankan karena
dapat me nd o ro ng adanya
terasa tidak cocok dan kehilangan
identitas. Sedangkan yang dimaksud kemampuan keahlian khusus,
negativisme ialah perasaan yang minimal bahasa sebagai alat
mendorong kearah pandangan yang komunikasi harus ditingkatkan,
serba negatif kepada susunan yang sehingga dengan bekal bahasa
mapan, dengan sikap-sikap tidak yang baik para pendidik dan
percaya, curiga, bermusu han, peserta didik dapat memperoleh
melawan dan sebagainya. sekaligus mengembangkan ilmu
Jika gejala-gejala yang diakibat- dengan baik. Selain itu proporsi
kan perubahan mendadak itu tidak antara pendidikan umum dan
diantisipasi dengan baik, maka ia pendidikan agama juga harus
akan menjadi lahan subur bagi dibuat secara proporsional,
tumbuhnya gejala-gejala mungkin dapat 50% : 50% atau
radikalisme, fanatisme, yang penting integrasi antara
sektarianisme, fundamentalisme, keduanya tersebut yang paling
sekularisme dan Iain-laid yang serba perlu untuk dikembangkan.
negatif. Dalam kegiatan pendidikan
Dengan kecermatan melihat Islam ruh Islamnya harus
adanya tantangan dan peluang yang menjadi
ada tersebut, maka paling tidak penentu bagi setiap aktifias
kebijakan Pendidikan Islam di pendidikan yang dilakukan.
Indonesia diarahkan pada: Dalam hal ini, penekanan aspek
(1) Peningkatan kualitas pendidikan moralitas, afektif harus bisa
Islam itu sendiri. Pendidikan ditonjolkan dan bukan hanya
Islam harus mampu aspek kognitif dan psikomotorik-
memperbaiki kualitas nya saja.
manajemen pendidikan- nya (2) Relevansi Pendidikan Islam
yaitu beralih dari sistem dengan Tuntutan /Uasyara/rar
sentralisasi kearah desentralisasi. atau Stakeholder. Dalam rangka
Di . samping itu perlu juga meningkatkan relevansi pendidik-
diupayakan peningkatan an upaya yang dapat ditempuh
kualitas belajar mengajar serta antara lain dengan pembekalan
proses penyelenggaraan kepada para peserta didik untuk
pendidikan, termasuk upaya dapat men guasai ilmu dan
untuk meningkat- kan kualitas teknologi dengan sebaik-
pendidik dan peserta didiknya baiknya dan didukung oleh
serta tenaga administrasi mentalitas keagamaan yang
kependidikannyakearah profesio- tinggi. Upaya ini harus didukung
nalisme dan kemandirian. oleh sarana dan prasarana
JPI FlAl Jurusan Tarbiyah \/o/Anne Ylll Tahun Yl Joni 2003 s
s
penunjang yang dapat

JPI FlAl Jurusan Tarbiyah \/o/Anne Ylll Tahun Yl Joni 2003 s


s
NANANG NURYANTA, MEMAHAMI PROBLEM DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN BARU P£xolDlKAN ISLAM DI
INDONESIA

serba canggih d an dan tidak sedikit


bersaing sehingga kualifikasi yang memunculkan perubahan
yang diperlukan oleh masyarakat modern yang jauh dari
masyarakat dan dunia nuansa
kerjadapat dipenuhi.
(3) Pendidikan Islam harus Mampu
Melahirkan Profil Religius.
Dalam aI-Qur'an, disebutkan
bahwa tujuan manusia
diciptakan adalah agar berbidah
kepadaNya (Q.S. 51 : 5 6) . Unt
uk it u t uj u an pendidikan
Islam juga mengacu pada
tujuan manusia diciptakan dan
dengan demikian, pendidikan
Islam harus melahirkan insan-
insan yang senantiasa taat
kepada Khalik-nya.
Berdasarkan hal tersebut, maka
paradigma yang harus dibang
un oleh pendidikan Islam adalah
Tauhid Paradigm atau
paradigma tauhid. Pendidikan
Islam harus dapat men didik
dan mengaj arkan kepada
setiap peserta didik agar
menjadi manusia religius. Al-
Qur'an menyebutkan bahwa sejak
manusia ditiupkan ruh pertama
kali oleh Allah sebenarnya telah
menyatakan ketauhidan tersebut.
“Bukankah Aku ini Tuhamu ?”,
Mereka meni• wab:
’Betul(Engkau
Tuhan kami), kami menjadi saks/”.
(Q.S.:7:172) demikian inc a dalam
Q.S. 30:30.
Dengan demikian pendidikan
Islam harus melahirkan SDM yang
religius, karena dari person yang
religius ini maka akan terlahirlah
masyarakat yang religius yang akan
memunculkan peradaban yang
religius pula. Profit yang mempunyai
kekuatan spiritual-religius inilah
yang akan sanggup menghadapi
tantangan zaman modern yang
3 JPI FIAI Jurnssn Tarbiyah Volume DIII Tahun VI Juni2003
4
individu yang melek ilmu,
ketuhanan dan cenderung memiliki cara
mendewa- dewakan akal pikiran
dan kekebasan yang yangtidak
berperadaban.
Kualifikasi religiusitas harus
didukung puta dengan kualitas
intelektual yang memadai,
sehingga tidak hanya dipandang
sebagai "ahli ibadah yang kolot
tanpa memikirkan kualitas
pengetahuan". Menurut Johar MS
dalam “Religiusitas lptek” yartg
diterbitkan Fakultas Tarbiyah IAIN
Sunan Xalijaga (1998 : 31),
kualifikasi profil yang religius
adalah seseorang yang melek ilmu,
memiliki cara berfikir yang baik,
memiliki motivasi positif, dan
menampilkan tindakan yang
kontruktif.

Kesimpulan
Dari paparan di atas dapatlah
dismpulkan bahwa pendidikan
Islam dapat dipahami dalam bentuk
sebagai proses pembelajaraan dan
sebagai kelembagaan. Karena
pendidikan Islam di Indonesia
dihadapkan pada permasalahan
mutu dan masalah m an aj em en
se b ag ai p ro b ie m pokoknya
maka kebijakan pendidikan paling
tidak harus:
1. Ditingkatkan mutunya,
terutama berkaitan dengan
kualitas SDM, kurikulum,
sistem penyelengga- raannya
yang bersifat desantrali- sasi
serta memunculkan ke arah
proJesionalisme.
2. Relevansi pendidikan dengan
tuntut an m as yara kat atau
stakeholder dan pendidikan
Islam harus siap bersaing
dalam hal melahirkan kualitas
lulusan atau out putnya.
3. Pendidikan Islam harus dapat
melahirkan profil religius yang
bercirikan sebagai profil
3 JPI FIAI Jurnssn Tarbiyah Volume DIII Tahun VI Juni2003
4
PARADIGMA BARU PEi\iDlDlKAi\i
ISLAM

berfikir yang baik, memiliki Mulkhan, Abdul Munir, dkk; 1998,


motivasi positif, dan menampilkan Rekonstruksi Pendidikan dan
tindakan yang konstruktif.””“ Tradisi Pesantren Religiusitas
lptek, Yogya-karta, Kerjasama
Kepustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan
Kalijaga dengan Pustaka
Buchori, Muchtar, 1994, Penelitian
Pelajar.
Pendidikan Dan Pendidikan is/am
di Indonesia, Jakarta, IKIP Suyanto, dan Hisyam, Jihad (2000).
Muhammadiyah Jakarta Press
R e fl e k s i D a n R e to rm a
s i P end idi kan D i In do n
Darmadji, Ahmad, 1997, Jurna/
esia Mm e ma s uki Mile nium
Pendidikan Islam Konsep dan
III, Yogyakarta, Penerbit Adicita
lmp lemenfasi, Yo gy ak arta, Karya Nusa.
Fakultas Tarbiyah
Tafsir Ahmad, 1999, Pendidikan
Depag RI, 1995, Al-quran dan
Untuk
.Terjemahnya, Jakarta, Proyek
/Uasa Depan, Pidato Pengukuhan
Pengadaan Kitab Suci Al-Quran
Sebagai Guru Besar Luar Biasa
Depag RI
IImu Pendidikan Islam pada IAI
Lathifah Mubarokiyah Pondok
Depdikbud RI, 1999, Kelompok
Pesantren Suryalaya, tanggal 5
Kerja Pengkajian Perumusan
September 1999.
ii/osofi, Kebj”akan dan Strategi
Pendidikan Nasional Tilaaar, H. A. R, 1999, Beberapa
Agenda Reformasi Pendidikan
Nasional Dalam Persepkfif A0ad
21, Magelang, Tera Indonesia
JPI FIAI Junisan Tarbiyah Volume VIII Tahun YI Juni 2003 35

Anda mungkin juga menyukai