Anda di halaman 1dari 15

PELUANG DAN TANTANGAN DALAM PEDIDIKAN ISLAM

Disusun Oleh :
Jayadi Ramadhan (2230202254)
Reka Juwarni Nursyahrani (2230202257)
Ghaeysuci Leanti (2230202245)

Dosen Pengampu : Dr. Irja Putra Pratama,M.Pd

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM,


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN
KEGURUAN,UIN RADEN FATAH
PALEMBANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Memahami pendidikan Islam dapat ditelusuri melalui keseluruhan
sejarah kemunculan Islam itu sendiri. Tentu saja untuk memahaminya, tidaklah
dipahami sebagai sebuah sistem pendidikan yang sudah mapan dan sistematis,
melainkan proses pendidikan lebih banyak terjadi secara insidental bahkan
mungkin lebih banyak yang bersifat jawaban dari berbagai problematika yang
berkembang pada masa itu.Pendidikan dalam Islam, secara bahasa memiliki terma
yang sangat varian. Perbedaan ini tidak terlepas dari banyaknya istilah yang
muncul dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits—sebagai sumber rujukan utama
pendidikan Islam—yang menyebutkan kata (kalimah) yang memiliki konotasi
pendidikan atau pengajaran. Setidaknya, ada empat (4) istilah yang digunakan
untuk menyebutkan makna pendidikan, misalnya tarbiyah, ta’dib,
ta’lim dan riyadhah. Tiga (3) dari empat (4) istilah tersebut pernah
direkomendasikan oleh Konfrensi Internasional I tentang Pendidikan Islam di
Mekkah pada tahun 1977. Masing-masing terma tersebut, jelas memiliki
aksentuasi dan implikasi yang berbeda. Berikut akan dijelaskan masing-masing
istilah tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pendidikan Islam
2. Apa saja peluang dan tantangan dalam Pendidikan Islam?
3. Bagaimana menghadapi tantangan dalam Pendidikan Islam?
4. Apa itu ruang lingkup Pendidikan islam?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa itu Pendidikan islam
2. Untuk mengetahui peluang dalam pendidikan islam.
3. Untuk mengetahui cara menghadapi tantangan dalam pendidikan islam.
4. Untuk mengetahui ruang lingkup pendidikan islam.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Islam
Perdidikan Islam, Pendidikan secara etimologi, berasal dari kata didik
yang berarti bina. Mendapat awalan pen dan akhiran an, maknanya sifat dari
perbuatan membina atau melatih, atau mengajar dan mendidik itu sendiri,
maka dari itu pendidikan merupakan pembinaan, pelatihan, pengajaran dan
semua hal merupakan bagian dari usaha manusia untuk meningkatkan kecerdasan
dalam hidupnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan ialah
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Sedangkan secara terminologi diartikan sebagai pembinaan,
pembentukan, pengajaran, pencerdasan, pelatihan yang ditujukan kepada
semua anak didik secara formal maupun non formal dengan tujuan
membentuk anak didik yang cerdas, berkepribadian, memiliki keahlian
membentuk sebagai bekal dalam kehidupannya dimasyarakat 1. Menurut Paulo
Freire seperti yang dikutip oleh Tilaar, menyebutkan bahwa pendidikan adalah
proses pemerdekaan atau kesadaran akan kebebasan manusia yang memiliki
potensi – potensi tertentu dalam hidupnya berhadapan dengan alam sekitarnya.2
Pendidikan dalam pengertian ini dimaksudkan pembebasan dalam
makna, pencerahan umat manusia dari ketertindasan atau secara tidak
langsung berhubungan dengan perlawanan terhadap sesuatu yang membuat
manusia tertindas dalam hal ini adalah kebodohan. Sedangkan pendidikan
menurut islam, secara umum pendidikan islam mengacu kepada makna dan
asal kata yang membuat kata pendidikan itu sendiri dalam hubungannya dengan
ajaran islam, ada tiga istilah yang umum digunakan, yaitu al-Tarbiyat
(Pendidikan}, al-Ta’lim (pengajaran), al-Ta’dib (pelatihan).
Menurut Muhaimin, yang dikutip oleh Sri Minarti memberikan pengertian
tentang pendidikan islam yaitu upaya memberikan pendidikan agama islam, agar
menjadikannya sebagai pandangan dan sikap si peserta didik. Dengan
segenap kegiatan yang dilakukan seorang atau suatu lembaga tertentu untuk
membantu peserta didik dalam menumbuhkembangkan ajaran islam dan
nilai-nilainya dan segenap fenomena atau peristiwa perjumpaan anatara dua
orang atau lebih yang berdampak dengan tumbuh kembangnya ajaran islam dan
nilainilainya pada salah satu atau beberapa pihak.3

1
Sugiarto,Bambang ,Foucault dan postmedomisme,2001
2
Leahy, Luouis, Manusia Sebuah Misteri Sinesta Filosofi Makhluk Paradoks, (Jakarta:Gramedia.
1985), 271
3
Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam : Fakta Teoritis-Filosofis Dan Aplikatif-Normatif,
(Jakarta : Amzah, 2013) Cet. Ke-1,h. 2

2
Dan Yusuf al-Qardhawi memberikan pengertian “pendidikan islam
adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya,
akhlak dan keterampilannya. Karena itu pendidikan islam menyiapkan
manusia untuk hidup baik dalam keadaan damai maupun perang, dan
menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan
kejahatannya, manis dan pahitnya.4 Secara lebih teknis Endang Syaifudin
Anshari memberikan pengertian pendidikan islam sebagai “proses bimbingan
(pimpinan, tuntutan, usulan) oleh subjek didik terhadap perkembangan jiwa
(pikiran, perasaan, kemauan, dan intusis) dan raga objek didik dengan bahan
materi tertentu, pada jangka waktu tertentu, dan dengan alat perlengkapan yang
ada kearah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai ajaran islam” 5
Dan dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan , bahwa
Pendidikan Islam ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan. yang ditujukan kepada semua anak didik secara formal maupun
non formal dengan tujuan membentuk anak didik yang cerdas, berkepribadian
Islam

B. Peluang dan tantangan dalam Pendidikan Islam


1. Peluang pembelajaran PAI
            Yaitu untuk mengembangkan akhlak dari peserta didik. Karena seperti
sekarang ini menghadapi era globalisasi semakin pesat, jadi disinilah peluang
materi pendidikan agama islam untuk membangun akhlak para peserta
didik.Sekolah memiliki peluang yang sangat besar untuk menarik minat
masyarakat. Ketika mendengar nama tersebut, maka masyarakat akan
berbondong-bondong untuk memasukkan anaknya ke sekolah tersebut, karna
dalam benak mereka yang ada adalah bahwa sekolah akan mendidik anak-anak
mereka menjadi anak-anak yang berprestasi, bukan hanya dalam bidang
akademik, namun juga non-akademik.6
2. Tantangan pembelajaran PAI  
Tantangan yang dihadapi dalam Pendidikan Agama, khususnya Pendidikan
Agama Islam sebagai sebuah mata pelajaran adalah bagaimana
mengimplementasikan pendidikan agama Islam bukan hanya mengajarkan
pengetahuan tentang agama akan tetapi bagaimana mengarahkan peserta didik
agar memiliki kualitas iman, taqwa dan akhlak mulia. Dengan demikian materi
pendidikan agama bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama akan
4
Yusuf Al-Qardhawi, Pendidikan Islam Dan Madrasah Hasan Al-Banna, Terj. Prof. H. Bustami
A. Gani Dan Drs.Zainal Abidin Ahmad (Jakarta: Bulan Bintang, 1980)
5
Endang Syaifudin Anshari, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Islam, (Usaha
Enterprise :Jakarta ,1976)

6
Moedjiarto, Sekolah Unggul, Surabaya: Duta Graha Pustaka, 2002

3
tetapi bagaimana membentuk kepribadian siswa agar memiliki keimanan dan
ketakwaan yang kuat dan kehidupannya senantiasa dihiasi dengan akhlak yang
mulia dimanapun mereka berada, dan dalam posisi apapun mereka bekerja. Maka
saat ini yang mendesak adalah bagaimana usaha-usaha yang harus dilakukan oleh
para guru Pendidikan Agama Islam untuk mengembangkan metode-metode
pembelajaran yang dapat memperluas pemahaman peserta didik mengenai ajaran-
ajaran agamanya, mendorong mereka untuk mengamalkannya dan sekaligus dapat
membentuk akhlak dan kepribadiannya.
Tantangan tersebut dapat dikelompokan dalam dua tantangan pokok, yaitu
tantangan eksternal (makro) dan tantangan internal (mikro).
Tantangan eksternal (makro) berupa tantangan yang sifanya luas, yaitu
meningkatkan kualitas SDM dalam menghadapi percaturan dunia global dengan
segala manfaat, roblem dan tantangan-tantangan yang menyertainya, termasuk
kebutuhan life skills. Berupa kecenderungan global yang perlu diantisipasi oleh
dunia pendidikan. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan
khususnya pendidikan islam dalam menjawab berbagai permasalahan yang timbul
dengan mengupayakan sedini mungkin bentuk pembelajaran yang dapat
meningkatkan life skills dalam mempersiapkan anak yang berkarakter.7
      Sedangkan tantangan internal (mikro) berupa tantangan yang sifatnya terbatas,
yaitu yang berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran PAI dikelas yang
dilakukan guru dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran. Tantangan
yang harus dihadapi adalah beberapa problematika, sebagaimana dikemukakan
buchori(1992:8), yang menunjukan bahwa praktik pembelajaran PAI selama ini
hanya memperhatikan aspek kognitif semata dari pertumbuhan kesadaran nilai-
nilai (agama), dan mengabaikan pembinaan aspek efektif, yakni kemauandan
tekad untuk mengamalkan Nilai-nilai ajaran agama.ketidak seimbangan itu
mengakibatkan terjadi kesenjangan antara pengetahuan dan pengalaman, antara
teori dan praktek dalam kehidupan nilai agama atau dalam praktik pendidikan
agama berubah menjadi pengajaran agama, sehingga tidak mampu membentuk
pribadi-pribadi bermoral, padahal intsari dari pendidikan agama adalah
pendidikan moral.8

C. Cara menghadapi tantangan dalam Pendidikan Islam


Cara menghadapi tantangan pendidikan islam yaitu pertama upaya yang
dilakukan oleh pemangku kebijakan pendidikan Islam, dan yang kedua upaya
yang dilakukan oleh guru pendidikan Islam dalam menangani tantangan-tangan
globalisasi tersebut.
1. Bagi Pemangku Kebijakan Pendidikan Islam
a. Membangun Orientasi dan Visi
7
Azra, Azyumardi,  Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium   
Baru, Jakarta: Logos, 1999
8
Maimun, Agus, dan Agus Zaenul Fitri, Madrasah Unggulan Lembaga Pendidik  
Alternatif di Era Kompettitf, Malang : UIN-MALIKI PRESS, 2010

4
Pendidikan Islam Dampak globalisasi sejatinya sedikitdemi
sedikit mengubah pola pikir masyarakat dalam memahami segala
hal yang dalam prosesnya menjadikan orientasi pendidikan adalah
sarana mendapatkan pekerjaan serta kehidupan yang layak. Lebih
lanjut lagi Abuddin Nata menjelaskan dampak globalisasi
menyebabkan terjadinya perubahan pola pikir masyarakat yang
pada awalnya memahami pendidikan adalah sebuah proses untuk
meningkatkan intelektual, moral, fisik dan psikis menjadi
bagaimana mendapatkan pekerjaan dan penghasilan besar setelah
melewati proses pendidikan.9
Fenomena tersebut tentu membutuhkan upaya para
pemangku kebijakan pendidikan Islam untuk membangun
orientasi dan visi pendidikan Islam yang tentunya mampu
mengubah konsep pendidikan yang hanya berorientasi pada
pemahaman materialism, di mana Faisal Ismail memberikan
konsep pendidikan Islam sebagai berikut:
“Pendidikan Islam adalah totalitas kegiatan manusia yang
dilakukan secara sungguh-sungguh, sadar, terencana, terstruktur,
dan berkesinambungan atas dasar iman dan takwa kepada Allah
SWT. Dalam rangka menghasilkan anak-anak didik menjadi
sumber daya manusia yang memiliki mental, karakter, dan
kepribadian yang kuat dan utuh serta berkualitas secara intelektual
dan berkualitas secara moral sebagai modal untuk dapat hidup
secara mandiri.”10
Pendidikan Islam juga dijelaskan oleh Hasan Langgulung
sebagai suatu proses pembentukan individu berdasarkan
ajaranajaran Islam yang diwahyukan Allah kepada Nabi
Muhammad SAW sehingga dapat mencapai derajat yang tinggi
yaitu menjadi khalifah di muka bumi, yang dalam prosesnya
melalui transfer pengetahuan dan nilai-nilai Islam.11
Konsep yang diajukan di atas tentulah berbeda dengan
bagaimana mayoritas masyarakat memandang tujuan atau
orientasi pendidikan di mana dalam pendidikan Islam dasar
utamanya adalah proses mengenal Allah lewat keimanan serta
ketakwaan yang dengannya menjadikan peserta didik menjadi
manusia yang utuh baik dalam intelektual maupun moral sebagai
perannya menjadi khalifah di muka bumi.
Tentunya tidak cukup bagi pendidikan Islam dengan hanya
menyiapkan sumber daya manusia siap pakai, namun juga mampu
melestarikan nilai-nilai luhur dan memperbaiki penyimpangan

9
Abuddin Nata, Kapita Selekta….., hlm. 17
10
Faisal Ismail, Paradigma Pendidikan…..,hlm. 3
11
Dikutip oleh Veitzal Rivai Zainal, Fauzi Bahar, Islamic Education Management Dari
Teoritik ke Praktik Mengelola Pendidikan Secara Profesional dalam Perspektif Islam, (Depok:
Raja Grafindo, 2013), hlm. 73

5
yang diakibatkan oleh pengaruh globalisasi.12 Lebih lanjut lagi
berkat dampak dari globalisasi maka seharusnya visi dan orientasi
pendidikan bukan hanya menekankan pada pengasahan intelektual
saja, namun juga pengisian jiwa, pembinaan akhlak, dan
kepatuhan dalam menjalankan ibadah.13Maka orientasi dan visi
inilah yang harus diperjuangkan pemangku kebijakan pendidikan
Islam di era globalisasi.
b. Integrasi Antara Ilmu Agama dan Umum
Telah menjadi realitas di seluruh penjuru negeri yang
dihuni oleh umat Islam terdapat dikotomi antara apa yang disebut
dengan ilmu pengetahuan dengan ilmu Agama, hal ini menjadikan
ilmu-ilmu tersebut diklasifikasikan sebagai keilmuwan ukhrawi
yang bersifat sakral dan keilmuan sekuler yang bersifat duniawi
(materialism), dimana pada ilmu-ilmu sekuler kiblat utamanya
adalah pemikiran barat yang sangat bertolak belakang dengan
nilai-nilai Islam.
Fenomena tersebut telah disanggah oleh Israr Ahmad Khan,
yang menyatakan bahwa ilmu-ilmu yang dibentangkan Allah
kepada manusia sama-sama bersifat sakral karena dengan
pengembangan ilmu ilmu tersebut manusia mendapat kemudahan
untuk memenuhi tugasnya sebagai pemimpin dimuka bumi
(khalifah fil ardh).14 Lebih lanjut Abuddin Nata menjelaskan
integrasi antara keduanya perlu dilakukan tanpa mengorbankan
spesialisasi yang telah menjadi ciri khas masyarakat modern
dengan cara menghubungkan antara kedua ilmu tersebut, karena
faktanya mayoritas masyarakat di era modern tidak mampu untu
menguasai segala bidang keilmuan.15
Mengatasi fenomena tersebut maka muncul paradigma-
paradigma mengenai integrasi keilmuan antara keduanya seperti
islamisasi ilmu yang dipopulerkan oleh Ismail Raji Alfaruqi dan
Naquib Al-Attas dengan tujuan agar umat Islam tidak begitu saja
meniru metode-metode dari luar dengan mengembalikan
pengetahuan pada pusatnya, yaitu tauhid. Serta pengilmuan Islam
yang digagas oleh Kuntowijoyo. Paradigma tersebut bertujuan
untuk menghubungkan kembali teks dengan konteks agar
keduanya terdapat kesinambungan, karena dewasa ini agama
seakan kehilangan kontak dengan kenyataan, realitas, aktualitas
maupun kehidupan.16 kedua konsep paradigma tersebut bertujuan
untuk mengarahkan umat Islam kembali pada teks wahyu (al-

12
Abuddin Nata, Manajemen pendidikan Mengatasi Kelemahan pendidikan di Indonesia,
(Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 99
13
Ibid., hlm. 100
14
Israr, Ahmad Khan, Towards Understanding Islamic Paradigm of Education, https://i
epistemology.net/subjects/education/item/606- towards-understanding-islamic-paradigm-
ofeducation.html, (diakses pada tanggal 31 Oktober 2019, pukul 18.30 WIB)
15
Abuddin Nata, Manajemen pendidikan….., hlm. 104

6
Qur’an dan Sunnah) sebagai rujukan utama dalam berkehidupan di
Dunia termasuk dalam mengembangkan pengetahuan.16
c. Pengembangan Tradisi Akademik
Kemajuan pengetahuan barat disebabkan oleh tradisi
akademik yang dijunjung tingi dalam lembaga pendidikan.
Penelitianpenelitian yang melahirkan penemuan teknologi canggih
yang dinikmati seluruh manusia di dunia adalah hasil tradisi
akademik yang bukan saja melalui transfer pengetahuan, dan
menghafal namun juga karena pengembangan penelitian yang
berkelanjutan.

D. Ruang Lingkup Pendidikan Islam


Kalau dipaahami serta dihayati tentang pengertian, sesungguhnya telah
tersirat adanya ruang lingkup Pendidikan Islam. Namun untuk lebih jelasnya,
ruang lingkup pendidikan Islam tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut.
Pertama, teori-teori dan konsep-konsep yang diperlukan bagi perumusan
desain pendidikan dengan berbagai aspeknya : visi, misi, tujuan, kurikulum,
proses belajar mengajar, dan sebagainya. Teori-teori dan konsep-konsep tersebut
dibangun dari hasil kajian yang ilmiah dan mendalam terhadap sumber ajaran
Islam yang terdapat dalam al-Qur’an ad as-Sunnah, serta dari berbagai disiplin
ilmuyang relevan: sejarah, filsafat, psikologi, sosiologi, budaya, politik, hukum,
etika, manajemen, teknologi canggih, dan sebagainya.
Kedua, teori dan konsep yang diperlukan untuk kepentingan praktik
pendidikan, yaitu memengaruhi peserta didik agar mengalami perubahan,
peningkatan, dan kemajuan, baik dari segi wawasan, keterampilan, mental
spiritual, sikap, pola pikir, dan kepribadiannya. Berbagai komponen keterampilan
terapan yang diperlukan dalam praktik pendidikan,berupa praktik padagogis,
didaktik, dan metodik, didasarkan pada teori-teori dan konsep-konsep yang
terdapat dalam ilmu pendidikan Islam. Selain itu, menurut Nur Uhbiyati, ruang
lingkup pendidikan Islam sangat luas, yang didalamnya banyak segi atau pihak
yang ikut terlibat baik langsung maupun tidak langsung. 17 Dengan demikian,
penulis akan membahas tentang pihak-pihak yang terlibat dalam pendidikan Islam
yang menjadi ruang lingkupnya.
1. Perbuatan Mendidik itu Sendiri
Yang dimaksud dengan perbuatan pendidik adalah seluruh kegiatan,
tindakan atau perbuatan dan sikap yang dilakukan oleh pendidik sewaktu
menhadapi/ mengasuh peserta didik. Atau dengan istilah lain yaitu sikap atau
tindakan yang menuntun, membimbing, memberi pertolongan dari seseorang
pendidik kepada peserta didik menuju kepada tujuan pendidikan Islam. Dalam
perbuatan mendidik sering disebut dengan istilah tahzib.
16
Abuddin Nata, Manajemen pendidikan….., hlm. 104
17
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Edisi Revisi ( Cet.II; bandung: CV. Pustaka
Setia, 1998), h.13.

7
2. Pelaku Pendidikan
a. Pendidik
Sebagaimana diketahui bahwa tujuan akhir pendidikan
Islam ialah terciptanya insan kamil. Menurut Muhaimin, insan
kamil adalah manusia yang mempunyai wajah Qurani, terciptanya
insane yang memilki dimensi religious, budaya dan ilmiah.
Untuk mengaktualisasikan tujuan tersebut dalam
pendidikan Islam, pendidik bertanggung jawab mengantarkan
manusia kea rah tujuan tersebut. Justru itu, keberadaan pendidik
dalam dunia pendidikan sangat krusial, sebab kewajibannya tidak
hanya mentransformasikan pengetahuan (knowledge), tetapi juga
dituntut menginternalisasikan nilai-nilai (volluelqimah) pada
peserta didik. Bentuk nilai yang diintemalisasikan paling tidak
meliputi : nilai etika (akhlak), estetika, sosial, ekonomis, politik,
pengetahuan, pragmatis, dan nilai ilahiyah.
Secara factual, palaksanaan internalisasi nilai dan
transformasipengetahuan pada peserta didik secara integral
merupakan tugas yang cukup berat di tengah kehidupan
masyarakat yang kompleks apalagi pada era globalisasi dan
modernisasi. Yugas yang berat tersebut ditambah lagi dengan
pandangan sebagian masyarakat yang melecehkan keberadaan
pendidik di sekolah, diluar sekolah maupun dalam kehidupan
sosial masyarakat. Hal ini disebabkan karena profesi pendidik dari
segi materil kurang menguntungkan karena sebagian masyarakat
dalam era globalisasi ini dipengaruhi paham materialisme yang
menyebabkan mereka bersifat materialistik.
Berbeda dengan gambaran tentang pendidik pada umumnya
pendidik Islam, adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan peserta didik dalam mengembangkan potensinya,
dan dalam pencapaian tujuan pendidik baik dalam aspek kognitif,
afektif maupunpsikomotorik.18
Pendidik dalam pendidikan Islam adalah setiap orang
dewasa yang karena kewajiban agamanya bertanggung jawab atas
pendidikan dirinya dan orang lain Sedangkan yang menyerahkan
tanggung jawab dan amanat pendidikan adalah agama, sementara
yang menerima tanggung dan amanat adalah setiap orang dewasa.
Ini berarti bahwa pendidik merupakan sifat yang lekat pada setiap
orang karena tanggungbjawabnya atas pendidikan.
Dalam konteks pendidikan Islam, pendidik disebut dengan
murabbi, muallim dan muaddib.19 Ketiga tern itu, mempunyai
makna yang berbeda, sesuai dengan konteks kalimat, walaupun
dalam situasi tertentu mempunyai kesamaan makna.

18
Hasan Langgulung, beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam (Bandung, Al-
Ma’arif, 1980), h. 147.
19
Lihat Syekh Muhammmad al-Naquib al-attas, The Concept of education in Islam
(Kuala Lumpur: Muslim Youth Men of Malaysia ABM, 1980), h.14

8
Dalam konsep pendidikan Islam, Allah SWT. Ditempatkan
sebagai pendidik yang Maha Agung, yang kemudian mendidik
Rasul Allah SWT dengan sistem pendidikan yang terbaik,
sehingga menempatkan diri Rasulullah SAW pada kedudukan
sebagai tokoh pendidik pertama. Tugas dan wewenang itu
dilimpahkan kepada kedua orang tua dengan memberinya muatan
nilai-nilai keagamaan. Tugas dan wewenang itu kemudian
dilimpahkan lagi kepada tenaga professional, yaitu para pendidik.
Untuk itu menurut Abd al-Rahman al-Nahlawi dalam
Jalaluddin.13mengatakan syarat seorang pendidik meliputi sifat
dan perilaku seperti : (1) harus memiliki sifat Rabbani, (2)
menyempurnakan sifat Rabbani dengan keikhlasan, (3) memilki
rasa sabar, (4) memilki kejujuran dengan menerangkan apa yang
diajarkan dalam kehidupan pribadi, (5) meningkatkan wawasan
dan kajian, (6) menguasai variasi serta metode mengajar, (6)
mampu bersikap tegas dan meletakkan sesuatu sesuai dengan
tempatnya (proposisi) sehingga ia akan mampu mengendalikan
diri dan muridnya, (8) memahami dan menguasai psikologi anak
dan memperlakukan mereka sesuai dengan kemampuan intelektual
dan kesiapan psikoogisnya, (9) mampu mengetahui fenomena
kehidupan sehinggamemahami berbagai kecenderungan dunia
beserta dampak yang akan ditimbulkan bagi peserta didik, dan
(10) dituntut untuk memilki sifat adil (objektif) terhadap peserta
didik.
b. Peserta didik
Peserta didik salah satu komponen dalam sistem pendidikan
Islam. Peserta didik merupakan “raw material (bahan mentah) di
dalam proses transformasi yang disebut pendidikan. Berbeda
dengan kompenen-komponen lain dalam sistem pendidikan karena
menerima “materil” ini sudah setengah jadi, sedangkan
komponen-komponen lain dapat dirumuskan dan disusun sesuai
dengan keadaan fasilitas dan kebutuhan yang ada.
Peserta didik secara formal adalah orang yang sedang
berada pada fase pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik
maupun psikis, pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri
dari seorang pendidik. Pertumbuhan menyangkut fisik,
perkembangan menyangkut psikis.
Menurut pasal 1 ayat 4 UU R.I No.20 tahun 2003 tentang
sistem Pendidikan Nasional, peserta didik adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses
pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Syamsul Nizar, dalam H. Ramayulis mendeskripsikan enam
kriteria peserta didik:20
1) Peserta didik bukanlah miniature orang dewasa, tetapi
memilki dunianya sendiri.
20
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Cet. VII; Jakarta: Kalam Mulia, 2008), h. 77-78

9
2) Peserta didik memilki periodisasi perkembangan dan
pertumbuhan.
3) Peserta didik merupakan makhluk Allah yang memilki
perbedaan individu baik disebabkan oleh faktor bawaan
maupun lingkungan di mana ia berada.
4) Peserta didik merupakan dua unsur utama jasmani dan
rohani, unsur jasmani memilki daya fisik dan unsur rohani
memilki daya akal hati nurani dan nafsu.
5) Peserta didik adalah manusia yang memilki potensi atau
fitrah yang dapat dikembangkan dan berkembang secara
dinamis. Dalam proses pendidikan peserta didik di
samping sebagai objek juga sebagai subjek.
Oleh karena itu agar seorang pendidik berhasil dalam proses
pendidikan, maka ia harus memahami peserta didik dengan segala
karakteristiknya. Diantara aspek yang harus dipahami oleh
pendidik yaitu: (1) kebutuhannya, (2) dimensidimensinya, (3)
intelegansinya, (4) kepribadiannya.
Pendidikan Islam memahami peserta didik atas dasar
pendekatan terhadap hakikat kejadian manusia yang
menempatkannya selaku makhluk Allah yang mulia. Kemuliaan
yang disandang manusia harus dihargai, dan perlakuan terhadapnya
harus dibedakan dari perlakuan terhadap makhluk lain. Kemuliaan
itu sendiri tidak mungkin dapat terwujud dengan mengendalikan
diri sendiri, tanpa adanya upaya pendidikan dan pembinaan yang
sungguh-sungguh meliputi pembinaaan aspek jasmaniah maupun
rohani ,fisik material maupun mental spiritual.21
Kriteria peserta didik dari aspek formal adalah anak yang
sedang tumbuh dan berkembang, baik fisik maupun psikis, untuk
mencapai tujan pendidikan diperlukan suatu lembaga pendidikan
formal.. kriteria ini berawal pada usia 7 tahun, saat anak sudah
dapat menerima adanya gezag, hingga memungkinkan ia
menyadari dan mematuhi disiplin. Secara informal. Pendidikan
Islam mengetengahkan konsep pendidikan sepanjang hayat (life
long education). Selama menjalani rentang kehidupan itu manusia
memerlukan bimbingan, pembentukan, pengarahan, dan
pengamalan, baik melalui intervensi langsung dari pada pendidik
maupun dari usaha sendiri. Semuanya itu dilaksanakan secara
bertahap dan berbeda, disesuaikan dengan kebutuhan pada tingkat
perkembangan masing-masing.
Pendidikan Islam mengacu kepada potensi yang ada pada diri
manusia. Potensi laten dalam konsep pendidikan Islam disebut
fitrah, yang berarti kekuatan asli yang terpendam didalam diri
manusia yang dibawanya sejak lahir. Yang akan menjadi
pendorong serta penentu bagi kepribadiannya, serta yang dijadikan
21
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya mengaktifkan pendidikan Agam Islam
di Sekolah (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002).

10
alat untuk pengabdian dan ma’rifatullah. Jadi bimbingan terhadap
pengembangan fitrah, harus menuju kea rah yang jelas.

Berdasarkan potensi penciptaannya, maka perkembangan


manusia meliputi seluruh aspek yang dibutuhkan oleh manusia
dalam kehidupannya baik statusnya sebgai manusia yang bertuhan,
makhluk individu, makhluk sosial, makhluk bermoral, makhluk
berperadaban dan sebagainya. Aspek perkembangan ini merupakan
potensi yang mendukung pengembangan menusia menjadi sosok
manusia seutuhnya, secara optimal dan berimbang, agar mampu
menjalankan amanat dalam statusnyaselaku hamba Allah
maupunkhafila-Nya. Dengan demikian perkembangan manusia
baru akan menjadi sempurna (insane kamil) bila perkembangan
potensi dirinya yang mencakup keseluruhan aspek perkembangan
itu dilakukan secara total dan maksimal.

11
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, Kapita Selekta….., hlm. 17
Abuddin Nata, Manajemen pendidikan Mengatasi Kelemahan pendidikan di
Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 99
Abuddin Nata, Manajemen pendidikan….., hlm. 104
Abuddin Nata, Manajemen pendidikan….., hlm. 104
Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium
Baru, Jakarta: Logos, 1999
Dikutip oleh Veitzal Rivai Zainal, Fauzi Bahar, Islamic Education Management
Dari Teoritik ke Praktik Mengelola Pendidikan Secara Profesional dalam
Perspektif Islam, (Depok: Raja Grafindo, 2013), hlm. 73
Endang Syaifudin Anshari, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Islam, (Usaha
Enterprise :Jakarta ,1976)
Faisal Ismail, Paradigma Pendidikan…..,hlm. 3
Hasan Langgulung, beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam (Bandung,
Al-Ma’arif, 1980), h. 147.
Ibid., hlm. 100
Israr, Ahmad Khan, Towards Understanding Islamic Paradigm of Education,
https://i epistemology.net/subjects/education/item/606- towards-understanding-
islamic-paradigm-ofeducation.html, (diakses pada tanggal 31 Oktober 2019, pukul
18.30 WIB)
Leahy, Luouis, Manusia Sebuah Misteri Sinesta Filosofi Makhluk Paradoks,
(Jakarta:Gramedia. 1985), 271
Lihat Syekh Muhammmad al-Naquib al-attas, The Concept of education in Islam
(Kuala Lumpur: Muslim Youth Men of Malaysia ABM, 1980), h.14
Maimun, Agus, dan Agus Zaenul Fitri, Madrasah Unggulan Lembaga Pendidik
Alternatif di Era Kompettitf, Malang : UIN-MALIKI PRESS, 2010
Moedjiarto, Sekolah Unggul, Surabaya: Duta Graha Pustaka, 2002
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya mengaktifkan pendidikan Agam
Islam di Sekolah (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002).
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Edisi Revisi ( Cet.II; bandung: CV.
Pustaka Setia, 1998), h.13.

12
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Cet. VII; Jakarta: Kalam Mulia, 2008), h.
77-78
Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam : Fakta Teoritis-Filosofis Dan
Aplikatif-Normatif, (Jakarta : Amzah, 2013) Cet. Ke-1,h. 2
Sugiarto,Bambang ,Foucault dan postmedomisme,2001
Yusuf Al-Qardhawi, Pendidikan Islam Dan Madrasah Hasan Al-Banna, Terj.
Prof. H. Bustami A. Gani Dan Drs.Zainal Abidin Ahmad (Jakarta: Bulan
Bintang, 1980)

13
SIMPULAN
Pendidikan islam yaitu upaya memberikan pendidikan agama islam, agar
menjadikannya sebagai pandangan dan sikap si peserta didik. Peluang dan
tantangan pendidikan islam yaitu :
1.Peluang pembelajaran PAI Yaitu untuk mengembangkan akhlak dari peserta
didik. Karena seperti sekarang ini menghadapi era globalisasi semakin pesat, jadi
disinilah peluang materi pendidikan agama islam untuk membangun akhlak para
peserta didik
.2.Tantangan pembelajaran PAI.SS Tantangan yang dihadapi dalam Pendidikan
Agama, khususnya Pendidikan Agama Islam sebagai sebuah mata pelajaran
adalah bagaimana mengimplementasikan pendidikan agama Islam bukan hanya
mengajarkan pengetahuan tentang agama akan tetapi bagaimana mengarahkan
peserta didik agar memiliki kualitas iman, taqwa dan akhlak mulia. Cara
menghadapi tantangan dalam Pendidikan Islam Bagi Pemangku Kebijakan
Pendidikan Islam yaitu: Membangun Orientasi dan Visi ,Integrasi Antara Ilmu
Agama dan Umum, Pengembangan Tradisi Akademik. Selanjutnya Ruang
lingkup pendidikan Islam: Pertama, teori-teori dan konsep-konsep yang
diperlukan bagi perumusan desain pendidikan dengan berbagai aspeknya : visi,
misi, tujuan, kurikulum, proses belajar mengajar, dan sebagainya, Kedua, teori
dan konsep yang diperlukan untuk kepentingan praktik pendidikan, yaitu
memengaruhi peserta didik agar mengalami perubahan, peningkatan, dan
kemajuan, baik dari segi wawasan, keterampilan, mental spiritual, sikap, pola
pikir, dan kepribadiannya. pihak-pihak yang terlibat dalam pendidikan Islam yang
menjadi ruang lingkupnya: Perbuatan Mendidik itu Sendiri, dan pelaku
pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai