Anda di halaman 1dari 12

PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN

DALAM MENGURANGI KESENJANGAN PELAYANAN KESEHATAN DI


PROVINSI JAWA BARAT

ANGGOTA KELOMPOK :

- AKMAL HAMMAM SANIE 22110149


- NAZWA SABIL PURNAMASARI 22110164
- SALMA NURLUTHFIYAH 22110171
- SOFYAN HIDAYAT 22110174
Pendahuluan
Jawa Barat merupakan salah satu provinsi terpadat di Indonesia, dengan jumlah
penduduk mencapai 50.025. 605 jiwa (BPS,2023). Dengan jumlah penduduk yang cukup
banyak tersebut Jawa Barat memiliki tantangan serius dalam hal kesehatan dan kemiskinan.
Kesehatan dan kemiskinan memiliki keterkaitan yang erat dalam sebuah siklus yang sukar
diputuskan. tingkat kesehatan masyarakat yang buruk dapat menyebabkan kemiskinan, dan
sebaliknya, kemiskinan dapat mempengaruhi kesehatan secara signifikan.

Kemiskinan dapat dimaknai sebagai situasi atau kondisi yang dialami seseorang atau
sekelompok orang yang tidak mampu menyelenggarakan hidupnya sampai taraf yang
dianggap manusiawi. Kemiskinan dapat memberikan dampak yang cukup serius dikarenakan
permasalahan ini sangatlah kompleks, bermula dari kemampuan daya beli masyarakat yang
tidak mampu mencukupi kebutuhan pokok sehingga kebutuhan yang lain seperti pendidikan
dan kesehatan terabaikan (Ngarifun & Hartono, 2022)
Kemiskinan merupakan salah satu prioritas dari pembangunan berkelanjutan
(Sustainable Development Goals/SDGs). Dan telah menjadikan penanggulangan kemiskinan
sebagai prioritas nasional. Dilihat dari data Badan Pusat Statistik, Provinsi yang menjadi
penyumbang penduduk miskin perkotaan terbanyak di Indonesia pada tahun 2020 yakni Jawa
Barat sebanyak 3.920 jiwa. Padahal di sisi lain, Jawa Barat merupakan wilayah yang cukup
besar perannya bagi pertumbuhan ekonomi karena memberikan kontribusi sebanyak 13,1%
bagi PDB Indonesia (Dihni, 2021)

Jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Badan Pusat Statistik
(BPS) pada tahun 2010 jumlah penduduk miskin di Jawa Barat menyentuh angka tertinggi
pada rentang waktu 2010-2022 yaitu mencapai 4.717 jiwa. Kemudian mengalami penurunan
hingga tahun 2014, terjadi sedikit kenaikan pada tahun 2015 namun kemudian angka tersebut
berhasil ditekan hingga 2019. Di tahun 2020-2021 terjadi kenaikan kembali yang disebabkan
oleh pandemi covid-19. Setelah pandemi mereda angka kemiskinan di tahun 2022 mengalami
penurunan meski tidak drastis dengan jumlah 4.071 jiwa, hal ini menggambarkan angka
kemiskinan terus berfluktuasi setiap tahunnya.

Tingkat kemiskinan yang tinggi menjadi faktor penting yang mempengaruhi


kesehatan masyarakat. Kemiskinan dapat membatasi akses masyarakat terhadap pangan
bergizi, air bersih, sanitasi yang layak, dan pelayanan kesehatan yang memadai. Kondisi
lingkungan yang buruk menjadi dampak dari kemiskinan, yang berkontribusi terhadap
masalah kesehatan yang lebih luas di provinsi ini.

Data dari dinas keseahatan Provinsi Jawa Barat menunjukan bahwa tingkat kematian
bayi masih tinggi dengan jumlah 3.064 pada tahun 2019, terdapat masalah gizi buruk pada
balita yang ditandai dengan stunting mencapai 226.436 balita pada tahun 2019. Jumlah
penyakit seperti campak,tuberculosis,pneumonia,kusta,tetanus,diare,DBD,AIDS,Malaria
mencapai 979.894 kasus pada tahun 2019. Kondisi tersebut diperparah dengan akses
terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas juga masih terbatas di beberapa daerah,
terutama di pedesaan. Hal ini dapat menjadi hambatan bagi masyarakat dalam mendapatkan
perawatan yang dibutuhkan.

Jumlah kepemilikan rumah sakit di setiap kabupaten atau kota di Jawa Barat terjadi
disparitas, menurut data BPS pada tahun 2018, Bekasi memiliki rumah sakit sebanyak 28,
dibandingkan dengan daerah seperti Sukabumi, Cianjur, Tasikmalaya, Majalengka,
Sumedang, Kota Banjar, dan Pangandaran memiliki rumah sakit yang jumlahnya kurang dari
10 rumah sakit. Apalagi Kabupaten Pangandaran pada tahun 2018-2019 tidak memiliki
rumah sakit daerah, sebagai kabupaten hasil dari pemekaran kabupaten ciamis pada 2012,
Kabupaten Pangandaran memiliki rumah sakit setelah 8 tahun kabupaten tersebut berdiri
yakni tahun 2020, Kabupaten ini memiliki 1 Rumah Sakit daerah. Sebelumnya terbayangkan
kondisi ketika tidak ada kepemilikan rumah sakit di kabupaten ini. masyarakat jika ingin
mendapatkan pelayanan kesehatan harus menempuh jarak yang jauh ke wilayah lain yang
terdekat seperti, kabupaten ciamis dan kota banjar. Sehingga masyarakat miskin memilih
tidak mengobati penyakit yang diderita karena keterbatasan biaya karena mahalnya biaya
transportasi pengobatan.

Sejak tahun 2005 Kementerian Kesehatan telah melaksanakan program jaminan


kesehatan sosial, yang awalnya dikenal dengan nama program Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan bagi Masyarakat Miskin (JPKMM), atau lebih populer dengan nama program
Askeskin (Asuransi Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin). Kemudian sejak tahun 2008 sampai
dengan tahun 2013, program ini berubah nama menjadi program Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas). Seiring dengan dimulainya JKN per 1 Januari 2014, semua
program jaminan kesehatan yang telah dilaksanakan pemerintah tersebut (Askes PNS, JPK
Jamsostek, TNI, Polri, dan Jamkesmas), diintegrasikan ke dalam satu Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan). Sama halnya dengan program Jamkesmas,
pemerintah bertanggungjawab untuk membayarkan iuran JKN bagi fakir miskin dan orang
yang tidak mampu yang terdaftar sebagai peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI).

Lahirnya Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin di Jawa Barat merupakan


upaya pemerintah daerah dalam meningkatkan akses dan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat miskin. Program ini adalah jawaban atas tantangan kesehatan yang dihadapi oleh
masyarakat miskin, seperti akses terbatas terhadap fasilitas kesehatan, biaya kesehatan yang
tinggi, dan ketimpangan dalam hak kesehatan.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat, melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial


Kesehatan (BPJS Kesehatan) dan Dinas Kesehatan Jawa Barat sebagai Leading sector.
menggagas Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin (Jamkesmas). Program ini
diperkenalkan sebagai bagian dari implementasi kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN). Program jamkesmas di jawa barat diluncurkan dan mulai di laksanakan oleh
pemerintah daerah pada tahun 2014.

Tujuan utama program ini adalah untuk meningkatkan aksesibilitas dan kualitas
layanan kesehatan bagi masyarakat miskin di Jawa Barat. Program Jamkesmas berupaya
memastikan bahwa masyarakat miskin dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang
berkualitas dan terjangkau tanpa harus menghadapi beban finansial yang berlebihan. Selain
itu, program ini juga bertujuan untuk mengurangi disparitas kesehatan di Jawa Barat.

Target populasi Program ini adalah masyarakat miskin. Yang berdasarkan parameter
sosial dan ekonomi, seperti tingkat pendapatan, kepemilikan aset, dan kondisi sosial ekonomi
keluarga. Dengan adanya program ini, diharapkan masyarakat miskin di Jawa Barat dapat
memperoleh perlindungan kesehatan yang lebih baik dan akses yang lebih mudah ke layanan
kesehatan.

Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin di Jawa Barat menargetkan


masyarakat miskin yang memenuhi kriteria tertentu sebagai penerima manfaat. umumnya
sasaran program ini mencakup:
- Keluarga Pra-Sejahtera: yaitu untuk keluarga yang berada dalam kondisi sosial
ekonomi yang rentan dan membutuhkan perlindungan kesehatan. Keluarga pra-
sejahtera adalah keluarga yang belum mencapai taraf kesejahteraan minimal dan
berada di bawah garis kemiskinan.
- Masyarakat Miskin dan Rentan Miskin: masyarakat yang secara ekonomi termasuk
dalam kategori miskin atau rentan miskin, berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh
pemerintah daerah. Kriteria tersebut mungkin melibatkan pendapatan keluarga, aset
kepemilikan, atau indikator sosial ekonomi lainnya.
- Penduduk Tidak Mampu: penduduk yang secara finansial tidak mampu membayar
premi asuransi kesehatan atau biaya layanan kesehatan secara mandiri. Mereka dapat
memperoleh manfaat jaminan kesehatan yang meliputi akses ke layanan kesehatan
dasar, seperti pemeriksaan kesehatan dan pengobatan.
- Anak-anak dan Ibu Hamil: program ini memberikan perhatian khusus terhadap
kesehatan anak-anak dan ibu hamil yang termasuk dalam kelompok masyarakat
miskin. Mereka mendapatkan akses ke layanan kesehatan yang meliputi pemeriksaan
kehamilan, imunisasi, persalinan yang aman, dan perawatan pasca melahirkan.
Progress tahunan pelaksanaan program jaminan Kesehatan masyarakat miskin

Berdasarkan data penerima jaminan kesehatan masyarakat miskin dibagi menjadi dua,
yaitu yang menerima bantuan langsung dari pemerintah (APBN & APBD) dan penerima dari
iuran kepesertaan (kategori pekerja penerima upah, pekerja bukan penerima upah/mandiri,
dan bukan pekerja). Perbandingan jumlah keduanya lebih banyak penerima bantuan iuran
yang mana mereka adalah kelompok masyarakat miskin dan tidak mampu yang iurannya
dibiayai oleh APBN dan APBD dengan jumlah tahun 2018 mencapai 18.050.987 orang.
Sedangkan penerima bantuan dari iuran kepesertaan pada 2018 mencapai 14.032.197 orang.
Setiap tahunnya penerima bantuan Kesehatan ini meningkat meski di tahun 2021 terjadi
penurunan yang tidak begitu signifikan. Kenaikan jumlah penerima tersebut menunjukan
bahwa progress program jaminan Kesehatan masyarakat miskin ini dijalankan cukup efektif
dari sisi jumlah penerima bantuan.

Jumlah sarana Kesehatan seperti rumah bersalin, klinik, praktik dokter Bersama,
praktik dokter perorangan, praktik pengobatan tradisional, puskesmas. Dilihat dari diagram
diatas terjadi peningkatan sarana Kesehatan yang cukup tinggi peningkatannya dengan
persentase 13,2% . artinya akses terhadap sarana Kesehatan bertambah, namun dari data
disini tidak dijelaskan lokasi sarana Kesehatan tersebut. Sehingga tidak bisa disimpulkan
disparitas distribusi sarana Kesehatan itu menurun atau tidak.
Namun dari data yang diimput sebelumnya yaitu data jumlah rumah sakit di
kabupaten dan kota di Jawa barat, jika dilihat pertumbuhan jumlah rumah sakit yang cukup
tinggi ada di Bekasi dan Bandung. Di wilayah lain pertumbuhannya kecil bahkan tetap,
apalagi di wilayah wilayah yang tertinggal. Progress pemerataan fasilitas Kesehatan di
kabupaten dan kota di jawa barat masih menunjukan disparitas. Ada kemungkinan bagi
masyarakat yang fasilitas kesehatannya tidak memadai di rumah sakit daerahnya kemudian
harus dilarikan ke rumah sakit daerah lain, ada keringanan biaya dengan adanya program
jaminan Kesehatan masyarakat miskin yang data penerimanya selalu naik sehingga dengan
adanya program jaminan Kesehatan masyarakat miskin ini ketersediaan rumah sakit di daerah
yang memiliki fasilitas Kesehatan yang tidak menunjang penyakit yang derita masyarakat
(biasanya disebut rumah sakit Faskes 1) bisa dilarikan ke rumah sakit faskes 2 atau sampai
rumah sakit Provinsi (faskes tertinggi) dengan biaya yang minim bahkan gratis.

Dilihat dari data diatas yang merupakan jumlah masyarakat yang mendapatkan
pelayanan kesehatan terus meningkat, namun pada tahun 2020 bagi perempuan usia 30-50
mengalami penurunan yang diakibatkan keterbatasan akses pelayanan kesehatan yang
terhambat akibat pandemi covid-19. Aksesbilitas masyarakat akan pelayanan kesehatan bisa
dikatakan mengalami peningkatan yang cukup baik, hal ini sejalan dengan tujuan program
jaminan kesehatan masyarakat miskin yaitu meningkatkan akses fasilitas pelayanan
kesehatan bagi masyarakat miskin.

Selain itu, program jaminan kesehatan masyarakat miskin dapat menekan tingkat gizi
buruk pada balita yang menyebabkan stunting. Dari data yang diperoleh, pada tahun 2014
dimana program ini baru diluncurkan, tingkat stunting di tahun ini menduduki angka tertinggi
pada periode 2014-2021 yaitu mencapai 371.989 balita.

Sejalan dengan program ini dilaksanakan, angka stunting pada balita mencapai titik
terendah pada tahun 2018 yaitu mencapai 224.525 balita, kemudian tahun 2019 mengalami
kenaikan yang tipis, namun pada tahun 2020 peningkatan terjadi cukup ektrim yang
disebabkan oleh pandemi covid-19 yang menghambat program pencegahan stunting. Setelah
pandemi mereda angka stunting mengalami penurunan yang signifikat hingga mencapai titik
paling rendah dari siklus tahun 2014-2021. Fluktuasi angka stunting terus mengalami
penurunan yang cukup stabil meski tahun 2019-2020 mengalami hambatan karena adanya
pandemi, namun tahun 2021 mencapai rekor terendah.

Dilihat dari pertumbuhan angka harapan hidup dan indeks kesehatan sebelum
diluncurkan program ini, tahun 2010-2012 indeks kesehatan hanya mencapai point 75,8 –
75,9 peningkatannya sangat kecil. Kemudian pada tahun 2013 indeks kesehatan dan harapan
hidup mengalami peningkatan yang sangat jauh yaitu dengan point 78,9 dan angka harapan
hidup 71,29 tahun. Setelah diluncurkan program jaminan kesehatan masyarakat miskin di
tahun 2014 peningkatan angka harapan hidup dan indeks kesehatan meningkat cukup stabil
hingga mencapai puncaknya di tahun 2020 dengan point 80,37 dan angka harapan hidup
72,24 tahun. Namun penurunan yang ektrim terjadi di tahun 2021 yang diakibatkan oleh
pandemi gelombang 2 variant omicron, hingga menyebabkan angka harapan hidup mencapai
69 tahun dan indeks kesehatan 77 point.

Jika dibandingkan dengan tahun sebelum program ini di luncurkan tahun 2014,
ditahun 2010-2012 indeks kesehatan dan angka harapan hidup berada diposisi paling rendah
dan peningkatannya cenderung sulit, setelah program ini diluncurkan indeks kesehatan dan
angka harapan hidup mampu menahan kenaikan yang ektrim di tahun 2013 agar tidak terjadi
penurunan, bahkan mampu berjalan meningkat secara stabil hingga 2020.

Ada beberapa faktor pendukung dan penghambat yang dapat memengaruhi


pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin di Jawa Barat. Berikut adalah
beberapa faktor yang umumnya dapat mempengaruhi keberhasilan program tersebut:
Faktor pendukung Faktor penghambat
Dukungan dan komitmen yang kuat dari Kurangnya infrastruktur kesehatan yang
pemerintah daerah dalam menyediakan memadai dan kekurangan tenaga
anggaran yang memadai, sumber daya kesehatan yang terlatih diwilayah seperti
manusia, dan infrastruktur cianjur,banjar, pangandaran, sumedang,
majalengka. yang mempengaruhi
ketersediaan dan aksesibilitas pelayanan
kesehatan seperti antrian panjang, waktu
tunggu yang lama, atau pelayanan yang
kurang memadai.

Partisipasi dan keterlibatan aktif dari Faktor-faktor sosial dan budaya, seperti
berbagai pemangku kepentingan, seperti stigma terhadap penggunaan jaminan
pemerintah daerah, lembaga kesehatan, kesehatan, kepercayaan tradisional terhadap
BPJS Kesehatan, dan masyarakat, dapat pengobatan alternatif, atau ketidaktahuan
memperkuat implementasi program tentang hak dan manfaat jaminan kesehatan,
dapat menghambat partisipasi masyarakat
miskin dalam program ini.

sistem pelayanan kesehatan yang Proses administratif yang rumit dan


terintegrasi antara fasilitas kesehatan berbelit-belit dalam mengakses program ini
primer, rumah sakit, dan sarana pelayanan dapat menjadi hambatan bagi masyarakat
kesehatan lainnya, serta koordinasi yang miskin. Persyaratan dokumentasi yang rumit
baik antara layanan kesehatan publik dan atau prosedur yang memakan waktu dapat
swasta, dapat meningkatkan aksesibilitas membuat beberapa individu atau keluarga
dan kualitas pelayanan kesehatan bagi tidak dapat memanfaatkan program ini
masyarakat miskin. dengan sepenuhnya.

Peningkatan edukasi dan kesadaran


masyarakat tentang pentingnya kesehatan
dan manfaat dari program jaminan
kesehatan miskin dapat membantu dalam
penerimaan dan partisipasi aktif masyarakat
terhadap program ini.

Dampak yang dirasakan dengan adanya program Jaminan Kesehatana masyarakat


miskin di Jawa Barat membuahkan hasil yang signifikan bagi masyarakat miskin. Mulai dari
aksebilitas pelayanan Kesehatan bagi masyarakat miskin. Dengan adanya jaminan kesehatan,
biaya kesehatan menjadi lebih terjangkau atau bahkan gratis, sehingga masyarakat miskin
dapat memanfaatkan layanan kesehatan dengan lebih mudah. Hal ini memberikan
kesempatan bagi mereka untuk mendapatkan perawatan medis yang diperlukan secara tepat
waktu, meningkatkan kualitas hidup dan produktivitas mereka.

Selanjutnya dampak yang dirasakan masyarakat miskin adalah pengurangan biaya


Kesehatan, . Dalam situasi sebelumnya, biaya kesehatan yang tinggi dapat menjadi hambatan
bagi mereka dalam mengakses pelayanan kesehatan yang layak. Dengan adanya program ini,
masyarakat miskin tidak perlu khawatir tentang biaya pengobatan, pemeriksaan, atau
pembelian obat-obatan yang mahal. Dengan adanya kemudahan akses dan biaya dalam
pelayanan Kesehatan diharapkan masyarakat miskin dapat meningkatkan kesehatan mereka
secara keseluruhan. Peningkatan kesehatan akan berdampak positif pada produktivitas
mereka, baik dalam pekerjaan maupun pendidikan. Ketika masyarakat miskin menjadi lebih
sehat, mereka dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi dan sosial, yang diharapkan
dapat membantu mengurangi tingkat kemiskinan di Jawa Barat..

Program Jaminan Kesehatan berkontribusi pada penurunan ketimpangan kesehatan


antara masyarakat miskin dan masyarakat yang lebih mampu secara ekonomi. Dalam kondisi
sebelumnya, akses untuk mendapatkan pelayanan Kesehatan hanya dirasakan oleh
masyarakat mampu. Dengan hadirnya program ini pemerintah memberikan jaminan
Kesehatan bagi masyarakat miskin yang terbatas dalam akses pelayanan Kesehatan
dikarenkan biaya yang mahal, sekarang mereka tidak perlu khawatir akan itu. Pemerintah
sudah memberikan akses layanan Kesehatan secara gratis. Sehingga disini akses Kesehatan
masyarakat miskin dan masyarakat mampu bisa sama sama mendapatkan askses Kesehatan
yang layak.
REFERENSI

Chairunnisa, N. M., & Qintharah, Y. N. (2022). Pengaruh Kesehatan, Tingkat Pendidikan,


Dan Upah Minimum Terhadap Kemiskinan Pada Provinsi Jawa Barat Tahun 2019-
2020. Jurnal PETA, 147-161.
Badan pusat statistik jawa barat. (2022). Jumlah Penduduk Miskin (Ribu Jiwa).
badan pusat statistik jawa barat. (2022). jumlah rumah sakit di kab/kota di jawa barat.
dinas kesehatan. (2021). open data jabar. Diambil kembali dari
https://opendata.jabarprov.go.id/id/dataset/jumlah-kematian-bayi-berdasarkan-
kategori-bayi-di-jawa-barat
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. (2022). Jumlah Penderita Hipertensi yang Mendapat
Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Kabupaten/Kota di Jawa Barat. Retrieved from
Open Data Jabar: https://opendata.jabarprov.go.id/id/dataset/jumlah-penderita-
hipertensi-yang-mendapat-pelayanan-kesehatan-berdasarkan-kabupatenkota-di-jawa-
barat
dinas kesehatan provinsi jawa barat. (2022). Jumlah Perempuan Usia 30-50 Tahun Yang
Melakukan Pemeriksaan Klinis Leher Rahim dan Payudara Berdasarkan
Kabupaten/Kota di Jawa Barat. Retrieved from open data jabar:
https://opendata.jabarprov.go.id/id/dataset/jumlah-perempuan-usia-30-50-tahun-yang-
melakukan-pemeriksaan-klinis-leher-rahim-dan-payudara-berdasarkan-
kabupatenkota-di-jawa-barat
dinas kesehatan provinsi jawa barat. (2022, september 13). Peningkatan Kapasitas Petugas
dalam Pengelolaan Program Gizi Mikro. Retrieved from dinas kesehatan provinsi
jawa barat:
https://diskes.jabarprov.go.id/informasipublik/detail_berita/R0dSOTdSOFkrQy8xSU
NpZHZybjJOQT09#:~:text=Prevalensi%20gizi%20buruk%20dan
%20gizi,10%25%20(who%202019).
dinas kesehatan provinsi jawa barat. (2023). jumlah balita berdasarkan kategori balita gizi
buruk di Provinsi Jawa Barat dari tahun 2019 s.d. 2021. Retrieved from open data
jabar: https://opendata.jabarprov.go.id/id/dataset/jumlah-balita-berdasarkan-kategori-
balita-gizi-buruk-di-jawa-barat
DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT. (2023). Jumlah Penerima Jaminan
Kesehatan Penduduk Berdasarkan Jenis Kepesertaan Non Penerima Bantuan Iuran
(Non PBI) di Jawa Barat. Retrieved from OPEN DATA JABAR:
https://opendata.jabarprov.go.id/id/dataset/jumlah-penerima-jaminan-kesehatan-
penduduk-berdasarkan-jenis-kepesertaan-non-penerima-bantuan-iuran-non-pbi-di-
jawa-barat
DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT. (2023). Jumlah Penerima Jaminan
Kesehatan Penduduk Berdasarkan Jenis Penerima Bantuan Iuran (PBI) di Jawa
Barat. Retrieved from OPEN DATA JABAR:
https://opendata.jabarprov.go.id/id/dataset/jumlah-penerima-jaminan-kesehatan-
penduduk-berdasarkan-jenis-penerima-bantuan-iuran-pbi-di-jawa-barat
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. (2023). Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar
Lainnya Berdasarkan Kategori di Jawa Barat. Retrieved from open data jabar:
https://opendata.jabarprov.go.id/id/dataset/jumlah-sarana-pelayanan-kesehatan-dasar-
lainnya-berdasarkan-kategori-di-jawa-barat
dinas kesehatan provinsi jawa barat. (2023, mei 20). Pertumbuhan Angka Harapan Hidup &
Indeks Kesehatan. Retrieved from dasboard jabar:
https://dashboard.jabarprov.go.id/id/topic/kesehatan
dinas kesehatan provinsi jawa barat. (n.d.). Kasus Stunting di Jawa Barat. Retrieved from
dasboard jabar : https://dashboard.jabarprov.go.id/id/topic/kesehatan/kasus-stunting-
jawa-barat
Dihni, V. A. 2021. DKI Jakarta Sumbang Ekonomi Terbesar pada Kuartal
II2021.Databoks.https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/09/1 4/dki-jakarta-
sumbang-ekonomi-terbesar-pada-kuartal-ii-2021

Ngarifun, & Hartono, D. (2022). Upah Dan Harga Konsumen Terhadap Pembangunan
Manusia Di Provinsi DKI Jakarta Pada Tahun 2002-2019. Sosio E-Kons, 14(3), 240– 245.

Anda mungkin juga menyukai