Anda di halaman 1dari 5

Isi Buku ‘Five Minds For The Future’

Saya kira sebagian besar dari kita sudah cukup familiar dengan penulis satu ini.
Ya, Howard Gardner adalah seorang pakar psikologi yang terkenal dengan teori
Kecerdasan Majemuknya (Multiple Intelligences). Ia juga seorang periset yang
ternama dalam bidang psikologi dan pendidikan. Sudah banyak buku yang
ditulisnya, dan pikiran-pikirannya sering dijadikan referensi akademis.

Nah, dalam bukunya yang bertajuk Five Minds For The Future ini, ia mengulas
tentang 5 jenis pikiran yang penting dan mesti kita perhatikan di masa depan.
Menurutnya kelima jenis pikiran ini mesti dikuasai dengan baik oleh orang-orang,
khususnya para pendidik, pemimpin, dan profesional yang ingin sukses di masa
depan.

Buku yang yang terdiri dari 7 bab ini, ditulis dengan gaya bahasa yang menarik
oleh seorang yang memang ahli di bidangnya, khas tulisan seorang profesor
psikologi yang mengulas suatu gagasan secara komprehensif, cerdas dan
akademis, akan mengilhami para pembaca untuk melaksanakan proses belajar
sepanjang-hayat.

Adapun kelima pikiran yang diulas tersebut adalah:

1. Pikiran Terdisplin (Disciplined Mind) – Suatu perilaku kognisi yang mencirikan


penguasaan disiplin ilmu utama (termasuk sains, matematika, dan sejarah) dan
setidaknya satu keterampilan profesional.

Inti dari jenis pikiran yang pertama ini adalah bahwa untuk benar-benar menjadi
individu yang profesional, kita mestinya menguasai secara tuntas, komprehensif,
mendalam dan terdisiplin satu bidang pengetahuan/ketrampilan tertentu.
2. Pikiran Menyintesis (Synthesizing Mind) – Kesanggupan untuk memadukan ide-
ide dari berbagai disiplin atau bidang yang berbeda menjadi satu kesatuan yang
utuh dan untuk mengomunikasikan perpaduan itu kepada orang lain.

Intinya adalah, di tengah dunia yang dipenuhi dengan banjir informasi yang kian
deras mengalir melalui beragam media : televisi, media cetak, dan dunia online,
apalagi bongkahan informasi tersebut acap kali dipenuhi dengan informasi
sampah (junk information), kita tidak boleh menjadi orang yang hanya take it for
granted. Semuanya harus diolah secara baik. Kita perlu memilih secara cerdas
informasi krusial dari kelimpahan yang tersedia itu baik bagi diri sendiri maupun
orang lain.

3. Pikiran Mencipta (Creating Mind) – Kesanggupan untuk menyingkapkan dan


memperjelas masalah, pertanyaan, dan fenomena baru.

Dalam jenis pikiran ini, kita harus senantiasa terbuka dengan ide-ide baru,
memunculkan beragam pertanyaan dan bahkan jawaban-jawaban yang kreatif.
Dengan cara berpikir kreatif ini pula seseorang dimungkinkan untuk memasuki
wilayah-wilayah baru yang menjanjikan harapan dan peluang untuk digapai dan
dimanfaatkan.

Intinya, jenis pikiran ini akan membuat kita mampu berpikir lebih jauh di atas
pikiran biasa atau konvensional (to think out of the box), sehingga kemajuan dan
hidup yang bermakna menjadi milik kita.

4. Pikiran Merespek (Respectful Mind) – Kesadaran dan penghargaan terhadap


perbedaan di antara umat manusia.
Perbedaan atau keragaman adalah suatu fakta di dunia, pun dalam hal pikiran
atau ideologi. Itu lumrah. Dan mereka yang mampu menghargai semua itu akan
sukses dalam pergaulan kehidupan.

Para kaum “radikal” dan teroris yang cenderung memaksakan kepentingan jelas
tidak mendapat tempat dalam jenis pikiran ini.

Esensinya adalah, perbedaan itu tidak membuat kita saling curiga, memusuhi,
apalagi sampai berbuat anarki. Tapi perbedaan justru harus dihargai/dihormati,
bahkan dirayakan. Itulah inti dari toleransi.

5. Pikiran Etis (Ethical Mind) – Pemenuhan tanggung jawab seseorang sebagai


pekerja dan warga yang baik.

Dalam pikiran etis ini – sekalipun tidak semua standar etika bisa berlaku secara
universal di semua budaya dan era – seseorang dituntut agar bekerja dan
bertindak sesuai standar etika yang berlaku di suatu tempat dimana ia berada
dan bekerja.

Kelebihan ‘Buku Five Minds For The Future’

Setelah membaca buku ini, saya mencatat beberapa poin penting yang saya
anggap sebagai kelebihan buku ini.

Kajian yang komprehensif – buku ini ditulis dengan begitu serius, dengan
gagasan-gagasan besar, dan retorikanya yang tajam, sehingga ketika
membacanya kita akan mendapatkan wawasan yang luas serta mendalam. Wajar
memang, sebab buku ini diterbitkan setelah melalui bertahun-tahun riset
intensif bersama tim yang solid (sebagaimana terungkap di awal buku).
Ditulis secara runut – pada bab 1, Howard Gardner dengan begitu meyakinkannya
menjelaskan kepada pembaca tentang latar belakang buku ini, dan bagaimana ia
mendalami pikiran manusia sebagai seorang pakar psikologi. Sebelum masuk lebih
dalam pada lima pokok pikiran yang penting tersebut, ia membuat pendahuluan
tentang pikiran yang dipandang secara global, dan mengulas 5 pokok pikiran itu
secara ringkas. Begitu juga di bab akhir (7), kesimpulan yang dibuat penulis cukup
membantu pembaca dalam mengingat ulang dan memahami bab-bab sebelumnya.

Penyajian contoh dan ilustrasi yang sesuai – begitu juga dengan contoh dan
ilustrasi kelima pikiran di atas, penulis memberikan contoh kasusnya baik melalui
pengalaman pribadi penulis maupun berdasarkan hasil riset.

Berdasarkan beberapa ulasan di atas, menurut saya, buku ini pantas dibaca oleh
para orang tua, para guru, para pemimpin, para profesional, dan siapapun yang
ingin sukses dalam hidup, baik secara personal maupun interpersonal dewasa ini
dan di masa depan.

Kekurangan ‘Buku Five Minds For The Future’

Secara umum buku ini sudah bagus dengan gagasan-gagasannya yang cerdas dan
riset yang intensif, hanya saja untuk terjemahannya ada beberapa kata yang
diketik secara typo.

Selain itu, seandainya bahasanya (alih bahasanya) bisa lebih disederhanakan lagi,
mungkin bisa lebih cepat memahaminya. Saya perlu bolak balik membacanya
sebelum melanjutkan ke bahasan berikutnya.

Kemudian, menurut saya, gagasan terkait 5 jenis pikiran tersebut, sekalipun


memang penting, tapi entahlah saya merasa tuntutannya terlalu berat untuk
dicapai. Tapi yah … kalau ingin maju tidak ada waktu untuk berleha-leha atau
banyak alasan sih.😇😄
Kesimpulan

Perubahan demi perubahan yang begitu cepat di era globalisasi, dimana arus
informasi kian deras melanda, sains yang mendominasi, teknologi yang terus
berkembang, dan benturan berbagai kultur, hal-hal tersebut membuat 5 jenis
pikiran yang dikemukakan oleh Gardner ini semakin penting dan krusial.

Secara urutan, ia menyarankan agar urutannya diawali dengan pikiran respek,


selanjutnya terdisplin, diikuti oleh pikiran sintesis, dan terakhir penekanan pada
etika.

Bagaimana dengan pikiran mencipta atau kreativitas? Menurutnya, pikiran kreatif


itu berkaitan erat dengan pikiran disipliner. Tanpa disiplin yang relevan,
kreativitas sejati mustahil dihasilkan. Tanpa kreativitas, disiplin hanya bisa
digunakan untuk mempersiapkan status quo.

Jadi, kelima pikiran tersebut sangat penting di masa depan, dan menurut
Gardner, pendidikan adalah kunci utama untuk mengembangkan lima pikiran
tersebut. Sementara orang tua, teman sebaya dan media juga memainkan peran
penting dalam mempengaruhi dan mengembangkannya.

Karena itu, lima pikiran tersebut tidak boleh dianggap remeh. Hanya mereka yang
mampu dengan baik dan cerdas mengembangkan pola atau jenis pikiran-pikiran
tersebutlah yang akan bertahan dan sukses menghadapi berbagai tantangan di
masa depan yang kian kompleks dan menyeluruh di berbagai bidang.

Anda mungkin juga menyukai