Anda di halaman 1dari 1

MASYARAKAT BAHASA

Cindy Afiffatus Syafi’

19020074116

Sutron: cindy.19116@mhs.unesa.ac.id

Seorang penutur bahasa dapat dikatakan sebagai anggota


masyarakat-tutur. Sebagai anggota masyarakat maka terikat oleh nilai-
nilai sosial dan juga nilai budaya masyarakat termasuk dalam nilai etika
ketika menggunakan bahasa (Sumarsono, 2002:5). Fungsi bahasa
berhubungan luas dan menjadi lebih jelas apabila bertolak pada asumsi
adanya empat jenis situasi komunikasi yang bersifat konsentris dan
masing-masing empat jenis tersebut dapat dikatakan masyarakat bahasa
yang pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Di dalam masyarakat bahasa
primer, sering berdasar pada komunikasi bersemuka atau face to face
communication. Perbedaan di antara penutur bahasa bersifat pribadi dan
dalam gejala ini dapat disebut idiolek. Masyarakat bahasa kedua,
merupakan golongan penutur yang mengakui menggunakan satu bahasa
yang bersifat otonom dari bahasa yang lain. Masyarakat bahasa ketiga
merupakan masyarakat yang memiliki sifat anekabahasa. Masyarkat
bahasa keempat merupakan masyarakat yang tidak memungkinkan
untuk komunikasi apabila penutur menggunakan idiolek, dialek, atau
bahasanya masing-masing. Maka, apabila terjadi pemahaman timbal balik
maka dibutuhkan jenis bahasa yang memiliki perhubungan luas atau
yang bersifat internasional (Moeliono, 1981:48-49).

Bahasa dapat dikatakan sebagai ekspresi kepribadian dan lambang


identitas dan tidak tertaklukkan secara mutlak (Moeliono, 1981:6). Bahasa
sebagai fungsi pembicara yang melatar belakangi sosial dan pribadinya
bahasa dikaitkan sebagai indeks kesal sosial oleh seseorang, cara berbicara
tidak hanya sebagai refleksi dari suatu organisasai kemasyrakatan, akan
tetapi merupakan suatu praktik yang merupakan salah satu bagian sentral
dari organisasi sosial (Mesthrie, 2004:27). Dalam konsep Ferguson
mengenal diglosia dalam suatu bahasa. Ferguson melihat para penutur
sesuatu bahasa kadang-kadang memakai ragam bahasa tertentu untuk
memakai ragam yang lainnya untuk situasi lain (Sumarsono, 2002:190).
Diglosia terjadi ketika tiga kondisi berikut berlaku dalam komunitas
bahasa, yakni ada banyak literature dalam bahasa yang terkait erat
dengan bahasa alami dari bahasa tersebut, melek huruf di masyarakat
terbatas pada elit kecil, dan periode waktu yang sesuai dari urutan
beberapa abad berlalu sejak pembentukan satu dan dua (Houbner,
1996:36).

Anda mungkin juga menyukai