Anda di halaman 1dari 1

Artikel ini bertujuan untuk memberikan alternatif dari salah satu permasalahan yang

terkait dengan kelestarian lingkungan. Kesadaran masyarakat di Indonesia untuk mendaur


ulang sampah tergolong rendah. Berdasarkan Statistik Lingkungan Hidup Indonesia 2018
yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), hanya 1,2% rumah tangga yang mendaur ulang
sampahnya. Hal ini tentu menjadi permasalahan terbesar di Indonesia, sampah organik yang
menumpuk di TPA memiliki dampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat yang
tinggal disekitarnya. Padahal limbah sampah rumah tangga tersebut bisa diolah kembali
menjadi sebuah produk yang bermanfaat yaitu eco-enzyme. Perubahan yang sangat besar
dalam satu abad itu mengubah wujud dunia yang merupakan tempat tinggal dan tempat hidup
manusia. Bumi seakan semakin rapuh dalam menopang kehidupan manusia dengan segala
aktivitasnya. Negara berkembang seperti Indonesia tidak lepas dari dampak perubahan
kondisi bumi tersebut. Menjadi tantangan khusus bagi Indonesia untuk menemukan upaya
baru yang mampu memenuhi kebutuhan pangan, energi, transportasi, psikologi masyarakat
yang mampu meminimalisir segala dampak negatif pada bumi. Tantangan ini harus dijawab
dengan pembangunan di berbagai bidang dengan pendekatan berkelanjutan (sustainable).
Pembuatan eco-enzyme memberikan dampak yang luas bagi lingkungan secara global
maupun ditinjau dari segi ekonomi. Penanaman nilai berkelanjutan ini harus diperkenalkan
sejak dini, salah satu caranya adalah dengan memperkenalkan ESD (education for sustainable
development) di persekolahan, dengan harapan peserta didik memiliki nilai-nilai keberlanjutan
sehingga mampu mempertahankan kelestarian lingkungan alam, sosial dan budaya.

Kata kunci: ESD (Education for Sustainable Development), kelestarian lingkungan

This article aims to provide an alternative to one of the problems related to environmental sustainability.
Public awareness in Indonesia to recycle waste is low. Based on the 2018 Indonesian Environmental
Statistics released by BPS, only 1.2% of households recycle their waste. This is of course the biggest
problem in Indonesia, the organic waste that piles up in the TPA has a bad impact on the environment and
the health of the people who live around it. In fact, household waste can be reprocessed into a useful
product, namely eco-enzyme. This enormous change in a century changed the shape of the world, which
is the place where humans live and live. Earth seems increasingly fragile in supporting human life with all
its activities. Developing countries like Indonesia cannot be separated from the impact of changes in the
conditions of the earth. It is a special challenge for Indonesia to find new efforts that are able to meet the
needs of food, energy, transportation, community psychology that can minimize all negative impacts on
the earth. This challenge must be answered by development in various fields with a sustainable approach.
The production of eco-enzyme has a broad impact on the environment globally as well as from an
economic point of view. The planting of sustainable values must be introduced from an early age, one
way is by introducing ESD in schools, with the hope that students will have sustainable values so that
they are able to preserve the natural, social and cultural environment.

Keywords: ESD (Education for Sustainable Development), environmental sustainability, eco-enzyme

Anda mungkin juga menyukai