Anda di halaman 1dari 32

Mata Pelajaran 2

PERENCANAAN SISTEM
DISTRIBUSI
2. PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI

TUJUAN PELAJARAN : Setelah menyelesaikan pokok bahasan peserta


mampu memahami Perencanaan Sistem Distribusi
sesuai ketentuan perusahaan dengan baik dan
benar sesuai Standar Perusahaan

DURASI : 4 JP

PENYUSUN : 1. Indradi Setiawan (PLN Pusat)


2. Helfberd Tampubolon (PLN Pusdiklat)
3. Rayhan Amin (PLN Udiklat Pandaan)
4. Hari Kaptono (PLN Pusdiklat)
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................... iii
PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI .................................................................................... 1
1 Pendahuluan ...................................................................................................................... 1
2. Permasalahan di Sistem Distribusi ..................................................................................... 3
2.1 Permasalahan distribusi di Gardu Induk ...................................................................... 5
2.2 Permasalahan di Jaringan TM 20 kV ........................................................................... 6
2.3 Permasalahan di Transformator Distribusi ................................................................... 6
2.4 Permasalahan di Jaringan TR ..................................................................................... 6
3. Kebutuhan Data ................................................................................................................. 7
4. Pendekatan Perencanaan .................................................................................................. 7
5. Perkiraan Beban Distribusi ............................................................................................... 10
6. Evaluasi Hasil Perencanaan Sistem Distribusi ................................................................. 10
7. Kinerja Asset Eksisting..................................................................................................... 11
8. KKO Dan KKF .................................................................................................................. 16
8.1 Pengertian Umum...................................................................................................... 16
8.2 Obyektifitas Ekonomi Teknik...................................................................................... 17
8.3 Beberapa Konsep Dasar Ekonomi ............................................................................. 18
8.4 Biaya dan Harga ........................................................................................................ 20
8.5 kajian kelayakan Oprasi ( KKO ) : .............................................................................. 21
8.6 Kajian Kelayakan Finansial ( KKF )............................................................................ 22
8.7 Macam-macam Analisa Finansial .............................................................................. 25
8.8 Analisa Perioe Pengembalian (Pay Back Period) ...................................................... 27
8.9 Analisa Harga Sekarang Bersih (Net Present Value) ................................................. 28
9. Soal Latihan ..................................................................................................................... 28

Simple Inspiring Performing Phenomenal ii


DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Sistem Tenaga Listrik ............................................................................................... 1
Gambar 2. Jaringan Distribusi ................................................................................................... 2
Gambar 3. Permasalahan distribusi di Gadu Induk (1) ............................................................... 5
Gambar 4. Permasalahn distribusi di Gardu Induk (2) ............................................................... 5
Gambar 5 Kelayakan ............................................................................................................... 16
Gambar 6 Problem Engineers.................................................................................................. 17
Gambar 7 Gambaran Total ...................................................................................................... 18
Gambar 8 Analis Titik Impas .................................................................................................... 27

Simple Inspiring Performing Phenomenal iii


PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI

1 Pendahuluan
Hampir seluruh kepulauan di tanah air Indonesia telah terjangkau oleh sistim
kelistrikan yang dikelola oleh PLN, walaupun khususnya untuk kondisi Luar Jawa –
Bali masih terjadi defisit Pasokan, juga masih terdapat daerah layanan yang
terbatas jam operasinya hanya 12 jam. Energi listrik yang dibangkitkan oleh
Pembangkit tenaga listrik jaraknya jauh dari pusat beban sehingga diperlukan sarana
penyaluran yaitu transmisi, distribusi, dan gardu induk dan harus memperhatikan
keandalan (SAIDI dan SAIFI) serta mutu atau kualitas tenaga listrik (frekuensi dan
tegangan). Sistim Kelistrikan di PLN dimulai dari Pembangkit hingga ke Pelanggan
(APP), dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Sistem Tenaga Listrik

Untuk menghitung biaya dalam penyediaan tenaga listrik pertama yang dilakukan
adalah menghitung Harga pokok (Rp/kWh) yang meliputi modal, biaya operasi, gaji
pegawai, dan biaya pemeliharaan. Kemudian ditentukan Harga jual yang merupakan
penjumlahan dari harga pokok ditambah keuntungan. Seteleh itu ditetapkan biaya
tetap, biaya variable dan biaya kVArh. Biaya tetap (Rp/kVA) merupakan biaya waktu
tunggu pembangkit saat pemakaian tenaga listrik tidak optimal. Biaya pemakaian
(Rp/kWh) merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pemakai sesuai pemakaian.
Sedangkan Biaya Daya Reaktif (Rp/kVArh) merupakan biaya yang dikeluarkan oeh
pemakai tenaga listrik karena beban induktif.

Sesuai TDL penyambungan listrik ke pelanggan, daya listrik dibagi sebagai berikut:

a. Daya 450 VA s/d 200 kVA  Tegangan rendah


b. Daya 201 kVA s/d 30 MVA  Tegangan menengah
c. Daya > 30,5 MVA  Tegangan Tinggi

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


1
Sistem distribusi merupakan :

a. Titik Transaksi dalam jual tenaga listrik antara Pelanggan dengan Pemasok listrik

b. Pemasukan penerimaan energi listrik dari pelanggan ke pemasok tenaga listrik

c. „Jendela Etalase‟ bagi pelanggan untuk menilai baik buruknya citra Pemasok
dalam melayani pelanggan dibidang kelistrikan.

d. Tersedianya Sarana Distribusi yang cukup, andal, efisien dan kontinue

e. Keterbatasan Sumber Pendanaan.

f. Perencanaan yang baik merupakan keharusan

Gambar 2. Jaringan Distribusi

Sasaran perencanaan sistem distribusi adalah menyediakan sarana pendistribusian


tenaga listrik yang cukup, andal, berkualitas, efisien, dan susut teknis wajar.

Perencanaan kebutuhan fisik jaringan distribusi dikelompokkan dalam beberapa


jenis, yaitu :

a. Perluasan sistem distribusi untuk mengantisipasi pertumbuhan penjualan energi


listrik

b. Mempertahankan/ meningkatkan keandalan (reliability) dan kualitas pelayanan


tenaga listrik pada pelanggan (power quality).

c. Menurunkan susut teknis jaringan

d. Rehabilitasi jaringan tua.

e. Pengembangan dan perbaikan sarana pelayanan

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


2
Kebutuhan fisik yang diperlukan untuk perluasan sistem distribusi dalam rangka
mengantisipasi pertumbuhan beban puncak sebagai akibat pertumbuhan penjualan
energi merupakan fungsi dari beberapa variabel yaitu antara lain :

a. Beban puncak di sisi tegangan menengah (TM) dan tegangan rendah (TR),

b. Luas area yang dilayani,

c. Distribusi beban (tersebar merata, terkonsentrasi, dsb)

d. Jatuh tegangan maksimum yang diperbolehkan pada jaringan,

e. Ukuran penampang konduktor yang dipergunakan,

f. Fasilitas sistem distribusi terpasang (jaringan tegangan menengah/JTM, gardu


distribusi/GD, jaringan tegangan rendah/JTR, automatic voltage regulator/AVR
dsb).

Perencanaan sistem distribusi dibuat dengan memperhatikan kriteria sebagai berikut:

a. Membatasi panjang maksimum saluran distribusi (JTM dan JTR) untuk menjaga
agar tegangan pelayanan sesuai standar SPLN 72:1987.

b. Konfigurasi JTM untuk kota-kota besar dapat berupa topologi jaringan yang lebih
andal seperti spindle, sementara konfigurasi untuk kawasan luar kota minimal
berupa saluran radial yang dapat dipasok dari 2 sumber.

c. Mengendalikan susut teknis jaringan distribusi pada tingkat yang optimal.

d. Program listrik desa dilaksanakan dalam kerangka perencanaan sistem


kelistrikan secara menyeluruh dan tidak memperburuk kinerja jaringan dan biaya
pokok produksi

2. Permasalahan di Sistem Distribusi


Permasalahan kelistrikan di sistem distribusi yang perlu diketahui oleh perencana
adalah sebagai berikut :

a. Pasokan tenaga listrik / Gardu Induk / Sisi Hulu

1) Beban Gardu Induk melebihi kapasitias

2) Beban penyulang melebihi kapasitas trafo GI maupun IBT

3) Saluran transmisi mengalami bottle neck

b. Jaringan distribusi primer

1) Buruknya tegangan dan kualitas pelayanan di sisi pelanggan

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


3
2) Tingginya susut energi di jaringan distribusi

3) Rendahnya utilisasi jaringan distribusi

c. Transformator distribusi

1) Over Load

2) Susut energi di trafo

d. Jaringan distribusi sekunder

1) Beban tidak seimbang

2) jaringan netral ada arus (losses)

e. Pencurian listrik

Karakteristik dan macam permasalahan tentutnya dipengaruhi juga dengan kondisi di


masing-masing wilayah antara lain factor demografi, geografis, daerah urban,
perkota-an dsb. Adapun karakteristik permasalahan dalam operasi dan perencanaan
jaringan distribusi di wilayah jawa-bali adalah berbeda dengan di wilayah non jawa-
bali,

Di Jawa - Bali

 Kerapatan bebannya tinggi

 Gangguan jaringan yang sering terjadi akibat beban lebih.

 Banyak pelanggan industri dan bisnis dengan daya > 1 MVA

 perluasan jaringan sulit perijinannya

Di Luar Jawa-Bali

 Area pelayanannya sangat luas


 Seringkali dengan kepadatan penduduk yang sangat rendah
 Sering dijumpai penyulang distribusi tegangan menengah yang sangat panjang
 Dari segi Teknis dan Ekonomis tidak layak untuk dibangun Namun terpaksa
dibangun karena alasan sebagai berikut :

o Belum tersedianya fasilitas Transmisi Tegangan Tinggi di suatu daerah

o Interkoneksi PLTD tersebar ke sistem yang lebih ekonomis

o Program listrik desa

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


4
2.1 Permasalahan distribusi di Gardu Induk

Beberapa permasalahan distribusi yang terjadi di gardu induk antara lain :

1) Selain bisa menyebabkan Relay Over Current penyulang gagal bekerja yang
mengakibatkan pemadaman yang luas, gangguan hubung singkat di penyulan 1
akan memberi dampak “kedip tegangan” di penyulang lain yang tersambung di
bus 20 kV yang sama. Selain itu apabila kapasitas trafo diperbesar maka
breaking capacity PMT juga harus diperbesar sehingga biaya yang ditimbulkan
menjadi mahal.

Gambar 3. Permasalahan distribusi di Gadu Induk (1)

2) Banyak penyulang yang bisa dipasok dari trafo tenaga besar, biasanya
penyulang umum dan pelanggan besar dilayani secara bersamaan hal ini
menyebabkan pelanggan besar sering mengeluh karena adanya kedip yang
diakibatkan oleh gangguan di jaringan.

Gambar 4. Permasalahn distribusi di Gardu Induk (2)

Kerugian operasi distribusi 20 kV dan turunnya tingkat mutu pelayanan yang


diakibatkan oleh kedip mengakibatkan hal-hal sebagai berikut :

1) Frekuensi gangguan hubung singkat di jaringan 20 kV cukup tinggi

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


5
2) Setiap kali penyulang 20 kV mengalami gangguan hubung singkat
tegangan bus turun sampai beberapa % saja.
3) Kedip tegangan dirasakan oleh seluruh penyulang yang tersambung di
bus 20 kV yang sama
4) Keluha dari pelanggan besar/ industri yang tidak tahan terhadap kedip
tegangan meskipun dalam TDL telah disebutkan bahwa kedip di 20 kV
paling lambat hanya 1 detik.

Perbaikan keandalan sistem distribusi 20 kV dan peningkatan mutu


pelayanan yang mungkin bisa dilakukan antara lain :

1) Frekuensi gangguan hubung singkat di jaringan 20 kV diturunkan dengan


melakukan pemeliharaan atau penambahan jaringan.
2) Menurunkan arus gangguan hubung singkat dengan memisahkan
pasokan bus 20 kV melalui beberapa trafo tenaga yang berkapasitas kecil.
3) Pelanggan besar/ industri yang tidak tahan terhadap kedip tegangan
dipasok dari bus yang terpisah.

2.2 Permasalahan di Jaringan TM 20 kV

Permasalahan di Jaringan TM 20 kV adalah :

• Buruknya tegangan dan kualitas pelayanan di sisi pelanggan

• Tingginya susut energi di jaringan distribusi

• Rendahnya utilisasi jaringan distribusi

2.3 Permasalahan di Transformator Distribusi

Permasalahan di Transformator Distribusi antara lain :

 Over Load

 Susut energi di trafo

2.4 Permasalahan di Jaringan TR

Permasalahan di Transformator Distribusi antara lain :

 Beban tidak seimbang

 jaringan netral ada arus (losses)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


6
3. Kebutuhan Data
Untuk merencanakan sistem distribusi diperlukan data sebagai bahan analisa
maupun asumsi sehingga hasil perencanaan akan dapat mengakomodiir tujuan dari
pengembangan sistem distribusi, anatara lain :

1) Kepadatan penduduk ( sumber data :Pusat statistik)

2) Pemakaian lahan kota (sumber data :Dinas tata kota)

a. Gedung untuk kantor / toko : 20 - 40 Watt / m2

b. Perumahan : 10 - 20 Watt / m2

c. Hotel : 10 - 30 Watt / m2

d. Sekolah : 15 - 30 Watt / m2

e. Rumah sakit : 10 - 30 Watt / m2

3) Kebutuhan penyediaan Tenaga listrik

a. Pusat Pembangkit Listrik

b. Penyaluran: Transmisi, Gardu induk, jaringan TM & Treban


c. Pusat Beban

4) Kepentingan untuk Perencanaan:

a. jangka panjang
b. jangka menengah
c. jangka pendek
5) Data perkembangan beban pada tahun sebelumnya

4. Pendekatan Perencanaan
Keterkaitan yang sangat erat antara Kebutuhan Fisik JTM, JTR dan Trafo Distribusi
dengan Beban Puncak

 Jaringan Tegangan Menengah dipasok dari Gardu Induk atau PLTD sebagai
fungsi panjang jaringan yang diperhitungkan sebagai Susut Energi, Tegangan
yang diijinkan, dan maksimal pembebanan

 Trafo Distribusi diambil dari jaringan tegangan menengah yang diperhitungkan


pada Beban Puncak dan Prosentase Pembebanan yang diijinkan

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


7
 Jaringan Tegangan Rendah berhubungan erat dengan Kapasitas Trafo
Distribusi, Jumlah Pelanggan yang dilayani dan Susut Energi, Tegangan yang
diijinkan dan maksimal pembebanan

Faktor Sistem Distribusi Yang Diperlukan Dalam Perencanaan Sistem Distribusi,


antara lain :

1) Faktor demand yaitu perbandingan antara demand maksimum (beban puncak)


Terhadap daya tersambung. Digunakan untuk menentukan kapasitas (juga
biaya) dari peralatan Tenaga listrik untuk melayani beban, karena pengaruh
terhadap investasi

Misal:

Peralatan rumah tangga daya tersambung:

Lampu pijar 3 x 60 W = 180 W

3 x 40 W = 120 W

4 x 100 W= 400 W

Jumlah daya tersambung = 800 W

Demand maksimum = 500 W

Faktor demand untuk jenis bangunan:

 Perumahan sederhana : 50 – 75%

 Perumahan besar : 40 – 65%

 Kantor : 60 – 80%

 Toko sedang : 40 – 60%

 Toko serba ada : 70 – 90%

 Industri sedang : 35 – 65%

2) Faktor beban yaitu perbandingan antara beban rata-rata terhadap beban


puncaknya dalam periode tertentu, beban puncak atau rata-rata dapat
dinyatakan kW, kVA, amp. Gunanya untuk mengetahui/perkiraan pemakaian
beban kondisi beban Puncak dan beban dasar.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


8
Misal:

Demand maksimum 100 kW, faktor beban 10%. Berarti Pusat listrik harus
menyediakan daya 100 kW, meskipun dipakai, Rata-rata 10 kW atau 10 %- energi
setahun = 10% x 8760 = 876 jam, Jadi energi yang dipakai = 876 jam x 100 kW =
87.600 kWh/tahun

Peningkatan Mutu & Keandalan (Quality & Reliability) & Penurunan susut energi

• Pemasangan AVR (perbaikan tegangan di sisi pelanggan --> voltage support,


menghilangkan „voltage sag‟)

• Pemasangan Capacitor (perbaikan tegangan di sisi pelanggan)

• Otomatisasi Jaringan Distribusi (penurunan waktu gangguan)

• Pemberatan penghantar

Catatan :

Perlu di „back-up‟ dengan analisa yang detil (kapasitas dan lokasi penempatan),
disertai analisa ekonomis („Benefit to Cost‟ atau „Least Cost‟ Analysis)

Formulasi Perhitungan Kebutuhan Fisik Distribusi

Rehabilitasi, Dapat diperkirakan berdasarkan prosentase dari jumlah Aset Distribusi


yang beroperasi.

Catatan :

Perlu di „back-up‟ dengan database lengkap usia peralatan, kondisi peralatan yang
beroperasi, serta masa pakai (life time) dari masing-masing peralatan.

Aliran Daya

Analisa aliran daya pada jaringan Distribusi Tegangan Menengah (TM) seringkali
dilakukan dalam tahap perencanaan sistem distribusi. Adapun kegunaannya antara
lain untuk :

• Mengetahui drop tegangan dan tegangan pada penyulang TM

• Memprakirakan pembebanan penyulang

• Menghitung rugi-rugi (susut) daya dan energi pada penyulang

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


9
• Menentukan kompensasi daya reaktif yang diperlukan guna memperbaiki faktor
daya (power factor) serta mengurangi susut daya dan energi pada penyulang

Perhitungan aliran daya merupakan alat bantu yang sangat berguna dalam proses
perencanaan sistem distribusi, dimana didalamnya banyak dilakukan analisa untuk
pengambilan keputusan menentukan alternatif dengan biaya termurah, antara lain :

• Pemilihan level tegangan pasokan suatu pusat beban (dengan transmisi TT atau
dengan penyulang distribusi TM)

• Pemilihan ukuran penampang konduktor

• Penentuan kapasitas, lokasi dan waktu dibutuhkannya Gardu Induk TT/ TM baru

• Analisa kebutuhan Voltage Regulator dan Kapasitor pada jaringan distribusi TM

5. Perkiraan Beban Distribusi


Dalam merencanakan sistem distribusi agar dapat mengantisipasi kebutuhan tenaga
lsitrik yang harus dipenuhi, perlu melakukan dan memperkirakan kebutuhan beban
dimasing- masing sistem distribusi dengan tahapan sebagai berikut

1) Mengumpulkan data-data analistik atau data historis Analisa data statistik


sebagai bahan asusmsi atau sasaran yang digunakan dalam perhitungan (teknis,
ekonomis, iklim yang berpengaruh beban yang akan datang)

2) Mengextrapolasi pengaruh faktor-faktor tersebut untuk masa yang akan datang


dan menentukan derajat kepastiannya

3) Membuat perhitungan prakiraan dengan beberapa alternatif

4) Mengadakan cek atau tes perbandingan dengan memilih yang paling


memungkinkan

5) Mengadakan tinjauan kembali dan perbaikannya secara periodik (misal triwulan,


tahunan) dengan membandingkan angka-angka realisasi

6. Evaluasi Hasil Perencanaan Sistem Distribusi


Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam perencaaan sistem distribusi dapat
dengan mengetahui beberapa indicator / parameter yang ada di dalam kinerja
pengusahaan ataupun dampak terhadap proses bisnis lainnya antara lain :

a. Peningkatan Kinerja Jaringan (Saidi, Saifi, Susut) Setelah Program Dilaksanakan

b. Perbaikan mutu tenaga listrik ( drop tegangan, maupun fenomena PQ lainnya)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


10
c. Perencanaan Yang Berkesinambungan

d. Usulan Memenuhi Persyaratan Teknis Dan Beberapa Alternatif Yang Least Cost

e. Analisa Pengembangan Jaringan Menggunakan Metoda Prosedure Best Practise

7. Kinerja Asset Eksisting


Kinerja operasi dan pemeliharaan sistem distribusi diukur melalui parameter:
a. Keandalan SAIDI.SAIFI

SAIDI merupakan indikator durasi rata-rata lama padam pasokan listrik yang
bersifat permanen (> 5 menit) yang dirasakan oleh pelanggan pada satu unit
pelayanan tertentu selama satu periode waktu tertentu, yang dihitung dalam
satuan menit/pelanggan.

Untuk keperluan monitoring kinerja, satuan periode waktu perhitungan dapat


dilakukan setiap bulan, triwulan, semester dan tahunan.

Formula SAIDI dapat dituliskan sebagai berikut:

Jumlah lama padam permanen pelanggan dalam periode tertentu


SAIDI =
Jumlah seluruh pelanggan dalam satu unit layanan

Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:


𝑖
𝑛 (𝛿𝑖
𝑥 𝑁𝑖)
𝑆𝐴𝐼𝐷𝐼 =
𝑁𝑡
Keterangan:
i = Padam ke i.
n = Jumlah padam.
𝛿𝑖 = Lama (duration) padam gangguan ke i.
Ni = Jumlah pelanggan padam gangguan ke i
Nt = Total pelanggan dalam satu unit pelayanan

SAIFI merupakan indikator frekuensi padam pasokan listrik yang bersifat


permanen (> 5 menit ) dalam satu unit pelayanan tertentu selama satu perioda
waktu tertentu, yang dihitung dalam satuan : kali/ pelanggan.

Formula SAIFI dapat dituliskan sebagai berikut:

Jumlah padam permanen pelanggan


SAIFI =
Jumlah seluruh pelanggan dalam satu unit layanan

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


11
Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:
𝑖
𝑛 (𝜆𝑖
𝑥 𝑁𝑖)
𝑆𝐴𝐼𝐹𝐼 =
𝑁𝑡
Keterangan:
i = Padam ke i.
n = Jumlah padam.
𝜆i = Kali padam ke i.
Ni = Jumlah pelanggan padam gangguan ke i.
Nt = Total pelanggan dalam satu unit pelayanan

b. Gangguan penyulang /100 kms JTM

Berdasarkan Edaran Direksi PT PLN (Persero) nomor 006.E/DIR/2007 tentang


Pemantauan Gangguan Jaringan Tegangan Menengah secara Harian, Ganguan
Jaringan Tegangan Menengah didefinisikan sebagai berikut:

1. Gangguan terjadi pada Jaringan Tegangan Menengah dan bukan disebabkan


terputusnya pasokan dan sumber pembangkit atau transmisi
2. Gangguan menyebabkan tripnya PMT penyulang GI/GH, PMT lncoming atau
Recloser Lock-out, yang mengakibatkan terputusnya pasokan pada Jaringan
Tegangan Menengah lebih dari 5 menit

Dari hasil laporan gangguan JTM, dapat diketahui nilai kinerja gangguan
penyulang per 100 kms, yakni jumlah rata-rata gangguan penyulang setiap 100
kms penyulang yang menyebabkan pemadaman, baik gangguan permanen
maupun temporer pada suatu periode.

Adapun formula perhitungannya adalah sbb:

Jumlah kali gangguan penyulang


Ggn penyulang (kali/100 kms) = x 100
Jumlah panjang penyulang beroperasi

Keterangan:

- Gangguan permanen adalah gangguan JTM dengan durasi padam > 5 menit
- Gangguan temporer adalah gangguan JTM yang durasi padamnya ≤ 5 menit
Sumber: 0109.E/DIR/2014 tanggal 14 Maret 2014 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Perhitungan Nilai Kinerja Organisasi (NKO) Direktorat, Unit dan
Anak Perusahaan.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


12
c. Gangguan Trafo per aset

Rasio kerusakan trafo distribusi dideskripsikan sebagai rasio jumlah trafo yang
rusak terhadap jumlah trafo beroperasi pada suatu periode, dengan formula
perhitungan sebagai berikut:

Jumlah unit trafo yang rusak


rasio kerusakan trafo distribusi (%) = x 100
Jumlah unit trafo yang beroperasi

Keterangan :

- Perhitungan jumlah unit trafo yang rusak didasarkan pada jumlah unit trafo
beroperasi yang mengalami kerusakan/gangguan yang mengakibatkan
pemadaman, sehingga memerlukan penggantian trafo baru.
- Jumlah unit trafo beroperasi termasuk penambahan unit trafo baru.
- Sumber: 0109.E/DIR/2014 tanggal 14 Maret 2014 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Perhitungan Nilai Kinerja Organisasi (NKO) Direktorat, Unit dan
Anak Perusahaan.

d. Tegangan ujung JTM dan JTR

Dalam penyediaan tenaga listrik disyaratkan suatu level standard tertentu untuk
menentukan kualitas tegangan pelayanan. Secara umum ada tiga hal yang perlu
dijaga kualitasnya, yakni:

1. Frekuensi (50 Hz)

2. Tegangan SPLN.No.1; 1985 (220/380 Volt : + 5%; – 10%)

3. Keandalan

Akan tetapi, konduktor memiliki nilai impedansi tertentu sehingga setiap kali arus
mengalir melalui konduktor tersebut, akan ada jatuh tegangan di sepanjang
konduktor yang dapat diturunkan dengan Hukum Ohm (V = IZ ). Penurunan
tegangan tersebut tergantung pada dua hal, yaitu :

1. Aliran arus melalui konduktor - semakin tinggi arus, semakin besar tegangan
drop.

2. Impedansi konduktor-semakin besar impedansi, semakin besar tegangan


drop.

Impedansi konduktor merupakan fungsi dari ukuran konduktor (luas penampang)


dan panjang konduktor. Umumnya produsen konduktor akan melampirkan data

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


13
konduktor yang diproduksinya seperti nilai resistansi dan reaktansi konduktor
dalam satuan Ω / km.

Rugi tegangan ini mengakibatkan adanya tegangan jatuh (∆V) sehingga


tegangan pada pelanggan yang paling jauh dari sumber (gardu induk dan gardu
distribusi) akan lebih kecil dari tegangan nominal. Tegangan Jatuh (Voltage
Drop) maksimum yang diperbolehkan timbul sepanjang konduktor yang dialiri
oleh arus listrik adalah sebesar kisaran + 5% dan – 10%. Bila drop tegangan
yang timbul melebih batas maksimum, maka ukuran kabel yang lebih besar
harus dipilih.

Tegangan ujung perlu diperhatikan agar tegangan yang sampai di input peralatan
konsumen tidak melebihi batas toleransi sehingga peralatan konsumen dapat
beroperasi dengan benar. Secara umum, sebagian besar peralatan listrik akan
beroperasi normal pada tegangan serendah 80% dari tegangan nominal. Secara
real Nilai ∆ V biasa berubah-ubah tergantung fluktuasi beban.

Berikut ini adalah rumus untuk menghitung kinerja Mutu Tegangan TM dan Mutu
Tegangan Pelayanan (TR):

Jumlah JTM dengan teg. ujung di luar standar


Mutu Tegangan TM % = x 100%
Jumlah jurusan JTM beroperasi

Mutu Tegangan Pelayanan TR %


Jumlah jurusan JTR dengan teg. ujung di luar standar
= x 100%
Jumlah jurusan JTR beroperasi

e. Kecepatan penormalan operasi jaringan distribusi

 Adanya pekerjaan jaringan


 Kecepatan mengisolasi gangguan dan manuver beban
 Ketahanan peralatan terhadap gangguan tegangan lebih, hubung singkat,
pembebanan

f. Efisiensi (susut) jaringan distribusi

Berikut ini adalah cara perhitungan susut energi:

1. Susut energi dinyatakan dalam kWh dan Persentase (%)


2. Rumus Susut Distribusi:
Susut Distribusi (kWh):

kWh Produksi − kWh Pemakaian Sendiri − kWh Dijual

Susut Distribusi (%):

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


14
Siap Salur Distribusi − PSSD − Dibuat rekening
x 100%
Siap Salur Distribusi

g. Keselamatan Kerja

Sebagai indikator adalah jumlah angka kecelakaan akibat listrik pada personil
dan kerusakan pada instalasi / peralatan serta lingkungan. Targetnya adalah
zero accident, berarti tidak ada lagi kecelakaan di lokasi kerja kita baik itu yang
bersifat cidera memerlukan pertolongan pertama atau P3K hingga
mengakibatkan Fatality atau kematian.

Pengelolaan pemeliharaan aset ditujukan untuk:

a. Memaksimalkan ketersediaan

b. Kesiapan aset jaringan untuk keandalan, kwalitas dan effisiensi pendistribusian


tenaga listrik

c. Keselamatan pengelola sistem kelistrikan dan masyarakat pelanggan.

d. Pemanfaatan asset bagi perusahaan bekerja sama dengan pihak lain.

Pengelolaan Data Aset Distribusi

1. Secara terus menerus harus dipastikan data aset peralatan distribusi disetiap
PLN Unit Pelaksana ada, benar dan selalu terbarukan

2. Pengelolaan data aset secara bertahap agar terintegrasi dalam pengelolaan data
Usaha Jaringan yang terpusat secara Nasional. PLN Unit wajib melaksanakan
pembinaan dan mengkoordinasikan pengelolaan data aset ditiap PLN Unit
Pelaksana asuhannya.

3. Dalam hal pengelolaan Tata Usah Jaringan belum terintegrasi dengan data induk
pelanggan, setiap akhir proses penyalaan sambungan pelayanan ke konsumen
baru data aset jaringan. APP dan data pelanggan baru. harus dipastikan telah di
masukan ke dalam data aset Jaringan di tiap PLN Unit Pelaksana, baik secara
manual maupun otomatis.

4. Validasi kesesuaian data aset atas masuknya pelanggan baru. secara periodik
wajib dilaksanakan oleh manajemen PLN Unit Pelaksana.

5. Pada pengelolaan data asset peralatan gardu distribusi dan peralatan khusus
lainnya seperti AVR dan Recloser dicatat data histories peralatan tersebut mulai
saat dipasang, kondisi-kondisi gangguan seria pemeliharaan yang telah
dilaksanakan.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


15
6. Khusus Sambungan Pelayanan dan APP Pelanggan beserta kelengkapan
transformator Arus dan Tegangannya, pengelolaan data aset harus dilaksanakan
sesuai ketentuan Tata Usaha Pelanggan PT PLN (Persero) dan secara periodik
dilaksanakan uji validasi kebenaran data agar transaksi energi ke konsumen
bersangkutan telah dan akan tetap terlaksana sesuai kontrak perjanjian dan
ketentuan perundang-undangan.

7. PLN Unit Pelaksana melakukan evaluasi kinerja pada setiap peralatan distribusi
untuk pengambilan Keputusan Manajemen sehingga diperoleh Kinerja Sistem
Distribusi yang terbaik.

8. KKO Dan KKF

8.1 Pengertian Umum


Kelayakan Teknis dan Ekonomis

Fungsi Manajemen adalah mengambil keputusan yang berkaitan dengan evaluasi


proyek dan alternatif-alternatif yang feasible, ditinjau dari aspek :

 Kelayakan teknis

 Kelayakan ekonomis

Proyek
Engineering

Aspek Alternatif Aspek


Teknologi Pilihan/ Rencana Ekonomi

Fungsi
Tertinggi
Solusi Terbaik
Beayanya
Terendah
Gambar 5 Kelayakan

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


16
8.2 Obyektifitas Ekonomi Teknik
Untuk menyiapkan Engineer memecahkan kesulitannya secara efektif dengan 2
(dua) lingkungan ( fisik dan ekonomi ) alam dari aplikasi teknik.

Lingkungan fisik :

Kemampuan untuk merancang produk dan jasa dengan mengaplikasikan hukum


fisik dari ilmu fisika, ilmu material dan lainnya.

Lingkungan Ekonomi :

Bernilai atau berharga tidaknya suatu desain, produk atau jasa selain ditinjau dari
aspek fungsional (teknis) juga diukur secara ekonomis.

Physical Economic
Envrm. Envrm.

Alternatif

Gambar 6 Problem Engineers

Tinjauan Ekonomis :

 Dilihat bernilai / tidaknya Out-put suatu rancangan/design teknik

 Ditinjau dari besar / kecilnya beaya ( Cost )

 Beberapa kemungkinan untuk proses pengambilan keputusan

 Analisa keputusan berdasarkan pertimbangan eonomi (Costs atau “money term“)

 Aspek teknologi, sebagai dasar utama ( “Engineering economy study” )

Proses pengambilan keputusan untuk alternatif, sebagai contoh mesin pembangkit


listrik :

 Jenis Pembangkit : PLTD vs PLTU

 Macam pengoperasian : Operasi manual vs Operasi semi-automatis.

 Analisa kepemilikan : Ownership vs Leasing

 Design – produk : Design sempurna vs design sederhana dll.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


17
Efisiensi : Fisik dan Ekonomi
 Efisiensi ( fisik ) = output / input

o Output dan input dalam satuan fisik.

o Nilai efisiensi < 1 atau < 100 %.

 Efisiensi ( ekonomis ) = output / input = manfaat / beaya

o Output dan input dalam unit satuan ekonomis (uang atau “monetary term”)

o Nilai efisiensi > 1 atau > 100 %.

o “ Manfaat ekonoms per unit dari fisik output, harus selalu lebih besar dari-
pada beaya per unit dari fisik input “

o Hal ini terkait dengan pemahaman tentang konsep “ nilai tambah ( value
added ) “

Lingkungan Lingkungan
Fisik Ekonomi

Proposal Proses Produksi Kepuasan/Terpenuhi


Teknik atau Kebutuhan
Proses Konstruksi

Out put Manfaat


Efisiensi = Efisiensi =
( Fisik ) Input (Ekonomis) Beaya

Gambar 7 Gambaran Total

8.3 Beberapa Konsep Dasar Ekonomi


Ekonomi Teknik :

o Ekonomi Teknik adalah proses produksi/ konstruksi yang ditujukan untuk


mencapai hasil yang sebesar-besarnya, dengan ongkos yang terendah
untuk semua inputannya.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


18
o “Tujuan ekonomis adalah suatu kebiasaan/perilaku dari individu atau
sekelompok orang, berkontribusi sehingga menghasilkan kepuasan dari
pelanggannya“

o Banyak Ahli Teknik kurang berhasil dalam design-nya, bukan karena


faktor rancangan teknis atau proses konstruksi-nya (MFG), tetapi justru
karena kesalahan dalam analisis ekonomisnya.

o Evaluasi Beaya dan Program Reduksi ( Value Analysis & Engineering )

o Seorang Ahli Teknik harus dapat menerima tanggung-jawab untuk


pembuatan terjemahan dari rancangannya.

o Terjemahan itu akan terjadi dengan sangat mudah, apabila seorang Ahli
Teknik membuat kerangka konsep dasarnya berupa analisa ekonomi
sehingga menjembatani kesenjangan antara aspek fisik dan ekonomi dari
suatu rancangan teknik, yang mana khusunya dijabarkan oleh seseorang
yang tidak berbasis teknik tetapi terpaksa membaca rancangan teknik.

“ Nilai “ (Value) :

 Nilai adalah suatu penghargaan ( worth ) yang diberikan seseorang untuk


suatu obyek, produk atau jasa (service).

 Harga dan derajat kepentingan yang biasa diberikan terhadap suatu


benda, sebuah produk akan memiliki “ nilai “ yang ditambahkan melalui
proses produktif, dapat terwujud dalam :

o Nilai fungsional ( teknis )

o Nilai Ekonomis.

F ∑(+)
 Formulasinya V = =
C ∑(-)

V = Value; F = Fungsi ; C = Costs


Analisis Nilai :

Banyak Manfaat untuk kebutuhan uang yang rendah (More function for less
money) “

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


19
VA = sebelum proses MFG / construction (Cost Prevention)

VE = pada saat awal dan selama proses MFG (Cost Reduction)

Pendekatan kreatif yang bertujuan untuk menentukan dan


mengidentifikasikan biaya-biaya yang tidak perlu.

 Pola Pikir Produktif :

o Profit tinggi, cost (non produktive) rendah.

o Strategi menaikkan profit :

 Menaikkan harga

 Menaikkan volume penjualan (market share, break-even anlysis,


mass production dll).

o Cost reduction program :

 Struktur over-head cost

 Processing / operating cost

 Material cost, labor cost dll

8.4 Biaya dan Harga

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


20
8.5 kajian kelayakan Oprasi ( KKO ) :
Kajian kelayakan operasi berisi hal-hal sebagai berikut :

1. Kondisi sistem saat ini berisi anatara lain :

1.1 Kapasitas terpasang dan daya mampu ( pembangkit, trafo, transmisi )

1.2 Tegangan operasi

1.3 Pembebanan trafo

1.4 Capacity Factor (CF)

2. Asumsi :

2.1. Demand forecast

2.2 Neraca Daya

2.3. Jadwal proyek

3. Alternatip solusi berdasarkan economic dan finansial analysis :

Analisis economic ( opsi-opsi , solusi yang memenuhi prinsip least cost,


B/C ratio dan FIRR )

4. Analisa aliran daya :

4.1. Tingkat mutu pelayanan sebelum dan sesudah proyek

4.2 Kebutuhan kompensator

4.3. Analisis tegangan lebih

5. Hubung singkat :

a. Kapasitas hubung singkat yang melebihi rating peralatan eksisting

6. Stabilitas ( untuk proyek pembangkit besar dan transmisi back bone )

7. Analisa lingkungan:

7.1 UPL

7.2 Analisis dampak lingkungan sekitar proyek

7.3 Rencana monitoring

8. Kesimpulan KKO :

8.1 Kelayakan operasi

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


21
8.2 Peralatan lain yang perlu dibangun bersamaan

8.3 Substitusi terhadap BBM

9. Lampiran ( sesuai kebutuhan ) :

9.1 Peta lokasi ( geografis )

9.2 Single line diagram

9.3 Hasil analisa load flow

9.4.Hasil analisa hubung singkat

9.5 Hasil analisa stabilitas

9.6 Tabel-tabel

9.7 Sumber informasi/ referensi

8.6 Kajian Kelayakan Finansial ( KKF )


Kajian kelayakan finansial berisi hal-hal sebagai berikut :

1. Asumsi ( Lampiran A ):

A.1Asumsi Harga/ biaya

No Harga / Biaya Keterangan


1 Base exchange rates Nilai tukar berdasarkan best estimate ( research
report, Bloomberg dsbnya )
2 Inflation rate Digunakan sebagai dasar untuk eskalasi harga
 Domestic inflation /biaya inflasi Rp..
 Foreign inflation inflasi USD
3 Debt to Equity ratio -
4 Interest rate Berdasarkan best estimate ( research report,
 Foreign loan Bloomberg dsbnya )
 Local loan

5 Base fuel price -


6 O & M cost % dari investment cost atau Rp/kWh

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


22
A.2 Asumsi Eskalasi harga/biaya :

No Harga/biaya yang Besarnya eskalasi


dieskalasi
1 Exchange rate Domestic inflation – foreign inflation
2 Fuel price USD portion mengikuti exchange rate portion
tidak di-eskalasi
3 Electricity Tariff Mengacu pada statement of corporate intent (
SCI ) PLN yang terakhir , dan seterusnya
dieskalasi sesuai Domestic Inflation dikaitkan
suatu faktor pengali ( mis 75 % )

2. Pendekatan Analisis ( lampiran B ) :

No. Pendekatan Keterangan


1. Fulfillment of electricity load Akan menentukan tingkat
demand penggunaan
pembangkit/transmisi/GI/trafo selama
masa operasi
2. Determination of the applicable Penentuan besarnya komponen
base electricity tariff A,B,C,D
3. Cost equity Berdasarkan metode WACC
4. Discount rate Dihitung dengan metode WACC

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


23
3.Pendekatan Analisis ( lampiran C ) :
No Indikator Satuan Nilai Untuk Mengetahui
. Standar
1. Invesment cost Rp - Besarnya investasi awal/project cost
2. Net Present Value (NPV) Rp >0 Manfaat bersih yang diperoleh dengan
ukuran nilai saat ini
3. Benefit-Cost ratio (B/C - >1 Berapa kali manfaat yang diperoleh
Ratio) dibandingkan biaya
4. Profitabillity Index (PI) - >0 Indeks dari manfaat yang diperoleh
5. Financial Internal Rate of % > Discount Besarnya tingkat pengembalian dari proyek
Return (FIRR) Rate
6. Return On Equity (ROE) % >Cost of Besarnya tingkat pengembalian bagi
Equity pemegang saham
7. Pay Back Period (PBP) Thn - Kapan proyek akan mencapai titik impas
8. Repayability Analisys Kemampuan proyek mengembalikan
a.Debt Service Coverage Kali >1 pinjaman (debt)
Ratio (DSCR) Kemampuan proyek mengembalikan
b. Loan Life Coverage Kali >1 pinjaman untuk setiap tahun selama masa
Ratio (LLCR) pinjaman.
c. Rasio revenue terhadap Kali >1 Kemampuan proyek mengembalikan
kewajiban pinjaman untuk keseluruhan masa pinjaman
pembayaraaan

4. Pendekatan Analisis ( lampiran D ) :


No Harga/biaya yang menjadi sumber resiko Variasi nilai
utama
1 Investment cost -10 % . + 20 %
2 Fuel price + 10 % . + 20 %
3 Base electricity tariff -10 % . + 10 %= tariff saat ini
4 Eskalasi electricity tariff Domestic inflation x 50 % , x25
%
5 Base exchange rate -10 % . + 20 % . + 40 %

5. Pendekatan Analisis ( lampiran E ) :


Analisa Biaya Pokok Penyediaan (Impact proyek terhadap biaya pokok
penyediaan)
6. Kesimpulan KKF
Berisi tentang kesimpulan atau hasil dari kajian kelayakan finansial.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


24
8.7 Macam-macam Analisa Finansial
Macam-macam kelayakan finansial antara lain :

8.7.1 Equivalent Uniform Annual Cash Flow ( EUAC )

EUAC adalah Analisa perbandingan dari sejumlah pengeluaran uang yang


tidak uniform dengan cara mengkonversikannya kedalam EUAC.

8.7.2 Analisa Nilai Sekarang / Present Worth (PW)

Present Worth adalah Perhitungan yang dilakukan dilakukan pada kondisi awal /
sekarang. First cost dan installation sudah dalam kondisi PW sehingga faktor interest
tidak perlu diperhitungkan lagi.

8.7.3 Analisa Laju Pengembalian Investasi ( ROR )

MINIMUM ATTRACTIVE RATE OF RETURN ( MARR ) :


MARR ( i ) adalah bunga atau suku bunga yang terdapat di Bank deposito tabungan
) atau su,ku bunga standard yang berlaku..

Interest rate ( i *) dalam suatu investasi sangat menentukan apakah Investasi


tersebut layak atau tidak dilaksanakan, karena bila ( i *) >= dari MARR maka
Investasi layak

Metode untuk menghitung interest rate biasanya dilakukan dengan Trial and error
dimana setelah interest rate diasumsikan selanjutnya dihitung PW atau A. Dengan
metode interpolasi akan didapat interest rate ( i *).

Pengertian ROR, pada prinsipnya sama dengan Profit dalam teori ekonomi,
sehingga diperoleh kondisi :

 PWB = PWK atau PWK- PWB = 0 ( NET PRESENT WORTH )/NPW

dimana :

PWB = Pengeluaran , biaya dll

PWK = Penerimaan , keuntungan

 EUAC = EUAB atau EUAB- EUAC = 0 ( NET ANNUAL WORTH )/NAW

dimana :

EUAC = Pengeluaran, biaya tahunan uniform dll

EUAB = Penerimaan, keuntungan tahunan uniform

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


25
Jenis ROR :

1) INTERNAL RATE OF RETURN ( IRR )

2) EXTERNAL RATE OF RETURN ( ERR )

3) REINVESTMENT RATE OF RETURN ( ERRR)

8.7.3.1 INTERNAL RATE OF RETURN ( IRR ) :

Apabila diasumsikan bahwa setiap hasil yang diperoleh langsung diinvestasikan


kembali dengan ROR yang sama.

8.7.3.2 EXTERNAL RATE OF RETURN ( ERR ) :

Hasil yang diperoleh diinvestasikan pada proyek lain dengan ROR yagn berbeda

8.7.3.3 REINVESTMENT RATE OF RETURN ( ERRR) :

Hasil yang diperoleh dimanfaatkan pada permasalahan dimana terdapat investasi


lump sum tunggal yang diikuti dengan aliran kas netto positip seragam pada akhir
setiap periode selama umur proyek tersebut..

8.7.4 Analisa Manfaat Biaya/ Benefit Cost Ratio (BCR)


Analisa manfaat biaya atau (BCR ) biasanya digunakan untuk mengevaluasi
proyek-proyek pemerintah misalnya : Jalan kereta api ( railroad, bendungan, irigasi,
jembatan dll ).

Benefit artinya : untung, faedah, manfaat, guna

Cost artinya : biaya, pengeluaran

Suatu proyek dikatakan layak dengan menggunakan analisa manfaat biaya, bila :
B/C >= 1.

8.7.5 Analisa Titik Impas (Break Event Point)

Analisa Titik Impas (BEP) dipakai untuk menentukan volume produk yang harus
dibuat agar suatu operasi produksi tetap menguntungkan, dengan memperhatikan
unit-unit fixed cost (FC), variable cost (VC) dan biaya per unit produk. (C).

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


26
Dengan tetap memperhatikan kodisi masa mendatang yang serba tidak pasti dan
faktor time value of money, analisa titik impas akan merupakan alat evaluasi dalam
ekonomi teknis yang secara cepat bisa dipakai untuk mengetahui pengaruh
perubahan sales-revenue atau volume produksi (out-put) terhadap profit yang ingin
dicapai.

Gambar 8 Analis Titik Impas

Kondisi BEP Total Revenue = Total Costs


Total Revenue > Tot. Costs Profit
Tot. Revenue < Tot. Costs Rugi
Gb. “ Break Even Chart “

8.8 Analisa Perioe Pengembalian (Pay Back Period)


Pada dasarnya periode pengembalian adalah jumlah periode ( tahun ) yang
diperlukan untuk mengembalikan / menutup ongkos investasi awal dengan tingkat
pengembalian tertentu. Perhitungannya dilakukan berdasarkan aliran kas baik
tahunan maupun yang merupakan nilai sisa

Kelemahan metode ini mengabaikan konsep nilai uang dari waktu dan semua
aliran kas yang terjadi setelah periode pengembalian diabaikan.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


27
8.9 Analisa Harga Sekarang Bersih (Net Present Value)
NET PRESENT VALUE ( NPV ) adalah selisih harga sekarang dari penerimaan
penerimaan dengan harga sekarang dari pengeluaran-pengeluaran pada tingkat
bunga tertentu.

9. Soal Latihan
Pililah salah satu jawaban yang paling benar :

1. Permasalahan di Jaringan TM 20 kV adalah :


a. Buruknya tegangan dan kualitas pelayanan di sisi pelanggan
b. Tingginya susut energi di jaringan distribusi
c. Rendahnya utilisasi jaringan distribusi
d. Betul Semua
2. Permasalahan di Pasokan tenaga listrik / Gardu Induk / Sisi Hulu adalah :

a. Beban Gardu Induk melebihi kapasitias

b. Beban penyulang melebihi kapasitas trafo GI maupun IBT

c. Saluran transmisi mengalami bottle neck

d. Betul semua

3. adalah proses produksi/ konstruksi yang ditujukan untuk mencapai hasil yang
sebesar-besarnya, dengan ongkos yang terendah untuk semua inputannya disebut :
a. Ekonomi Teknik
b. Tujuan ekonomis
c. Analisis ekonomi
d. Rancangan Teknis
4. Suatu kebiasaan/perilaku dari individu atau sekelompok orang, berkontribusi
sehingga menghasilkan kepuasan dari pelanggannya disebut :
a. Ekonomi Teknik
b. Tujuan ekonomis
c. Analisis ekonomi
d. Rancangan Teknis
5. Banyak Ahli Teknik kurang berhasil dalam design-nya, bukan karena faktor
rancangan teknis atau proses konstruksi-nya (MFG), tetapi justru karena kesalahan
dalam :
a. Ekonomi Teknik
b. Tujuan ekonomis
c. Analisis ekonomi
d. Rancangan Teknis

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


28

Anda mungkin juga menyukai