Modul Geologi Dasar
Modul Geologi Dasar
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya validasi dan
penyempurnaan Modul Geologi Dasar sebagai Materi Substansi dalam Pelatihan Teknologi
Geolistrik 2 Dimensi untuk Perencanaan Pemanfaatan Potensi Airtanah. Modul ini disusun
untuk memenuhi kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) di bidang Sumber
Daya Air.
Modul Geologi Dasar disusun dalam 10 (sepuluh) bab yang terbagi atas Pendahuluan, Materi
Pokok, dan Penutup. Penyusunan modul yang sistematis diharapkan mampu mempermudah
peserta pelatihan dalam memahami geologi dasar. Penekanan orientasi pembelajaran pada
modul ini lebih menonjolkan partisipasi aktif dari para peserta.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim Penyusun dan
Narasumber Validasi, sehingga modul ini dapat diselesaikan dengan baik. Penyempurnaan
maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa terbuka dan dimungkinkan
mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan yang terus menerus terjadi.
Semoga Modul ini dapat memberikan manfaat bagi peningkatan kompetensi ASN di bidang
Sumber Daya Air.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................ viii
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ..................................................................................x
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI iii
MODUL 2 GEOLOGI DASAR
DAFTAR TABEL
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI vii
MODUL 2 GEOLOGI DASAR
DAFTAR GAMBAR
viii PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 2 GEOLOGI DASAR
Gambar 5.17. Kepulauan Aleutian Adalah Busur Kepulauan Volkanik Merupakan Produk dari
Subduksi Lempeng Pasifik dibawah Lempeng Amerika Utara ............................. 64
Gambar 5.18. Tubrukan Sub Kontinen India dan Eurasia Membentuk Himalaya .................. 66
Gambar 6.1. Unsur Geometri Lipatan (Noor, 2012) ................................................................ 70
Gambar 6.2. Lipatan (Noor, 2012) ........................................................................................... 71
Gambar 6.3. Antiklin dan Sinklin (Noor, 2012) ........................................................................ 72
Gambar 6.4. Lipatan Berdasarkan Bentuknya (Noor, 2012) ................................................... 73
Gambar 6.5. Pembagian Kekar Berdasarkan Geometrinya (Moore, 2009) ............................ 74
Gambar 7.1. Singkapan Batuan pada Satuan Stratigrafi (kiri) dan Singkapan yang Menerus
dari Satuan Stratigrafi (kanan) (Noor, 2012) ......................................................... 87
Gambar 7.2. Sketsa Pengukuran Penampang Stratigrafi (Noor, 2012) .................................. 88
Gambar 7.3. Aktivitas dari Pengukuran Stratigrafi Terukur (Noor, 2012) ............................... 89
Gambar 7.4. Posisi Pengukuran pada Daerah Datar (Noor, 2012) ........................................ 90
Gambar 7.5. Contoh Penyajian Hasil Pengukuran Stratigrafi (Noor, 2012)............................ 91
Gambar 7.6. Memperlihatkan Korelasi Litostratigrafi dengan Singkapan Batuan (Noor, 2012)
............................................................................................................................... 92
Gambar 7.7. Korelasi Biostratigrafi yang Didasarkan Atas Kandungan Fosil yang Sama (Noor,
2012) ...................................................................................................................... 93
Gambar 7.8. Susunan Sekuen Stratigrafi yang Disusun Berdasarkan Kandungan Fosilnya
dengan Memakai Prinsip Suksesi Fauna (Noor, 2012) ........................................ 94
Gambar 7.9. Perbedaan Antara Satuan Stratigrafi Berdasarkan Batuan/ Litostratigrafi (kiri) dan
Satuan Stratigrafi Berdasarkan Umur/ Biostratigrafi (kanan) (Noor, 2012) .......... 94
Gambar 8.1. Sketsa Bentuk Bumi Akibat Struktur Geologi ..................................................... 98
Gambar 8.2. Sketsa yang Memperlihatkan Perkembangan (Tahapan) Permukaan Bumi
(landform). Dari (A s/d D) Memperlihatkan Tahapan Geomorfik Muda Sampai
dengan Tua ............................................................................................................ 99
Gambar 9.1. Peta Topografi, Asli : Skala 1:25.000 ............................................................... 106
Gambar 9.2. Bagian-Bagian Kontur ....................................................................................... 111
Gambar 9.3. Peta Geologi (www.geologinesia.com) ............................................................. 113
Gambar 9.4. Simbol Batuan (Noor, 2012) ............................................................................. 113
Gambar 9.5. Legenda Peta Geologi (Noor, 2012) ................................................................. 115
Deskripsi
Modul Geologi Dasar ini terdiri dari delapan kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar
pertama membahas Definisi dan Lingkup Ilmu Geologi. Kegiatan belajar kedua
membahas Mineral. Kegiatan belajar ketiga membahas Batuan Penyusun Kulit Bumi.
Kegiatan belajar keempat membahas Tektonik Lempeng. Kegiatan belajar kelima
membahas Struktur Geologi. Kegiatan belajar keenam membahas Stratigrafi. Kegiatan
belajar ketujuh membahas Geomorfologi. Kegiatan belajar kedelapan membahas Peta
Topografi dan Peta Geologi.
Peserta pelatihan mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang berurutan.
Pemahaman setiap materi pada Pelatihan ini diperlukan untuk mampu menganalisis
kondisi geologi suatu wilayah untuk mendapatkan informasi keterdapatan Airtanah.
Persyaratan
Dalam mempelajari modul pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan dapat
menyimak dengan seksama penjelasan dari pengajar sehingga dapat memahami dengan
baik. Untuk menambah wawasan, peserta diharapkan dapat membaca terlebih dahulu
Kebijakan Pengelolaan Airtanah.
Metode
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah dengan
kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh Widyaiswara/ Fasilitator, adanya kesempatan
tanya jawab, diskusi, pemutaran video, bahkan demonstrasi.
BAB I
PENDAHULUAN
8) Rangkuman
9) Evaluasi
e) Struktur Geologi
1) Konsep Struktur Geologi
2) Struktur Lipatan
3) Kekar (Joint)
4) Patahan atau Sesar (Fault)
5) Analisis Struktur Geologi
6) Latihan
7) Rangkuman
8) Evaluasi
f) Stratigrafi
1) Konsep Stratigrafi
2) Sandi Stratigrafi
3) Pengukuran Stratigrafi
4) Kolom Stratigrafi
5) Korelasi Stratigrafi
6) Latihan
7) Rangkuman
8) Evaluasi
g) Geomorfologi
1) Konsep Dasar Geomorfologi
2) Proses Geomorfik
3) Proses Diastromisme dan Vulkanisme
4) Proses Gradasional
5) Latihan
6) Rangkuman
7) Evaluasi
h) Peta Topografi dan Peta Geologi
1) Peta Topografi
2) Peta Geologi
3) Latihan
4) Rangkuman
5) Evaluasi
BAB II
DEFINISI DAN LINGKUP ILMU GEOLOGI
Lebih jauh Earle, S., 2015 menyebutkan bahwa dalam arti luasnya, geologi adalah
studi tentang Bumi, baik di bagian dalamnya dan permukaan luarnya, batuan dan
bahan lain yang ada di sekitar kita, proses yang menghasilkan atau pembentukan
bahan-bahan itu, aliran air di atas dan di bawah permukaan tanah, perubahan-
perubahan yang telah terjadi selama sepanjang waktu geologis, dan perubahan
yang dapat kita antisipasi akan terjadi dalam waktu dekat.
sifat lainnya, kemudian menentukan nama mineral dari hasil deskripsi tersebut
dan kegunaan mineral.
Haldar, 2014 menjelaskan secara sederhana, bahwa mineralogi adalah studi
sistematis yang berkaitan dengan karakteristik mineral. Mineralogi memiliki
banyak cabang ilmu.
b) Petrologi
Studi tentang batuan (batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf),
asal mula pembentukannya, klasifikasinya, tempat pembentukan dan
pengendapannya, serta penyebarannya baik di dalam maupun di permukaan
bumi.
c) Sedimentologi
Studi yang mempelajari batuan sedimen, meliputi pembentukan batuan
sedimen dan proses sedimentasinya. Mempelajari, mengenali dan menafsirkan
struktur sedimen, macam model fasies, dan lingkungan pengendapan dan
klasifikasinya.
d) Geomorfologi
Studi tentang bentang-alam (morfologi alam), mempelajari prinsip-prinsip
geomorfologi dalam kaitannya dengan geologi serta mengidentifikasi ragam
bentang-alam serta proses terjadinya, juga mempelajari deskripsi bentang-
alam dan aplikasi geomorfolog untuk penelitian dan pemetaan.
e) Geologi struktur
Studi mengenai perubahan bentuk-bentuk kerak bumi yang diakibatkan oleh
adanya proses gerak pada bumi itu sendiri sehingga menghasilkan struktur
geologi berupa lipatan, patahan, kekar dan lain-lain.
f) Stratigrafi
Studi tentang urut-urutan perlapisan batuan, pemeriannya, dan proses-proses
sepanjang sejarah pembentukan perlapisan batuan tersebut.
Pada prinsipnya, tidak ada satupun dipermukaan bumi yang bersifat permanen.
Oleh karena itu dalam mempelajari bumi harus digunakan suatu jenis penanggalan
yang dikenal dengan “Skala Waktu Geologi”.
Terdapat 2 skala waktu geologi (Gambar 2 – 1 ) yang dipakai untuk mengukur dan
menentukan umur dan kejadian kejadian di Bumi, yaitu:
a) Skala waktu relatif, yaitu skala yang didasarkan pada urutan perlapisan batuan
dan evolusi kehidupan organisme masa lalu;
b) Skala waktu absolut (radiometrik), yaitu skala yang didasarkan pada pelarikan
radioaktif pada unsur kimia dalam batuan.
Skala waktu geologis membagi waktu geologis menjadi hierarki interval waktu yang
semakin pendek; setiap pembagian waktu memiliki nama tertentu. Skala waktu
geologis dihasilkan dari karya banyak ahli geologi abad ke-19 yang mengumpulkan
informasi dari berbagai paparan batuan dan menyusun kronologi berdasarkan
perubahan biota Bumi dari waktu ke waktu.
Skala waktu relatif dikelompokkan menjadi Eon (masa) yang dibagi menjadi Era
(kurun) kemudian dibagi lagi menjadi Periode (zaman) yang dibagi lagi menjadi
Epoch (kala). Contoh, Paleozoikum dibagi menjadi Paleo berarti purba, Zoikum
Ruang adalah tempat dimana batuan terbentuk, sedangkan waktu adalah waktu
pembentukan batuan dalam skala waktu geologi.
Oleh karena itu, untuk memahami dan menafsirkan peristiwa geologis dari bukti
yang tersimpan dalam batuan, kita harus terlebih dahulu memahami proses saat ini
dan hasilnya. Faktanya, uniformitarianisme sangat cocok dengan pendekatan
sistem yang kita ikuti untuk mempelajari Bumi.
dinamis dan telah sejak terbentuk, proses yang telah membentuknya di masa lalu
adalah sama yang beroperasi hari ini. (Monroe, et all. 2007 h 23).
Selain itu dalam ilmu geologi terdapat 3 prinsip dasar pada batuan sedimen, yaitu
prinsip horisontal, superposisi dan kesinambungan lateral (Obruchev, 2005).
Prinsip terpenting dalam mempelajari geologi yang digunakan dalam pencarian air
tanah dengan penelitian geolistrik adalah prinsip keselarasan dan ketidakselarasan.
Prinsip keselarasan adalah hubungan antara satu lapis batuan dengan lapis batuan
lainnya diatas atau dibawahnya yang kontinyu (menerus), tidak terdapat selang
waktu pengendapan. Sedangkan prinsip ketidakselarasan adalah hubungan antara
satu lapis batuan dengan lapis batuan lainnya (batas atas atau bawah) yang tidak
kontinyu (tidak menerus) yang disebabkan oleh adanya rumpang waktu
pengendapan.
2.4 Latihan
1. Apakah pengertian dari geologi dalam arti luasnya?
2. Apa yang dipelajari dalam ilmu Sedimentologi?
3. Apa yang anda ketahui tentang konsep Uniformitarianisme?
2.5 Rangkuman
Geologi adalah ilmu yang mempunyai banyak cabang ilmu lainya dan merupakan
pengetahuan yang mempelajari material penyusun kerak bumi, proses-proses yang
berlangsung selama dan atau setelah pembentukannya, serta makhluk hidup yang
pernah ada atau hidup di bumi.
Pada prinsipnya, tidak ada satupun dipermukaan bumi yang bersifat permanen.
Oleh karena itu dalam mempelajari bumi harus digunakan suatu jenis penanggalan
yang dikenal dengan “Skala Waktu Geologi”.
Konsep besar yang sekaligus menjadi landasan prinsip dalam mempelajari ilmu
geologi adalah anggapan bahwa bumi adalah suatu benda yang secara dinamis
berubah sepanjang masa dan setiap waktu.
2.6 Evaluasi
1. Cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang urutan perlapisan batuan, umur
dan kandungan fosil yang ada dalam tiap lapisan batuan adalah…..
a. Petrologi
b. Struktur geologi
c. Petrologi
d. Stratigrafi
BAB III
MINERAL
Definisi mineral dari waktu ke waktu berdasarkan para ahli selalu mengalami
perkembangan, beberapa definisi diuraikan dibawah ini.
Mineral adalah padatan homogen yang terbentuk secara alami yang mempunyai
struktur atom teratur dan komposisi kimia yang khas. (Demange, 2012).
Di alam, mineral ditemukan dalam batuan, dan sebagian besar batuan terdiri dari
setidaknya beberapa mineral yang berbeda. (Earle, S., 2015)
Lebih lanjut Hefferan dan O’Brien, (2010) menyebutkan bahwa mineral didefinisikan
oleh lima sifat berikut :
1. Mineral adalah padat, karena semua atom di dalamnya disatukan dalam posisi
tetap oleh kekuatan yang disebut ikatan kimia. sehingga tidak termasuk cairan
dan gas.
2. Mineral terjadi secara alami. Definisi ini tidak termasuk padatan sintetis yang
dihasilkan melalui teknologi.
3. Beberapa bahan padat Bumi terbentuk melalui proses anorganik dan organik.
Mineral biasanya terbentuk oleh proses anorganik.
4. Setiap spesies mineral memiliki komposisi kimia tertentu yang dapat
diekspresikan dengan formula kimia.
5. Susunan atom dalam mineral tidak secara acak. Sebaliknya mineral
mengkristal dengan pola geometris sehingga pola yang sama akan diulangi di
seluruh mineral.
Haldar. S. K., (2014) menyatakan : Mineral adalah benda yang homogen dengan
susunan atom yang teratur dan struktur atom hasil kristalisasi. Mineral adalah
bagian integral dari kerak bumi, dan memiliki komposisi kimia yang konstan yang
dapat diekspresikan dengan rumus kimia. Dalam kondisi spesifik suhu dan tekanan,
mineral memiliki sifat fisik yang stabil.
Beberapa mineral (tidak semua) , ada yang mempunyai sifat sangat khas artinya
tidak semua mineral memiliki sifat ini, sifat demikian disebut sebagai sifat diagnostik,
sangat berguna dalam mengidentifikasi mineral yang tidak dikenal. Mineral halit,
misalnya, memiliki rasa asin, karena sangat sedikit mineral yang mempunyai sifat
asin ini, sehingga rasa asin dianggap sebagai sifat atau properti diagnostik dari halit.
Sifat atau properti lain dari mineral tertentu dapat bervariasi di antara sample yang
berbeda walaupun dari mineral yang sama, sifat atau properti ini disebut sebagai
properti ambigu.
Kristal mineral intan, dapat dikenali dari bentuknya yang segi-delapan atau
“oktahedron” dan mineral grafit dengan segi-enamnya yang pipih, meskipun
keduanya mempunyai susunan kimiawi yang sama, yaitu keduanya terdiri dari
unsur Karbon (C). Perbedaan bentuk kristal tersebut terjadi karena susunan
atom yang berbeda.
c) Warna (color)
Warna mineral memang bukan merupakan penciri utama untuk dapat
membedakan antara mineral yang satu dengan lainnya. Sebagai contoh warna
gelap yang dipunyai mineral, mengindikasikan terdapatnya unsur besi. Disisi
lain mineral dengan warna terang, diindikasikan banyak mengandung
aluminium.
d) Kekerasan (hardness)
Salah satu kegunaan dalam mendiagnosa sifat mineral adalah dengan
mengetahui kekerasan mineral. Kekerasan adalah sifat resistensi dari suatu
mineral terhadap kemudahan mengalami abrasi (abrasive) atau mudah
tergores (scratching). Skala kekerasan mineral mulai dari yang terlunak (skala
1) hingga yang terkeras (skala 10) diajukan oleh Mohs dan dikenal sebagai
Skala Kekerasan Mohs.(Tabel 3.1).
e) Kilap (luster)
Kilap adalah kenampakan atau kualitas pantulan cahaya dari permukaan suatu
mineral. Kilap pada mineral ada 2 (dua) jenis, yaitu kilap logam dan kilap non-
Logam. Kilap non-logam antara lain : kilap mutiara, kilap gelas, kilap sutera,
kelap resin, dan kilap tanah.
Galena, pirit dan magnetit adalah contoh mineral yang sangat baik dengan kilap
logam atau metalik, kromit, magnetit, dan bornit, memiliki kilap submetalik.
Kuarsa, kalsit, dan fluorit adalah mineral umum yang memiliki kilau vitreous atau
kilap kaca. Banyak sampel mineral permata, seperti berlian, zamrud, ruby, dan
safir, memiliki kilau adamantin yang membantu memberi mereka daya tarik
visual. Silky lustre atau kilap sutera adalah karakteristik mineral yang biasanya
berserat yang terdiri dari agregat berserat paralel. Serat paralel memantulkan
cahaya dengan cara yang mengingatkan pada sutra.
Warna mineral dapat bervariasi dari berbagai sampel, tetapi ceratnya biasanya
berwarna konsisten. Tidak semua mineral menghasilkan cerat ketika
digosokkan pada pelat goresan. Kuarsa, misalnya, lebih sulit daripada lempeng
goresan porselen, sehingga tidak meninggalkan cerat.
Streak atau cerat juga dapat membantu membedakan antara mineral dengan
kilap logam dan mineral dengan kilap non logam. Mineral logam umumnya
memiliki cerat gelap, sedangkan mineral dengan kilau bukan logam biasanya
memiliki cerat berwarna terang.
b) Mineral oksida.
Terbentuk sebagai akibat perseyawaan langsung antara oksigen dan unsur
tertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding silikat. Unsur yang paling
utama dalam oksida adalah besi, krom, mangan, timah dan aluminium.
Beberapa mineral oksida yang paling umum adalah “es”.
c) Mineral Sulfida.
Merupakan mineral hasil persenyawaan langsung antara unsur tertentu dengan
sulfur (belerang), seperti besi, perak, tembaga, timbal, seng dan merkuri.
Beberapa dari mineral sulfida ini terdapat sebagai bahan yang mempunyai nilai
ekonomis, atau bijih, seperti pyrit (FeS3), chalcocite (Cu2S), galena (PbS), dan
sphalerit (ZnS).
d) Mineral-mineral Karbonat dan Sulfat.
Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2, dan disebut karbonat,
umpamanya persenyawaan dengan Ca dinamakan kalsium karbonat, CaCO2
dikenal sebagai mineral kalsit. Mineral ini merupakan susunan utama yang
membentuk batuan sedimen.
3.3 Latihan
1. Apakah yang disebut mineral itu?
2. Apa yang dimaksud dengan mengidentifikasi mineral secara megaskopis?
3. Apa yang anda ketahui tentang kilap (luster) suatu mineral?
3.4 Rangkuman
Mineral adalah benda yang homogen dengan susunan atom yang teratur dan
struktur atom hasil kristalisasi. Mineral adalah bagian integral dari kerak bumi, dan
memiliki komposisi kimia yang konstan yang dapat diekspresikan dengan rumus
kimia. Dalam kondisi spesifik suhu dan tekanan, mineral memiliki sifat fisik yang
stabil.
Mineral dapat di identifikasi berdasarkan sifat sifatnya yang stabil, sifat tersebut
mencakup sifat fisiknya maupun sifat sifat kimianya. Identifikasi sifat-sifat tersebut
dapat dilakukan secara megaskopis maupun mikroskopis, maupun analisis
laboratoris.
3.5 Evaluasi
1. Berikut ini pernyataan yang benar tentang sifat diagnostik suatu mineral
adalah…..
a. Sifat khas suatu mineral yang tidak dimiliki semua mineral.
b. Sifat bentuk dan ukuran kristal setiap mineral yang tidak sama
c. Sifat susunan unsur kimia suatu mineral yang selalu berbeda
d. Sifat mikroskopis suatu mineral yang berbeda beda
BAB IV
BATUAN PENYUSUN KULIT BUMI
Material hasil pelapukan pada lereng sering digerakkan oleh gaya gravitasi sebelum
diambil dan diangkut oleh sejumlah agen erosi, seperti air yang mengalir, gletser,
angin, atau gelombang. Akhirnya partikel-partikel ini dan zat terlarut yang disebut
sedimen, diendapkan.
Jika batuan sedimen yang dihasilkan terkubur jauh di dalam Bumi dan terlibat dalam
dinamika pembentukan pegunungan, atau diterobos oleh massa magma, maka
akan mengalami tekanan besar dan/ atau panas yang hebat, batuan sedimen
tersebut bereaksi terhadap lingkungan, kemudian berubah menjadi jenis batuan
ketiga, yaitu batuan metamorf. Ketika batuan metamorf mengalami tambahan
perubahan tekanan atau suhu yang lebih tinggi lagi, batuan itu meleleh, dan kembali
tercipta magma, yang akhirnya mengkristal menjadi batuan beku, kemudian siklus
dimulai lagi dari awal.
Energi yang menggerakkan siklus batuan, berasal dari panas Bumi. Proses
eksternal pelapukan dan erosi yang membentuk batuan sedimen ditenagai oleh
energi Matahari.
Jalur yang ditunjukkan dalam siklus dasar bukan satu-satunya yang mungkin. Tetapi
jalur lain juga dapat terjadi seperti yang dijelaskan. Alternatif ini ditunjukkan oleh
panah putus putus pada Gambar 4.1.
Selain terkena cuaca dan erosi di permukaan Bumi, batuan beku mungkin tetap
terkubur dalam bumi dan dapat juga terkena gaya tekan yang kuat dan suhu tinggi
yang terkait dengan pembentukan pegunungan, sehingga batuan beku dalam bumi
ditransformasikan langsung menjadi batuan metamorf. Demikian juga batuan
metamorf dan sedimen, tidak selalu terkubur, lapisan bagian atasnya mungkin
dilucuti ter erosi, memperlihatkan batuan yang pernah terkubur menjadi terbuka,
dan material terbuka ini lapuk dan berubah menjadi bahan baku baru untuk batuan
sedimen.
Meskipun batuan mungkin tampak sebagai massa yang tidak berubah, siklus
batuan menunjukkan bahwa mereka berubah. Namun, perubahan itu membutuhkan
waktu — waktu yang sangat lama. Sebagai contohnya dapat diamati berbagai siklus
yang beroperasi di seluruh dunia. Saat ini magma baru terbentuk di bawah pulau
Hawaii. Ketika meletus di permukaan, aliran lahar dan lava menambah ukuran
pulau. Sementara itu, di beberapa puncak pegunungan secara bertahap menjadi
lapuk karena cuaca dan erosi yang pada akhirnya akan dibawa ke laut atau
samudera, di mana akan menambah massa sedimen yang sudah cukup besar yang
telah menumpuk sebelumnya.
Dari uraian diatas, nampak bahwa secara garis besar, batuan dikelompokkan
menjadi tiga kategori berdasarkan cara terbentuknya, yaitu batuan beku, batuan
sedimen, dan batuan metamorf.
Dalam kondisi tertentu, batuan mantel bumi atas dan kerak bumi (mantel dan kerak
bumi dijelaskan lebih lanjut pada bab berikutnya) bagian bawah meleleh,
membentuk cairan panas yang disebut magma. Batuan beku terbentuk ketika
magma mengalami pembekuan. Sekitar 95 persen kerak bumi terdiri dari batuan
beku dan batuan beku ter-metamorfosis.
Batuan sedimen membentuk kurang dari 5 persen kerak bumi. Namun, karena
endapan menumpuk di permukaan bumi, batuan sedimen membentuk lapisan tipis
di sekitar 80 persen dari seluruh permukaan daratan sehingga tampak lebih banyak.
Tidak ada batuan yang permanen sepanjang waktu geologis; yang terjadi adalah
semua batuan akan berubah perlahan dari satu ke tiga jenis batuan yang lain.
Proses berkelanjutan ini disebut siklus batuan (Gambar 4.1).
Perlu ditekankan perbedaan antara mineral dan batuan. Mineral adalah zat murni
dengan komposisi dan struktur tertentu, sedangkan batuan biasanya merupakan
campuran dari beberapa mineral yang berbeda, walaupun beberapa jenis batuan
ada kalanya hanya terdiri dari satu jenis mineral saja. Contoh mineral adalah
feldspar, kuarsa, mika, halit, kalsit, dan amfibol. Contoh batuan adalah granit, basal,
batu pasir, batu kapur, dan sekis. (Earle, S., 2015)
Bowen juga menunjukkan bahwa jika komponen padat dalam magma tetap kontak
dengan leburan yang tersisa, mereka akan bereaksi secara kimia dan mengubah
mineralogi (komposisi kimia). Namun, di alam, mineral yang terbentuk paling awal
dapat terpisah dari lelehan, sehingga menghentikan reaksi kimia lebih lanjut.
Diagram rangkaian reaksi Bowen pada Gambar 42 menggambarkan urutan di mana
mineral mengkristal dari magma. Secara khusus, para ilmuwan tahu bahwa mineral
yang terbentuk dalam rezim suhu umum yang sama yang digambarkan dalam seri
reaksi Bowen ditemukan bersama dalam batuan beku yang sama. Sebagai contoh,
perhatikan pada Gambar 4.2, bahwa mineral kuarsa, kalium feldspar, dan
muscovite, yang terletak di wilayah yang sama dari diagram Bowen, biasanya
ditemukan bersama sebagai konstituen utama dari granit batuan beku intrusif.
Magma mendingin secara perlahan, dan sebagai hasilnya, batuan beku ini
berbutir kasar. Struktur tubuh intrusi yang khas adalah batolit, stok, lakolit, sill
dan dike. Sedangkan nama batuan yang bertekstur kasar seperti granit, gabro
dan diorite.
b) Komposisi mineral
Dapat ditentukan berdasarkan indeks warnanya dibagi menjadi 2 (dua) mineral
mafic (gelap) dan mineral felsic (terang) dengan klasifikasi: leucocratic rock
(kandungan mineral mafic < 30%); mesocratic rock (kandungan mineral mafic
30%-60%); Melanocratic rock (kandungan mineral mafic 60%-90%) dan
hypermalanic rock (kandungan mineral mafic >90%).
Butiran kuarsa tampak agak bulat, seperti kaca, dan berwarna bening sampai
kelabu. Sebaliknya, kristal feldspar umumnya berwarna putih, abu-abu, atau
pink salmon, dan berbentuk kotak atau persegi panjang.
Konstituen minor granit lainnya, sejumlah kecil silikat gelap, khususnya biotit
dan amphibol, dan kadang-kadang muskovit. Meskipun komponen gelap
umumnya membentuk kurang dari 10 persen dari sebagian besar granit,
mineral gelap tampaknya lebih menonjol daripada yang ditunjukkan persentase
mereka.
beberapa sentimeter yang tersebar di antara kristal kuarsa dan amfibol yang
lebih kecil.
b) Riolit
Riolit adalah padanan granit berbutir halus dan, seperti granit, pada dasarnya
tersusun dari silikat berwarna terang. Rhyolite berbutir halus sering
mengandung pecahan kaca dan lubang, menunjukkan pendinginan cepat di
lingkungan permukaan atau di dekat permukaan. Didistribusi riolit lebih jarang
terjadi dan umumnya kurang produktif.
c) Obsidian
Obsidian adalah batuan kaca berwarna gelap yang biasanya terbentuk ketika
lava yang sangat kaya silika mendingin dengan cepat di permukaan bumi.
Berbeda dengan susunan teratur karakteristik ion mineral, susunan ion dalam
gelas tidak teratur. Akibatnya, batuan seperti kaca obsidian tidak tersusun dari
mineral dalam arti yang sama seperti kebanyakan batuan lainnya.
d) Batu apung
Batu apung atau pumice adalah batuan vulkanik atau produk gunungapi dengan
tekstur vesikular yang terbentuk ketika sejumlah besar gas keluar dari lava kaya
silika hingga menghasilkan massa abu-abu berbusa.
Dalam beberapa sampel, lubang terlihat cukup jelas, yang lainnya menyerupai
pecahan kaca terjalin yang halus. Karena persentase lubang yang besar,
banyak sampel mengapung ketika ditempatkan di air.
Seringkali, terlihat garis aliran dalam batu apung, menunjukkan bahwa terjadi
gerakan sebelum pembekuan selesai. Selain itu, batu apung dan obsidian
sering dapat ditemukan dalam massa batuan yang sama, berselang - seling
bergantian.
Andesit bertekstur porfiritik, fenokris, kristal segi empat dari plagioklas feldspar
atau kristal amfibol hitam memanjang sering kali berwarna terang.
b) Diorit
Diorit adalah padanan andesit tetapi yang intrusif. Batuan ini tersusun dengan
mineral berbutir kasar seperti granit berwarna kelabu. Namun, dapat dibedakan
dari granit karena mengandung sedikit atau tidak ada kristal kuarsa yang terlihat
dan memiliki persentase lebih tinggi dari mineral silikat gelap. Susunan mineral
diorit utamanya adalah plagioklas feldspar dan amphibole. Butiran feldspar
berwarna terang dan kristal amfibol gelap dengan kelimpahan kurang lebih
sama.
Banyak pulau vulkanik, seperti Kepulauan Hawaii dan Islandia, sebagian besar
terdiri dari basal. Lapisan atas kerak samudera terdiri dari basal.
b) Gabbro
Gabbro adalah padanan intrusi dari basal. Seperti basal, ia cenderung
berwarna hijau gelap ke hitam dan terutama terdiri dari piroksen dan feldspar
plagioklas kaya kalsium. Meskipun gabbro tidak umum di kerak benua, ia
membentuk persentase yang signifikan dari kerak samudera.
Bila abu gunungapi tetap cukup panas atau melebur, kemudian terendapkan
menjadi batuan, batuan itu disebut tufa dilas (welded tuff). Meskipun tuf yang dilas
sebagian besar terdiri dari pecahan kaca kecil, tuf ini mungkin berisi potongan batu
apung seukuran kenari dan fragmen batuan lainnya.
Endapan batuan ini, menutupi sebagian besar wilayah yang sebelumnya aktif
secara vulkanis.
Batuan piroklastik yang terutama terdiri dari partikel yang lebih besar dari abu
disebut breksi vulkanik. Partikel-partikel dalam breksi vulkanik dapat terdiri dari
gumpalan lava yang membeku di udara, blok yang pecah dari dinding lubang
ventilasi gunungapi, abu, dan pecahan kaca.
Tidak seperti kebanyakan nama batuan beku, seperti granit dan basal, istilah tuff
dan breksi vulkanik tidak menyiratkan komposisi mineral. Sebaliknya, mereka sering
diidentifikasi dengan pengubah; misalnya, tuff rhyolite menunjukkan batuan yang
terdiri dari partikel-partikel berukuran abu yang memiliki komposisi felsic.
Pada umumnya, batuan sedimen memiliki warna yang terang atau cerah, putih,
kuning maupun abu-abu terang hal ini sangat tergantung dari komposisi bahan yang
membentuknya.
Selain itu, sekitar 80% permukaan benua memang tertutup oleh batuan sedimen.
Proses terbentuknya batuan sedimen melibatkan 3 proses pengerasan atau
pembatuan, antara lain (Dunn et al, 1987):
a) Pemampatan (Compaction).
b) Penyemenan (Cementation) yaitu proses di mana mineral baru yang berasal
dari cairan dalam rongga atau pori antar butir batuan akan terbentuk atau
terendap di permukaan butirannya).
c) Penghabluran (Recrystallization).yaitu proses perubahan ukuran atau bentuk
dari batuan sedimen tanpa disertai dengan perubahan kimia atau mineralnya.
Namun pada umumnya batuan sedimen terbentuk melalui dua cara, antara lain:
a) Batuan sedimen terbentuk dalam lembangan (tadahan air) pengendapan.
Contohnya evaporit, batu kapur, dan laterit.
b) Batuan sedimen terbentuk tidak dalam lembangan pengendapan, melainkan di
luar lembangan pengendapan. Contohnya konglomerat dan volkaniklastik.
D = D02-Ф
Dimana:
D = diameter partikel
D0 = diameter rujukan yang setara dengan 1 mm
Ф = skala phi
Tabel 4.1. Kesebandingan Antara Skala Phi dalam Satuan Metrik, Inchi dan
Kelas Agregat (Noor, 2012)
Batuan metamorf atau batuan malihan ini merupakan sekelompok batuan yang
merupakan hasil dari ubahan atau transformasi dari suatu tipe batuan yang sudah
ada sebelumnya (protolith) oleh suatu proses yang disebut dengan metamorfosis
atau mengalami perubahan bentuk (Fry, 1985).
Kegunaan batuan metamorf ini adalah dapat mengetahui suhu dan juga tekanan
yang terjadi jauh di dalam permukaan bumi.
akibat dari adanya aktivitas magma. Contoh dari batuan metamorf kontak ini
adalah marmer. Marmer termasuk batuan malihan dari batu gamping.
ini dipakai untuk memberikan nama tekstur yang terbentuk oleh rekristalisasi
proses metamorphosis. Misalnya, tekstur porfiroblastik, yaitu batuan
metamorf yang memperlihatkan tekstur mirip porfiritik pada batuan beku, tapi
tekstur ini betul-betul akibat rekristalisasi metamorfosis.
Batuan mempunyai sifat menghantarkan arus listrik yang besarnya tergantung pada
frekuensi arus yang dimasukkan, jadi bukan seperti tahanan murni dimana harga
resistivitas tidak tergantung pada frekuensi. Resistivitas batuan tergantung pada
frekuensi disebabkan adanya sifat kapasitif yang terjadi pada bidang batas antara
bagian padat dan larutannya. Sifat kapasistif terjadi karena adanya penumpukan
muatan negatif pada permukaan bagian padat dan penumpukan ion positif pada
larutannya, jajaran muatan ini disebut electrical double layer atau lapisan kembar
listrik. Jadi secara analogi rangkaian listrik, seolah-olah resistivitas batuan terdiri
dari tahanan murni yang terpasang seri dan paralel dengan suatu kapasitor.
Sifat kelistrikan batuan adalah karakteristik dari batuan bila dialirkan arus listrik
kedalamnya. Arus listrik ini dapat berasal dari alam itu sendiri akibat terjadinya
ketidakseimbangan ataupun arus listrik yang sengaja dimasukkan kedalamnya.
Pada batuan, atom-atom terikat secara ionic atau kovalen. Karena adanya ikatan
ini maka batuaan mempunyai sifat menghantarkan arus listrik.
Aliran arus listrik dalam batuan dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu
konduksi secara elektronik, konduksi secara elektrolitik, dan konduksi secara
dielektrik.
4.8 Latihan
1. Apakah batuan beku Intrusi itu?
2. Apakah Batuan Sedimen Fluvial itu?
3. Apakah Batuan metamorfose kontak itu?
4.9 Rangkuman
Batuan tersusun dari mineral mineral pembentuk batuan yang akan mempengaruhi
komposisi kimia air tanah karena proses interaksi antara batuan dengan air tanah
tersebut karena terjadinya pelarutan mineral-mineral pada batuan kedalam air
tanah.
Klasifikasi batuan beku terutama ditentukan oleh komposisi mineral, tekstur dan
struktur batuan, untuk batuan beku dapat digunakan klasifikasi berdasarkan ukuran
butir, batuan metamorf juga terutrama ditentukan oleh komposisi mineral, tekstur
dan strukturnya.
Dalam siklus batuan semua batuan dapat berasal dari berbagai macam batuan.
4.10 Evaluasi
1. Batuan beku yang termasuk mesocratic menganding mineral gelap
sebanyak…..
a. < dari 30 %
b. 30 -60 %
c. > 60 %
d. > 90 %
BAB V
TEKTONIK LEMPENG
Wegener bukanlah orang pertama yang membayangkan benua super yang telah
lama menghilang.
Sejak abad ke 16 sudah timbul anggapan bahwa benua Eropa dan Amerika semula
menjadi satu, kemudian “terhancurkan” oleh gempa bumi dan banjir besar,
pendapat tersebut disampaikan pada awal 1596, oleh pembuat peta dari Belanda
Abraham Ortelius yang memperhatikan kecocokan garis pantai kedua benua
tersebut.
Edward Suess (1831–1914), seorang ahli geologi abad ke-19 yang terkenal,
mengumpulkan bukti daratan raksasa yang terdiri dari Amerika Selatan, Afrika,
India, dan Australia.
Wegener lebih jauh berhipotesis bahwa awal era Mesozoikum, benua super ini
mulai terpecah menjadi beberapa daratan blok benua yang lebih kecil. Blok-blok
benua ini kemudian "mengembara" sampai ke posisi mereka saat ini selama jutaan
tahun. Teori tersebut dikenal sebagai Teori Apungan Benua atau Pengembaraan
Hasil-hasil penelitian modern menunjukkan bahwa struktur bumi terdiri dari inti
dalam, inti luar, mantel, dan kerak bumi sedangkan jarak dari pusat bumi ke
permukaan bumi adalah sekitar 6300 km.
c) Mantel
Menebal hingga 2900 km; batas atas dengan lapisan kerak berkisar dari 5
hingga 50 km. Mantel terdiri dari mineral silikat, biasanya peridotit di mantel
atas (Gambar 5.3). Mantel bersifat cairan kental dengan arus konveksi yang
disebabkan terjadinya pemindahan panas dari tempat yang lebih dalam
(panas) ke atas dekat permukaan yang lebih dingin. Pergerakan mantel karena
d) Kerak (crust)
Ketebalan tidak sama disemua tempat, di benua lebih tebal, (0-50 km) dan di
Samudera lebih tipis (5-10 km). Terdapat 2 (dua) macam kerak, yaitu kerak
benua berupa benua, dan kerak samudra yang menjadi alas dasar samudera.
Kerak benua dicirikan oleh batuan seperti granit, kaya akan mineral silikat dan
aluminium ("sial” = “silikat - aluminium"). Sial memiliki kepadatan yang lebih
rendah. Kerak samudera lebih padat tersusun dari batuan basalt kaya mineral
magnesium silikat (“sima” = “silikat – magnesium”).
e) Litosfer
Ahli geologi menggunakan dua metode untuk mengklasifikasikan bagian luar
bumi: satu metode didasarkan pada komposisi mineral, sedangkan metode
yang lain didasarkan pada variasi kekuatan batuan.
Lithosfer bersifat kaku dan rapuh, mudah pecah serta membentuk lempeng
tektonik Bagian dasar litosfer mempunyai suhu 1300°C. Di bawah lithosfer,
pada kedalaman antara 80 dan 200 km, adalah lapisan asthenosphere yang
bersifat ulet.
Sebaliknya, litosfer yang relatif dingin dan kaku cenderung merespons gaya
yang bekerja padanya dengan menekuk atau hancur dan tidak dapat mengalir.
Karena perbedaan-perbedaan sifat ini, kulit luar bumi yang kaku dapat terlepas
dari asthenosphere, yang memungkinkan lapisan-lapisan ini untuk bergerak
secara independen. Gerakan di asthenosphere ini yang menyeret lempeng
litosfer di permukaan bumi.
Gambar 5.6. Lithosfer yang Kakku terletak di atas Asthenosfer yang Lembek
Permukaan bumi sebagian besar (94 %) terdiri dari lempeng benua yang terpecah
menjadi 7 (tujuh) lempeng litosfer utama, yaitu : lempeng Amerika Utara, Amerika
Selatan, Pasifik, Afrika, Eurasia, Australia-India, dan Antartika. Yang terbesar
adalah lempeng Pasifik, yang meliputi sebagian besar cekungan Pasifik.
Dalam Gambar 5.7, bahwa lempeng Amerika Selatan meliputi hampir seluruh
Amerika Selatan dan sekitar setengah lantai Atlantik Selatan. Lempeng berukuran
menengah meliputi lempeng Karibia, Nazca, Filipina, Arab, Cocos, Scotia, dan Juan
de Fuca. Lempeng ini, kecuali lempeng Arab, sebagian besar terdiri dari litosfer
samudera. Selain itu, beberapa pelat yang lebih kecil (lempeng mikro) telah
diidentifikasi tetapi tidak ditunjukkan pada Gambar 1.5.
Pelat dibatasi oleh tiga jenis batas yang berbeda, yang dibedakan berdasarkan
jenis gerakan yang terjadi. Batas-batas ini digambarkan pada Gambar 5.8:
a) Batas lempeng divergen – dua lempeng bergerak terpisah, menghasilkan
upwelling dan peleburan sebagian material panas dari mantel akibatnya tercipta
dasar laut baru (Gambar 5.8 A)
b) Batas lempeng konvergen – dua lempeng bergerak bersama, menghasilkan
litosfer samudera yang turun, tumpang tindih di bawah lempeng, akhirnya
diserap kembali ke dalam mantel, atau mungkin dalam tabrakan dua blok benua
membentuk sabuk pegunungan (Gambar 5.8 B)
c) Batas lempeng tansform — di mana dua lempeng saling bertabrakan tanpa
menghasilkan atau menghancurkan litosfer (Gambar 5.8 C)
Lebar punggungan berkisar dari 1000 kilometer hingga lebih dari 4000 kilometer.
Struktur sepanjang puncak beberapa segmen punggungan adalah seperti ngarai
yang dalam disebut rift valley (Gambar 5 .11). Struktur ini adalah bukti bahwa gaya
tensi secara aktif menarik kerak samudera terpisah di puncak punggung bukit.
Laju pemekaran di sepanjang Bukit Atlantik Tengah yang relatif lambat 2 sentimeter
per tahun, sedangkan laju pemekaran yang melebihi 15 sentimeter per tahun telah
diukur di sepanjang bagian Tinggian Pasifik Timur. Rata-rata pemekaran sekitar 5
sentimeter per tahun, kira-kira sama dengan laju pertumbuhan kuku manusia.
Meskipun tingkat produksi dasar laut ini lambat pada skala waktu manusia, namun
demikian cukup cepat untuk menghasilkan semua cekungan lautan Bumi dalam
200 juta tahun terakhir.
Gambar 5.11. Lembah Rift Thingvellir National Park, Islandia, Terletak di Tepi
Barat Lembah Rift, Lebar Sekitar 30 Kilometer. Lembah Retakan Ini
Terhubung ke Fitur Serupa yang Memanjang di Sepanjang Puncak Mid-
Atlantic Ridge. Tebing di Bagian Kiri Gambar Mendekati Tepi Timur Lempeng
Amerika Utara
Ketika kekuatan tektonik terus memisahkan kerak, pecahan kerak yang remuk
tenggelam kedalam lapisan dibawahnya yang panas, menghasilkan depresi
memanjang yang disebut retakan kontinental (continental rift), yang dapat melebar
membentuk laut yang sempit (Gambar 5.12 B, C) dan akhirnya berkembang
menjadi cekungan samudera baru (Gambar 5.12 D). Contoh dari retakan benua
aktif adalah Retakan Afrika Timur (Gambar 5.13 ).
Apakah retakan ini pada akhirnya akan mengakibatkan putusnya Afrika adalah
topik penelitian yang sedang berlangsung. Namun demikian, Rift Afrika Timur
adalah model yang sangat baik dari tahap awal dalam perpecahan benua.
Laut Merah, terbentuk ketika Semenanjung Arab berpisah dari Afrika, adalah
contoh modern dari fitur semacam itu dan memberikan pandangan tentang
bagaimana Samudra Atlantik terlihat pada masa pertumbuhannya (Gambar 5.12
D).
Gambar 5.13. Lembah Rift Afrika Timur Merupakan Tahap Awal Pecahnya
Sebuah Benua. Area Warna Merah Terdiri dari Litosfer yang Telah
Dimekarkan dan Ditipiskan, Memungkinkan Magma Naik dari Mantel
Batas konvergen juga disebut zona subduksi. Subduksi terjadi karena kerapatan
lempeng litosfer yang turun menunjam lebih besar daripada kerapatan
asthenosphere yang mendasarinya karena kerak samudera lebih padat daripada
kerak benua.
Parit Pasifik Barat, termasuk parit Mariana dan Tonga, cenderung lebih dalam dari
parit Pasifik timur.
Variasi batas konvergen dapat terbentuk antara satu lempeng samudera dan satu
lempeng kontinen, antara dua lempeng samudera, atau antara dua lempeng benua
(Gambar 5.15).
Sedimen dan kerak samudera mengandung sejumlah besar air, yang terbawa
lempeng penunjaman jatuh ke bawah, panas dan tekanan mendorong air dari
mineral (yang kaya air) terjadi proses hidrasi dalam lempengan subduksi. Pada
kedalaman sekitar 100 kilometer (60 mil), baji batuan mantel cukup panas, ditambah
adanya air, sehingga lempeng di bawah menjadi meleleh. Proses ini, disebut
pencairan parsial, diperkirakan menghasilkan beberapa bahan cair, yang
bercampur dengan batuan mantel tanpa adanya peleburan. Bahan mobile panas ini
secara bertahap naik dan kadang membeku sebelum mencapai permukaan dan
menjadi tubuh batuan beku intrusi, bagi yang mencapai permukaan akan
membentuk gunungapi yang menimbulkan letusan.
Sistem gunung seperti Andes, yang diproduksi sebagian oleh aktivitas vulkanik yang
terkait dengan subduksi litosfer samudera, disebut busur vulkanik kontinental.
Cascade Range di Washington, Oregon, dan California adalah sistem gunung lain
yang terdiri dari beberapa gunung berapi yang terkenal, termasuk Gunung Rainier,
Gunung Shasta, Gunung St. Helens, dan Gunung Hood (Gambar 5.16). Busur
gunung berapi aktif ini juga meluas ke Kanada, di mana ia mencakup Gunung
Garibaldi dan Gunung Silverthrone.
Busur pulau biasanya merupakan struktur sederhana yang terbentuk dari banyak
kerucut gunung berapi yang didasari oleh kerak samudera yang umumnya kurang
dari 20 kilometer tebalnya. Sebaliknya, beberapa busur pulau lebih kompleks dan
didasari oleh kerak yang sangat terdeformasi yang dapat mencapai ketebalan 35
kilometer. Contohnya termasuk Jepang, Indonesia, dan Semenanjung Alaska.
Pulau busur ini dibangun di atas bahan yang dihasilkan oleh episode subduksi
sebelumnya atau di sepotong kecil kerak benua yang telah menjauh dari daratan.
Peristiwa ini berakibat melipat dan merusak akumulasi sedimen dan batuan
sedimen di sepanjang batas kedua benua. Hasilnya adalah pembentukan sabuk
gunung baru yang terdiri dari batuan sedimen dan metamorf yang terdeformasi yang
sering mengandung kepingan litosfer samudera.. Selama tabrakan ini, kerak benua
melengkung dan retak dan umumnya memendek secara horizontal dan menebal
secara vertikal. Selain Himalaya, Pegunungan Alpen, Appalachian, dan Ural,
terbentuk ketika fragmen benua bertabrakan.
5.7 Latihan
1. Kerak Bumi ada berapa macam, uraikan dengan singkat !
2. Apa perbedaan antara batas lempeng divergen dan lempeng konvergen?
Uraikan!
3. Bagaimana mekanisme pergerakan lempeng benua maupun samudera?
Uraikan dengan singkat!
5.8 Rangkuman
Struktur Bumi, yang berlapis lapis, bagian paling luar adalah lithosfer yang bersifat
kaku dan rapuh mudah pecah dan terdiri dari lempeng benua dan lempeng
samudera. Lempeng benua bersifat ringan sedangkan lempeng samudera bersifat
lebih berat.
Astenosfer karena tebalnya, dan karena perbedaan temperatur di atas dan didalam,
maka terjadi proses arus konveksi aliran material astenosfer, arus ini yang
menyebabkan lapisan lithosfer yang terdirid dari lempeng samudera maupun
lempeng benua terseret arus konfeksi sehingga terjadi pergerakan lempeng
lempeng secara independen. Pergerakan mengakibatkan lempeng tersebut
mengalami dua kemu ngkinan, saling bertabrakan atau saling menjauh.
5.9 Evaluasi
1. Lapisan Asthenosfer dibanding lithosfer…..
a. Lebih lunak
b. Lebih keras
c. Sama sama lunaknya
d. Sama sama kerasnnya
3. Salah satu ciri lapisan Sial adalah banyaknya batuan granit yang
mengandung….
a. Magnesium
b. Aluminium
c. Ferrum
d. Olivin
BAB VI
STRUKTUR GEOLOGI
Dalam penjelasan sesar, digunakan istilah hanging wall dan foot wall sebagai
penunjuk bagian blok badan sesar. Hanging wall merupakan bagian tubuh batuan
yang relatif berada di atas bidang sesar. Foot wall merupakan bagian batuan yang
relatif berada di bawah bidang sesar.
6.6 Latihan
1. Apakah yang disebuit Plunge pada struktur lipatan?
2. Apakah ciri ciri kekar kolom, umumnya pada batuan apa terjadi?
3. Apa yang disebut Hanghing Wall dan Foot Wall? Jelaskan dengan singkat!
6.7 Rangkuman
Proses tektonik menyebabkan batuan (batuan beku, batuan sedimen, dan batuan
metamorf) maupun kerak bumi akan berubah susunannya dari keadaannya semula.
Beberapa hal yang terkait dengan geologi struktur adalah Geometri yang terdiri dari
bentuk, ukuran, kedudukan, sifat simetri, Komponen atau unsur pembentuknya.
Beberapa jenis struktur geologi antara lain: struktur lipatan, struktur sesar, dan
struktur, kekar.
6.8 Evaluasi
1. Lipatan yang jarak-jarak (tebal) tiap lapisan yang terlipat tetap sama disebut
sebagai…..
a. Concentric Fold
b. Similar Fold
c. Chevron Fold
d. Isoclinal Fold
BAB VII
STRATIGRAFI
7.1.2 Aturan
Tatanama stratigrafi diatur dalam “Sandi Stratigrafi”. Sandi stratigrafi adalah aturan
penamaan satuan-satuan stratigrafi, baik resmi ataupun tidak resmi, sehingga
terdapat keseragaman dalam nama.
7.1.3 Hubungan
Pengertian hubungan dalam stratigrafi adalah bahwa setiap lapisan batuan dengan
batuan lainnya, baik diatas ataupun dibawah lapisan batuan tersebut. Hubungan
antara satu lapis batuan dengan lapisan lainnya adalah “selaras” (conformity) atau
“tidak selaras” (unconformity).
7.1.5 Ruang
Mempunyai pengertian tempat, yaitu setiap batuan terbentuk atau diendapkan pada
lingkungan geologi tertentu. Sebagai contoh, genesa batuan sedimen: Darat
(Fluviatil, Gurun, Glacial), Transisi (Pasang-surut/ Tides, Lagoon, Delta), atau Laut
(Marine: Lithoral, Neritik, Bathyal, atau Hadal).
7.1.6 Waktu
Memiliki pengertian tentang umur pembentukan batuan tersebut dan biasanya
berdasarkan Skala Umur Geologi. Contoh: Batugamping formasi Rajamandala
terbentuk pada kala Miosen Awal; Batupasir kuarsa formasi Bayah terbentuk pada
kala Eosen Akhir.
Stratigrafi berasal dari kata strata (stratum) yang berarti lapisan (tersebar) yang
berhubungan dengan batuan, dan grafi (graphic) yang berarti pemerian/ gambaran
atau urut-urutan lapisan. komposisi dan umur relatif serta distribusi peralapisan
batuan dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah bumi.
Dari hasil perbandingan atau korelasi antarlapisan yang berbeda dapat
dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil
Pada hakekatnya ada hubungan tertentu antara kejadian dan aturan batuan di alam,
dalam kedudukan ruang dan waktu geologi. Stratigrafi membahas aturan,
hubungan, kejadian lapisan serta tubuh batuan di alam. Sandi stratigrafi
dimaksudkan untuk memberikan pengarahan kepada para ahli geologi yang bekerja
mempunyai persepsi yang sama dalam cara penggolongan stratigrafi. Sandi
stratigrafi memberikan kemungkinan untuk tercapainya keseragaman dalam
tatanama satuan-satuan stratigrafi. Pada dasarnya, Sandi Stratigrafi mengakui
adanya satuan lithostratigrafi, satuan litodemik, satuan biostratigrafi, satuan sekuen
stratigrafi, satuan kronostratigrafi dan satuan geokronologi. Sandi ini dapat dipakai
untuk semua macam batuan.
harus berimpit dengan batas Satuan Stratigrafi jenis lain, bahkan dapat
memotong satu sama lain.
c) Tatanama Stratigrafi ialah aturan penamaan satuan-satuan stratigrafi, baik
resmi maupun tak resmi, sehingga terdapat keseragaman dalam nama maupun
pengertian nama nama tersebut seperti misalnya: Formasi/ formasi, Zona/ zona,
Sistem dan sebagainya.
d) Tatanama Satuan Stratigrafi Resmi dan Tak Resmi. Dalam Sandi Stratigrafi
diakui nama resmi dan tak resmi. Aturan pemakaian satuan resmi dan tak resmi
masing-masing satuan stratigrafi, menganut batasan satuan yang
bersangkutan. Penamaan satuan tak resmi hendaknya jangan mengacaukan
yang resmi.
e) Stratotipe atau Pelapisan Jenis adalah tipe perwujudan alamiah satuan
stratigrafi yang memberikan gambaran ciri umum dan batas-batas satuan
stratigrafi. Tipe ini merupakan sayatan pangkal suatu satuan stratigrafi.
Stratotipe hendaknya memberikan kemungkinan penyelidikan lebih lanjut.
f) Stratotipe Gabungan ialah satuan stratotipe yang dibentuk oleh kombinasi
beberapa sayatan komponen.
g) Hipostratotipe ialah sayatan tambahan (stratotipe sekunder) untuk memperluas
keterangan pada stratotipe.
h) Lokasitipe ialah letak geografi suatu stratotipe atau tempat mula-mula
ditentukannya satuan stratigrafi.
i) Korelasi adalah penghubungan titik-titik kesamaan waktu atau penghubungan
satuan satuan stratigrafi dengan mempertimbangkan kesamaan waktu.
j) Horison ialah suatu bidang (dalam praktek, lapisan tipis di muka bumi atau
dibawah permukaan) yang menghubungkan titik-titik kesamaan waktu. Horison
dapat berupa: horison listrik, horison seismik, horison batuan, horison fosil dan
sebagainya. Istilah istilah seperti : datum, marker, lapisan pandu sebagai
padanannya dan sering dipakai dalam keperluan korelasi.
k) Facies adalah aspek fisika, kimia, atau biologi suatu endapan dalam kesamaan
waktu. Dua tubuh batuan yang diendapkan pada waktu yang sama dikatakan
berbeda facies, kalau kedua batuan tersebut berbeda ciri fisik, kimia atau
biologinnya.
Gambar 7.1. Singkapan Batuan pada Satuan Stratigrafi (kiri) dan Singkapan
yang Menerus dari Satuan Stratigrafi (kanan) (Noor, 2012)
sinklin, antiklin, sesar, perlipatan dan hal ini penting untuk menentukan urut-
urutan stratigrafi yang benar.
c) Meneliti akan kemungkinan adanya lapisan penunjuk (key beds) yang dapat
diikuti di seluruh daerah serta penentuan superposisi dari lapisan yang sering
terlupakan pada saat pengukuran.
Menghitung tebal lapisan, sudut lereng yang dipergunakan adalah sudut yang
terukur pada arah pengukuran yang tegak lurus jurus lapisan. Apabila arah sudut
lereng yang terukur tidak tegak lurus dengan jurus perlapisan, maka perlu dilakukan
koreksi untuk mengembalikan kebesarannya. Biasanya koreksi dapat dilakuan
dengan menggunakan tabel “koreksi dip” untuk pembuatan penampang. Rumus
yang digunakan adalah:
d = dt x Cos β (β adalah sudut kemiringan dan arah pengukuran)
Penyajian hasil pengukuran stratigrafi seperti yang terlihat pada gambar 8-10
dibawah ini. Adapun penggambaran urutan perlapisan batuan/ satuan batuan/
satuan stratigrafi disesuaikan dengan umur batuan mulai dari yang tertua (paling
bawah) hingga yang termuda (paling atas).
Dalam korelasi biostratigrafi dapat terjadi jenis batuan yang berbeda memiliki
kandungan fosil yang sama.
b) Korelasikan lapisan-lapisan batuan yang jenis litoginya sama dan berada pada
umur yang sama, seperti Konglomerat pada Sumur-1 dengan konglomerat pada
Sumur-2, dikarenakan umur geologinya yang sama yaitu Miosen Bawah.
c) Pada kolom umur Miosen Tengah, batupasir pada Sumur-1 dengan batupasir
pada Sumur-2, dan batugamping pada Sumur-1 dan batugamping pada Sumur-
2 dapat dikorelasikan.
d) Korelasi lapisan lapisan batuan tidak boleh memotong garis umur (Pada gambar
diwakili oleh garis warna merah).
7.6 Latihan
1. Apa saja yang harus dipelajari dalam stratigrafi?
2. Apakah maksud mempelajari sandi stratigrafi?
3. Apa yang disebut Facies? Uraikan dengan singkat!
7.7 Rangkuman
Pengertian dari stratigrafi adalah ilmu yang membahas aturan, hubungan dan
kejadian (genesa) macam-macam batuan di alam dalam ruang dan waktu
sedangkan dalam arti sempit ialah ilmu pemerian lapisan-lapisan batuan.
7.8 Evaluasi
1. Dalam Sandi Stratigrafi yang diatur adalah…..
a. Aturan penamaan satuan-satuan stratigrafi.
b. Aturan penamaan jenis jenis batuan.
c. Aturan penamaan fosil-fosil dalam batuan
d. Aturan penamaan kolom stratigrafi
BAB VIII
GEOMORFOLOGI
100 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 2 GEOLOGI DASAR
Gerakan tanah sering terjadi pada tanah hasil pelapukan, akumulasi debris
(material hasil pelapukan), tetapi dapat pula pada batuan dasarnya. Gerakan
tanah dapat berjalan sangat lambat hingga cepat. Menurut Sharpe (1938)
kondisi-kondisi yang menyebabkan terjadinya perpindahan masa adalah:
1) Faktor-faktor pasif
Faktor litologi : tergantung pada kekompakan/ rapuh material
Faktor statigrafi : bentuk-bentuk pelapisan batuan dan kekuatan
(kerapuhan), atau permeabel-impermeabelnya lapisan
Faktor struktural : kerapatan joint, sesar, bidang geser-foliasi
Faktor topografi : slope dan dinding (tebing)
Faktor iklim : temperatur, presipitasi, hujan
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 101
MODUL 2 GEOLOGI DASAR
2) Faktor-faktor aktif
Proses perombakan
Pengikisan lereng oleh aliran air
Tingkat pelarutan oleh air atau pengisian retakan
c) Erosi, merupakan suatu tahap lanjut dari perpindahan dan pergerakan masa
batuan. Oleh suatu agen (media) pemindah. Secara geologi (kebanyakan)
memasukkan erosi sebagai bagian dari proses transportasi.
8.5 Latihan
1. Sebutkan faktor utama yang mengontrol bentang alam bumi?
2. Apa yang dimaksud dengan proses geomorfik?
3. Apakah yang dimaksud dengan gradasi itu?
8.6 Rangkuman
Geomorfologi merupakan suatu studi yang mempelajari asal (terbentuknya)
topografi sebagai akibat dari pengikisan (erosi) elemen-elemen utama, serta
terbentuknya material-material hasil erosi.
Proses geomorfik adalah semua perubahan fisik dan kimia yang terjadi akibat
proses-proses perubahan muka bumi.
Proses gradasi dibagi menjadi dua proses yaitu degradasi (menghasilkan level yang
lebih rendah) dan agradasi (menghasilkan level yang lebih tinggi).
8.7 Evaluasi
1. Pendapat bahwa masa lalu Bumi mengalami proses berbagai bencana yang
tiba tiba, dengan cepat dan mempengaruhi seluruh bumi disebut…..
a. KLataklastik
b. Katastrofisme
c. Uniformitarianisme
d. Evolusi
102 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 2 GEOLOGI DASAR
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 103
MODUL 2 GEOLOGI DASAR
104 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 2 GEOLOGI DASAR
BAB IX
PETA TOPOGRAFI DAN PETA GEOLOGI
Peta topografi adalah peta yang menggambarkan bentuk/ roman muka bumi, yang
meliputi perbedaan tinggi/ relief, sungai, danau, vegetasi, dan hasil kebudayaan
manusia.
Peta topografi yang biasa digunakan adalah dengan skala 1:50.000; 1:25.000;
1:12.500; dan 1:5.000 (biasanya peta topografi wilayah kota).
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 105
MODUL 2 GEOLOGI DASAR
106 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 2 GEOLOGI DASAR
c) Roman muka
1) Relief, yaitu perbedaan puncak ketinggian dengan bukit atau lembah.
2) Drainase, yaitu segala bentuk permukaan yang berkaitan dengan air,
misalnya: sungai, danau, mata air, irigasi, dan lain-lain.
3) Kultur, yaitu seluruh hasil kebudayaan manusia, misalnya: perkampungan,
jalan raya, jalan kereta api, kota, dan lain-lain.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 107
MODUL 2 GEOLOGI DASAR
d) Skala jarak horizontal, yaitu perbandingan jarak horizontal antara jarak pada
peta dengan jarak sebenarnya di lapangan, misalnya: skala 1:50.000, berarti
jarak 1cm di peta sama dengan jarak 50.000cm atau 500m di lapangan.
Jenis-jenis penulisan skala di peta:
1) Skala fraksi, contoh: 1:50.000
2) Skala verbal, contoh: 1cm=50km
3) Skala grafis
108 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 2 GEOLOGI DASAR
j) Orientasi peta
Keterangan:
(a) True North menunjukan utara kutub yang sesuai dengan sumbu bumi.
(b) Grid North adalah hasil proyeksi dari garis lintang dan garis bujur bumi.
(c) Magnetic North menunjukan utara magnetis, pada Jazirah Boothia, Kanada
Utara (arahnya tidak tetap).
(d) Deklinasi magnetik adalah sudut yang dibentuk oleh True North dan
Magnetic North (TN dan MN).
(e) Deklinasi peta adalah sudut yang dibentuk oleh Grid North dan True North
(GN dan TN).
(f) Deklinasi sebenarnya adalah sudut yang dibentuk oleh Grid North dan
Magnetic North (GN dan MN).
(g) Sudut deklinasi Magnetic North (MN) adalah 1°=60' dan 1'=60"
Untuk Indonesia, biasanya deklinasi peta diabaikan karena sudutnya kecil, tetapi
untuk deklinasi magnetik bergerak menjauhi deklinasi sebenarnya sebesar 2' per
tahun.
Misalnya:
Deklinasi magnetis Tahun 1970 = 0°25'
Tahun 1970-2001 = (2001-1970) x 2' = 72' = 1°12'
Maka, deklinasi magnetis tahun 2001: 0°25'+1°12' =1°37'
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 109
MODUL 2 GEOLOGI DASAR
110 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 2 GEOLOGI DASAR
3) Indeks kontur (contour index), adalah garis kontur yang mem-punyai harga
kelipatan lima atau sepuluh dari interval kontur (IK), dan dicetak dengan
garis yang lebih tebal/ hitam. Umumnya hanya kontur indeks saja yang
diberi harga kontur/ ketinggian.
Pengertian peta geologi yaitu bentuk ungkapan data dan informasi geologi suatu
daerah atau wilayah yang menggambarkan informasi fisiografi sebaran batuan,
jenis batuan, statigrafi, struktur, tektonik, dan potensi sumber daya mineral serta
energi yang disajikan dalam bentuk gambar dengan warna dan simbol juga dengan
corak atau gabungan ketiganya.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 111
MODUL 2 GEOLOGI DASAR
Karena peta geologi dibuat berdasarkan peta topografi, maka segala informasi
tentang peta topografi sedapat mungkin masuk dalam peta geologi, kecuali peta
geologi untuk kebutuyhan khusus atau yang di khususkan.
Salah satu contoh gambar penyebaran batuan dalam peta geologi yang
digambarkan dengan simbol dan bentuk yang berbeda adalah seperti Gambar 9.1
dan 9.2.
112 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 2 GEOLOGI DASAR
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 113
MODUL 2 GEOLOGI DASAR
d) Peta fotogeologi
Peta fotogeologi adalah peta yang dibuat berdasarkan interpretasi foto udara.
Peta fotogeologi harus selalu disesuaikan dengan keadaan yang sesungguhnya
di lapangan.
e) Peta ikhtisar geologis
Peta ikhtisar geologis adalah peta yang memberikan informasi langsung berupa
formasi-formasi yang telah tersingkap, mapun ekstrapolasi terhadap beberapa
lokasi yang formasinya masih tertutup oleh lapisan Holosen. Peta ini kadang
agak skematis, umumnya berskala sedang atau kecil, dengan skala 1: 100.000
atau lebih kecil.
f) Peta hidrogeologi
Peta hidrogeologi adalah peta yang menunjukkan kondisi airtanah pada daerah
yang dipetakan. Pada peta ini umumnya ditunjukkan formasi yang permeabel
dan impermeabel.
114 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 2 GEOLOGI DASAR
e) Sistem Koordinat
Sistem koordinat ini sangatlah penting dalam sebuah pembuatan peta, karena
dengan adanya sistem koordinat maka kita akan dapat menggambarkan sebuah
peta topografi dengan mudah dalam skala yang lebih kecil.
f) Sumbu koordinat ini adalah berupa dua garis sumbu yang biasa dilambangkan
dengan X dan Y. beberapa macam koordinat diantaranya, yaitu:
Koordinat geografis
Koordinat grid
Koordinat lokal
g) Skala Peta
Pengertian dari skala yaitu suatu perbandingan dari jarak gambar pada peta
terhadap jarak datar sesungguhnya di lapangan.
Contohnya skala 1: 15.000, ini berarti 1 cm dipeta sama dengan 15 m jarak
sebenarnya di lapangan.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 115
MODUL 2 GEOLOGI DASAR
9.3 Latihan
1. Sebutkan kegunaan peta topografi!
2. Apa pengertian dari skala horizontal peta?
3. Apa yang dimaksud dengan legenda peta?
9.4 Rangkuman
Peta adalah gambaran seluruh atau sebagian permukaan bumi yang diproyeksikan
dalam 2 dimensi pada bidang datar dengan metode dan perbandingan tertentu.
Peta geologi adalah suatu bentuk informasi geologi yang khusus menyajikan
penyebaran batuan (jenis litologi atau unit satuan stratigrafi baik itu batuan beku,
batuan sedimen, ataupun batuan metamorf dan juga hubungan stratigrafi (kontak
antara batuan serta struktur geologi suatu daerah, yang diwakili oleh warna dan
simbol geologi tertentu.
116 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 2 GEOLOGI DASAR
9.5 Evaluasi
1. Seluruh hasil kebudayaan manusia, misalnya: perkampungan, jalan raya, jalan
kereta api, kota, dan lain-lain yang dituangkan dalam peta termasuk aspek.....
a. Register Peta
b. Relief
c. Drainase
d. Kultur
2. Untuk mengetahui kedudukan suatu lembar peta terhadap lembar peta lainya/
disamping-sampingnya disebut.....
a. Indeks Administrasi Peta
b. Orientasi Peta
c. Indeks adjoining sheet
d. Sudut deklinasi
3. Peta yang paling tidak menunjukkan penyebaran batuan, potensi airtanah, arah
aliran air tanah, zona resapan, zona imbuhan, batuan yang permeabel dan
impermeabel, disebut peta.....
a. Peta Geomorfologi
b. Peta Hidrologi
c. Peta Hidrogeologi
d. Peta Hidrograf
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 117
MODUL 2 GEOLOGI DASAR
118 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 2 GEOLOGI DASAR
BAB X
PENUTUP
10.1 Simpulan
Geologi adalah ilmu yang mempunyai banyak cabang ilmu lainya dan merupakan
pengetahuan yang mempelajari material penyusun kerak bumi, proses-proses yang
berlangsung selama dan atau setelah pembentukannya, serta makhluk hidup yang
pernah ada atau hidup di bumi.
Mineral adalah benda yang homogen dengan susunan atom yang teratur dan
struktur atom hasil kristalisasi. Mineral adalah bagian integral dari kerak bumi, dan
memiliki komposisi kimia yang konstan yang dapat diekspresikan dengan rumus
kimia. Dalam kondisi spesifik suhu dan tekanan, mineral memiliki sifat fisik yang
stabil.
Klasifikasi batuan beku terutama ditentukan oleh komposisi mineral, tekstur dan
struktur batuan, untuk batuan beku dapat digunakan klasifikasi berdasarkan ukuran
butir, batuan metamorf juga terutrama ditentukan oleh komposisi mineral, tekstur
dan strukturnya.
Struktur Bumi, yang berlapis lapis, bagian paling luar adalah lithosfer yang bersifat
kaku dan rapuh mudah pecah dan terdiri dari lempeng benua dan lempeng
samudera. Lempeng benua bersifat ringan sedangkan lempeng samudera bersifat
lebih berat.
Proses tektonik menyebabkan batuan (batuan beku, batuan sedimen, dan batuan
metamorf) maupun kerak bumi akan berubah susunannya dari keadaannya semula.
Pengertian dari stratigrafi adalah ilmu yang membahas aturan, hubungan dan
kejadian (genesa) macam-macam batuan di alam dalam ruang dan waktu
sedangkan dalam arti sempit ialah ilmu pemerian lapisan-lapisan batuan.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 119
MODUL 2 GEOLOGI DASAR
Peta geologi adalah suatu bentuk informasi geologi yang khusus menyajikan
penyebaran batuan (jenis litologi atau unit satuan stratigrafi baik itu batuan beku,
batuan sedimen, ataupun batuan metamorf dan juga hubungan stratigrafi (kontak
antara batuan serta struktur geologi suatu daerah, yang diwakili oleh warna dan
simbol geologi tertentu.
120 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 2 GEOLOGI DASAR
DAFTAR PUSTAKA
Bierman, P.R. and D.R. Montgomery (2014) Key Concepts in Geomorphology, W.H.
Freeman and Company Publishers New York, 494p.
Carlson, D.H., Plummer, C.C., McGeary. D., 2008 Physical geology Earth revealed.
Demange, M., 2012. Mineralogy for Petrologists, CRC Press Taylor & Francis Group.
Broken Sound Parkway NW.
Earle, S., 2015. Physical Geology. B.C. Campus Victoria, B.C. , CANADA.
Fry, N., 1985. The field description of metamorphic rocks. Geological Society of London
Handbook Series, 110 pages : New York.
Haldar, S. K., and Tisljar Josip. Introduction to mineralogy and petrology. Elsevier Inc. 225
Wyman Street, Waltham, MA 02451, USA
Hefferan, K., and O’Brien, J., 2010. Earth Materials, John Wiley & Sons Ltd, The Atrium,
Southern Gate, Chichester, West Sussex, UK
Milson, J., 2003, The Geological Field Guide Series, Field Geophysics (3rd Edition), J.Wiley
Monroe, J.S.,Wicander, R., and Hazlett, R., 2007. Physical Geology: Exploring the Earth,
Sixth Edition. Thomson Brooks/Cole,
O’Dunn, Shannon M.S., dan William D. Sill., 1987. Exploring Geology. T.H. Peek, Publisher,
Palo Alto, CA 94303.
Robert R., 1985. Geology in the Field. Universitas Stanford, John Wiley & Sons.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 121
MODUL 2 GEOLOGI DASAR
Tarbuck, E.J., Lutgens, F,K., 2017. Earth: an introduction to physical geology, Twelfth
edition. Pearson Education, Inc., New York
Thompson, R.G., and Turk, J.,1997 Introduction to Physical Geology, 2 edition, Brooks Cole
122 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 2 GEOLOGI DASAR
GLOSARIUM
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 123
MODUL 2 GEOLOGI DASAR
KUNCI JAWABAN
124 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 2 GEOLOGI DASAR
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 125
MODUL 2 GEOLOGI DASAR
2. Apa perbedaan antara batas lempeng divergen dan lempeng konvergen? Uraikan!
Jawaban:
Batas lempeng divergen — dua lempeng bergerak terpisah, menghasilkan
upwelling dan peleburan sebagian material panas dari mantel akibatnya tercipta
dasar laut baru.
126 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 2 GEOLOGI DASAR
2. Apakah ciri ciri kekar kolom, umumnya pada batuan apa terjadi?
Jawaban:
Kekar Kolom umumnya terdapat pada batuan basalt, tetapi kadang juga terdapat
pada batuan beku jenis lainnya. Ciri-ciri dilapangan, antara lain :
Bidang kekar tidak rata,
Selalu terbuka,
Polanya sering tidak teratur, kalaupun teratur biasanya akan berpola kotak-
kotak,
Karena terbuka, maka dapat terisi mineral yang kemudian disebut vein.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 127
MODUL 2 GEOLOGI DASAR
3. Apa yang disebut Hanghing Wall dan Foot Wall? Jelaskan dengan singkat!
Jawaban:
Hanging wall merupakan bagian tubuh batuan yang relatif berada di atas bidang
sesar. Foot wall merupakan bagian batuan yang relatif berada di bawah bidang
sesar.
128 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 2 GEOLOGI DASAR
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 129
MODUL 2 GEOLOGI DASAR
130 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI