MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik
Dosen Pengampu
Disusun oleh :
3C
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas kelompok dari mata kuliah “Keperawatan
Gerontik” mengenai ADL (Activity of Daily Living)
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
rekan-rekan yang telah membantu dalam menulis makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
BAB 2 PEMBAHASAN 5
BAB 4 PENUTUP 33
3.1 Kesimpulan 36
3.2 Saran 36
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke merupakan penyakit kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah ke bagian otak. Stroke disebabkan oleh trombosis, embolisme
serebral, iskemia, dan hemoragi serebral. Penderita stroke saat ini menjadi penghuni
terbanyak di bangsal atau ruangan hampir semua pelayanan rawat inap penderita
penyakit saraf.
Angka kejadian stroke di dunia diperkirakan 200 per 100.000 penduduk dalam
setahun. Bila ditinjau dari segi usia terjadi perubahan dimana stroke bukan hanya
menyerang usia tua tapi juga menyerang usia muda yang masih produktif. Mengingat
kecacatan yang ditimbulkan stroke permanen, maka sangatlah penting bagi usia muda
untuk mengetahui informasi mengenai penyakit stroke, sehingga mereka dapat
melaksanakan pola gaya hidup sehat agar terhindar dari penyakit stroke.
Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan
stroke dan 25% atau 125.000 meninggal dan sisanya mengalami cacat ringan atau berat.
Saat ini stroke menempati urutan ketiga sebagai penyakit mematikan setelah penyakit
jantung dan kanker, sedangkan di Indonesia stroke menempati urutan pertama sebagai
penyebab kematian di rumah sakit.
Berbagai fakta di atas menunjukkan bahwa stroke masih merupakan masalah
utama dibidang neurologi maupun kesehatan pada umumnya. Untuk mengatasi masalah
krusial ini diperlukan strategi penanggulangan stroke yang mencakup aspek preventif,
terapi rehabilitasi, dan promotif.
Keberadaan unit stroke di rumah sakit tak lagi sekedar pelengkap, tetapi sudah
menjadi keharusan, terlebih bila melihat angka penderita stroke yang terus meningkat
dari tahun ke tahun di Indonesia. Karena penanganan stroke yang cepat, tepat, dan akurat
akan meminimalkan kecacatan yang ditimbulkan. Untuk itulah penulis tertarik untuk
menulis laporan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan stroke
khususnya stroke dengan perdarahan atau stroke hemoragik.
Salah satu indikator dari suatu keberhasilan pembangunan nasional dilihat dari segi
kesehatan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Secara global
populasi lansia diprediksi terus mengalami peningkatan, populasi lansia di Dunia pada
tahun 2013 mencapai 13,4% dan akan meningkat pada tahun 2050 menjadi 25,3%.
Jumlah lansia di Amerika pada tahun 2000 adalah 18,4 juta orang berusia 65-74 tahun,
12,4 juta berusia 75-85 tahun, dan 4,2 juta berusia di atas 85 tahun. Diperkirakan pada
tahun 2030 populasi lansia akan mencapai 70 juta orang. Peningkatan ini disebabkan
bertambahnya usia harapan hidup (Potter dan Perry, 2010)
Sejak tahun 2004-2015 memperlihatkan adanya peningkatan usia harapan hidup di
Indonesia dari 68,6 tahun menjadi 70,8 tahun dan proyeksi tahun 2030- 2035 mencapai
72,2 tahun. Berdasarkan sumber dari World Population Prospects populasi lansia di
Indonesia pada tahun 2013 menurut mencapai 8,9% dan diperkirakan meningkat
menjadi 21,4% pada tahun 2050.Menurut Kemeskes RI 2015, populasi lansia di provinsi
Sumatera Utara pada tahun 2015 adalah 6,8%. Angka Beban Tanggungan menurut
provinsi, tertinggi ada di Nusa Tenggara Timur (66,74) dan Sumatera Utara merupakan
tertinggi ke 5 yaitu 56,37%.
Peningkatan jumlah penduduk lansia ini akan membawa berbagai dampak, terutama pada
lansia banyak mengalami kemunduran fisik maupun psikis. Kurang imobilitas fisik
merupakan masalah yang sering dijumpai pada pasien lanjut usia akibat berbagai masalah
fisik, psikologis, dan lingkungan yang dialami oleh lansia (Malida,2011). Hasil Riskesdas
2013, penyakit terbanyak pada lanjut usia adalah Penyakit Tidak Menular (PTM) antara
lain hipertensi, artritis, stroke, penyakit paru obstruktif kronik, dan diabetes miletus.
Hasil dari penelitian yang dilakukan Rina, Agus dan Anastasia (2016) di Posyandu
Lansia binaan Puskesmas Banguntapan III Bantul menyatakan bahwa jumlah lansia yang
mengalami ketergantungan sedang dan ringan masing masing sebanyak 11 orang (50%).
Untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan lanjut usia, maka harus dihilangkan
atau diminimalisir masalah-masalah yang kerap terjadi pada lanjut usia yaitu dengan
Pengkajian tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari- hari atau
ADL (Activity of Daily Living) penting untuk mengetahui tingkat ketergantungan lanjut
usia dalam rangka menetapkan level bantuan bagi lansiadan perencanaaan perawatan
kehidupan sehari-hari yang dilakukan manusia secara rutin dan universal (Ediwati,2013).
Berdasarkan penelitian Afifah (2016) di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih
Sicincin menyatakan bahwa gambaran tingkat kemandirian lansia dalam melakukan ADL
(Activity of Daily Living) memiliki selisih yang besar yaitu 45,5% berada pada tingkat
mandiri dan 54,5% berada pada tingkat tidak mandiri. Penelitian ini menunjukan jumlah
lansia yang tidak mandiri lebih besar dari pada lansia yang mandiri.
ADL (Activity of Daily Living) adalah aktivitas pokok bagi perawatan diri.
ADL(Activity of Daily Living) meliputi antara lain ke toilet, makan, berpakaian, berpindah
tempat dan mandi(Ediwati, 2013). Salah satu kriteria yang dapat dipakai untuk menilai
ADL (Activity of Daily Living) adalah Indeks Katz, penilaian didasarkan pada kemampuan
lansia untuk melakukan ke 6 hal yang dikriteriakan untuk memastikan status fungsional
Menurut Zulaekah dan Widowati pada tahun 2009, tingkat kemandirian penderita
geriatri yang diukur dengan indekskatz di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang hanya
17,91% yang memiliki kemandirian pada semua hal yang dinilai pada indeks katz.
Penelitian ini menggambarkan bahwa tingkat kemandirian lanjut usia pada semua aspek
B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah dari laporan Makalah ini antara lain :
a) Apa yang dimaksud dengan ADL (Activity of Daily Living)
b) Bagaimana Klasifikasi ADL (Activity of Daily Living)
c) Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi ADL (Activity of Daily Living)
d) Apa saja penilaian ADL (Activity of Daily Living)
e) Apa definisi dari Stroke Hemoragik.
f) a\bagaimana klasifikasi dari Stroke Hemoragik
g) Bagaimana etiologi dari Stroke Hemoragik.
h) Bagaimana Faktor Resiko dari Stroke Hemoragik
i) Bagaimana manifestasi klinik dariStroke Hemoragik.
j) Bagaimana patofisiologi dari Stroke Hemoragik
k) Apa saja pemeriksaan penunjang dari Stroke Hemoragik.
l) Apa saja penatalaksanaan dari Stroke Hemoragik
m)Apa saja komplikasi dari Stroke Hemoragik.
n) Bagaimana Pencegahan dari Stroke Hemoragik
o) Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Stroke
Hemoragik.
p) Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien lansia dengan Stroke Hemoragik
C. Tujuan
Adapun tujuan dari laporan Makalah ini antara lain :
a) Mampu mengetahui definisi ADL (Activity of Daily Living)
b) Mampu mengetahui Klasifikasi ADL (Activity of Daily Living)
c) Mampu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ADL (Activity of Daily
Living)
d) Mampu mengetahui penilaian ADL (Activity of Daily Living)
e) Mampu mengetahui definisi dari Stroke Hemoragik.
f) Mampu mengetahui klasifikasi dari Stroke Hemoragik
g) Mampu mengetahui etiologi dari Stroke Hemoragik.
h) Mampu mengetahui Faktor Resiko dari Stroke Hemoragik
i) Mampu mengetahui manifestasi klinik dariStroke Hemoragik.
j) Mampu mengetahui patofisiologi dari Stroke Hemoragik
k) Mampu mengetahui pemeriksaan penunjang dari Stroke Hemoragik.
l) Mampu mengetahui penatalaksanaan dari Stroke Hemoragik
m)Mampu mengetahui komplikasi dari Stroke Hemoragik.
n) Mampu mengetahui Pencegahan dari Stroke Hemoragik
o) Mampu mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Stroke
Hemoragik.
p) Mampu mengetahui asuhan keperawatan pada pasien lansia dengan Stroke
Hemoragik
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian ADL (Activity of Daily Living)
yang dilakukan oleh manusia secara rutin dan universal (Ediawati, 2013).Untuk
menilai ADL (Activity of Daily Living) digunakan berbagai skala seperti Katz
merupakan aktivitas yang lebih kompleks namun mendasar bagi situasi kehidupan
Noorkasiani, 2011).
ADL (Activity of Daily Living) dasar yaitu keterampilan dasar yang harus
dimiliki seseorang untuk merawat dirinya, meliputi berpakaian, makan dan minum,
toileting, mandi dan berhias. Ada juga yang memasukan kontinensi buang air
besar dan buang air kecil dalam katagori ADL (Activity of Daily Living) ini.
Living) dasar.
3. ADL (Activity of Daily Living) non vokasional yaitu ADL (Activity of Daily
2. Kesehatan Fisiologis
gerakan. Gangguan pada sistem ini misalnya karena penyakit, atau trauma
2007).
3. Fungsi Kognitif
Tingkat kognitif dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam
4. Fungsi Psikososial
sesuatu hal yang lalu dan menampilkan informasi pada suatu cara yang
5. Tingkat Stress
(stressor), dapat timbul dari tubuh atau lingkungan atau dapat mengganggu
6. Ritme Biologi
Ritme atau irama biologi membantu makhluk hidup mengatur lingkungan
dalam tubuh dan lingkungan). Salah satu irama biologi yaitu irama
diantaranya faktor lingkungan seperti hari terang dan gelap, seperti cuaca
7. Status Mental
8. Pelayanan Kesehatan
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pelayanan kesehatan yang berbasis
kualitas hidupnya akan lebih baik dari pada lansia yang tidak aktif ke
menetapkan level bantuan bagi lansia dengan tingkat ketergantungan penuh atau
sedang. Bila lansia tidak dapat melakukan ADL (Activity Of Daily Living)
2011).
Terdapat sejumlah alat atau instrument ukur yang telah teruji validitasnya
untuk mengukur ADL (Activity Of Daily Living) dasar salah satunya adalah indeks
Katz. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi defisit status fungsional dasar dan
tersebut.
1. Mandi
Mandiri (1) : bantuan hanya pada satu bagian mandi (seperti punggung atau
bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk dan keluar dari
3. Toileting
Mandiri (1): masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian membersihkan
4. Berpindah
Mandiri (1): berpindah dari tempat tidur, bangkit darikursi sendiri; Bergantung
(0): bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur atau kursi, tidak
5. Kontinen
Mandiri (1): BAB dan BAK seluruhnya dikontrol sendiri.; Bergantung (0):
inkontinesia persial atau total yaitu menggunakan kateter dan pispot, enema
dan pembalut/pampers.
6. Makanan
Bergantung (0): bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya, tidak makan sama sekali dan makan parenteral atau melalui
No Penilaian Kriteria
5 Tergantung Mandiri dari semua fungsi di atas, kecuali salah satu dari
fungsi lainnya.
Total
karena trauma kapitis, akibat pecahnya pembuluh arteri dan pembuluh kapiler (Price,
2006).Stroke jenis ini merupakan sekitar 20% dari semua stroke.Stroke jenis ini
diakibatkan oleh pecahnya suatu mikro aneurisma di otak. Stroke ini dibedakan atas:
terkontrol di otak.Perdarahan tersebut dapat mengenai dan membunuh sel otak, sekitar
karena berry aneurysm akibat hipertensi tak terkontrol yang mengubah morfologi
arteriol otak atau pecahnya pembuluh darah otak karena kelainan kongenital pada
2007).
Jadi stroke hemoragik adalah sekitar 15% sampai 20% dari semua stroke, dapat
B. Klasifikasi
yaitu pecahnya pembuluh darah otak dapat karena berry aneurysm akibat
hipertensi tak terkontrol yang mengubah morfologi arteriol otak atau pecahnya
pembuluh darah otak karena kelainan kongenital pada pembuluh darah otak
tersebut.
atau ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan yang menutupi otak atau
C. Etiologi
Menurut Price dan Wilson (2006) dan Muttaqin (2008), ada beberapa
D. Faktor Resiko
bahwa setiap orang dapat menderita stroke tanpa mengenal usia, ras dan jenis
mengetahui faktor resikonya. Terdapat 2 tipe dari faktor resiko stroke yaitu:
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Ras
d. Riwayat keluarga
f. Fibromuscular dysplasia.
a. Merokok
b. Konsumsi alkohol
c. Obesitas
d. Kurang berolahraga
e. Hipertensi
f. Kolestrol tinggi
g. Diabetes mellitus
h. Aterosklerosis
E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala infark arteri tergantung dari area vaskular yang terkena.
- Hemianopia homonim.
Tanda khas TIA adalah hilangnya fungsi fokal SSP secara mendadak; gejala
berjam-jam. Daerah arteri yang terkena akan menentukan gejala yang terjadi
- Hemiparesis,
- Disfasia,
iskemia retina.
b. Vertebrobasilar:
3. Perdarahan Subarakhnoid
Akibat iritasi meningen oleh darah, maka klien menunjukkan gejala nyeri
edema papil dan perdarahan retina. Tanda neurologis fokal dapat terjadi
iskemia.
F. Patofisiologis
(Berry aneurysm) akibat hipertensi maligna.Hal ini paling sering terjadi di daerah
penekanan pada arteriole dan pembuluh kapiler yang akhirnya membuat pembuluh
ini pecah juga.Hal ini mengakibatkan volume perdarahan semakin besar (Caplan,
2009).
(Caplan, 2009).
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
serebral. Tetapi pada semua klien, dapat dinilai dengan pemeriksaan darah
metabolic panel (Chem-7), kadar gula darah, dan ezim jantung (Fitzsimmons,
2007).
(Fitzsimmons, 2007).
(Fitzsimmons, 2007).
2. Pemeriksaan Radiologi
a. CT Scan
Pada kasus stroke, CT scan dapat membedakan stroke infark dan stroke
b. MRI
2009).
c. Angiografi
H. PENATALAKSANAAN
mengurangi risiko stroke iskemik sebesar 6%. Diet rendah lemak trans
b. Aktivitas fisik
setara dengan merokok, dan lebih dari 70% orang dewasa hanya
melakukan sedikit latihan fisik atau bahkan tidak sama sekali, semua
2. Penatalaksanaan Farmakologi
tergantung pada jenis stroke yang dialami (iskemik atau hemoragik) dan
berdasarkan pada rentang waktu terapi (terapi pada fase akut dan terapi
agar tidak berkembang lebih berat akibat adanya area iskemik (Fagan and
Hess, 2008).
pengurangan stroke iskemik secara umum ada dua terapi farmakologi yang
yang menyumba pembuluh darah, tetapi juga fibrin cadangan yang ada
dalam pembuluh darah. Selain itu, tPA hanya bermanfaat jika diberikan
Antiplatelet
tepat antara dua zat, sehingga mencegah adesi dan agregasi trombosit.
panjang. Bagi pasien yang tidak tahan terhadap aspirin karena alergi
atau efek samping pada saluran cerna yaitu mengiritasi lambung, dapat
Pemberian Neuroprotektan
adalah tujuan dari apa yang disebut sebagai strategi neuroprotektif. Cara
kerja metode ini adalah menurunkan aktivitas metabolisme dan tentu saja
kalsium neuron dan juga memperlihatkan efek neurotrofik (Sylvia A.P. &
Pemberian Antikoagulan
pencegahan stroke pada pasien dengan fibrilasi atrial. Pada pasien dengan
fibrilasi atrial dan sejarah stroke atau TIA, resiko kekambuhan pasien
sebesar 17% per tahun, 8% per tahun pada kelompok warfarin dan 15%
pada klien stroke menurut Brunner dan Suddarth (2002) adalah sebagai
berikut:Diagnostik seperti ingiografi serebral, yang berguna mencari lesi
dan aneurisme.
kardiovaskuler
I. Komplikasi
Menurut Pudiastuti (2011) pada klien stroke yang berbaring lama dapat terjadi
yaitu sebuah bekuan yang terbentuk dalam satu arteri yang mengalirkan darah
ke paru.
2. Dekubitus
Bagian tubuh yang sering mengalami memar atau kemerahan adalah pinggul,
pantat, sendi kaki dan tumit. Bila memar atau kemerahan ini tidak dirawat
3. Pneumonia
Klien stroke tidak bisa batuk dan menelan dengan sempurna, hal ini
pneumoni.
emosional dan fisik yang tidak diinginkan karena terjadi perubahan dan
J. Pencegahan
Pencegahan stroke diikuti tiga cara utama, yaitu kontrol faktor resiko, terpai
yang dapat dimodifikasi adalah hal utama dalam pencegahan primer dan sekunder
stroke. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi antara lain hipertensi, diabetes
aktivitas fisik. Faktor resiko lain termasuk umur dan jenis kelamin, penyakit
pada stroke, meningkatkan 3-4 kali faktor resiko stroke. Penurunan tekanan darah
juga menurunkan resiko stroke pada individu dengan isolated systolic hypertension
dan pada orang usia lanjut. Pengendalian tekanan darah menghasilkan penurunan 5
mmHg selama 2-3 tahun berhubungan dengan penurunana 40% resiko stroke
(Biller, 2009).
dengan diabetes meninggal akibat komplikasi atrosklerosis (lebih dari 80% dari
perempuan di semua umur. Dibutuhkan lebih dari lima tahun berhenti merokok
Ada korelasi positif anatara serum kolesterol dan resiko stroke iskemik.
Klien dengan TIA atau stroke iskemik dengan peninggian kolesterol, riwayat
menurunkan resiko nonfatal atau stroke fatal, dan resiko stroke atau TIA jika
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi identitas klien (nama, umur, jenis kelamin, status, suku,
agama, alamat, pendidikan, diagnosa medis, tanggal MRS, dan tanggal
pengkajian diambil) dan identitas penanggung jawab (nama, umur,
pendidikan, agama, suku, hubungan dengan klien, pekerjaan, alamat).
b. Keluhan Utama
Kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi dan penurunan tingkat kesadaran.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak
saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala,
mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, kelumpuhan separuh
badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat hipertensi, DM, penyakit jantung, anemia, riwayat
trauma kepala, kotrasepsi oral yang lama, penggunan obat-obat anti
koagulasi, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, DM, atau
adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu
f. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Mengalami penurunan kesadaran, suara bicara, kadnag mengalami
gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara/afasia, TTV
meningkat, nadi bervariasi.
a) B1 (Breathing)
Pada infeksi didapatkan klien batuk, peningkatan sputum, sesak naps,
penggunaan alat bantu napas, dan peningkatan frekuensi napas. Pada
klien dengan kesadaran CM, pada infeksi peningkatan pernapasannya
tidak ada kelainan, palpasi thoraks didapatkan taktil fremitus seimbang,
auskultasi tidak didapatkan bunyi napas tambahan.
b) B2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan renjatan (syok
hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah
biasanya terdapat peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif
(tekanan darah >200 mmHg)
c) B3 (Brain)
Stroke yang menyebabkan berbagai defisit neurologis, tergantung pada
likasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran arean
perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah kolateral (sekunder atau
aksesori). Lesi otak yang rusak dapat membaik sepenuhnya. Pengkajian
B3 (Brain) merupakan pemeriksan fokus dan lebih lengkap dibandingkan
pengkajian pada sistem lainnya
d) B4 (Bladder)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinensia urine sememntara
karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan dan
ketidakmampuan mengendalian kandung kemih karena kerusakan kontrol
motorik dan postural. Kadang kontrol sfingter urine eksternal hilang atau
berkurang selama periode ini, dilakukan kateterisasi intermitten dengan
teknik steril. Inkontinensia urine yang berlanjut menunujukkan kerusakan
neurologis luas.
e) B5 (Bone)
Pada kulit, jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan buruk. Selain itu, perlu juga
tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonojol karena klien
stroke mengalami masalah mobilitas fisik. Adanya kesulitan untuk
beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau
paralise/hemiplegi serta mudah lelah menyebabkan masalah pada pola
aktivitas dan istirahat
2) Pengkajian Tingkat Kesadaran
Pada klien lanjut usia kesadaran klien stroke biasanya berkisar pada tingkat
latergi, stupor dan koma
3) Pengkajian Fungsi Serebral
Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual, kemampuan
bahasa, lobus frontal dan hemisfer
4) Pangkajian Saraf Kranial
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central
5) Pengkajian Sistem Motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh
6) Pengkajian Reflek
Pada fase akur refleks fisiologis yang lumpuh akan menghilang setelah
beberapa hari reflek fisiologian muncul kembali didahului refleks patologis
7) Pengkajian Sistem Sensori
Dapat terjadi hemihipertensi.
8) Pola istirahat dan tidur
Klien mengalami penurunan kesadaran, yaitu stupor. Klien hanya berbaring
dengan mata tertutup, tidak menunjukkan reaksi bila dibangunkan.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi
No Diangnosa NOC NIC Rasional
keperawatan
1 Ketidakefektifan Goal : Pasien 1) Lakukan 1) untuk
perfusi jaringan akan pengkajian menskrining
serebral mempertahankan neurologis penurunan
aliran daraha ke setiap 1-2 tingkatan
b.d penurunan
otak yang efektif jam pada kesadaran dan
aliran darah ke
selama dalam awalnya status
otak
perawatan Objektif 2) Ukur ttv neurologis
: Dalam jangka pasien 2) untuk
waktu 3x24 jam setiap 1-2 mendeteksi
pasien akan jam pada secara dini
1). Tekanan awalnya. tanda-tanda
systole dan 3) Atur penurunan
posisi
diastole dalam tekanan
pasien 15-
rentang yang perfusi
diharapkan
30°c. serebral
(120/80
4) Pertahanka 3)untuk
mmHg)
n menurunkan
2).Tidak ada
lingkungan tekananarteri
tanda- tanda
dan dengan
peningkatan
pasien tetap meningkatkan
tekanan
tenang drainase dan
intrakranial
5) Pertahanka meningkatkan
(tidak lebih dari
n tirah sirkulasi
15 mmHg)
baring 4)untuk
3). Pasien tidak
6) Anjurkan mengurangi
pusing
pasien peningkatan
4. Tidak
untuk TIK
mengalami
mengurangi 5)istirahat total
nyeri kepala
kecemasan dan
7) Ajarkan ketenangan
terapi mungkin
relaksasi diperlukan
dan 6)untuk
napas mengurangi
dalam
tingkatan stres
8) Kolaborasi
yang membuat
pemberian
tekanan darah
analgetik
meningkat.
Beri
kesempatan 7)untuk
pasien
mengurangi
untuk
beristirahat ketergantunga
9) Kolaborasi
n terhadap
pemberian
analgetik
analgetik
8)untuk
10) Beri
mengurangi
kesempatan
pasien rasa nyeri
untuk
9)untuk
beristirahat
2 Hambatan Goal:Pasien
1) Mampu 1) mengenai
Bantu 1)untuk
fungsiona;
mengurangi
mobilitas fisik akanmempertahan
Untuk pasien
defisit membantu
tertinggi
keletihan
b.d kerusakan ka n membersi
mobilitas fisik untuk
perawatan mencegah
kemampuan
neuromuskular yanghkan
efektif tubuh merubah
diri. 3) kerusakan
Untuk
selama dalamsecara
sendiri posis setiap
3) Berikan integritas kulit
meningkatkan
perawatan
mandiri 2 jam
privasi. dengan
harga diri
Objektive
dengan: Dalam
atau sekali.
4) Bantu 4) mengurangi
Untuk
jangka waktu 1x24
tanpa 2)sebagian
Bantu tekanan
meningkatkan
jam pasien akan :
bantuan. pasien
atau 2) untuk
perasaan
1) Kulit
2) Mengatakan
pasien unTuk
sepenuhnya mencegah
mandiri
kepuasan
tampak bersih latihanmandi
saat 5) konstaksi
Untuk
2) Rambut
3) Pasien dapat
tampak ROM.hari
setiap sendi dan
menghindari
melakukan
rapih 5)3)Beri
Beri atrofil otot
keletihan
3) latihan ROM dukungan
kesempatan 3) untuk
secara perlahan dan untuk
pasien membantu
dorongan
beristirahat. pasien
4. Gangguan Goal: pasien akan 1) Kaji
pada 1) membangun
Untuk
komunikasi komunikasi yang kemampuan
pasien. perubahan
kemandirian
verbal efektif selama komunikasi
4) Observasi dalam
4)untuk
b.d kerusaksn dalam perawatan. 2) Berikan
TTV kognitif dan
mengetahui
serebral Objektif: dalam metode
(tekanan bicara
tingkat
waktu 3x24 jam, alternatif
darah, nadi, merupakan
kekurangan
pasien akan : komunikasi
suhu, RR). indkator dari
kandungan
1) Tampak : gunakan
5) Beri derajat
Hb, albumin
peningkatan kertas dan
kesempatan gangguan
dalam tubuh
kemampuan pensil
pasien verbal
5)untuk
berkomunikasi 3) Minta
untuk 2) menghindari
Untuk ( S
2) Tidak frutasi pasien membantu isi um
beristirahat. keletihan ber
3 Defisit perawatan Goal : Pasien akan untuk
1) Jalin pesan yang di
1) Untuk :
diri meningkatkan mengikuti
hubungan maksud
mendapatkan
: perawatan diri perintah
saling 3) kepercayaan
Melakukan
makan,mandi,ber selama dalam yang sama
percaya. penilaian
2) Untuk
p akaian dan perawatan Objektif 4) Dorong
2) Beri terhadap
membantu
toileting : Dalam lingkungan
pasien adanya
pasien
b.d kerusakan jangka waktu 10- yang tenang
untukmengu kerusakan
mencapai
15
neurovaskuler ng kapkan sensori
tingkatan
menit pasien akan:
perasaan dan 4) Agar pasien
Keluhan nyaman
NIC & NOC edisi 2015-2017)
E. Implementasi Keperawatan
membantu klien dalam mencapai tujuannya. Karena itu rencana intervensi yang
Dalam hal ini, jika seorang perawat dalam melakukan suatu tindakan
Asuhan yang efektif merupakan asuhan yang harus sesuai dengan apa
perawat maka akan semakin efektif asuhan yang diberikan kepada pasien.
masalah.
F. Evaluasi Keperawatan
(Nursalam, 2008).
BAB III
TINJAUAN KASUS
Nim : 0131757
A. Pengkajian
Pengkajian dilaksanakan pada hari selasa 30 Juni 2015 Pukul 14.30 WIB di ruang
unti stroke RSUD TIDAR Magelang dengan allanamnesa dan autoanamesa.
- Identitas
1. Identitas klien
Nama : Ny. Y
Umur : 60 th
Pendidikan terakhir : SD
Agama : Islam
Suku : Indonesia
Status perkawinan : Kawin
Alamat : Jetis Menoreh Salaman
Pekerjaan : Wiraswasta
Diagnosa medis : SH (ICH)
Tanggal masuk : 28-6-2015
BB sebelum sakit : 65 kg
BB sesudah sakit : 61 kg
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. R
Umur : 65 th
Pendidikan terakhir : SD
Agama : Islam
Suku : Indonesia
Hub. dengan klien : Suami
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Jetis Menoreh Salaman
- Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Genogram
Keterangan :
= Perempuan
= Laki-Laki
= Pasien
= Meninggal
= Menikah
I. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
a. Tensi : 110/80 mmHg
b. Nadi : 80 x/mnt
c. RR : 24 x/ mnt
d. Suhu : 36° C
e. BB : 61 Kg
f. TB : 160 cm
g. IMT :
h. Borbowith klien termasuk: (Kurus/Ideal/Gemuk)
2. Keadaan umum : klien tampak lemah
3. Pemeriksaan fisik persistem
- Sistem Pernafasan
- Sistem Integumen
Saat diinspeksi kebersihan kulit terjaga, warna kulit sawo matang, kulit kering ,
tidak ada lesi, tidak ada luka
Saat dipalpasi turgor kulit elastis, kulit pasien lembab
- Sistem Muskuloskeletal
a. Ekstremitas Atas
Saat diinspeksi pasien mudah dalam pergerakan, tidak ada pembengkakan,
tidak ada kemerahan, tidak ada fraktur dan dislokasi, keadaan otot anggota
badan bagian kanan lemah, tidak ada hipotoni, atoni, dan hipertoni. Pada
bagian tangan sebelah kiri terpasang infus
4 2
4 2
b. Ektermitas Bawah
Saat diinspeksi tidak terdepat luka pada kaki , tidak ada kesulitan dalam
pergerakan, tidak terdapat edema, tidak ada kemerahan, tidak ada fraktur dan
dislokasi, keadaan otot normal tidak ada hipotoni, atoni, dan hipertoni.
4 2
4 2
- Sistem Penglihatan
Saat diinspeksi bentuk mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata
normal, sclera tidak ikterik, pupil isohor, kornea jernih, tidak ada strabismus, tidak
memakai kacamata, tidak ada lesi, tidak ada secret. Fungsi penglihatan baik, pasien
mampu melihat papan nama perawat. Reaksi terhadap cahaya mata kanan dan kiri
positif.
Saat dipalpasi tidak terdapat nyeri tekan.
- Wicara dan THT
Saat diinspeksi bentuk telinga, hidung dan tenggorokan simetris, tidak ada secret
dan lesi, kebersihan telinga dan hidung terjaga.
Saat dipalpasi tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada benjolan dan pembengkakan.
Fungsi pendengaran baik, terbukti pada saat test pendengaran dengan teknik rine,
weber, swabah menggunakan garputala
1. Riwayat Psikologis
a. Status emosi
Klien memiliki perasaan hati yang sedih karena riwayat penyakit yang di derita
klien memiliki tingkah laku yang aktif menjadi pendiam karena aktifitas yang
terbatas.
Suasana yang membahagiakan Klien ketika klien berkumpul dan diberi
dukungan oleh keluarga
b. Gaya komunikasi
Apakah klien tampak hati-hati dalam berbicara dengan pola komunikasi yang
lambat. klien tidak menolak untuk diajak berkomunikasi , klien berkomunikasi
dengan jelas,dan tidak menggunakan bahasa isyarat.
c. Pola interaksi
Klien berespon hanya kepada orang terdekat seperti teman,keluarga dan orang
yang dipercaya seperti perawat, Klien berinteraksi dengan aktif dan kepribadian
terbuka
d. Pola pertahanan
e. Keluarga selalu memberikan dukungan kepada pasien agar mengurangi stress
f. Dampak dirawat di rumah sakit
Secara fisik klien tidak mengalami perubahan tetapi secara psikologisnya klien
dirumah mempunyai perasaan khawatir dan sedih ketika dirumah sakit
g. Kondisi emosi/perasaan klien
1) Apa suasana hati yang menonjol pada klien (sedih)
2) Apakah emosinya sesuai dengan ekspresi wajahnya (ya)
h. Kebutuhan Spiritual Klien :
1) Kebutuhan untuk beribadah (terpenuhi)
2) Masalah – masalah dalam pemenuhan kebutuhan spiritual : Tidak memiliki
masalah kebutuhan spiritual
3) Upaya untuk mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan spritual : Tidak ada
upaya untuk mengatasi masalah
i. Konsep Diri Klien
a. Identitas diri : Klien masih belum bisa menerima/memahami
dirinya dan mengerti mengenai keadaannya
b. Ideal diri : Pasien berharap semoga penyakit yang dideritanya
bisa cepat sembuh dan pulih agar pasien dapat pulang
c. Gambaran diri : Pasien mengatakan tidak ada bagian tubuh yang di
benci dan pasien bersyukur mempunyai tubuh seperti ini walaupun
dalam keadaan sakit
d. Harga diri : Pasien mengatakan merasa tidak malu dengan
keadaan saat ini
e. Peran : Peran pasien sebagai seorang istri berperan baik
dikeluarganya
ANALISA DATA
Defisit neurologi
Hemister kiri
Hemiparase/plegi kanan
3 Ds : - Stroke Hemoragik Defisit perawatan diri
Do :
- Pasien tampak
lemah Peningkatan Tekanan Sistemik
- Pasien tampak
mengalami
penurunan Pendarahan
kesadaran Arachnoid/ventrikel
- Pasien tidak
dapat
melakukan Hematama serebral
personal
hygiene sendiri
karena Vasoparhe anteri serebral/saraf
mengalami serebral
kelemahan
anggota gerak
- seluruh Iskemik/infark
aktifitas pasien
dibantu
perawat Defisit neurologi
Hemistes kiri
hemiparase/plegi kanan
DIAGNOSA KEPERWATAN
1. Gangguan perfusi jaringan serebral b/d suplai darah kejaringan serebral tidak adekuat
2. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan neuromuskuler
3. Defisit perawatan diri b/d imobilitas fisik
RENCANA KEPERAWATAN
CATATAN KEPERAWATAN
GCS : E4 M6 V5
- Memonitor TTV Ds : -
Pasien
Do : TD = 163/92 mmhg
N = 64 x / menit
RR = 24 x / menit
S = 362 0C
- Memposisikan
klien supinasi
Ds : -
- Inj. piracetam 1gr
Do : pasien dalam posisi
supinasi
- Memonitor
- Obat masuk
adanya tanda-
tanda PTIK
Ds : -
Do : Pasien mengalami
penurunan kesadaran
- Pasien
mengalami
kesulitan bicara
- Kelemahan
ekstremitas
tangan kanan
2 1 Juli 2016 II - Memonitor TIV Ds : - Rengga
- Mengkaji
Ds : -
kekuatan otot
pasien Do : Kekuatan otot
0 5
- Melatih gerak
3 5
rom
Ds : -
Do : Pasien posisi
supinasi pada tepi bed
3 1 Juli 2016 III - Mengkaji Ds : - Rengga
kemampuan
07.30 WIB Do : Pasien tampak
klien dalam lemah
perawatan diri
- Pasien
mengalami
penurunan
kesadaran
- Pasien tidak
dapat
melakukan PH
Ds : -
Ds : -
- Merapikan
Do : Tempat tidur
tempat tidur
tampak rapih dan bersih
CATATAN PERKEMBANGAN
P = Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
2 Rabu 1 Juli S=- Rengga
2015
O=
Jam 09.30
- Pasien mengalami kelemahan ekstremitas
tangan sebelah kanan
- Gerakan terbatas, hanya tidur ditempat tidur
- Kekuatan otot 0 5
- 3 5
A = Masalah belum teratasi
P = Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
3 Rabu 1 Juli S= Rengga
2015
O = Pasien tampak lemah, mengalami penurunan
Jam 09.30 kesadaran, tidak melakukan PH sendiri. Seluruh
aktivitas bergantung pada perawat. Lemah ekstremitas
kanan
P = Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh
darah otak. Hampir 70 % kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi.
(Nurarif & Kusuma, 2013)
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di
otak dan kemudian merusaknya. (Adib, M, 2009)
Stroke hemoragik ada dua jenis yaitu:
a. Hemoragik intra serebral: perdarahan yang terjadi di dalam jaringan otak.
b. Hemoragik sub arachnoid: perdahan yang terjadi pada ruang sub arachnoid (ruang
sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak). (Nurarif
& kusuma,2013)
B. SARAN
Untuk para pembaca disarankan menjaga kesehatan dengan pola hidup yang
sehat, rutin memeriksakan tekanan darah, rajin berolahraga untuk menghindari
terjadinya serangan stroke.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer & Bare. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta : EGC.
Salemba Medika.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Jakarta: EGC.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2013. Panduan Penyusunan Asuhan
Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 4. Jakarta:
Interna Publishing.
Wilkinson, Judith M. & Ahern, Nancy R. 2014. Buku Saku Diagnosis Keperawatan
Potter & Perry. (2006). Fundamental keperawatan. Edisi 4 volume 1. Jakart:EGC. Potter &
Riyadi,S. (2015). Kebutuhan dasar manusia aktivitas istirahat diagnose NANDA 2015
Jakarta:Gosyen publishing.