Anda di halaman 1dari 18

Makalah

PENGETAHUAN BAHAN PAKAN PTK (204)


HORMON BOVINE SOMATOTROPIN (bST) SEBAGAI PAKAN
IMBUHAN (FEED ADDITIVE)

Oleh :

Nama : Rida Raihatil Jinnani

NIM : 1805104010013

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat hidayahnya

sehingga dapat menyelesaikan makalah Pengetahuan Bahan Pakan (PTK 204) yaitu dengan

tema “Pakan imbuhan (feed additive)”. Shalawat beserta salam tidak lupa kepada

junjungan alam baginda Rasulullah Muhammad S.A.W. yang telah membawa umatnya

dari alam jahiliyah ke alam yang penuh ilmu pengetahuan.

Ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam

menyelesaikan laporan ini, terutama:

Menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Siti Wajizah, M.Si sebagai Dosen Pembimbing dan mengarahkan

kami untuk penyelesaian laporan ini.

2. Semua pihak secara langsung atau tidak langsung yang telah mendukung

memotivasi kami.

Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan, penulisan dan isi

laporan ini. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun

bagi penyempurnaan tulisan ini. Semoga karya sederhana ini bermanfaat untuk masyarakat

luas dan terutama bagi kami sendiri.

Banda Aceh, 20 April 2019

Rida Raihatil Jinnani

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1

1.2 Tujuan...........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3

2.1 Sifat dan karakteristik Pakan Imbuhan (Feed Addiktif)...............................................3

2.2 Sifat dan karakteristik hormon Bovine Somatotropin (bST)........................................3

2.3 Kandungan Hormon Bovine Somatotropin (bST)........................................................4

2.4 Mekanisme kerja Hormon Bovine Somatotropin (bST)..............................................4

2.5 Teknik dan dosis pemberian Hormon Bovine Somatotropin (Bst)..............................6

2.6 Pengaruh Negatif Penggunaan Hormon BST (Bovine somatotropin).........................9

2.7 Pengaruh Positif Penggunaan Hormon BST (Bovine somatotropin).........................10

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................11

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................11

3.2 Saran...........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................12

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Aktivitas langsung dan tidak langsung ST pada pertumbuhan dan metabolisme
(Kamil et al. 2001).................................................................................................................5

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pakan ternak cenderung memiliki harga yang meningkat akan tetapi produksi

bersifat fluktuatif sehingga peternak berupaya untuk efisiensi pakan. Salah satu caranya

adalah pemberian feed additive. Wahju (2004) menyatakan bahwa feed additive

merupakan bahan pakan tambahan yang diberikan kepada ternak melalui pencampuran

pakan ternak. Bahan tersebut merupakan pakan pelengkap yang bukan zat makanan.

Penambahan feed additive dalam pakan bertujuan untuk mendapatkan pertumbuhan ternak

yang optimal.

Sub sektor peternakan merupakan sub sektor yang strategis, mengingat dalam

rangka mewujudkan ketahanan pangan dan mencerdaskan bangsa. Permintaan akan produk

peternakan meningkat dari tahun ketahun sejalan semakin meningkatnya pendapatan

masyarakat dan semakin membaiknya kesadaran gizi masyarakat. Pangan yang berupa

produk peternakan terutama adalah daging, susu dan telur, yang merupakan komoditas

pangan hewani yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas konsumsi pangan.

Dalam rangka mengantisipasi kebutuhan masyarakat terutama terhadap protein

hewani khususnya susu perlu dikembangkan ternak ruminansia besar yaitu sapi perah

dengan produktivitas yang tinggi. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, langkah langkah

yang perlu ditempuh dapat dilakukan melalui peningkatan populasi, produktivitas dan

mutu ternak dalam negeri secara cepat.

Somatotropin yang lebih spesifik Bovine Somatotropin (bST) rekombinan

merupakan salah satu produk bioteknologi pertama yang sudah siap digunakan dalam

industri peternakan dan sangat menjanjikan peningkatan produktivitas serta efisiensi

penggunaan pakan pada sapi perah, bahkan penggunaan bST pada tingkat peternak pun

1
dapat meningkatkan produksi rata-rata hingga 5 kg perhari atau 15-20 % tanpa

menimbulkan penyakit metabolis dan perubahan kualitas yang berarti (Manalu, 1994).

Perangsangan produksi susu melalui penggunaan somatotropin berdampak terhadap

metabolisme kelenjar, proses sintesis dalam kelenjar susu perlu ditingkatkan, demikian

pula pengambilan zat-zat makanan sehingga sebagai konsekuensinya laju aliran darah

menuju kelenjar susu harus segera ditingkatkan.

Upaya peningkatan produksi susu secara nasional dengan penggunaan somatotropin

pada pengusahaan sapi perah kiranya dapat mendongkrak peningkatan produksi susu,

namun perlu penjajakan ke arah tersebut untuk mendapatkan data konkrit khususnya bagi

peternakan sapi perah di Indonesia, terlebih pada sapi yang telah melewati puncak

produksi, dimana produksi semakin menurun, dan sudah menjadi masalah nasional karena

puncak produksi yang terjadi di kisaran 3,5-4 tahun.

1.2 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian hormon

Bovine somatotropin (bST) terhadap metabolisme dan produksi susu.

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sifat dan karakteristik Pakan Imbuhan (Feed Addiktif)

Menurut Shobirin dkk. (2013), pakan tambahan (feed additive) adalah setiap pakan

yang tidak lazim dikonsumsi ternak sebagai pakan, yang sengaja ditambahkan, memiliki

atau tidak nilai nutrisi, dapat mempengaruhi karakteristik pakan atau produk hewan. Bahan

tersebut memiliki mikroorganisme, enzim, pengatur keasaman, mineral, vitamin, dan

bahan lain tergantung pada tujuan penggunaan dan cara pemakaiannya. Feed additive

adalah bahan pakan tambahan yang diberikan pada ternak dengan tujuan untuk

meningkatkan produktivitas ternak maupun kualitas produksi. Zat additive yang diberikan

pada ternak digolongkan menjadi 4 yaitu:

1. Vitamin tambahan

2. Mineral tambahan

3. Antibiotik

4. Anabolik (hormonal)

2.2 Sifat dan karakteristik hormon Bovine Somatotropin (bST)

Somatotropin (ST) adalah nama ilmiah hormon pertumbuhan (growth hormone

atau GH) yang merupakan hormon protein atau hormon polipeptida dengan rangkaian 190-

191 residu asam amino yang membentuk satu molekul polipeptida. Somatotropin disintesis

dan disekresikan oleh sel-sel somatotrof yang terletak dalam lobus anterior kelenjar

pitiutari, dan sekresinya sangat dipengaruhi oleh faktor neural, metabolik, dan hormonal

(Djojosoebagio,1990). somatotropin mempunyai sifat galaktopoietik bekerja secara

langsung ataupun tidak langsung pada sel-sel kelenjar susu.

Bovine somatotropin atau bovine somatotrophin (bST dan BST) adalah hormon

peptida yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis sapi. Seperti hormon lainnya, hormon ini

3
diproduksi dalam jumlah kecil dan digunakan untuk mengatur proses metabolisme. Fungsi

fisiologis hormon ini ialah mempengaruhi metabolisme yang berkaitan dengan

pertumbuhan melalui stimulasi sintesis protein, meningkatkan transpor asam amino ke

dalam sel, mempengaruhi metabolisme karbohidrat, meningkatkan glucogenesis dalam

hati, merangsang mobilisasi lemak tubuh, mempengaruhi metabolisme mineral dan

memacu pertumbuhan tulang rawan, yang pada gilirannya memacu pertumbuhan.

2.3 Kandungan Hormon Bovine Somatotropin (bST)

Hormon Somatotropin sapi merupakan polypeptida bercabang yang mengandung

416 asam-amino. Hormon ini mempunyai efek terhadap membran sel. Fungsi hormon ini

diantaranya sebagai pemicu untuk membentuk dan meningkat kan konsentrasi cAMP

sebagai proses terjadinya utusan kedua (second messen ger) yang diikuti oleh proses-

proses biolo gis lainnya yaitu meningkatkan asam-amino ke dalam otot, ginjal dan

fibroplast dan juga dapat menyebabkan lypolysis pada jaringan lemak yang dibantu oleh

hormon lain seperti tiroksin dan glucocor ticoid (sari, 2009).

2.4 Mekanisme kerja Hormon Bovine Somatotropin (bST)

Mekanisme kerja Somatotropin dalam memperbaiki performans laktasi dinyatakan

oleh Breier et al . (1991) yaitu dengan perubahan pembagian penyerapan zat

makanan (partitioning of absorbed nutrients), pertambahan lemak dikurangi, mobilisasi

lemak ditingkatkan dan penggunaan glukosa oleh jaringan peripheral dan oksidasi

glukosa  dan asam-amino dikurangi . Akibatnya glukosa dan asam-amino menjadi tersedia

untuk sintesis komponen susu serta cadangan lemak digunakan sebagai sumber energi.

Selain itu respons ternak terhadap bST adalah peningkatan pengeluaran darah dari

jantung (cardiac out put ) dan laju  aliran darah ke ambing (mammary blood flow).

4
Respons-respons ini yang menyebabkan peningkatan pemasukan zat makanan (nutrient) ke

ambing.

       Ketertarikan terhadap bST mulai  tahun 1932, ketika seorang peneliti bernama Asdell

mendemonstrasikan satu respons produksi susu pada kambing betina laktasi yang diberi

ekstrak  pituitary.  Pada tahun 1940 diperoleh imformasi  bahwa zat tersebut adalah ekstrak

somatotropin. Pada tahun 1982 muncul suatu produk bioteknologi yang digunakan pada

ternak berupa Bovine Somatotropin (bST). Sejak penemuan bST ini penelitian demi

penelitian dilakukan para ahli untuk menguji sejauh mana manfaat bST secara biologis dan

apa dampak penggunaan tersebut. Penelitian terutama dilakukan pada sapi perah.

MEKANISME UMPAN BALIK HIPOTALA

GHRH SOMATOSTATIN

KELENJAR PITUITARI
SOMATOTROF

SOMATOTROPIN

AKSI TAK LANGSUNG AKSI LANGSUNG

HATI EFEK ANTI INSULIN

SOMATOMEDIN SEL LEMAK METABOLISME


LIPOLISIS KARBOHIDRAT

SEL LEMAK KHONDROSIT OTOT SINTESIS


LIPOGENESIS PROTEIN
FFA DAN GLUKOSA
GLISEROL

PEMBENTUKAN KARTILAGO
AKTIVITAS DIABETOGENIK

PERTUMBUHAN TULANG

5
Gambar 1. Aktivitas langsung dan tidak langsung ST pada pertumbuhan dan metabolisme
(Kamil et al. 2001)

Somatotropin berpengaruh pada metabolisme tubuh yang pada gilirannya akan

merangsang proses produksi dan proses adaptasi homeostatis yang akan menyediakan

nutrien yang digunakan dalam proses tersebut (Vernon 1989). Somatotropin mempunyai

dua pengaruh utama. Pengaruh pertama berkaitan dengan proses-proses produksi yang

mungkin sebagian diperantarai oleh IGF-I. Pengaruh yang kedua adalah penyediaan zat-zat

makanan yang diperantarai oleh ST sendiri, akan tetapi pengaruh ini bergantung pada

keadaan fisiologis hewan percobaan karena pada hewan yang sedang tumbuh perlakuan

somatotropin bisa 16 mengakibatkan peningkatan akresi protein otot sementara selama

laktasi perlakuan ST dapat mengakibatkan kehilangan protein tubuh (Peel et al. 1981;

Akers 2002).

2.5 Teknik dan dosis pemberian Hormon Bovine Somatotropin (Bst)

Dengan rekayasa genetika dihasilkan hormon pertumbuhan hewan, dan

metabolisme yaitu bST. Caranya yaitu:

1. Plasmid bakteri E.Coli dipotong dengan enzim endonuklase.

2. Gen somatotropin sapi diisolasi dari sel sapi.

3. Gen somatotropin disisipkan ke plasmid bakteri.

4. Bakteri yang menghasilkan bovin somatotropin ditumbuhkan dalam tangki

fermentasi.

5. Bovine Somatotropin diambil dari bakteri dan dimurnikan, dan kemudian

disuntikkan pada sapi tersebut.

Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikann ketika penyuntikan hormone BST

(bovine somatotropin) di antaranya dosis yang digunakan, kapan atau pada hari keberapa

setelah beranak, apakah sebelum atau setelah puncak laktasi. Kemudian kondisi atau
6
persyaratan apa yang perlu disiapkan pada sapi seperti pakan, kondisi kesehatan, kandang

dan peternak itu sendiri (Anonymous, 2010)

           Adapun pemberian dosis per 14 hari didasarkan bahwa respons bST mulai terjadi

selama 24 jam dan respons maksimal terjadi selama satu minggu. Dengan dilakukan

penyuntikan setiap dua minggu, ikut mengurangi penderitaan (stress) yang terjadi akibat

penyuntikan yang dilakukan terus menerus dalam tempo yang singkat. Hal ini sangat

menjadi concern pada penyayang binatang yang berhubi,ungan dengan Isue Animal

Welfare (Sari, 2007).

            Namun  ada beberapa perbedaan pendapat terhadap beberapa dosis yang

digunakan, mulai 167, 250, 334, 500 dan 640 mg per 14 hari.  Menurut luna (2000)

Ternyata dosis 345 dan 500 mg per 14 hari yang memberikan hasil yang terbaik. Namun

menurut Phipps ,1997 dosis 354 dan 500 mg tidak memperlihatkan produksi susu yang

signifikan. Hasil lain yang berbeda dilaporkan oleh peneliti Malaysia ternyata dosis 250

mg per 14 hari merupakan dosis yang paling ekonomis. Kondisi ini berbeda mungkin

disebabkan adanya perbedaan berat badan (Eniza, 2004).

            Bagitu juga dalam hal kapan pemberian bST disini juga terdapat beberapa

perbedaan pendapat yaitu menurut Phipps, 1997 dan luna,2000 umumnya bST diberikan

setelah puncak laktasi setelah 50 hari namun Phipps, 1997 dan luna, 2000 sepanjang

laktasi. Tapi, menurut Bauman,1999 diberikan bST sepanjang laktasi dan menurut

moallem, 2000 bST diberikan pada awal hingga pertengahan laktasi.

           Dari beberapa perbedaan pendapat tersebut dapat dikatakan ternyata pemberian

setelah laktasi memberikan respons terbaik yaitu dengan dosis 250 mg. Hal ini

berhubungan dengan kondisi sapi sebelum puncak laktasi yang memberikan kondisi

keseimbangan energi yang negatif yang akan menimbulkan gangguan pada sapi penurunan

bobot badan dan nurunnya Body Condition Score (BCS) sapi, sehingga kerentanan

7
terhadap beberapa penyakit meningkat. Sapi pada pertenga han laktasi atau akhir laktasi

keseimba ngan pakannya umum nya positif.

           Kondisi lain adalah hampir semua memerlukan dukungan energi yang cukup sesuai

kebutuhan sapi untuk berproduksi sesuai dengan kemampuan nya. Karena penggunaan

bST dapat meningkatkan produksi susu yang membutuhkan makanan untuk sintesis susu

tersebut. suplementasi somatotropin memacu peningkatan produksi susu secara kuantitas

(Gulay et al., 2003). Tetapi menurut Phipps (1997), menyatakan bahwa penggunaan bST

tidak perlu mengubah manajemen dan kualitas sumber pakan yang ada di daerah tersebut.

Selain itu dari beberapa peneliti yang lainnya ternyata hasil yang didapat lebih baik pada

sapi multiparous (beranak lebih dari satu kali) dari pada primiparous (beranak pertama

kecil). Hal ini berhubungan dengan makin meningkatnya bobot badan setelah laktasi

pertama. Demikian pula yang perlu diperhatikan khusus oleh peternak pada sapi yang

mendapat perlakuan bST seperti kondisi kandang dan lain-lain(Luna,2002).

Sampai sejauh ini belum ada peneliti yang melaporkan dapak negatif dari

penggunaan bST. Kekhawatiranakan danya penurunan bobot badan cukup beralasan

terutama penggunaan bST pada awal laktasi. Hal ini berhubungan dengan kondisi sapi

yang sedang mengalami keseimbangan  energi yang negatif. Penggunaan bST

menyebabkan penurunaan bobot badan pada kondisi yang memprihatinkan. Karena

penggunaan bST akan memobilisasi cadangan lemak tubuh. Pada awal laktasi hingga

menjelang puncak laktasi, bobot badan cendrung menurun. Keadaan ini dapat diatas

dengan penggunaan bST setelah puncak laktasi. Setelah 50 hari laktasi (Phipps et al., 1997,

Luna-Dominguez et al.,  2000) atau dengan pemberian pakan yang baik (Moallem et

al.  2000).

       Hasil penelitian Scarda dan Mader (1991) Menunjukkan penggunaan bST tidak

menunjukkan gejala toxic syndrome, tidak ada perubahan tingkah laku atau gangguan
8
penyakit metabolik. Berdasarkan rekomendasi Kementrian Pertanian dan Nutrisi dan

Kementrian Kesehatan Amerika, sertifikat aman untuk somidobove 4 April 1989 telah

dikeluarkan. Keamanan untuk konsumen yang mengkonsumsi produk susu dan daging dari

pemberian bST pada sapi perah  berdasarkan penelitian dan pengetahuan yang ada yaitu ; 

a. Komposisi susu, flavor dan pertumbuhan biakan Starter asam laktat tidak

dipengaruhi oleh bST,

b. bST tidak mempunyai aktivitas biologis pada manusia, dan sebagai susu protein

bST dicerna semuanya bila dikonsumsi.

      Satu penelitian yang menunjukkan adanya indikasi terjadinya mastitis dengan

meningkatnya jumlah sel somatic (SCC) pada pemberian bST. (Van Den

Berg,1991).  Akan tetapi hasil penelitian Bauman. (1999) SCC tidak dipengaruhi oleh

adanya pemberian bST. Dijelaskan bahwa et al umumnya mastitis dan problem penyakit

yang lain sering terjadi pada 45 hari setelah beranak. Resiko peningkatan mastitis klinis

meningkat seiring meningkatnya produksi susu  (Oltenacu dan Eskebo, 1994).

      Akan tetapi hasil penelitian Hoeben et al (1999) memperlihatkan bahwa pemberian

bST. pada sapi yang terinfeksi oleh Streptococcus uberis dapat mencegah penurunan

produksi susu, perubahan komposisi susu seperti laktosa, protein, lemak, Na+, K+ dan Cl-.

Sedangkan menurut Bauman et al (1992) pada peternakan di Michigan pengobatan mastitis

klinis dan culling pada sapi diberi perlakuan bST tidak terjadi.

2.6 Pengaruh Negatif Penggunaan Hormon BST (Bovine somatotropin)

Adapun dampak negatif dari peng gunaan BST yaitu: BST dapat meningkat kan

kejadian mastitis pada sapi. Hal ini diketahui bahwa sapi memproduksi susu lebih banyak,

terlepas dari penyebab dari produksi yang lebih besar, memiliki peningkatan kecil dalam

kejadian mastitis. Ada sebuah peningkatan kecil dalam kasus mastitis pada sapi yang

disuntik BST Namun, peningkatan ini baik dalam kisaran yang diharapkan berdasarkan
9
susu yang diproduksi meningkat. Selan jutnya, bila dihitung berdasarkan volume susu yang

dihasilkan, BST tidak mempengaruhi kejadian mastitis. Jadi peningkatan kejadian mastitis

pada sapi yang di suntik dengan BST adalah karena hasil yang lebih tinggi dari susu dan

bukan efek langsung dari BST (Wijayanti, 2009)

2.7 Pengaruh Positif Penggunaan Hormon BST (Bovine somatotropin)

            Adapun kelebihan dari pengguna an BST yaitu Sejak persetujuan untuk

penggunaan komersial, ribuan sapi perah telah disuntik dengan BST, dan ketika digunakan

sesuai dengan petunjuk label, tidak ada masalah diverifikasi. Serta dengan penyuntikan

BST ini dapat meningkatkan produksi susu, BST juga memberi keamanan pada sapi, dan

susu yang menghasilkan aman bagi konsumen.(Eniza, 2004).

10
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari pembahasan di atas adalah sebagai berikut:

1. Feed additive adalah bahan pakan tambahan yang diberikan pada ternak dengan

tujuan untuk meningkatkan produktivitas ternak maupun kualitas produksi.

2. Bovine somatotropin atau bovine somatotrophin (bST dan BST) adalah hormon

peptida yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis sapi.

3. Fungsi fisiologis hormon ini ialah mempengaruhi metabolisme yang berkaitan

dengan pertumbuhan melalui stimulasi sintesis protein, meningkatkan transpor

asam amino ke dalam sel, mempengaruhi metabolisme karbohidrat, meningkatkan

glucogenesis dalam hati, merangsang mobilisasi lemak tubuh, mempengaruhi

metabolisme mineral dan memacu pertumbuhan tulang rawan, yang pada gilirannya

memacu pertumbuhan.

4. Teknik yang digunakan dalam hormon bST ini yaitu dengan cara injeksi dan

dengan dosis yang diberikan sebesar 250 mg per 14 hari

5. Pengaruh penyuntikan BST ini dapat meningkatkan produksi susu, BST juga

memberi keamanan pada sapi, dan susu yang menghasilkan aman bagi konsumen.

Dan pengaruh lainnya resiko peningkatan mastitis klinis meningkat seiring

meningkatnya produksi susu.

3.2 Saran

Penulis menyadari makalah ini mungkin masih jauh dengan kata sempurna.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat pada suatu saat terhadap makalah tema

11
yang sama. Dan dapat menjadi referensi bagi pembaca serta menambah ilmu pengetahuan

bagi kita semua.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 2010. Hormon BST.

http://www.biotech.iastate.edBovine_Somatotropin.html (Diakses 25 Desember 2011)

Bauman, D.E., R.W. Everxett, W.H. Weiland and R.J. Collier. 1991.Production responses

to bovine somatotropin in Northeast dairy herds. J. Dairy. Sci. 82:2564-2573.

Bauman, D.E., 1992. Bovine Somatotropin: Review of an Emerging Animal Technology. J

Dairy Sci 75:3432 - 4351.

Breier, B.H./P.D. Gluckman, S.N. McCutchen and S.R. Davis. 1991. Physiological

responses to somatotropin in the ruminant. J. Dairy .Sci. 74(Suppl.2):20-34.

Djojosoebagio, S., 1990. Fisiologi Kelenjar Endokriologi. Vol I. Bogor: Pusat Antar

Universitas IImu Hayat, Institut Pertanian Bogor.

Eniza, 2004. Pengolahan Susu dan Ternak. Universitas Sumatera Timur: Sumatera.

Hoeben, D., C. Burvenich, P.J. Eppard and D.L. Hard. 1999. Effect of recombinant bovine

somatotropin on milk production and composition of cows with Streptococcus

uberis   Mastitis. J. DairySci. 82:1671-1683.

Luna-Dominguez, J.E., R.M. Enns, D.V. Armstrong and R.L.Ax. 2000. Reproductive

performance of Holstein cows receiving somatotropin. J. Dairy Sci. 83: 1451-

1455.

Manalu, W., 1994. Menyongsong aplikasi hasil bioteknologi dalam industri peternakan:

Suatu ulasan mengenai kegunaan somatotropin untuk meningkatkan produksi

susu dan dampaknya twerhadap kesehatan dan reproduksi sapi perah serta masa

depannya dalam industry sapi perah di Indonesia. Media Veteriner.I(1): 9-42.

13
Moallem, U., Y. Folman and D. Sklan . 2000. Effects of somatotropin and dietary calsium

soaps of fatty acids in early lactation on milk production, dry matter intake, and

energy balance of high-yielding dairy cows. J. Dairy Sci  83: 2085-2094.

Phipps, R.H., D.L. Hard, and F. Adriaens. 1997. Use of bovine somatotropin in the tropics:

The effect of sometribove on milk production in Western. Eastern and Southern

Africa. J. Dairy Sci. Vol. 13. No.2:236-243.

Van Den Berg, G. 1991. A review of Quality and processing suitability of milk from cows

treated with bovine somatotropin, J. Dairy Sci. 74(Suppl.2):2-11.

Wijayanti, 2009. Manfaat Susu. Universitas Muhammadiyah Surakarta: Surakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai