Anda di halaman 1dari 38

BAB III

TINJAUAN TEORITIS

A. Teori Produksi

Produksi adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan manfaat dengan

cara mengkombinasikan faktor-faktor produksi kapital, tenaga kerja,

teknologi, manageril skill. Produksi merupakan usaha untuk meningkatkan

manfaat dengan cara mengubah bentuk (form utility), memindahkan tempat

(place ultility), dan menyimpan (store utility).29

Sistem produksi adalah merupakan keterkaitan komponen satu (input)

dengan komponen lain (output) dan juga menyangkut „prosesnya‟ terjadi

interaksi satu dengan lainnya untuk mencapai satu tujuan. Salah satu

lingkungan ekonomi adalah sistem produksi. Komponen dalam system

produksi adalah input, proses dan output.

Komponen input meliputi: tanah, tenaga kerja, modal (capital),

manajemen, energi, informasi, dan sebagainya yang ikut berperan menjadi

komponen atau bahan baku dari suatu produk.

Komponen output adalah barang dan/atau jasa. Komponen proses

dalam mentransformasi nilai tambah dari input ke output adalah pengendalian

input, pengendalian proses itu sendiri, dan pengendalian teknologi sebagai

upaya umpan balik dari output ke input. Upaya umpan balik ini adalah dalam

rangka untuk menjaga kualitas output yang diinginkan sesuai dengan harapan

(expectation) produsen.

29
Soeharno, Teori Mikro Ekonomi, (Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET, 2009), h. 67.

39
40

Keterkaitan pada sistem produksi mempunyai dapat bersifat structural

maupun fungsional. Dimaksud struktural meliputi tanah, tenaga kerja, modal,

dan sebagainya. Sedangkan fungsional meliputi perencanaan,

pengorganisasian, kontrol, pengendalian, dan sebagainya berkaitan dengan

manajemen.30

Produksi adalah sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan baik

berbentuk barang (goods) maupun jasa (services) dalam suatu periode waktu

yang selanjutnya dihitung sebagai nilai tambah bagi perusahaan.

Jika ditelaah lebih lanjut, pengertian produksi dapat ditinjau dari dua

sudut, yaitu:

1. Pengertian produksi dalam arti sempit, yaitu mengubah bentuk barang

menjadi barang baru, ini menimbulkan form utility.

2. Pengertian produksi dalam arti luas, yaitu usaha yang menimbulkan

kegunaan karena place, time, dan posession.

Kemampuan suatu organisasi dalam menghasilkan produktivitas yang

tinggi artinya memperlihatkan kemampuan manajer bagian produksi dalam

mengkoordinasikan seluruh elemen yang ada dalam usaha mendukung

terbentuknya produktivitas, dan produktivitas yang baik adalah yang memiliki

nilai jual di pasar. John Kendrick mendefinisikan produktivitas sebagai

hubungan antara keluaran (output=O) berupa barang dan jasa dengan masukan

(input=I) berupa sumber daya, manusia atau bukan, yang digunakan dalam

30
Masyhuri, Ekonomi Mikro, (Malang: Malang-UIN Press, 2007), h. 123-124.
41

proses produksi; hubungan tersebut biasanya dinyatakan dengan bentuk rasio

O/I.31

Secara konsep, produksi adalah kegiatan menghasilkan sesuatu, baik

berupa barang, (seperti pakaian, sepatu, makanan), maupun jasa (pengobatan,

urut, potong rambut, hiburan, manajemen). Dalam pengertian sehari-hari,

produksi adalah mengolah input, baik berupa barang atau jasa, menjadi output

berupa barang atau jasa yang lebih bernilai atau lebih bermanfaat.

Teori produksi adalah prinsip ilmiah dalam melakukan produksi, yang

meliputi:

1. Bagaimana memilih kombinasi penggunaan input untuk menghasilkan

output dengan produktivitas dan efesiensi tinggi.

2. Bagaimana menentukan tingkat output yang optimal untuk tingkat

penggunaan input tertentu.

3. Bagaimana mamilih teknologi yang tepat sesuai dengan kondisi

perusahaan.32

B. Fungsi Produksi

Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang output dan

input, atau variabel yang dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan

(X). Variabel yang dijelaskan adalah output (produksi) dan variabel yang

31
Irham Fahmi, Manajemen Produksi dan Operasi, (Bandung: Alvabeta,cv, 2012), h. 2-
3.
32
Henry Faizal Noor, Ekonomi Manajerial, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h.
148.
42

menjelaskan adalah input (faktor produksi), atau sebagai variabel tak bebas

(dependent variable) dan (independent variable).33

Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan

(Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan biasanya

berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input. Dalam

pembahasan teori ekonomi produksi, maka telaahan fungsi produksi ini. Hal

tersebut disebabkan karena beberapa hal, antara lain:

1. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara

faktor produksi (input) dan produksi (output) secara langsung dan

hubungan tersebut dapat lebih mudah dimengerti.

2. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara

variabel yang dijelaskan (dependent variable), Y, dan variabel yang

menjelaskan (independent variable), X, serta sekaligus mengetahui

hubungan antar variabel penjelas. Secara matematis, hubungan ini dapat

dijelaskan sebagai berikut:

Y = f (X1, X2, X3, . . . , Xn)

Dengan fungsi produksi seperti tersebut di atas, maka hubungan Y dan

X dapat diketahui dan sekaligus hubungan X1. . .Xn dan X lainnya juga dapat

diketahui.34

Hubungan di antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang

diciptakannya dinamakan fungsi produksi. Faktor-faktor produksi dikenal

pula dengan istilah input dan jumlah produksi selalu juga disebut sebagai

33
Masyhuri, op.cit, h. 130-131.
34
Soekartawi, Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Cobb-Douglas,
(Jakarta: PT RajaGRafindo Persada, 2003), h. 17-18.
43

output. Fungsi produksi selalu dinyatakan dalam bentuk rumus, yaitu seperti

yang berikut:

Q = f (K, L, R, T)

Di mana K adalah jumlah stok modal, L adalah jumlah tenaga kerja dan

ini meliputi berbagai jenis tenaga kerja dan keahlian keusahawanan, R adalah

kekayaan alam, dan T adalah tingkat teknologi yang digunakan. Sedangkan Q

adalah jumlah produksi yang dihasilkan oleh berbagai jenis faktor-faktor

produksi tersebut, yaitu secara bersama digunakan untuk memproduksi barang

yang sedang dianalisis sifat produksinya.

Persamaan tersebut merupakan suatu pernyataan matematik yang pada

dasarnya berarti bahwa tingkat produksi suatu barang tergantung kepada

jumlah modal, jumlah tenaga kerja, jumlah kekayaan alam, dan tingkat

teknologi yang digunakan. Jumlah produksi yang berbeda-beda dengan

sendirinya akan memerlukan berbagai faktor produksi tersebut dalam jumlah

yang berbeda-beda juga.35

Fungsi produksi menunjukkan jumlah maksimum output yang dapat

dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan menggunakan teknologi

tertentu. Secara sistematika fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut:

Q = F (K, L, X, E)

Dimana:

Q = output

35
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2005), h. 195.
44

K; L; X; E = input (kapital, tenaga kerja, bahan baku, keahlian

keusahawanan)

Perusahaan sebagai pelaku ekonomi yang bertanggung jawab

menghasilkan barang atau jasa harus menentukan kombinasi berbagai input

yang akan dipakai untuk menghasilkannya.36

Fungsi produksi menggambarkan hubungan antara input dan output.

Input atau faktor produksi biasanya diklasifikasikan sebagai tanah, tenaga

kerja (labor) atau modal. Tanah dan tenaga kerja dikategorikan sebagai input

yang tidak diproduksi untuk menjadi input untuk proses produksi selanjutnya.

Sedangkan modal adalah faktor yang sengaja diproduksi untuk proses

produksi berikutnya. Jadi modal adalah suatu output dari proses produksi yang

satu, kemudian menjadi input untuk proses produksi berikutnya.37

Fungsi produksi (atau lazim pula disebut operasi) merupakan fungsi

yang diserahi tugas dan tanggung jawab untuk melakukan aktivitas

pengubahan dan pengolahan sumber daya produksi (a set of input) menjadi

keluaran (output), barang atau jasa, sesuai dengan yang direncanakan

sebelumnya. Fungsi produksi ini menciptakan kegunaan suatu benda

meningkat akibat dilakukannya penyempurnaan bentuk atas benda (input)

yang bersangkutan.

Tentu saja dalam operasi perusahaan, fungsi dimaksud di atas tidak

dapat berjalan sendiri-sendiri, melainkan harus bersinergi antara yang satu

36
Sugiarto, Tedy, dkk, Ekonomi Mikro Sebuah Kajian Komprehensif, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2000), h. 202-203.
37
T. Sunaryo, Ekonomi Manajerial Aplikasi Teori Ekonomi Mikro, (Jakarta: Erlangga,
2001), h. 70.
45

dengan yang lainnya sehingga secara bersama-sama mampu memberikan

manfaat yang optimal. Interaksi fungsi secara demikian dikenal dengan

sebutan sebagai sistem. Pada dasarnya sistem adalah kolektivitas beberapa

fungsi atau bagian yang memiliki tugas dan kewajiban tertentu dan secara

bersama-sama melakukan kerja sama untuk mewujudkan tujuan bersama yang

telah didefinisikan sebelumnya.

Secara umum, fungsi produksi ini terbangun atas empat elemen

(subsystem), yaitu subsistem masukan (input subsystem), subsistem proses

(conversion or processing subsystem), subsistem keluaran (output subsystem),

dan sub-sistem umpan balik (feedback or production information subsystem).

Relasi IPO (Input-Process-Output) dapat dijelaskan dengan sebuah fungsi

relasi matematika yang sederhana, yaitu sebagai berikut.

Y = f (X), di mana Y = output (barang atau jasa yang

dihasilkan/disediakan untuk pelanggan)

f = fungsi, metode, dan teknologi yang diimplementasikan dalam

mengelola input yang dipakai menghasilkan output melalui proses produksi

tertentu

X = input yang dipakai untuk menghasilkan output yang direncanakan

Dalam konteks ini, Y adalah dependent variabel atau variabel

dependen, yaitu variabel yang nilainya ditentukan oleh faktor lainnya, dalam

hal ini proses dan input yang digunakan. Sebagai variabel dependen, nilai Y

ini berada di luar kendali manajemen. Sebaliknya, X adalah independent

variabel atau variabel independen, yaitu variabel yang menentukan nilai


46

variabel lainnya. Variabel X ini berada di bawah kendali manajemen. Proses

sebagai kegiatan yang dilambangkan oleh fungsi (f), juga berada di bawah

kendali manajemen. Sehubungan dengan karakteristik IPO yang dikemukakan

di atas, dalam mengelola aktivitas produksi, fokus perhatian terletak pada

input X dan proses f, bukan berfokus pada output Y yang berada di luar

kendali.38

C. Faktor-faktor Produksi

Istilah faktor produksi sering pula disebut dengan “korbanan produksi,”

karena faktor produksi tersebut “dikorbankan” untuk menghasilkan produksi.

Dalam bahasa inggris, faktor produksi ini disebut dengan “input”. Macam

faktor produksi atau input ini, berikut jumlah dan kualitasnya perlu diketahui

oleh seorang produsen. Oleh karena itu, untuk menghasilkan suatu produk,

maka diperlukan pengetahuan hubungan antara faktor produksi (input) dan

produksi (output). Hubungan antara input dan output ini disebut dengan

“factor relationship” (FR). Dalam rumus matematis, FR ini dapat dituliskan

dengan:

Y = f (X1, . X2 . . . X1, . . . Xn)

Dimana:

Y = Produk atau variabel yang dipengaruhi oleh faktor produksi, X, dan

X = Faktor produksi atau variabel yang mempengaruhi Y.

38
Murdifin Haming dan Mahfud Nurnajamuddin, Manajemen Produksi Modern Operasi
Manufaktur dan Jasa, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), h. 2-4.
47

Dalam proses produksi pertanian, maka Y dapat berupa produksi

pertanian dan X dapat berupa lahan pertanian, tenaga kerja, modal dan

manajemen.39

Setiap proses produksi mempunyai landasan teknis, yang dalam teori

ekonomi disebut faktor produksi. Faktor produksi adalah suatu fungsi atau

persamaan yang menunjukkan hubungan antara tingkat output dan

(kombinasi) penggunaan input. Setiap produsen dalam teori dianggap

mempunyai suatu faktor produksi untuk “pabriknya”.

Dalam bebarapa buku teks faktor produksi/input ini dapat ditulis secara

matematis dengan:

Q = f (K, L, R, T)

Q = tingkat produksi

K = modal

R = kekayaan alam

T = teknologi

Maksud dari persamaan di atas merupakan suatu pernyataan matematis

yang pada dasarnya berarti bahwa tingkat produksi suatu barang tergantung

kepada jumlah modal, tenaga kerja, kekayaan alam, dan tingkat teknologi

yang digunakan. Jumlah produksi yang berbeda-beda dengan sendirinya akan

memerlukan berbagai faktor produksi tersebut dalam jumlah yang berbeda-

beda juga. Dengan membandingkan berbagai gabungan faktor-faktor produksi

untuk menghasilkan sejumlah barang tertentu dapatlah ditentukan dengan

39
Soekartawi, op.cit., h. 3-4.
48

gabungan faktor produksi yang paling ekonomis untuk memproduksi sejumlah

barang.

Dalam teori ekonomi diambil pula satu asumsi dasar mengenai sifat

dari fungsi produksi, yaitu fungsi produksi dari semua produksi dimana semua

produsen dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut : The Law of

Diminishing Returns. Hukum ini mengatakan bahwa bila satu macam input

ditambah penggunaannya sedang input-input lain tetap maka tambahan output

yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit yang ditambahkan tadi mula-

mula menaik tetapi kemudian setelah mencapai suatu titik tertentu akan

semakin menurun seiring dengan pertambahan input. Dengan demikian, pada

hakikatnya The Law of Diminishing Returns dapat dibedakan dalam tiga tahap,

yaitu:

1. Tahap pertama, produksi total mengalami pertambahan yang semakin

cepat.

2. Tahap kedua, produksi total pertambahannya semakin lambat.

3. Tahap ketiga, produksi total semakin lama semakin berkurang.40

Faktor produksi adalah faktor yang „dikorbankan‟ untuk mengahasilkan

produksi. Faktor produksi dalam bahasa Inggris sering disebut output. Seorang

produsen dalam menghasilkan suatu produk harus mengetahui jenis atau

macam-macam dari faktor produksi.

Hubungan fisik antara faktor produksi dengan produksi disebut dengan

fungsi produksi. Dengan kata lain, hubungan antara variabel input sebagai

variabel bebas (variabel yang mempengaruhi; independent variable) dengan

40
Nur Rianto Al Arif & Euis Amalia, Teori Mikroekonomi Suatu Perbandingan Ekonomi
Islam dan Ekonomi Konvensional, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2010), h. 167-169.
49

variabel output sebagai variabel tak bebas (variabel yang dipengaruhi;

dependent variable). Hubungan variabel tersebut dapat ditulis dalam bentuk

model matematika secara umum:

Y = f (X1, X2, . . ., Xn)

Dimana Y adalah produksi (variabel tak bebas) yang dipengaruhi oleh

faktor produksi (variabel bebas, X) dan X adalah variabel bebas yang

dipengaruhi Y.

Macam faktor produksi secara teori dibagi menjadi empat yaitu lahan,

tenaga kerja, modal dan manajemen. Faktor produksi lahan dan tenaga kerja

sering disebut dengan input utama (mather is input). Sedangkan modal dan

manajemen adalah hasil modifikasi dari input utama dan sering dikatakan

sebagai kedua (father is input).41

1. Bahan Baku

Bahan baku adalah barang-barang yang dibeli untuk digunakan

dalam proses produksi. Namun yang lebih sering terjadi, bahan baku

dibeli dari perusahaan lain yang merupakan barang jadi dari sisi pemasok.

Walaupun kata bahan baku dapat digunakan secara luas untuk

mencakup seluruh bahan baku yang digunakan dalam proses produksi,

namun istilah ini terbatas pada bahan yang secara fisik akan dimasukkan

dalam barang yang sedang diproduksi. Karena bahan ini digunakan secara

langsung dalam produksi barang, maka bahan ini sering disebut sebagai

bahan baku langsung (direct materials). Kata bahan baku tidak langsung

41
Masyhuri, op.cit, h.125-126.
50

(inderect materials) ditujukan untuk bahan pendukung, yaitu bahan baku

penting digunakan dalm proses produksi, tetapi tidak secara langsung

dimasukkan dalam produk. Minyak dan bahan bakar untuk peralatan

pabrik, perlengkapan kebersihan, dan unsur-unsur sejenis termasuk dalam

kelompok ini karena unsur-unsur ini tidak diamsukkan dalam sebuah

produk, tetapi memfasilitasi proses produksi.42

Bahan baku adalah bahan utama atau bahan pokok dan merupakan

komponen utama dari suatu produk. Bahan baku biasanya mudah

ditelusuri dalam suatu produk dan harganya relatif tinggi dibandingkan

dengan bahan pembantu. Bahan pembantu (inderect material) merupakan

bahan pelengkap yang melekat pada suatu produk. Bahan pembantu

(penolong) biasanya tidak mudah ditelusuri dalam suatu produk dan

harganya relatif rendah dibandingkan dengan bahan baku.43

2. Modal (Modal Kerja)

Modal adalah salah satu faktor produksi penting di antara berbagai

faktor produksi yang diperlukan. Bahkan modal merupakan faktor

produksi penting untuk pengadaan faktor produksi seperti tanah, bahan

baku, dan mesin. Tanpa modal tidak mungkin dapat membeli tanah, mesin,

tenaga kerja, dan teknologi lain.44

Prof. Bakker mengartikan modal ialah baik yang berupa barang-

barang kongkret yang masih ada dalam rumah tangga perusahaan yang

42
K. Fred Skousen, Akuntansi Keuangan Intermediate Accounting, (Jakarta: Penerbit
Salemba Empat, 2009), h. 572.
43
M. Nafarin, op.cit, h. 202-203.
44
Suyadi Prawirosentono, Pengantar Bisnis Modern Studi Kasus Indonesia dan Anlisis
Kuantitatif, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002), h.117.
51

terdapat di neraca sebelah debit, maupun berupa daya beli atau nilai tukar

dari barang-barang itu.45

Berdasarkan beberapa definisi tentang modal maka secara umum

dapat dikatakan bahwa antara ahli ekonomi dan pengusaha dapat berbeda

dalam memberi arti pada modal. Menurut ahli ekonomi modal adalah

kekayaan perusahaan yang dapat digunakan untuk kegiatan produksi

selanjutnya. Sedangkan pengusaha berpendapat bahwa modal adalah nilai

buku dari surat berharga.

Modal merupakan kekayaan yang dimiliki perusahaan yang dapat

menghasilkan keuntungan pada waktu yang akan datang, dan dinyatakan

dalam nilai uang. Modal dalam bentuk uang pada suatu usaha mengalami

perubahan bentuk sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai tujuan usaha,

yakni:

a. Sebagian dibelikan tanah dan bangunan;

b. Sebagian dibelikan persediaan bahan;

c. Sebagian dibelikan mesin dan peralatan;

d. Sebagian lagi disimpan dalam bentuk uang tunai (cash).

Kegiatan tersebut dalam neraca perusahaan tersusun dalam bentuk

modal menurut bentuk fisiknya dan modal menurut asalnya. Modal dalam

bentuk fisik ditaruh di sebelah debit yang disebut pula modal aktif.

Sedangkan modal menurut bentuk asalnya ditaruh dalam bentuk nilai uang

di sebelah kredit yang disebut sebagai modal pasif.46

45
Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, (Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta, 1995), h. 18.
46
Suyadi Prawirosentono, op.cit, h. 118.
52

a. Pembagian Modal Aktif

Berdasarkan cara dan lamanya perputaran, modal aktif atau

kekayaan suatu perusahaan dapat dibedakan antara “aktiva lancar” dan

“aktiva tetap”. Perbandingan atau perimbangan antara kedua aktiva

tersebut akan menentukan “struktur kekayaan”.

Dimaksudkan dengan pengertian aktiva lancar ialah aktiva yang

habis dalam satu kali berputar dalam proses produksi, dan proses

perputarannya adalah dalam jangka waktu yang pendek (umumnya

kurang dari satu tahun). Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa

aktiva lancar ialah aktiva yang dapat diuangkan dalam waktu yang

pendek.

Dimaksudkan dengan pengertian aktiva tetap ialah aktiva yang

tahan lama yang tidak atau yang secara berangsur-angsur habis turut

serta dalam proses produksi. Ditinjau dari lamanya perputaran, aktiva

tetap ialah aktiva yang mengalami proses perputaran dalam jangka

waktu yang panjang (lebih dari satu tahun).

Berdasarkan fungsi bekerjanya aktiva dalam perusahaan,

dapatlah modal aktif dibedakan dalam: “modal kerja” (working capital

assets) dan “modal tetap” (fixed capital assets). Pengertian modal kerja

dimaksudkan sebagai jumlah keseluruhan aktiva lancar. Adapun artian

lain dari modal kerja ialah kelebihan dari aktiva lancar di atas utang

lancar.
53

Perbedaan fungsional antara modal kerja dengan modal tetap,

ialah dalam artian bahwa:

1) Jumlah modal kerja adalah lebih fleksibel. Jumlah modal kerja

dapat lebih mudah diperbesar atau diperkecil, disesuaikan dengan

kebutuhannya. Sedangkan modal tetap, sekali dibeli tidak mudah

dikurangi atau diperkecil.

2) Susunan modal kerja adalah relatif variabel. Elemen-elemen modal

kerja akan berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan, sedangkan

susunan modal tetap adalah relatif permanen dalam jangka waktu

tertentu, karena elemen-elemen dari modal tetap tidak segera

mengalami perubahan-perubahan.

3) Modal kerja mengalami proses perputaran dalam jangka waktu

yang pendek, sedangkan modal tetap mengalami proses perputaran

dalam jangka waktu yang panjang.

Pengelolaan modal kerja dapat diartikan sebagai pengelolaan

terhadap komponen-komponen aktiva lancar. Dalam konteks ini antara

komponen kas dengan komponen aktiva lancar piutang dan persediaan

saling terkait dan membutuhkan pengelolaan yang memadai sesuai

fluktuasi kebutuhan modal kerja perusahaan. Komponen aktiva lancar

meliputi kas, piutang dan persediaan, apabila salah satunya menumpuk

akan terjadi gangguan likuiditas operasi perusahaan.47

47
Bambang Riyanto, op.cit, h. 193.
54

Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk

membelanjai operasinya sehari-hari, misalkan untuk memberikan

persekot pembelian bahan mentah, membayar upah buruh, gaji

pegawai dan lain sebagainya, di mana uang atau dana yang telah

dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam

perusahaan dalam waktu yang pendek melalui hasil penjualan

produksinya. Uang yang masuk yang berasal dari penjulan produk

tersebut akan segera dikeluarkan lagi untuk membiayai operasi

selanjutnya. Dengan demikian maka dana tersebut akan terus-menerus

berputar setiap periodenya selama hidupnya perusahaan.48

Dana yang diperlukan oleh perusahaan untuk memenuhi

kebutuhan operasional perusahaan sehari-hari, seperti pembelian bahan

baku, pembayaran upah buruh, membayar hutang, dan pembayaran

lainnya disebut modal kerja.

Modal kerja merupakan salah satu unsur aktiva yang sangat

penting dalam perusahaan. Karena tanpa modal kerja perusahaan tidak

dapat memenuhi kebutuhan dana untuk menjalankan aktivitasnya.

Masa perputaran modal kerja yakni sejak kas ditanamkan pada

elemen-elemen modal kerja hingga menjadi kas lagi, adalah kurang

dari satu tahun atau berjangka pendek. Masa perputaran modal kerja

ini menunjukkan tingkat efesiensi penggunaan modal kerja tersebut.

Semakin cepat masa perputaran modal kerja semakin efesiensi

48
Ibid, h. 57.
55

penggunaan modal kerja, dan tentunya investasi pada modal kerja

semakin kecil. Oleh karena itu manajer keuangan dituntut mengelola

modal kerja dengan baik sehingga meningkatkan efesiensi modal

kerja.

Untuk keperluan analisis, pengertian modal kerja di atas masih

terlalu umum, sehingga perlu dijabarkan konsep-konsep modal kerja.

Ada tiga macam konsep modal kerja. Ada tiga macam konsep modal

kerja yang biasa digunakan untuk analisis, yaitu:

1) Modal Kerja Kuantitatif

Konsep ini menitikberatkan pada segi kuantitas dana yang

tertanam dalam aktiva yang masa perputarannya kurang satu tahun.

Modal kerja menurut konsep ini adalah kesaluruhan elemen aktiva

lancar. Oleh karena semua elemen aktiva lancar diperhitungkan

sebagai modal kerja tanpa memperhatikan kewajiban-kewajiban

jangka pendeknya, maka modal kerja ini sering disebut modal kerja

bruto atau Gross Working Capital.

2) Modal Kerja Kualitatif

Pada konsep ini, modal kerja bukan semua aktiva lancar

tetapi telah mempertimbangkan kewajiban-kewajiban yang segera

harus dibayar. Dengan demikian dana yang digunakan benar-benar

khusus digunakan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari

tanpa khawatir terganggu oleh pembayaran-pembayaran hutang

yang segera jatuh tempo. Karena menurut konsep ini hutang lancar
56

telah dikeluarkan dari perhitungan, sehingga modal kerja

merupakan selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar.

3) Modal Kerja Fungsional

Konsep ini lebih menitikberatkan pada fungsi dana dalam

menghasilkan penghasilan langsung atau current income. Dan

pengertian modal kerja menurut konsep ini adalah dana yang

digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan current income

sesuai dengan tujuan didirikannya perusahaan pada satu periode

tertentu. Dengan demikian ada tiga syarat untuk menjadi modal

kerja yakni (1) current income, (2) sesuai tujuan perusahaan dan

(3) satu periode akuntansi. Oleh karena itu yang masuk sebagai

modal kerja adalah kas, piutang dagang sebesar harga pokoknya,

persediaan, dan aktiva tetap sebesar penyusutan periode tersebut.

Sedangkan efek atau surat berharga dan margin laba dari piutang

merupakan modal kerja potensial yang akan menjadi modal kerja

bila piutang sudah dibayar dan efek sudah dijual.

Kebutuhan modal kerja dari waktu kewaktu dalam satu

periode belum tentu sama, hal ini disebabkan oleh berubah-

ubahnya proyeksi yang akan dihasilkan oleh perusahaan.

Perubahan itu sendiri kemungkinan disebabkan adanya permintaan

yang tidak sama dari waktu ke waktu, seperti adanya permintaan

disebabkan musiman. Oleh karena itu kebutuhan modal kerja juga


57

bisa mengalami perubahan. Menurut A.W. Taylor modal kerja bisa

dikelompokkan kedalam dua jenis sebagai berikut:

a) Modal Kerja Permanen

Modal kerja permanen adalah modal kerja yang selalu

harus ada dalam perusahaan dapat menjalankan kegiatannya

untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Modal kerja permanen

dibagi menjadi dua macam yakni:

(1) Modal Kerja Primer

Modal kerja primer adalah modal kerja minimal

yang harus ada dalam perusahaan untuk menjamin agar

perusahaan tetap bisa beroperasi.

(2) Modal Kerja Normal

Merupakan modal kerja yang harus ada agar

perusahaan bisa beroperasi dengan tingkat produksi normal.

Produksi normal merupakan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan barang sebesar kapasitas normal perusahaan.

(3) Modal Kerja Variabel

Modal kerja variabel adalah modal kerja yang

jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan kegiatan

ataupun keadaan lain yang mempengaruhi peusahaan.

Modal kerja variabel ini terdiri:


58

(a) Modal Kerja Musiman

Merupakan sejumlah dana yang dibutuhkan untuk

mengantisipasi apabila ada fluktuasi kegiatan

perusahaan.

(b) Modal Kerja Siklis

Adalah modal kerja yang jumlah kebutuhannya

dipengaruhi oleh fluktuasi konjungtur.

(c) Modal Kerja Darurat

Modal kerja ini jumlah kebutuhannya

dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang terjadi di luar

kemampuan perusahaan.49

b. Pembagian Modal Pasif

Apabila kita melihat pada asalnya, modal pasif itu dapat

dibedakan antara “modal sendiri”, atau “modal badan usaha” dan

“modal kreditur/utang”.

Modal sendiri atau sering disebut modal badan usaha adalah

modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau

berasal dari mengambil bagian, peserta atau pemilik (modal saham,

modal peserta dan lain-lain). Modal inilah yang menjadi tanggungan

terhadap keseluruhan risiko perusahaan dan secara yuridis modal inilah

yang merupakan jaminan bagi para kreditur. Sedangkan modal asing

atau sering juga disebut modal kreditur, adalah modal yang berasal dari

49
Sutrisno, op.cit, h. 43-46.
59

kreditur, yang ini merupakan utang bagi perusahaan yang

bersangkutan. Ditinjau dari lamanya penggunaan, modal pasiva dapat

dibedakan antara “modal jangka panjang” dan “modal jangka

pendek”.50

3. Tenaga Kerja

Pengertian tenaga kerja meliputi juga keahlian dan keterampilan

yang mereka miliki. Dari segi keahlian dan pendidikannya, tenaga kerja

dibedakan kepada tiga golongan berikut:

a. Tenaga kerja kasar adalah tenaga kerja yang tidak berpendidikan atau

rendah pendidikannya dan tidak memiliki keahlian dalam suatu bidang

pekerjaan.

b. Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dari

pelatihan atau pengalaman kerja seperti montir mobil, tukang kayu,

dan ahli mereperasi TV dan radio.

c. Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki pendidikan

cukup tinggi dan ahli dalam bidang tertentu seperti dokter, akuntan,

ahli ekonomi dan insinyur.51

Faktor produksi tenaga kerja (labor) merupakan faktor produksi

yang penting untuk diperhatikan dalam proses produksi dalam jumlah

yang cukup bukan saja dilihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi juga

kualitas dan macam tenaga kerja perlu pula diperhatikan. Beberapa hal

yang perlu diperhatikan berkaitan dengan tenaga kerja ini.

50
Bambang Riyanto, op.cit, h. 19-21.
51
Sadono Sukirno, op.cit, h. 6.
60

a. Ketersediaan tenaga kerja, ketersediannya perlu cukup memadai.

Banyaknya tenaga kerja yang diperlukan hendaknya disesuaikan

dengan kebutuhan dalam jumlah yang optimal. Ketersediaan ini terkait

erat dengan kualitas tenaga kerja, jenis kelamin, tingkat upah, dan

sebagainya.

b. Kualitas tenaga kerja, skiil merupakan menjadi pertimbangan yang

tidak boleh diremehkan. Spesialisasi memang dibutuhkan pada

pekerjaan tertentu dan jumlah yang terbatas. Apabila dalam kualitas

tenaga kerja tidak diperhatikan tidak menutup kemungkinan adanya

kemacetan produksi. Penggunaan peralatan teknologi yang canggih

jika tidak diimbangi dengan tenaga kerja yang terampil akan

meyebabkan kemubadhiran karena operasionalisasi teknologi tidak

berjalan.

c. Jenis kelamin, akan menentukan jenis pekerjaan. Pekerja laki-laki akan

mempunyai fungsi yang cukup kelihatan berbeda dengan pekerja

perempuan.

d. Tenaga kerja yang bersifat „temporer‟ atau musiman dalam sektro

pertanian. Keberadaan tenaga kerja musiman ini akan menyebabkan

tambahan jumlah tenaga kerja yang menganggur.

e. Upah tenaga kerja perempuan dan laki-laki tentu beda. Perbedaan ini

pun juga disebabkan oleh tingkat golongan, pendidikan, atau lainnya.52

52
Masyhuri, op.cit, h. 126-127.
61

Istilah tenaga kerja juga sangat luas, yaitu meliputi setiap orang

yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau

jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat,

baik yang sudah mempunyai pekerjaan dalam hubungan kerja atau sebagai

swapekerja yang belum/tidak mempunyai pekerjaan.

Tenaga kerja dapat dilihat perumusannya pada UU No. 13/2003

tentang Ketenagakerjaan, sebagai setiap orang yang mampu melakukan

pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi

kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

Pasal 1 UU No. 13/2003

(2) Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan

guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi

kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

(3) Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah

atau imbalan dalam bentuk lain.

Pasal 1 UU No. 2/2004

(9) Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah

atau imbalan dalam bentuk lain.

Mereka yang terlibat dalam hubungan ketenagakerjaan biasanya

disebut buruh/pekerja (dalam arti yang seluas-luasnya) dan pengusaha

majikan. Pengertian pekerja/buruh ternyata sangat luas, yaitu setiap orang

yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain

(pasal 1 angka 3 UU No. 13/2003). Dalam UU No. 13/2003 dibedakan


62

antara tenaga kerja dengan pekerja/buruh. Tenaga kerja adalah mereka

yang potensial untuk bekerja, berarti bahwa mereka bisa saja belum

bekerja. Sedangkan pekerja/buruh adalah potensi yang sudah terkait

hubungan pekerjaan dengan pengusaha dengan menerima upah atau

imbalan dalam bentuk lain.53

Salah satu pengelolaan tenaga kerja adalah meningkatkan

produktivitas. Dalam hal ini, perlu dicatat bahwa tujuan manajemen tenaga

kerja adalah bukan untuk memaksimumkan “performance”, tetapi

mengoptimalkan pelaksanaan kerja karena adanya berbagai batasan

(constrains) yang melingkupi operasi organisasi. Herbert Simon

menyebutnya adalah istilah “satisficing”, atau mencapai performance”

yang memuaskan, yaitu tingkat prestasi yang memungkinkan organisasi

mempertahankan kelangsungan hidupnya dan tumbuh.

Berbagai prinsip yang perlu diperhatikan dalam manajemen tenaga

kerja adalah:

a. Memadukan karyawan dan pekerjaan.

b. Menetapkan standar-standar pelaksanaan kerja.

c. Memberikan penghargaan atas prestasi kerja.

d. Menjamin supervisi yang baik.

e. Merumuskan secara jelas tanggung jawab karyawan.

Prinsip-prinsip di atas tidak menetapkan suatu prosedur yang tetap

untuk berbagai manajemen tenaga kerja, tetapi dimaksudkan untuk

53
Koesparmono Irsan Armansyah, Hukum Tenaga Kerja :suatu pengantar,(Jakarta:
Erlangga, 2016), h.26-27.
63

memberikan beberapa beberapa pedoman yang perlu dikembangkan lebih

lanjut dalam kondisi-kondisi yang berbeda.54

Tenaga kerja manusia adalah mereka yang mebuat ikatan kerja atau

hubungan perburuhan (labor relation) dengan pemilik perusahaan

manufaktur.55

Pengukuran kinerja diperlukan untuk menetukan hasil kerja yang

dicapai oleh seorang pekerja atau sekelompok pekerja. Hasil kerja

dimaksud terikat pada lamanya waktu yang diperlukan oleh seorang

pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan yang dipercayakan. Dengan

demikian, setiap pekerja harus mengetahui waktu normal dan waktu

standar yang ditentukan oleh perusahaan untuk menyelesaikan pengerjaan

satu unit keluaran. Dengan membandingkan waktu aktual (aktual time)

untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau bagian dari pekerjaan dengan

waktu normal dimaksud, kita dapat menemukan level kinerja seseorang

(performance rating). Level kinerja dapat dihitung sebagai ratio dari

waktu normal dengan waktu aktual menyelesaikan satu unit operasi oleh

seorang tenaga kerja.56

4. Teknologi (Mesin)

Teknologi telah menjadi suatu faktor dominan dalam bisnis dan

dalam kehidupan kita. Kemajuan teknologi mempunyai pengaruh yang

sangat bersar tehadap manajemen operasi. Sebagai manajer operasi, kita

54
T. Hani Handoko, Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi, (Yogyakarta:
BPFE, 2011), h. 215-216.
55
Murdifin Haming dan Mahfud Nurnajamuddin, op.cit, h. 31.
56
Ibid, h. 435-436.
64

dituntut tidak hanya menjadi “pemakai teknologi”, tetapi lebih menjadi

“manajer teknologi”.

Ada dua definisi umum teknologi. Pertama, teknologi adalah

aplikasi ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah manusia.

Definisi ini sangat luas dan mencakup hampir semua kegiatan manusia.

Definisi teknologi yang lebih sempit, adalah bahwa teknologi merupakan

sekumpulan proses, peralatan, metoda, prosedur dan perkakas yang

digunakan untuk memproduksi barang atau jasa. Definisi ini lebih

mengandung arti teknologi proses dan bukan teknologi produk.

Pemilihan teknologi mempunyai dampak terhadap semua bagian

operasi, terutama dalam disain pekerjaan. Seorang manajer tidak dapat

memilih suatu teknologi tanpa pemahaman berbagai macam teknologi

yang tersedia. Teknologi pabrik, ada tiga tingkatan, bila diidentifikasi atas

dasar apakah manusia atau mesin yang menyediakan tenaga dan

mengendalikannya. Tingkatan pertama adalah pekerjaan-tangan (hand-

made) di mana manusia merupakan sumber tenaga dan pengendali bagi

alat-alat yang digunakan. Teknologi ini ditandai dengan karyawan bekerja

secara manual, kerja otot dan dampak lingkungan minimal.

Tingkatan kedua adalah pekerjaan-mesin (machine-made), dimana

mesin menyediakan tenaga, tetapi manusia masih harus mengendalikan

peralatan-peralatan. Teknologi ini menghilangkan pekerjaan-pekerjaan

manual tetapi masih memerlukan manusia untuk mengendalikan mesin.


65

Tingkatan teknologi ke tiga, di mana proses telah diotomatisasikan,

mesin merupakan sumber tenaga dan pengendali. Manusia berfungsi

sebagai pemogram dan pengawas mesin. Teknologi ini banyak digunakan

dalam industri-industri mobil dan industri-industri “proses” seperti

makanan, minyak, kimia, dan baja.57

Tetapi masukan (input) dapat pula saling menggantikan. Andaikata

tenaga kerja menjadi mahal, perusahaan dapat memilih teknologi yang

hemat tenaga kerja; artinya mereka dapat menggantikan manusia dengan

mesin, dan modal dapat menggantikan lahan apabila lahannya terbatas.

Andaikata modal menjadi relatif mahal, perusahaan dapat mengganti

modal dengan tenaga kerja.58

D. Minyak Sawit (Crude Palm Oil, CPO)

Perkebunan kelapa sawit pertama kali berlokasi di Pantai Timur

Sumatera (Deli) dan Aceh. Indonesia merupakan penghasil utama CPO di

dunia. Tahun 2008, produksi CPO Indonesia sebesar 17, 1 juta ton. Perkiraan

tahun 2009, produksi CPO Indonesia sebesar 20,7 juta ton dan ekspor sebesar

15,7 juta ton. Peningkatan produksi ini juga telah meningkatkan devisa negara

selain migas.

Buah kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak. Minyak yang

berasal dari daging buah (mesokarp) berwarna merah. Jenis minyak ini dikenal

sebagai minyak kelapa sawit kasar atau Crude Palm Oil (CPO). Sedangkan

57
T. Hani Handoko, op.cit, h. 135-137.
58
Case & Fair, op.cit, h. 173.
66

minyak yang kedua berasal dari initi kelapa sawit, tidak berwarna, dikenal

dengan minyak inti sawit atau Kernel Palm Oil (KPO).

Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida,

yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak. CPO berupa minyak sawit yang

agak kental berwarna kuning jingga kemerha-merahan karena kandungan

karotenoida (teutama B-karotena). Kandungan karotene dapat mencapai 1000

ppm atau lebih, tetapi dalam minyak dari jenis tenera kurang lebih 500-700

ppm. Karotene dapat dimanfaatkan sebagai obat kanker paru-paru dan

payudara, dan juga berfungsi sebagai pembentuk vitamin A didalam tubuh.

Betakaroten merupakan bahan pembentuk vitamin A (provitamin A) dalam

proses metabolisme dalam tubuh.

Kandungan minyak tertinggi dalam buah adalah pada saat buah akan

memberondol (melepas dari tandannya). Minyak sawit merupakan bahan yang

tidak hanya digunakan dalam produk makanan seperti dalam pembuatan

margarin, biskuit, es krim dan minyak goreng, akan tetapi juga dimanfaatkan

untuk produk nonmakanan seperti dalam pembuatan sabun, detergen,

kosmetika, dan lain-lain.59

Manfaat minyak sawit diantaranya sebagai bahan baku untuk industri

pangan dan industri nonpangan. Minyak sawit dapat dimanfaatkan di berbagai

industri karena memiliki susunan dan kandungan gizi yang cukup lengkap.

Industri yang banyak menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku adalah

59
Nina Yuniva, “ Analisa Mutu Crude Palm Oil (CPO) dengan Parameter Kadar Asam
Lemak Bebas (ALB), Kadar Air dan Kadar Zat Pengotor di Pabrik Kelapa Sawit PT Perkebunan
Nusantara-v Tandun Kabupaten Kampar”, artikel di akses 7 april 2018 dari
http://scholar.google.com
67

industri pangan serta industri nonpangan seperti kosmetik dan farmasi.

Bahkan minyak sawit telah dikembangkan sebagai salah satu bahan bakar.60

E. Faktor-Faktor Produksi Dalam Islam

Sejak manusia berada di muka bumi, produksi ikut juga menyertainya.

Produksi sangat prinsip bagi kelangsungan hidup dan juga peradaban manusia

dan bumi. Menurut Adiwarman Karim, sesungguhnya produksi lahir dan

tumbuh dari menyatunya manusia dengan alam. Dalam bahasa Arab, artinya

produksi adalah al-intaj dari akar kata nataja, yang berarti mewujudkan atau

mengadakan sesuatu, atau pelayanan jasa yang jelas dengan menuntut adanya

bantuan penggabungan unsur-unsur produksi yang terbingkai dalam waktu

yang terbatas.

Produksi adalah menciptakan manfaat atas sesuatu benda. Secara

terminologi, kata produksi berarti menciptakan dan menambah kegunaan (nilai

guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila memberikan

manfaat baru atau lebih dari semula. Secara umum, produksi adalah

penciptaan guna (utility) yang berarti kemampuan suatu barang atau jasa

untuk memuaskan kebutuhan manusiawi tertentu.

Dalam ekonomi Islam, produksi juga merupakan bagian terpenting dari

aktivitas ekonomi bahkan dapat dikatakan sebagai salah satu dari rukun

ekonomi disamping konsumsi, distribusi, infak, zakat, nafkah, dan sedekah.

Hal ini dikarenakan produksi adalah kegiatan manusia untuk menghasilkan

barang dan jasa yang kemudian manfaatnya dirasakan oleh konsumen.


60
Yan Fauzi, Yustina Erna Widyastuti, Iman Satyawibawa dan Rudi Hartono, op.cit, h.
132.
68

Produksi dalam perspektif Islam tidak hanya berorientasi untuk memperoleh

keuntungan yang sebanyak-banyaknya, meskipun mencari keuntungan tidak

dilarang. Dalam ekonomi Islam, tujuan utama produksi adalah untuk

kemaslahatan individu dan masyarakat secara berimbang. Islam sesungguhnya

menerima motif berproduksi sebagaimana motif dalam sistem ekonomi

konvensional, hanya saja lebih jauh Islam juga menambahkan nilai-nilai moral

di samping utilitas ekonomi. Bagi Islam memproduksi sesuatu bukanlah

sekedar untuk dikonsumsi sendiri atau dijual di pasar, tetapi lebih jauh

menekankan bahwa setiap kegiatan produksi harus pula mewujudkan fungsi

sosial. Dalam Al-Qur‟an surah 57/al-Hadiid ayat 7, Allah berfirman:

          

     

Artinya: berimanlah kamu kepada Allah dan Rsul-Nya dan infakkanlah (di
jalan Allah) sebagian dari harta yang Dia telah Menjadikan kamu
sebagai penguasanya (amanah). Maka orang-orang yang beriman di
antara kamu dan menginfakkan (hartanya di jalan Allah)
memperoleh pahala yang besar.61

Dengan kata lain, di samping produksi dimaksudkan untuk

mendapatkan utilitas, juga dalam rangka memperbaiki kondisi fisik material

dan spiritual-moralitas manusia sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup

sebagaimana digariskan dalam agama Islam, yaitu kebahagiaan dunia dan

akhirat. Dalam ekonomi Islam terdapat keyakinan adanya Allah SWT

sehingga peran dan kepemilikan dalam ekonomi dipegan oleh Allah. Konsep

61
Departemen Agama RI, op.cit, h. 538.
69

produksi dalam ekonomi Islam tidak semata-mata bermotif keuntungan dunia

tetapi lebih penting mencapai secara maksimal keuntungan akhirat. Untuk

menjamin terwujudnya kemaslahatan individu dan masyarakat, sistem

ekonomi Islam menyediakan beberapa landasan teoritis seperti keadilan

ekonomi (al-„adalah al-iqtishadiyyah), jaminan sosial (al-takaful al-ijtima‟i),

dan pemanfaatan sumber-sumber daya ekonomi produktif secara efisien.

Kegiatan produksi yang pada dasarnya halal, harus dilakukan dengan

cara-cara yang tidak mengakibatkan kerugia dan mudharat dalam kehidupan

masyarakat. Produksi barang-barang yang halal adalah dibenarkan, tetapi

apabila produksi itu dilakukan dengan mengandung unsur tipuan atau

pemerasan, maka hal ini tidak memenuhi landasan ekonomi Islam. Dilihat dari

segi manfaat aktivitas produksi dalam ekonomi Islam terdapat beberapa

persyaratan yang harus dipenuhi. Pertama, dibenarkan dalam syariah Islam,

yaitu sejalan dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam Al-Qur‟an

dan Hadis Nabi, ijma‟ dan qiyas. Kedua, tidak mengandung unsur mudharat

bagi orang lain. Ketiga, keluasan cakupan manfaat dalam ekonomi Islam yang

mencakup manfaat dunia dan akhirat.62

Istilah “produksi”sering digunakan dalam term membuat sesuatu.

Secara khusus, produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah

suatu barang atau jasa. Dalam istilah yang lebih luas dan lebih fundamental,

produksi dapat diartikan sebagai berikut: “Pengubahan bahan-bahan dari

sumber-sumber menjadi hasil yang diinginkan oleh konsumen. Hasil itu dapat

62
Idri, Hadis Ekonomi (Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi), (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2016), h. 61-64.
70

berupa barang atau pun jasa”. Jadi, produksi adalah setiap usaha untuk

menaikkan atau menimbulkan faedah. Menurut Soemitro, produksi adalah

segala sesuatu yang membawa faedah lebih. Produksi ini terjadi karena ada

kerja sama antar berbagai faktor produksi.63

Produksi adalah kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan jasa

yang kemudian dimanfaatkan oleh konsumen. Secara teknis produksi adalah

proses mentransformasikan input menjadi output, tetapi definisi produksi

dalam pandangan ilmu ekonomi jauh lebih luas. Pendefinisian produksi

mencakup tujuan kegiatan menghasilkan output serta karakter-karakter yang

melekat padanya.

Dari berbagai definisi di atas, maka bisa disimpulkan bahwa

kepentingan manusia, yang sejalan dengan moral Islam, harus menjadi fokus

dan target dari kegiatan produksi. Produksi adalah proses mencari,

mengalokasikan dan mengolah sumber daya menjadi output dalam rangka

meningkatkan mashlahah bagi manusia.64

Menurut Yusuf Qaradhawi, faktor produksi yang utama menurut Al-

Qur‟an adalah alam dan kerja manusia. Fungsi manusia adalah sebagai

khalifah di muka bumi. Khalifah ini diberi amanat oleh Allah untuk

memakmurkan bumi.

63
Abdul Aziz, Ekonomi Islam Analisis Mikro dan Makro, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2008), h. 56.
64
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2015), h. 230-231.
71

Produksi merupakan perpaduan harmonis antara alam dengan manusia.

Allah swt berfirman, 65

                 

            

 

Artinya: dan kepada kaum Samud (Kami utus) saudara mereka, Shalih. Dia
berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada tuhan bagimu
selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan
menjadikanmu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan
kepada-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya
Tuhan-ku sangat dekat (rahmat-Nya) dan memperkenankan (doa
hamba-Nya).”(QS. Huud: 61)66

Dalam ekonomi konvensional, produksi diartikan dengan upaya atau

kegiatan untuk menambah nilai pada suatu barang. Arah kegiatan ditujukan

kepada upaya-upaya pengaturan yang sifatnya dapat menambah atau

menciptakan kegunaan (utility) dari suatu baranag atau jasa. Untu

melaksanakan kegiatan produksi tersebut tentu saja perlu dibuat suatu

perencanaan yang menyangkut apa yang akan diproduksi, barapa anggaran

dan bagaimana pengendalian dan pengawasannya. Bahkan perlu dipikirkan

pula ke mana hasil produksi akan didistribusikan karena pendistribusian dalam

bentuk penjualan hasil produksi pada akhirnya merupakan penunjang untuk

kelanjutan produksi. Pada hakikatnya, kegiatan produksi akan dapat

dilaksanakan bila persediaan faktor-faktor produksi.

65
Mohammad Hidayat, an Introduction to The Sharia Economic pengantar Ekonomi
Syariah, (Jakarta: Katalog Dalam Terbitan, 2010), h. 218-226.
66
Kementerian Agama Republik Indonesia, op,cit, h. 228.
72

Secara garis besar, faktor-faktor produksi dapat diklasifikasikan

menjadi dua jenis, yaitu faktor manusia dan faktor non-manusia. Yang

termasuk faktor manusia adalah tenaga kerja atau buruh dan wirausahawan,

sementara faktor non manusia adalah sumber daya alam, modal (kapital),

mesin, alat-alat, gedung, dan input-input fisik lainnya.

Dikalangan para ahli ekonomi Muslim, belum ada kesepakatan

tentang faktor-faktor produksi. Menurut al-Mawdudi, faktor produksi terdiri

atas amal atau kerja (labour), tanah, land, dan modal (capital). Adapun

menurut M. Abdul Manan, faktor produksi hanya berupa amal (kerja) dan

tanah. Modal bukanlah merupakan faktor produksi yang independen, karena

modal bukanlah faktor dasar. Modal merupakan manifestasi dan hasil atas

suatu pekerjaan. Dalam ekonomi konvensional, modal (capital) yang telah

diberikan menuntut adanya return, yang biasanya berupa bunga. Abu su‟ud

menyatakan bahwa faktor-faktor produksi dalam Islam sama dengan faktor-

faktor produksi dalam ekonomi konvensional, yaitu: sumber daya alam

(tanah), usaha manusia (tenaga kerja), modal (kapital), dan organisasi

(wirausaha).

Meskipun terjadi perbedaan pendapat di atas, beberapa ahli ekonomi

Islam, sebagaimana ahli ekonomi konvensional, membagi faktor-faktor

produksi menjadi empat, yaitu tanah (sumber daya alam), tenaga kerja

(sumber daya manusia), modal, dan organisasi.67

67
Idris, op.cit, h. 80-81.
73

Ghazali menyebutkan bahwa beberapa faktor produksi antara lain:

pertama, tanah dengan segala potensinya, sebagai barang yang tidak akan

pernah bisa dipisahkan dari bahasan tentang produksi; kedua, tenaga kerja,

karena kerja; ketiga, modal/capital, objek material yang digunakan untuk

memproduksi suatu kekayaan ataupun jasa ekonomi; keempat, manjemen

produksi, untuk mendapatkan kualitas produksi yang baik diperlukan

manajemen yang baik juga; kelima, teknologi, alat-alat produksi baik berupa

mesin, pabrik maupun yang lainnya; keenam, bahan baku ataupun material

yang berupa pertambangan, pertanian, dan hewan.68

Hubungan antara faktor-faktor produksi dengan tingkat produksi yang

dihasilkan dinamakan dengan fungsi produksi. Faktor produksi dapat

dibedakan ke dalam empat golongan yaitu, tanah, tenaga kerja, modal dan

keahlian. faktor-faktor produksi dikenal dengan istilah input dan jumlah

produksi diistilahkan dengan output. Fungsi produksi dinyatakan dalam

bentuk rumus, sebagai berikut:

Q = f (K,L,R,T)
Di mana:

K = Jumlah stok modal

L = Jumlah tenaga kerja

R = Kekayaan alam

T = Tingkat teknologi yang digunakan

Q = Jumlah produksi yang dihasilkan oleh berbagai jenis faktor-faktor

produksi tersebut secara bersamaan.

68
Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi, op.cit, h. 118-119.
74

Berdasarkan persamaan di atas dapat dipahami bahwa tingkat produksi

suatu barang tergantung kepada jumlah modal, jumlah tenaga kerja, jumlah

kekayaan alam, dan tingkat teknoloi yang digunakan.

1) Bahan Baku

Bahan baku terbagi menjadi dua macam, adakalanya bahan baku

tersebut meruapkan sesuatu yang harus didapat ataupun dihasilkan oleh

alam, tanpa ada penggantinya. Ada juga yang memang dari alam akan

tetapi, bisa dicarikan bahan lain untuk mengganti bahan yang ada. Ketika

seorang produsen akan memproduksi suatu barang/jasa, maka salah satu

hal yang harus dipikirkan yaitu bahan baku. Karena jikalau bahan baku

tersedia dengan baik, maka produksi akan berjalan dengan lancar, jikalau

sebaliknya, maka akan menghambat jalannya suatu produksi. Maka dari

itu seorang produsen haruslah mempelajari terlebih dahulu saluran-saluran

penyedia bahan baku, agar aktivitas produksi berjalan dengan baik.69

2) Modal

Modal ialah setiap hasil yang digunakan untuk produksi lebih lanjut.

Oleh sebab itu barang-barang konsumsi dan pemberian alam seperti tanah

tidak termasuk faktor produksi modal. Modal berupa-rupa bentuknya. Ada

modal yang abstrak dan konkrit, ada modal yang tetap, konstant, variabel

dan sebagainya.70

Modal merupakan faktor produksi yang sangat penting dalam suatu

produksi. Tanpa adanya modal, produsen tidak akan bisa menghasilkan

69
Ibid, h. 122.
70
Abdul Aziz, op.cit, h. 57.
75

suatu barang/jasa. Modal adalah sejumlah kekayaan yang bisa saja berupa

assets ataupun intangible assets, yang bisa digunakan untuk menghasilkan

suatu kekayaan. Dalam Islam, modal suatu usaha haruslah bebas dari riba.

Dalam beberapa perolehan modal, Islam mengatur suatu sistem yang lebih

baik, dengan cara kerja sama mudharabah dan musyarakah. Hal ini untuk

menjaga hak produsen dan juga hak pemilik modal, agar tercapai suatu

kebaikan dalam suatu aktivitas produksi; yang akhirnya akan berimplikasi

pada adanya suatu mashlahah dalam suatu kerjasama yang dilakukan oleh

masing-masing pihak.71

3) Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan human capital bagi suatu perusahaan. Di

berbagai macam jenis produksi, tenaga kerja merupakan aset bagi

keberhasilan suatu perusahaan. Kesuksesan suatu produksi terletak pada

kinerja sumber daya manusia yang ada di dalamnya, termasuk di antaranya

kinerja para tenaga kerja. Sangat banyak sekali ajaran yang tertulis dalam

Al-Qur‟an dan Hadis tentang bagaimana seharusnya hubungan antara

atasan dengan bawahannya terbangun. Sehingga dasar-dasar ajaran

tersebut bisa diterapkan di antara komisaris dengan direksi, antara direksi

dan karyawan,dan lain sebagainya. Tenaga kerja yang memiliki skill dan

integritas yang baik merupakan modal utama bagi suatu perusahaan, di

lain modal-modal yang lainnya. Karena secara umum, banyak di antara

ahli ekonomi yang menyatakan bahwa tenaga kerja adalah satu-satunya

71
Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi, op.cit, h. 120.
76

produsen, dan pangkal produkstivitas dari semua faktor produksi yang

lainnya. Tanah, modal, mesin, manjerial yang baik tidak akan menhasilkan

suatu barang/jasa tanpa adanya tenaga kerja.72

4) Teknologi

Di era kemajuan produksi yang ada pada saat ini, teknologi

mempunyai peranan yang sangat besar dalam sektor ini. Berapa banyak

produsen yang kemudian tidak bisa sevice karena adanya kompetitor

lainnya dan lebih banyak yang bisa menghasilkan barang/jasa jauh lebih

baik karena didukung oleh faktor teknologi.73

72
Ibid, h. 119-120.
73
Ibid, h. 121.

Anda mungkin juga menyukai