Anda di halaman 1dari 16

ARTIKEL ILMIAH

KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN

“GAYA KEPEMIMPINAN ORIENTASI TUGAS DAN HUBUNGAN”

Oleh:

Nur Afni Maulina

NIM. 18381012133

MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH IAIN MADURA

2020

ABSTRAK

Gaya kepemimpinan (style of leadership) ternyata merupakan ringkasan dari bagaimana seorang
pemimpin melaksanakan fungsi kepemimpinannya dan bagaimana ia dilihat oleh mereka yang berusaha
dipimpinnya. Gaya kepemimpinan mencakup tentang bagaimana seseorang bertindak dalam konteks
organisasi tersebut, maka cara termudah untuk membahas berbagai jenis gaya kepemimpinan ialah dengan
menggambarkan jenis organisasi atau situasi yang dihasilkan oleh atau yang cocok bagi satu gaya tertentu.
Gaya kepemimpinan yang mana yang sebaiknya dijalankan oleh seorang pemimpin terhadap
organisasinya sangat tergantung pada kondisi anggota organisasi itu sendiri. Pada dasarnya tiap gaya
kepemimpinan hanya cocok untuk kondisi tertentu saja. Dengan mengetahui kondisi nyata anggota, seorang
pemimpin dapat memilih model kepemimpinan yang tepat. Tidak menutup kemungkinan seorang pemimpin
menerapkan gaya yang berbeda untuk divisi atau seksi yang berbeda. Gaya kepemimpinan orientasi tugas dan
hubungan merupakan bagian dari macam-macam gaya dalam kepemimpinan yang akan saya bahas dalam
artikel ini.
Kepemimpinan yang berorientasi pada tugas (atau berfokus pada tugas) adalah pendekatan perilaku di
mana pemimpin berfokus pada tugas-tugas yang perlu dilakukan untuk memenuhi tujuan tertentu, atau untuk
mencapai standar kinerja tertentu. Kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan (atau berfokus pada
hubungan) adalah pendekatan perilaku di mana pemimpin berfokus pada kepuasan, motivasi, dan
kesejahteraan umum anggota tim. Kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan berorientasi hubungan
adalah dua model yang sering dibandingkan, karena mereka diketahui menghasilkan hasil yang berbeda-beda
dalam keadaan yang berbeda.
Kata kunci: Gaya Kepemimpinan, Orintasi Tugas, Hubungan
LATAR BELAKANG

Kita cenderung menggolongkan seorang pemimpin berdasarkan cara ia memimpin menurut cara
pandang kita mengenai dia. Dengan sendirinya, seseorang mungkin berbeda pendapat dengan orang lain
mengenai gaya seorang pemimpin. "Gaya Kepemimpinan" (style of leadership) ternyata merupakan
ringkasan dari bagaimana seorang pemimpin melaksanakan fungsi kepemimpinannya dan bagaimana ia
dilihat oleh mereka yang berusaha dipimpinnya atau mereka yang mungkin sedang mengamati dari luar.
Gaya kepemimpinan mencakup tentang bagaimana seseorang bertindak dalam konteks organisasi tersebut,
maka cara termudah untuk membahas berbagai jenis gaya ialah dengan menggambarkan jenis organisasi atau
situasi yang dihasilkan oleh atau yang cocok bagi satu gaya tertentu.

Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas (atau berfokus pada tugas) adalah pendekatan
perilaku di mana pemimpin berfokus pada tugas-tugas yang perlu dilakukan untuk memenuhi tujuan tertentu,
atau untuk mencapai standar kinerja tertentu. Sedangkan gaya kepemimpinan yang berorientasi
pada hubungan (atau berfokus pada hubungan) adalah pendekatan perilaku di mana pemimpin berfokus pada
kepuasan, motivasi, dan kesejahteraan umum anggota tim. Kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan
berorientasi hubungan adalah dua model yang sering dibandingkan, karena mereka diketahui menghasilkan
hasil yang berbeda-beda dalam keadaan yang berbeda.

Efek dari kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan berorientasi hubungan: beberapa
menunjukkan bahwa kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan menghasilkan produktivitas yang lebih
besar, sementara beberapa menunjukkan bahwa pemimpin yang berorientasi pada tugas menciptakan
kelompok yang lebih besar. Namun, temuan umum adalah bahwa kepemimpinan yang berorientasi pada
hubungan akan menghasilkan kohesi yang lebih besar dalam kelompok, serta pembelajaran tim yang lebih
baik.  Hal ini juga didukung bahwa kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan memiliki dampak
individu yang lebih kuat, dan efek positif pada efikasi diri. 

TUJUAN

1. Untuk mengetahui pendidikan dalam pandangan UUD 45, PP, UU, Permendikbud, Al-Qur’an dan
Hadits.
2. Untuk mengetahusi kewajiban calon seorang pemimpin dalam sebuah pendidikan
3. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan orientasi pada tugas dan hubungan
4. Untuk mengetahui kebertahanan pendidikan di era pandemi dan milenial
PEMBAHASAN

A. Pendidikan dalam Pandangan UUD 45, PP, UU, Permendikbud, Al-Qur’an dan Hadits
1. Latar Belakang Pendidikan secara Formal
a. Pendidikan dalam UUD 1945 terdapat pada Pasal 31 Ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi: Setiap warga
negara berhak mendapat pendidikan. Dan pasal 31 Ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi: Setiap warga
negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.1 Secara umum
pasal-pasal ini membahas tentang hak dan kewajiban warga negara dalam bidang pendidikan. Dalam
pasal tersebut dijelaskan dengan jelas bahwa:
1) Setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan (tanpa terkecuali). Dengan demikian,
baik itu si kaya, si miskin, atau orang dengan latar belakang apapun di Indonesia masih tetap
berhak mendapatkan pendidikan
2) Negara wajib membiayai pendidikan dasar untuk semua warga negara Indonesia. Seperti yang
dijelaskan dalam Pasal 31 Ayat 1 dan Ayat 2, semua warga negara wajib mengikuti pendidikan
dasar dan pemerintah pun wajib untuk membiayai pelaksanaannya.2

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena itu hal-hal yang berkaitan dengan
pendidikan dibahas dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang menjelaskan tentang pendidikan seperti
Pasal 31 di atas. Beberapa manfaat dari pendidikan antara lain: Memberikan pengetahuan, untuk karir
atau pekerjaan, membangun karakter, memberikan pencerahan, membantu kemajuan bangsa

b. Pendidikan dalam Peraturan Pemerintah (PP) diatur dalam Pasal I Peraturan Pemerintah Nomor. 19
Tahun 2005 Tentang Beberapa ketentuan Standar Nasional Pendidikan. Pendidikan dilaksanakan
untuk mencapai tujuan nasional.3
c. Pendidikan berdasarkan Permendikbud yaitu antara lain pendidikan yang memiliki Landasan
filosofis, landasan teoritis, dan landasan yuridis dalam pengembangan kurikulumnya, sehingga
pendidikan dapat menentukan kualitas peserta didik yang akan dicapai oleh kurikulum, sumber dan
isi dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar, hubungan
peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam di sekitarnya.4
d. Pendidikan dalam al-Qur’an dan hadits

Pendidikan anak merupakan tanggung jawab orang tuanya. Memberikan pengertian


pentinganya pendidikan merupakan keharusan orang tua tatkala proses pendidikan dalam keluarga.
1
UUD 1945 Pasal 31 ayat 1 dan 2.
2
Ibid
3
Peraturan Pemerintah (PP) Pasal I Nomor. 19 Tahun 2005.
4
Permendikbud RI Nomor 70 tahun 2013, kerangka dasar dan struktur kurikulum sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah
kejuruan, hal. 7.
Pendidikan anak merupakan tanggung jawab orang tua didasarkan pada firman Allah SWT dalam QS.
at-Tahriim: 06 yang Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka.” (QS. at-Tahriim: 06)

Pendidikan dalam padangan Islam secara umum adalah mendidik, yaitu mengupayakan
perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi psikomotorik, kognitif, maupun potensi
afektifnya. Potensi ini harus dikembangkan secara seimbang sampai ke tingkat setinggi mungkin,
menurut ajaran Islam.5 Maka inilah tugas orang tua tersebut berdasarkan firman Allah dalam surat al-
Tahriim ayat 06 tersebut di atas. Salah satu cara untuk menumbuhkembangkan potensi yang dimiliki
anak adalah melalui pendidikan. Disinilah pentingnya pendidikan bagi umat manusia.Pendidikan
merupakan salah satu upaya untuk membangun dan meningkat mutu SDM menuju era globalisasi
yang penuh dengan tantangan sehingga disadari bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang sangat
fundamental bagi setiap individu. Oleh karena itu, kagiatan pendidikan tidak dapat diabaikan begitu
saja, terutama dalam memasuki era persaingan yang semakin ketat, tajam, berat pada abad
millennium ini.6  Dalam Islam menuntut ilmu itu wajib hukumnya, sebagaimana sabda Rasulullah
saw dalam hadits yang berbunyai:

ٍ ‫الع ِلم فَ ِريضةٌ على كل ُم‬


‫سلم والمسلم ٍة‬ ِ ‫ب‬ ُ ُ‫أُطل‬

Artinya: “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan muslim perempuaan” (al-Hadits)

Berdasarkan hadits tersebut, bahwa menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim. Disamping
diwajibkan menuntut ilmu, hadits tersebut juga memberikan pelajaran kepada umat Islam tentang
pentingnya pendidikan untuk kemulian hidupnya. Pendidikan merupakan salah proses untuk
meningkat dan mendekatkan diri kepada sang pencipta yaitu Allah SWT. Dengan pendidikan manusia
lebih mulia dan terhormat dipandangan Allah SWT dan lebih mulia dari pada mahkluk ciptaan-Nya
yang lain. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-
nilai yang terdapat dalam masyarakat.

Secara alamiah, manusia sejak dalam rahim ibu sampai meninggal dunia mengalami proses
pertumbuhan dan berkembang tahap demi tahap. Begitu pula kejadian alam semesta ini diciptakan
oleh Allah SWT dalam proses tingkat demi tingkat. Dengan demikian, pendidikan dapat dikatakan
sebagai sarana utama untuk mengembangkan kepribadian setiap manusia dalam usaha manusia
melestarikan hidupnya.7

5
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007, hlm. 74.
6
Veithzal Rivai, Sylviana Murni, Education Management, Analisis Teori dan Praktik, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), hal. 1.
7
HM. Djumransjah, Abdul Malik Karim Amrullah, Pendidikan Islam, (Malang: UIN-Malang Press, 2007), hal.12.
2. Problem dilapangan (Cara Pelaksanaannya)

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan dasar bagi
pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia berkualitas yang tercantum
dalam tujuan pendidikan nasional. Pada dasarnya tidak ada satupun filosofi pendidikan yang dapat
digunakan secara spesifik untuk pengembangan kurikulum yang dapat menghasilkan manusia yang
berkualitas. Berdasarkan hal tersebut, Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan filosofi sebagai
berikut:8

a. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan masa
mendatang. Pandangan ini menjadikan Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya
bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini, dan untuk
membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan. Mempersiapkan peserta
didik untuk kehidupan masa depan selalu menjadi kepedulian kurikulum, hal ini mengandung
makna bahwa kurikulum adalah rancangan pendidikan untuk mempersiapkan kehidupan generasi
muda bangsa. Dengan demikian, tugas mempersiapkan generasi muda bangsa menjadi tugas
utama suatu kurikulum. Untuk mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan peserta
didik, Kurikulum 2013 mengembangkan pengalaman belajar yang memberikan kesempatan luas
bagi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan di masa kini dan
masa depan, dan pada waktu bersamaan tetap mengembangkan kemampuan mereka sebagai
pewaris budaya bangsa dan orang yang peduli terhadap permasalahan masyarakat dan bangsa
masa kini.9
b. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan filosofi ini, prestasi
bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa lampau adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi
kurikulum untuk dipelajari peserta didik. Proses pendidikan adalah suatu proses yang memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi kemampuan
berpikir rasional dan kecemerlangan akademik dengan memberikan makna terhadap apa yang
dilihat, didengar, dibaca, dipelajari dari warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan oleh
lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan psikologis serta kematangan fisik peserta
didik. Selain mengembangkan kemampuan berpikir rasional dan cemerlang dalam akademik,
Kurikulum 2013 memposisikan keunggulan budaya tersebut dipelajari untuk menimbulkan rasa
bangga, diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi, dalam interaksi sosial di
masyarakat sekitarnya, dan dalam kehidupan berbangsa masa kini.

8
Permendikbud RI Nomor 70 tahun 2013, kerangka dasar dan struktur kurikulum sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah
kejuruan, hal.7.
9
Ibid
c. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan kecemerlangan
akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini menentukan bahwa isi kurikulum adalah
disiplin ilmu dan pembelajaran adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism). Filosofi ini
mewajibkan kurikulum memiliki nama Mata pelajaran yang sama dengan nama disiplin ilmu,
selalu bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kecemerlangan akademik.
d. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik dari masa
lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial,
kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih
baik (experimentalism and social reconstructivism). Dengan filosofi ini, Kurikulum 2013
bermaksud untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi kemampuan dalam berpikir
reflektif bagi penyelesaian masalah sosial di masyarakat, dan untuk membangun kehidupan
masyarakat demokratis yang lebih baik.

Dengan demikian, Kurikulum 2013 menggunakan filosofi sebagaimana di atas dalam


mengembangkan kehidupan individu peserta didik dalam beragama, seni, kreativitas, berkomunikasi,
nilai dan berbagai dimensi inteligensi yang sesuai dengan diri seorang peserta didik dan diperlukan
masyarakat, bangsa dan ummat manusia.10

Landasan Teoritis Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan standar”
(standard-basededucation), dan teori kurikulum berbasis kompetensi (competency-basedcurriculum).
Pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal
warganegara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar
pendidik dan tenaga kependidikan,standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk
memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan
kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.11

B. Kewajiban Calon Seorang Pemimpin dalam Sebuah Pendidikan


1. Tugas dan tanggung jawab seorang pemimpin

Berikut ini tugas dan tanggung jawab seorang pemimpin menurut K.H. Hamid Hasan Djauhary
yang terkemas dalam perihal jiwa-jiwa yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dalam pendidikan,
antara lain:12

10
Ibid.... Hal. 8.
11
Ibid.... Hal. 9.
12
Hasil wawancara dengan K.H. Hamid Hasan Djauhary yang merupakan seorang tokoh agama Islam, Penasihat Organisasi
Pemuda Muslim Moderat, sekaligus merupakan keluarga besar pengasuh Pondok Pesantren Tengghinah, kecamatan Proppo,
kabupaten Pamekasan.
a. Harus bertanggung jawab dengan keilmuannya, keilmuan apapun itu, baik itu ilmu agama maupun
ilmu lainnya. Seorang pemimpin harus bertanggung jawab, karena pendidikan itu adalah kebutuhan di
segala bidang, dan kebutuhan seluruh makhluk hidup, contohnya: manusia membutuhkan ilmu, dan
begitupun sebaliknya, hewan juga membutuhkan manusia yang berilmu. Karena untuk menjadi
seorang pemimpin negara, Daerah, kota, Desa, kampung, dan menjadi pemimpin rumah tangga
sekalipun juga membutuhkan ilmu. Hal yang paling tidak untuk dimiliki oleh seorang pemimpin
adalah rasa bertanggung jawab dengan keilmuannya masing-masing. Oleh karena itu, dalam semua
elemen pemimpin memang membutuhkan pendidikan, apalagi bagi seorang yang memimpin suatu
lembaga pendidikan. Seseorang yang menjadi pemimpin pendidikan dapat dikatakan sebagai
pemimpin di segala bidang, yaitu harus bertanggung jawab dengan keilmuannya.
b. Seorang pemimpin harus memiliki sanad/ijazah. Sanad/ijazah ialah izin dari Rasulullah, sanad yaitu
tersambungnya guru sampai ke baginda Muhammad SAW. sehingga mendapat barokah dari
Rasulullah SAW. ke para santrinya sahabat, tabi'in, tabi'in-tabi'in, para Ulama' dan seterusnya. Bukan
sekedar ilmu saya sendiri yang mendapat ijazah, namun sampai durban yang dipakaipun juga
memiliki ijazah dari nabi Muhammad SAW. sebagaimana beliau pernah menyurbankan sahabat, dan
sahabat juga mengikatkan kepada para tabi'in, dan seterusnya sebagaimana Rasulullah berimamah,
sehingga pada akhirnya sampai pada seorang pemimpin. Karena semua itu harus memiliki sanad dan
ijazah, sehingga kepemimpinannya lebih bermanfaat dan barokah, dan juga lebih diakui keilmuannya.
c. Seorang pemimpin pendidikan harus menjadi contoh yang baik bagi murid-muridnya. Baik itu dari
etika berbicara, dan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-harinya. Seorang pemimpin tidak boleh
mencontohkan hal yang tidak baik.
d. Seorang pemimpin harus paham tentang pendidikan/tarbiyah.
e. seorang pemimpin harus menjadi motivator/penyemangat untuk santrinya. Contoh: membuat kontrak
prestasi dengan muridnya, membuat murid mencintai gurunya. "barang siapa yang ingin diabdi, maka
ia harus mengabdi". Seorang santri harus siap menjadi budak dari gurunya. Karena ketika kita
mengabdikan diri kepada guru kita, maka otomatis murid kita nantinya juga akan mengabdikan diri
kepada kita. "lakukan apa yang kamu suka, tapi ingatlah, setiap perbuatan pasti ada balasannya.
Jikalau kamu berbuat baik, maka akan dibalas baik, dan jikalau kamu berbuat buruk, maka akan
dibalas buruk". Jadi, jika kita berbuat baik kepada guru kita, maka kita akan mendapatkan kebaikan
dan barokah dari perbuatan kita itu, dan nantinya ketika kita sudah menjadi guru, maka murid kita
akan seperti itu kepada kita. Maka, seorang pemimpin harus memiliki akhlak dan bertanggung jawab
atas keilmuannya.
f. Seorang pemimpin harus bisa menyesuaikan dengan keadaan atau zaman. Seorang pemimpin harus
bisa beradaptasi, namun bukan berarti ia kalah dengan orang-orang modern, namun justru seorang
pemimpin pendidikan harus menang dengan orang-orang modern dengan gaya kemodernan tersendiri.
Seoarang pemimpin harus mampu menjadikan kemodernan tersebut sebagai perantara untuk
berdakwah. Contoh: menjadikan komputer sebagai alat untuk mencetak/mewujudkan santri-santri
yang mampu menjadi penulis, meningkatkan IT para santri, supaya nantinya Islam itu berkembang
dibidang perekonomian, dan juga tekhnologinya. Maka dari itu kita harus berkembang dengan
kemajuan zaman, namun ilmu agama kita tetap kokoh.13

2. Regulasi kepemimpinan pendidikan dalam penerapannya


Pada kenyataannya, dalam kepemimpinan khususnya dunia pendidikan terdapat beberapa
kendala dan ujian.14 Karena ketika kita ingin berbuat baik, pasti ada saja halangannya, karena hal itu
sudah disebutkan oleh Rasulullah, "apabila engkau seorang yang alim (pintar), atau pelajar, atau
mendengarkan saja, atau membantu do'a, dan jangan sampai menjadi yang kelima, yaitu perusak."
karena pasti ada pihak/orang-orang yang ingin mengganggu, sehingga kita harus menghadapi
perbedaan, dan memahami itu sangatlah penting. Karena disekitar kita masih banyak orang yang
fanatik/kolot, contoh: ketika adanya perbedaan antara salaf dan khalaf kurikulum di ma'had/pondok
pesantren ataupun sekolah, ada sebagian masyarakat yang tidak mau sekolah umum dan sekolah
formal, yang alasannya katanya yaitu karena dulu nenek moyang saya tidak sekolah umum, alasan
lainnya yaitu menurut mereka ketika di sekolah umum belajar matematika dan fisika itu artinya tidak
percaya kepada Allah, hal itu terjadi karena pemikiran mereka terlalu pendek dan sempit. Cara kita
menghadapi mereka yaitu kita tidak boleh bersikap keras kepada mereka, karena jika kita keras
kepada mereka, lalu apa bedanya antara kita dan mereka. Maka bisa dikatakan mereka fanatik pada
ajaran mereka, dan kita juga fanatik kepada mereka yang fanatik. Kalau kita ingin menjadi orang
yang baik, maka kita harus moderat dalam segala hal dan bidang, kita harus bisa mengkondisikan dan
dapat memaklumi mereka. Perbedaan itu wajar asalkan kita jangan buntu, kita harus terus maju,
biarkan saja mereka mencela dan mengganggu kita, karena hal itu tidak seberapa dengan perjuangan
nabi Muhammad SAW pada zaman dulu.15
Sebagian orang memang tidak paham antara salaf dan khalaf, yang dinamakan khalaf yaitu
meninggalkan ajaran-ajaran salaf, contoh: ketika salaf menggunakan kitab-kitab tertentu (Safinatun
Najah, Sullam Taufiq,dll), maka khalaf tidak menggunakan kitab tersebut dan menggunakan buku-
buku yang lain. Maka sebaiknya kita menjadi salaf yang menyesuaikan dengan keadaan yang ada
13
Hasil wawancara dengan K.H. Hamid Hasan Djauhary yang merupakan seorang tokoh agama Islam, Penasihat Organisasi
Pemuda Muslim Moderat, sekaligus merupakan keluarga besar pengasuh Pondok Pesantren Tengghinah, kecamatan Proppo,
kabupaten Pamekasan.
14
Ibid
15
Hasil wawancara dengan K.H. Hamid Hasan Djauhary yang merupakan seorang tokoh agama Islam, Penasihat Organisasi
Pemuda Muslim Moderat, sekaligus merupakan keluarga besar pengasuh Pondok Pesantren Tengghinah, kecamatan Proppo,
kabupaten Pamekasan.
sekarang. Di pesantren tetap belajar menggunakan kitab-kitab Ulama' salaf, namun juga tetap belajar
keilmuan yang lainnya. Maka seorang pemimpin pendidikan harus memberikan ruang, dan sarana
kepada santrinya dengan ilmu-ilmu lainnya tersebut, sebagai bentuk ikhtiar untuk membantu
santrinya ketika akan menghadapi keadaan nantinya, karena tidak semua santri yang masuk ke
pondok pesantren itu ketika keluar akan menjadi kyai, namun mereka ada yang menjadi pekerja,
penulis, petani, dan lainnya. Pondok pesantren saat ini harus menyesuaikan dengan keadaan zaman,
karena banyak santri dan wali santri yang berpikir bahwa anak-anak mereka harus memiliki
pengetahuan yang luas supaya mudah ketika mencari pekerjaan dan rizki Allah.16
3. Gaya kepemimpinan orientasi tugas dan hubungan
Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas (atau berfokus pada tugas) adalah
pendekatan perilaku di mana pemimpin berfokus pada tugas-tugas yang perlu dilakukan untuk
memenuhi tujuan tertentu, atau untuk mencapai standar kinerja tertentu. Sedangkan gaya
kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan (atau berfokus pada hubungan) adalah pendekatan
perilaku di mana pemimpin berfokus pada kepuasan, motivasi, dan kesejahteraan umum anggota tim.
Kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan berorientasi hubungan adalah dua model yang sering
dibandingkan, karena mereka diketahui menghasilkan hasil yang berbeda-beda dalam keadaan yang
berbeda.
Pemimpin yang berorientasi pada tugas fokus untuk mendapatkan tugas yang diperlukan, atau
serangkaian tugas, di tangan untuk mencapai tujuan. Para pemimpin ini biasanya kurang peduli
dengan gagasan melayani karyawan dan lebih peduli dengan menemukan solusi langkah demi
langkah yang diperlukan untuk memenuhi tujuan tertentu. Mereka akan sering secara aktif
menentukan pekerjaan dan peran yang diperlukan, meletakkan struktur pada tempatnya, dan
merencanakan, mengatur, dan memantau kemajuan dalam tim. 
Keuntungan dari kepemimpinan yang berorientasi pada tugas adalah memastikan bahwa
tenggat waktu terpenuhi dan pekerjaan diselesaikan, dan ini sangat berguna bagi anggota tim yang
tidak mengatur waktu mereka dengan baik. Selain itu, tipe pemimpin ini cenderung memberikan
contoh pemahaman yang kuat tentang bagaimana menyelesaikan pekerjaan, dengan fokus pada
prosedur tempat kerja yang diperlukan dan mendelegasikan pekerjaan yang sesuai untuk memastikan
bahwa semuanya dilakukan secara tepat waktu dan produktif. 
Namun, karena pemimpin yang berorientasi pada tugas cenderung tidak terlalu memikirkan
kesejahteraan timnya, pendekatan ini dapat mengalami banyak kekurangan dalam kepemimpinan
otokratis, termasuk menyebabkan masalah motivasi dan retensi. Model hubungan tugas didefinisikan
oleh Forsyth sebagai "model deskriptif kepemimpinan yang menyatakan bahwa sebagian besar

16
Ibid
perilaku kepemimpinan dapat diklasifikasikan sebagai pemeliharaan kinerja atau pemeliharaan
hubungan." 
Pemimpin yang berorientasi pada hubungan berfokus pada mendukung, memotivasi, dan
mengembangkan orang-orang di tim mereka dan hubungan di dalamnya. Gaya kepemimpinan ini
mendorong kerja tim dan kolaborasi yang baik, melalui membina hubungan yang positif dan
komunikasi yang baik. Pemimpin yang berorientasi pada hubungan memprioritaskan kesejahteraan
semua orang dalam kelompok, dan akan meluangkan waktu dan upaya dalam memenuhi kebutuhan
individu setiap orang yang terlibat. Ini mungkin melibatkan penawaran insentif seperti bonus,
menyediakan mediasi untuk menangani konflik di tempat kerja atau ruang kelas, melakukan interaksi
yang lebih santai dengan anggota tim untuk mempelajari kekuatan dan kelemahan mereka,
menciptakan lingkungan kerja yang tidak kompetitif dan transparan, atau hanya memimpin dengan
cara yang menarik atau cara mendorong.
Manfaat kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan adalah bahwa anggota tim berada
dalam lingkungan di mana pemimpin peduli dengan kesejahteraan mereka. Pemimpin yang
berorientasi pada hubungan memahami bahwa membangun produktivitas positif membutuhkan
lingkungan yang positif di mana individu merasa terdorong. Konflik pribadi, ketidakpuasan dengan
pekerjaan, kebencian, dan bahkan kebosanan dapat sangat menurunkan produktivitas, jadi tipe
pemimpin ini mengutamakan orang untuk memastikan bahwa masalah seperti itu tetap
minimal. Selain itu, anggota tim mungkin lebih bersedia mengambil risiko, karena mereka tahu
bahwa pemimpin akan memberikan dukungan jika diperlukan. 
Kesimpulan campuran telah muncul dari studi yang mencoba untuk menentukan efek dari
kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan berorientasi hubungan: beberapa menunjukkan
bahwa kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan menghasilkan produktivitas yang lebih
besar, sementara beberapa menunjukkan bahwa pemimpin yang berorientasi pada tugas menciptakan
kelompok yang lebih besar. Namun, temuan umum adalah bahwa kepemimpinan yang berorientasi
pada hubungan akan menghasilkan kohesi yang lebih besar dalam kelompok, serta pembelajaran tim
yang lebih baik.  Hal ini juga didukung bahwa kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan
memiliki dampak individu yang lebih kuat, dan efek positif pada efikasi diri. 
Sebuah meta-analisis (Burkeetal., 2006) yang dilakukan pada tahun 2006 mengintegrasikan
spektrum yang luas dari studi teoritis dan empiris, dan melihat efek dari perilaku kepemimpinan
melalui berbagai dimensi, termasuk memecah spesifikasi berorientasi tugas dan berorientasi
hubungan. kepemimpinan ke dalam subkelompok seperti "struktur awal", "pertimbangan", dan
"pemberdayaan". Kumpulan analisis utamanya menyelidiki hubungan antara perilaku kepemimpinan
yang berorientasi pada tugas dan berorientasi hubungan pada hasil berikut: efektivitas tim yang
dirasakan, produktivitas tim, dan pembelajaran / pertumbuhan tim. Hasil menyimpulkan bahwa
kepemimpinan berorientasi tugas dan kepemimpinan berorientasi hubungan menghasilkan persepsi
efektivitas tim yang relatif serupa, namun produktivitas tim aktual lebih tinggi untuk tim yang
dipimpin berorientasi hubungan daripada tim berorientasi tugas (diukur peningkatan masing-masing
8% dan 4%). Juga telah berteori bahwa kelompok yang menganggap pemimpin mereka lebih
berorientasi pada tugas mencapai tingkat pencapaian tugas yang lebih tinggi. 

C. Kebertahanan Pendidikan di Era Pandemi dan Milenial


1. Bentuk Upaya Mempertahankan Pendidikan
Perdidikan sangatlah penting untuk dipertahankan terutama di era pandemi dan milenial seperti saat
ini, berikut ini merupakan upaya-upaya yang perlu diperhatikan dan dilakukan untuk
mempertahankan pendidikan di era pandemi dan milenial, antara lain:

a. Tanggungjawab, rasa tanggungjawab akan muncul apabila guru dan peserta didik paham akan
tugasnya, guru mengajar dan peserta didik mengikutinya. Dengan demikian mereka mampu
menyelasaikan tugas masing-masing dengan mandiri. Tanggungjawab ini bukan hanya sebatas
penyelesaian tugas sekolah, peserta didik juga dituntut bertanggungjawab atas posisinya di rumah.
Misalnya bagaimana peran dan tanggungjawab  sebagai kakak yang mana menjaga adiknya, peran
adik yang menuruti kakanya, peran bapak dan ibu yang mendidik anak-anaknya. Tidak selesai
sampai di situ saja, tanggungjawab dalam lingkungan sekitar juga sangat penting. Bagaimana
bertanggungjawab sabagai anggota masyarakat.
b. Selanjutnya adalah peduli sosial, dalam keteladanan guru sebagai pendidik, guru harus benar-
benar melakuakan real action  bukan hanya penugasan yang bersifat monoton. Sebelum guru
memberi tugas guru dapat mengirim video pentingnya bersosialisai terhadap lingkungan.
Misalnya mengikuti kerja bakti, membantu teman atau tetangga yang sedang kesusahan, menyuci
piring, dan lainnya.
c. Bekerjasama dengan orang tua, tentu antara guru dan orang tua harus menjadi model good
character dalam pembentukan karakter anak. Karena rumah menjadi sekolahnya, maka disini
orang tua menjadi tokoh utamanya. Namun, banyak para orang tua mengeluh karena tidak
sanggup berperan sebagai pendidik seperti halnya seorang guru. Padahal, momen belajar di rumah
ini dapat menjadi waktu yang baik untuk menjaga komunikasi antara orang tua dan anaknya, di
sinilah orang tua menunjukkan perannya sebagai pendidik yang handal. Bukankah pendidikan
anak yang pertama dan utama itu ada di dalam lingkungan keluarga? 
d. Guru dan orang tua harus memiliki tujuan yang sama agar pendidikan yang diharapkan dapat
tercapai. Guru memberi pengajaran dan orang tua memahamkannya, ibaratnya seorang guru
memberi buah mangga dan orang tua mengupaskannya. Tentu anak akan lebih semangat
memakannya. Bukan hanya itu, pemantauan orang tua kepada anak dalam menggunakan
teknologi juga sangat penting. Misalnya bagaimana mengatur waktu dalam
penggunakan handphone ketika belajar dan bermain agar anak tidak salah fokus terhadap
fungsi handphoneuntuk kegiatan belajar.
e. Pembelajaran daring di masa pandemi ini memang tidak mudah, perlu adanya kerja sama yang
baik dari berbagai subjek pendidikan. Pendidikan yang baik adalah proses yang bukan sebatas
memberi dan menerima pembelajaran, namun di balik itu ada sikap positif yang mampu tumbuh,
yaitu karakter yang baik dan santun. Pembelajaran daring akan dirasa tidak menyulitkan apabila
direspon dan dihadapi dengat sikap yang tepat, sehingga dapat menjadi metode pembelajaran
yang bagus.
f. Para pendidik harus memodifikasi rencana pembelajaran sedemikian rupa agar metode yang
digunakan tepat dan dipahami oleh peserta didik. Tantangan tersebut bukan hanya terletak pada
bagaimana metode untuk transfer ilmu pengetahuan, tetapi bagaimana pembelajaran daring tetap
fokus pada pendidikan karakter. Hal ini dikarenakan bahwa pendidikan bukan hanya transfer of
knowledge tetapi juga transfer ofvalue yang mana peran guru sangat dibutuhkan dan tidak dapat
digantikan dengan teknologi secanggih apapun. Tentu tidak mudah bagi seorang pendidik untuk
memantau bagaimana perkembangan karakter peserta didik dalam situasi yang tidak bisa
17
memantau secara langsung.

Cara beradaptasi dengan murid/santri milenial supaya mereka menjadi murid yang baik
dan Berprestasi, baik itu di bidang keagamaan maupun umum, yaitu dengan cara mengikuti
kemauan mereka, dengan tidak meninggalkan akhlak-akhlak dan ajaran-ajaran Rasulullah SAW.
Seorang pemimpin harus berintelektual, dan bisa masuk ke semua keadaan dengab membawa
semua syari'at Rasulullah SAW.
2. Alasan Mempertahankan Pendidikan
Era milenial yang juga sering disebut dengan Revolusi Industri 4.0 merupakan salah satu
pelaksanaan proyeksi teknologi modern Jerman 2020 yang diimplementasikan melalui peningkatan
teknologi manufaktur, penciptaan kerangka kebijakan srategis, dan lain sebagainya. Ditandai dengan
kehadiran robot, artificialintelligence, machinelearning, biotechnology, blockchain, internet ofthings
(IoT), serta driverlessvehicle. Alasan mempertahankan pendidikan di era milenial ini yaitu karena
bidang pendidikan sangat berkaitan dengan Revolusi Industri 4.0 yang dapat dimanfaatkan untuk

17
Hasil wawancara dengan K.H. Hamid Hasan Djauhary yang merupakan seorang tokoh agama Islam, Penasihat Organisasi
Pemuda Muslim Moderat, sekaligus merupakan keluarga besar pengasuh Pondok Pesantren Tengghinah, kecamatan Proppo,
kabupaten Pamekasan.
mendukung pola belajar dan pola berpikir serta mengembangkan inovasi kreatif dan inovatif dari
peserta didik, guna mencetak generasi penerus bangsa yang unggul dan mampu bersaing.18
Apalagi di era pandemi ini, kegiatan-kegiatan dalam sistem pendidikan banyak melakukan
kegiatan pendidikan melalui kecanggihan tekhnologi yang sudah ada, hal ini dilakukan untuk
memajukan pendidikan di Indonesia, mencerdaskan anak bangsa, dan supaya tujuan pendidikan
nasional tetap tercapai.
3. Faktor Penghambat dalam Mempertahankan Pendidikan di era pandemi dan milenial
a. Belum semua peserta didik memiliiki handphone pribadi
b. Peserta didik yang malas meskipun peserta didik tersebut memiliki handphone sendiri atau tidak
sesuai dengan aturan yang ditetapkan, misalnya guru memberikan tugas dari jam 08.30 tiba-tiba
peserta didik mengirimkan atau mengumpulkan tugas tersebut tidak tahu jam berapa kadang
sampai malam atau melewati batas waktu pengumpulan tugas yang diberikan.
c. Materi yang tidak tuntas saat pembelajaran daring dilakukan.
d. pandemi Covid-19 sangat berdampak pada dunia pendidikan. Pandemi ini mengakibatkan proses
pembelajaran menjadi sangat terganggu, proses pembelajaran yang biasanya dilaksanakan dengan
tatap muka langsung antara guru dan peserta didik di kelas selama pandemi pembelajaran berubah
menjadi pembelajaran daring. Keikutsertaan peserta didik dalam pembelajaran juga tidak
mencapai 100% dalam pembelajaran daring. Ada beberapa peserta didik yang bahkan tidak
mengikuti pembelajaran sama sekali dari awal hingga akhir, sehingga guru merasa bingung dalam
proses penilaian peserta didik tersebut.
e. Pembelajaran daring membawa dampak kepada peserta didik, dampak yang dialami oleh peserta
didik yaitu mereka merasa sangat jenuh dan bosan akan pembelajaran. Semangat dan antusias
yang ditunjukkan oleh peserta didik semakin harinya semakin menurun.

KESIMPULAN

Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas (atau berfokus pada tugas) adalah pendekatan
perilaku di mana pemimpin berfokus pada tugas-tugas yang perlu dilakukan untuk memenuhi tujuan tertentu,
atau untuk mencapai standar kinerja tertentu. Sedangkan gaya kepemimpinan yang berorientasi
pada hubungan (atau berfokus pada hubungan) adalah pendekatan perilaku di mana pemimpin berfokus pada
kepuasan, motivasi, dan kesejahteraan umum anggota tim. Kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan
berorientasi hubungan adalah dua model yang sering dibandingkan, karena mereka diketahui menghasilkan
hasil yang berbeda-beda dalam keadaan yang berbeda. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas
(atau berfokus pada tugas) adalah pendekatan perilaku di mana pemimpin berfokus pada tugas-tugas yang
18
Shintya Gugah Asih Theffidy, Artikel Pendidikan Era Revolusi Industri 4.0 di Tengah Covid-19,( Lampung, 2020.)
perlu dilakukan untuk memenuhi tujuan tertentu, atau untuk mencapai standar kinerja tertentu. Sedangkan
gaya kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan (atau berfokus pada hubungan) adalah pendekatan
perilaku di mana pemimpin berfokus pada kepuasan, motivasi, dan kesejahteraan umum anggota tim.

Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan kecemerlangan akademik


melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan
pembelajaran adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism). Filosofi ini mewajibkan kurikulum memiliki
nama Mata pelajaran yang sama dengan nama disiplin ilmu, selalu bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan intelektual dan kecemerlangan akademik. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini
dan masa depan yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan
berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan
bangsa yang lebih baik (experimentalism and social reconstructivism).

Menurut saya, Informan yakni K.H. Hamid Hasan Djauhary merupakan tipe pemimpin yang bersifat
terbuka terhadap kepemimpinannya, dan santri-santrinya, beliau tidak mengekang, dan menyesuaikan dengan
zaman serta kebutuhan santri-santrinya. Menurut beliau, cara beradaptasi dengan murid/santri milenial
supaya mereka menjadi murid yang baik dan Berprestasi, baik itu di bidang keagamaan maupun umum, yaitu
dengan cara mengikuti kemauan mereka, dengan tidak meninggalkan akhlak-akhlak dan ajaran-ajaran
Rasulullah SAW. Seorang pemimpin harus berintelektual, dan bisa masuk ke semua keadaan dengan
membawa semua syari'at Rasulullah SAW.

DAFTAR PUSTAKA

UUD 1945 Pasal 31 ayat 1 dan 2


Peraturan Pemerintah (PP) Pasal I Nomor. 19 Tahun 2005.
Permendikbud RI Nomor 70 tahun 2013, kerangka dasar dan struktur kurikulum sekolah menengah
kejuruan/madrasah aliyah kejuruan.
Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007.
Veithzal Rivai, Sylviana Murni, Education Management, Analisis Teori dan Praktik, Jakarta: Rajawali Press,
2009.
Djumransjah, HM. Abdul Malik Karim Amrullah, Pendidikan Islam, Malang: UIN-Malang Press, 2007.
Wawancara dengan K.H. Hamid Hasan Djauhary yang merupakan seorang tokoh agama Islam, Penasihat
Organisasi Pemuda Muslim Moderat, sekaligus merupakan keluarga besar pengasuh Pondok
Pesantren Tengghinah, kecamatan Proppo, kabupaten Pamekasan.
Gugah Asih Theffidy, Shintya. Artikel Pendidikan Era Revolusi Industri 4.0 di Tengah Covid-19, Lampung,
2020.

LAMPIRAN

Informan: K.H. Hamid Hasan Djauhary yang merupakan seorang tokoh agama Islam, Penasihat Organisasi
Pemuda Muslim Moderat, sekaligus merupakan keluarga besar pengasuh Pondok Pesantren
Tengghinah, kecamatan Proppo, kabupaten Pamekasan.
19

19
Gambar diatas merupakan gambar dari informan yang saya pilih, yakni K.H. Hamid Hasan Djauhary ketika mengisi kajian
rutin di organisasi Pemuda Muslim Moderat, sebagai tambahan informasi bahwasannya saya (Nur Afni Maulina) merupakan
bendahara umum organisasi Pemuda Muslim Moderat.

Anda mungkin juga menyukai