Anda di halaman 1dari 3

Akuntansi

2. Solvabilitas
Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala
kewajiban finansilnya apabila sekiranya perusahaan tersebut dilikudasi. Disini persoalannya
ialah apabila suatu perusahaan itu dilikuidasikan, apakah kekayaan yang dimiliki oleh
perusahaan tersebut cukup untuk memenuhi semua utang-utangnya?
Dengan demikian maka pengertian solvabilitas dimaksudkan sebagai kemampuan suatu
perusahaan untuk membayar semua utang-utangnya (baik jangka pendek maupun jangka
panjang).
Suatu perusahaan yang solvabel berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau
kekayaan yang cukup untuk membayar semua utang-utangnya, tetapi tidak dengan sendirinya
berarti bahwa perusahaan tersebut likuid. Sebaliknya perusahaan yang insolvabel (tidak
solvabel) tidak dengan sendirinya berarti bahwa perusahaan tersebut adalah juga likuid. Dalam
hubungan antara likuiditas dan solvabilitas ada 4 kemungkinan yang dapat dialami oleh
perusahaan, yaitu :
a. Perusahaan yang likuid tetapi insolvabel.
b. Perusahaan yang likuid dan solvabel.
c. Perusahaan yang solvabel tetapi ilikuid.
d. Perusahaan yang insovable illikuid.

Baik perusahaan yang insolvabel maupun yang illikuid, kedua-duanya pada suatu waktu akan
menghadapi kesukaran finansiil, yaitu pada waktu tiba saatnya untuk memenuh kewajibannya.
Perusahaan yang insolvabel tetapi likuid tidak segera dalam keadaan kesukaran finansiil, tetapi
perusahaan yang illikuid akan segera dalam kesukaran karena segera menghadapi tagihan-
tagihan dari krediturnya. Perusahaan yang insolvabel tetapi likuid masih dapat bekerja dengan
baik. Dan sementara itu masih mempunyai kesempatan atau waktu untuk memperbaiki
solvabilitasnya. Tetapi apabila usahanya tidak berhasil, maka pada akhirnya perusahaan
tersebut akan menghadapi kesukaran juga.
Dalam literatur Anglosax sering digunakan istilah “actual solvency” untuk pengertian
solvabilitas. Sedangkan istilah “technical solvency” yang sering diketemukan dalam literatur
Anglosax sebenarnya adalah sama dengan pengertian likuiditas. Dengan demikian maka
dapatlah suatu perusahaan pada suatu waktu dalam keadaan “technically insolvent” tetapi
tidak dalam keadaan “actual insolvent”.
Bagaimana kita dapat mengetahui tingkat solvabilitas suatu perusahaan? Solvabilitas suatu
perusahaan dapat dilihat dari neracanya. Tetapi yang menjadi soal adalah neraca mana yang
diambil. Apakah neraca likuiditas ataukah neraca yang menggambarkan nilai yang sebenarnya
dari perusahaan yang dalam keadaan usaha atau operasi? Sebenarnya apabila didasarkan
kepada neraca likuidasi ini juga tidak salah, karena kita dalam menentukan solvabilitas
kebanyakan didasarkan kepada nilai penjualan atau nilai likuidasi dari aktiva (liquidating value).
Dengan demikian masalah solvabilitas di sini didasarkan pada sudut pandangan likuidasi.
Tetapi apabila kita mendasarkan pada sudut pandang kontinuitas dan komplementaritas dari
perusahaan, dalam menentukan tingkat solvabilitas perusahaan tidak mendasarkan pada nilai
likuidasi atau nilai penjualan dari aktiva, melainkan didasarkan kepada nilai yang sebesarnya
dari aktiva yang dimiliki oleh perusahaan dalam keadaan operasi (going concern value).
Solvabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan membandingkan jumlah aktiva (total
assets) dengan jumlah utang (baik jangka pendek maupun jangka panjang). Cara lain dapat
digunakan untuk mengukur solvabilitas ialah dengan membandingkan modal sendiri (net worth)
yang ini merupakan kelebihan nilai (excess value) dari aktiva. Di atas utang di satu pihak dengan
jumlah utang di lain pihak. Dalam menghitung solvabilitas tidak turut diperhitungkan aktiva
immateriil (intangible assets). Angka perbandingan tersebut dapat dinyatakan dalam “ratio”
atau dalam “presentase”.

22 | P a g e
Akuntansi

Contoh3.
Jumlah aktiva atau kekayaan ................................................ Rp 450.000,00
Jumlah utang ........................................................................ Rp 300.000,00
Excess value dari pada aktiva di atas utang seluruhnya ...... Rp 150.000,00

450.000
Solvabilitasnya = x 100% = 150%
300.000

Kalau menggunakan ratio antara jumlah aktiva dengan jumlah utang (total assets to debt ratio)
rationya adalah 450.000 : 300.000 = 1,5 : 1. Ini berarti bahwa utang Rp 1,00 dijamin oleh aktiva
Rp 1,5. Apabila solvabilitasnya 100%, ini berarti bahwa jumlah kekayaan sama besarnya dengan
jumlah utangnya sehingga perusahaan tersebut tidak mempunyai kelebihan aktiva di atas
utangnya. Perusahaan harus mengusahakan agar solvabilitasnya lebih dari 100%. Dari contoh
tersebut di atas perusahaan itu mempunyai selisih (positif) sebesar Rp 150.000,00 yang
merupakan kelebihan aktiva di atas utang, yang ini juga disebut “nilai lebih” (excess value”
dinyatakan dalam persentage, nilai lebihnya adalah :
150.000
x 100% = 50% dari jumlah utangnya.
300.000
Apabila dinyatakan dalam ratio, yaitu net worth to debt ratio, hasilnya ialah 150.000 : 300.000 =
1 : 2. Net worth to debt ratio tertinggi 1 : 2 berarti bahwa perusahaan tersebut akan mulai
dalam keadaan tidak mempunyai kelebihan aktiva di atas utang setelah 1/3 atau 33 1/3 % dari
assetnya berkurang. Makin kecil persentase ini berarti makin cepat menjadinya insolvabel,
karena dengan adanya pengurangan yang kecil saja dari nilai aktivanya, perusahaan sudah
dalam keadaan insolvabel.
Oleh karena solvabilitas itu adalah angka perbandingan antara jumlah aktiva dengan jumlah
utang., maka setiap penambahan jumlah utang akan menurunkan tingkat solvabilitasnya.
Apabila jumlah utang bertambah, jumlah dari “excess valuenya” dalam angka absolute adalah
tetap, karena bertambahnya utang disertai dengan bertambahnya aktiva, tetapi dalam angka
relatif atau dalam persentasenya adalah makin kecil.

Contoh soal 4. :
Apabila perusahaan menambah utangnya dengan Rp 150.000,00 maka sekarang
keadaannya adalah sebagai berikut :
Jumlah aktiva Rp 600.000,00 ← (Rp 450.000,00 + Rp 150.000,00)
Jumlah utang Rp 450.000,00 ← (Rp 300.000,00 + Rp 150.000,00)
Nilai lebih Rp 150.000,00

Dari contoh tersebut di atas ternyata bahwa nilai lebih atau kekayaan bersihnya dalam angka
absolut adalah tidak berubah dan tetap sebesar Rp 150.000,00 walaupun diadakan tambahan
utang. Tetapi dinyatakan dalam persentase, baik solvabilitasnya maupun nilai lebihnya akan
makin kecil. Solvabilitasnya sekarang menjadi :
600.000
x 100% = 133 ½ % atau total assets to debt rationya = 1,33 : 1
450.000
150.000
Kelebihan nilai aktiva di atas utang (nilai lebih) = x 100% = 33 ½ %
450.000

23 | P a g e
Akuntansi

Atau net worth to debt rationya adalah 1 : 3.

Dari net worth to debt ratio sebesar 1 : 3 kita dapat mengetahui bahwa sekarang
perusahaan tersebut akan mulai dalam keadaan insolvabel setelah ¼ atau 25 % dari nilai
aktivanya berkurang. Bagaimana tingkat solvabilitas dapat dipertinggi ? Tingkat solvabilitas
dapat dipertinggi dengan jalan sebagai berikut :
1. Menambah aktiva tanpa menambah utang atau menambah aktiva relatif lebih besar dari
pada tambahan utang.
2. Mengurangi utang tanpa mengurangi aktiva atau mengurangi utang relatif lebih besar dari
pada berkurangnya aktiva.
Bila dengan jalan pertama maupun kedua tersebut tidak lain mengharuskan adanya tambahan
modal sendiri. Apabila pada alternatif pertama tambahan modal sendiri ditambahkan pada
aktiva, sedangkan pada alternatif kedua tambahan modal sendiri digunakan untuk mengurangi
atau membayar utang.

3. Rentabilitas
Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva
atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan
suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu dan umumnya
dirumuskan sebagai :
L
x 100%
M
Dimana L adalah jumlah laba yang diperoleh selama periode tertentu dan M adalah Modal atau
aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut.
Cara untuk menilai rentabilitas suatu perusahaan adalah bermacam-macam dan
tergantung pada laba dan aktiva atau modal yang akan diperbandingkan satu dengan lainnya.
Apakah yang akan diperbandingkan itu laba yang berasal dari operasi atau usaha, atau laba
netto sesudah pajak diperbandingkan dengan keseluruhan aktiva “tangible”, ataukah yang akan
diperbandingkan itu laba netto sesudah pajak dengan jumlah modal sendiri. Dengan adanya
macam-macam cara dalam penilaian rentabilitas suatu perusahaan, maka tidak mengherankan
kalau ada beberapa perusahaan yang berbeda-beda dalam cara menghitung rentabilitasnya.
Yang penting ialah rentabilitas mana yang akan digunakan sebagai alat pengukur efisiensi
penggunaan modal dalam perusahaan yang bersangkutan.
Dalam bab ini hanya akan dibicarakan dua cara penilaian rentabilitas, yaitu apa yang
sering disebut rentabilitas ekonomis dan rentabilitas modal sendiri.

24 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai