Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

OBSERVASI KE MASYARAKAT

NAMA ANGGOTA KELOMPOK :

1. Anwar Abdur Rosyid (H1E020019)

2. Rasyad Nursyaban Asshafly (H1E020059)

A. TOPIK : IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT

Topik yang diambil harus dikaitkan dengan kasus-kasus yang bersinggungan atau berkaitan
dengan Jurusan Saudara, baik secara langsung maupun tidak langsung

B. JUDUL STUDI KASUS

Pencemaran Lingkungan Akibat Limbah Industri Batik di Sokaraja.

C. DESKRIPSI STUDI KASUS / PERMASALAHAN

Batik adalah kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau


menerakan malam pada kain, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu yang
memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan
motif dan budaya terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya
lisan dan non bendawi. Batik juga menjadi sumber penghasilan masyarakat di beberapa daerah
seperti daerah penghasil batik yang terkenal misalnya Pekalongan, Cirebon, Jepara dan banyak
lainnya.

Di Sokaraja sendiri terdapat beberapa sentra produksi batik, salah satunya adalah Batik Anto
Djamil Sokaraja, dibalik keindahan batik batik itu, ada sebuah persoalan yang masih sulit dicegah dan
ditanggulangi, yaitu pembuangan air cucian batik ke aliran air setempat yang kemudian mengalir
menuju sungai sungai di daerah Sokaraja, Kabupaten Banyumas. Limbah-limbah dari industri pabrik
rumahan batik seperti ini setiap harinya membuang puluhan kubik air bekas cucian batik yang
tercampur dengan obat pewarna batik, yang kemudian dialirkan ke sungai-sungai tanpa adanya
proses penyaringan terlebih dahulu. Hal ini menimbulkan sungai sungai disekitaran industri batik
rumahan ini kotor dan tercemar dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Bahkan, dikhawatirkan
akan membuat sumur sumur warga menjadi terkontaminasi, keruh dan berbau obat.

Limbah-limbah yang dimaksud ini berasal dari proses pencucian batik, yaitu setelah batik
diwarnai, batik dicuci dalam sebuah bak besar. Tentu saja diberikan obat pewarna
anorganik/kimiawi agar batik awet dan tidak luntur,. Penggunaan zat kimia sebagai pewarna batik,
terus bertambah seiring meningkatnya permintaan batik, makin banyak juga penggunaan zat
pewarna kimiawi.

Sungai yang tercemar akan membuat kehidupan ikan-ikan kecil sungai terancam, sungai
yang dulu memiliki banyak ikan sekarang hanya tinggal air keruh yang berbau kurang sedap. Bahaya
yang dikhawatirkan selanjutnya yaitu apabila air sumur warga sampai terkontaminasi limbah batik
tersebut, air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari bisa tercampur oleh obat yang digunakan
dalam pembuatan batik. Karena tidak terurainya penggunaan zat kimia perwarna itu maka air
tercemar kemungkinan bisa menimbukan hal hal yang membahayakan misalnya saja kanker,
gangguan pencernaan, serta melemahnya sistem kekebalan tubuh dan hal membahayakan lainnya.
hal seperti ini mungkin belum disadari bahaya oleh masyarakat. Karena mereka hanya berpikir
bagaimana produksi batik mereka tetap berjalan dan batiknya laku di pasaran.

Melihat beberapa kasus yang sudah terjadi diberbagai daerah sentra produksi batik yang
besar yang mengalami permasalahan air bersih misalnya saja Kota Pekalongan yang menjadikan kota
ini sebagai kota paling tercemar se-Jawa Tengah. Air sumurnya tak bisa lagi dipakai karena
terkontaminasi oleh air limbah batik, karena disana mayoritas penduduknya adalah pengrajin batik
yang masih mencuci batik disungai dan juga membuang limbahnya di sungai tanpa dilakukan
penyaringan terlebih dahulu. Dari sungai ini kemudian berpengaruh ke air sumur warga setempat.
Melihat dari kasus ini dikhawatirkan dalam jangka panjang akan terjadi juga pada warga setempat
yang tinggal di dekat tempat produksi batik Anto Djamil Sokaraja,Banyumas. Maka diperlukan
sebuah solusi untuk menyelesaikan permasalahan ini sehingga hal-hal yang tidak diinginkan tidaklah
terjadi.

D. NILAI-NILAI PANCASILA

1. SILA PANCASILA

Sila pertama berbicara tentang Ketuhanan, keyakinan pada Sang Pencipta. Ini adalah
pondasi utama yang tak boleh dilupakan.  Alam semesta ini adalah ciptaan Sang Khalik, semua
agama mengakui itu dan manusia harus menjaga dan merawatnya. Kalau alam  tidak dirawat sama
saja kita tidak mempercayai kuasa Tuhan terhadap itu. Merusak milik Tuhan, sama saja dengan tidak
mengakui adanya Tuhan, dan tidak mengakui Tuhan jelas bukan Pancasilais. Oleh karena itu wajib
bagi kita sebagai warga Negara yang berpedoman pada pancasila untuk selalu menjaga kelestarian
alam sebagai bentuk rasa syukur kita atas alam ciptaan Tuhan YME.

Sila kedua, menekankan pada sisi kemanusiaan yang berkeadilan dan keberadaban.
Terjadinya pencemaran sungai ini akan memutus kehidupan ikan ikan di sungai, ujung dari sungai
adalah laut, akan sangat mungkin bila limbah ini akan terus mengalir hingga ke lautan dan
menggangu segala ekosistem sungai maupun laut. Berikutnya apabila pencemaran sudah terjadi
pada sumur warga setempat bahkan menimbulkan penyakit bagi warga hal ini akan mengurangi rasa
kemanusiaan pada sesama.

Sila ketiga, persatuan, yang sangat jelas terhubung  dengan pertama dan kedua. Saat kita
berada dalam satu lingkungan masyarakat yang saling berhubungan. Sakit di satu sisi akan jadi
gangguan pada semua sisi. Bersatu artinya punya makna saling membutuhkan, saling merasakan,
terikat dalam satu rangkaian tak terpisahkan. Jika tindakan yang kita lakukan ternyata menyebabkan
munculnya suatu permasalah lingkungan ataupun menjadi sumber maslah bagi masyarakat, artinya
kita sudah menganggu persatuan itu. Pencemaran yang dilakukan oleh pemilik industri batik
rumahan ini sangat berpotensi menggangu persatuan dalam kehidupan bermasyarakat.

Sila keempat, bijaksana dan musyawarah untuk mufakat, adalah point penting untuk
mengatakan bahwa seluruh tumpah darah negara ini harus diperlakukan sebaik-baiknya, secara
bijaksana untuk kemakmuran, dengan semangat kebersamaan. Itulah mufakat, bukan memaksakan
kehendak pada satu keinginan. Tanah, bumi dan kekayaan alam didalamnya adalah milik bersama,
perlakukanlah secara bijaksana. Tidak justru melihat bahwa semua adalah untuk pabrik, rumah,
industri, dan hanya untuk manusia saja. Bermufakatlah, maka kita akan bijaksana dan itu adalah
cerminan orang yang Pancasilais.
Sila kelima, keadilan sosial dan kemakmuran. Ini dasar yang mengatakan bahwa semua
rakyat Indonesia punya hak yang sama untuk kemakmuran. Kesehatan, kenyamanan, kebahagiaan,
ketentraman adalah milik seluruh makhluk, apalagi manusia. Pencemaran lingkungan sungai hingga
air sumur warga ini akan menggangu kebahagiaan dan ketentraman masyaraat setempat. Itulah
yang dikatakan mengganggu dan menghambat keadilan sosial. Pancasila dikunci dengan keadilan
sosial.

2. NILAI SILA PANCASILA

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila pertama pada pancasila adalah sila ketuhanan yang dilambangkan oleh bintang emas
berlatar belakang hitam. Dari lambang tersebut, bintang emas menggambarkan bahwa bangsa
Indonesia mengakui akan adanya Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, cahaya dari sebuah bintang
diibaratkan sebagai sumber cahaya yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa sebagai sumber cahaya
yang menerangi negara Indonesia. Latar belakang yang berwarna hitam menggambarkan warna
alami, dengan berkah dari Tuhan Yang Maha Esa diharapkan bangsa Indonesia tidak tersesat dalam
menjalankan kehidupan.

Pada sila pertama yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa, nilai-nilai yang terkandung adalah :

 Percaya akan adanya Tuhan Yang Maha Esa serta menjalankan perintah dan menjauhi
larangan-Nya sesuai dengan kepercayaan masing-masing.
 Mensyukuri nikmat alam akan ciptaan Tuhan dengan menjaga lingkungan.
 Memiliki toleransi antar umat beragama.
 Tidak memaksakan kehendak antar umat beragama.
 Tidak mencemooh atau mengejek kepercayaan orang lain.

2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Asas kemanusiaan pada pancasila dilambangkan oleh rantai emas. Apabila dilihat lebih
dalam lagi, rantai emas pada perisai memiliki mata rantai yang berbeda. Terdapat bentuk persegi
dan lingkaran yang melambangkan pria dan wanita sebagai rakyat Indonesia. Rantai-rantai tersebut
terikat tanpa putus yang menunjukkan akan hubungan rakyat Indonesia yang saling terikat dan
saling membantu. Baik pria atau wanita memiliki kesetaraan hak sebagai rakyat Indonesia.

Sila kedua berbunyi Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab memiliki nilai-nilai yang terkandung
sebagai berikut :

 Semua rakyat Indonesia memiliki hak yang sama di mata hukum, agama, masyarakat dan
lainnya.
 Tidak ada perbedaan antara ras satu dengan yang lainnya antar sesama rakyat Indonesia.
 Sikap tenggang rasa dan saling tolong menolong harus diutamakan.
 Nilai kemanusiaan antar rakyat Indonesia harus dijunjung tinggi.
 Saling menghargai pendapat masing-masing.
 Peduli pada kemaslahatan bersama.

3. Persatuan Indonesia

Simbol persatuan terdapat pada lambang pohon beringin dengan latar belakang putih.
Pohon beringin melambangkan negara indonesia sendiri. Pada dasarnya pohon beringin adalah
pohon yang besar dan tinggi serta memiliki daun yang lebat yang digunakan untuk berteduh oleh
rakyat indonesia. Selain itu terdapat akar pohon beringin yang diibaratkan sebagai semua suku di
Indonesia. Meskipun terdapat banyak cabang akar tetapi akar-akar tersebut tetaplah bersatu untuk
membangun pohon beringin agar tetap berdiri tegak. Meskipun di Indonesia terdapat berbagai suku
dan budaya namun persatuan tetap dijunjung tinggi agar Indonesia dapat berdiri kokoh sebagai
Negara Kesatuan.

Dalam sila persatuan yang berbunyi Persatuan Indonesia terdapat beberapa nilai yang terkandung
dalam kehidupan sehari-hari yaitu :

 Menggunakan bahasa persatuan Indonesia antar daerah.


 Memperjuangkan nama harum bangsa Indonesia.
 Cinta kepada tanah air Indonesia.
 Mengutamakan persatuan dan kesatuan daripada kepentingan pribadi.
 Berjiwa patriotisme dimanapun berada.
 Menjaga persatuan dengan mengutamakan kerukunan antar warga dan bermasyarakat
4. Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan

Kepala banteng pada perisai garuda yang berwarna hitam putih dengan latar belakang
berwarna merah melambangkan simbol kerakyatan pada sila keempat pancasila. Simbol kepala
banteng melambangkan akal kehidupan sosial yang dimiliki banteng. Sama halnya dengan bangsa
Indonesia yang hidup rukun bersosial satu sama lain. Keputusan bersama harus dicapai dalam hidup
bersosial dan mengesampingkan pendapat pribadi.
Sila keempat yang berbunyi Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan Perwakilan memiliki nilai-nilai diantara lain:
 Pemimpin bangsa Indonesia haruslah bijaksana.
 Kekeluargaan harus diutamakan.
 Kedaulatan bangsa ada di tangan rakyat.
 Kebijaksanaan dalam mengambil solusi.
 Keputusan yang diambil harus berdasarkan musyawarah sampai mencapai kesepakatan
bersama.
 Tidak memaksakan kehendak orang lain.

5. Keadilan Sosial Bagi Sekuruh Rakyat Indonesia

Sila terakhir dalam pancasila dilambangkan oleh padi yang berwarna kuning dan kapas hijau
yang berlatar belakang putih. Padi dan kapas merupakan simbol sumber sandang dan pangan yang
dibutuhkan oleh bangsa Indonesia. Tujuan dari bangsa Indonesia adalah menciptakan kesejahteraan
sosial baik sandang maupun pangan tanpa adanya kesenjangan baik dari segi sosial, ekonomi,
budaya maupun politik sehingga keadilan dapat diwujudkan.
Sila terakhir pancasila yang berbunyi Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia ini memuat nilai-
nilai sebagai berikut:
 Perilaku yang adil harus diterapkan baik di bidang ekonomi, sosial dan politik.
 Hak dan kewajiban setiap orang harus dihormati.
 Perwujudan keadilan sosial bagi bangsa Indonesia.
 Tujuan rakyat Indonesia yang adil dan makmur.
 Mendukung kemajuan dan pembangunan negara Indonesia .
E. SUMBER UNDANG-UNDANG DASAR / UNDANG-UNDANG :

1. Pasal 18 H UUD Negara RI 1945, yaitu hak untuk hidup di lingkungan yang baik dan sehat

2. Pasal 1 Ayat (14) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, menyebutkan Pencemaran lingkungan hidup, adalah “Masuk atau
dimasukkannya makhluk hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan
hidup yang telah ditetapkan”. Sementara itu untuk mengukur adanya suatu pencemaran ditetapkan
dengan baku mutu lingkungan hidup sebagaimana yang disebutkan pada Pasal 1 Ayat (13) Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, bahwa
Baku mutu lingkungan hidup, adalah Ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau
komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya
dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.

3. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(UUPPLH). Pasal 1 angka (2) disebutkan bahwa Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi Supremasi Hukum,
Perlindungan hukum bagi masyarakat Terhadap pencemaran lingkungan akibat Limbah Industri Batik
dalam lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan
penegakan hukum. Lebih lanjut disebutkan pada Pasal 1 angka (4) bahwa Rencana perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup adalah perencanaan tertulis yang memuat potensi, masalah
lingkungan hidup, serta upaya perlindungan dan pengelolaannya dalam kurun waktu tertentu.

F. UPAYA KONKRIT SEBAGAI TAWARAN SOLUSI BERDASARKAN NILAI-NILAI PANCASILA

Setiap pengrajin batik yang masih menggunakan obat pewarna kimiawi dianjurkan untuk
menggunakan pewarna alami contohnya yaitu daun dan akar dari mengkudu yang bias digunakan
sebagai pewarna alami, daun pohon jati sebagai pewarna merah alami. Perlunya edukasi pada warga
setempat dan juga pada pemilik batik itu sendiri mengenai dampak jangka panjang yang mungkin
ditimbulkan dari sifat sukarnya zat anorganik pewarna kimia yang sulit diurai oleh air dan tanah akan
membahayakan warga setempat dalam jangka panjang sekitar 2 tahun kedepan atau lebih.

Membuat alat penyaring limbah sebelum dibuang, atau memangun Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) Komunal dimana satu alat ini sangat mampu mengatasi mengatasi limbah dari
produksi batik di Sokaraja, Banyumas. Adanya penangan dari dinas lingkungan hidup setempat untuk
memberikan mesin unit pengolahan limbah (UPL) mesin ini mampu mengolah 400 meter kubik air
limbah yang mampu mengurangi pencemaran batik dari limbah produksi batik tersebut yaitu dengan
cara mengolah dulu limbah yang ada dan tidak langsung dibuang kea lam untuk mengurangi dampak
tercemarnya lingkungan.

Langkah berikutnya adalah dengan melakukan remediasi atau membersihkan racun di tanah
atau air yang sudah tercemar limbah menggunakan mikroorganisme maupun lewat tanaman yang
bias menyerap unsur logam seperti tanaman ramai dan nilam.
Pemerintah Kabupaten Banyumas atau Dinas Lingkungan Hidup setempat juga perlu
memberikan suatu punishment dan reward atau sanksi dan penghargaan pada pelaku Industri batik
rumahan. Sanksi yang tegas perlu diberikan kepada para pelaku industry yang membuang limbah air
cucian batik langsung menuju sungai tanpa mengolah limbahnya terlebih dahulu. Sedangkan, reward
diberikan pada pelaku industry rumahan yang sudah mampu menerapkan pengolahan limbah
dengan benar dan tidak mencemari lingkungan sekitar.

G. APA YANG DAPAT MAHASISWA LAKUKAN

Yang dapat kita lakukan sebagai mahasiswa adalah melakukan langkah-langkah yang
prefentif, represif dan berkelanjutan. Langkah secara prefentif adalah dengan cara kita melakukan
sosialisasi dan menggiring edukasi batik yang ramah lingkungan dengan menggunkan zat organic
sebagai pewarna alami misalnya dari daun dan akar mengkudu, daun jati dan banyak tanaman
lainnya. Lagkah represif yang dapat kita lakukan selanjutnya adalah ketika limbah itu sudah ada dan
muncul sebagai masalah di lingkungan masyarakat yaitu dengan kita melakukan pengolahan limbah
melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) baik secara komunal maupun rumah tangga. Langkah
selanjutnya adlah langkah berkelanjutan yaitu langkah kita sebagai mahaiswa untuk memberikan
kesadaran pada masyarakat untuk selalu peduli dalam menjaga ingkungan bersama.

Pemberian edukasi ke masyarakat tentang Industri Batik rumahan yang berkonsep “Ramah
Lingkungan” adalah hal yang paling penting kita lakukan sebagai mahasiswa sebagai kaum terpelajar
yang mampu berkontribusi untuk masyarakat. Langkah selanjutnya yang bisa kita lakukan sebagai
mahasiswa adalah dengan melakukan reboisasi bersama-sama bergotong royong dengan warga
setempat untuk reboisasi pada daerah sekitaran sungai dan daerah resapan pembuangan limbah
industri batik ini. Dengan adanya tanaman akan mampu menjaga keseimbangan air yang akan
mengikat air dalam tanah serta mengurai zat zat anorganik yang terbawa oleh air.

H. KOMENTAR TEMAN

1. (nama komentator, NIM dan tanda tangan)

2. (nama komentator, NIM dan tanda tangan)


I. LAMPIRAN FOTO DAN KETERANGAN (MAHASISWA DENGAN SUBJEK OBSERVASI)

(Toko Batik Anto Djamil Sokaraja,Banyumas)

(Proses pewarnaan batik)


(Proses pencucian batik)

(Pembuangan air bekas cucian batik langsung menuju

sungai tanpa proses pengolahan air limbah terlebih dahulu)

Anda mungkin juga menyukai