APLIKASI METODE KONSTRUKSI MODERN DALAM PEMBANGUNAN PROYEK STRATEGIS Rev
APLIKASI METODE KONSTRUKSI MODERN DALAM PEMBANGUNAN PROYEK STRATEGIS Rev
Sumber : Studi FS – AP I
3
Hasil Pemilihan Lokasi (2 Lokasi)
Evaluation Category Evaluation Criteria Gadingharjo Temon
Compatibility with Provincial Spatial Plan 2 3
Regional Development
Compatibility with Transportation Plans 3 2
Aircraft Noise 2 2
Impact on Flora and Fauna 3 3
Natural Environment Construction Equipment Impact 2 3
Natural Disaster Risk 3 2
Impact on Aquatic Quality 2 3
Total 52 61
Sumber : Review Rencana Induk Bandara Baru di Kulon Progo Yogyakarta, 2017
ISU ISU DI LAPANGAN
03 CROSS WIND
01 GEMPA
02 TSUNAMI
ISU GEMPA
KONDISI GEOTEKNIK EKSISTING
PGA-PSA TINGGI
PENGOLAHAN DATA DAN HASIL
PARAMETER SUMBER GEMPA
7,5 Mw
• Terdapat potensi gempa di area bandara dengan mengacu Peta Zonasi Gempa
Indonesia (2018) Periode Ulang 1000 Tahun, sehingga ditetapkan magnitude
sebesar 7,5 Mw dan nilai PSA 0.4 g
• ADA Potensi Terjadi Likuifaksi di area bandara : Apabila terjadi gempa desain,
diperkirakan akan terjadi likuifaksi (Kedalaman 0 sampai 6 m dari permukaan
tanah eksisting).
10
PENGOLAHAN DATA DAN HASIL
MITIGASI GEMPA DAN LIKUIFAKSI
• Mitigasi gempa yang dilakukan yaitu
dengan implementasi dalam desain
struktur bangunan serta desain kontruksi
arsitek dan signage didesain sedemikian
rupa aman dari dampak gempa
13 13
PENGOLAHAN DATA DAN HASIL
DATA TOPOGRAFI SETELAH ADANYA BANGUNAN BANDARA NYIA
Gambar layout design dari konsultan dalam format
dwg (AutoCAD) di capture dan dilakukan
georeferencing menggunakan software GIS.
Hasil proses digitasi berupa titik2 yang 9.277 Titik (untuk kawasan dalam
meliputi bangunan, runway, appron, bandara)
drainase. 14
PENGOLAHAN DATA DAN HASIL
DATA TOPOGRAFI SETELAH ADANYA BANGUNAN BANDARA NYIA
15
DATA
Data Kekasaran Setelah Adanya Bangunan Bandara NYIA
Didalam kawasan bandara nilai roughness ditentukan berdasarkan material penutup lahan :
- Aspal : 0.016
- Beton dengan finishing : 0.011
- Bangunan tembok : 0.012
- Semak pendek (rumput) : 0.05
- Area hijau : 0.08
- Pepohonan : 0.15
- Diluar area bandara berdasarkan survei terdahulu 16 16
PENGOLAHAN DATA DAN HASIL
PETA KETINGGIAN TSUNAMI DI PANTAI M 8,5
17
PENGOLAHAN DATA DAN HASIL
Peta Ketinggian Tsunami di Pantai Area Calon Bandara
Titik A
Titik B
A
B
C
D
18 18 18
Model Indundasi Tsunami M 8,5
Waktu tiba tsunami. Tsunami
merambat dari sumber gempa
menuju pantai Kulonprogo
dalam waktu ± 37 menit
setelah gempabumi terjadi.
T=37’ T=40’
T=50’ T=60’
19 19
PENGOLAHAN DATA DAN HASIL
Peta Kedalaman Tsunami M 8,5
Kedalaman genangan di
dalam area calon Bandara
Kulon Progo bervariasi
antara 1 hingga 8 meter.
Untuk kondisi topografi saat
ini rata-rata kedalaman
genangan adalah 4 meter.
Genangan maksimum yang
terjadi adalah 8 meter
akibat topografi yang
sangat rendah.
20 20
PENAMPANG KEDALAMAN TSUNAMI M 8,8
Pada penampang C-C’ di daerah tengah bandara Kulonprogo kedalaman genangan di
dalam kawasan bandara antara 1,5 meter (apron) hingga 3 meter (runway).
Pada segmen ini inundasi masuk hingga sejauh ± 0,9 km dari pantai.
Pada segmen ini inundasi masuk hingga sejauh ± 2,2 km dari pantai.
21
PENGOLAHAN DATA DAN HASIL
Penampang Kecepatan Tsunami M 8,5
• Kecepatan tsunami di
dalam wilayah bandara
berkisar antara 3 – 5
meter/detik
(10.8 s.d 18 km/jam).
• Di bagian utara bandara
dimana nilai roughness
cukup tinggi kecepatan
tsunami
sangat rendah berkisar
antara 1-2 meter/detik (3.6
s.d 7.2 km/jam).
22 22
KESIMPULAN
Kesimpulan
1. Lokasi Bandara sangat rawan terhadap bahaya tsunami.
2. Kesimpulan nomor 2 s.d 6 terangkum dalam tabel berikut :
M8.5 Keterangan
2. Waktu tiba tsunami (menit) ± 37 setelah gempabumi terjadi di pusat gempa
3. Ketinggian tsunami (meter) 8 – 15 dari MSL
4. Jarak genangan (km) ± 1.2 – 2.2 jauhnya jangkauan inundasi karena adanya Sungai Bogowonto
di barat dan Sungai Serang di timur
7. Perhitungan jarak genangan, kedalaman genangan dan kecepatan tsunami berdasarkan kondisi rancang bangun saat ini.
23
Mitigasi Tsunami
• YOGYAKARTA SPATIAL PLAN (2008) : semua sungai dan area pantai harus dilindungi dari bangunan dan berbagai macam
aktivitas signifikan dengan jarak tertentu. Area proteksi pantai (sempadan pantai) membutuhkan minimal 100 meter lahan steril dari
garis air pasang tertinggi. Tidak ada bangunan permanen atau fasilitas yang terletak di area tersebut. Hal yang sama, harus disediakan
sepanjang di sungai yaitu 100 meter area proteksi dari sisi sungai.
• PEDOMAN MITIGASI untuk perencaaan rekonstruksi dan rehabilitasi akibat dampak tsunami didasarkan pada kejadian gempabumi dan
tsunami Desember 2014 di Aceh. Dalam pedoman disebutkan, kebutuhan untuk buffer zone perkebunan dengan luas sedikitnya 500
meter dari garis air pasang. Dalam literatur lain disebutkan bahwa dalam pedoman mitigasi dari India (2010), kebutuhan buffer zone
seluas 500 meter di antara area pesisir dan perumahan.
• Sehubungan dengan lahan bandara yang diusulkan, BUFFER ZONE seluas 500 meter yang direkomendasikan tidak dapat terpenuhi
karena keterbatasan ruang yang tersedia untuk pengembangan bandara. Namun fasilitas publik (terminal penumpang) terletak di
bagian utara lahan merupakan titik terjauh dari pantai, sementara airside terletak di sebelah selatan merupakan titik terdekat dari lautan.
Selain safeguard ini, area proteksi total seluas 300 meter disediakan di antara pantai dan batas bandara, yang terdiri dari 200 meter
treed buffer zone dan dilindungi zona steril pesisir seluas 100 meter.
• Untuk JANGKA PENDEK, proteksi secara alami dianggap cukup, sedangkan untuk JANGKA PANJANG bangunan structural perlu
dibangun untuk proteksi terhadap abrasi. Ada beberapa jenis pohon yang dapat digunakan untuk mengurangi dampak dari tsunami,
namun jenis pohon yang umum digunakan di Yogyakarta adalah cemara udang atau coastal she-oak (Casuarina Equisetifolia) di mana
jenis pohon ini tidak menarik bagi burung-burung besar.
• AREA PROTEKSI DAN BUFFER ZONE terletak di luar area bandara yang diusulkan, karena itu diperlukan dukungan Pemerintah Daerah
melalui peraturan daerah agar tidak mengganggu operasi bandara.
Cross Section of River Area
Membangun bukit/tanggul sepanjang pantai sejarak 100 dari tepi air laut, dan buffer tanaman selebar 100 meter
sepanjang sisi selatan, timur dan barat kawasan bandara, diharapkan tsunami berukuran kecil dan medium dapat
dikurangi dampaknya sebelum masuk kawasan bandar udara.
Mitigasi Tsunami terhadap Bangunan
Untuk mengurangi dampak tsunami terhadap manusia di kawasan bandara dilakukan langkah-langkah :
Bangunan terminal dan fasilitas lain diletakkan sejauh mungkin dari pantai dengan menggunakan slope
maksimal yang diperbolehkan.
Desain bangunan terminal yang mampu mengurangi dampak tsunami dengan memberi lantai 2 yang lebih luas
dan lantai bawah dengan banyak bukaan. Lantai 1 (dasar) edung terminal beserta fasiltas yang ada dipersiapkan
dapat dihancurkan tsunami dengan meminimalkan korbaniwa, dan lantai di atasnya dijadikan tempat evakuasi
penumpang dan publik
Meletakkan kegiatan orang lebih banyak di lantai atas, dan utilitas di lantai bawah.
Ketinggian lantai 1 (ground floor) yang lebih tinggi jaraknya, yaitu berada di elevasi +9,0 m dengan Magnitude
Bandara Kulon Progo adalah 8,5
Menyiapkan early warning system, yaitu dengan menentukan Spesifikasi Bangunan Airport Opration Center
(AOC) yang memiliki instrumen yang dapat terintegrasi dengan sistem peringatan dini BMKG, sirine untuk
peringatan dini tsunami serta memiliki lokasi untuk penempatan instrument receiver peringatan dini tsunami
dari BMKG
Menyiapkan sistem evakuasi dan manajemen bencana sebagai bagian dari manajemen bandara. Dalam hal ini
bandara dapat digunakan sebagai Tempat Evakuasi Sementara (TES) serta menyiapkan petunjuk jalur evakuasi
tsunami
ISU CROSS WIND
PENENTUAN ARAH RUNWAY
PENENTUAN ARAH RUNWAY
• Arah runway yang memungkinkan berdasarkan
analisis angin adalah:
09-27, 10-28, 11-29, 12-30, 13-31
• Arah runway (memilih dari kelima pilihan hasil
analisis angin tsb) kemudian ditentukan dengan
mempertimbangkan:
No. RW 170 – 350
1. Keberadaan Obstacle, terkait dengan
No RW 170 – 350
No. RW 180 – 360
BMKG Balecatur
Purworejo keberadaan bukit Menoreh dan jaringan
listrik selatan Jawa
2. Posisi Lahan dan Tata Guna Lahan Sekitar,
terkait dengan ketersediaan lahan dan
kondisi geografis
3. Operasi Bandara Eksisting (terkait dengan
navigasi) yang berhubungan dengan
operasi di JOG (09-27)
No RW 140 – 320 No RW 130 – 310 • Berdasarkan analisis-analisis tersebut maka arah
Pandasimo 1 Pandasimo 2 runway ditentukan 11-29
PENENTUAN ARAH RUNWAY
ISU CROSS WIND
Perhitungan Crosswind dan Headwind/Tailwind
Bulan Maret 2017 (Arah Landas Pacu 11-29)
14,9
Keterangan:
• - WS : Kecepatan angin (knot)
• - WD : Arah angin (0)
• - XW : Crosswind (knot)
• - HW/TW : Headwind/Tailwind (knot)
• - Tanda (+) pada XW menunjukkan crosswind dari
• kanan; (-)menunjukkan crosswind dari kiri
• - Tanda (+) pada HW/TW menunjukkan headwind;
• tanda (-) menunjukkan tailwind