Anda di halaman 1dari 6

Judul : Business ethics, corporate social responsibility, and brand attitudes: An

exploratory study
Penulis : O.C. Ferrella, Dana E. Harrisonb, Linda Ferrellc, Joe F. Hair
Sumber : Jurnal Riset Bisnis

1. Area of Interest
Hubungan antara etika dan tanggung jawab sosial dalam hubungan pelanggan-
merek penting dalam memahami sikap merek ( Kumar & Reinartz, 2016 ). Banyak
jenis merek dan hubungan merek telah dikaitkan dengan identitas perusahaan-
pelanggan identifikasi (Bhattacharya & Sen, 2003 ). Etika bisnis seringkali terbatas
pada teori filosofis yang berkaitan dengan keputusan yang benar atau salah. Sebuah
survei tentang negara menemukan aturan, standar dan prinsip moral disebutkan
paling sering untuk etika bisnis ( Lewis, 1985 ).
2. Phenomena
Merek etis telah dieksplorasi dari perspektif masalah tanggung jawab sosial
seperti keberlanjutan, perdagangan yang adil, atau membantu meningkatkan
kesejahteraan pelanggan. Studi telah mengeksplorasi merek yang diposisikan
menggunakan atribut etika ( Peloza, White, & Shang, 2013 ; Putih, MacDonnell, &
Ellard, 2012 ). Selain itu, penelitian memiliki spesifikasi biasa ditujukan dampak
CSR terhadap reputasi perusahaan dan ekuitas merek ( Hsu, 2012 ).
3. Theoretical Foundation
Tanggung jawab sosial telah defined sebagai sosial perusahaan per-
formance, teori pemangku kepentingan dan bahkan teori etika bisnis (Carroll,
1999). Oleh karena itu, civitas akademik atelah melakukan gabungan
konstruksi etika bisnis dan CSR. Etika bisnis seringkali terbatas pada teori
filosofis terkait keputusan yang benar atau salah. Survei menemukan aturan,
standar, dan prinsip moral disebutkan paling sering untuk etika bisnis
(Lewis, 1985).
Menggunakan perspektif teoritis komunitas praktik yaitu memberikan
wawasan yang penting untuk memahami etika bisnis dan kegiatan CSR dalam
konteks organisasi bisnis. Menggunakan wawancara dengan manajer senior
menemukan bahwa etika bisnis dan CSR hanya memiliki hubungan informal dan
makna yang beragam dalam praktiknya ( Weller, 2017 ).
4. Literature Review
1. Etika Bisnis dan CSR membentuk perspektif deskriptif
a. Weller (2017) Menggunakan in-terviews dengan manajer senior menemukan
bahwa etika bisnis dan CSR hanya memiliki hubungan informal dan beragam
makna dalam praktik.
b. Fisher (2004) tentang buku teks di seluruh manajemen disiplin etika bisnis
dan menemukan bahwa dalam banyak hal bahwa kedua konstruksi itu sama,
hanya diterapkan pada tingkat analisis yang berbeda.
c. Davidson dan Griffin(2000) dan Joyner dan Payne (2002) secara eksplisit
menyatakan bahwa kedua konstruksi adalah hal yang sama.
d. Carroll (1991) menyatakan bahwa etika bisnis adalah salah satu part dari
CSR atausebaliknya.
e. Epstein (1987) berpendapat bahwa etika bisnis dan CSR terkait tetapi
berbeda.
2. Etika Bisnis dan Hubungan CSR dengan sikap merek
a. White et al., ( 2012 ) Aliran penelitian ini dapat memeriksa preferensi
untuk merek yang dipromosikan melalui daya tarik untuk tanggung
jawab sosial dan etika bisnis. Hingga saat ini, sebagian besar penelitian
tentang merek etis dikaitkan dengan tanggung jawab sosial.
b. Fan (2005) menyatakan merek etis sebagai mempromosikan kebaikan
publik dengan atribut seperti kejujuran, integritas, kualitas, rasa hormat,
dan penghitungan . Hasilnya adalah miXed dalam menilai dampak persepsi
merek yang etis.
c. Peloza dkk. (2013) menemukan bahwa atribut produk yang etis tidak
sama pentingnya dengan kinerja produk.
d. Singh, Iglesias, dan Batista-Foguet (2012) menemukan bahwa
etika yang dirasakan dari sebuah merek memiliki effect positif pada
kepercayaan merek, dan pada gilirannya kepercayaan merek secara
positif kembali ke loyalitas merek.

1
e. Brunk (2012) Skala yang banyak digunakan untuk mengukur etika yang
dirasakan konsumen (CPE) operusahaan atau merek tidak memberikan
perbedaan yang jelas antara tanggung jawab sosial dan etika.
f. Brunk (2012) menyimpulkan bahwa konsumen tidak dapat menggunakan
pengetahuan mereka sendiri untukmembedakan antaraetika bisnis dan CSR.
3. Hipotesis
a. Hipotesis 1
Didasarkan pada penelitian sebelumnya bahwa harapan CSR akan
memiliki ect effpositif ketika perilaku perusahaan positif (Kang& Hustvedt,
2014). Di sisi lain, harus ada effect yang kurang menguntungkan ketika ada
CSR negatif atau kombinasi dari negatif CSR atau perilaku etika bisnis.
Ketika CSR dan timbangan etika bisnis digabungkan, tudes ATTI sangat
kuatdifluenced baik positif atau negatif oleh respons pelanggan terhadap
perilaku perusahaan (Brunk, 2010).
b. Hipotesis 2
Didasarkan pada penelitian bahwa would menyarankan perilaku CSR positif
akan memiliki ect effpada perilaku etika bisnis positif yang dirasakan tetapi
kurang menguntungkan effect dengan kombinasi etika bisnis ne- gatif atau
perilaku CSR. Hal ini didukung oleh beberapa model sikap atribut
yangdalam dicate ada potensi yang cukup besar untuk mengubah nilai
konsumen yang melekat pada merek (Lutz, 1975).
c. Hipotesis 3 dan 4
Mengikuti logika yang sama dengan H1 dan H2 karena berkaitan dengan
etika bisnis. Etika bisnis yang positif sebagai konstruksi yang berbeda akan
memiliki positif pada CSR yang dirasakan Kombinasi negatif dari etika
bisnis dan CSR akan memiliki effect negatif pada eticsbisnis. Ini lagi
didasarkan pada konstruksi yang menggabungkan etika bisnis dan
CSR (Vitell & Muncy, 2005). H4 sejajar dengan H1 terkait CSR tetapi ex-
amines apakah ekspektasi etika bisnis akan memiliki effect positif pada
perilaku etika bisnis yang dirasakan. Setiap kombinasi negatif dari etika
bisnis dan CSR akan memiliki yang kurang menguntungkan. Hipotesis fol-
lowing memeriksa sejauh mana sekutu orang memegangsikap terhadap CSR

2
(etika bisnis) pada CSR (etika bisnis) perusahaan di tengah perilaku CSR
(etika bisnis) positif atau negatif.

5. Methodology
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dimana dengan melakukan
analisis faktor menggunakan metode eksploratori komponen utama untuk mencari
faktor kesempatan untuk melakukan fraud di pemerintah daerah, Indonesia. Pada
tahap ini, variabel-variabel yang sudah dipetakan akan dianalisis secara independen.
Kemudian dilakukan pengujian tambahan dengan menggunakan analisis regresi
logistic untuk menilai kekokohan (robustness) variabel pembentuk faktor
kesempatan untuk melakukan fraud yang dihasilkan dari pengujian sebelumnya,
yaitu analisis faktor. Alasan analisis regresi logit dipilih untuk digunakan karena
riset ini menganalisis variabel dependen yang memiliki kemungkinan di antara 1
dan 0 (fraud atau non fraud)

6. Data and Method


Perangkat lunak SmartPLS 3 (Ringle, Wende, & Becker, 2015)
digunakan untuk analisis. PLS-SEM diterima secara luas di seluruh disiplin ilmu
sebagai teknik yang kuat (Rambut, Sarstedt, Hopkins, & Kuppelwieser, 2014;
Rambut, Sarstedt, Pieper, & Ringle, 2012; Rambut, Sarstedt, Ringle, & Mena,
2012). PLS-SEM paling tepat dalam studi di mana teori kurang berkembang dan
prediksi dan penjelasan konstruksi endogen adalah tujuan utama (Rambut,
Hollingsworth, Randolph, & Chong, 2017; Rambut, Ringle, & Sarstedt, 2011;
Rambut, Sarstedt, Ringle, & Gudergan, 2018). Karena penelitian ini berfokus pada
prediksi, PLS-SEM adalah pilihan yang tepat untuk analisis (Rambut, Matius,
Matius, & Sarstedt, 2017).
Pengukuran dan model struktural diperiksa secara terpisah untuk masing-
masing dari empat skenario. Luar loadin gs dalam skenario 1 dan 2
melebihi 0.70 dan merupakan significant, sedangkan dalam skenario 2 dan 3
beberapa item di bawah 0,70 tetapi masih memenuhi pedoman yang
direkomendasikan (Rambut, Hitam, Babin, & Anderson, 2019; Rambut, Hult,
Ringle, & Sarstedt, 2017). Keandalan komposit dan varians rata-rata yang

3
diekstraksi melebihi pedoman yang direkomendasikan (Rambutet al., 2019)
untuk semua kelompok. Dengan demikian, validitas konvergen ditunjukkan
(Henseler, Ringle, & Sarstedt, 2015).

7. Finding
Penelitian ini memberikan wawasan baru tentang ekspektasi pelanggan
terhadap etika bisnis dan CSR dan bagaimana kemungkinan mereka dalam
sikap fluence terhadap merek. Kami membandingkan sikap terhadap saluran
konduksi positif dan negatif untuk etika bisnis dan kegiatan CSR sebagaimana
diamati dalam praktik. Ketika diminta untuk meninjau deskripsi etika bisnis dan
CSR, 74,9% responden menyarankan bahwa etika dan tanggung jawab sosial
sama pentingnya. Ini menunjukkan bahwa pelanggan menghargai kedua perilaku
ini. Sementara pelanggan menghargai kedua perilaku, ketika konstruksi deskriptif
dikembangkan dari praktiknisasi orga, etika lebih berdampak pada sikap
merek daripada CSR.
Dalam etika bisnis yang positif dan skenario CSR po-sitive, firm berfokus
pada hubungan jangka panjang dengan pelanggan dan komunikasi yang jujur dan
transparan. Selain itu, firm terlibat dengan inisiatif hropic dan
keberlanjutanphilant. Sebaliknya, etika bisnis negatif dan skenario CSR negatif
dalam- volved dalam klaim palsu tentang keberlanjutan, menutupi pelanggaran
peraturan, diskriminasi gender, dan fines besar untuk pelanggaran lingkungans.
Perusahaan yang menunjukkan pelanggaran hukum besar dikaitkan dengan
persepsi negatif CSR dan etika bisnis, terutama ketika manajemen menutupi
kesalahan. Ini mungkin karena perilaku yang tidak etis lebih berhubungan
langsung dengan sikap merek dan produk yang dapat berdampak pada
kinerja.

8. Conclusion
Etika bisnis dan CSR seringkali defined sebagai " berbuatbaik"dan tidak
merusak orang lain. Penelitian ini telah meneliti skenario etika bisnis dan CSR
yang digunakan untuk mengukur sikap konsumen terhadap merek toward.
Hasilnya memberikan bukti bahwa etika bisnis lebih berdampak pada sikap merek
daripada kegiatan CSR. Fi nding ini tidak boleh mengurangi nilai CSR, karena

4
CSR penting untuk firms dan so- ciety di luar dampaknya pada sikap merek. CSR
hatelah terkaitdengan reputasi dapat dalam peluang perekrutan fluence,
loyalitas karyawan, serta hubungan dengan kelompok regulasi (Russell, Russell,
& Honea, 2016). Temuan penelitian ini adalah bahwa perilaku etis lebih selaras
dengan sikap merek, sehingga menyarankan peluang untuk penelitian di
masa depan untuk menentukan mengapa konsumen lebih peduli tentang etika
bisnis karena berkaitan dengan sikap merek. Peloza dkk (2013) menemukan
bahwa con-sumers lebih mementingkan kinerja merek daripada CSR.
Kemungkinan pelanggaran etika bisnis dapat mengurangi ekspektasi kembali pada
kinerja merek. CSR dapat dipandang bertahap dan tidak diperlukan,
tetapi etika bisnis diperlukan oleh aturan yang ditetapkan yang wajib atau penting
sebelum membeli merek.

9. Recommendation
Penelitian di masa depan harus berfokus pada moderator yang dapat
menjelaskan kekuatan hubungan antara harapan etika bisnis dan CSR terkait
sikap band. Bagaimana loyalitas, kepercayaan, dan pengalaman dengan merek
dalamreaksifluence terhadap perilaku etikabisnis dan kegiatan CSR? memberikan
fondasi yang kuat untuk arah baru dalam etika bisnis dan penelitian CSR.

10. Further Researches


Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian sejenis dengan terus
melakukan eksplorasi faktor yang membuka kesempatan melakukan CSR. Melihat
kedua bidang ini sebagai diferent terkait dengan sikap terhadap merek dapat
memperluas dan mengubah arah penelitian akademik dan fokus manajerial.
Kesempatan untuk memperluas wawasan dan pengetahuan dalam topik
penting ini sangat menarik.

Anda mungkin juga menyukai