Anda di halaman 1dari 10

HASIL PENGAMATAN, KLASIFIKASI DAN PEMBAHASAN

2. Classis Reptilia
A. Trache scripta elegans

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Testudines
Famili : Emydidae
Genus : Trachemys
Species : Trache scripta elegans
(https://www.itis.gov diakses Rabu 10 April 2019 pukul
22:00 WIB)

 Sebaran : Amerika Utara


 Perilaku yang terlihat pada saat observasi :
Pada saat observasi perilaku dari kura-kura brazil atau Trache scripta elegans yang
teramati adalah berenang dan berjemur. Saat observasi berlangsung, terlihat beberapa
kura-kura sedang aktif berenang di dasar kandangnya dan juga berjemur diatas bebatuan
yang berada di kandangnya. Menurut Cann (1998: 283-284) kura-kura brazil lebih suka
berada di dalam air ketimbang berada di daratan karena kebanyakan dari makanannya
berada di air ketimbang di darat. Meski begitu kura-kura jenis ini sering ditemukan sedang
berjemur untuk menghangatkan tubuhnya karena kura-kura brazil merupakan hewan
berdarah dingin. temperatur yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidupnya yaitu sekitar 23
derajat Celcius.

 Ciri – ciri morfologi :


Kura-kura brazil adalah kura-kura air tawar, ciri-ciri morfologinya yaitu memiliki bercak
merah dikedua sisi kepalanya oleh karena itu diluar negeri kura-kura ini disebut red-eared
slider. Kura-kura brazil memiliki kaki belakang yang berselaput yang tentunya digunakan
saat berenang di dalam air. Selain itu juga pada umumnya kura-kura brazil memiliki
tempurung yang tidak terlalu cembung yang tidak memberatkan badannya ketika berenang.
Kura-kura brazil memiliki plastron (tempurung) berwarna hijau, tapi sekarang sudah banyak
ditemukan kura-kura brazil yang memiliki tempurung berwarna kuning, albino, dll. Meski
begitu, pada kura-kura brazil sering ditemukan perubahan warna tempurung menjadi lebih
gelap atau cokelat, atau bahkan hitam seiring dengan bertambahnya umur kura-kura brazil
yang semakin tua (Bouchard & Bjorndal, 2006: 18). Saat observasi ciri-ciri morfologi dari
Trache scripta elegans yang teramati sudah sesuai dengan literatur diatas yaitu memiliki
bercak merah dikedua sisi kepalanya, memiliki kaki belakang yang berselaput, memiliki
tempurung yang tidak terlalu cembung yang berwarna hijau tua.
 Cara berkembang biak : Ovipar
 Habitat : Sungai, danau, rawa, dan kolam
 Soliter/ Berkoloni : Koloni (berdasarkan observasi langsung)
 Keterangan :
Kura-kura brazil adalah hewan Omnivora yang artinya memakan segala jenis makanan.
Ketika masih kecil, Kura-kura brazil biasanya lebih suka memakan daging, namun setelah
dewasa Kura-kura brazil juga memakan tumbuhan seperti ganggang dan alga. Kura-kura
brazil juga memakan serangga. Serangga merupakan sumber makanan yang memiliki
komposisi yang komplit untuk kebutuhan vitamin dan gizi bagi Kura-kura brazil.

Kura-kura brazil jantan dan betina memiliki perbedaan yaitu, pada kura-kura jantan kuku
pada kaki bagian depannya lebih panjang daripada kura-kura betina, Kura-kura brazil
jantan memiliki ekor lebih panjang dan kloaka terdapat lebih dekat pada ujung ekor
sedangkan pada Kura-kura brazil betina ekor agak pendek dan kloaka lebih dekat ke
pangkal ekor. Selain itu, plastron betina lebih cembung dari pada  pejantan.

Kematangan seksual kura-kura Brazil jantan antara umur 3-5 tahun, sedangkan betina
antara umur 5-7 tahun. Kematangan seksual akan lebih cepat jika makanan yang dimakan
Kura-kura brazil berprotein tinggi. Kura-Kura Brazil betina mampu bertelur tanpa pejantan,
akan tetapi telur tersebut tidak akan menetas tanpa dibuahi pejantan karena Pembuahan
telur Kura-kura brazil terjadi di luar.
B. Pogona vitticeps.

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Agamidae
Genus : Pogona
Spesies : Pogona vitticeps
(https://www.itis.gov diakses Minggu 14 April 2019
pukul 17:49 WIB)

 Sebaran: Australia timur dan tengah


 Perilaku yang terlihat pada saat observasi: Bergerak di dalam kandang
 Ciri-ciri morfologi:
Pada bagian kepala terdapat ciri khas hewan ini yaitu seperti “janggut” kantung
tenggorokan termodifikasi dengan sisik. Kepala cenderung segitiga dan besar. Memiliki
panjang 13 hingga 24 inci, termasuk ekornya. Warna untuk spesies ini tergantung pada
tanah di daerah mereka tinggal, mulai dari cokelat kusam hingga cokelat dengan high8light
merah atau emas. Ekor berwarna coklat muda.
 Cara berkembangbiak: Bertelur
 Habitat:
Pogona vitticeps. menempati sejumlah besar habitat mulai dari padang pasir hingga hutan
kering dan semak belukar
 Keterangan:
Jenggot Pogona vitticeps digunakan untuk menarik perhatian saat kawin dan agresi.
Betina atau jantan keduanya memiliki janggut, tetapi janggut jantan lebih menarik
digunakan untuk menarik perhatian betina. Namun, betina juga akan menunjukkan janggut
mereka sebagai tanda agresi. Jenggot menjadi gelap menjadi hitam legam dan
mengembang selama kawin. Naga berjanggut juga dapat membuka mulut dan diam di
samping menggembungkan janggutnya agar tampak lebih mengintimidasi (Zoffer, 1997).
Pogona vitticeps. adalah omnivora oportunistik. Mereka tinggal di daerah di mana
makanan mungkin sulit ditemukan, jadi naga berjanggut bukan pemakan yang harus
makan setiap waktu. Perut mereka besar untuk menampung sejumlah besar bahan
makanan seperti tanaman, serangga, dan tikus kecil atau kadal kecil (Grenard 1999).
Perkawinan terjadi pada bulan-bulan musim semi dan musim panas Australia pada bulan
September hingga Maret. Berukuran 30-60cm memiliki berat sekitar 280-550gram. Memiliki
jangka waktu hidup antara 12-14 tahun.
C. Crocodylus porosus

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Crocodilia
Famili : Crocodylidae
Genus : Crocodylus
Spesies : Crocodylus porosus
(https://www.itis.gov diakses Sabtu 30
Maret 2019 pukul 08:50 WIB)
 Sebaran : Australia, Filipina, India, Indonesia, Kamboja.
 Perilaku yang terlihat saat observasi : Diam
 Ciri – ciri morfologi :
Buaya Muara (Crocodylus porosus.) memiliki lubang hidung dan mata yang terletak
pada sisi atas kepala sehingga memungkinkan merendam hampir seluruh badannya dalam
air tanpa mengganggu pernafasan dan penglihatannya. Buaya Muara (Crocodylus
porosus.) memiliki badan yang besar, berat tubuhnya 800-1000 kg , dan panjang
tubuhnya mencapai 4-5 meter. Buaya Muara (Crocodylus porosus.) memiliki mulut yang
lebar, rahang yang panjang dilengkapi dengan gigi berbentuk kerucut yang tajam.
Tubuhnya berwarna abu-abu tetapi pada bagian perutnya berwarna kuning, pada bagian
luar tubuhnya dilindungi oleh sisik tanduk. Tungkai belakang lebih panjang dari tungkai
depannya.
 Cara berkembangbiak : Ovipar
Musim kawin terjadi pada bulan November – Maret. Berkembangbiak dengan cara
bertelur dengan jumlah 40-60 butir dan akan menetas setelah 3bulan.
 Habitat : Sungai, Muara Sungai, Rawa.
 Keterangan :
Buaya Muara (Crocodylus porosus.) merupakan spesies buaya terbesar di
dunia,mereka begitu ganas sehingga mampu berburu. Buaya Muara (Crocodylus porosus.)
hidup di sungai-sungai dan laut di dekat muara (Ristiyanto,2017:95-96).
Buaya Muara (Crocodylus porosus.) yang biasanya hidup di air tawar, terkadang dapat
meninggalkan tempatnya untuk menyusuri pantai laut dan menyebrang dari satu pulau ke
pulau lain. Buaya ini bahkan dapat merenangi bagian-bagian besar lautan terbuka.
(Setford,2005:94).
Ukuran tubuh Buaya Muara dapat mencapai 6 meter. Penyebarannya dari Asia
Tenggara sampai Australia bagian utara. Buaya Muara (Crocodylus porosus.) memiliki
kelenjar di mulut karena dapat mengeluarkan kelebihan garam yang diperoleh dari
lingkungannya. Buaya ini sangat terkenal sebagai penyerang manusia yang memasuki
wilayahnya. Mereka menyerang manusia terutama pada musim kawin dan bersarang.
Mangsa sebenarnya adalah ikan dilaut, tetapi mereka juga makan burung dan hewan darat,
misalnya kerbau(Setford,2005:111).
Pada bagian luar tubuhnya atau pada kulitnya dilindungi oleh sisik tanduk yang bagian
bawahnya dilapisi setidak-tidaknya pada bagian punggung, oleh lempengan sisik tulang
(Ristiyanto,2017:96). Kulitnya dihargai sangat mahal sebagai bahan kerajinan kulit. Banyak
buaya muara yang di bunuh secara illegal untuk mendapatkan kulitnya (Setford,2005:111).

D. Ophiophagus hannah.

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Elapidae
Genus : Ophiophagus
Spesies : Ophiophagus Hannah
(https://www.itis.gov diakses Sabtu 30 Maret 2019
pukul 09:10 WIB)

 Sebaran : Tersebar mulai dari India di barat, Bhutan, Bangladesh, Burma, Kamboja, Cina
selatan, Laos, Thailand, Vietnam, Semenanjung Malaya, Kepulauan Andaman, Indonesia
dan Filipina.
 Perilaku yang terlihat saat observasi: Diam
 Ciri – ciri morfologi :
Ophiophagus hannah. atau sering dikenal dengan King Cobra merupakan ular yang
berbisa yang memiliki tubuh panjang, panjang tubuhnya dapat mencapai 5 meter dengan
berat tubuih hingga 12 kg. Ular jantang cenderung lebih panjang dan lebih besar
dibandingkan dengan ular betina. Berwarna coklat kekuningan, coklat zaitun sampai keabu-
abuan dibagian atas (dorsal), pada bagian kepala memiliki warna cenderung lebih terang.
Sisik – sisik bertepi gelap atau kehitaman, Nampak jelas dibagian kepala. Sisik – sisik
bawah tubuh (ventral) berwarna keabu-abuan atau kecoklatan, kecuali pada bagian dada
dan leher yang berwarna kuning cerah atau krem dengan pola belang hitam. Ciri khas uar
ini adalah saat terancam mampu menegakkan dan memipihkan lehernya. Ular King Cobra
merupakan ular berbisa yang memiliki racun berjenis haemotoxcin dan neurotoxcin.
 Cara berkembangbiak : Ovovivipar
Ophiophagus hannah. atau King Cobra berkembangbiak dengan ovovivipar. Dalam
sekali proses bertelur, kobra bias menghasilkan 5-20 butir telur, dimana dalam waktu
kurang lebih 88 hari, telur tersebut menetas.
 Habitat : hutan, dataran rendah, rawa-rawa, semak belukar, hutan pegunungan, lahan
pertanian, perkebunan, persawahan, dan daerah pemukiman.
 Keterangan :
Ophiophagus hannah. atau king cobra merupakan ular berbisa terbesar di dunia dengan
panjang mencapai 4 meter lebih. King cobra bias berenang, mereka dapat ditemukan di
rawa-rawa dan sungai. king cobra memiliki warna tubuh gelap, dari hijau sampai hitam.
Mereka memiliki taring depan yang digunakan untuk menyuntikkan bisa. Ular king cobra
dapat mengangkat tubuhnya hingga sepertiga tubuh mereka dan berdiri sejajar dengan
mata manusia.Bisa ular king cobra dibagi menjadi dua jenis, neurotoxcin ( menyerang
sistem saraf ) dan hemotoxcin ( menyerang sistem darah). Ular king cobra tidak agresif.
Ular king cobra seperti hewan lainnya menyerang jika dalam keadaan terancam. Ular ini
memiliki wilayah persebaran di asia Tenggara dan India, dengan habitat di hutan dan
perkebunan, makanannya berupa ular lain, tikus, burung, kadal, hidupnya soliter
(Tanoyo,2016:25)
Ular king cobra yang hidup di Indonesia berwarna hitam atau coklat tua. Ular ini
sanggup membunuh gajah besar dengan patukannya, gajah akan mati dua jam kemudian.
King cobra juga sanggup membunuh manusia hanya dengan wakyu 10 sampai 15 menit
saja. King cobra banyak hidup di dalam gua-gua yang lembab. Makanan utamanya adalah
ular lain. Jadi ular king cobra termasuk hewan kanibal (Comic,2010:26).
E. Python regius.

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Pythonidae
Genus : Python
Spesies : Python regius
(https://www.itis.gov diakses Minggu 14 April 2019
pukul 09:10 WIB)

 Sebaran: Afrika barat dan tengah


 Perilaku yang terlihat pada saat observasi: Diam, menempel pada bebatuan.
 Ciri-ciri morfologi:
Pupil matanya bulat merupakan tanda bahwa hewan ini tidak berbisa, kepala
berbentuk bulat dan tidak memiliki taring. Seluruh badannya ditutupi sisik dan pada
bagian ekor sisiknya terbagi menjadi dua baris sisik. Masa kehamilan adalah sekitar 44
hingga 54 hari. Kebanyakan ular piton bertelur selama paruh kedua musim kemarau,
dari pertengahan Februari hingga awal April. Telur kemudian menetas dari pertengahan
April hingga pertengahan Juni. Mereka melindungi diri pada saat terancam dengan cara
menggulungkan badannya seperti bola.
 Keterangan:
Saat lahir, bola ular sanca memiliki panjang mulai dari 25 hingga 43 sentimeter
dan tumbuh hingga 1 hingga 1,5 meter saat dewasa. Ada beberapa laporan tentang ular
piton yang ditemukan di alam liar dengan panjang 1,83 meter. Kepala mereka lebih
besar dari leher mereka yang relatif ramping dan mereka dianggap bertubuh berat. Bola
python khas memiliki tanda-tanda cokelat besar dengan bercak sedang-coklat terang
diselingi antara bintik-bintik gelap. Mereka juga mungkin memiliki garis-garis kuning dari
lubang hidung melalui mata. Perut umumnya putih gading. Ular bola betina dewasa lebih
besar dari jantan dewasa. Dimorfisme seksual ini tidak ada pada neonatus, tetapi
tampak jelas pada orang dewasa. Betina dewasa juga memiliki rahang yang lebih
panjang dari rahang jantannya. Peningkatan kapasitas menelan yang dihasilkan dapat
meningkatkan kemampuan berburu mereka.
Setelah bertelur, telur ular piton betina melingkari cengkeraman mereka sampai
menetas (setelah sekitar 2 bulan). Sekitar 3 minggu setelah ovulasi, bola python betina
mulai terkelupas kulitnya. Telur diletakkan sekitar 4 minggu kemudian (De Vosjoli, et al.,
1995).
Ular Sanca memiliki umur reproduksi yang panjang, yang berlangsung dari
sekitar 27 bulan hingga 30 tahun. Musim kawin terutama dari pertengahan September
hingga pertengahan November, berkorelasi dengan musim hujan. Terdiri 1 hingga 11
telur. Telur-telur itu biasanya saling menempel. Beberapa hari sebelum menetas,
mereka kehilangan daya rekat. Setelah telur tidak lagi melekat dan siap menetas, bayi
Sanca Bola keluar dari cangkang dengan cara mengigit cangkang tersebut dengan gigi
mereka. Berat saat lahir adalah 65 hingga 103 gram, dengan rata-rata 86 gram. Ular
betina mencapai kematangan reproduksi dari 27 hingga 31 bulan. Jantan mencapai
kematangan reproduksi pada 16 hingga 18 bulan. Baik ular piton jantan dan betina
memiliki kloaka besar.
Umur rata-rata ular piton di penangkaran adalah 20 tahun. Laporan
mendokumentasikan rentang hidup maksimum dalam kurungan mulai dari 28 tahun (di
Kebun Binatang Oakland) hingga 50 tahun (dilaporkan oleh Kebun Binatang
Philadelphia). Masa hidup rata-rata di alam liar dilaporkan 10 tahun (Gorzula, et al.,
1997; Bartlett dan Bartlett, 2000; Bartlett, et al., 2001; Gorzula, et al., 1997).
Ular Sanca adalah karnivora dan memiliki rahang bawah dan atas yang dapat
bergerak. Ular Sanca Bola memangsa binatang pengerat dan sangat penting untuk
mengendalikan hama ini, terutama di masyarakat pedesaan. Mangsa tikus termasuk
tikus raksasa Afrika (Cricetomys gambianus), tikus hitam (Rattus rattus), tikus berhidung
rufous (spesies Oenomys), tikus berbulu (spesies Dasymys), dan tikus rumput (spesies
Lemniscomys). (Greene, 1997; Ott dan Secor, 2007)
Daftar Pustaka

Grenard, S. 1999. An Owner's Guide to a Happy Healthy Pet: The Bearded Dragon. New York,
NY: Howell Book House.
Zoffer, D., T. Mazorlig. 1997. The Guide to Owning a Bearded Dragon. Neptune City, NJ: T.F.H.
Publications, Inc..
Bartlett, R., P. Bartlett. 2000. Ball Pythons. Hauppauge, New York: Barrons Educational series.
Bartlett, P., B. Griswold, R. Bartlett. 2001. Reptiles, amphibians, and invertebrates: an
identification and care guide. Hauppauge, New York: Barrons Educational series.
De Vosjoli, P., R. Klingenberg, T. Barker, D. Barker. 1995. Ball Python Manual. Santee,
California: Advanced Vivarium Systems.
Gorzula, S., W. Nsiah, W. Oduro. 1997. "Survey of the Status and Management of the Royal
Python (Python regius) in Ghana" (On-line pdf). Accessed April 23, 2010 at
ec.europa.eu/environment/cites/pdf/studies/royal_python_ghana.pdf.
Greene, H. 1997. Snakes: The Evolution of Mystery and Nature. Berkeley, California: Berkley
University of California Press.
Ott, B., S. Secor. 2007. Adaptive regulation of digestive performance in the genus Python.
Journal of Experimental Biology, 210: 340-356.
Comic, Wong. 2010. Rahasia Ular. Jakarta : Gramedia.

Ristiyanto dan Bambang Heriyanto.2017. Binatang Penular Penyakit di Sekitar Rumah.


Jakarta : Yayasan Pustaka Obor.

Setford,Steve.2005. Marshall Mini Snake and Other Reptiles.Jakarta : Erlangga.


Tanoyo, Nolan.2016. My World of Animal.Jakarta: Gramedia.

Cann, J. 1998. Australian freshwater turtles. Singapore: Beaumont Publishing.

Bouchard, SS & Bjorndal, KA. 2006. Ontogenetic diet shifts and digestive constraints in the
omnivorous freshwater turtle Trachemys scripta. New York: Physiology Biochemisty
Zoology.

Anda mungkin juga menyukai