Dosen Pembimbing:
Wirmie Eka Putra, S.E.,M.S
Fredy Olimsar, S.E., M.Si
Dibuat Oleh:
Galang Dwi Setyawan
NIM: C1B020053
UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
MANAJEMEN
2020/2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Neraca Lajur dan
Jurnal Penyesuaian Perusahaan Dagang” tepat waktu.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini. Untuk Itu, kritik
dan saran terhadap makalah ini sangat diharapkan.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.3 Tujuan..............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
2.1.1 Pengertian..................................................................................................................2
2.1.2 Komponen.................................................................................................................2
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.2 Komponen
Ada enam komponen yang harus disertakan pada neraca lajur perusahaan dagang.
Berikut penjelasan masing-masing komponennya:
1. Nama Rekening Perkiraan
Pada kolom ini, isinya adalah nama semua kode akun perkiraan yang sudah
disusun terlebih dahulu. Pada kolom ini, maka bisa ditentukan apakah sebuah akun
memiliki nilai debet atau kredit untuk setiap lajurnya.
2. Neraca Saldo
Kolom selanjutnya adalah neraca saldo. Dimana informasi yang tercantum di
lajur ini disesuaikan dengan yang ada pada jurnal laporan neraca saldo. Nah, dalam hal
ini, perusahaan bisa membuat neraca saldo sekaligus dalam neraca lajur karena isinya
sama. Sehingga, Anda tidak perlu membuatnya secara terpisah.
3. Penyesuaian
Pada kolom penyesuaian berisikan mengenai penyesuaian-penyesuaian. Nah, pada
jurnal penyesuaian yang sudah dibuat, tentu saja telah menyesuaikan perkiraan neraca
2
saldo yang ada. Yang mana apabila terdapat perkiraan baru, maka dapat ditulis di bawah
perkiraan neraca saldo itu.
4. Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
Apabila jurnal penyesuaian telah dilakukan, maka neraca saldo dapat
memperkirakan akun-akun tersebut. Serta saldo pada aljur ini akan terlihat di laporan
keuangan. Perkiraan neraca saldo tidak dipengaruhi jurnal penyesuaian bisa langsung
dipindahkan pada lajur tersebut. Namun, untuk perkiraan yang dipengaruhi jurnal
penyesuaian, perlu dihitung terlebih dahulu saldo perkiraan dan pindahkan pada lajur
tersebut.Pada akhirnya, lajur ini perlu dijumlah pada kedua sisinya. Dengan begitu, maka
ketelitian serta kebenaran pada neraca lajur perusahaan dagang bisa terjamin.
5. Neraca
Kolom ini berisi tentang semua perkiraan riil. Dimana merupakan perkiraan dari
akun yang sebelumnya. Kolom ini mempunyai fungsi melihat apabila terdapat
ketidaksesuaian ketika penyusunan neraca saldo sesudah penyesuaian. Selain itu, dapat
memeriksa perhitungan apakah sudah tepat atau belum.
6. Laba-Rugi
Kolom selanjutnya berisi tentang perkiraan nominal. Pada kolom laba rugi ini,
debit maupun kredit yang ada pada lajur laba rugi akan dijumlahkan. Jika pada sisi kredit
lebih besar ketimbang debit. Artinya perusahaan memeroleh laba. Namun, jika sisi
debitnya lebih besar ketimbang kredit, artinya perusahaan mengalami kerugian.
4
HPP: Rp. 20.000.000
Pembelian: Rp. 20.000.000
HPP: Rp. 400.000
Beban Angkut Pembelian: Rp. 400.000
Retur Pembelian dan PH: Rp. 800.000
HPP: Rp. 800.000
Potongan Pembelian: Rp. Rp. 150.000
HPP: Rp. 150.000
Persediaan Barang Dagang Akhir: Rp. 10.000.000
HPP: Rp. 10.000.000
2. Perlengkapan
Dalam konteks jurnal penyesuaian perusahaan dagang, perlengkapan kerap kali
dianggap sebagai harta lancar atau biasa disebut sebagai current assets. Jika Anda ingin
membuat catatan mengenai perlengkapan ini, Anda harus mengetahui nominal
perlengkapan yang digunakan ataupun sudah digunakan sebelumnya.
Sebagai contoh, misalkan saldo akun perlengkapan perusahaan Anda pada bulan
Juni 2018 lalu berjumlah Rp. 1.500.000,- akan tetapi di akhir periode, sisa akunnya
mencapai Rp. 500.000,-. Lantas, berapakah jumlah perlengkapan yang seharusnya
dicatatkan?
Rp. 1.500.000- Rp. 500.000= Rp. 1.000.000
Di dalam jurnal tersebut, nominal perlengkapan tertera merupakan sisa akun yang
digunakan. Jadi, Anda bisa menulisnya dengan nominal Rp. 1.000.000,-
3. Beban Dibayar di Muka
Beban yang dibayar pada awal periode sebuah peminjaman atau pembelian
barang dan produk untuk mempermudah pekerjaan. Biasanya, seorang pelaku usaha
melakukan hal ini ketika akan menyewa atau membeli gedung. Beban dibayar di
muka dapat diklasifikasikan ke dalam dua hal, yaitu Harta dan Beban. Agar lebih
mudah, silahkan cek contoh di bawah ini.
Pada awal bulan Agustus 2018, perusahaan A menyewa sebuah ruko untuk
bekerja selama setahun dengan nominal Rp. 3.000.000/bulannya. Namun, karena
hanya digunakan hingga akhir tahun 2018, biaya sewa yang dikeluarkan hanya 5
bulan. Bagaimana cara menghitung bebannya?
Dihitung hanya 5 bulan (Agustus – Desember).
5 x (Rp. 3.000.000: 12 (bulan dalam tahun)) = Rp. 1.250.000,-
5
4. Pendapatan Diterima di Muka
Jika Anda mencatat sebagai pendapatan, perhitungannya dilakukan selama sisa bulan
tanpa pemakaian jadi dari awal Januari hingga September, 9 bulan.
9 X (Rp. 5.000.000 : 12 (bulan dalam tahun))= Rp. 3.750.000
5. Beban yang Harus Dibayar
Beban yang harus dibayar biasa juga disebut sebagai hutang merupakan
tunggakan yang dimiliki seorang pengusaha dan dibayarkan setiap akhir periodenya.
Misalkan, Anda memiliki 5 karyawan, jadi anda mempunyai beban pembayaran gaji yang
harus dibayarkan contoh:
Sebuah perusahaan mempunyai 100 karyawan. Perusahaan tersebut harus
membayar gaji mereka dengan rincian 5 orang pemimpin Rp. 15.000.000/bulan dan 95
orang staff dengan gaji Rp. 7.000.000/bulan. Lantas, berapa beban yang harus dibayar
setiap bulannya oleh perusahaan itu?
Penghitungan:
5 (Pemimpin) x 1 bulan x Rp. 15.000.000= Rp. 75.000.000,-
95 (staff) x 1 bulan x Rp. 7.000.000= Rp. 665.000.00,-
Jika dijumlah, beban yang harus dibayarkan setiap bulannya adalah Rp. 740.000.000
6. Pendapatan yang Masih Harus Diterima
Ini merupakan sebuah pendapatan yang akan diterima oleh sebuah perusahaan di
masa mendatang lantaran mereka belum mendapatkan bayaran dari pelanggannya.
Dengan kata lain, pendapatan ini merupakan sisa hutang yang belum dibayarkan namun
akan didapatkan kemudian hari. Biasanya, para pelaku usaha juga menyebut ini sebagai
piutang pendapatan. Contohnya:
Klien X membeli 10 ton beras terhadap pengusaha A dengan jumlah nominal
harga mencapai Rp. 200.000.000,- namun ia membayarnya dalam 5 tahap dengan
nominal yang serupa. Berapa biaya yang dibayarkan olehnya?
Rp. 200.000.000 : 5 (tahap) = Rp. 40.000.000
Jadi, piutang pendapatan yang dapat ditulis di dalam jurnal penyesuaian
perusahaan dagang adalah Rp. 40.000.000,-
7. Penyusutan dalam Jurnal Penyesuaian Perusahaan Dagang
Penyusutan merupakan kerugian yang mana dialami sebuah usaha karena
menurunnya harga nilai aktiva tetap. Biasanya, benda-benda yang mengalami penyusutan
adalah kendaraan bermotor (mobil, motor), mesin untuk pekerjaan dan harga gedung.
Lihat contoh di bawah untuk mempermudah pemahaman Anda.
6
Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang otomotif, menetapkan penurunan
7% setiap tahunnya terhadap sebuah mobil yang akan dijual di sana dengan harga
rata-rata Rp. 150.000.000,-. Jadi, berapakah nilai penyusutannya?
Rp. 150.000.000 x 7% = Rp. 10.500.000,-
Jadi, biaya penyusutan yang akan dicatat adalah Rp. 10.500.000,-
8. Piutang Tak Tertagih
Piutang tak tertagih merupakan sejumlah tunggakan pembayaran yang tidak
dibayarkan oleh pihak pelanggan terhadap pelaku usaha. Biasanya, hal ini juga dianggap
sebagai beban perusahaan. Dalam konteksnya, hal ini mengacu kepada pembayaran yang
dilakukan dengan cara mencicil dalam beberapa periode tertentu. Lihat contoh agar lebih
jelasnya.
Sebuah perusahaan telah menetapkan sejumlah 3% piutang tidak tertagih dari
jumlah total tunggakan yang mencapai Rp. 20.000.0.00,-. Berapakah jumlah yang akan
dituliskan di dalam jurnal?
Rp. 20.000.000 x 3%= Rp. 600.000,-
Jumlah yang harus dituliskan di dalam jurnal adalah sebesar Rp. 600.000,-
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Neraca lajur perusahaan dagang adalah lembar kertas berkolom untuk melakukan
kegiatan akuntansi pada perusahaan dagang.
Neraca lajur dan jurnal penyesuaian pada perusahaan dagang tidak jauh berbeda
hanya saja ada akun akun yang perlu ditambhkan seperti persediaan barang dagang,
perlengkapan , beban dibayari dimuka, pendapatan diterima dimuka, dan beban yang harus
dibayar.
8
DAFTAR PUSTAKA
https://adseneca.com/
https://www.paper.id/blog/finansial-umkm/jurnal-penyesuaian-perusahaan-dagang/