2. Classis Reptilia
A. Trache scripta elegans
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Testudines
Famili : Emydidae
Genus : Trachemys
Species : Trache scripta elegans
(https://www.itis.gov diakses Rabu 10 April 2019 pukul
22:00 WIB)
Kura-kura brazil jantan dan betina memiliki perbedaan yaitu, pada kura-kura jantan kuku
pada kaki bagian depannya lebih panjang daripada kura-kura betina, Kura-kura brazil
jantan memiliki ekor lebih panjang dan kloaka terdapat lebih dekat pada ujung ekor
sedangkan pada Kura-kura brazil betina ekor agak pendek dan kloaka lebih dekat ke
pangkal ekor. Selain itu, plastron betina lebih cembung dari pada pejantan.
Kematangan seksual kura-kura Brazil jantan antara umur 3-5 tahun, sedangkan betina
antara umur 5-7 tahun. Kematangan seksual akan lebih cepat jika makanan yang dimakan
Kura-kura brazil berprotein tinggi. Kura-Kura Brazil betina mampu bertelur tanpa pejantan,
akan tetapi telur tersebut tidak akan menetas tanpa dibuahi pejantan karena Pembuahan
telur Kura-kura brazil terjadi di luar.
B. Pogona vitticeps.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Agamidae
Genus : Pogona
Spesies : Pogona vitticeps
(https://www.itis.gov diakses Minggu 14 April 2019
pukul 17:49 WIB)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Crocodilia
Famili : Crocodylidae
Genus : Crocodylus
Spesies : Crocodylus porosus
(https://www.itis.gov diakses Sabtu 30
Maret 2019 pukul 08:50 WIB)
Sebaran : Australia, Filipina, India, Indonesia, Kamboja.
Perilaku yang terlihat saat observasi : Diam
Ciri – ciri morfologi :
Buaya Muara (Crocodylus porosus.) memiliki lubang hidung dan mata yang terletak
pada sisi atas kepala sehingga memungkinkan merendam hampir seluruh badannya dalam
air tanpa mengganggu pernafasan dan penglihatannya. Buaya Muara (Crocodylus
porosus.) memiliki badan yang besar, berat tubuhnya 800-1000 kg , dan panjang
tubuhnya mencapai 4-5 meter. Buaya Muara (Crocodylus porosus.) memiliki mulut yang
lebar, rahang yang panjang dilengkapi dengan gigi berbentuk kerucut yang tajam.
Tubuhnya berwarna abu-abu tetapi pada bagian perutnya berwarna kuning, pada bagian
luar tubuhnya dilindungi oleh sisik tanduk. Tungkai belakang lebih panjang dari tungkai
depannya.
Cara berkembangbiak : Ovipar
Musim kawin terjadi pada bulan November – Maret. Berkembangbiak dengan cara
bertelur dengan jumlah 40-60 butir dan akan menetas setelah 3bulan.
Habitat : Sungai, Muara Sungai, Rawa.
Keterangan :
Buaya Muara (Crocodylus porosus.) merupakan spesies buaya terbesar di
dunia,mereka begitu ganas sehingga mampu berburu. Buaya Muara (Crocodylus porosus.)
hidup di sungai-sungai dan laut di dekat muara (Ristiyanto,2017:95-96).
Buaya Muara (Crocodylus porosus.) yang biasanya hidup di air tawar, terkadang dapat
meninggalkan tempatnya untuk menyusuri pantai laut dan menyebrang dari satu pulau ke
pulau lain. Buaya ini bahkan dapat merenangi bagian-bagian besar lautan terbuka.
(Setford,2005:94).
Ukuran tubuh Buaya Muara dapat mencapai 6 meter. Penyebarannya dari Asia
Tenggara sampai Australia bagian utara. Buaya Muara (Crocodylus porosus.) memiliki
kelenjar di mulut karena dapat mengeluarkan kelebihan garam yang diperoleh dari
lingkungannya. Buaya ini sangat terkenal sebagai penyerang manusia yang memasuki
wilayahnya. Mereka menyerang manusia terutama pada musim kawin dan bersarang.
Mangsa sebenarnya adalah ikan dilaut, tetapi mereka juga makan burung dan hewan darat,
misalnya kerbau(Setford,2005:111).
Pada bagian luar tubuhnya atau pada kulitnya dilindungi oleh sisik tanduk yang bagian
bawahnya dilapisi setidak-tidaknya pada bagian punggung, oleh lempengan sisik tulang
(Ristiyanto,2017:96). Kulitnya dihargai sangat mahal sebagai bahan kerajinan kulit. Banyak
buaya muara yang di bunuh secara illegal untuk mendapatkan kulitnya (Setford,2005:111).
D. Ophiophagus hannah.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Elapidae
Genus : Ophiophagus
Spesies : Ophiophagus Hannah
(https://www.itis.gov diakses Sabtu 30 Maret 2019
pukul 09:10 WIB)
Sebaran : Tersebar mulai dari India di barat, Bhutan, Bangladesh, Burma, Kamboja, Cina
selatan, Laos, Thailand, Vietnam, Semenanjung Malaya, Kepulauan Andaman, Indonesia
dan Filipina.
Perilaku yang terlihat saat observasi: Diam
Ciri – ciri morfologi :
Ophiophagus hannah. atau sering dikenal dengan King Cobra merupakan ular yang
berbisa yang memiliki tubuh panjang, panjang tubuhnya dapat mencapai 5 meter dengan
berat tubuih hingga 12 kg. Ular jantang cenderung lebih panjang dan lebih besar
dibandingkan dengan ular betina. Berwarna coklat kekuningan, coklat zaitun sampai keabu-
abuan dibagian atas (dorsal), pada bagian kepala memiliki warna cenderung lebih terang.
Sisik – sisik bertepi gelap atau kehitaman, Nampak jelas dibagian kepala. Sisik – sisik
bawah tubuh (ventral) berwarna keabu-abuan atau kecoklatan, kecuali pada bagian dada
dan leher yang berwarna kuning cerah atau krem dengan pola belang hitam. Ciri khas uar
ini adalah saat terancam mampu menegakkan dan memipihkan lehernya. Ular King Cobra
merupakan ular berbisa yang memiliki racun berjenis haemotoxcin dan neurotoxcin.
Cara berkembangbiak : Ovovivipar
Ophiophagus hannah. atau King Cobra berkembangbiak dengan ovovivipar. Dalam
sekali proses bertelur, kobra bias menghasilkan 5-20 butir telur, dimana dalam waktu
kurang lebih 88 hari, telur tersebut menetas.
Habitat : hutan, dataran rendah, rawa-rawa, semak belukar, hutan pegunungan, lahan
pertanian, perkebunan, persawahan, dan daerah pemukiman.
Keterangan :
Ophiophagus hannah. atau king cobra merupakan ular berbisa terbesar di dunia dengan
panjang mencapai 4 meter lebih. King cobra bias berenang, mereka dapat ditemukan di
rawa-rawa dan sungai. king cobra memiliki warna tubuh gelap, dari hijau sampai hitam.
Mereka memiliki taring depan yang digunakan untuk menyuntikkan bisa. Ular king cobra
dapat mengangkat tubuhnya hingga sepertiga tubuh mereka dan berdiri sejajar dengan
mata manusia.Bisa ular king cobra dibagi menjadi dua jenis, neurotoxcin ( menyerang
sistem saraf ) dan hemotoxcin ( menyerang sistem darah). Ular king cobra tidak agresif.
Ular king cobra seperti hewan lainnya menyerang jika dalam keadaan terancam. Ular ini
memiliki wilayah persebaran di asia Tenggara dan India, dengan habitat di hutan dan
perkebunan, makanannya berupa ular lain, tikus, burung, kadal, hidupnya soliter
(Tanoyo,2016:25)
Ular king cobra yang hidup di Indonesia berwarna hitam atau coklat tua. Ular ini
sanggup membunuh gajah besar dengan patukannya, gajah akan mati dua jam kemudian.
King cobra juga sanggup membunuh manusia hanya dengan wakyu 10 sampai 15 menit
saja. King cobra banyak hidup di dalam gua-gua yang lembab. Makanan utamanya adalah
ular lain. Jadi ular king cobra termasuk hewan kanibal (Comic,2010:26).
E. Python regius.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Pythonidae
Genus : Python
Spesies : Python regius
(https://www.itis.gov diakses Minggu 14 April 2019
pukul 09:10 WIB)
Grenard, S. 1999. An Owner's Guide to a Happy Healthy Pet: The Bearded Dragon. New York,
NY: Howell Book House.
Zoffer, D., T. Mazorlig. 1997. The Guide to Owning a Bearded Dragon. Neptune City, NJ: T.F.H.
Publications, Inc..
Bartlett, R., P. Bartlett. 2000. Ball Pythons. Hauppauge, New York: Barrons Educational series.
Bartlett, P., B. Griswold, R. Bartlett. 2001. Reptiles, amphibians, and invertebrates: an
identification and care guide. Hauppauge, New York: Barrons Educational series.
De Vosjoli, P., R. Klingenberg, T. Barker, D. Barker. 1995. Ball Python Manual. Santee,
California: Advanced Vivarium Systems.
Gorzula, S., W. Nsiah, W. Oduro. 1997. "Survey of the Status and Management of the Royal
Python (Python regius) in Ghana" (On-line pdf). Accessed April 23, 2010 at
ec.europa.eu/environment/cites/pdf/studies/royal_python_ghana.pdf.
Greene, H. 1997. Snakes: The Evolution of Mystery and Nature. Berkeley, California: Berkley
University of California Press.
Ott, B., S. Secor. 2007. Adaptive regulation of digestive performance in the genus Python.
Journal of Experimental Biology, 210: 340-356.
Comic, Wong. 2010. Rahasia Ular. Jakarta : Gramedia.
Bouchard, SS & Bjorndal, KA. 2006. Ontogenetic diet shifts and digestive constraints in the
omnivorous freshwater turtle Trachemys scripta. New York: Physiology Biochemisty
Zoology.