Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Ny.N DENGAN KASUS KISTA COKLA DI RUANG KABER


RS MITRA DELIMA

Di Ajukan Untuk Memnuhi Tugas Studi Klinik Keperawatan Program Sarjana


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen

Oleh :

NUR CAHYATI

NIM 17.20.049

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

MALANG 2021
A. Laporan pendahuluan pada ny.n dengan kasus kista cokla di ruang kaber
Rs mitra delima
B. Definisi

Endometriosis yaitu suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang


masih berfungsi berada di luar kavum uteri. Jaringan ini terdiri atas kelenjar dan
stroma, terdapat di dalam endometrium ataupun di luar uterus. Bila jaringan
endometrium terdapat di dalam miometrium disebut adenomiosis, bila brada di
luar uterus disebut endometriosis. Pembagian ini sudah tidak dianut lagi, karena
secara patologik, klinik, ataupun etiologic adenomiosis berbeda dengan
endometriosis. Adenomiosis secara klinis lebih banyak persamaan dengan mioma
uteri. Adenomiosis sering ditemukan pada multipara dalam masa premenopause,
sedangkan endometriosis terdapat pada wanita yang lebih muda dan yang infertile
(Prawirohardjo, 2011).

Penampakan kasarnya bisa dalam bentuk luka berupa sebuah peninggian


atau kista yang berisi darah baru, merah atau biru-hitam. Karena termakan waktu,
luka tersebut berubah menjadi lebih rata dan berwarna coklat tua. Ukuran luka
dapat berkisar dari luka kecil dari 10 cm I Gusti Agung, 2012).

C. Epidemiologi

Sebagai gambaran epidemiologi endometriosis dikemukakan bahwa


kejadian endometriosis akan meningkat bila wanita mengalami polimenorea dan
durasi menstruasi panjang, terjadi retrograde menstruasi makin besar Keluhan
dismenorea dan infertilitas menonjol pada endometriosis (Manuaba,2010).

Insiden endometriosis berkisar 5-15% pada perempuan pramenopause.


Endometriosis merupakan penyebab pada seperempat laparotomy ginekologi dan
dijumpai pada 50% perempuan yang menjalani pembedahan untuk infertilitas.
Usia rata-rata adalah 28 tahun (dengan rentang 10-83 tahun), walaupun 75% kasus
terjadi pada perempuan yang berusia 25 dan 50 tahun. (Gant & Cunningham,
2010).

Endometriosis juga terjadi pada dua per tiga remaja yang mengalami nyeri
yang bermakna saat menstruasi. Remaja merupakan 8% wanita yang menderita
endometriosis. Dari remaja-remaja yang menderita endometriosis 10% nya
mengalami obstruksi kongenital aliran keluar menstruasi (Benson, 2009).

D. Etiologi

Beberapa ahli mencoba menerangkan kejadian endometriosis yaitu berupa


beberapa teori,antara lain:
a. Teori Implantasi dan Regurgitasi. Teori ini menerangkan adanya darah haid
yang dapat menjalar dari kavum uteri melalui tuba Falopii, tetapi teori ini tidak
dapat menerangkan kasus endometriosis di luar pelvis.

b. Teori Metaplasia. Teori ini menerangkan terjadinya metaplasia pada sel-sel


coelom yang berubah menjadi endometrium. Perubahan ini dikatakan sebagai
akibat dari iritasi dan infeksi atau hormonal pada epitel coelom. Secara
endokrinologis hal ini benar karena epitel germinativum dari ovarium,
endometrium dan peritoneum berasal dari epitel coelom yang sama.

c. Teori Induksi. Kelanjutan teori metaplasia, di mana faktor biokimia endogen


menginduksi perkembangan sel peritoneal yang tidak berdiferensiasi menjadi
jaringan endometrium.

E. Klasifikasi

Berdasarkan lokasi tempat endometriosis dibagi menjadi :

a. Endometriosis Interna (adenomiosi uteri)

Fokus Endometriosis berada multilokuler di dalam otot uterus. Akan


terjadi penebalan atau pembesaran uterus. Gejala yang timbul hampir tidak ada.
Ada dua gejala yang khas buat adenomiosis uterus, yaitu:

- Nyeri saat haid.

- Perdarahan haid yang banyak atau haid yang memanjang.

b. Edometriosis Ovarium
Akibat adanya endometriosis pada ovarium akan terbentuk kista coklat.
Kista coklat ini sering mengadakan perlekatan dengan organorgan di sekitarnya
dan membentuk suatu konglomerasi.

c. Endometriosis Retroservikalis.

Pada rectal toucher sering teraba benjolan yang nyeri pada cavum
Douglas. Benjolan-benjolan ini akan melekat dengan uterus dan rectum, akibatnya
adalah:

- Nyeri pada saat haid.

- Nyeri pada saat senggama.

Diagnosa banding yang perlu diperhatikan adalah:

- Karsinoma ovarium.

- Metastasis di kavum Douglas.


- Mioma multiple.

- Karsinoma rectum.

d. Endometriosis Ekstragenital.

Setiap nyeri yang timbul pada organ tubuh tertentu pada organ tubuh
tertentu bersamaan dengan datangnya haid harus dipikirkan adanya endometriosis
( I Gusti Agung, 2012).

F. Manifestasi Klinis

Tanda-tanda dari endometriosis yaitu siklus haid yang terganggu di sertai


nyeri haid. Nyeri yang terjadi timbul di luar siklus haid seperti dispareunia, nyeri
BAK dan BAB. Selain itu terdapat Luka yang terlihat pada pemeriksaan speculum
adalah sangat menunjukan endometriosis, dan jika ada harus dilakukan
pemeriksaan biopsy ( Djuwantono T, 2012).

Penderita endometriosis bisa datang dengan keluhan nyeri panggul,


terutama bila datang haid, infertilitas, disparenia, perdarahan uterus abnormal,
rasa nyeri atau berdarah ketika kencing atau pada rectum dalam masa haid.

Gejala-gejala endometriosisi datangnya berkala dan bervariasi sesuai


datangnya haid tetapi bisa menetap. Banyak penderita endometriosis yang tidak
bergejala, dan terdapat sedikit korelasi antara hebatnya gejala dengan beratnya
penyakit. Adapun gambaran klinis endometriosis menurut Sarwono yaitu :

a. Nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada dan
selama haid (dismenore) Disebabkan oleh reaksi peradangan akibat reaksi
peradangan akibat sekresi sitokin dalam rongga peritonium, akibat perdarahan
lokal pada sarang endometriosis dan oleh adanya infiltrasi endometriosis ke dalam
syaraf pada rongga panggul.

b. Dispareunia Merupakan keadaan yang sering dijumpai disebabkan oleh


karena adanya endometriosis di kavum douglasi dan ligamentum sakrouterina dan
terjadi perlengketan sehingga uterus dalam posisi retrofleksi.

c. Nyeri pada saat defekasi Defekasi yang sukar dan sakit terutama pada
waktu haid disebabkan oleh karena adanya endometriosis pada dinding
rektosigmoid.

d. Gangguan Haid (Polimenorea dan hipermenorea) Gangguan haid dan


siklusnya terjadi apabila kelainan pada ovarium demikian luasnya sehingga fungsi
ovarium terganggu.Menstruasi tidak teratur terdapat pada 60% wanita penderita.
Pasien mungkin mengeluhkan bercak merah premenstruasi, perdarahan
menstruasi dalam jumlah banyak (menoragia), atau frekuensi menstruasi yang
lebih sering dan banyak mengeluarkan darah.

e. Infertilitas Penderita endometriosis yang infertil seringkali tidak


menampilkan gejala nyeri, sehingga penyakitnya baru terliput ketika dilakukan
pemeriksaan diagnostik untuk infertilisasi. Kecurigaan ke arah endometriosis akan
semakin besar apabila disertai keluhan disminore dan dispareunia (Prawihardjo,
2011).

G. Patofhisiologi

Ada beberapa teori yang menjelaskan patofisiologi terjadinya


endometriosis antara lain (Prawirohardjo, 2011) :

1) Teori refluks haid dan implantasi sel endometrium di dalam rongga


peritoneum. Hal ini pertama kali diterapkan oleh John Sampson (1921). Teori ini
dibuktikan dengan ditemukan adanya darah haid dalam rongga peritoneum pada
waktu haid dengan laparoskopi, dan sel endometrium yang ada dalam haid itu
dapat dikultur dan dapat hidup menempel dan tumbuh berkembang pada sel
mesotel peritoneum.

2) Teori koelemik metaplasia, dimana akibat stimulus tertentu terutama hormon,


sel mesotel dapat mengalami perubahan menjadi sel endometrium ektopik. Teori
ini terbukti dengan ditemukannya endometriosis pada perempuan pramenarke dan
pada daerah yang tidak berhubungan langsung dengan refluks haid seperti di
rongga paru. Disamping itu, endometrium eutopik dan ektopik adalah dua bentuk
yang jelas berbeda, baik secara morfologi maupun fungsional.

3) Penyebaran melalui aliran darah (hematogen)dan limfogen.

4) Pengaruh genetik. Pola penurunan penyakit endometriosis terlihat berperan


secara genetik. Risiko menjadi 7 kali lebih besar bila ditemukan endometriosis
pada ibu atau saudara kandung.

5) Patoimunologi yaitu reaksi abnormal imunologi yang tidak berusaha


membersihkan refluks haid dalam rongga peritoneum, malah memfasilitasi
terjadinya endometriosis. Apoptosis sel-sel endometriosis ektopik menurun. Pada
endometriosis ditemukan adanya peningkatan jumlah makrofag dan monosit di
dalam cairan peritoneum, yang teraktivasi menghasilkan faktor pertumbuhan dan
sitokin yang merangsang tumbuhnya endometrium ektopik. Dijumpai adanya
peningkatan aktivitas aromatase intrinsik pada sel endometrium ektopik
menghasilkan estrogen lokal yang berlebihan, sedangkan respons sel
endometrium ektopik terhadap progesteron menurun. Peningkatan sekresi molekul
neurogenik seperti nerve growth factor dan reseptornya yang merangsang
tumbuhnya syaraf sensoris pada endometrium. Peningkatan interleukin-1 (IL-1)
dapat meningkatkan perkembangan endometriosis dan merangsang pelepasan
faktor angiogenik (VEGF), interleukin-6, interleukin-8 dan merangsang pelepasan
intercelular adhesion melucule-1 (ICAM-1) yang membantu sel endometrium
yang refluks ke dalam rongga peritoneum terlepas dari pengawasan imunologis.
Interleukin-8 merupakan suatu sitokin angiogenik yang kuat. Interleukin-8
merangsang perlekatan sel stroma endometrium ke protein matrix exracelular,
meningkatkan aktivitas matrix metaproteinase yang membantu implantasi dan
pertumbuhan ndometrium ektopik.

H.Pathway
Faktor internal

Genetik ( keturunan )

Gen abnormal

Gangguan Menstruasi

Kista Coklat

Pre Op

Benjolan di Abdomen

Nyeri
I. Komplikasi

1. Gangguan kesuburan atau infertilitas


Endometriosis dapat menutupi tuba falopi, sehingga menghalangi sel telur bertemu dengan
sperma. Pada kasus yang jarang terjadi, penyakit ini dapat merusak sel telur dan sperma.
Sepertiga hingga setengah penderita endometriosis diketahui menderita gangguan kesuburan.
Meski demikian, wanita dengan endometriosis ringan sampai sedang masih berpeluang untuk
hamil. Dokter akan menyarankan penderita tidak menunda untuk memiliki anak, sebelum
kondisinya makin serius.
2. Kanker ovarium
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa risiko terserang kanker ovarium (indung telur) sedikit
meningkat pada penderita endometriosis. Selain kanker ovarium, wanita dengan riwayat
endometriosis juga berisiko terserang kanker endometrium, meski sangat jarang terjadi.
3. Adhesi
Jaringan endometriosis dapat membuat sejumlah organ tubuh saling menempel. Sebagai contoh,
kandung kemih dan usus dapat melekat ke rahim.
4. Kista ovarium
Kista ovarium adalah kantong berisi cairan yang tumbuh pada ovarium. Kondisi ini terjadi bila
jaringan endometriosis terletak di dalam atau di dekat ovarium. Pada sejumlah kasus, kista dapat
membesar dan menimbulkan nyeri parah.
J. Pemeriksaan Penunjang

1. Ultrasonografi (USG) USG hanya dapat digunakan untuk mendiagnosis


endometriosis (kista endometriosis) > 1cm, tidak dapat digunakan untuk melihat
bintik-bintik endometriosis ataupun perlengketan. Dengan menggunakan USG
transvaginal kita dapat melihat gambaran karakteristik kista endometriosis dengan
bentuk kista dan adanya interval eko di dalam kista

2. Magnetic Resonance Imaging (MRI) MRI tidak menawarkan pemeriksaan yang


lebih superior dibandingkan dengan USG. MRI dapat digunakan untuk melihat
kista, massa ekstraperitoneal, adanya invasi ke usus dan septum rektovaginal.

3. Pemeriksaan serum CA 125 Serum CA 125 adalah petanda tumor yang sering
digunakan pada kanker ovarium. Pada endometriosis juga terjadi peningkatan
kadar CA 125. Namun, pemeriksaan ini mempunyai nilai sensitifitas yang rendah.
Kadar CA 125 juga meningkat pada keadaan infeksi radang panggul, mioma, dan
trimester awal kehamilan. CA 125 dapat digunakan sebagai monitor prognostik
pascaoperatif endometriosis bila nilainya tinggi berarti prognostik
kekambuhannya tinggi. Bila didapati CA 125 > 65 mIU/ml praoperatif
menunjukkan derajat beratnya endometriosis.

4. Bedah Laparoskopi Laparoskopi merupakan alat diagnostik baku emas untuk


mendiagnosis endometriosis. Lesi aktif yang baru berwarna merah terang,
sedangkan lesi yang sudah lama berwarna merah kehitaman. Lesi nonaktif terlihat
berwarna putih dengan jaringan parut. Pada endometriosis yang tumbuh di
ovarium dapat terbentuk kista yang disebut endometrioma. Biasanya isinya
berwarna cokelat kehitaman sehinggga juga diberi nama kista cokelat. Sering
endometriosis ditemukan pada laparoskopik diagnostik, tetapi pasien tidak
mengeluh.

5. Pemeriksaan Patologi Anatomi Pemeriksaan pasti dari lesi endometriosis


adalah didapatkan adanya kelenjar dan stroma endometrium (Prawirohardjo,
2011)

K. Penatalaksanaan

Sampai saat ini penatalaksanaan endometriosis lebih banyak berdasarkan


pada keluhan dan gejala pada penderitanya saja tanpa menyentuh sisi
patogenesisnya, hal ini karena masih banyak yang belum terungkap pada
endometriosis. Penatalaksanaan endometriosis terdiri dari 2 bagian yaitu,
Medikamentosa dan terapi bedah ( Djuwantono T, 2012).

a. Mediakamentosa Tujuan utama terapi medikamentosa pada


endometriosis adalah menghentikan pertumbuhan dan aktivitas lesi endometriosis.
Obat konvesional yang dipakai pada terapi ini adalah pil kontrasepsi kombinasi,
progesteron, derivat androgen dan GnRH agonist. Pil kontrasepsi kombinasi untuk
terapi endometriosis dapat diberikan dalam bentuk siklik atau kontinyu. Pil
kontrasepsi kombinasi akan bekerka mengubah keseimbangan hormon pada siklus
haid hingga terjadi anovulasi kronis yang selanjutnya menyebabkan terjadinya
desidualisasidan atrofi jaringan endometrium. Keunggulan Pil kontrasepsi
kombinasi dibandingkan terapi lain adalah dapat digunakan jangka panjang
dengan aman. Progesteron mekanisme kerjanya sama dengan Pil kontrasepsi
kombinasi yaitu membuat desidualisasidan atrofi jaringan endometrium. selain itu
progesteron mampu menekan aktivitas matriks metalloproteinase, suatu enzim
yang berperan penting pada pertumbuhan dan implantasi endometrium ektopik
Danazol merupakan derivat sering digunakan untuk terpai endometriosis. Bekerja
dengan menghambat lonjakan hormon LH dan menghambat steroidogensis. Selain
itu juga danazol memberikan hasil yang sama dengan MPA unutk mengatasi nyeri
pasca operasi. GnRH agonist merupakan terapi pilihan untuk Endometriosis
karena akan menduduki reseptor di hipofise selanjutnya akan menyebabkan down
regulation sehingga terjadi suasana hipoestrogen yang akan menekan penyakit
endometriosis. Selain itu obat ini memberikan hasil lebih unggul di bandingkan
pil kontrasepsi dan lebih baik dari danazol untuk mengurangi volume implan
endometriosis ( Djuwantono T, 2012).

b. Terapi Bedah Pembedahan bertujuan menghilangkan gejala,


meningkatkan kesuburan, menghilangkan bintik-bintik, dan kista Endometriosis,
serta menahan laju kekambuhan.

 Penanganan pembedahan konservatif Bertujuan untuk mengangkat


semua serang endometriosis dan melepaskan perlengketan dan memperbaiki
kembali struktur anatomi reproduksi. Sarang dibersihkan dengan eksisi, ablasi
kauter, dinding kista. Penanganan pembedahan dapat dilakukan dengan
laparotomi ataupun laparoskopi.

 Penanganan pembedahan radikal Dilakukan dengan histerektomi total


dan bilateral salpingoooforektomi.. Ditujukan pada perempuan yang mengalami
penanganan medis ataupun bedah konservatif gagal dan tidak membutuhkan
fungsi reproduksi. Cara ini di tujukan untuk penderita dengan nyeri yang tak
tertahankan dan tak menginginkan lagi kehamilan (Prawihardjo, 2011).

L. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

Suatu usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan clien
meliputi pengumpulan data tentang suatu kesehatan klien secara
sistematis,menyeluruh,akurat,singkat dan berkesinambungan.

 Pengumpulan data
Identitas klien/biodata
a) Identitas anak yang meliputi nama anak,umur,jenis
kelamin,suku/bangsa,agama,alamat,no RM,Dx medis tanggal pengkajian
b) Identitas orang tua/penanggung jawab meliputi
nama,usia,pendidikan,pekerjaan,alamat,hubungan dengan pasien.
 Keluhan utama
Pada umumnya orang tua mengeluh anaknya batuk dengan atau tanpa produksi
mukus:sering bertambah berat pada malam hari atau dini hari membuat anak sulit
tidur.Jika asmanya berat maka gejala yang akan muncul yaitu perubahan
kesadaran seperti mengantuk,bingung,saat serangan asma kesulitan bernafas
,trakikardia,kegelisahan hebat.
 Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan pada anak dengan asma meliputi hal-hal sebagai berikut
a) Riwayat kesehatan sekarang
Pengembangan dari keluhan utama yang biasa ditemukan menggunakan
pendekatan PQRST,dimana P adalah paliative merupakan faktor pencetus
terjadinya penyakit,Q atau qualitas suatu keluhan atau penyakit yang dirasakan, R
atau region yaitu daerah atau tempat dimana keluhan dirasakan, S atau sevirity
adalah derajat keganasan atau intensitas dari keluhan.
b) Riwayat Kesehatan yang lalu
Penyakit yang pernah diderita anak perlu diketahui sebelumnya,karena mungkin
ada ada kaitannya dengan penyakit sekarang.Riwayat kesehatan menjelaskan
tentang riwayat perawatan di RS,alergi,penyakit kronis dan operasi.Selain itu juga
menjelaskan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita klien yang ada
hubungannya dengan penyakit sekarang seperti riwayat panas,batuk atau pilek.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dikaji mengenai adanya penyakit pada keluarga yang berhubungan dengan asma
pada anak,riwayat penyakit keturunan atau bawaan seperti asma,diabetes melitus
dll.

2. Analisa Data

Analisa data adalah menghubungkan data yang diperoleh dengan


konsep,teori,prinsip,asuhan keperawatan yang relevan dengan kondisi
pasien.Analisa data dapat dilakukan dengan pengesahan data,pengelompokan data
dan membandingkan data,menentukan ketimpangan dan kesenjangan serta
membuat kesimpulan.

3. Diagnosa Keperawatan

Nyeri kronis b.d infiltrasi tumor d.d mengeluh nyeri

4. Nursing Care Plane

Diagnosa : Nyeri kronis b.d infiltrasi tumor d.d mengeluh nyeri

Tujuan : nyeri kronis berkurang

Kriteria Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam

-kesejahteraan meningkat

-gelisah berkurang

-pola tidur membaik

Intervensi : Edukasi Manajemen Nyeri

5. Implementasi
Implementasi merupakan tahap proses keperawatan dimana perawat memberikan
intervensi keperawatan langsung dan tidak langsung terhadap klien.

6. Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan langkah terakhir dalam proses keprawatan


dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak.
M. Daftar Pustaka

Benson, Ralph C. 2009. Buku Saku Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta : EGC

Djuwantono T, Hartanto B, Wiriyawan P. Penanganan Kelainan Endokrinologi


Reproduksi dan Fertilitas Dalam Praktik Sehari-hari. 1st ed. Jakarta: Sagung
Seto; 2012. p. 253–83.

Gant, Norman F& Cunningham, F. 2010. Dasar-Dasar Ginekologi & Obstetri.


Jakarta : EGC

I Gusti Agung Putra Mahautama. Laporan kasus ginekologi kista endometriosis.


Fakultas kedokteran Universitas Mataram RSUP NTB dan RSUP Praya
Mataram; 2012.

Manuaba, Ida A. 2010. Buku Ajar Penuntun Kuliah Ginekologi. Jakarta :

TIM Prawirohardjo PB pustaka sarwono. Ilmu kandungan. Jakarta; 2011. p.

239.
LEMBAR PENGKAJIAN

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN Ny.N DENGAN DIAGNOSA MEDIS KISTA COKLAT

DI RUANGAN KABER RS MITRA DELIMA

Oleh :

Nama : Nur Cahyati

Nim : 1720049

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

MALANG 2021
FORMAT PENGKAJIAN DATA DASAR KEPERAWATAN

PENGKAJIAN DATA DASAR

A. IDENTITAS KLIEN

Nama : Ny.N
Usia : 42th
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat :Jl.Nusa Indah 12/03 Sananrejo Turen
Status pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Suku bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Karyawan Swasta
No. Reg 120224
Tgl MRS : 12-04-2021
Tgl Pengkajian : 12-04-2021
DX Medis : Kista Coklat

B. STATUS KESEHATAN SAAT INI

Keluhan utama

Saat MRS : klien mengatakan nyeri perut

Saat pengkajian : klien mengatakan nyeri perut sampai ke pinggang

2. Riwayat penyakit sekarang : kista coklat

3. Riwayat kesehatan terdahulu

Klien mengatakan tidak mempunyai penyatit DM,Hipertensi, Sesak, Jantung.

4. Riwayat Penyakit Keluarga :

Klien mengatakan tidak ada yang memiliki keluhan seperti pasien.Tidak ada riwayat
penyakit DM,Hipertensi, Sesak, Jantung.
5. Riwayat alergi (Obat, makanan, plester, cairan)

Klien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan dan terhadap makanan.

6. Riwayat pengobatan

Klien mengatakan tidak pernah mendapatkan pengobatan sebelumnya.

D. POLA AKTIVITAS LATIHAN

Kemampuan Perawatan Diri:

0 = Mandiri

1 = Alat Bantu

2 = Dibantu orang lain

3 = Dibantu orang lain dan peralatan

4 = Tidak mampu melakukannya (Ketergantungan / tidak mampu)

Aktivitas Di Rumah Saat pengakajian


0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Makan minum √ √

Mandi √ √

Berpakaian /√ √
dandan
Mobilitas di tempat √ √
tidur
Berpindah √ √

Berjalan √ √

Naik tangga √ √

Berbelanja √ √

Memasak √ √

Pemeliharaan di √ √
rumah
Keterangan:
Alat bantu: Tidak (+) Kruk (-) Pispot disamping tempat tidur (-) Walker (-) Tongkat (-)
Kursi Roda (-)

E. POLA NUTRISI DAN METABOLIK

Di Rumah Di RS (Saat pengakajian)

 Frekuensi / pola 3x sehari 3x sehari

 Porsi yang 1 piring 1 piring


dihabiskan
setiap kali
makan
 Pantangan
makanan
 Nafsu makan Tidak ada makanan pantangan Tidak ada makanan pantangan

 Jumlah cairan Normal Normal


(< 1 liter / hari,
1-2 liter/ hari 1-2 liter/ hari
1 – 2 liter / hari,
> 2 liter / hari)

Gigi palsu: Tidak (+) Ya (-)

Gigi ompong: Tidak (+) Ya (-)

Riwayat masalah penyembuhan kulit : Tidak ada (+) Penyembuhan abnormal (-) Ada
ruam (-) Kering (-) Ada luka / lesi (-)

F. POLA ELIMINASI

Eliminasi Bowel Di Rumah Di RS (Saat Pengkajian)


 Frekuensi 1x / hari 1x / hari
 Pola BAB saat ini Normal Normal

Eliminasi Urin Di rumah Di RS (Saat Pengkajian)


 Frekuensi 4-6x/hari – 3-4x/hari

G. POLA ISTIRAHAT TIDUR

Di Rumah Di RS(Saat Pengkajian)

 Tidur siang (jam / 2 jam/hari 1 jam / hari

hari)
 Tidur malam (jam /
8 jam/ hari 8 jam/ hari
hari)
 Nyenyak tidur
(Ya/Tidak)
Tidak Tidak
 Masalah tidur
(terbangun malam
hari, sulit tidur /
Nyeri Nyeri
insomnia, mimpi
buruk, nyeri / tidak
nyaman, Gangg.
psikologis,
sebutkan)

H. POLA KEBERSIHAN DIRI

Di Rumah Di RS
 Mandi frekuensi 2x/ hari 1x1/ hari

 Keramas, frekuensi 2x seminggu -


 Gosok gigi :
frekuensi 2x/hari 2x/hari

I. POLA TOLERANSI KOPING STRESS/PERSEPSI DIRI/KONSEP DIRI

Masalah utama sehubungan dengan dirawat di rumah sakit atau penyakit:

Adakah ancaman perubahan penampilan/kehilangan anggota badan : Tidak (+) Ya (-)

Adakah penurunan harga diri: Tidak

Adakah ancaman kematian: Tidak

Adakah ancaman terhadap kesembuhan penyakit: Tidak

Adakah masalah biaya perawatan di RS: Tidak

Pola koping individual: Konstrukstif/efektif

J. POLA PERAN HUBUNGAN

Peran saat ini yang dijalankan:

Penampilan peran sehubungan dengan sakit: Tidak ada masalah

Sistem pendukung: Suami

Interaksi dengan orang lain: Baik

Menutup diri: Tidak

Mengisolasi diri / diisolasi orang lain: Tidak


K. POLA KOGNITIF PERSEPTUAL

Keadaan mental: Stabil (+) Afasia (-) Sukar bercerita (-) Disorientasi (-) Kacau mental (-)
Menyerang / agresif (-) Tidak ada respons (-)

Berbicara: Normal (+) Bicara tidak jelas (-) Berbicara inkoheren (-) Tidak dapat
berkomunikasi verbal (-), bahasa yang dikuasai: Indonesia Lain – lain: Jawa

Kemampuan memahami: Ya (+) Tidak Ansietas: Ringan (-) Sedang (+) Berat (-) Panik (-
)

Ketakutan: Tidak

Pendengaran: DBN (+) , Terganggu (-)

Alat bantu dengar (-) Tinitus

Penglihatan: DBN (+), Kacamata (-), Lensa kontak (-), Mata kabur (-), Kanan (-) Kiri(-)
Buta (-) Kanan (-) Kiri (-),Vertigo: Tidak

Nyeri: Ya ,Kronis (+)

Lokasi nyeri: perut bagian bawah sampai ke pinggang.

Nyeri berkurang dengan cara: Operasi

L. POLA NILAI DAN KEYAKINAN

Agama yang dianut: Islam

Meminta dikunjungi rohaniawan: Tidak

Distress spiritual: Tidak

M. PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan umum

Baik (+) Lemah (-) Kesadaran: Compos Mentis


b. Tanda-tanda vital

TD : 128/89 mmHg

RR : 20/mnt

N : 81/mnt

S : 36,5OC

Kepala dan leher

a. Kepala :

Bentuk simetris, Rambut bersih, tidak ada massa dan nyeri tekan

b. Mata :

Simetris, sklera putih dan konjungtiva merah muda

c. Hidung :

Tidak ada tampak kelainan pada tulang hidung dan letaknya di medical.

Lubang hidung : normal dan simteris

Cuping hidung : normal dan tidak ada kelainan


d. Mulut :

Bibir lembab, tidak ada caries gigi

e. Telinga :

simetris, tidak ada serumen dan pendengaran baik

f. Leher :

tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

g. Dada

Inspeksi : Tidak ada kelaianan

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Perkusi: Normal

Auskultasi : Tidak ada tanda kesulitan bernafas

h. Jantung :

Inspeksi : Tidak ada kelaianan

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Perkusi: Normal

Auskultasi : Suara jantung terdengar kuat

i. Payudara dan ketiak

– Payudara : Simetris kiri dan kanan, puting susu meonjol, tidak ada massa dan
nyeri tekan
– Ketiak : simetris , tidak ada nyeri tekan dan lessi

j. Abdomen

Inspeksi : Bentuk tidak simetris, perut sebelah kanan lebih besar daripadaperut sebelah
kiri.

Auskultasi : -
Palpasi : teraba benjolan / massa 7cm.

Perkusi : -

k. Neurologi

Normal

l.Kulit Dan Kuku

Kulit bewarna sawo matang dan kuku bersih dan tidak panjang

N. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG

Jenis Hasil Nilai rujukan Satuan Metode


pemeriksaan
IMUNOLOGI

TUMOR MARKER
CA-125 203,39 <35 U/mL CMIA

LABORATORIUM
Pemeriksaan Hasil Satuan Normal
Hematologi

Hematologi Lengkap

Hemoglobin 9.1 g/dl 11.4~15.1

Hematokrit 28.0 % 35~42

Lekosit 4,600 sel/uL 4.700-11.300

Eritrosit 3.1 10^6/uL 3.5~5.5

Trombosit 266,000 103 / ul 150000-450000

MCV 91.0 fL 82~92

MCH 29.6 Pg 27.0~31.0

MCHC 32.6 % 32.0-37.0

RDW-CV 12.8 % 11.0-17.0

Granulosit 62 % 43~76

Limfosit 33.0 % 15.0-45.0

Monosit 5.0 % 4.0-12.0

PT Pasien 13.0 detik 11~18

INR 1.00 detik 0.8~1.2

APTT Pasien 30.0 detik 27~42

AST (SGOT)

ALT(SGPT) 14 U/L 10~35

Ureum 10 U/L 10~50

Kreatinin 18 mg/dL 10~50


Glukosa Darah Sewaktu 0.5 mg/dL 0.5~1.1

Imunoserologi 103 mg/dL <200

Anti SARS_Cov 2 Negativ Negativ


ANALISA DATA

Nama : Ny.N

Usia : 42 th

No Reg : 120224

NO Data Pendukung Masalah Etiologi


1 DS : Pasien datang mengeluh nyeri perut samapai Nyeri
ke pinggang ± 1th Ketidak

DO : seimbangan
hormon
Pasien nampak meringis kesakitan estrogen &
progesteron
Perut nampak mebuncit, benjolan ± 7cm

TD : 128/84mmHg Degenerasi

S : 36’5C

N : 81/mnt Ovarium

RR : 22/mnt

Kista coklat

Pertumbuhan
kista
Membesar

Nyeri

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : Ny.N

Usia : 42 th

No Reg 120224

No Dx SLKI SIKI
Keperawatan
1. Nyeri kronis Setelah dilakukan asuhan -identifikasi skala nyeri
b.d infiltrasi keperawatan selama 3x24
-monitor efek samping penggunaan
tumor d.d jam nyeri kronis berkurang
analgetik
mengeluh nyeri dengan kriteria :
-anjurkan memonitor nyeri secara
-kesejahteraan meningkat
mandiri
-gelisah berkurang
-kolaborasi pemberian analgetik, jika
-pola tidur membaik perlu

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Nama : Ny.N

Usia : 42th

No Reg :

Tgl / No Dx
Implementasi Evaluasi
Jam Kep

-Mengkaji nyeri, skala nyeri, S : klien melaporkan bisa mengatasi


nyeri secara mandiri dan meminum
-Memonitor efek samping
obat ketika membutuhkan
penggunaan analgetik
O:
-Menganjurkan memonitor nyeri
secara mandiri TD : 128/84mmHg

-Berkolaborasi pemberian S : 36’5C

analgetik N : 81/mnt

RR : 22/mnt

A : masalah sebagian teratasi

P: intervensi di lanjutkan

Anda mungkin juga menyukai