Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH ILMU KESEHATAN MASYARAKAT (IKM)

“Angka Kematian Ibu dan Tindakan Preventif Mengurangi Angka


Kematian Ibu di Provinsi Sulawesi Tenggara”

OLEH :

KELOMPOK 1

1. Fatimah Yuningsih (K1A1 16 052

2. Adji Harjanto (K1A1 16 053)

3. Oza Jumatan Aso (K1A1 19 023)

4. Rahman Taufik (K1A1 19 024)

5. Dzulfi Subkhan (K1A1 19 041)

6. Nur Faizah (K1A1 19 058)

7. Salwa Rafh Wahwa (K1A1 19 063)

8. Wa Ode Nur Dian Al Janna (K1A1 19 067)

9. Yustika Al Haddad (K1A1 19 070)

10. Agil Nur Aliantoro (K1A1 19 074)

11. Ahmad Siddiq (K1A1 19 075)


12. Novia Wulandari Jusman (K1A1 19 100)

13. Zakaria Shiddiq (K1A1 19 120)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT


atas segala hidayah dan rahmat-Nya berupa kesehatan, kekuatan
dan kesempatan sehingga proses pembuatan makalah ini dapat
terlaksana sesuai dengan harapan walaupun terkesan sangat
sederhana. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun salalu penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Tujuan penulisan ini adalah diajukan sebagai sebagai tugas


mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) pada prodi
kedokteran. Selain itu ucapan terima kasih kepada dosen yaitu
D r . dr. Asriati, M. Kes yang telah banyak memberikan ilmu
pengetahuan. Permohonan maaf yang dalam tidak lupa terucap dari
penulis atas segala kekurangan dalam penulisan makalah ini dan
semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi diri penulis
dan pembaca.

ii
Kendari, 3 desember 2020

Penulis,

Kelompok 1

DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………………….…i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
1.1 Tinjauan Pustaka..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................2
1.4 Manfaat..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
2.1 Angka Kematian Ibu (AKI) ....................................................................3
2.2 Jumlah Kematian Ibu 5 Tahun Terakhir ................................................3
2.2.1Jumlah Kematian Ibu di Provinsi Sulawesi Tenggara………………
4

2.3 Faktor Risiko dan Penyebab Kematian Ibu ..........................................5


2.4 Tindakan Preventif yang dapat dilakukan .............................................8
BAB III PENUTUP......................................................................................10
3.1 Kesimpulan...........................................................................................10
3.2 Saran....................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………11

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tinjauan Pustaka


Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu target yang telah
ditentukan dalam tujuan ke-5 pembangunan Millenium Development
Goals (MDGs) untuk menurunkan Angka kematian ibu hingga tiga per
empat dalam kurun waktu 1990-2015. MDGs telah berakhir pada tahun
2015 dan World Health Organizazion (WHO) menetapkan agenda baru
untuk kelanjutan dari apa yang telah dibangun dalam MDGs dengan
menetapkan Sustainable Development Goals (SDGs), target yang
akan dicapai adalah mengurangi AKI secara global hingga dibawah
70/10.000 kelahiran hidup hingga kurun waktu 2030. Kematian ibu dan
kesakitan ibu hamil dan bersalin sudah lama menjadi masalah
kesehatan, khususnya di negara-negara berkembang. Sekitar 25-50%
kematian perempuan usia subur disebabkan oleh hal yang berkaitan
dengan kehamilan dan persalinan. Kematian ketika melahirkan
menjadi faktor utama kematian perempuan pada puncak
produktivitasnya.

Saat ini Indonesia mengalami kegagalan dalam pencapaian target


penurunan angka kematian ibu. Berdasarkan hasil Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 angka kematian ibu
melonjak sangat signifikan menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup.
Di Provinsi Sulawesi Tenggara Angka Kematian Ibu (AKI) tahun 2017
terdapat 149 kasus kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup dan
Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu 154 per 1000 kelahiran hidup
(Dinkes Provinsi Sultra, 2017). Upaya yang dilakukan pemerintah
Indonesia dalam penurunan AKI juga sudah cukup optimal dalam
mengembangkan berbagai program kesehatan, diantaranya
pengembangan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan,
program keterpaduan Keluarga Berencana (KB) dan Pos Pelayanan
Terpadu (Posyandu), Gerakan Sayang Ibu pada tahun 1996, Desa
Siaga pada tahun 2004, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Generasi Bidang Kesehatan pada tahun 2007, dan berbagai
program jaminan kesehatan salah satunya yaitu Jaminan Persalinan

1
(Jampersal) pada tahun 2011. Dari program–program yang dirintis oleh
pemerintah Indonesia tujuannya hanya satu yaitu menurunkan AKI dan
AKB di Indonesia. Akan tetapi pada kenyataannya, AKI, tidak sesuai
dengan target yang diharapkan. Permasalahan yang ada di
masyarakat membuat capaian menurunkan AKB dan meningkatkan
kesehatan ibu berjalan lambat (Uswatun Chasanah, 2015).

Menurunkan angka kematian ibu melahirkan merupakan tantangan


besar bagi kita semua. Oleh karena itu diperlukan Upaya Preventif
dalam Menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI). Tulisan ini akan
membahas tentang Masalah Angka Kematian Ibu dan Bagaimana
Upaya Preventif yang dapat dilakukan. Pembahasan akan difokuskan
pada kasus tingginya angka kematian ibu di Provinsi Sulawesi
Tenggara.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu “Bagaimana Faktor
Risiko dan Penyebab serta Upaya Preventif yang Dapat Dilakukan
untuk mengurangi Angka Kematian Ibu di Provinsi Sulawesi
Tenggara?”

1.3 Tujuan
Mengetahui Faktor Risiko dan Penyebab serta Upaya Preventif yang
Dapat Dilakukan untuk mengurangi Angka Kematian Ibu di Provinsi
Sulawesi Tenggara.

1.4 Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Menambah wawasan dan kajian mengenai Angka Kematian Ibu di


Provinsi Sulawesi Tenggara.

2. Manfaat Praktis

Dapat dijadikan sebagai masukan untuk pengembangan materi


yang telah diberikan baik dalam proses perkuliahan maupun praktik
lapangan agar mampu menerapkan upaya preventif yang dapat
dilakukan untuk mengurangi Angka Kematian Ibu di Provinsi
Sulawesi Tenggara.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Angka Kematian Ibu ( AKI )

Kemajuan suatu negara, pada hakikatnya tidak terlepas dari


kualitas kesehatan ibu dan anak, karena pada dasarnya dari
merekalah terlahir generasi penerus bangsa. Ibu dan anak merupakan
anggota keluarga yang perlu mendapat prioritas dalam pelayanan
kesehatan, akan tetapi, dalam berbagai faktor kondisi dapat
mencetuskan kematian khususnya kematian pada ibu hamil. Di bidang
kesehatan, Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator
untuk melihat derajat kesehatan perempuan dan menjadi salah satu
komponen indeks pembangunan maupun indeks kualitas hidup
(Sumarmi, 2017). Kematian ibu adalah kematian selama kehamilan
atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan akibat
semua sebab yang terkait dan atau diperberat oleh kehamilan atau
penanagannya, tetapi bukan disebabkan kecelakaan/cedera.

2.2 Jumlah Kematian Ibu 5 Tahun Terakhir

Data Word Health Organization (WHO) menunjukan, 99%


kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran. Angka
kematian yang tinggi umumnya disebabkan masih kurangnya
pengetahuan tentang sebab dan penanggulangan komplikasi
kehamilan, persalinan dan nifas. Data WHO tahun 2008-2013,
penyebab kematian ibu berturut-turut adalah perdarahan (35%),
preeklamsi dan eklamsi (18%), penyebab tidak langsung (18%),
karakteristik ibu dan perilaku kesehatan ibu hamil (11%), aborsi dan
keguguran (9%), keracunan darah atau sebsis (8%), emboli (1%)
(WHO, 2013).

Angka kematian ibu (AKI)di Indonesia masih tertinggi di antara


Negara ASEAN dan tren penurunannya sangat lambat. Survey
Demografi dan Kesehatan Indonesia ( SDKI ) 2012 memberikan hasil
yang mengejutkan, angka kematian ibu ( AKI) meningkat 359 per 100
ribu kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding
hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 per 100 ribu, bahkan mundur ke
belakang – hampir sama dengan tahun 1991.3 Dalam hal ini,
meningkatnya AKI ini menjadi tantangan besar bagi bangsa
Indonesia. Penurunan kematian ibu di beberapa negara, yang

3
berhubungan dengan tingginya jumlah persalinan yang ditolong oleh
tenaga terampil(70- 90%), namun hal tersebut tampaknya tidak terjadi
di Indonesia, sebagai mana ditampilkan pada tabel 1, yang
menunjukkan ratarata persentase tenaga terampil yang mendampingi
persalinan cukup tinggi ( 83,1% ) , namun tidak diikuti oleh penurunan
angka kematian ibu (359 per 100.000 kelahiran) pada tahun 2012.

Angka Kematian Ibu di Indonesia Sumber: SDKI, MDGs

Kematian ibu di Indonesia, seperti halnya dengan negara lain


disebabkan karena perdarahan, infeksi dan eklamsi (Kemenkes RI,
2013). Tahun 1999-2009 preeklamsi menjadi penyebab utama
kematian ibu yaitu 52,9%, diikuti perdarahan 26,5% dan infeksi 14,7%
(Indrianto, 2009). Selain itu penyebab kematian ibu secara tidak
langsung antara lain ganguan kehamilan seperti kurang energi protein
(KEP), Kurang Energi Kronis (KEK) dan Anemia (Depkes RI, 2013).

2.2.1 Jumlah Kematian Ibu di Provinsi Sulawesi Tenggara

Penyebab utama kematian ibu di Sulawesi Tenggara yaitu


perdarahan (55,25%), eklamsi (28,42%), infeksi (11,29%) dan lain-lain
(5,06%) (Dinkes Prov. Sultra, 2013).Distribusi Jumlah Kematian Ibu di
Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2012 ditunjukkan pada tabel berikut

Jumlah Kematian Ibu Maternal

4
Kematian
NO Kab/Kota Kematian Kematian
Ibu
Ibu Hamil Bersalin Ibu Nifas Jumlah

1 Buton 3 6 3 12

2 Muna 6 3 2 11

3 Konawe 0 3 3 6
4 Kolaka 4 9 2 15

5 Konawe
Selatan 0 8 1 9
6 Bombana 2 1 2 5

7 Wakatobi 0 2 0 2

8 Kolaka Utara 0 6 0 6

9 Buton Utara 0 0 2 2

10 Konawe Utara 1 1 1 3

11 Kota Kendari 1 1 1 3

12 Kota Bau-bau 3 4 3 10
Jumlah 20 44 20 84

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota tahun 2012

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa pada tahun


2012 jumlah kematian ibu tertinggi di Kabupaten Kolaka sebanyak 15
kasus dan Kabupaten Buton 12 kasus sedangkan yang terendah
terdapat di Kabupaten Wakatobi dan Buton Utara masing-masing
sebanyak 2 kasus, kemudian disusul Kabupaten Konawe Utara dan
Kota Kendari sebanyak 3 kasus.

2.3 Faktor Risiko dan Penyebab Kematian Ibu

Kematian memang tidak ada seorangpun yang mengetahui.


Akan tetapi, berbagai faktor risiko dapat menjadi prediksi kematian
tersebut. Menurut Ketua Komite Ilmiah International Conference on
Indonesia Family Planning and Reproductive Health (ICIFPRH),

5
Meiwita Budhiharsana dalam jurnal “Angka Kematian Ibu : Faktor
Penyebab dan Upaya Penanganannya”, Sali Susiana, hingga tahun
2019 AKI Indonesia masih tetap tinggi, yaitu 305 per 100.000
kelahiran hidup. Padahal, target AKI Indonesia pada tahun 2015
adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup. Kepala Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto
Wardoyo, dalam acara Nairobi Summit dalam rangka ICPD 25
(International Conference on Population and Development ke25) yang
diselenggarakan pada tanggal 12-14 November 2019 menyatakan
bahwa tingginya AKI merupakan salah satu tantangan yang harus
dihadapi Indonesia sehingga menjadi salah satu komitmen prioritas
nasional, yaitu mengakhiri kematian ibu saat hamil dan melahirkan.

Penelitian faktor risiko yang dilakukan di Gowa Sulawesi


Selatan dengan menggunakan desain studi kasus kontrol dengan
melihat pengaruh status kesehatan yang terdiri dari status gizi,
anemia, riwayat penyakit dan komplikasi kehamilan menyatakan
bahwa ibu dengan status kesehatan risiko tinggi mempunyai risiko
sebesar 10 kali lebih besar mengalami kematian dibandingkan
dengan ibu yang memiliki status kesehatan risiko rendah 5 .
Keragaman penyebab kematian ibu serta perbedaan karakteristik
masing-masing wilayah menyebabkan perlu dibuat kebijakan dan
perencanaan penurunan AKI sesuai karekteristik daerah agar
program dapat efektif dan efisien dalam upaya penurunan AKI.

Dikutip dalam jurnal “Angka Kematian Ibu : Faktor Penyebab


dan Upaya Penanganannya”, Sali Susiana, bahwa masalah yang
berkaitan dengan kehamilan dan persalinan, termasuk AKI tidak dapat
dilepaskan dari berbagai faktor yang mempengaruhinya, antara lain
status kesehatan ibu dan kesiapan untuk hamil, pemeriksaan
antenatal (masa kehamilan), pertolongan persalinan dan perawatan
segera setelah persalinan, serta faktor sosial budaya (E. Kristi
Poerwandari dan Yenina Akmal, 2000: 436). Dalam konteks
Indonesia, terbatasnya akses perempuan terhadap fasilitas pelayanan
kesehatan reproduksi yang berkualitas, terutama bagi perempuan
miskin di Daerah Tertinggal, Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan
(DTPK) merupakan salah satu tantangan yang dihadapi dalam
pencapaian MDG 5 Target 5A (Bappenas, 2010: 90).

Penyediaan fasilitas PONEK, PONED, posyandu, dan unit


transfusi darah belum merata dan belum seluruhnya terjangkau oleh

6
seluruh penduduk. Sistem rujukan dari rumah ke Puskesmas dan ke
rumah sakit juga belum berjalan dengan optimal. Faktor lain yang
mempengaruhi tingginya AKI adalah akses jalan yang buruk ke
tempat pelayanan kesehatan. Bappenas (2010: 90) menambahkan
faktor lain, yaitu faktor budaya di daerah tertentu. Secara nasional,
menurut Detty S. Nurdiati, pakar Ilmu Kebidanan dan Penyakit
Kandungan, penyebab AKI paling tinggi adalah pendarahan.
Sedangkan menurut McCharty J. Maine DA sebagaimana dikutip
Nurul Aeni (2013), kematian ibu merupakan peristiwa kompleks yang
disebabkan oleh berbagai penyebab yang dapat dibedakan atas
determinan dekat, determinan antara, dan determinan jauh
Determinan dekat yang berhubungan langsung dengan kematian ibu
merupakan gangguan obstetrik seperti pendarahan,
preeklamsi/eklamsi, dan infeksi atau penyakit yang diderita ibu
sebelum atau selama kehamilan yang dapat memperburuk kondisi
kehamilan seperti penyakit jantung, malaria, tuberkulosis, ginjal, dan
acquired immunodeficiency syndrome. Determinan dekat secara
langsung dipengaruhi oleh determinan antara yang berhubungan
dengan faktor kesehatan, seperti status kesehatan ibu, status
reproduksi, akses terhadap pelayanan kesehatan, dan perilaku
penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan. Determinan jauh
berhubungan dengan faktor demografi dan sosiokultural.

Kematian ibu di Provinsi Sulawesi Tenggara umumnya


disebabkan oleh hipertensi dalam kehamilan (HDK), perdarahan,
gangguan sistem peredaran darah, infeksi, gangguan metabolisme
dan penyebab lain-lain (retensio urine, asma bronkial, febris, post sc,
sesak nafas, dekompensasi cordis, plasenta previa, komplikasi tbc,
gondok, gondok beracun, TBC). Berbagai faktor menjadi penyebab
seperti ekonomi, pengaruh budaya, rendahnya kunjungan
pemeriksaan ke tenaga kesehatan selama hamil, keterlambatan
merujuk, terlambat sampai di fasilitas pelayanan kesehatan, atau
terlambat mendapat pertolongan yang dapat mengakibatkan kematian
(Dinkes Sultra, 2017).

Kesadaran masyarakat yang rendah tentang kesehatan ibu


hamil, pemberdayaan perempuan yang tidak baik, latar belakang
pendidikan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat dan
politik, serta kebijakan secara tidak langsung diduga ikut berperan
dalam meningkatkan kematian ibu. Berperannya determinan dekat
dan determinan jauh dalam AKI antara lain dapat dilihat dari hasil

7
penelitian Pertiwi (2012) yang menunjukkan bahwa persentase
persalinan dibantu oleh dukun, persentase rumah tangga berperilaku
hidup bersih sehat, dan persentase sarana kesehatan di tiap
kabupaten/kota di Jawa Timur berpengaruh secara signifikan
terhadap jumlah kematian ibu. Penelitian Aristia (2011) juga
menyatakan bahwa persentase rumah tangga berperilaku hidup
bersih sehat berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah kematian
ibu.

2.4 Tindakan Preventif Menurunkan Angka Kematian Ibu di Provinsi


Sulawesi Tenggara

Tindakan Preventif dalam Upaya Menanggulangi Kematian Ibu Hamil

Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan mencanangkan


Gerakan Sayang Ibu (GSI) sebagai upaya menumbuhkan kesadaran
bahwa kehamilan dan kelahiran dapat memunculkan risiko dan tidak
hanya menjadi tanggung jawab ibu, tetapi juga juga keluarga, suami,
orang tua, dan masyarakat

Pada Lini Kebijakan Peningkatan Kualitas Pelayanan Klinis dan


Tata Kelola Klinis.

Mengkomunikasikan regulasi-regulasi Pemerintah berkenaan


dengan peningkatan pelayanan klinis kesehatan reproduksi dan tata
kelola klinis dinilai sangat perlu untuk diberikan pada semua lini baik
melalui surat, media dan penjelasan secara langsung melalui
pertemuan bulanan pada stakeholder seperti SKPD, Kecamatan,
Rumah Sakit, Puskesmas, Kepala Desa dan masyarakat agar terjadi
satu keserempakan dan keseragaman dalam pemahaman dan
pelaksanaannya sehingga tidak terjadi ketimpangan informasi antara
staff pemerintah atau pelaksana dengan masyarakat. Dalam upaya
peningkatan kualitas pelayanan klinis dan tata kelola klinis selain
mengkomunikasikan atau mensosialisasikan bebererapa regulasi,
juga melakukan edukasi dengan memfasilitasi beberapa buku-buku
panduan seperti panduan operasional dashboard, pedoman tenis
fasilitas perjanjian kerjasama antar fasilitas, pedoman teknis
monitoring pelayanan, panduan fasilitas audit maternal dan perinatal
(AMP), daftar tilik ketrampilan klinik, petunjuk praktis pendampingan
tata kelola klinik, alat pantau kinerja klinik di puskesmas atau rumah
sakit, juknisemergensi obstetri dan neonatal dan sebagainya.

8
Pada Lini Rujukan Kegawatdaruratan melahirkan

Resiko dari kondisi gawat darurat ibu melahirkan di Fasilitas


Kesehatan dapat diminimalisir apabila sudah terbangun sistem
komunikasi, kolaborasi dan pertukaran informasi dalam jejaring
rujukan. Dengan komunikasi yang baik maka perujuk akan
mendapatkan kepastian tempat rujukan, dan pihak rumah sakit akan
mempersiapkan, baik tenaga maupun peralatan untuk menerima
rujukan, sehingga pasien yang dirujuk akan mendapatkan stabilisasi
yang sesuai dengan panduan dokter di rumah sakit. Semua itu dapat
dimungkinkan dengan dukungan pemanfaatan teknologi
telekomunikasi bergerak.

Pada Lini Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat

Kebijakan pemberdayaan masyarakat diwujudkan dengan


pemberdayaan beberapa organisassosi seperti PKK, Pesantren,
membentuk KP4, MKIA, KISS, Kelas Ibu Hamil, Kelompok Wali Bumil,
Kelompok Wali Resti, pengukuhan Forum Masyarakat Madani, dan
Maklumat Dukun Bayi, serta pemberdayaan Bidan Desa. Organisasi-
organisasi sosial, keagamaan dan kelompok-kelompok ibu hamil, dan
kelompok wali ini diharapkan dapat dijadikan sebagai ajang
komunikasi tentang kesehatan ibu dan anak pada sasaran yang tepat
(perempuan atau ibu hamil), sehingga para ketua organisasi atau
ketua kelompok diharapkan mampu menjalankan peran sebagai
komunikator, edukator dan motivator. Pendekatan komunikasi yang
dilakukan oleh mereka dilakukan dengan berbagai cara antara lain
ceramah atau penyuluhan di kelompoknya masing-masing, kemudian
melalui komunikasi antar persona dan juga homevisit. Dengan
memberdayakan perempuan dalam organisasi sosial tersebut sebagai
komunikator KIA diharapkan mereka bisa lebih mampu untuk
mengedukasi, memberi informasi dan memotivasi masyarakat
terutama para ibu hamil dan keluarganya karena mereka bisa
dianggap lebih kredibel, lebih familier karena ada kedekatan
emosional, lebih memahami kultur setempat, lebih memahami tingkat
sosial, ekonomi sasarannya, dan lebih mampu untuk berempati
sehingga akan lebih memungkinkan terjadinya homophily
communication. Meskipun komunikasi antara para pemimpin
pendapat (Ketua PKK, Ketua pesantren, Ketua kelas ibu hamil, Bidan
Desa, MKIA, KISS, Wali Resti dan Wali Bumil) dengan masyarakat,
atau ibu hamil dan keluarganya terjadi secara intens.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa angka
kematian ibu baik di seluruh dunia maupun di Indonesia masih sangat
tinggi. Hal ini disebabkan oleh berbagai macam faktor salah satunya
masih sulitnya akses pelayanan kesehatan bagi ibu hamil. Terutama bagi
perempuan miskin di Daerah Tertinggal, Terpencil, Perbatasan dan
Kepulauan (DTPK) salah satunya di provinsi Sulawesi Tenggara yang.
Oleh karena itu, diperlukan adanya tindakan preventif untuk
menanggulangi permasalahan ini sehingga kedepannya dapat
ditanggulangi dan angka kematian ibu dapat diminimalisir.

3.2 Saran
Terkait dengan kesimpulan diatas, kami menyarankan dan
menghimbau kepada pemerintah, aparatur sipil negara, dan seluruh
elemen masyarakat khususnya di provinsi Sulawesi Tenggara untuk
bersama-sama melakukan upaya preventif guna menanggulangi masalah
kematian ibu hamil.

1
0
DAFTAR PUSTAKA

Aeni, Nurul. 2013. “Faktor Risiko Kematian Ibu”. Jurnal Kesehatan


Masyarakat Nasional Volume 7 (Hlm. 453-454). Pati: Kantor
Penelitian Dan Pengembangan Kabupaten Pati.

Chalid, Maisuri. 2017. “Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu: Peran


Petugas Kesehatan”. Health And Education Indonesia (Hlm. 2-6).
Makassar: Fakultas Kedoteran Universitas Hasanuddin.

Jayanti, Krisnita Dwi Dan Hari Basuki. 2016. “Faktor Yang Memengaruhi
Kematian Ibu (Studi Kasus Di Kota Surabaya)”. Jurnal Wiyata Vol. 3
(Hlm. 47). Surabaya: Universitas Airlangga.

Rahadian, Arief. (2017). “Kematian Ibu Dan Upaya-Upaya


Penanggulangannya”. Https://Pkbi.Or.Id/Kematian-Ibu-Dan-Upaya-
Upaya-Penanggulangannya, Diakses Pada 3 Desember 2020
Pukul 17.00.

Rokom. (2011). Strategi Operasional Turunkan Angka Kematian Ibu.


Http://Sehatnegeriku.Kemkes.Go.Id/Baca/Rilismedia/20110209/478
39/5-Strategi-Operasional-Turunkan-Angka-Kematian-Ibu/.,Diakses
Pada 3 Desember 2020 Pukul 19.30

1
1
Sofia, Sri Kusumo Hapsari, Dan Sumardiyono. 2016. “Pencegahan
Kematian Ibu Dan Anak Melalui Penekatan Strategi Komunikasi
Pada Program EMAS (Expanding Maternal And Neonatal
Survival)”. Jurnal Ilmu Komunikasi Volume 14 (Hlm. 179-188).
Sumarmi, Sri. 2017. “Model Sosio Ekologi Perilaku Kesehatan Dan
Pendekatan Continuum Of Care Untuk Menurunkan Angka
Kematian Ibu”. The Indonesia Journal Of Public Health Volume 12
(Hlm. 129-141). Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga.

1
2

Anda mungkin juga menyukai