Perencanaan Sistem Distribusi: Mata Pelajaran 2
Perencanaan Sistem Distribusi: Mata Pelajaran 2
PERENCANAAN SISTEM
DISTRIBUSI
2. PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI
DURASI : 4 JP
1 Pendahuluan
Hampir seluruh kepulauan di tanah air Indonesia telah terjangkau oleh sistim
kelistrikan yang dikelola oleh PLN, walaupun khususnya untuk kondisi Luar Jawa –
Bali masih terjadi defisit Pasokan, juga masih terdapat daerah layanan yang
terbatas jam operasinya hanya 12 jam. Energi listrik yang dibangkitkan oleh
Pembangkit tenaga listrik jaraknya jauh dari pusat beban sehingga diperlukan sarana
penyaluran yaitu transmisi, distribusi, dan gardu induk dan harus memperhatikan
keandalan (SAIDI dan SAIFI) serta mutu atau kualitas tenaga listrik (frekuensi dan
tegangan). Sistim Kelistrikan di PLN dimulai dari Pembangkit hingga ke Pelanggan
(APP), dapat dilihat pada gambar 1.
Untuk menghitung biaya dalam penyediaan tenaga listrik pertama yang dilakukan
adalah menghitung Harga pokok (Rp/kWh) yang meliputi modal, biaya operasi, gaji
pegawai, dan biaya pemeliharaan. Kemudian ditentukan Harga jual yang merupakan
penjumlahan dari harga pokok ditambah keuntungan. Seteleh itu ditetapkan biaya
tetap, biaya variable dan biaya kVArh. Biaya tetap (Rp/kVA) merupakan biaya waktu
tunggu pembangkit saat pemakaian tenaga listrik tidak optimal. Biaya pemakaian
(Rp/kWh) merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pemakai sesuai pemakaian.
Sedangkan Biaya Daya Reaktif (Rp/kVArh) merupakan biaya yang dikeluarkan oeh
pemakai tenaga listrik karena beban induktif.
Sesuai TDL penyambungan listrik ke pelanggan, daya listrik dibagi sebagai berikut:
a. Titik Transaksi dalam jual tenaga listrik antara Pelanggan dengan Pemasok listrik
c. „Jendela Etalase‟ bagi pelanggan untuk menilai baik buruknya citra Pemasok
dalam melayani pelanggan dibidang kelistrikan.
a. Beban puncak di sisi tegangan menengah (TM) dan tegangan rendah (TR),
a. Membatasi panjang maksimum saluran distribusi (JTM dan JTR) untuk menjaga
agar tegangan pelayanan sesuai standar SPLN 72:1987.
b. Konfigurasi JTM untuk kota-kota besar dapat berupa topologi jaringan yang lebih
andal seperti spindle, sementara konfigurasi untuk kawasan luar kota minimal
berupa saluran radial yang dapat dipasok dari 2 sumber.
c. Transformator distribusi
1) Over Load
e. Pencurian listrik
Di Jawa - Bali
Di Luar Jawa-Bali
1) Selain bisa menyebabkan Relay Over Current penyulang gagal bekerja yang
mengakibatkan pemadaman yang luas, gangguan hubung singkat di penyulan 1
akan memberi dampak “kedip tegangan” di penyulang lain yang tersambung di
bus 20 kV yang sama. Selain itu apabila kapasitas trafo diperbesar maka
breaking capacity PMT juga harus diperbesar sehingga biaya yang ditimbulkan
menjadi mahal.
2) Banyak penyulang yang bisa dipasok dari trafo tenaga besar, biasanya
penyulang umum dan pelanggan besar dilayani secara bersamaan hal ini
menyebabkan pelanggan besar sering mengeluh karena adanya kedip yang
diakibatkan oleh gangguan di jaringan.
Over Load
b. Perumahan : 10 - 20 Watt / m2
c. Hotel : 10 - 30 Watt / m2
d. Sekolah : 15 - 30 Watt / m2
a. jangka panjang
b. jangka menengah
c. jangka pendek
5) Data perkembangan beban pada tahun sebelumnya
4. Pendekatan Perencanaan
Keterkaitan yang sangat erat antara Kebutuhan Fisik JTM, JTR dan Trafo Distribusi
dengan Beban Puncak
Jaringan Tegangan Menengah dipasok dari Gardu Induk atau PLTD sebagai
fungsi panjang jaringan yang diperhitungkan sebagai Susut Energi, Tegangan
yang diijinkan, dan maksimal pembebanan
Misal:
3 x 40 W = 120 W
4 x 100 W= 400 W
Kantor : 60 – 80%
Demand maksimum 100 kW, faktor beban 10%. Berarti Pusat listrik harus
menyediakan daya 100 kW, meskipun dipakai, Rata-rata 10 kW atau 10 %- energi
setahun = 10% x 8760 = 876 jam, Jadi energi yang dipakai = 876 jam x 100 kW =
87.600 kWh/tahun
Peningkatan Mutu & Keandalan (Quality & Reliability) & Penurunan susut energi
• Pemberatan penghantar
Catatan :
Perlu di „back-up‟ dengan analisa yang detil (kapasitas dan lokasi penempatan),
disertai analisa ekonomis („Benefit to Cost‟ atau „Least Cost‟ Analysis)
Catatan :
Perlu di „back-up‟ dengan database lengkap usia peralatan, kondisi peralatan yang
beroperasi, serta masa pakai (life time) dari masing-masing peralatan.
Aliran Daya
Analisa aliran daya pada jaringan Distribusi Tegangan Menengah (TM) seringkali
dilakukan dalam tahap perencanaan sistem distribusi. Adapun kegunaannya antara
lain untuk :
Perhitungan aliran daya merupakan alat bantu yang sangat berguna dalam proses
perencanaan sistem distribusi, dimana didalamnya banyak dilakukan analisa untuk
pengambilan keputusan menentukan alternatif dengan biaya termurah, antara lain :
• Pemilihan level tegangan pasokan suatu pusat beban (dengan transmisi TT atau
dengan penyulang distribusi TM)
• Penentuan kapasitas, lokasi dan waktu dibutuhkannya Gardu Induk TT/ TM baru
d. Usulan Memenuhi Persyaratan Teknis Dan Beberapa Alternatif Yang Least Cost
SAIDI merupakan indikator durasi rata-rata lama padam pasokan listrik yang
bersifat permanen (> 5 menit) yang dirasakan oleh pelanggan pada satu unit
pelayanan tertentu selama satu periode waktu tertentu, yang dihitung dalam
satuan menit/pelanggan.
Dari hasil laporan gangguan JTM, dapat diketahui nilai kinerja gangguan
penyulang per 100 kms, yakni jumlah rata-rata gangguan penyulang setiap 100
kms penyulang yang menyebabkan pemadaman, baik gangguan permanen
maupun temporer pada suatu periode.
Keterangan:
- Gangguan permanen adalah gangguan JTM dengan durasi padam > 5 menit
- Gangguan temporer adalah gangguan JTM yang durasi padamnya ≤ 5 menit
Sumber: 0109.E/DIR/2014 tanggal 14 Maret 2014 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Perhitungan Nilai Kinerja Organisasi (NKO) Direktorat, Unit dan
Anak Perusahaan.
Rasio kerusakan trafo distribusi dideskripsikan sebagai rasio jumlah trafo yang
rusak terhadap jumlah trafo beroperasi pada suatu periode, dengan formula
perhitungan sebagai berikut:
Keterangan :
- Perhitungan jumlah unit trafo yang rusak didasarkan pada jumlah unit trafo
beroperasi yang mengalami kerusakan/gangguan yang mengakibatkan
pemadaman, sehingga memerlukan penggantian trafo baru.
- Jumlah unit trafo beroperasi termasuk penambahan unit trafo baru.
- Sumber: 0109.E/DIR/2014 tanggal 14 Maret 2014 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Perhitungan Nilai Kinerja Organisasi (NKO) Direktorat, Unit dan
Anak Perusahaan.
Dalam penyediaan tenaga listrik disyaratkan suatu level standard tertentu untuk
menentukan kualitas tegangan pelayanan. Secara umum ada tiga hal yang perlu
dijaga kualitasnya, yakni:
3. Keandalan
Akan tetapi, konduktor memiliki nilai impedansi tertentu sehingga setiap kali arus
mengalir melalui konduktor tersebut, akan ada jatuh tegangan di sepanjang
konduktor yang dapat diturunkan dengan Hukum Ohm (V = IZ ). Penurunan
tegangan tersebut tergantung pada dua hal, yaitu :
1. Aliran arus melalui konduktor - semakin tinggi arus, semakin besar tegangan
drop.
Tegangan ujung perlu diperhatikan agar tegangan yang sampai di input peralatan
konsumen tidak melebihi batas toleransi sehingga peralatan konsumen dapat
beroperasi dengan benar. Secara umum, sebagian besar peralatan listrik akan
beroperasi normal pada tegangan serendah 80% dari tegangan nominal. Secara
real Nilai ∆ V biasa berubah-ubah tergantung fluktuasi beban.
Berikut ini adalah rumus untuk menghitung kinerja Mutu Tegangan TM dan Mutu
Tegangan Pelayanan (TR):
g. Keselamatan Kerja
Sebagai indikator adalah jumlah angka kecelakaan akibat listrik pada personil
dan kerusakan pada instalasi / peralatan serta lingkungan. Targetnya adalah
zero accident, berarti tidak ada lagi kecelakaan di lokasi kerja kita baik itu yang
bersifat cidera memerlukan pertolongan pertama atau P3K hingga
mengakibatkan Fatality atau kematian.
a. Memaksimalkan ketersediaan
1. Secara terus menerus harus dipastikan data aset peralatan distribusi disetiap
PLN Unit Pelaksana ada, benar dan selalu terbarukan
2. Pengelolaan data aset secara bertahap agar terintegrasi dalam pengelolaan data
Usaha Jaringan yang terpusat secara Nasional. PLN Unit wajib melaksanakan
pembinaan dan mengkoordinasikan pengelolaan data aset ditiap PLN Unit
Pelaksana asuhannya.
3. Dalam hal pengelolaan Tata Usah Jaringan belum terintegrasi dengan data induk
pelanggan, setiap akhir proses penyalaan sambungan pelayanan ke konsumen
baru data aset jaringan. APP dan data pelanggan baru. harus dipastikan telah di
masukan ke dalam data aset Jaringan di tiap PLN Unit Pelaksana, baik secara
manual maupun otomatis.
4. Validasi kesesuaian data aset atas masuknya pelanggan baru. secara periodik
wajib dilaksanakan oleh manajemen PLN Unit Pelaksana.
5. Pada pengelolaan data asset peralatan gardu distribusi dan peralatan khusus
lainnya seperti AVR dan Recloser dicatat data histories peralatan tersebut mulai
saat dipasang, kondisi-kondisi gangguan seria pemeliharaan yang telah
dilaksanakan.
7. PLN Unit Pelaksana melakukan evaluasi kinerja pada setiap peralatan distribusi
untuk pengambilan Keputusan Manajemen sehingga diperoleh Kinerja Sistem
Distribusi yang terbaik.
Kelayakan teknis
Kelayakan ekonomis
Proyek
Engineering
Fungsi
Tertinggi
Solusi Terbaik
Beayanya
Terendah
Gambar 5 Kelayakan
Lingkungan fisik :
Lingkungan Ekonomi :
Bernilai atau berharga tidaknya suatu desain, produk atau jasa selain ditinjau dari
aspek fungsional (teknis) juga diukur secara ekonomis.
Physical Economic
Envrm. Envrm.
Alternatif
Tinjauan Ekonomis :
o Output dan input dalam unit satuan ekonomis (uang atau “monetary term”)
o “ Manfaat ekonoms per unit dari fisik output, harus selalu lebih besar dari-
pada beaya per unit dari fisik input “
o Hal ini terkait dengan pemahaman tentang konsep “ nilai tambah ( value
added ) “
Lingkungan Lingkungan
Fisik Ekonomi
o Terjemahan itu akan terjadi dengan sangat mudah, apabila seorang Ahli
Teknik membuat kerangka konsep dasarnya berupa analisa ekonomi
sehingga menjembatani kesenjangan antara aspek fisik dan ekonomi dari
suatu rancangan teknik, yang mana khusunya dijabarkan oleh seseorang
yang tidak berbasis teknik tetapi terpaksa membaca rancangan teknik.
“ Nilai “ (Value) :
o Nilai Ekonomis.
F ∑(+)
Formulasinya V = =
C ∑(-)
Banyak Manfaat untuk kebutuhan uang yang rendah (More function for less
money) “
Menaikkan harga
2. Asumsi :
5. Hubung singkat :
7. Analisa lingkungan:
7.1 UPL
8. Kesimpulan KKO :
9.6 Tabel-tabel
1. Asumsi ( Lampiran A ):
Present Worth adalah Perhitungan yang dilakukan dilakukan pada kondisi awal /
sekarang. First cost dan installation sudah dalam kondisi PW sehingga faktor interest
tidak perlu diperhitungkan lagi.
Metode untuk menghitung interest rate biasanya dilakukan dengan Trial and error
dimana setelah interest rate diasumsikan selanjutnya dihitung PW atau A. Dengan
metode interpolasi akan didapat interest rate ( i *).
Pengertian ROR, pada prinsipnya sama dengan Profit dalam teori ekonomi,
sehingga diperoleh kondisi :
dimana :
dimana :
Hasil yang diperoleh diinvestasikan pada proyek lain dengan ROR yagn berbeda
Suatu proyek dikatakan layak dengan menggunakan analisa manfaat biaya, bila :
B/C >= 1.
Analisa Titik Impas (BEP) dipakai untuk menentukan volume produk yang harus
dibuat agar suatu operasi produksi tetap menguntungkan, dengan memperhatikan
unit-unit fixed cost (FC), variable cost (VC) dan biaya per unit produk. (C).
Kelemahan metode ini mengabaikan konsep nilai uang dari waktu dan semua
aliran kas yang terjadi setelah periode pengembalian diabaikan.
9. Soal Latihan
Pililah salah satu jawaban yang paling benar :
d. Betul semua
3. adalah proses produksi/ konstruksi yang ditujukan untuk mencapai hasil yang
sebesar-besarnya, dengan ongkos yang terendah untuk semua inputannya disebut :
a. Ekonomi Teknik
b. Tujuan ekonomis
c. Analisis ekonomi
d. Rancangan Teknis
4. Suatu kebiasaan/perilaku dari individu atau sekelompok orang, berkontribusi
sehingga menghasilkan kepuasan dari pelanggannya disebut :
a. Ekonomi Teknik
b. Tujuan ekonomis
c. Analisis ekonomi
d. Rancangan Teknis
5. Banyak Ahli Teknik kurang berhasil dalam design-nya, bukan karena faktor
rancangan teknis atau proses konstruksi-nya (MFG), tetapi justru karena kesalahan
dalam :
a. Ekonomi Teknik
b. Tujuan ekonomis
c. Analisis ekonomi
d. Rancangan Teknis