Anda di halaman 1dari 2

Aku Generasi Unggul Kebanggaan Bangsa Indonesia

Sebelum saya berbicara banyak tentang diri saya dan hubungannya dengan
generasi unggul kebanggan bangsa Indonesia, terlebih dahulu saya akan sedikit
memperkenalkan tentang diri saya. Oke nama saya Widya An Nisa Mukramah, nama ini
diberikan 18 tahun silam dan sekarang saya sedang menempuh pendidikan S1 di
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry. Program studi yang saya ambil dan sedang saya
jalankan ini adalah Pendidikan Fisika. Baiklah sekarang saya akan menuangkan
beberapa ide saya tentang “Aku Generasi Unggul Kebanggan Bangsa Indonesia”.

Seperti yang kita ketahui bahwa Bangsa Indonesia yang kita cintai ini telah
merdeka dari jajahan Negara lain 71 tahun lamanya. Namun bagi saya pribadi
pernyataan tentang kemerdekaan Indonesia 71 tahun sudah belum lah konkrit
sepenuhnya. Masih banyak hal yang harus di benahi oleh Bangsa Indonesia melalui
tangan-tangan generasi muda yang menjadi tonggak oleh Bangsa ini. Keprihatinan
terhadap kemiskinan dan kriminalitas masih menjadi momok permasalahan sampai
sekarang ini. Tak usai sampai situ MEA (Mayarakat Ekonomi Asean) yang sekarang ini
sudah di legal kan oleh pemerinntah Indonesia haruslah menjadi perhatian bagi pemuda-
pemudi. Saya pribadi yang hanya seorang anak pulau yang lebih tepatnya Pulau Weh
ingin sekali menjadikan Pulau Weh atau yang lebih dikenal dengan Sabang menjadi
destinasi wisata halal yang dikenal tidak hanya lokal saja namun bisa sampai manca
negara.

Menjadi bagian dari program generasi unggul tahun 2025 yang akan mendatang
adalah kebanggaan bagi saya. Secara tidak langsung tentunya saya telah menjadi bagian
dari bagian skema tersebut lantaran saat ini saya sedang mengenyam pendidikan S1 di
salah satu perguruan tinggi di Aceh. Sungguh besar cita-cita saya untuk menjadi orang
yang beruntung yang dapat berjuang dan berkontribusi bagi bangsa. Dan saya yakin
bahwa saya adalah satu dari generasi unggul tersebut. Karena saya adalah pribadi
pekerja keras yang selalu haus akan ilmu pengetahuan. Sejak kecil saya telah jatuh cinta
pada ilmu pengetahuan eksat dan agama. Minat dan bakat saya berada disana. Dari
bangku sekolah dasar hingga SMA saya berkutat di olimpiade sains dan agama. Sejak
SD saya sudah banyak menjuarai berbagai perlombaan pidato dan cerita pendek
keagamaan dan tak usai sampai disitu ketika saya SMP bakat itu pun terus melekat,
bukan berkurang malah bertambah, saya mengikuti cerdas cermat agama hingga
olimpiade fisika. Alhamdulillah mendapatkan juara walaupun bukan peringkat pertama.

Lanjut masa SMA, tak jauh berbeda namun saya mulai menyukai dan mencintai
organisasi, saat itu saya mencalonkan diri menjadi bagian dari OSIS di SMAN 1
Sabang. Alhamdulillah saya di beri kepercayaan pada tahun 2014 menjabat sebagai
sekretaris OSIS dan tahun 2015 sebagai bendahara OSIS. Banyak hal yang saya pelajari
dari OSIS, salah satunya saya belajar bagaimana kekompakan dalam suatu team bisa
menyelesaikan suatu permasalahan. Menurut saya generasi unggul adalah generasi
yang tak hanya mementingkan dirinya sendiri melainkan pula memiliki awareness
kepada orang lain. Tak berhenti sampai disitu banyak dari teman dan guru yang senang
akan kerja saya dan team sehingga saya disuruh untuk melanjutkan lagi. Saya pikir ini
merupakan bentuk pengabdian saya kepada sekolah ini dengan tetap terus berjalan
seimbang antara organisasi dan pelajaran saya pun tetap mendapatkan peringkat 3 besar
di SMA dari semester 1 hingga semester 5. Saya pikir ini pun sesuai dengan perkataan
Bung Karno “Jangan lihat apa yang telah Negara berikan kepadamu, namun apa yang
sudah kamu berikan untuk Negara”. Kata-kata ini cukup memotivasi saya sebagai
generasi unggul kebanggaan bangsa untuk menyalurkan potensi potensi yang saya
miliki.

Peran saya sebagai generasi muda sangatlah diperlukan, itu pula yang menjadi
landasan saya untuk mengambil jurusan kuliah yaitu FKIP Fisika. Minimnya guru fisika
di daerah saya membuat saya terdorong untuk mencintai dunia fisika. Hal ini pula yang
memacu saya mengikuti olimpiade fisika SMA tingkat kota dan alhamdulillah mendapat
peringkat 3. Tak usai sampai disitu persaingan ini pun lanjut ke tingkat provinsi namun
sayangnya saya gagal.

Anda mungkin juga menyukai