OJK Memperkenalkan Ketentuan Saluran Pemasaran Produk Asuransi
OJK Memperkenalkan Ketentuan Saluran Pemasaran Produk Asuransi
com
Namun, demi mempersingkat pembahasan, edisi Indonesian Legal Brief (ILB) akan fokus pada poin (1) dan (4) di atas.
Dalam SE 19/2020, perusahaan asuransi dan perusahaan asuransi syariah (“Perusahaan”) hanya dapat memasarkan
produk asuransinya melalui salah satu saluran pemasaran produk asuransi (“Saluran Pemasaran”) berikut: 1) Secara
langsung (direct marketing); 2) Agen asuransi; 3) Bancassurance; 4) Badan Usaha Selain Bank (“BUSB”); dan/atau 5)
Tenaga pemasaran (untuk produk asuransi mikro).[1]
Perusahaan diperbolehkan untuk menggunakan lebih dari satu jenis Saluran Pemasaran hanya setelah melakukan hal
berikut:[2]
1. Melakukan analisis atas kesesuaian antara Saluran Pemasaran dengan karakteristik produk asuransi yang
bersangkutan, serta penilaian kesiapan sumber daya Perusahaan; dan
2. Mencantumkan rencana penggunaan jenis Saluran Pemasaran yang belum pernah digunakan dalam rencana
bisnis Perusahaan.
Dalam penggunaan Saluran Pemasaran yang disebutkan di atas, Perusahaan diharuskan untuk memenuhi beberapa
persyaratan, yang secara umum adalah sebagai berikut:[3]
1. Pemasaran produk asuransi: Perusahaan bertanggung jawab atas konsekuensi yang timbul atas polis asuransi
yang diterbitkannya, serta semua tindakan pihak yang melakukan pemasaran asuransi (termasuk pegawai
Perusahaan, bank dan BUSB);
2. Untuk semua Saluran Pemasaran, kecuali pemasaran secara langsung: Pemasaran asuransi melalui Saluran
Pemasaran wajib dilakukan melalui perjanjian kerja sama yang dibuat dalam salah satu bentuk berikut: 1)
Perjanjian keagenan, untuk saluran agen asuransi; 2) Perjanjian kerjasama bancassurance antara bank dan
Perusahaan; 3) Perjanjian kerja sama pemasaran antara BUSB dan Perusahaan; dan 4) Perjanjian kerja sama
pemasaran antara tenaga pemasar dan Perusahaan. Perjanjian kerja sama dibuat dalam bahasa Indonesia dan
dapat menyertakan terjemahan bahasa asing atau bahasa daerah;
3. Perusahaan harus mendokumentasikan semua perjanjian kerja sama dengan pihak manapun yang melakukan
pemasaran produk asuransi;
4. Perusahaan harus memastikan semua mitra pemasarannya hanya melakukan pemasaran produk asuransi yang
telah mendapat persetujuan OJK. Produk tersebut harus secara jelas tercantum pada perjanjian kerja sama
pemasaran;
5. Perusahaan wajib memiliki, menerapkan, dan melakukan evaluasi standar seleksi dan standar akuntabilitas dalam
pelaksanaan kerja sama tersebut dengan agen asuransi, bank, BUSB dan tenaga pemasaran;
6. Perusahaan wajib menerapkan prinsip Know-Your-Customer (KYC); dan
7. Perusahaan hanya dapat melakukan pemasaran berjenjang setelah memenuhi syarat dan ketentuan tertentu
yang ditetapkan dalam SE 19/2020.
Selain itu, setiap Saluran Pemasaran juga wajib memenuhi sejumlah syarat khusus yang akan dijelaskan dalam tabel
berikut:
https://pro.hukumonline.com/a/lt5f893b78ee0d1/OJK-Memperkenalkan-Ketentuan-Saluran-Pemasaran-Produk-Asuransi 1/3
5/25/2021 OJK Memperkenalkan Ketentuan Saluran Pemasaran Produk Asuransi - Hukumonline.com
Pemasaran secara Perusahaan wajib memberikan pelatihan kepada pegawainya yang akan
langsung[4] melakukan pemasaran produk asuransi.
Selama pemasaran produk asuransi, Perusahaan wajib memastikan bahwa
pegawainya mengikuti prosedur berikut:
1. Memiliki serti kat keagenan dari lembaga serti kasi profesi di bidang
perasuransian;
2. Terdaftar di ojk;
3. Tidak mengikat perjanjian keagenan dengan perusahaan lain yang memiliki
usaha sejenis; and
4. Hanya dapat memiliki perjanjian keagenan dengan perusahaan yang
melakukan kerja sama dengan badan usaha tersebut.
BUSB[6] Kerja sama antara Perusahaan dan BUSB dikategorikan sebagai kerja sama
pemasaran produk marketing jika BUSB bertindak sebagai pihak yang
mewakili Perusahaan melakukan pemasaran produk asuransi. Selain itu,
pemasaran melaui BUSB hanya dapat dilakukan dalam bentuk referensi,
yang berarti BUSB terikat dengan kewajiban berikut:
Perusahaan, agen asuransi, bank dan BUSB dapat memasarkan produk melalui sistem elektronik, baik yang
diselenggarakan sendiri atau bekerja sama dengan pihak. Sistem elektronik terdiri dari penggunaan situs web, media
sosial, aplikasi, surat elektronik (e-mail), dan/atau layanan pesan singkat.[7] Sehubungan dengan penggunaan situs web
dan/atau aplikasi online, persyaratan berikut wajib dipenuhi:[8]
1. Memiliki tanda daftar penyelenggara sistem elektronik yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang;
2. Memiliki dan menerapkan kebijakan, standar, dan prosedur manajemen risiko teknologi informasi (tata kelola,
prosedur pengoperasian, dan mekanisme audit yang dilakukan berkala terhadap sistem elektronik, sistem
pengamanan data konsumen dan transaksi elektronik, dsb.);
3. Memenuhi seluruh persyaratan yang diwajibkan oleh ojk dan lembaga yang berwenang dalam rangka
penyelenggaraan sistem elektronik.
Jika pemasaran produk asuransi dengan media elektronik dilakukan dengan bekerja sama dengan pihak lain,
maka Perusahaan, agen asuransi, bank dan BUSB yang bersangkutan wajib memastikan bahwa mitranya telah
memenuhi persyaratan yang disebutkan di atas.[9]
https://pro.hukumonline.com/a/lt5f893b78ee0d1/OJK-Memperkenalkan-Ketentuan-Saluran-Pemasaran-Produk-Asuransi 2/3
5/25/2021 OJK Memperkenalkan Ketentuan Saluran Pemasaran Produk Asuransi - Hukumonline.com
Penting juga untuk dicatat bahwa jika sebuah sistem elektronik menyediakan layanan proses permohonan asuransi,
penutupan asuransi, dan/atau pembayaran premi/kontribusi, pihak yang mengelola sistem elektronik harus memiliki
pusat layanan yang menangani pertanyaan dan/atau pengaduan yang beroperasi selama 24 jam dalam sehari.[10]
[3] Bagian II (5, 7, 8, 9, 15, 16, 17, 20, 21, 22 dan 23), SE 19/2020.
https://pro.hukumonline.com/a/lt5f893b78ee0d1/OJK-Memperkenalkan-Ketentuan-Saluran-Pemasaran-Produk-Asuransi 3/3