Anda di halaman 1dari 2

Karakteristik populasi berisiko

Terkait dengan teori akses dari aday bahwa karateristik masyarakat merupakaan salah satu
faktor yang berperan terhadap ekuitas pelayanan kesehatan di sebuah wilayah (Idris, 2016).
Karakteristik populasi berisiko tersebut dipengaruhi oleh faktor utama yaitu faktor predisposisi,
pemungkin dan kebutuhan. Sesuai dengan teori green dalam Su’udi (2010), maka faktor
predisposisi dalam konteks pelayanan kesehatan erat kaitanya dengan umur, tingkat
pengetahuan, tingkat dan pengeluaran. Terkait dengan umur berdasarkan sensus penduduk tahun
2020 proporsi penduduk Indonesia 70% didominasi oleh usia produktif antara umur 15-64 tahun
(BPS, 2020a). Ini menunjukkan bahwa Indonesia masih dalam masa bonus demografi, dimana
penduduk usia produktif lebih banyak mendominiasi. Demikian ke depan jika tidak diantisipasi
dengan pemerataan pelayanan kesehatan justru bonus demografi akan menjadi amcaman bagi
pelayanan kesehatan karena jumlah penduduk lansia akan mendominasi yang sangat berisiko
menderita penyakit degenratif dan akan terus mengakses layanan kesehatan.
Pada tingkat pengetahuan tentang program JKN justru pemahaman masyarakat masih
rendah. Berdasarkan penelitian dari (Wijayanto, 2017) tentang hubungan pengetahuan dan
kemampuan ekonomi masyarakat terhadap aksesibilitas BPJS dari 218 responden 61,5%
responden memiliki tingkat pengetahuan yang kurang baik tentang BPJS. Ini menunjukkan
bahwa kepedulian masyrakat tentang pentingnya JKN serta akses pelayanan kesehatan melalui
program JKN cukup rendah. Akibatnya apabila mengakses layanan kesehatan berisiko untuk
tidak mendapatkan haknya sesuai program JKN karena pemahaman yang kurang seperti merasa
alur pelayanan peserta BPJS yang rumit sehingga lebih memilih akses layanan umum (out of
pocket). Demikian juga faktor tingkat pengeluaran. Pengeluaran masyarakat pada kebutuhan
dasar termasuk kesehatan setiap tahunnya terus meningkat. berdasarkan data BPS biaya
kesehatan yang dikeluarkan masayrakat per bulannya adalah Rp 30.086 atau meningkat sebesar
25% sejak tahun 2013 yang hanya Rp 24.169 (BPS, 2020b). Meningkatnya biaya kesehatan
setiap tahunnya berisiko pada daerah-daerah dengan fasilitas pelayanan kesehatan yang terbatas,
dimana biaya kesehatan yang meningkat terus dirasakan setiap tahunnya namun tidak diimbangi
dengan peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan yang signifikan.
Kurang enebling dan need nova tolong dilanjutkan nggh
BPS (2020a) “Hasil Sensus Penduduk Tahun 2020.” Jakarta: Badan Pusat Statistik RI. Tersedia
pada: https://www.bps.go.id/website/images/Hasil-SP2020-ind.jpg.
BPS (2020b) Rata-Rata Pengeluaran per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Barang (rupiah),
2013-2019. Jakarta. Tersedia pada: https://www.bps.go.id/statictable/2014/12/18/966/rata-
rata-pengeluaran-per-kapita-sebulan-menurut-kelompok-barang-rupiah-2013-2019.html.
Idris, H. (2016) “Ekuitas Terhadap Akses Pelayanan Kesehatan : Equity Of Access To Health
Care : Theory & Aplication In Research,” Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 7(2), hal.
73–80. Tersedia pada: https://www.neliti.com/publications/58014/equity-of-access-to-
health-care-theory-aplication-in-research.
Su’udi, A. (2010) Analisis Pemanfaatan Subsidi pelayanan Kesehatan Gratis Tingkat Pertama
Puskesmas di Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan Tahun 2010. Universitas
Indonesia.
Wijayanto, W. P. (Wisnu) (2017) “Hubungan Pengetahuan dan Kemampuan Ekonomi
Masyarakat terhadap Aksesibilitas BPJS,” Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan. STIKES Aisyah
Pringsewu, 2(2). Tersedia pada: https://www.neliti.com/publications/217385/ (Diakses: 1
Mei 2021).

Anda mungkin juga menyukai