Oleh :
NIM : 1805104010013
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat hidayahnya
sehingga dapat menyelesaikan makalah Pengetahuan Bahan Pakan (PTK 204) yaitu dengan
tema “Pakan imbuhan (feed additive)”. Shalawat beserta salam tidak lupa kepada
junjungan alam baginda Rasulullah Muhammad S.A.W. yang telah membawa umatnya
1. Ibu Dr. Ir. Siti Wajizah, M.Si sebagai Dosen Pembimbing dan mengarahkan
2. Semua pihak secara langsung atau tidak langsung yang telah mendukung
memotivasi kami.
Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan, penulisan dan isi
laporan ini. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
bagi penyempurnaan tulisan ini. Semoga karya sederhana ini bermanfaat untuk masyarakat
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.2 Tujuan...........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................11
3.2 Saran...........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................12
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Aktivitas langsung dan tidak langsung ST pada pertumbuhan dan metabolisme
(Kamil et al. 2001).................................................................................................................5
iii
BAB I PENDAHULUAN
Pakan ternak cenderung memiliki harga yang meningkat akan tetapi produksi
bersifat fluktuatif sehingga peternak berupaya untuk efisiensi pakan. Salah satu caranya
adalah pemberian feed additive. Wahju (2004) menyatakan bahwa feed additive
merupakan bahan pakan tambahan yang diberikan kepada ternak melalui pencampuran
pakan ternak. Bahan tersebut merupakan pakan pelengkap yang bukan zat makanan.
Penambahan feed additive dalam pakan bertujuan untuk mendapatkan pertumbuhan ternak
yang optimal.
Sub sektor peternakan merupakan sub sektor yang strategis, mengingat dalam
rangka mewujudkan ketahanan pangan dan mencerdaskan bangsa. Permintaan akan produk
masyarakat dan semakin membaiknya kesadaran gizi masyarakat. Pangan yang berupa
produk peternakan terutama adalah daging, susu dan telur, yang merupakan komoditas
pangan hewani yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas konsumsi pangan.
hewani khususnya susu perlu dikembangkan ternak ruminansia besar yaitu sapi perah
dengan produktivitas yang tinggi. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, langkah langkah
yang perlu ditempuh dapat dilakukan melalui peningkatan populasi, produktivitas dan
merupakan salah satu produk bioteknologi pertama yang sudah siap digunakan dalam
penggunaan pakan pada sapi perah, bahkan penggunaan bST pada tingkat peternak pun
1
dapat meningkatkan produksi rata-rata hingga 5 kg perhari atau 15-20 % tanpa
menimbulkan penyakit metabolis dan perubahan kualitas yang berarti (Manalu, 1994).
metabolisme kelenjar, proses sintesis dalam kelenjar susu perlu ditingkatkan, demikian
pula pengambilan zat-zat makanan sehingga sebagai konsekuensinya laju aliran darah
pada pengusahaan sapi perah kiranya dapat mendongkrak peningkatan produksi susu,
namun perlu penjajakan ke arah tersebut untuk mendapatkan data konkrit khususnya bagi
peternakan sapi perah di Indonesia, terlebih pada sapi yang telah melewati puncak
produksi, dimana produksi semakin menurun, dan sudah menjadi masalah nasional karena
1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian hormon
2
BAB II PEMBAHASAN
Menurut Shobirin dkk. (2013), pakan tambahan (feed additive) adalah setiap pakan
yang tidak lazim dikonsumsi ternak sebagai pakan, yang sengaja ditambahkan, memiliki
atau tidak nilai nutrisi, dapat mempengaruhi karakteristik pakan atau produk hewan. Bahan
bahan lain tergantung pada tujuan penggunaan dan cara pemakaiannya. Feed additive
adalah bahan pakan tambahan yang diberikan pada ternak dengan tujuan untuk
meningkatkan produktivitas ternak maupun kualitas produksi. Zat additive yang diberikan
1. Vitamin tambahan
2. Mineral tambahan
3. Antibiotik
4. Anabolik (hormonal)
atau GH) yang merupakan hormon protein atau hormon polipeptida dengan rangkaian 190-
191 residu asam amino yang membentuk satu molekul polipeptida. Somatotropin disintesis
dan disekresikan oleh sel-sel somatotrof yang terletak dalam lobus anterior kelenjar
pitiutari, dan sekresinya sangat dipengaruhi oleh faktor neural, metabolik, dan hormonal
Bovine somatotropin atau bovine somatotrophin (bST dan BST) adalah hormon
peptida yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis sapi. Seperti hormon lainnya, hormon ini
3
diproduksi dalam jumlah kecil dan digunakan untuk mengatur proses metabolisme. Fungsi
416 asam-amino. Hormon ini mempunyai efek terhadap membran sel. Fungsi hormon ini
diantaranya sebagai pemicu untuk membentuk dan meningkat kan konsentrasi cAMP
sebagai proses terjadinya utusan kedua (second messen ger) yang diikuti oleh proses-
proses biolo gis lainnya yaitu meningkatkan asam-amino ke dalam otot, ginjal dan
fibroplast dan juga dapat menyebabkan lypolysis pada jaringan lemak yang dibantu oleh
oleh Breier et al . (1991) yaitu dengan perubahan pembagian penyerapan zat
untuk sintesis komponen susu serta cadangan lemak digunakan sebagai sumber energi.
Selain itu respons ternak terhadap bST adalah peningkatan pengeluaran darah dari
4
Respons-respons ini yang menyebabkan peningkatan pemasukan zat makanan (nutrient) ke
ambing.
Ketertarikan terhadap bST mulai tahun 1932, ketika seorang peneliti bernama Asdell
mendemonstrasikan satu respons produksi susu pada kambing betina laktasi yang diberi
somatotropin. Pada tahun 1982 muncul suatu produk bioteknologi yang digunakan pada
ternak berupa Bovine Somatotropin (bST). Sejak penemuan bST ini penelitian demi
penelitian dilakukan para ahli untuk menguji sejauh mana manfaat bST secara biologis dan
apa dampak penggunaan tersebut. Penelitian terutama dilakukan pada sapi perah.
GHRH SOMATOSTATIN
KELENJAR PITUITARI
SOMATOTROF
SOMATOTROPIN
PEMBENTUKAN KARTILAGO
AKTIVITAS DIABETOGENIK
PERTUMBUHAN TULANG
5
Gambar 1. Aktivitas langsung dan tidak langsung ST pada pertumbuhan dan metabolisme
(Kamil et al. 2001)
merangsang proses produksi dan proses adaptasi homeostatis yang akan menyediakan
nutrien yang digunakan dalam proses tersebut (Vernon 1989). Somatotropin mempunyai
dua pengaruh utama. Pengaruh pertama berkaitan dengan proses-proses produksi yang
mungkin sebagian diperantarai oleh IGF-I. Pengaruh yang kedua adalah penyediaan zat-zat
makanan yang diperantarai oleh ST sendiri, akan tetapi pengaruh ini bergantung pada
keadaan fisiologis hewan percobaan karena pada hewan yang sedang tumbuh perlakuan
laktasi perlakuan ST dapat mengakibatkan kehilangan protein tubuh (Peel et al. 1981;
Akers 2002).
fermentasi.
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikann ketika penyuntikan hormone BST
(bovine somatotropin) di antaranya dosis yang digunakan, kapan atau pada hari keberapa
setelah beranak, apakah sebelum atau setelah puncak laktasi. Kemudian kondisi atau
6
persyaratan apa yang perlu disiapkan pada sapi seperti pakan, kondisi kesehatan, kandang
Adapun pemberian dosis per 14 hari didasarkan bahwa respons bST mulai terjadi
selama 24 jam dan respons maksimal terjadi selama satu minggu. Dengan dilakukan
penyuntikan setiap dua minggu, ikut mengurangi penderitaan (stress) yang terjadi akibat
penyuntikan yang dilakukan terus menerus dalam tempo yang singkat. Hal ini sangat
menjadi concern pada penyayang binatang yang berhubi,ungan dengan Isue Animal
Namun ada beberapa perbedaan pendapat terhadap beberapa dosis yang
digunakan, mulai 167, 250, 334, 500 dan 640 mg per 14 hari. Menurut luna (2000)
Ternyata dosis 345 dan 500 mg per 14 hari yang memberikan hasil yang terbaik. Namun
menurut Phipps ,1997 dosis 354 dan 500 mg tidak memperlihatkan produksi susu yang
signifikan. Hasil lain yang berbeda dilaporkan oleh peneliti Malaysia ternyata dosis 250
mg per 14 hari merupakan dosis yang paling ekonomis. Kondisi ini berbeda mungkin
Bagitu juga dalam hal kapan pemberian bST disini juga terdapat beberapa
perbedaan pendapat yaitu menurut Phipps, 1997 dan luna,2000 umumnya bST diberikan
setelah puncak laktasi setelah 50 hari namun Phipps, 1997 dan luna, 2000 sepanjang
Dari beberapa perbedaan pendapat tersebut dapat dikatakan ternyata pemberian
setelah laktasi memberikan respons terbaik yaitu dengan dosis 250 mg. Hal ini
berhubungan dengan kondisi sapi sebelum puncak laktasi yang memberikan kondisi
keseimbangan energi yang negatif yang akan menimbulkan gangguan pada sapi penurunan
bobot badan dan nurunnya Body Condition Score (BCS) sapi, sehingga kerentanan
7
terhadap beberapa penyakit meningkat. Sapi pada pertenga han laktasi atau akhir laktasi
Kondisi lain adalah hampir semua memerlukan dukungan energi yang cukup sesuai
kebutuhan sapi untuk berproduksi sesuai dengan kemampuan nya. Karena penggunaan
bST dapat meningkatkan produksi susu yang membutuhkan makanan untuk sintesis susu
(Gulay et al., 2003). Tetapi menurut Phipps (1997), menyatakan bahwa penggunaan bST
tidak perlu mengubah manajemen dan kualitas sumber pakan yang ada di daerah tersebut.
Selain itu dari beberapa peneliti yang lainnya ternyata hasil yang didapat lebih baik pada
sapi multiparous (beranak lebih dari satu kali) dari pada primiparous (beranak pertama
kecil). Hal ini berhubungan dengan makin meningkatnya bobot badan setelah laktasi
pertama. Demikian pula yang perlu diperhatikan khusus oleh peternak pada sapi yang
Sampai sejauh ini belum ada peneliti yang melaporkan dapak negatif dari
terutama penggunaan bST pada awal laktasi. Hal ini berhubungan dengan kondisi sapi
penggunaan bST akan memobilisasi cadangan lemak tubuh. Pada awal laktasi hingga
menjelang puncak laktasi, bobot badan cendrung menurun. Keadaan ini dapat diatas
dengan penggunaan bST setelah puncak laktasi. Setelah 50 hari laktasi (Phipps et al., 1997,
al. 2000).
Hasil penelitian Scarda dan Mader (1991) Menunjukkan penggunaan bST tidak
menunjukkan gejala toxic syndrome, tidak ada perubahan tingkah laku atau gangguan
8
penyakit metabolik. Berdasarkan rekomendasi Kementrian Pertanian dan Nutrisi dan
Kementrian Kesehatan Amerika, sertifikat aman untuk somidobove 4 April 1989 telah
dikeluarkan. Keamanan untuk konsumen yang mengkonsumsi produk susu dan daging dari
pemberian bST pada sapi perah berdasarkan penelitian dan pengetahuan yang ada yaitu ;
a. Komposisi susu, flavor dan pertumbuhan biakan Starter asam laktat tidak
b. bST tidak mempunyai aktivitas biologis pada manusia, dan sebagai susu protein
Berg,1991). Akan tetapi hasil penelitian Bauman. (1999) SCC tidak dipengaruhi oleh
adanya pemberian bST. Dijelaskan bahwa et al umumnya mastitis dan problem penyakit
yang lain sering terjadi pada 45 hari setelah beranak. Resiko peningkatan mastitis klinis
bST. pada sapi yang terinfeksi oleh Streptococcus uberis dapat mencegah penurunan
produksi susu, perubahan komposisi susu seperti laktosa, protein, lemak, Na+, K+ dan Cl-.
Adapun dampak negatif dari peng gunaan BST yaitu: BST dapat meningkat kan
kejadian mastitis pada sapi. Hal ini diketahui bahwa sapi memproduksi susu lebih banyak,
terlepas dari penyebab dari produksi yang lebih besar, memiliki peningkatan kecil dalam
kejadian mastitis. Ada sebuah peningkatan kecil dalam kasus mastitis pada sapi yang
disuntik BST Namun, peningkatan ini baik dalam kisaran yang diharapkan berdasarkan
9
susu yang diproduksi meningkat. Selan jutnya, bila dihitung berdasarkan volume susu yang
dihasilkan, BST tidak mempengaruhi kejadian mastitis. Jadi peningkatan kejadian mastitis
pada sapi yang di suntik dengan BST adalah karena hasil yang lebih tinggi dari susu dan
Adapun kelebihan dari pengguna an BST yaitu Sejak persetujuan untuk
penggunaan komersial, ribuan sapi perah telah disuntik dengan BST, dan ketika digunakan
sesuai dengan petunjuk label, tidak ada masalah diverifikasi. Serta dengan penyuntikan
BST ini dapat meningkatkan produksi susu, BST juga memberi keamanan pada sapi, dan
10
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
1. Feed additive adalah bahan pakan tambahan yang diberikan pada ternak dengan
2. Bovine somatotropin atau bovine somatotrophin (bST dan BST) adalah hormon
metabolisme mineral dan memacu pertumbuhan tulang rawan, yang pada gilirannya
memacu pertumbuhan.
4. Teknik yang digunakan dalam hormon bST ini yaitu dengan cara injeksi dan
5. Pengaruh penyuntikan BST ini dapat meningkatkan produksi susu, BST juga
memberi keamanan pada sapi, dan susu yang menghasilkan aman bagi konsumen.
3.2 Saran
Penulis menyadari makalah ini mungkin masih jauh dengan kata sempurna.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat pada suatu saat terhadap makalah tema
11
yang sama. Dan dapat menjadi referensi bagi pembaca serta menambah ilmu pengetahuan
12
DAFTAR PUSTAKA
Bauman, D.E., R.W. Everxett, W.H. Weiland and R.J. Collier. 1991.Production responses
Breier, B.H./P.D. Gluckman, S.N. McCutchen and S.R. Davis. 1991. Physiological
Djojosoebagio, S., 1990. Fisiologi Kelenjar Endokriologi. Vol I. Bogor: Pusat Antar
Hoeben, D., C. Burvenich, P.J. Eppard and D.L. Hard. 1999. Effect of recombinant bovine
Luna-Dominguez, J.E., R.M. Enns, D.V. Armstrong and R.L.Ax. 2000. Reproductive
1455.
Manalu, W., 1994. Menyongsong aplikasi hasil bioteknologi dalam industri peternakan:
susu dan dampaknya twerhadap kesehatan dan reproduksi sapi perah serta masa
13
Moallem, U., Y. Folman and D. Sklan . 2000. Effects of somatotropin and dietary calsium
soaps of fatty acids in early lactation on milk production, dry matter intake, and
Phipps, R.H., D.L. Hard, and F. Adriaens. 1997. Use of bovine somatotropin in the tropics:
Van Den Berg, G. 1991. A review of Quality and processing suitability of milk from cows
14