Anda di halaman 1dari 10

Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)

EFEKTIFITAS TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK


STIMULASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL
HALUSINASI PENDENGARAN PASIEN RUANG
CEMPAKADI RSJ PROF. DR. ILDREM MEDAN
Murni Aritonang
Email: murniaritonang93@yahoo.com

Akademi Keperawatan Darmo

Abstrak
Halusinasi merupakan suatu penyerapan panca indera tanpa ada rangsangan dari
luar. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektifitas Terapi Aktifitas
Kelompok stimulasi persepsi terhadap kemampuan mengontrol halusinasi
pendengaran pasien ruang Cempaka di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Ildrem.
Penelitian adalah pra-experiment yang menggunakan rancangan one group
pretest-postest. Populasi penelitian adalah pasien halusinasi pendengaran yang
dirawat di Cempaka rumah sakit jiwa Prof. Dr. Ildrem Tahun 2019 yang
berjumlah 19 orang. Sampel penelitian adalah pasien halusinasi pendengaran,
yang diambil dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan metode observasi (pengamatan) terhadap pasien
halusinasi pendengaran dengan menggunakan format sesi TAK (Terapi Aktifitas
Kelompok) yang sudah ada. Efektifitas Terapi Aktifitas Kelompok stimulasi
persepsi terhadap kemampuan pasien mengontrol halusinasi pendengaran
mempunyai nilai rata-rata sebelum (Terapi Aktifitas Kelompok) (Pre-test)
sebesar 7,25% dan setelah dilakukan (Terapi Aktifitas Kelompok) (Post-test)
sebesar 11.5, dengan perbedaan standar deviasi Pre-test dan Post-post sebesar
3.495. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji-T dependent didapatkan nilai P
adalah 0,01 (p < 0,05) yang mempunyai makna bahwa TAK (Terapi Aktifitas
Kelompok) efektif terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran.
Bagi RSJ Prof. Dr. Ildrem, hendaknya mempertimbangkan untuk membuat
kebijakan baru kepada perawat, khususnya perawat ruangan untuk melakukan
TAK (Terapi Aktifitas Kelompok) secara kontinu yang bertujuan untuk
penurunan frekuensi pasien gangguan jiwa.

Kata Kunci : Terapi, Stimulasi, Halusinasi, Pendengaran

Pendahuluan
Halusinasi merupakan suatu panca indera. Stimulus tersebut tidak
penyerapan panca indera tanpa ada ada pada pasien halusinasi. Akibat
rangsangan dari luar, yang ditimbulkan pada pasien
orang sehat persepsinya akurat,mampu halusinasi dapat berakibat fatal karena
mengidentifikasi dan menginter beresiko tinggi untuk merugikan diri
prestasikan stimulus berdasarkan pasien sendiri, orang lain disekitarnya
informasi yang diterimanya melalui

248
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)

dan juga lingkungan (Marlindawani J, Berdasarkan data Rekam Medik


dkk, 2018). Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Ildrem
Menurut WHO (World Health tahun 2015, pasien dengan halusinasi
Organization), tahun 2019 masalah sebanyak 276 orang dan untuk tahun
gangguan kesehatan jiwa di seluruh 2018 didapat pasien dengan halusinasi
dunia sudah menjadi masalah yang sebanyak 290 orang, hal ini
serius. WHO memperkirakan sekitar menunjukkan peningkatan jumlah
450 juta orang di dunia yang pasien dengan halusinasi.
mengalami gangguan kesehatan jiwa, Pasien dengan halusinasi
135 juta orang diantaranya mengalami pendengaran umumya sering menarik
halusinasi (Widadyasih, 2019). diri, tersenyum sendiri, duduk terpaku,
Menurut Kusumawati F dan bicara sendiri, memandang satu arah,
Hartono Y (2018), diperkirakan gelisah dan tiba-tiba marah
penduduk Indonesia yang menderita (Kusumawati F, Hartono Y, 2018).
gangguan jiwa sebesar 2-3% jiwa, Tanda-tanda pasien dengan halusinasi
yaitu sekitar 1 sampai 1,5 juta jiwa pendengaran tersebut juga terdapat
diantaranya mengalami halusinasi. pada pasien yang di rawat ruang
Data sepuluh besar angka kesakitan cempaka dan sipisopiso Rumah Sakit
rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Jiwa Prof. Dr. M. Ildrem. Akibat yang
Propinsi Lampung bulan Juli tahun ditimbulkan bersifat maladaftif,
2019 terdapat 351 pasien gangguan dikarenakan halusinasi pendengaran
jiwa dan untuk rawat inap terdapat 189 yang dialami pasien.
(53,84%) pasien yang mengalami Salah satu bentuk penanganan
skizofrenia,di ruang Kutilang pada medis untuk pasien dengan halusinasi
bulan Juli tahun 2019 terdapat 32 adalah dengan Terapi Aktifitas
pasien rawat inap diantaranya Kelompok Stimulasi Persepsi, dimana
Halusinasi Pendengaran 22 (68,75%), TAK (Terapi Aktifitas Kelompok)
Isolasi sosial 6 (18,75%), Harga diri merupakan salah satu terapi modalitas
rendah 2 (6,25%), Resiko bunuh diri 1 yang dilakukan perawat kepada
(3,125%), dan Waham 1 (3,125%) kelompok pasien dengan halusinasi.
(Sebastian, 2015). Aktivitas digunakan sebagai terapi,dan
kelompok digunakan sebagai target

249
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)

asuhan. Di dalam kelompok terjadi Cempaka Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.
dinamika interaksi yang saling Ildrem Tahun 2019.
bergantung, saling membutuhkan, dan
menjadi laboratorium tempat pasien Metode Penelitian
berlatih perilaku baru yang adaptif Jenis penelitian adalah penelitian
untuk memperbaiki perilaku lama yang pra-experiment yang menggunakan
maladaptif (Keliat Anna B, Akemat, rancangan one group pre-test dan pos-
2015). test, dimana rancangan ini tidak ada
Berdasarkan Hasil Penelitian Sri kelompok pembanding, tetapi paling
Dewi pada tahun 2015 di RSJ Provinsi tidak sudah dilakukan observasi
Bali didapat pengaruh yang bermakna pertama (pre-test) yang memungkinkan
dari pelaksanaan TAK (Terapi Aktifitas peneliti dapat menguji perubahan-
Kelompok) terhadap penurunan perubahan yang terjadi setelah adanya
frekuensi pasien halusinasi dimana (p) eksperiment (perlakuan). Penelitian
< 0,05 berarti Ha diterima yaitu dilakukan di ruangan Cempaka Rumah
berdasarkan analisa data dengan Sakit Jiwa Prof. Dr. Ildrem, pada bulan
Wilcoxon Signed Rank Test diproleh Mei 2019. Populasi penelitian ini
hasil sebesar -3,852. adalah pasien halusinasi pendengaran
Berdasarkan hasil wawancara yang dirawat di Ruang Cempaka
pada petugas kesehatan di RSJ Prof. Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Ildrem
Dr. Ildrem, TAK (Terapi Aktifitas Tahun 2019 yang berjumlah 19 orang.
Kelompok) memang sering dilakukan Sampel penelitian adalah pasien
untuk penelitian belum ada yang halusinasi pendengaran, yang diambil
pernah meneliti tentang TAK (Terapi dengan tekhnik purposive sampling,
Aktifitas Kelompok): Halusinasi yaitu suatu tekhnik pengambilan
Pendengaran. sampel didasarkan pada suatu
Berdasarkan studi pendahuluan, pertimbangan tertentu.
maka peneliti tertarik melakukan
Metode Pengumpulan Data
penelitian tentang efektifitas Terapi
Pengumpulan data dalam
Aktifitas Kelompok stimulasi persepsi
penelitian ini menggunakan metode
terhadap kemampuan mengontrol
observasi (pengamatan) terhadap
halusinasi pendengaran pasien ruang
pasien halusinasi pendengaran dengan

250
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)

menggunakan format sesi TAK (Terapi bekerja 37,5 %, pendidikan pasien


Aktifitas Kelompok) yang sudah ada. mayoritas SMA sebanyak 62,5 %.

HASIL PENELITIAN 2. Distribusi Frekuensi TAK (Terapi


Aktifitas Kelompok) Menghardik
Tabel 1 Karakteristik Pasien Yang Pasien Halusinasi Pendengaran Pre-
Mengikuti TAK (Terapi Aktifitas Test dan Post-Test di Cempaka RSJ
Kelompok): Pasien Halusinasi Prof. Dr. Ildrem Tahun 2019
Pendengaran Pre-Test dan Post-Test
di Cempaka RSJ Prof. Dr. Ildrem Pre Test Post Test
N Meng Frekuens Persentas
Tahun 2019 o hardik i Persenta Frekuen
e

(f) se (%) si (f) (%)


Karakteristik Mamp 4 50,0 8 100,
1
Pasien yang u 0
Mengikuti Tidak - -
Frekuen Persenta 2 Mamp 4 50,0
(TERAPI
si (f) se (%) u
AKTIFITAS
KELOMPOK)
Halusinasi Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa
Umur :
< 20 tahun 1 12,5 % kemampuan pasien dalam mengontrol
20-30 tahun 3 37,5 %
> 30 tahun 4 50,0 % halusinasi pendengaran dengan
Total 8 100,0 %
menghardik saat Pre Test berjumlah 4
Jenis Kelamin :
Laki-laki 4 50,0 % orang (50%),sedangkan saat Post Test
Perempuan s 4 50,0 %
Total 8 100,0 % mayoritas pasien dalam kategoeri
Pekerjaan :
Wiraswasta 2 25,0 % mampu berjumlah 8 orang (100%).
Ibu Rumah Tangga 3 37,5 %
Tidak Bekerja 3 37,5 %
Total 8 100,0 %
3. Distribusi Frekuensi TAK (Terapi
Pendidikan : Aktifitas Kelompok): Pasien
SD 1 12,5 % Halusinasi Pendengaran Pre-Test
SMP 2 25,0 % dan Post Test di Cempaka RSJ Prof.
SMA 5 62,5 % Dr. Ildrem Tahun 2019
Pre Test Post Test
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa N Melakukan
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
o Kegiatan (%) (%)
(f) (f)
berdasarkan umur pasien yang
1 Mampu - - 5 62,5
mengikuti TAK (Terapi Aktifitas Tidak 3 37,5
2 8 100,0
Mampu
Kelompok) Pre-Test dan Post-Test
mayoritas berada pada rentang >30 Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa
tahun sebanyak 4 orang (50,0 %). Jenis kemampuan pasien dalam mengontrol
kelamin yaitu laki-laki 50,0 % dan halusinasi pendengaran dengan
perempuan 50,0 %, pekerjaan melakukan kegiatan saat Pre Test
mayoritas ibu rumah tangga dan tidak mayoritas pasien berada dalam kategori

251
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)

tidak mampu berjumlah 8 orang k


Mam
(100%), sedangkan saat Post Test pu
mayoritas pasien berada dalam kategori
Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa
mampu berjumlah 5 orang (62,5%).
kemampuan pasien dalam mengontrol
halusinasi pendengaran dengan patuh
4. Distribusi Frekuensi TAK (Terapi
Aktifitas Kelompok) : Bercakap- minum obat saat Pre Test berjumlah 4
cakap dengan Orang Lain pada
orang (50%), sedangkan saat Post Test
Pasien Halusinasi Pendengaran Pre-
Test dan Post-Test di Ruang mayoritas pasien berada dalam kategori
Cempaka RSJ Prof. Dr. Ildrem
mampu berjumlah 7 orang (87,5%).
Tahun 2019
Berca Pre Test Post Test
No kap – Frekuen Persentas Frekuen Persentas
cakap si(f) e(%) si(f) e (%) Hasil Uji Statistik dengan Uji t
Mam 1 12,5 5 62,5 Dependent
1 Dalam menganalisa data secara
pu
Tida 3 37,5
k bivariat, pengujian data dilakukan
2 7 87,5
Mam
dengan menggunakan Uji t Dependent
pu
yaitu membandingkan data pada Pre
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa
Test dan Post Test untuk memperoleh
kemampuan pasien dalam mengontrol
perbedaan sebelum (PreTest) dan
halusinasi pendengaran dengan
sesudah (Post Test) Terapi Aktifitas
bercakap-cakap saat Pre Test mayoritas
Kelompok Stimulasi Persepsi. Taraf
pasien berada dalam kategori tidak
signifikansi 95% (α = 0,05). Pedoman
mampu berjumlah 7 orang (87,5%),
dalam menerima hipotesis, apabila nilai
sedangkan saat Post Test mayoritas
probabilitas (p) < 0,05 maka Ho
pasien berada dalam kategori mampu
diterima dan apabila (p) > 0,05 maka
berjumlah 5 orang (62,5%).
Ho gagal atau ditolak.

5 Distribusi Frekuensi TAK (Terapi


Aktifitas Kelompok) : Patuh Minum PEMBAHASAN
Obat Pasien Halusinasi Pendengaran
Karakteristik Pasien yang Mengikuti
Pre-Test dan Post-Test di Cempaka
RSJ Prof. Dr. Ildrem Tahun 2019 TAK (Terapi Aktifitas Kelompok):
Patuh Pre Test Post Test
N Minu Persenta
Halusinasi
Frekuen Persenta Frekuen se
o m si(f) (%) si(f)
Obat
se (%) Karakteristik pasien yang
Mam 4 50,0 7 87,5 mengikuti TAK (Terapi Aktifitas
1
pu
2 Tida 4 50,0 1 12,5 Kelompok) yang berjumlah 8 orang

252
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)

berdasarkan usia, mayoritas berada jiwa, dikarenakan pasien laki-laki jika


pada rentang > 30 tahun sebanyak 4 mengalami masalah cenderung
orang (50%). Dalam penelitian ini usia menyimpan masalah yang dihadapinya,
terbanyak > 30 tahun, selain apabila masalah yang dihadapi semakin
keterbatasan peneliti dalam berat dan koping tidak efektif, hal
menentukan sampel, pada umumnya inilah pencetus terjadinya gangguan
semakin bertambah usia seseorang, jiwa, sementara perempuan sering
maka semakin menurunnya daya ingat, menceritakan TAK (Terapi Aktifitas
konsentrasi dan stamina, dimana pada Kelompok) pada masalah yang
saat pasien bermain dalam TAK (Terapi dihadapinya kepada orang lain yang
Aktifitas Kelompok) sangat dibutuhkan menurutnya bisa dipercaya.
konsentrasi dan stamina yang cukup, Berdasarkan karakteristik
sedangkan setelah permainan selesai pekerjaan yang berjumlah 8 orang,
yang berperan cukup kuat dalam proses mayoritas ibu rumah tangga dan tidak
penyembuhan adalah daya ingat, bekerja dengan frekuensi yang sama
maksudnya hal-hal yang telah yaitu 3 orang (37,5%), selain
dilakukan baik itu Pre dan Post TAK keterbatasan peneliti dalam
(Terapi Aktifitas Kelompok) bisa menentukan sampel, pada umumnya
diaplikasikan oleh pasien, dikarenakan seseorang yang tidak bekerja,
dalam sampel penelitian ini adalah cenderung mengalami banyak masalah,
pasien gangguan jiwa, untuk membantu masalah kebutuhan hidup (ekonomi)
mempercepat proses penyembuhannya, yang paling mendasar, pada penelitian
dibutuhkan perhatian khusus dari ini yang dijadikan sampel penelitian
perawat yang merawatnya. berjumlah 3 orang, sebelumnya mereka
Berdasarkan karakteristik jenis bekerja namun karena adanya masalah
kelamin laki-laki dan perempuan pribadi dan tidak kuatnya koping
frekuensinya sama yaitu 4 orang individu, hal-hal yang mengarah pada
(50,0%) dari jumlah responden 8 orang penyakit gangguan jiwa terjadi, lama
hal ini, selain karena keterbatasan kelamaan koping individu tidak efektif,
peneliti dalam menentukan sampel. terjadilah gangguan jiwa dan pada
Namun pada umumnya, laki-laki yang akhirnya menyebabkan mereka tidak
lebih cenderung mengalami gangguan bekerja. Sedangkan ibu rumah tangga

253
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)

umumnya, faktor pencetus gangguan orang (50,0%) dari jumlah responden 8


jiwa adalah masalah kehidupan rumah orang (100%), hal ini dikarenakan
tangga, baik dari segi keluarga, anak- pasien sudah mulai tahu cara
anak sampai masalah ekonomi, mengontrol halusinasi dengan
masalah tersebut semakin berat menghardik. Sedangkan pada TAK
dirasakan seorang ibu rumah tangga (Terapi Aktifitas Kelompok) dengan
dengan tidak kuatnya koping individu, menghardik saat Post Test mayoritas
maka terjadilah gangguan jiwa. pasien mampu mengontrol
Berdasarkan karakteristik halusinasinya dikarenakan mahasiswa
pendidikan yang berjumlah 8 orang, yang praktek baik dari akademik
mayoritas pendidikan pasien SMA maupun universitas dengan kasus
dengan frekuensi 5 orang (62,5%). individu telah mengajarkan cara
Pada umumnya semakin tinggi menghardik halusinasi, sehingga saat
pendidikan seseorang, maka semakin Post Test yang dilakukan peneliti,
tinggi ilmu pengetahuannya. Namun seluruh pasien yang berjumlah 8 orang
dikarenakan keterbatasan peneliti (100%) mampu menyebutkan dan
dalam menentukan sampel, memperagakan cara menghardik
kemungkinan yang tidak dijadikan halusinasi.
sampel oleh peneliti, pendidikan pasien
yang mengikuti TAK (Terapi Aktifitas Melakukan Kegiatan
Kelompok) berpendidikan rendah (SD). Pasien berada dalam kategori
Namun tidak menutup kemungkinan tidak mampu (100%), meskipun pasien
pasien yang berpendidikan lebih tinggi yang dirawat di RSJ Prof. Dr. M.
(SMA) dalam penelitian ini disebabkan Ildrem dikondisikan untuk melakukan
oleh koping individu yang tidak efektif. kegiatan 1-2 jam setiap pagi dan sore,
namun untuk menyusun jadwal
Kemampuan Pasien Mengontrol kegiatan harian dan menyebutkan 2
Halusinasi Pendengaran cara mengontrol halusinasi sesuai
Menghardik Halusinasi dengan format yang ada pada TAK
Pre-Test pasien yang mampu dan (Terapi Aktifitas Kelompok) :Halusinasi
tidak mampu dengan menghardik pasien belum dapat menyebutkannya.
halusinasi frekuensinya sama yaitu 4

254
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)

Berdasarkan pengamatan ini dikarenakan pasien merasa lebih


peneliti, hal yang menyebabkan pasien sering asyik dengan halusinasinya,
tidak mampu mengontrol halusinasi sehingga pasien tersebut lebih banyak
dengan melakukan kegiatan saat Post menyendiri dari pada bercakap-cakap
Test yang berjumlah 3 orang (37,5%) dengan temannya. Jika diajak
dikarenakan pasien lebih sering asyik berkomunikasi pasien tersebut
dengan halusinasinya, sehingga apa merespon, namun untuk mamulai
yang diperintahkan oleh perawat komunikasi lebih sering tidak
maupun peneliti lebih sering tidak dilakukan oleh pasien.
dihiraukan dan biasanya ketika
diperintah untuk melakukan suatu Patuh Minum Obat
kegiatan pasien tersebut tidak Pre-Test kemampuan pasien
merespon dan berusaha menghindar dalam mengontrol halusinasi dengan
dengan melakukan kebiasaannya duduk patuh minum obat berjumlah 4 orang
menyendiri sambil melamun. (50%), sedangkan saat Post Test
mayoritas pasien berada dalam kategori
Bercakap-cakap dengan Orang Lain mampu berjumlah 7 orang (87,5%),
Pre-Test pasien mayoritas berada berdasarkan pengamatan dan Post Test
dalam kategori tidak mampu yaitu yang dilakukan oleh peneliti yaitu 1
dengan frekuensi 7 orang (87,5%) orang pasien (12,5%) tidak patuh
dikarenakan selain pasien belum minum obat, hal ini dikarenakan pasien
mengikuti TAK (Terapi Aktifitas menolak untuk minum obat dengan
Kelompok) pasien belum begitu alasan jika minum obat membuat lidah
mengenal peneliti, sebab pasien dengan kotor dan merasa tidak enak di mulut,
gangguan jiwa, lama hal ini terjadi pasien yang 1 orang
mengingat/mengenal seseorang jika tersebut tidak mempunyai keyakinan
intensitas pertemuan tidak sering terhadap obat yang dikonsumsinya
kepadanya, sedangkan pada TAK dapat membantu mempercepat proses
(Terapi Aktifitas Kelompok) : bercakap- penyembuhan.
cakap dengan orang lain saat Post Test
pasien yang berada pada kategori tidak
mampu berjumlah 3 orang (37,5%), hal

255
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)

Kesimpulan modalitas pada pasien gangguan


TAK (Terapi Aktifitas Kelompok) : jiwa, khususnya pasien halusinasi
Halusinasi mempunyai efektifitas yang pendengaran.
signifikan terhadap kemampuan
Daftar Pustaka
mengontrol halusinasi pendengaran
pada pasien di ruang Cempaka dan Dalami Ermawati, 2018, Konsep Dasar
Keperawatan Kesehatan Jiwa,
Sipisopiso Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Jakarta : Trans Info Media.
Ildrem pada setiap sesi, hal ini sesuai
Hidayat Alimul A, 2015, Riset
dengan hasil penelitian yang diperoleh, Keperawatan dan Tekhnik
yaitu dengan menggunakan uji-t Penulisan Ilmiah, Jakarta:
Salemba Medika.
dependent saat Pre-Test dan Post-Test
diperoleh perbedaan dengan hasil uji Keliat Budi Anna dan Akemat, 2015,
Keperawatan Jiwa Terapi
statistik didapat p adalah 0,1 (p<0,05). Aktifitas Kelompok, Jakarta:
EGC.
Saran Kusumawati F, Hartono Y 2018, Buku
1. RSJ Prof. Dr. Ildrem. Ajar Keperawatan Jiwa,
Jakarta: Salemba Medika.
Bagi RSJ Prof. Dr. M. Ildrem,
hendaknya mempertimbangkan Lailan, 2019, Askep Halusinasi
Pendengaran,http://askep.wordp
untuk membuat kebijakan ress.com.
(peraturan) baru kepada perawat, Notoatmodjo S, 2015, Metodologi
Penelitian Kesehatan, Edisi
khususnya perawat ruangan untuk Revisi, Jakarta: Rineka Cipta.
melakukan TAK (Terapi Aktifitas
Marlindawani Jenny, dkk, 2018,
Kelompok) secara kontiniu, yang Asuhan Keperawatan pada
bertujuan untuk penurunan frekuensi Klien dengan Maasalah
Psikososial dan gangguan Jiwa,
pasien gangguan jiwa. Ce(Terapi Aktifitas Kelompok)an
2. Bagi Tenaga Keperawatan ke 2, Medan: USU Press.
Diharapkan kepada perawat, Purwaningsih W, Karlina I, 2015,
khususnya perawat ruangan yang Asuhan Keperawatan Jiwa,
Yogjakarta: Nuha Medika Press.
bekerja di RSJ TAK (Terapi Aktifitas
Kelompok) yang telah dilakukan oleh Riyanto A, 2015, Pengolahan dan
Analisis Data Kesehatan.
peneliti mengingat TAK (Terapi Yogyakarta: Jaza Media.
Aktifitas Kelompok) merupakan terapi

256
Jurkessutra (Jurnal Kesehatan Surya Nusantara)

Sebastian, 2015, Efektifitas Aktivitas


Kelompok. http://wordpress.com.

Setiadi, 2014, Konsep dan Penulisan


Riset Keperawatan, Edisi
Pertama, Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Sri Dewi, 2015. Pengaruh Terapi


Aktifitas Kelompok Orientasi
Realitas Terhadap Frekuensi
Terjadinya Halusinasi Pada
Klien Psikosis Di Rumah Sakit
Jiwa Propinsi Bali.
http://skripsistikes.wordpress.co
m/2015/05/03/ikpiii112/

Videback S.L, 2019, Buku Ajar


Keperawatan Jiwa, Jakarta:
EGC.

Widdyasih, 2019, Penderita


Gangguan Jiwa,
http://wordpress.com

257

Anda mungkin juga menyukai