Dibuat untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Matematika
Dosen Pengampu :
PENDIDIKAN MATEMATIKA
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjat kan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah Mata Kuliah Evaluasi
Pembelajaran Matematika. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW
yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Yuyu Yuhana, M.Si. selaku dosen
mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Matematika yang telah memberikan tugas ini, dan kepada
semua pihak yang telah membantu dan membagi ilmu pengetahuan dan wawasan dalam
penyelesaian makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Kelompok 9
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2
1.4 Manfaat.............................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................4
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................19
3.2 Saran.....................................................................................................................................19
ii
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................iv
iii
BAB I PENDAHULUAN
TIMSS dilaksanakan secara reguler sekali dalam 4 tahun, untuk mengetahui pencapaian
siswa kelas 4 dan 8 SD dalam matematika dan sains. Fokus dari TIMSS adalah materi yang ada
pada kurikulum. sedangkan PISA dilaksanakan secara reguler sekali dalam 3 tahun, sejak tahun
2000. untuk mengetahui literasi siswa usia 15 tahun dalam matematika, sains dan membaca.
Fokus dari Pisa adalah literasi yang menekankan pada keterampilan dan kompetensi siswa yang
diperoleh dari sekolah dan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari dalam berbagai situasi (
OECD, 2010). TIMSS bertujuan untuk mengetahui peningkatan pembelajaran matematika dan
sains dimana kerangka penilaian kemampuan matematikanya diuji menggunakan istilah dimensi
dan domain.
1
2. Apa Tujuan PISA ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
2
9. Untuk mengetahui Gambaran hasil studi TIMMS ?
1.4 Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini baik bagi penulis ataupun pembaca yaitu tentunya dapat
menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Pengembangan Soal PISA Dan TIMMs.
Makalah ini juga bisa dijadikan referensi dalam Mengembangkan Soal PISA Dan TIMMs pada
pembelajaran matematika.
3
BAB II PEMBAHASAN
PISA bisa dilaksanakan setiap tiga tahun sekali yaitu pada tahun 2000, 2003, 2006, 2009
dan seterusnya. Dalam melakukan studi ini setiap negara harus mengikuti prosedur operasi
standar yang telah ditetapkan seperti pelaksanaan uji coba dan survei, penggunaan tes dan
angket, penentuan populasi dan sampel, pengelolaan dan analisis data dan pengendalian mutu.
Desain dan implementasi studi berada dalam tanggung jawab konsorsium internasional yang
beranggotakan the Australian Council for Educational Research (ACER), the Netherlands
National Institute for Educational Measurement (Citogroep), the National Institute for
Educational Policy Research in Japan (NIER), dan WESTAT United States.
4
a. Konten (Content)
Sesuai dengan tujuan PISA untuk menilai kemampuan siswa menyelesaikan masalah real
(students' capacity to solve real problems). maka masalah pada PISA meliputi konten (content)
matematika yang berkaitan dengan fenomena. Dalam PISA fenomena ini dikenal dengan over-
arching ideas. PISA hanya membatasi pada 4 over-arching ideas yang utama, yaitu perubahan
dan hubungan (Change and Relationship) ruang dan bentuk (Space and Shape), kuantitas
(Quantity) dan ketidakpastian dan data (Uncertainty and data).
5
2) Ruang dan bentuk (Space and Shape), meliputi fenomena yang berkaitan dengan dunia
visual (visual world) yang melibatkan pola, sifat dari objek, posisi dan orientasi,
representasi dari objek, pengkodean informasi visual, navigasi, dan interaksi dinamik yang
berkaitan dengan bentuk yang riil. Kategori ini melebihi aspek konten geometri pada
matematika yang ada pada kurikulum.
3) Kuantitas (Quantity), merupakan aspek matematis yang paling menantang dan paling
esensial dalam kehidupan. Kategori ini berkaitan dengan hubungan bilangan dan pola
bilangan, antara lain kemampuan untuk memahami ukuran, pola bilangan, dan segala
sesuatu yang berhubungan dengan bilangan dalam kehidupan sehari-hari, seperti
menghitung dan mengukur benda tertentu. Termasuk ke dalam konten kuantitas ini adalah
kemampuan bernalar secara kuantitatif, mempresentasikan sesuatu dalam angka,
memahami langkah-langkah matematika, berhitung di luar kepala (mental calculation), dan
melakukan penaksiran (estimation).
b.Konteks (Context)
Masalah (dan penyelesaiannya) bisa muncul dari situasi atau konteks yang berbeda
berdasarkan pengalaman individu (OECD, 2009b). Oleh karena itu, soalsoal yang diberikan
dalam PISA disajikan sebagian besar dalam situasi dunia nyata sehingga dapat dirasakan manfaat
matematika itu untuk memecahkan permasalahan kehidupan keseharian. Situasi merupakan
bagian dari dunia nyata siswa dimana masalah (tugas) ditempatkan. Sedangkan konteks dari item
soal merupakan setting khusus dari situasi. Pemilihan strategi dan representasi yang cocok untuk
menyelesaikan sering masalah bergantung pada konteks yang digunakan. Soal untuk PISA 2012
(OECD, 2010) melibatkan empat konteks, yaitu berkaitan dengan situasi/konteks pribadi
6
(personal), pekerjaan (occupational), bermasyarakat/umum (societal), dan ilmiah (scientific)
dengan kategori konten meliputi. Berikut uraian masing-masing.
1) Konteks pribadi yang secara langsung berhubungan dengan kegiatan pribadi siswa sehari-
hari. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari tentu para siswa menghadapi berbagai
persoalan pribadi yang memerlukan pemecahan secepatnya. Matematika diharapkan dapat
berperan dalam menginterpretasikan permasalahan dan kemudian memecahkannya.
2) Konteks pekerjaan yang berkaitan dengan kehidupan siswa di sekolah dan atau di
lingkungan tempat bekerja. Pengetahuan siswa tentang konsep matematika diharapkan dapat
membantu untuk merumuskan, melakukan klasifikasi masalah, dan memecahkan masalah
pendidikan dan pekerjaan pada umumnya.
4) Konteks ilmiah yang secara khusus berhubungan dengan kegiatan ilmiah yang lebih bersifat
abstrak dan menuntut pemahaman dan penguasaan teori dalam melakukan pemecahan
masalah matematika.
Kompetensi pada PISA diklasifikasikan atas tiga kelompok (cluster), yaitu reproduksi, koneksi,
dan refleksi (OECD, 2009a).
1) Kelompok reproduksi Pertanyaan pada PISA yang termasuk dalam kelompok reproduksi
meminta siswa untuk menunjukkan bahwa mereka mengenal fakta, objek-objek dan
sifatsifatnya, ekivalensi, menggunakan prosedur rutin, algoritma standar, dan
menggunakan skill yang bersifat teknis. Item soal untuk kelompok ini berupa pilihan
ganda, isian singkat, atau soal terbuka (yang terbatas).
7
2) Kelompok koneksi Pertanyaan pada PISA yang termasuk dalam kelompok koneksi
meminta siswa untuk menunjukkan bahwa mereka dapat membuat hubungan antara
beberapa gagasan dalam matematika dan beberapa informasi yang terintegrasi untuk
menyelesaikan suatu permasalahan. Dalam koneksi ini siswa diminta untuk
menyelesaikan masalah yang non-rutin tapi hanya membutuhkan sedikit translasi dari
konteks ke model (dunia) matematika.
3) Kelompok Refleksi Pertanyaan pada PISA yang termasuk dalam kelompok refleksi ini
menyajikan masalah yang tidak terstruktur (unstructured situation) dan meminta siswa
untuk mengenal dan menemukan ide matematika dibalik masalah tersebut. Kompetensi
refleksi ini adalah kompetensi yang paling tinggi dalam PISA, yaitu kemampuan bernalar
dengan menggunakan konsep matematika.
8
5 Para siswa dapat bekerja dengan model untuk situasi yang kompleks, mengetahui
kendala yang dihadapi, dan melakukan dugaan-dugaan. Mereka dapat memilih,
membandingkan, dan mengevaluasi strategi untuk memecahkan masalah yang rumit
yang berhubungan dengan model ini. Para siswa pada tingkatan ini dapat bekerja
dengan menggunakan pemikiran dan penalaran yang luas, serta secara tepat
menguhubungkan pengetahuan dan keterampilan matematikanya dengan situasi yang
dihadapi. Mereka dapat melakukan refleksi dari apa yang mereka kerjakan dan
mengkomunikasikannya
4 Para siswa dapat bekerja secara efektif dengan model dalam situasi yang konkret
tetapi kompleks. Mereka dapat memilih dan mengintegrasikan representasi yang
berbeda, dan menghubungkannya dengan situasi nyata. Para siswa pada tingkatan ini
dapat menggunakan keterampilannya dengan baik dan mengemukakan alasan dan
pandangan yang fleksibel sesuai dengan konteks. Mereka dapat memberikan
penjelasan dan mengkomunikasikannya disertai argumentasi berdasar pada
interpretasi dan tindakan mereka.
3 Para siswa dapat melaksanakan prosedur dengan baik, termasuk prosedur yang
memerlukan keputusan secara berurutan. Mereka dapat memilih dan menerapkan
strategi memecahkan masalah yang sederhana. Para siswa pada tingkatan ini dapat
menginterpretasikan dan menggunakan representasi berdasarkan sumber informasi
yang berbeda dan mengemukakan alasannya. Mereka dapat mengkomunikasikan
hasil interpretasi dan alasan mereka.
2 Para siswa dapat menginterpretasikan dan mengenali situasi dalam konteks yang
memerlukan inferensi langsung. Mereka dapat memilah informasi yang relevan dari
sumber tunggal dan menggunakan cara representasi tunggal. Para siswa pada
tingkatan ini dapat mengerjakan algoritma dasar, menggunakan rumus,
melaksanakan prosedur atau konvensi sederhana. Mereka mampu memberikan alasan
secara langsung dan melakukan penafsiran harafiah.
1 Para siswa dapat menjawab pertanyaan yang konteksnya umum dan dikenal serta
semua informasi yang relevan tersedia dengan pertanyaan yang jelas. Mereka bisa
mengidentifikasi informasi dan menyelesaikan prosedur rutin menurut instruksi
9
eksplisit. Mereka dapat melakukan tindakan sesuai dengan stimuli yang diberikan.
a. PISA berorientasi pada kebijakan desain dan metode penilaian dan pelaporan disesuaikan
dengan kebutuhan masingmasing negara peserta PISA.
c. Konsep belajar dalam PISA berhubungan dengan konsep belajar sepanjang hayat.
d. Pelaksanaan PISA teratur dalam rentang waktu tertentu yang memungkinkan negaranegara
peserta untuk memonitor kemajuan mereka sesuai dengan tujuan belajar yang diterapkan.
e. Cakupan pelaksanaan dalam PISA sangat luas (Hayat & Yusuf, 2010:199).
Kemampuan Literasi sains siswa indonesia berada pada peringkat ke-64 dari 65 negara.
Skor rata-rata sains yang di peroleh siswa indonesia adalah 382. Skor rata-rata tertinggi dicapai
oleh China (580) dan terendah dicapai oleh Peru (373). kemampuan literasi sains rata-rata siswa
Indonesia lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan kemampuan literasi sains siswa
dari Peru. dua negara yang berada dua peringkat di atas Indonesia adalah Qutar dan Albania.
10
Kemampuan literasi membaca siswa Indonesia berada pada peringkat ke-60 dari 65
Negara. Skor rata-rata membaca yang diperoleh siswa Indonesia adalah 393. skor rata-rata
tertinggi di capai oleh China (580) dan terendah dicapai Peru (384).
Kemampuan literasi matematika siswa Indonesia berada pada peringkat ke-64 dari 65
negara. Skor rata-rata matematika yang diperoleh siswa Indonesia adalah 375. Skor rata-rata
tertinggi dicapai oleh China Taipeh (613) dan terendah dicapai peru (368). (Litbang
kemendikbud, 2015).
1. Terdapat almari es yang dilengkapi dengan Anti-Bacterial Health Guard yang akan membuat
hidup Anda lebih segar dan lebih sehat dengan perlindungan alami yang higienis. 4 tahap pada
filter “Health Guard” efektif menyingkirkan 99% bakteri, debu dan bau tak sedap. 3 tahap
pertama melenyapkan bakteri yang bersirkulasi bersama udara dan filter terakhir menghilangkan
bau tak sedap.
Jika almari es ini difoto dari atas, maka gambar yang cocok adalah ....
11
Jawaban : D
2. Setelah diurutkan berdasarkan berat terkecil, hitunglah jumlah total berat kaleng bernomor
genap!
Jawaban :
Johar (2011) menjelaskan ada beberapa cara yang bisa dilakukan guru untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah, misalnya jika siswa frustasi
atau bingung menemukan satrategi pemecahan masalah guru bisa memberikan kata-kata
motivasi, seperti ‘coba dulu, kamu pasti bisa’, ‘ayo tetap semangat’, ‘ibu yakin kamu mampu
menjawabnya’, ‘kamu boleh menggambar, membuat tabel, atau mencoba-coba’. Selain itu guru
juga memberikan clue (petunjuk terbatas) agar siswa memulai penyelesaian masalah dan
memberikan contoh soal yang serupa.
Bentuk soal-soal dalam TIMSS adalah pilihan ganda dengan 4 atau 5 pilihan jawaban,
isian singkat dan uraian. Kerangka penilaian kemampuan bidang matematika yang diuji
13
menggunakan istilah dimensi dan domain. Dalam TIMSS 2015 Assesment framework penilaian
terbagi atas dua dimensi, yaitu dimensi konten dan dimensi kognitif.
Domain TIMSS
Dalam TIMSS 2011 assessment Framework penilaian terbagi atas dua yaitu konten dan
kognitif. penilaian konten untuk siswa kelas IV SD terdiri atas 3 domain yaitu bilangan bentuk
geometri dan pengukuran serta penyajian data sedangkan konten untuk kelas VIII SMP terdiri
atas 4 pemain yaitu bilangan aljabar geometri data dan peluang penilaian kognitif pada kelas IV
SD dan kelas VIII SMP terdiri dari 3 domain yaitu:
1. Domain pertama adalah (pengetahuan), mencakup fakta fakta konsep dan prosedur yang
harus diketahui siswa.
3. Domain ketiga yaitu domain (penalaran), berfokus pada penyelesaian masalah non rutin
konteks yang kompleks dan melakukan langkah penyelesaian masalah yang banyak (Nana,
2007).
Dimensi kognitif dimaknai sebagai perilaku yang diharapkan dari siswa ketika mereka
berhadapan dengan domain matematika yang tercakup dalam dimensi konten. dalam dimensi
kognitif, pemecahan masalah merupakan focus utama dalam soal-soal tes yang terkait dengan
hamper semua topik dalam konten. Ketiga domain dalam dimensi kognitif merupakan perilaku
yang diharapkan dari siswa ketika mereka berhadapan dengan domain matematika yang
tercakup dalam dimensi konten.
Bentuk soal-soal dalam TIMSS adalah pilihan ganda dengan 4 atau 5 pilihan jawaban, isian
singkat dan uraian. Isian singkat dan Uraian sering disebut ‘construsted respone’. Untuk Soal
pilihan ganda akan diberi skor 1 jika benar dan 0 jika salah, Untuk soal uraian akan diberi skor 2
untuk jawaban yang lengkap dan benar, skor 1 untuk jawaban yang benar namun kurang lengkap
dan skor 0 untuk jawaban yang salah atau tidak menjawab.
14
Soal-soal matematika dalam studi TIMSS mengukur tingkatan kemampuan siswa dari
sekedar mengetahuan fakta, prosedur atau konsep, lalu menerapkan fakta, prosedur atau konsep
tersebut hingga menggunakannya untuk memecahkan masalah yang sederhana sampai masalah
yang memerlukan penalaran tinggi.
Kerangka penilaian bidang matematika pada TIMSS 2011 terbagi atas dua dimensi, yaitu
dimensi konten dan dimensi kognitif. dengan memperhatikan berbagai kurikulum yang berlaku
di negara peserta. dari 45 negara yang ikut serta dalam TIMSS 2011, Prestasi siswa Indonesia
dalam matematika berada di urutan ke-41, dengan skor rata-rata 386 (skor rata-rata internasional
- 500). dalam pencapaian prestasi belajar matematika, kedudukan Indonesia masih jauh lebih
baik dibandingkan dengan Siria, moroko, Oman dan Ghana. secara umum, hasil TIMSS 2011
tersebut menunjukkan bahwa siswa kita mempunyai pengetahuan dasar matematika tetapi tidak
cukup untuk dapat memecahkan masalah rutin (manipulasi bentuk, memilih strategi dan
sebagainya) apalagi yang non-rutin (penalaran intuitif dan induktif berdasarkan pola dan
kereguleran).
Berdasarkan hasil studi diperoleh pula berbagai temuan tentang perkiraan faktor
penyebab kelemahan siswa Indonesia antara lain sebagai berikut
Dalam bidang sains kemampuan anak Indonesia berada pada posisi ke-43 dari 45 negara
peserta. dari hasil tadi disimpulkan bahwa anak-anak indonesia tidak mampu dalam hal antara
lain: (1) menunjukkan beberapa konsep yang abstrak dan kompleks dalam biologi, kimia, fisika
dan ilmu bumi. (2) memahami kompleksitas makhluk hidup dan hubungan mereka dengan
lingkungannya. (3) memahami sifat magnet, suara dan cahaya serta perubahannya. (4)
menerapkan pengetahuannya tentang tata surya, ciri-ciri bumi dan prosesnya serta menerapkan
pengetahuannya pada masa Lingkungan. ( 5) memahami dasar-dasar penyelidikan ilmiah dan
menerangkan prinsip-prinsip Fisika untuk memecahkan beberapa masalah kuantitatif dan (6)
memberikan penjelasan secara tertulis untuk menyampaikan pengetahuan ilmiah.
( Suhendra,2008)
1. Apakah perangkat soal yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritik yang kuat.
1. Para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan
16
1. Ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya menyatakan bahwa perangkat soal dalam
hal ini soal-soal tersebut mempunyai efek potensial terhadap kemampuan penalaran
matematis siswa.
Materi Bilangan
a. Level Pengetahuan
Seisih antara dua bilangan berurutan sama. Bilangan setelah 27 adalah ....
Jawaban : 34
b. Level Penerapan
Gavin memiliki uang Rp. 25.000. Berapa rupiah lagi yang diperlukan gavin untuk membeli
kedua botol jus tersebut ?
a. Rp. 5000
b. Rp. 7000
c. Rp.9000
d. Rp.10.000
Jawaban : d. Rp.10.000
17
c. Level Penalaran
Sally memiliki sepotong kawat pamjang 12 satuan, 40 buah manik berbentuk bulat dan 48 buah
manik berbentuk kubus. Untuk membuat 1 buah gelang diperlukan 1 satuan kawat, 10 manik
berbentuk bulat dan 10 manik berbentuk kubus. selly ingin membuat beberapa cincin yang sama
percis. Berapakah gelang yang bisa di buat dengan bahan - bahan yang tersedia?
a. 40
b. 13
c.5
d. 4
Jawaban : d. 4
3.2 Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan di atas, maka dapat disarankan sebagai berikut:
1. Bagi guru matematika, agar dapat menggunakan soal-soal tipe PISA dan TIMSS yang
telah dibuat sebagai alternatif dalam memperkaya variasi pemberian soal matematika
untuk melatih kemampuan penalaran matematis siswa.
2. Bagi siswa, agar dapat terus termotivasi untuk membiasakan diri berpikir menggunakan
penalaran matematis dalam belajar matematika dengan terbiasa menyelesaikan soal tipe
PISA dan TIMSS.
3. Bagi peneliti lain, agar dapat dipergunakan sebagai masukan untuk mendesain soal-soal
tipe PISA dan TIMSS dalam proses pembelajaran Matematika.
19
20
DAFTAR PUSTAKA
Susanti,Eva. 2014. PENGEMBANGAN SOAL MATEMATIKA TIPE TIMSS
MENGGUNAKAN KONTEKS RUMAH ADAT UNTUK SISWA SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA, 1-22.
Bidasari, Febrina. 2017. Pengembangan Soal Matematika Model Pisa Pada Konten Quantity
Untuk Mengukur Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Sekolah Menengah
Pertama. Jurnal Gantang, 2 (1).
Pratiwi,Ika. dkk. 2016. Pengembangan Soal Matematika Berkarakteristik Timss Tipe Pemecahan
Masalah Pada Topik Geometri Pengukuran Volume Kubus Dan Balok Kelas Viii. Jurnal
Elemen 2 ( 2), 146 – 160.
Prastyo, H dan Salman, A.N.M. 2020. Pengembangan Soal Matematika Model Pisa
Menggunakan Konteks Kalimantan Timur. Jurnal Padegogik 3 (1), 01-44.
Johar, Rahmah. 2012. Domain Soal PISA untuk Literasi Matematika. Jurnal Peluang, 1 (1), 30-
41.
http://http://pemerhatipisaindonesia.blogspot.com/2016/01/soal-pisa-dan-jawaban lengkap.html?
m=1 di akses Pada 7 Mei 2021, Pukul 12.09
iv