Anda di halaman 1dari 98

SKRIPSI

POLA KOMUNIKASI SOSIAL MASYARAKAT PASAR TERAPUNG

DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN HIDUP DI SUNGAI BARITO

KALIMANTAN SELATAN

Oleh:

USWATUN HASANAH DM

06520160015

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS SASTRA & ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2021
ii
iii
ABSTRAK

USWATUN HASANAH DM. 06520160015. Pola Komunikasi Sosial


Masyarakat Pasar Terapung dalam Pemenuhan Kebutuhan Hidup di Sungai
Barito Kalimantan Selatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: pola komunikasi, pola interaksi


sosial, dan tradisi akad jual beli masyarakat Pasar Terapung di Sungai Barito
Kalimantan Selatan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang
dilaksanakan di sungai barito Muara Sungai Kuin, Banjarmasin, Kalimantan
Selatan. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode wawancara
kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis data kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Komunikasi sosial yang dilakukan
oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya di Pasar Terapung Sungai
Barito Kalimantan Selatan terjadi pada saat transaksi jual beli mulai dari proses
menawarkan barang, proses tawar menawar, dan proses kesepakatan antara
penjual dan pembeli. Interaksi sosial ditinjau berdasarkan empat bentuk interaksi
sosial yaitu: kerja sama, persaingan, akomodasi, dan konflik. Kerja sama
dilakukan dalam bentuk patungan untuk menyewa kapal untuk berbelanja,
persaingan terjadi antar pedagang untuk mendapatkan pembeli, akomodasi terjadi
dalam bentuk upaya penyesuaian harga pada saat tawar menawar, dan konflik
yang terjadi berupa konflik komunikasi dengan wisatawan atau pembeli yang
tidak paham bahasa setempat yaitu Bahasa Banjar. Tradisi yang dilakukan dalam
jual beli di Pasar Terapung Sungai Barito Kalimantan Selatan yaitu tradisi akad.
Tradisi akad tersebut merupakan proses persetujuan antara penjual dan pembeli
dimana penjual mengucapkan kata “dijuallah” dan pembeli mengucapkan kata
“ditukarlah”.

Kata Kunci: pola komunikasi, interaksi, sosial, pasar terapung

iv
ABSTRACT

USWATUN HASANAH DM. 06520160015. Social Communication Pattern of


Floating Market Community in Fulfilling Life Needs in Barito River, South
Kalimantan.

This study aims to find out: communication patterns, patterns of social


interaction, and the tradition of buying and selling agreements of floating market
people in the Barito River, South Kalimantan. This research is a type of
qualitative research conducted in the barito river Muara Sungai Kuin,
Banjarmasin, South Kalimantan. The data in this study was collected by interview
method then analyzed using qualitative data analysis techniques.
The results showed that: Social communication conducted by the
community in meeting the needs of his life in the Floating Market Barito River
South Kalimantan occurred at the time of the sale and purchase transactions
ranging from the process of offering goods, the process of bargaining, and the
process of agreement between sellers and buyers. Social interactions are reviewed
based on four forms of social interaction: cooperation, competition,
accommodation, and conflict. Cooperation is carried out in the form of joint
ventures to rent ships for shopping, competition occurs between merchants to get
buyers, accommodation occurs in the form of price adjustment efforts at the time
of bargaining, and conflicts that occur in the form of communication conflicts
with tourists or buyers who do not understand the local language, namely Banjar
language. The tradition that is carried out in the sale and purchase in the Floating
Market of the Barito River of South Kalimantan is the tradition of contracts. The
tradition of the agreement is a process of approval between the seller and the
buyer where the seller pronounces the word "sold" and the buyer pronounces the
word "exchanged".

Keywords: communication patterns, interaction, social, floating market

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat

Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi dengan judul “Pola Komunikasi Sosial Masyarakat Pasar Terapung dalam

Pemenuhan Kebutuhan Hidup di Sungai Barito Kalimantan Selatan”.

Penulisan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam

jenjang Strata 1 Universitas Muslim Indonesia. Proses penulisan skripsi ini tidak

terlepas dari hambatan dan kesulitan, namun berkat bantuan dan kerjasama dari

berbagai pihak segala hambatan dan rintangan tersebut akhirnya dapat diatasi

dengan baik.

Dalam kesempatan ini penulis dengan tulus hati menyampaikan

terimakasih kepada Allah SWT dan juga kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Basri Modding, SE. M.Si, selaku Rektor Universitas

Muslim Indonesia.

2. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Basri Dalle, M Hum, selaku Dekan Fakultas

Sastra dan Ilmu Komunikasi.

3. Ibu Dr. Hadawiah, S.E, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi.

4. Bapak Dr. Ahdan, S.Sos., M.Si. dan Ibu Dr. Hadawiah, S.E, M.Si. selaku

pembimbing skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama

menyusun skripsi serta memberikan begitu banyak ilmu yang sangat

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh Bapak/Ibu dosen jurusan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan

pengetahuan yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan bagi penulis

vi
antara lain : bapak Abd. Majid, S.Sos., M.Si, ibu (alm) Rayudaswati, S.Sos.,

M,Si, bapak Drs. Amaluddin, M.Si, bapak Muhammad Ilham, S.S., M.Si,

bapak Muhammad Idris, S.Sos., M.Ikom, serta dosen-dosen yang telah

mengajar saya dimasa perkuliahan namun tidak dapat saya sebutkan satu

persatu.

6. Kedua orang tua saya, Ayahanda AKBP Abdul Gani, SH. dan Ibunda Wiwin

Windasari. Terima kasih tak terhingga saya ucapkan atas jerih payahnya yang

membesarkan, merawat, memberikan restu, doa, dukungan dan motivasi yang

tiada hentinya kepada penulis.

7. Dan tidak lupa juga penulis ucapkan Terima Kasih kepada Saudara dan

Saudari penulis, Nuril Amaliah Fatimah DM dan Muhammad Adli DT selaku

Kakak penulis dan Usamah Fattaqun DI selaku adik bungsu penulis, yang

mengetahui suka duka dan menjadi support system dalam hidup penulis.

8. Tidak lupa juga penulis ucapkan Terimakasih Banyak kepada sepupu-sepupu

penulis, Keluarga Besar Usman Daeng Matakko dan Halawiah Daeng

Kumala. anak-anak dari bapak Abdul Rajab Usman yang banyak mensponsori

penulis selama awal perkuliahan hingga selesai perkuliahan. Semoga

Megawati Putri Rajab, Ilmia Minne Rajab, St. Ainun Jariah Rajab, Sry

Rahayu Rajab, Mardhatillah DS, Nur Islamia, Aminarianti dilimpahkan

Rezekinya dan selalu dalam lindungan Allah SWT.

9. Para informan, Bapak dan Ibu yang merupakan pembeli dan penjual di Pasar

Terapung Sungai Barito yang telah bersedia menjadi informan penelitian.

vii
10. Dan teman-teman yang penulis cintai, yang telah mewarnai masa perkuliahan

penulis dari awal hingga akhir. Yaitu Hadija Mawaddah, Zhavira Irmalia,

Dinda Sri Dayanti, Atira Cantik, Nur Avni, Ema Sukmati Idris, Uswatun

Hasanah, Asma Usul Husna, Dahlia Jafar. Terimakasih telah menjadi sahabat

penulis, bersama-sama kita lewati suka dan duka masa pekuliahan, perjuangan

yang tidak akan pernah penulis lupakan.

11. Seluruh teman-teman yang sudah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Mulai dari pembuatan Proposal Yaitu, Ema, Dije, Jannah, Ain dll yang telah

banyak berkontribusi membantu penulis menyelesaikan penelitian ini.

12. Dan Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Himpunan Mahasiswa Ilmu

Komunikasi (HIMIKOM UMI) yang telah menjadi wadah bagi penulis untuk

berproses dalam mencari jati diri. dan pastinya banyak hal yang penulis

pelajari dari HIMIKOM UMI yang tidak bisa penulis uraikan dengan kata-

kata. Terimakasih terkhusus kepada teman-teman Parad16ma ku, terimakasih

telah menemani penulis berproses dalam mencari jati diri. Keep Solid Till The

End, PENGARUHI.

Penulis meyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna

dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik

yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

para pembaca dan semua pihak.

Makassar , 25 Januari 2021

Uswatun Hasanah DM

viii
DAFTAR ISI

SAMPUL.................................................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .......................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN MAJELIS PENGUJI ................................................. iii

ABSTRAK ............................................................................................................. iii

ABSTRACT ............................................................................................................ v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiiii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ...........................................................................................1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................4

C. Tujuan Penelitian .......................................................................................5

D. Manfaat Penelitian .....................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 6

A. Pola Komunikasi Sosial .............................................................................6

B. Konsep Interaksi Sosial............................................................................10

C. Pasar Terapung.........................................................................................14

D. Tindakan Tradisi ......................................................................................19

E. Teori Penelitian ........................................................................................20

F. Hasil Penelitian Relevan ..........................................................................29

G. Kerangka Konsep .....................................................................................33

H. Alur Pikir .................................................................................................35

ix
I. Definisi Operasional ................................................................................35

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 38

A. Tipe Penelitian .........................................................................................38

B. Pendekatan Etnografi Komunikasi ..........................................................39

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................40

D. Informan Penelitian..................................................................................40

E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................40

F. Teknik Analisis Data................................................................................42

G. Data Informan ..........................................................................................44

H. Field Note Penelitian................................................................................45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 48

A. Hasil Penelitian ........................................................................................48

B. Pembahasan..............................................................................................64

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 71

A. Kesimpulan ..............................................................................................71

B. Keterbatasan Penelitian ............................................................................72

C. Saran ........................................................................................................73

D. Rekomendasi Penelitian ...........................................................................74

GLOSARIUM ....................................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 76

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Relevan................................................................................. 29

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2 Skema Kerangka Pikir ....................................................................... 35

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasar terapung di Kuin Utara-Alalak yang berlangsung di atas sungai

Barito merupakan tradisi turun temurun sebagai bentuk adaptasi masyarakat yang

hidup di pinggiran sungai. Segala aktivitas berlangsung di sungai. Berbagai

kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi dengan aktivitas di sungai, seperti

transportasi dan perdagangan. Aktivitas sungai memberikan manfaat besar bagi

masyarakat karena menjadi tonggak perekonomian masyarat Banjar, sehingga

pasar terapung tetap berlangsung hingga saat ini. Pengetahuan tentang cara

berdagang di atas air, penggunaan sistem barter, cara mengendalikan

jukung/perahu dan menjadi budaya masyarakat pedagang pasar terapung dari

jaman ke jaman ini diistilahkan dengan tradisi dan kearifan lokal (tradition and

local wisdom/ indigenous knowledge).

Layaknya aktivitas pasar pada umumnya, pasar terapung merupakan pasar

yang menjual barang- barang dagangan seperti barang kebutuhan sehari-hari, baik

berupa bahan-bahan makanan pokok, barang yang menjadi keperluan sehari-hari

(pancarekenan), ikan, buah-buahan, sayur-sayuran, menjual makanan tradisional

(kue-kue dan nasi) atau disebut kuliner atau rombong, bahkan ada yang berjualan

bahan-bahan sekunder seperti pakaian dan lain-lain yang dapat dijual oleh

masyarakat Banjar dan sekitarnya. Kebutuhan dipenuhi dengan adanya pedagang

berperahu yang menjajakan kebutuhan sehari-hari di sungai.

1
2

Para pedagang pasar terapung di sungai Barito tersebut berasal dari

daerah-daerah di sekeliling Kecamatan Banjarmasin Utara, daerah Barito Kuala,

Marabahan, Martapura, dan di antaranya ada yang datang dari beberapa daerah

kabupaten lain di Kalimantan Selatan, misalnya para pedagang ikan, merupakan

pedagang langsung yang datang dari daerah nelayan, yaitu dari daerah Kurau dan

daerah Batakan yang terletak di kabupaten Pelaihari dan menempuh jarak

perjalanan kurang lebih antara 5 sampai 8 jam dengan menggunakan perahu yang

lebih besar. Kemudian yang lainnya misalnya dari kabupaten Hulu Sungai, baik

Hulu Sungai utara (Amuntai) yang membawa dagangannya berupa buah-buahan

seperti pisang, semangka, gumbili (ketela), dan dari Hulu Sungai Selatan (Negara)

membawa dagangan berupa buah-buahan seperti semangka dan hasil kerajian

masyarakat daerah seperti dapur (alat untuk memasak), dan lain-lain.

Pedagang yang datang dari daerah hulu sungai, biasanya membawa

dagangan dengan kapal yang muatan lebih besar. Terkadang para pedagang ini

harus bertahan untuk beberapa hari di pasar Terapung sampai barang dagangan

habis terjual. Setelah beberapa hari berdagang, mereka pulang kembali ke

daerahnya untuk istirahat di rumah sambil mengumpulkan barang dagangan dari

hasil kebun sendiri atau dengan cara membeli hasil kebun masyarakat di

daerahnya untuk dibawa berdagang lagi.

Komunikasi social mengisyaratkan bahwa berkomunikasi itu penting

untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kepentingan hidup,

untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara

lain lewat komunikasi yang menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang
3

lain. Orang yang tidak berkomunikasi dengan manusia, bisa dipastikan akan

tersesat, karena ia tidak berkesempatan menata dirinya dalam suatu lingkungan

social.

Komunikasi memungkinkan individu membangun suatu kerangka rujukan

dan menggunakannya sebagai panduan untuk menafsirkan situasi apapun yang ia

hadapi. Komunikasi pula yang memungkinkannya mengajari dan menerapkan

strategi-strategi adaptif untuk mengatasi situasi problematiknya.

Maka dari itu, fungsi komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa

komunikasi penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk

kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagian, terhindar dari tekanan dan

ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang menghibur, dan memupuk

hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan

anggota masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, RW, desa,

kota, dan negara secara keseluruhan) untuk mencaoai tujuan bersama.

Implisit dalam fungsi komunikasi sosial ini adalah fungsi komunikasi

kultural. Para ilmuwan sosial memngaku bahwa budaya dan komunikasi itu

mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua sisi dari satu mata uang. Budaya

menjadi bagian dari perilaku komunikasi, dan pada gilirannya komunikasi pun

turut menentukan, memelihara, mengembangkan artau mewariskan budaya. Benar

kata Edward T.Hall bahwa “budaya adalah komunikasi” dan “komunikasi adalah

budaya.”

Pada satu sisi, komunikasi merupakan mekanisme untuk mensosialisasikan

norma-norma budaya masyarakat, baik secara horizontal, dari suatu masyarakat


4

kepada masyarakat lainnya, ataupun secara vertical, dari suatu generasi kepada

generasi berikutnya. Pada sisi lain, budaya menetapkan norma-norma

(komunikasi) yang dianggap sesuai untuk suatu kelompok.

Proses pemenuhan kebutuhan hidup manusia dimulai dari melakukan

pertukaran barang antara satu dan lainnya yang saling membutuhkan (double

coincidence), salah satu bentuk pertukaran barang ialah pasar dan pasar dan pasar

terapung salah satunya, pasar terapung ialah pasar yang berada di atas perairan

yang menggunakan jukung sebagai transportasi perdagangan, dalam hal ini

komunikasi sosial yang terjadi antar pedagang mengakibatkan satu dengan yang

lain dapat memberi pengaruh dalam bersikap dan berperilaku dalam kegiatan

ekonomi dan saling memengaruhi. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti

tertarik untuk meneliti dengan judul “Pola Komunikasi Sosial Masyarakat Pasar

Terapung dalam Pemenuhan Kebutuhan Hidup di Sungai Barito Kalimantan

Selatan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana pola komunikasi masyarakat Pasar Terapung di Sungai Barito

Kalimantan Selatan?

2. Bagaimana pola interaksi sosial masyarakat Pasar Terapung di Sungai

Barito Kalimantan Selatan?

3. Bagaimana tradisi akad jual beli masyarakat Pasar Terapung di Sungai

Barito Kalimantan Selatan?


5

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui pola komunikasi masyarakat Pasar Terapung di Sungai

Barito Kalimantan Selatan.

2. Untuk mengetahui pola interaksi sosial masyarakat Pasar Terapung di

Sungai Barito Kalimantan Selatan.

3. Untuk mengetahui tradisi akad jual beli masyarakat Pasar Terapung di

Sungai Barito Kalimantan Selatan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah bagi

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu komunikasi

yang membahas tentang strategi komunikasi Satuan Pembinaan Masyarakat

dalam mencegah tindakan kriminalitas pembegalan di kota Makassar.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi masyarakat di pasar terapung

Kalimantan selatan bahwa komunikasi sosial yang terjadi membuat satu

pedagang dengan pedagang lainnya dapat saling mempengaruhi.

3. Manfaat Metodologis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pengembangan kajian-

kajian penelitian kualitatif, khususnya dalam penelitian interaksi sosial.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pola Komunikasi Sosial

1. Definisi Komunikasi Sosial

Komunikasi sosial mengisyaratkan bahwa berkomunikasi itu penting

untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kepentingan hidup,

untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara

lain lewat komunikasi yang menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang

lain. Orang yang tidak berkomunikasi dengan manusia, bisa dipastikan akan

tersesat, karena ia tidak berkesempatan menata dirinya dalam suatu lingkungan

sosial.

Komunikasi memungkinkan individu membangun suatu kerangka rujukan

dan menggunakannya sebagai panduan untuk menafsirkan situasi apapun yang ia

hadapi. Komunikasi pula yang memungkinkannya mengajari dan menerapkan

strategi-strategi adaptif untuk mengatasi situasi problematiknya.

Maka dari itu, fungsi dari komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan

bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri,

untuk kelangsungan hidup , untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari

tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang menghibur, dan

memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui komunikais kita bekerja sama

dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT,

RW, desa, kota dan negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama.

6
7

Salah satu perangkat komunikasi sosial adalah media tradisional, di

Indonesia banyak ragam media tradisional yang masih sering digunakan

masyarakat dalam menyampaikan pesan, ide, ataupun pendapat. Media tradisional

terdapat dalam bentuk kesenian rakyat maupun dalam bentuk komunikasi lisan

yang biasa dilakukan pada kelompok-kelompok masyarakat di daerah tertentu.

Unsur-unsur komunikasi dalam komunikasi sosial, yaitu komunikator

(pihak yang memulai komunikasi), amanat (hal-hal yang disampaikan dapat

berupa perintah, kabar, buah pikiran, dan sebagainya), media (daya upaya yang

dipakai untuk menyampaikan amanat kepada penerima), komunikan (orang atau

satuan orang-orang yang menjadi sasaran komunikasi), dan tanggapan (respons)

dalah tujuan yang diharapkan oleh komunikator.

2. Bentuk-Bentuk Komunikasi Sosial

Cangara (2016) mengemukakan bahwa para pakar komunikasi berbeda

pendapat dalam menetapkan bentuk-bentuk komunikasi. Sebuah kelompok

sarjana komunikasi Amerika membagi bentuk komunikasi kepada lima macam

tipe, yakni komunikasi antarpribadi (interpersonal communication), komunikasi

kelompok kecil (small group communication), komunikasi organisasi

(organization communication), komunikasi massa (mass communication) dan

komunikasi publik (public communication). Sedangkan menurut Effendy (2017),

bentuk-bentuk komunikasi dirangkum ke dalam tiga jenis, yaitu komunikasi

pribadi, komunikasi kelompok, dan komunikasi massa.


8

a. Komunikasi Pribadi

Komunikasi pribadi terdiri dari dua jenis, yaitu: pertama, komunikasi

intrapribadi (intrapersonal communication). Komunikasi intrapribadi adalah

komunikasi yang berlangsung dalam diri seseorang. Orang yang bersangkutan

berperan sebagai komunikator maupun sebagai sebagai komunikan. Dia berbicara

pada dirinya sendiri. Pola komunikasi dengan diri sendiri terjadi karena seseorang

menginterpretasikan sebuah objek yang diamatinya dan memikirkannya kembali,

sehingga terjadilah komunikasi dalam dirinya sendiri (Cangara, 2016).

Kedua, komunikasi antarpribadi (interpersonal communication), yaitu

komunikasi yang berlangsung secara dialogis antara dua orang atau lebih.

Karakteristik komunikasi antar pribadi sebagaimana dikemukakan oleh Sendjaja

(2003:41) yaitu sebagai berikut:

1) dimulai dari diri sendiri


2) sifatnya transaksional karena berlangsung serempak
3) komunikasi yang dilakukan tidak hanya mencakup aspek-aspek isi pesan
yang dipertukarkan, tetapi juga meliputi hubungan antar pribadi
4) adanya kedekatan fisik antara pihak-pihak yang berkomunikasi
5) adanya saling ketergantungan antara pihak-pihak yang berkomunikasi
6) Keenam tidak dapat diubah maupun diulang. Maksudnya jika salah dalam
pengucapan mungkin dapat minta maaf, tetapi itu bukan berarti
menghapus apa yang telah diucapkan.

b. Komunikasi Kelompok

Michael Burgoon dan Michel Ruffner dalam Sendjaja (2003) menjelaskan

komunikasi kelompok adalah komunikasi tatap muka yang dilakukan tiga atau

lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti

berbagai informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua

anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat.


9

c. Komunikasi Massa

Sendjaja (2003) mengemukakan bahwa komunikasi massa merupakan

sebuah proses penyampaian pesan melalui saluran-saluran media massa, seperti

surat kabar, radio, televisi dan film yang dipertunjukkan di gedung-gedung

bioskop. Oleh karena pesan yang disampaikan bersifat massal, maka karakteristik

komunikasi massa adalah bersifat umum. Artinya, pesan yang disampaikan

bersifat heterogen karena ditujukan untuk seluruh anggota masyarakat. Pesan

yang disampaikan juga bersifat serempak dan seragam serta hubungan antar

komunikan dengan komunikator sifatnya nonpribadi.

Adapun bentuk-bentuk atau jenis-jenis komunikasi sosial adalah

komunikasi langsung, komunikasi tidak langsung, komunikasi satu arah,

komunikasi timbal balik, komunikasi bebas, komunikasi fungsional, komunikasi

individual, komunikasi missal. Sedangkan fungsi komunikasi sosial adalah

memberi informasi, mem- ber bimbingan dan member hiburan (Sutaryo, 2014).

3. Pola Komunikasi

Purwasito (2002: 96) mengemukakan bahwa pola komunikasi adalah cara

seseorang individu atau kelompok itu berkomunikasi. Sementara ini menurut

Soekanto (2017), pola komunikasi adalah suatu gambaran yang sederhana dari

proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi

dengan komponen lainnya.

DeVito dalam Azeharie (2016) kemudian mengelompokkan pola

komunikasi yaitu sebagai berikut:


10

a. Pola Komunikasi Primer

Pola komunikasi primer merupakan suatu proses penyampaian oleh

komunikator kepada komunikan dengan menggunakan suatu simbol sebagai

media atau saluran. Dalam pola ini terbagi menjadi dua lambang yaitu

lambang verbal dan nonverbal. Lambang verbal yaitu, bahasa yang paling

sering digunakan karena bahasa mampu mengungkapkan pikiran komunikator.

Sedangkan lambang nonverbal yaitu lambang yang digunakan dalam

berkomunikasi yang bukan bahasa, namun merupakan isyarat dengan

menggunakan anggota tubuh antara lain; mata, kepala, bibir, tangan dan lain

sebagainya.

b. Pola Komunikasi Sekunder

Pola komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian oleh

komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana

sebagai media kedua setelah memakai lambang pada media pertama.

Komunikator yang menggunakan media kedua ini karena yang menjadi

sasaran komunikasi yang jauh tempatnya atau banyak jumlahnya. Dalam

proses komunikasi secara sekunder ini semakin lama akan semakin efektif dan

efisien, karena didukung oleh teknologi informasi yang semakin canggih.

B. Konsep Interaksi Sosial

1. Pengertian Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut

hubungan antar individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan

kelompok. Tanpa adanya interaksi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan
11

bersama. Proses sosial adalah suatu interaksi atau hubungan timbal balik atau

saling mempengaruhi antar manusia yang berlangsung sepanjang hidupnya

didalam masyarakat.

Interaksi sosial berarti hubungan dinamis antar individu, individu dengan

kelompok dan kelompok dengan kelompok. Bentuknya seperti kerjasama,

persaingan, pertikaian, tolong-menolong dan gotong-royong. Soerjono Soekanto

mengatakan interaksi sosial adalah kunci dari seluruh kehidupan sosial, maka

tanpa interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi kehidupan bersama.

Pengertian tentang interaksi sosial sangat berguna dalam memperhatikan

dan mempelajari berbagai masalah masyarakat. Misalnya di Indonesia sendiri

membahas mengenai interaksi-interaksi sosial yang berlangsung berbagai suku

bangsa, golongan agama. Dengan mengetahui dan memahami perihal tersebut

dapat menimbulkan atau mempengaruhi bentuk-bentuk interaksi sosial tertentu.

2. Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Berbicara mengenai syarat-syarat terjadinya interaksi sosial, maka suatu

interaksi sosial tidak akan dapat terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu

adanya kontak sosial (social contact) dan adanya komunikasi.

a. Kontak Sosial (Social Contact)

Kontak sosial merupakan hubungan sosial yang terjadi baik secara fisik

maupun non fisik. Kontak sosial yang terjadi secara fisik yaitu bertemunya

individu secara langsung, sedangkan kontak sosial yang terjadi secara non fisik

yaitu pada percakapan yang dilakukan tanpa bertemu langsung, misalnya

berhubungan melalui media elektronik seperti telepon, radio dan lain sebagainya.
12

b. Komunikasi

Komunikasi adalah memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang

berwujud pembicaraan, gerak-gerak tubuh maupun sikap), perasaan-perasaan apa

yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Individu yang bersangkutan

kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh

individu lain tersebut. Jadi komunikasi merupakan suatu proses dimana satu sama

lainnya saling mengerti maksud atau perasaan masing-masing, tanpa mengerti

maksud atau perasaan satu sama lainnya tidak dapat dikatakan sebagai

komunikasi.

3. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

Adapun bentuk-bentuk interaksi sosial yang perlu diketahui adalah kerja

sama (cooperation), persaingan (competition), dan bahkan dapat juga berbentuk

pertentangan atau pertikaian (conflict). Suatu pertikaian mungkin mendapatkan

suatu penyelesaian, dimana penyelesaian tersebut hanya akan dapat diterima

untuk sementara waktu, yang dinamakan akomodasi (acomodation). Ada pula

bentuk interaksi yang menyangkut dua kebudayaan bercampur menjadi satu,

dalam hal ini dinamakan asimilasi (assimiliation).

Menurut Soekanto (2017) mengemukakan bentuk-bentuk interaksi sosial

yaitu: kerja sama, persaingan, akomodasi, dan konflik. Keempat hal tersebut

dijelaskan sebagai berikut.

a. Kerja Sama (Cooperation)

Kooperasi berasal dari dua kata latin, co yang berarti bersama-sama, dan

operani yang berarti bekerja. Dengan demikian kooperasi berarti bekerja sama.
13

Kooperasi merupakan perwujudan minat dan perhatian orang untuk bekerja

bersama- sama dalam suatu kesepahaman, sekalipun motifnya sering dan biasa

tertuju kepada kepentingan diri sendiri. Pada kenyataannya, realisasi kooperasi itu

diusahakan melalui berbagai macam usaha. Ada empat macam bentuk usaha

kooperasi yang dapat disebutkan, masing-masing adalah sebagai berikut.

1) Tawar-menawar (bargaining), yang merupakan bagian dari proses pencapaian

kesepakatan untuk pertukaran barang atau jasa.

2) Kooptasi (cooptation), yaitu usaha kearah kerja sama yang dilakukan dengan

jalan menyepakati pimpinan yang akan ditunjuk untuk mengendalikan

jalannya organisasi atau kelompok.

3) Koalisi (coalition), yaitu usaha dua organisasi atau lebih yang sekalipun

mempunyai struktur berbeda-beda hendak mengejar tujuan yang sama dengan

cara kooperatif.

4) Patungan (joint-venture), yaitu usaha bersama untuk mengusahakan suatu

kegiatan, demi keuntungan bersama yang akan di bagi nanti, secara

proporsional dengan cara saling mengisi kekurangan masing-masing partner.

5) Kompetisi (competition) merupakan bentuk interaksi sosial disosiatif yang

sederhana.

b. Persaingan

Persaingan adalah perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok

sosial tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa

menimbulkan ancaman atau benturan fisik di pihak lawannya.


14

c. Akomodasi

Akomodasi adalah proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara

pribadi dan kelompok-kelompok manusia untuk meredakan pertentangan. Artinya

proses dimana orang perorang atau kelompok-kelompok manusia yang mula-mula

saling bertentangan, saling mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi

ketegangan-ketegangan.

d. Konflik

Konflik adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat

tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar,

sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang pemisah yang

mengganjal interaksi sosial di antara mereka yang bertikai tersebut.

C. Pasar Terapung

1. Pengertian Pasar

Secara umum pasar merupakan tempat bertemunya penjual (menawarkan

barang atau jasa) dan pembeli (meminta barang atau jasa) yang melakukan

kegiatan transaksi jual beli dan di tandai dengan adanya sebuah kesepakatan di

antara keduanya. Namun terdapat pasar yang tidak mengharuskan seorang

pembeli dan penjual saling bertemu yakni pasar online. W.Y Stanton

mendefenisikan apa itu pasar, yaitu tempat yang bertujuan untuk merencanakan,

mempromosikan, serta mendistribusikan barang dan jasa. Dalam hal ini beliau

mengedepankan kepuasan pembeli. Pendapat ini didukung 100% oleh Philips &

Duncanadan yang mendefenisikan sebuah pasar sebagai sesuatu yang digunakan

untuk menempatkan barang yang dibutuhkan oleh konsumen. Sehingga kedua


15

pendapat W.Y Stanton dan Philips & Duncanadan meyakini bahwa pasar adalah

tempat untuk meletakkan barang-barang untuk dibeli konsumen. Jadi dapat

disimpulkan bahwa pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi,

prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur di mana usaha menjual barang, jasa

dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang.

2. Jenis-Jenis Pasar

a. Pasar Tradisional

Pasar tradisional adalah pasar yang memperjual belikan barang dan jasa

oleh penjual dan pembeli, dan dalam kegiatan transaksinya terdapat proses tawar

menawar di antara keduanya. Pasar tradisional bukanlah sebuah pasar yang asing

bagi kita. Kita sering menjumpainya pada lingkungan daerah sekitar kita. Barang

atau jasa yang diperjual belikan pada umumnya adalah barang atau jasa yang

digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Dalam pasar tradisional

juga selalu di tandai dengan adanya proses tawar menawar hingga menghasilkan

sebuah kesepakatan harga tertentu diantara penjual dan pembeli. Manfaat dari

pasar dari pasar tradisional sendiri adalah memberikan kemudahan dalam

pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat, dikarenakan pasar tradisional dapat

dengan mudah ditemukan di lingkungan masyarakat mengingat pasar tradisional

jumlahnya sangat banyak. Selain itu, proses tawar menawar dapat memberikan

kepuasan tersendiri diantara salah satu pihak. Sehingga para pelaku pasar dituntut

untuk pandai dalam bernegosiasi.


16

b. Pasar Modern

Pasar modern adalah pasar pasar yang bersifat modern yang dimana

barang dagangannya diperjual belikan dengan harga yang pas sehingga tidak ada

aktivitas tawar menawar dan dengan layanan yang baik. Keunggulan pasar ini

yaitu tempatnya bersih dan nyaman, pasar modern tidak hanya menjual kebutuhan

sandang dan pangan saja, pasar tersebut juga menjual kebutuhan pokok dan

sebagian besar barang dagangan yang dijualnya memiliki kualitas yang baik.

Misalnya tempat berlangsungnya pasar ini adalah di mall, plaza, swalayan dan

tempat-tempat berbelanja lainnya, tentunya tempatnya bersih dan nyaman.

c. Pasar Oligopoli

Pasar oligopoli adalah pasar yang penawaran barang atau jasa yang

dikuasai oleh lebih dari dua penjual. Pada umumnya pasar oligopoli terdiri dari

dua atau lebih penjual yang menawarkan barang, namun kurang dari sepuluh

penjual. Jika hanya terdapat dua penjual yang menguasai barang atau jasa yang

ditawarkan, maka pasar tersebut disebut dengan duopoli. Pengertian lain dari

pasar yang didalamnya hanya terdapat dua atau lebih (Kurang dari sepuluh)

menjual produk yang sama (Homogen).

d. Pasar Monopolistik

Pasar monopoli adalah suatu pasar yang hanya dikuasai oleh satu penjual

dan memiliki kekuasaan atas pasar tersebut, sehingga akan susah bagi penjual lain

untuk menyainginya. Pada pasar monopoli ini, penjual bebas menentukan jumlah

harga dan bebas menentukan jumlah barang yang akan di tawarkan kepada
17

pembeli. Dengan adanya kondisi tersebut, akan banyak menguntungkan salah satu

pelaku pasar yaitu produsen yang berkuasa atas pasar.

e. Pasar Uang

Pasar uang adalah pasar yang memperjual belikan berbagai macam

instrumen- instrumen keuangan dalam berbagai macam bentuk dengan jangka

waktu yang pendek. Sama halnya dengan pasar modal, Bentuk instrumen

keuangan dapat berupa hutang atau pinjaman atau dapat berupa modal pribadi.

Jangka waktu yang ada dalam pasar uang pada umumnya adalah jatuh tempo

dalam kurun waktu satu tahun bahkan bisa kurang dari satu tahun. Kata lain dari

pasa uang adalah pasar kredit jangka pendek.

3. Fungsi Pasar

Di antara fungsi pasar yang perlu diketahui adalah sebagai berikut :

a. Fungsi distribusi, dalam kegiatan distribusi, pasar berfungsi mendekatkan

jarak antara konsumen dengan produsen dalam melaksanakan transaksi.

Dalam fungsi distribusi, pasar berperan memperlancar penyaluran barang dan

jasa dari produsen kepada konsumen.

b. Fungsi pembentukan harga, yaitu kesepakatan harga antara penjual dan

pembeli.

c. Fungsi promosi. Pasar merupakan sarana paling tepat untuk ajang promosi.

Pelaksanaan promosi dapat dilakukan dengan cara memasang spanduk,

membagikan brosur, membagikan sampel.


18

4. Konsep Pasar Terapung

Pasar terapung adalah sebuah pasar tradisional yang seluruh aktivitasnya

dilakukan di atas air dengan menggunakan perahu. Suasana pasar terapung yang

unik dan khas adalah berdesak-desakan antara perahu besar dan kecil saling

mencari pembeli dan penjual yang selalu berseliweran kian kemari dan selalu

oleng dimainkan gelombang sungai. Kebanyakan para pedagang adalah wanita.

Menariknya, di Pasar terapung ini juga masih berlaku barter antar pedagang. Tak

ada organisasi pedagang sehingga jumlah mereka yang berjualan tak terhitung.

Mereka datang untuk berjualan, dan bubar dengan sendirinya ketika

matahari pagi mulai terik. Pasar terapung tidak memiliki Organisasi seperti pada

pasar di daratan, sehingga tidak tercatat berapa jumlah pedagang dan pengunjung

atau pembagian pedagang berdasarkan barang dagangan. Pasar ini unik karena

selain transaksi dilakukan di atas perahu, pedagang dan pembelinya juga tidak

terpaku di suatu tempat, tetapi terus bergerak mengikuti arus sungai. Keunikan ini

membuat pasar terapung ini disebut sebagai Pasar Balarut.

Pasar terapung terdapat di Indonesia yaitu tepatnya berada di sungai barito

kota Banjarmasin, Kalimantan selatan. Kegiatan pasar terapung sudah lama

menjadi suatu rutinitas penduduk pesisir sungai barito pada subuh hari sampai

siang hari. Perahu penjual berselaseliwir mencari pembeli karena tidak adanya

tempat yang tetap untuk berkumpul melakukan kegiatan pasar ini dan juga untuk

melakukan kegiatan jual beli ini harus memiliki perahu dikarenakan tidak adanya

jalur darat yang dapat mengakses pasar terapung ini. Karena hal tersebut, tiap

tahun selalu terjadi penyerosotan peminat penjual untuk berdagang di pasar


19

terapung yang cendrung sangat tidak menguntungkan dibandingkan dengan

berdagang di pasar tradisional biasa yang lebih mudah dalam menemukan

pembeli.

D. Tindakan Tradisi

Kata tradisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti adat kebiasaan

turun-temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan dalam masyarakat. Kata

adat itu sendiri berarti aturan atau perbuatan yang lazim diturut atau dilakukan

sejak dahulu kala. Berdasarkan pengertian tersebut, tradisi dapat diartikan sebagai

aturan yang telah menjadi kebiasaan untuk dilaksanakan dalam masyarakat

tertentu.

Sztompka (2007: 69) mengemukakan bahwa tradisi adalah kesamaan

benda material dan gagasan yang berasal dari masa lalu namun masih ada hingga

kini dan belum dihancurkan atau dirusak. Tradisi dapat diartikan sebagai warisan

yang benar atau warisan masa lalu. Namun demikian tradisi yang terjadi berulang-

ulang bukanlah dilakukan secara kebetulan atau disengaja.

Menurut Shils dalam Sztompka (2007: 74), “Manusia tak mampu hidup

tanpa tradisi meski mereka sering merasa tak puas terhadap tradisi mereka”. Maka

Shils menegaskan bahwa suatu tradisi itu memiliki fungsi bagi masyarakat antara

lain:

1. Dalam bahasa klise dinyatakan, tradisi adalah kebijakan turun temurun.

Tempatnya di dalam kesadaran, keyakinan norma dan nilai yang kita anut kini

serta di dalam benda yang diciptakan di masa lalu. Tradisi pun menyediakan

fragmen warisan historis yang kita pandang bermanfaat. Tradisi seperti


20

onggokan gagasan dan material yang dapat digunakan orang dalam tindakan

kini dan untuk membangun masa depan.

2. Memberikan legitimasi terhadap pandangan hidup, keyakinan, pranata dan

aturan yang sudah ada. Semuanya ini memerlukan pembenaran agar dapat

mengikat anggotanya. Salah satu sumber legitimasi terdapat dalam tradisi.

Biasa dikatakan: “selalu seperti itu” atau orang selalu mempunyai keyakinan

demikian” meski dengan resiko yang paradoksal yakni bahwa tindakan

tertentu hanya akan dilakukan karena orang lain melakukan hal yang sama di

masa lalu atau keyakinan tertentu diterima semata-mata karena mereka telah

menerima sebelumnya.

3. Menyediakan simbol identitas kolektif yang meyakinkan, memperkuat

loyalitas primordial terhadap bangsa, komunitas dan kelompok. Tradisi

daerah, kota dan komunitas lokal sama perannya yakni mengikat warga atau

anggotanya dalam bidang tertentu.

4. Membantu menyediakan tempat pelarian dari keluhan, kekecewaan dan

ketidakpuasan kehidupan modern. Tradisi yang mengesankan masa lalu yang

lebih bahagia menyediakan sumber pengganti kebanggaan bila masyarakat

berada dalam krisis.

E. Teori Penelitian

1. Teori Konstruksi Realitas Sosial

Konstruksi Sosial atas Realitas (Social Construction of Reality)

didefinisikan sebagai proses sosial melalui tindakan dan interaksi dimana individu

atau sekelompok individu, menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang


21

dimiliki dan dialami bersama secara subjektif. Teori ini berakar pada paradigma

konstruktivis yang melihat realitas sosial sebagai konstruksi sosial yang

diciptakan oleh individu, yang merupakan manusia bebas. Individu menjadi

penentu dalam dunia sosial yang dikonstruksi berdasarkan kehendaknya, yang

dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk bertindak di luar batas kontrol

struktur dan pranata sosialnya. Dalam proses sosial, manusia dipandang sebagai

pencipta realitas sosial yang relatif bebas di dalam dunia sosialnya.

Konstruksi sosial merupakan teori sosiologi kontemporer, dicetuskan oleh

Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Teori ini merupakan suatu kajian teoritis

dan sistematis mengenai sosiologi pengetahuan (penalaran teoritis yang

sistematis), bukan merupakan suatu tinjauan historis mengenai perkembangan

disiplin ilmu. Pemikiran Berger dan Luckmann dipengaruhi oleh pemikiran

sosiologi lain, seperti Schutzian tentang fenomenologi, Weberian tentang makna-

makna subjektif, Durkhemian – Parsonian tentang struktur, pemikiran Marxian

tentang dialektika, serta pemikiran Herbert Mead tentang interaksi simbolik.

Dalam artikel bertajuk teori fenomenologi telah dijelaskan bahwa

fenomenologi adalah bidang kajian filsafat yang memiliki beberapa asumsi dasar

yaitu asumsi epistemologis dan asumsi ontologi yang berkonstribusi dalam

menjelaskan berbagai dasar pendekatan filsafat untuk memahami berbagai macam

fenomena sosial. Sementara itu, melalui artikel bertajuk teori interaksi simbolik

juga telah dijelaskan bahwa interaksi simbolik berangkat dari pemikiran George

Herbert Mead tentang interaksionisme simbolik sebagai perspektif sosiologi yang


22

menggambarkan peran komunikasi dan partisipasi dalam memaknai diri atau

masyarakat melalui proses interaksi sosial.

Bagi Berger, konstruksi realitas sosial adalah proses di mana seseorang

bernteraksi dan membentuk realitas-realitas. Berger and Luckmann (1966)

Menurut konsep ini, masyarakat bukanlah entitas obyektif yang berevolusi dengan

cara yang ditentukan d an tidak dapat diubah. Manusia menciptakan realitas

melalui interaksi sosial. Ketika manusia berinteraksi dengan orang lain, manusia

akan terus memberikan pesan dan kesan, mendengarkan, mengamati,

mengevaluasi, dan menilai situasi berdasarkan cara mereka disosialisaikan untuk

memahami dan berinteraksi terhadap diri mereka. Melalui proses pemahaman dan

pendefinisian peristiwa yang berlangsung, manusia menafsirkan realitas dan

menegosisikan makna. Sebagai contoh seorang pekerja yang telah berulangkali

didisiplinkan oleh manajemen perusahaan- nya mungkin melihat atasannya

menyebark an percakapan sebagai pelecehan, intimidasi, atau pemeriksaan ketat

terhadap pekerja. Seorang pekerja yang tidak mengalami pendisiplinan mungkin

menganggapnya sebagai percakapan yang ramah (Stolley, 2005: 69) Stolley

(2005).

Pendapat Stolley di atas sama dengan apa yang dimaksudkan oleh Berger

bahwa manusia adalah produk manusia. Dalam hal ini individu adalah agen sosial

yang menurut dialektika Berger selalu melakukan eksternalisasi, obyektivasi, dan

internalisasi dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan lingkungan

sosialnya. Masyarakat tidak lain adalah produk dari intersubyektivitas. Artinya,

masyarakat dibentuk oleh individu-individu, yang kemudian individu-individu


23

tersebut juga harus memasyarakatkan dirinya melalui internalisasi atau peresapan

kembali nilai-nilai atau norma-norma yang sudah terbentuk dalam masyarakat

bentukan.

2. Teori Interaksi Simbolik

Teori Interaksi Simbolik yang masih merupakan pendatang baru dalam

studi ilmu komunikasi, yaitu sekitar awal abad ke-19 yang lalu. Sampai akhirnya

teori interaksi simbolik terus berkembang sampai saat ini, dimana secara tidak

langsung SI merupakan cabang sosiologi dari perspektif interaksional (Ardianto.

2007: 40). Interaksi simbolik menurut perspektif interaksional, merupakan salah

satu perspektif yang ada dalam studi komunikasi, yang barangkali paling bersifat

”humanis” (Ardianto. 2007: 40). Dimana, perspektif ini sangat menonjolkan

keagungan dan maha karya nilai individu diatas pengaruh nilai-nilai yang ada

selama ini.

Perspektif ini menganggap setiap individu di dalam dirinya memiliki

esensi kebudayaan, berinteraksi di tengah sosial masyarakatnya, dan

menghasilkan makna ”buah pikiran” yang disepakati secara kolektif. Dan pada

akhirnya, dapat dikatakan bahwa setiap bentuk interaksi sosial yang dilakukan

oleh setiap individu, akan mempertimbangkan sisi individu tersebut, inilah salah

satu ciri dari perspektif interaksional yang beraliran interaksionisme simbolik.

Teori interaksi simbolik menekankan pada hubungan antara simbol dan interaksi,

serta inti dari pandangan pendekatan ini adalah individu (Soeprapto. 2007).

Banyak ahli di belakang perspektif ini yang mengatakan bahwa individu

merupakan hal yang paling penting dalam konsep sosiologi.


24

Mereka mengatakan bahwa individu objek yang bisa secara langsung

ditelaah dan dianalisis melalui interaksinya dengan individu yang lain. Menurut

Ralph Larossa dan Donald C. Reitzes (1993) dalam West-Turner (2008: 96),

interaksi simbolik pada intinya menjelaskan tentang kerangka referensi untuk

memahami bagaimana manusia, bersama dengan orang lain, menciptakan dunia

simbolik dan bagaimana cara dunia membentuk perilaku manusia.

Interaksi simbolik ada karena ide- ide dasar dalam membentuk makna

yang berasal dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self), dan hubungannya

di tengah interaksi sosial, dan bertujuan akhir untuk memediasi, serta

menginterpretasi makna di tengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut

menetap. Seperti yang dicatat oleh Douglas (1970) dalam Ardianto (2007: 136),

makna itu berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk membentuk makna,

selain dengan membangun hubungan dengan individu lain melalui interaksi.

3. Teori Kebutuhan Psikologis Abraham Maslow

Membaca pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan, tidak bisa lepas dari

teori motivasi yang menjadi landasannya. Ada tujuh belas konsep dasar yang

digunakan Maslow dalam memahami manusia secara menyeluruh di antaranya

adalah: Pertama, manusia adalah individu yang terintegrasi penuh. Kedua,

karakteristik dorongan atau kebutuhan yang muncul tidak bisa dilokasikan pada

satu jenis kebutuhan tertentu. Ketiga, kajian tentang motivasi harus menjadi

bagian dari studi tentang puncak tujuan manusia. Keempat, teori motivasi tidak

dapat mengabaikan tentang kehidupan bawah sadar. Kelima, keinginan yang

mutlak dan fundamental manusia adalah tidak jauh dari kehidupan sehari-harinya.
25

Keenam, keinginan yang muncul dan disadari, seringkali merupakan pencetus dari

tujuan lain yang tersembunyi. Ketujuh, teori motivasi harus mengasumsikan

bahwa motivasi adalah konstan dan tidak pernah berakhir, dan masih ada

beberapa konsep dasar lainnya.

Salah satu teori motivasi yang terkenal dijelaskan oleh Abraham Maslow.

Hierarki kebutuhan Maslow menjadi salah satu teori yang terkenal dan memiliki

pengaruh besar. Secara mendasar, Maslow menjelaskan bahwa motivasi kita

dipengaruhi oleh kebutuhan tertentu.

Maslow pertama kali memperkenalkan konsep hierarki kebutuhan dalam

makalahnya tahun 1943 "A Theory of Human Motivation" dan bukunya yang

berjudul Motivation and Personality. Hierarki ini menunjukkan bahwa orang

termotivasi untuk memenuhi kebutuhan dasar sebelum beralih ke kebutuhan lain

yang lebih besar Sementara beberapa aliran pemikiran yang ada pada saat itu

(seperti psikoanalisis dan behaviorisme) cenderung berfokus pada perilaku

bermasalah, Maslow jauh lebih tertarik untuk belajar tentang apa yang membuat

orang bahagia dan hal-hal yang mereka lakukan untuk mencapai tujuan itu.

Sebagai seorang humanis, Maslow percaya bahwa orang-orang memiliki

hasrat bawaan untuk teraktualisasikan diri, yaitu, untuk menjadi apa yang mereka

bisa. Namun, untuk mencapai tujuan akhir ini, sejumlah kebutuhan yang lebih

mendasar harus dipenuhi seperti kebutuhan akan makanan, keamanan, cinta, dan

penghargaan.

Teori motivasi Maslow ini berguna untuk memberikan argumen yang kuat

dalam penggunaan struktur kebutuhan sebagai penggerak motivasi manusia secara


26

menyeluruh. Inilah yang menjadi ciri khas pemikiran Maslow sebelum ada filsafat

manusia sebelumnya. Yaitu tentang kebutuhan manusia. Struktur teori Maslow

yang menyeluruh dibangun atas landasan hierarki kebutuhan yang lain. Maslow

membagi hierarki kebutuhan dalam lima tingkat dasar kebutuhan yaitu:

a. Kebutuhan fisik (physiological needs)

Kebutuhan fisik adalah yang paling mendasar dan paling mendominasi

kebutuhan manusia. kebutuhan ini lebih bersifat biologis seperti oksigen,

makanan, air dan sebagainya. Pemikiran Maslow akan kebutuhan fisik ini sangat

dipengaruhi oleh kondisi pasca Perang Dunia II. Saat itu, manusia berada dalam

kondisi yang begitu memilukan. Salah satunya adalah dilandanya kelaparan. Oleh

karena itu, Maslow menganggap kebutuhan fisik adalah yang utama melebihi

apapun. Kebutuhan dasar di piramida adalah kebutuhan fisik, termasuk kebutuhan

akan makanan, air, dan tidur. Setelah kebutuhan tingkat rendah ini dipenuhi, orang

dapat beralih ke tingkat kebutuhan berikutnya, yaitu kebutuhan untuk keselamatan

dan keamanan.

b. Kebutuhan akan rasa aman ( Safety needs)

Setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi, manusia akan cenderung mencari

rasa aman, bisa berupa kebutuhan akan perlindungan, kebebasan dari rasa takut,

kekacauan dan sebagainya. Kebutuhan ini bertujuan untuk mengembangkan hidup

manusia supaya menjadi lebih baik. Ketika naik ke tingkat kedua hierarki

kebutuhan Maslow, tahapan mulai menjadi sedikit lebih kompleks.


27

c. Kebutuhan akan kepemilikan dan cinta (The belongingness and love Needs)

Setelah kebutuhan fisik dan rasa aman terpenuhi, manusia akan cenderung

mencari cinta orang lain supaya bisa dimengerti dan dipahami oleh orang lain.

Jadi, Kebutuhan akan cinta tidak sama dengan kebutuhan akan seks. Sebaliknya,

Maslow menegaskan, kebutuhan akan seks justru dikategorikan sebagai

kebutuhan fisik. Kebutuhan akan cinta ini menguatkan bahwa dalam hidup,

manusia tidak bisa terlepas dari sesama. Kebutuhan sosial dalam hierarki Maslow

mencakup hal-hal seperti cinta, penerimaan, dan kepemilikan. Pada tingkat ini,

kebutuhan akan hubungan emosional mendorong perilaku manusia. Beberapa hal

yang memenuhi kebutuhan ini meliputi:

1) Pertemanan

2) Keluarga

3) Kelompok sosial

4) Kelompok masyarakat

Untuk menghindari masalah seperti kesepian, depresi, dan kecemasan,

penting bagi orang untuk merasa dicintai dan diterima oleh orang lain. Hubungan

pribadi dengan teman, keluarga, dan kekasih memainkan peran penting, seperti

halnya keterlibatan dalam kelompok lain yang mungkin termasuk kelompok

agama, tim olahraga, klub buku, dan kegiatan kelompok lainnya.

d. Kebutuhan untuk dihargai (The esteem Needs)

Setelah ketiga kebutuhan di atas terpenuhi, maka sudah menjadi naluri

manusia untuk bisa dihargai oleh sesama bahkan masyarakat. Maslow

mengklasifikasikan kebutuhan ini menjadi dua bagian yaitu, Pertama lebih


28

mengarah pada harga diri. Kebutuhan ini dianggap kuat, mampu mencapai sesuatu

yang memadai, memiliki keahlian tertentu menghadapi dunia, bebas dan mandiri.

Sedangkan kebutuhan yang lainnya lebih pada sebuah penghargaan. Yaitu

keinginan untuk memiliki reputasi dan pretise tertentu (penghormatan atau

penghargaan dari orang lain). Kebutuhan ini akan memiliki dampak secara

psikologis berupa rasa percaya diri, bernilai, kuat dan sebagainya. Pada tingkat

keempat dalam hierarki Maslow adalah kebutuhan untuk penghargaan dan rasa

hormat. Ketika kebutuhan di tiga tingkat terbawah telah terpenuhi, kebutuhan

penghargaan mulai memainkan peran yang lebih menonjol dalam memotivasi

perilaku.

e. Kebutuhan aktualisasi diri (Self Actualization).

Kebutuhan inilah yang menjadi puncak tertinggi pencapaian manusia

setalah kebutuhan-kebutuhan di atas terpenuhi. Pencapaian aktualisasi diri ini

berdampak pada kondisi psikologi yang meninggi pula seperti perubahan persepsi,

dan motivasi untuk selalu tumbuh dan berkembang. Di puncak hierarki Maslow

adalah kebutuhan aktualisasi diri. Maslow menjelaskan, merujuk pada kebutuhan

orang-orang untuk mencapai potensi penuh mereka sebagai manusia. Dengan

kelima hierarki kebutuhan itulah yang menjadi struktur kunci Maslow dalam

menjelaskan manusia. Konsep fundamental dari pendirian teori Maslow adalah

Manusia di motivasikan oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk

seluruh spesies, tidak berubah, dan berasal dari sumber genetis atau naluriah.
29

F. Hasil Penelitian Relevan

Hasil penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian ini ditampilkan

dalam tabel berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Relevan

Judul Identitas Metode Hasil


No Tahun Perbedaan
Penelitian Penyusun Penelitian Penelitian
1 Hubungan 2016 Remitha, Penelitian Bentuk Penelitiannya
Sosial Mahasiswa kualitatif hubungan berfokus
Antar Jurusan deskriptif sosial pada
Pedagang Sosiologi dengan pedagang hubungan
Barang Fakultas metode harian di sosial antar
Harian di Ilmu Politik sensus. Pasar Inpres pedagang
Pasar dan Ilmu Bangkinang sedangkan
Inpres Politik adalah dalam dalam
Bangkinang Universitas bentuk kerja penelitian ini
Riau sama, berfokus
Pekanbaru. akomodasi pada
dan interaksi dan
persaingan komunikasi
serta sosial
pedagang seluruh
menggunakan masyarakat
asas baik
kepentingan pedagang
sendiri. maupun
pembeli.

2 Interaksi 2017 Muh. Penelitian Bentuk Penelitiannya


Sosial Nuzuldin, kualitatif interaksi hanya
Pedagang Mahasiswa dengan sosial berfokus
Sayur di Fakultas metode pedagang kepada
Pasar Induk Dakwah pendekatan adalah interaksi
Minasa Upa dan sosiologi interaksi sosial
Kecamatan Komunikasi dan yang pedagang,
Sumba Opu UIN komunikasi. berbentuk sedangkan
Kabupaten Alauddin kerjasama, dalam
Gowa Makassar. persaingan, penelitian ini
pertikaian, berfokus
akomodasi, pada seluruh
kontravensi masyarakat
dan asimilasi yang
yang terjadi melakukan
30

pada waktu transaksi jual


tertentu, beli di pasar
interaksi terapung
tersebut dapat baik
berupa pedagang
interaksi maupun
antar pembeli.
individu,
antar
kelompok
maupun
antara
individu
dengan
kelompok.

3 Pola 2017 Joko Penelitian Persaingan Penelitiannya


Komunikasi Sutarso, ex-post terjadi bukan berfokus
Pedagang Dosen facto survey antara pada
dan Prodi Ilmu atau survey pedagang komunikasi
Pembeli di Komunikasi turun ke dengan sosial di
Pasar Universitas lapangan pedagang pasar
Tradisional: Muhamma- untuk melainkan tradisional
Perspektif diyah mengumpul- antara yang ada di
Jender di Surakarta. kan fakta. pedagang darat
Pasar yang ingin sedangkan
Sidodadi mendapat penelitian ini
Kleco keuntungan bukan hanya
Surakarta yang besar berfokus
dengan pada
pembeli yang komunikasi
ingin sosial tetapi
mendapatkan juga interaksi
harga murah. sosial dan
Disinilah pasar yang
kemampuan menjadi
komunikasi objek adalah
dalam tawar pasar
menentukan terapung
keuntungan yang berada
bagi penjual di sungai.
dan
kemanfaatan
bagi pembeli.
31

4 Interaksi 2017 Megawati, Metode Interaksi Penelitiannya


Sosial mahasiswa yang sosial yang berfokus
Pedagang Jurusan digunakan terjadi pada
Kaki Lima Sosiologi, adalah membuat satu interaksi
di Pasar Fakultas Kualitatif pedagang sosial antar
Puan Ilmu Sosial Deskriptif, dengan pedagang
Maimun dan Ilmu teknik pedagang saja
Kabupaten Politik pengum- lainnya dapat sedangkan
Karimun Universitas pulan data: saling dalam
Kepulauan Riau. observasi, mempenga- penelitian ini
Riau wawancara ruhi. Interaksi berfokus
dan sosial pada
dokumentasi tersebut interaksi
menghasilkan sosial
hubungan seluruh
yang bersifat masyarakat
negatif baik antar
maupun pedagang,
positif. antar
Interaksi pembeli,
sosial yang maupun
terjalin antara antar
pedagang pedagang
kaki lima dengan
baik. pembeli.
5 Interaksi 2017 Ary Pendekatan Interaksi Penelitiannya
Antar Sulistiono, kualitatif yang terjadi berfokus
Pedagang Mahasiswa dengan jenis di jalan pada
Kaki Lima Program deskriptif, Gambir Kota interaksi
Jalan Studi pengum- Tanjung antar
Gambir Sosiologi pulan data pinang dilihat pedagang
Kota Fakultas dilakukan dari sedangkan
Tanjung Ilmu Sosial dengan keberadaan dalam
Pinang dan Ilmu metode kelompok- penelitian
Politik observasi, nya, bentuk berfokus
Universitas wawancara, interaksi pada
Maritim dan yang terjadi pedagang
Raja Ali dokumentasi adanya dan pembeli
Haji kerjasama,
Tanjung persaingan
Pinang. dan konflik
serta bentuk
persaingan-
nya berupa
persaingan
ekonomi.
32

6 Interaksi 2016 Roma Pendekatan


Interaksi Penelitiannya
Sosial Arfendi, Kualitatif
sosial antara berfokus
Pedagang mahasiswa dengan tipe
PKL dengan pada
Kaki Lima Jurusan deskriptif.
pemilik toko interaksi
dengan Sosiologi Data terbagi 2 sosial PKL
Pemilik Fakultas dikumpul-yaitu: dengan
Toko di Ilmu Sosial kan melalui
interaksi pemilik toko
Pasar Aur dan Ilmu observasiasosiatif dan sedangkan
Kuning Politik dan disasosiatif. dalam
Kota Universitas wawancaraInteraksi penelitian ini
Bukittinggi Andalas mendalam.asosiatif berfokus
berbentuk: pada
kerjasama, interaksi
akomodasi sosial yang
dan asimilasi. melibatkan
Sedangkan penjual
interaksi maupun
disasosiatif pembeli.
terbentuk
dengan
adanya sikap
egois dan
perbedaan
kepentingan
diantara PKL
dengan
pemilik toko
seperti:
konflik,
pertentangan
dan
kontravensi.
7 Pola 2021 Uswatun Penelitian Komunikasi
Komunikasi Hasanah etnografi sosial yang di
Sosial DM, komunikasi lakukan oleh
Masyarakat mahasiswa dengan masyarakat
Pasar Program pendekatan dalam
Terapung Studi Ilmu kualitatif. memenuhi
dalam Komunikasi Data dalam kebutuhan
Pemenuhan Universitas dikumpul- hidupnya di
Kebutuhan Muslim kan dengan Pasar
Hidup di Indonesia metode Terapung
Sungai Makassar wawancara Sungai Barito
Barito kemudian Kalimantan
Kalimantan dianalisis Selatan
Selatan dengan terjadi pada
33

teknik saat transaksi


analisis data jual beli
kualitatif mulai dari
proses
menawarkan
barang,
proses tawar
menawar, dan
proses
kesepakatan
antara
penjual dan
pembeli

G. Kerangka Konsep

Komunikasi Sosial Pada Masyarakat Pasar Terapung dalam Memenuhi

Kebutuhan di Sungai Barito Kalimantan Selatan. komunikasi sosial

merupakan keterampilan yang harus diambil pada individu yang menjalani

interaksi dengan individu dalam interaksi dengan individu atau kelompok individu

lainnya. Pasar terapung ialah pasar yang berada di atas perairan yang menggunkan

jukunh sebagai transportasi . Dalam hal ini terjadi komunikasi sosial antar

pedagang yang mengakibatkan satu dan yang lain memberi pengaruh dalam

bersikap dan berprilaku dalam memenuhi kebutuhan ekonomi.penelitian ini akan

membahas Interaksi sosial yang terjadi antar pedagang di pasar terapung

kalimantan selatan mengakibatkan pedagang satu dengan yang lain dapat memberi

pengaruh dalam bersikap dan berperilaku dalam kegiatan ekonomi. Interaksi

sosial yang terjadi membuat satu pedagang dengan pedagang lainnya dapat saling

mempengaruhi.

Teori yang dipakai ada 3 oleh peneliti, teori yang pertama dipakai ialah

Teori Konstruksi Sosial yaitu pengalaman yang dirasakan manusia dibentuk


34

melalui sebuah model dunia sosialbeserta cara kerjanya serta Bahasa sebagai alat

komunikasi yang merupakan sistem yang paling penting dalam proses

pembentukan realita sosial. Teori ini merupakan suatu kajian teoritis dan

sistematis mengenai sosiologi pengetahuan. Dalam hal ini peneliti membuat

pertanyaan rumusan masalah sebagai berikut “Bagaimana komunikasi sosial yang

di lakukan oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya di pasar

terapung sungai barito Kalimantan selatan?”

Teori kedua interaksi simbolik yaitu manusia bertindak terhadap sesuatu

atas dasar makna yang dimiliki benda-benda itu bagi mereka. Makna-makna itu

merupakan hasil dari interaksi sosial dalam masyarakat, teori interaksi simbolik

menekankan pada hubungan antara symbol dan interaksi, serta inti dari pandangan

pendekatan ini adalah individu. Dari asumsi teori ini peneliti membjat pertanyaan

rumusan masalah yaitu “Bagaimana interaksi sosial yang terjadi antara pedagang

dan pembeli di pasar terapung sungai barito Kalimantan selatan?”

Teori yang ketiga adalah teori kebutuhan psikologis Abraham Maslow

tidak bisa lepas dari teori motivasi yang menjadi landasannya. Teori motivasi

maslow ini berguna untuk memberikan argumen yang kuat dalam penggunaan

struktur kebutuhan sebagai penggerak motivasi manusia secara menyeluruh. Ciri

khas pemikiran Maslow sebelum ada filsafat manusia yaitu tentang kebutuhan

manusia. Kebutuhannya ada 5 yaitu salah satunya kebutuhan fisik yang menjadi

asumsi dari rumusan masalah “Bagaimana tindakan tradisi memenuhi kebutuhan

sosial yang dilakukan antara pedagang dan pembeli di pasar terapung sungai

barito Kalimantan selatan?”


35

Metode penelitian yang peneliti pakai ialah jenis metode penelitian

kualitatif yaitu penelitian dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif

adalah penelitian yang berusaha memecahkan masalah dengan memaparkan,

menggambarkan serta menganalisa keadaan atau fenomena sosial masyarakat

berdasarkan fakta-fakta yang ada.

H. Alur Pikir

Masyarakat Pasar Terapung di Sungai


Barito Kalimantan Selatan

1. Komunikasi Sosial 1. Teori Konstruksi


Metode Sosial
2. Interaksi Sosial
Penelitian 2. Teori Interaksi
3. Tradisi Masyarakat
Kualitatif Simbolik
Pasar Terapung
3. Teori Maslow

Pola Komunikasi Sosial Masyarakat


Pasar Terapung dalam Pemenuhan
Kebutuhan Hidup di Sungai Barito

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir

I. Definisi Operasional

1. Komunikasi adalah interaksi yang dilakukan antara dua orang atau lebih untuk

menyampaikan pesan, informasi, sebuah ide atau gagasan yang diberikan dari
36

satu pihak ke pihak yang lainnya. Komunikasi dilakukan baik secara verbal

maupun lisan, hal ini bertujuan untuk memudahkan antara kedua belah pihak

untuk saling mengerti. Jadi dapat disimpulkan jika sebuah komunikasi adalah

bentuk interaksi yang dilakukan antar individu atau kelompok untuk bertukar

informasi.

2. Sosial adalah jumlah manusia secara individu yang terlibat dengan kegiatan

bersama.

3. Komunikasi Sosial adalah komunikasi yang mengeksplorasi bagaimana

informasi dapat diterima, di transmisikan, dan di pahami serta dampaknya

terhadap masyarakat.

4. Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti luas dan berkaitan oleh

sebuah kebudayaan yang mereka anggap sama.

5. Pasar adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli guna melakukan

transaksi jual beli barang atau jasa guna memenuhi kebutuhannya.

6. Pasar terapung adalah sebuah pasar tradisional yang seluruh aktivitasnya

dilakukan di atas air dengan menggunakan perahu.

7. Memenuhi kebutuhan adalah manusia harus memenuhi kebutuhan hidupnya

dengan alasan agar manusia bisa bertahan hidup dan dapat hidup dengan

layak.

8. Sungai Barito adalah sungai yang terbesar dan terpanjang di Kalimantan

Selatan. Dan merupakan sungai terbesar di Indonesia. Nama Barito diambil

berdasarkan nama Tanah Barito atau Onder Afdeeling Barito atau Kabupaten

Barito yang dahulu beribu kota di Kota Muara Teweh yang secara administrasi
37

termasuk wilayah provinsi Kalimantan Tengah, tetapi sering dipakai untuk

menamakan seluruh daerah aliran sungai ini hingga ke muaranya pada Laut

Jawa di provinsi Kalimantan Selatan yang dinamakan Muara Banjar atau

Kuala Banjar.

9. Kalimantan selatan adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di

pulau Kalimantan. Ibu kotanya adalah Banjarmasin.

10. Pola komunikasi adalah cara komunikasi yang terjadi antara penjual dan

pembeli di Pasar Terapung Sungai Barito.

11. Interaksi sosial adalah gambaran hubungan yang terjalin antar masyarakat di

Pasar Terapung Sungai Barito.

12. Tindakan tradisi adalah kegiatan atau aturan yang dilaksanakan dalam

transaksi antara penjual dan pembeli di Pasar Terapung Sungai Barito yang

dipercaya sebagai warisan leluhur.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian Etnografi Komunikasi masuk ke dalam pendekatan kualitatif.

Dalam Littlejohn (2002:194) dikemukakan bahwa metode ini merupakan

penerapan etnografis dalam pola-pola komunikasi kelompok. Peneliti yang

menngunakan metode ini berupaya untuk meneliti bentuk-bentuk komunikasi

yang dipergunakan oleh para anggota sebuah komunitas budaya. Metode ini dapat

digunakan untuk penelitian-penelitian dalam tataran komunikasi

kelompok/organisasi, atau untuk mendekati kelompok atau organisasi secara

kultural.

Dalam pengelompokkan teori yang dibuat oleh Littlejohn (2003), etnografi

komunikasi dalam kelompok minor termasuk kedalam teori-teori interpretasi

budaya. Sementara itu dalam kelompok mayor, etnografi komunikasi termasuk ke

dalam teori-teori pengalaman dan interpretasi (experience and interpretation),

sedangkan dalam kelompok metodologi, etnografi komunikasi bersama dengan

penelitian fenomenologis, penelitian grounded, dan inkuiri heuristik, berada di

dalam cakupan metodologi interpretatif. Etnografi komunikasi merupakan

penerapan metode etnografis pada pola-pola komunikasi kelompok. Etnografi

muncul dari antropologi budaya (Neuman, 2000:347). Etno berarti orang atau

folk, sedangkan grafi mengacu pada penggambaran sesuatu. Oleh karena itu

etnografi berarti suatu budaya dan pemahaman cara hidup orang lain dari sisi the

native’s point of view.

38
39

Mengacu pada Koentjaraningrat (2008), etnografi komunikasi adalah

“kajian bahasa dalam perilaku komunikasi dan sosial dalam masyarakat (yang

kemudian disebut masyarakat tutur), meliputi cara dan bagaimana bahasa

digunakan dalam masyarakat dan budaya yang berbeda-beda.” Berdasarkan

pengertian tersebut, ada dua hal yang menjadi garis besar dalam kajian metode

penelitian etnografi komunikasi, yaitu bahasa (linguistik) dan budaya

(antropologi).

Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dapat diartikan

sebagai penelitian yang hasilkan data deskriptif mengenai kata –kata lisan dan

tulisan, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti (taylor

dan Bogdan, 1984:5). Alasan peneliti menggunakan metode ini adalah karena

penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan proses daripada hasil. Hal ini

disebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih

jelas diamati dalam proses. Hal tersebut menggampangkan peneliti dalam meneliti

Komunikasi Sosial Pada Masyarakat Pasar Terapung Dalam Memenuhi

Kebutuhan di Sungai Barito Kalimantan Selatan. Dengan menggunakan kualitatif

deskriptif, analisa penelitian dapat disajikan dengan memberikan gambaran secara

teliti dan detail mengenai informasi-informasi yang diperoleh peneliti berkaitan

dengan pokok permasalahan.

B. Pendekatan Etnografi Komunikasi

Etnografi Komunikasi masuk ke dalam pendekatan kualitatif. Dalam

Littlejohn (2002:194) dikemukakan bahwa metode ini merupakan penerapan

etnografis dalam pola-pola komunikasi kelompok. Peneliti yang menngunakan


40

metode ini berupaya untuk meneliti bentuk-bentuk komunikasi yang dipergunakan

oleh para anggota sebuah komunitas budaya. Metode ini dapat digunakan untuk

penelitian-penelitian dalam tataran komunikasi kelompok/organisasi, atau untuk

mendekati kelompok atau organisasi secara kultural.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada wilayah Kabupaten Banjar, yaitu berada

diatas Sungai Barito di Muara Sungai Kuin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Adapun waktu penelitian berlangsung pada bulan November hingga Desember

2020.

D. Informan Penelitian

Informan yang dipilih pada penelitian “Pola Komunikasi Sosial

Masyarakat Pasar Terapung dalam Pemenuhan Kebutuhan Hidup di Sungai Barito

Kalimantan Selatan” ini adalah masyarakat setempat baik yang bekerja sebagai

Penjual maupun masyarakat yang datang sebagai pembeli.

Informan dipilih berdasarkan kriteria yaitu: penduduk asli dari Sungai

Barito dan memiliki pengetahuan tentang Pasar Terapung Sungai Barito.

Berdasarkan kriteria tersebut dipilih enam orang informan yang terdiri dari tiga

orang penjual dan tiga orang pembeli di Pasar Terapung Sungai Barito.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data Yang Diterapkan Dalam Pendekatan penelitian

Etnografi, yaitu sebagai berikut:


41

1. Observasi Partisipatif

Ini merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian

kualitatif. Karakteristik-karakteristik teknik observasi partisipatif adalah:

a. Ada komitmen dari peneliti untuk mempelajari peristiwa-peristiwa hidup

sehari-hari pada masyarakat Pasar Terapung Kalimantan Selatan Partisipan

ikut mengalami dan memahami peristiwa-peristiwa tersebut.

b. Persepsi atas realitas dikonstruksi melalui interaksi dan komunikasi yang

dilakukan oleh partisipan kepada masyarakat Pasar Terapung.

c. Kinerja studi berada dalam lingkungan alami tanpa merubah apapun.

d. Persepsi atas realitas dialami dalam suatu cara yang interpretatif

e. Bahan yang dikumpulkan merupakan bahan empiric yang relative tidak

terstruktur

f. Berkenaan dengan sejumlah kecil kasus

g. Penulisan dan gaya analisis bersifat interpretif, dan

h. Mencakup deskripsi fenomena.

2. In-depth Interview

Interview merupakan teknik pengumpulan data dengan cara pertukaran

verbal tatap muka yang dilakukan oleh seorang peneliti sebagai pewawancara

kepada masyarakat Pasar Terapung yang dimaksudkan sebagai responden atau

narasumber penelitian. Pewawancara berupaya untuk memperoleh informasi atau

ekspresi-ekspresi opini atau keyakinan dari subyek penelitian (Maccoby dan

Maccoby dalam Minichielio dkk, 1995:62). Teknisnya adalah dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan dalam interaksi tatap muka langsung, sedangkan secara


42

khusus, indepth interview memiliki pengertian sebagai pertemuan tatap muka

berulang antara peneliti dan informan secara langsung untuk memperoleh

pemahaman atas kehidupan, pengalaman, dan situasi informan pada Pasar

Terapung itu sendiri.

3. Life History

Life History merupakan sejarah hidup individu yang diceritakan oleh

orang yang tinggal dalam komunitas setempat. Cerita ini dikumpulkan oleh

peneliti (Minichiello, 1995:105). Teknik ini digunakan sebagai upaya untuk

memperoleh kisah hidup orang yang diceritakan dalam bahasa orang itu sendiri.

Peneliti yang menggunakan metode ini akan berasumsi bahwa informan dapat

merasakan masa lalunya dan bahwa rekaman public tidak selalu bermakna atau

sebagai sumber informasi yang paling valid (Minichiello, 1995:106).

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan

cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan

yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh

diri sendiri maupun orang lain.

Dalam hal menggunakan teknik interaktif, teknik ini digunakan agar data

dan informasi yang telah dikumpulkan dapat selalu diperbandingkan sehingga

diperoleh data dan informasi yang akurat. Melalui proses siklus, peneliti akan
43

melakukan aktivitas yang berkelanjutan dalam tahapan-tahapan pengumpulan

data, yaitu:

1. Reduksi Data

Mereduksi data dalam konteks penelitian yang dimaksud adalah proses

menggabungkan dan menyeragamkan bentuk data yang diperoleh menjadi satu

bentuk tulisan yang akan dianalisis. Data-data yang sudah terkumpul diolah untuk

menemukan hal-hal pokok berkaitan dengan penelitian yang berjudul Komunikasi

Sosial pada Masyarakat Pasar Terapung Dalam Memenuhi Kebutuhan di Sungai

Barito Kalimantan Selatan.

Adapun data yang nantinya akan diperoleh berdasarkan hasil

observasi/pengamatan langsung dilapangan, sumber yang didapatkan melalui

dokumentasi, catatan-catatan mengenai hal yang berkaitan dengan Komunikasi

Sosial Pada Masyarakat Pasar Terapung Dalam Memenuhi Kebutuhan Di Sungai

Barito Kalimantan Selatan.

2. Penyajian Data

Penyajian data, seperti merakit data dan menyajikan dengan baik agar

lebih mudah dipahami. Penyajian bisa berupa grafik, matrik, gambar, skema,

jaringan kerja, tabel, teks yang bersifat naratif, dan seterusnya. Dengan

menyajikan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi dan

merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami dari data

tersebut.
44

3. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian adalah menjawab rumusan masalah, yang telah

dirumuskan sejak awal, yakni untuk mengetahui Untuk mengetahui komunikasi

sosial yang di lakukan oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya di

pasar terapung sungai barito Kalimantan selatan, Bagaimana interaksi sosial yang

terjadi antara pedagang dan pembeli di pasar terapung sungai barito Kalimantan

selatan, dan Untuk mengetahui tindakan tradisi memenuhi kebutuhan sosial yang

dilakukan antara pedagang dan pembeli di pasar terapung sungai barito

Kalimantan selatan.

G. Data Informan

Data informan dalam penelitian ini ditampilkan dalam tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1 Data Informan

No. Nama Umur Alamat Pekerjaan


1 Wiwin 40 tahun Handil Bakti Ibu Rumah
Kalimantan Tangga
Selatan
2 Asnah 31 tahun Jalan Ahmad Yani Ibu Rumah
Kalimantan Tangga
Selatan
3 Yogi 26 tahun Griya Raisan Wiraswasta
Kalimantan
Selatan
4 Mila 37 tahun Sekitar Pesisir Pedagang di
Sungai Barito Pasar Terapung
Sungai Barito
5 Ijah 50 tahun Sekitar Pesisir Pedagang di
Sungai Barito Pasar Terapung
Sungai Barito
6 Sarwadi 50 tahun Sekitar Pesisir Pedagang di
Sungai Barito Pasar Terapung
Sungai Barito
45

H. Field Note Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Terapung Sungai Barito Kalimantan

Selatan, peneliti meneliti secara langsung. Awalnya peneliti melakukan penelitian

online pada tanggal 07 november sampai awal desember 2020, karena pasar

terapung sempat tidak di buka untuk umum pada saat pandemi Covid 19 melanda

indonesia. Tapi setelah pasar terapung dibuka kembali, peneliti memulai observasi

di hari pertama yaitu tanggal 21 desember 2020.

Pada saat peneliti ingin ke lokasi penelitian, peneliti mencoba menyewa

kapal yang di sediakan di ujung dermaga sungai barito, kebetulan di hari pertama,

peneliti bisa menyewa kapal sendiri. dikarenakan orang yang menyewa kapal

lebih dulu, tiba-tiba tidak bisa datang. Jadi peneliti diberi kesempatan untuk lebih

fokus mengamati komunikasi yang terjadi di Pasar Terapung.

Hari selanjutnya peneliti mulai mewawancarai penjual lainnya. Meskipun

mereka sangat antusias, tapi dengan keterbasan pembeli yang datang. Jadi penjual

tidak bisa terlalu lama di wawancarai. Karena mereka memburu pembeli di kapal

lain. Jadi peneliti akan menjelaskan sedikit tentang cara peneliti sampai ke tempat

tujuan.

Lokasi Pasar Terapung ditempuh selama kurang lebih 1-2 jam dari pusat

kota Banjarmasin Kalimantan selatan. Dan peneliti menempuh perjalanan lagi

sekitar 3 km menuju dermaga, tempat persinggahan kapal-kapal warga setempat,

yang digunakan sebagai akses peneliti ke tengah sungai yang menjadi tempat

Pasar Terapung berlangsung.


46

Jarak antara dermaga kapal dan Pasar Terapung sendiri ditempuh sekitar

10-15 menit tergantung dengan kecepatan kapal dan muatan kapal tersebut. Ketika

peneliti sudah sampai di tengah sungai, penjual pun dengan berbondong-bondong

mendekati kapal peneliti. Sehingga peneliti sempat agak kebingungan untuk

bagaimana memulai sesi wawancara.

Dan dikarenakan mereka mempromosikan jualan masing-masing, jadi

peneliti kesusahan untuk meladeni penjual mana yang harus peneliti beli barang

nya duluan dan peneliti wawancarai terlebih dahulu. Penjual tersebut bahkan

sempat naik ke kapal peneliti, untuk menawarkan jualan mereka.

Dan karena pasar ini hanya bisa di akses di tengah sungai, peneliti sempat

beberapa kali kebasahan. Karena terkena cipratan air yang disebabkan oleh perahu

penjual yang tiba-tiba datang kesamping kapal peneliti untuk menawarkan

dagangan mereka. Meskipun begitu penjual-penjual di Pasar Terapung menurut

peneliti cukup ramah. Meskipun mereka menawarkan dagangan mereka dengan

sedikit memaksa, tapi peneliti memaklumi hal tersebut.

Dikarenakan akses yang membuat perahu mereka terombang-ambing

diatas sungai, penjual takut kalau suara mereka tidak kedengaran sampai ke kapal

peneliti maupun pembeli lainnya. Sehingga mereka agak sedikit berteriak dan

berbicara terus-menerus secara bersamaan, sambil menawarkan jualan masing-

masing. Peneliti pun beberapa kali mencoba buah gratis sebagai bentuk tester dari

penjual, supaya peneliti dan pembeli lain bersedia membeli buah tersebut.

Kalau pun peneliti menolak memakan buah yang mereka berikan, penjual

tersebut pun akan marah dan mereka berkata “coba ja kada papa, kada bayar jua.
47

Gratis” – (coba aja gapapa, gak bayar juga. Gratis). Jadi meskipun kita sudah

membeli buah tersebut dan ketika ada penjual lain yang menawarkan buah yang

sama dan memberikan tester yang sama kita tetap harus menerimanya.

Kita juga bisa menikmati makanan berat di atas kapal. Hanya dengan

memanggil penjual tersebut, mereka akan mendatangi kita dengan makanan yang

sudah mereka siapkan di perahu masing-masing. Keunikan ini cukup khas di pasar

terapung, karena bukan hanya sandang pangan yang mereka tawarkan. Melainkan

wisata kuliner seperti sate, lontong, soto banjar dan makanan berat lainnya, jadi

kita bisa menikmati sarapan di atas kapal sambil melihat pemandangan Pasar

Terapung di atas Sungai Barito.

Dan hari-hari selanjutnya peneliti mewawancarai pembeli-pembeli yang

datang. Dan seterusnya penelitian berlangsung hingga januari 2021.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Pola Komunikasi Masyarakat Pasar Terapung di Sungai Barito


Kalimantan Selatan

Komunikasi sosial yang terjadi di pasar terapung Sungai Barito dilakukan

antara pembeli dengan penjual. Komunikasi yang terjadi di pasar tersebut

terbilang unik dan berbeda dengan pasar pada umumnya dimana pada pasar

tersebut penjual menjual barang dagangannya di atas perahu sementara pembeli

berada di perahu yang lain. Komunikasi antara penjual dan pembeli merupakan

transaksi jual beli yang didalamnya terdapat proses tawar menawar sampai

tercapai kesepakatan.

a. Proses Menawarkan Barang

Informan “Wi” yang merupakan pembeli di Pasar Terapung Sungai Barito

mengungkapkan cara penjual menawarkan barang jualannya kepada pembeli

dalam hasil wawancara berikut:

Biasanya penjualnya yang naik perahu langsung menawarkan atau datang


ke dekat perahu yang kita pakai ke pasar apung yang ditengah sungai ini.
Jadi kami pembeli biasanya belum sempat memanggil, penjual sudah
berdatangan dengan menempelkan perahu masing-masing di samping
kapal kami sambil menawarkan barang dagangan masing-masing yang
beragam (Wawancara 17 Desember 2020).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa penjual menjajakan barang

jualannya di atas perahu dan langsung mendekati dan menawarkan barang

jualannya tersebut kepada pembeli yang datang menggunakan perahu. Hasil

48
49

wawancara tersebut sejalan dengan yang diungkapkan informan “Mi” selaku

penjual di Pasar Terapung Sungai Barito dalam hasil wawancara berikut:

Ya seperti tadi yang Mbak lihat. Kami langsung mendatangi kapal


wisatawan yang datang. Kami mendekati perahunya dan merapat ke kapal
pembeli. Dan kami menawarkan macam-macam jualan kami. Biasa
buahnya Saya kasih coba ke pembeli, kalau pembelinya suka karena
rasanya manis, pembelinya biasa beli. Pokoknya kami kasih coba dulu
buahnya secara gratis kalau suka ya dibeli, kalau tidak ya kami tawarkan
yang lain (Wawancara 17 Desember 2020).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa penjual langsung mendekati perahu

wisatawan atau pembeli kemudian menawarkan berbagai macam barang

jualannya, bahkan penjual tersebut menawarkan buah-buahan yang dijualnya

untuk dicoba secara gratis agar pembeli tertarik untuk membeli.

Adapula penjual yang menjual makanan dan minuman untuk dinikmati

pembeli secara langsung pada saat berbelanja di Pasar Terapung Sungai Barito.

Hal tersebut diungkapkan oleh informan “Ij” selaku penjual makanan dan

minuman di Pasar Terapung Sungai Barito dalam hasil wawancara berikut:

Kami datangi pembelinya, terus kami tanya mau ini kah? Misalnya Saya
kan jualan kue saya tawarin, mau kue kah Mbak, Mas? Ada teh juga, mau
teh kah? Begitu (Wawancara 26 Desember 2020).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa penjual mendatangi pembeli

menawarkan kue dan teh untuk dinikmati pembeli yang sedang berbelanja.

Disamping itu, adapula penjual yang menaiki perahu pembeli untuk menawarkan

barang jualannya sebagaimana diungkapkan oleh informan “Sa” dalam hasil

wawancara berikut:

Kami dekati dulu kemudian kami tawarkan jualan kami. Biasa juga kalau
kapalnya agak besar kami sampai naik ke kapalnya menawarkan jualan
kami. Tapi kami izin dulu kalau diperbolehkan naik, kami naik dan kalau
tidak, kami di kapal kami saja. Biasanya kan pembeli mau memegang dan
50

melihat jelas, jadi kami bawakan barangnya naik ke atas terus kami
tawarkan sampai pembelinya mau beli. Begitu Mbak. (Wawancara 28
Desember 2020).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa kadang penjual menaiki perahu

pembeli apabila perahu yang digunakan pembeli lumayan besar dengan catatan

penjual tersebut telah memperoleh izin dari pembeli untuk naik ke perahu

pembeli.

Terkadang pula dalam transaksi jual beli di Pasar Terapung Sungai Barito,

penjualnya datang setelah pembeli memanggil sebagaimana diungkapkan oleh

informan “As” selaku pembeli di Pasar Terapung Sungai Barito dalam hasil

wawancara berikut:

Kami kiau ai biasa. Kaya melambaikan tangan. Munnya misalnya acilnya


jauh di subarang. Kami kuriaki. Cil sini pian handak ulun tukari! (Kami
panggil biasanya, misalnya dengan melambaikan tangan. Tapi kalau
penjualnya jauh ke kapal lain, kami teriakin supaya didengar, misalnya
Mbak sini Mbak!) (Wawancara 19 Desember 2020).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa penjual mendatangi pembeli setelah

dipanggil. Untuk mengetahui barang apa saja yang dijual, biasanya pembeli

menanyakan hal tersebut kepada penjual sebagaimana diungkapkan oleh informan

“Yo” dalam hasil wawancara berikut:

Biasa kita takun ai, Cil pian bejualan apa aja soalnya biasanya sidin
bejualan beragam. Satu perahu tuh biasanya bisa bjualan iwak karing,
buah-buahan macam macam pang (Biasa kita tanyain Mbak, jual apa aja.
Soalnya dalam satu perahu bisa jual macam-macam. Kayak ikan kering
sama buah-buahan) (Wawancara 20 Desember 2020).

Berdasarkan beberapa hasil wawancara yang telah dikemukakan,

disimpulkan bahwa komunikasi yang terjadi di Pasar Terapung Sungai Barito

berawal dari penjual yang menawarkan barang jualannya kepada pembeli dengan
51

cara mendekati atau menaiki perahu pembeli kemudian menawarkan barang

jualannya.

b. Proses Tawar Menawar Harga

Proses menawar harga tentunya dimulai dari pembeli. Terkait hal tersebut

informan “Wi” selaku pembeli di Pasar Terapung Sungai Barito mengungkapkan

hal berikut:

Ya kita batakun ai lawan acil atau amangnya kawa kuranglah cil 25 gin.
Lah. Mun 25 ulun tukari. Kaya gitu mba (Ya kita tanya sama penjualnya
bisa kurang tidak Mbak, 25 ribu lah, kalau 25, Saya beli. Seperti itu
Mbak). (Wawancara 17 Desember 2020).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa pembeli langsung bertanya kepada

penjual apakah harganya bisa lebih rendah dari yang ditawarkan. Apabila bisa

lebih rendah atau berkurang dari harga yang ditawarkan di awal maka pembeli

tersebut akan membeli. Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapkan informan

“As” dalam hasil wawancara berikut:

Biasa ditawari ke harga setengahnya dulu. Nanti acilnya yang menaiki


harganya dri harga yang saya maui. Biasa juga klo kada mau ditawar tulak
acilnya. Munnya hakunja ditawari harga dari stengah yang inya sambat di
bungkus kannua langsung tukaran kita (Biasanya kita menawar harganya
ke setengah harga awal yang ditawarkan ke kita. Nanti penjualnya naikin
harganya sedikit dari harga yang kita mau. Pokoknya saling menawar saja.
Kita tetap sama harga tawaran kita. Kalau penjualnya tidak mau dia
bakalan pergi. Tapi kalau diterima dengan harga segitu dia akan langsung
membungkus barang yang kita mau beli tadi dan menawarkan barang yang
lain lagi) (Wawancara 19 Desember 2020).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa pembeli biasanya menawar

harganya separuh dari harga awal kemudian penjual menaikkan harganya sedikit

dari harga yang dinginkan pembeli sampai terjadi kesepakatan. Apabila tidak

terjadi kesepakatan harga maka penjual akan pergi namun apabila harganya
52

disepakati maka barang yang diinginkan pembeli akan langsung dibungkus oleh

penjual sambil menawarkan barang lainnya kepada pembeli.

Informan “Mi” selaku penjual di Pasar Terapung Sungai Barito juga

mengungkapkan bahwa pembeli terkadang menawar separuh dari harga yang

ditawarkan yaitu dalam hasil wawancara berikut:

Kalau tawar menawar kami kan cari untung juga mba yah namanya jualan
diatas kapal. Belum tau ntar kenapa-kenapa, ya emang agak lebih mahal
kami jualnya tapi emang semuanya fresh mba dan kami jualnya banyak.
Kale ada yang nawar stengah harga dari yang kami tawarin ya biasanya
kami gak mau, kami kurangin 5-10 ribu aja. Tapi kale pembelinya tetep
maunya setengah harga ya daripada ga bawa uang jadi kami jual aja mba
gapapa yang penting jadi berkah ada rezeki bisa bawa uang pulang (Kalau
tawar menawar kami kan cari untung juga Mbak ya, namanya jualan di
atas kapal. Siapa tahu terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, ya memang
agak lebih mahal kami menjualnya tapi semuanya fresh Mbak, dan kami
jualnya banyak. Kalau ada yang menawar setengah harga dari yang kami
tawarkan ya biasanya kami tidak mau, kami kurangin 5-10 ribu saja. Tapi
kalau pembelinya tetap maunya setengah harga, ya daripada tidak bawa
uang pulang jadi kami menjualnya saja mbak, tidak apa-apa yang penting
menjadi berkah, ada rezeki yang dibawa pulang) (Wawancara 27
Desember 2020).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa apabila ada pembeli yang menawar

separuh harga yang ditawarkan penjual maka penjual tersebut tidak langsung mau.

Si penjual tersebut mengurangi harga awal sebesar lima sampai sepuluh ribu saja.

Akan tetapi apabila pembeli tetap menginginkan separuh harga maka penjual pada

akhirnya setuju dengan pertimbangan bahwa lebih baik pulang dengan hasil

meskipun sedikit daripada pulang tanpa membawa hasil apapun. Demikian pula

yang diungkapkan oleh informan “Sa” dalam hasil wawancara berikut:

Ya kita ga ambil untung banyak-banyak mba. Kalau laku Alhamdulillah


kale ngga ya kita kasih laku lagi. Pokonya kalau ada yang nawar setengah
harga bisa kita cocokin aja sama modal kita sama untung kita mba. Kale
cocok ya kasih, kale enggak cocok ya tetap kasih aja hahah insya Allah
semuanya tetap jadi berkah mba. Yang penting ikhlas. (Ya kita tidak ambil
53

untung banyak-banyak Mbak. Kalau laku Alhamdulillah kalau tidak ya


kita berupaya sampai laku. Pokoknya kalau ada yang menawar setengah
harga, kita mencocokkan dengan modal kita, sama untung kita Mbak.
Kalau cocok ya dikasih kalau tidak cocok ya tetap dikasih juga, Insya
Allah semuanya tetap menjadi berkah Mbak, yang penting ikhlas.
(Wawancara 28 Desember 2020).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa penjual akan tetap menyetujui

apabila ada pembeli yang menawar separuh dari harga awal yang ditawarkan.

Begitu pula yang diungkapkan oleh informan “Ij” dalam hasil wawancara berikut:

Ya gitulah ada yang nawar harga nya gak masuk akal. Kita kasih harganya
malah pembelinya nawarnya murah banget padahal kita juga modalnya
lebih dari segitu mba. Biasa ada pembeli yang ngerti dan ga ngerti sih
mba. Tapi kale tawarannya masuk akal saya mau aja. Dari pada ga laku
mba (Ya begitulah ada yang menawar harganya tidak masuk akal. Kita
kasih harganya malah pembelinya menawarnya dengan sangat murah,
padahal kita juga modalnya lebih dari segitu Mbak. Biasa ada pembeli
yang mengerti dan ada yang tidak mengerti sih Mbak. Tapi kalau
tawarannya masuk akal, Saya mau saja, daripada tidak laku Mbak)
(Wawancara 26 Desember 2020).

Di samping itu ada pula pembeli yang mengerti dengan keadaan penjual

sebagaimana diungkapkan oleh informan “Yo” dalam hasil wawancara berikut:

Ya tawar aja kalo acilnya kale mau kurang ya tukar aja. Soalnya membari
maras jua sidin bejualan di sungai kale pina kenapa-napa. Tapi munnya
kelarangan tawar jua ai tapi kada menawar behimat yang sampai setengah
harga. Asal tekurang ajalah daripada harga yang dibari sidin (Ya ditawar
saja, kalau penjualnya tidak mau kurang, ya dibeli sajalah. Soalnya kasian
juga penjualnya, jualan ditengah sungai takutnya kenapa-kenapa. Tapi
kalau misalnya kemahalan ya kita tawar saja sedikit tapi tidak menawar
sampai setengah harga. Asal kurang saja dari harga awal). (Wawancara 20
Desember 2020).

Berdasarkan beberapa hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa

terjadi komunikasi dalam proses tawar menawar harga antara penjual dan pembeli

di Pasar Terapung Sungai Barito dimana ada pembeli menawar sampai separuh

dari harga awal yang ditawarkan penjual kemudian penjual menaikkan sedikit
54

harga yang diminta pembeli dan seterusnya sampai tercapai kesepakatan dan

barangnya terjual.

c. Proses Akad atau Kesepakatan

Proses jual beli di Pasar Terapung Sungai Barito diakhiri dengan tradisi

akad yaitu ungkapan kesepakatan serah terima barang antara penjual dan pembeli.

Hal tersebut diungkapkan oleh informan “Mi” dalam hasil wawancara berikut:

Ya begitu tradisi akadnya mbak kalau sudah mau dibayar. Kita harus
bilang „dijuallah‟ nanti pembeli harus bilang „ditukarlah‟ atau dibeli
supaya jualan Saya dan yang dibeli sama pembelinya sama-sama
mendapat berkah Mbak. Supaya sama-sama ikhlas karena Allah swt.
begitu Mbak akadnya. Kalau tidak bilang begitu nanti takutnya tidak
membawa berkah sehingga kami tidak boleh kalau tidak bilang begitu
Mbak (Wawancara 27 Desember 2020)

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa dilakukan proses akad pada saat

serah terima barang dari penjual kepada pembeli dimana penjual berucap

“dijuallah” dan pembeli mengucapkan “ditukarlah”. Proses ini dianggap sebagai

sesuatu yang harus dilakukan agar penjual dan pembeli sama-sama memperoleh

berkah.

d. Kesulitan atau Hambatan yang Dihadapi

Kesulitan dalam komunikasi yang terjadi di Pasar Terapung Sungai Barito

dapat dilihat dari dua perspektif yaitu pertama dari perspektif pembeli dan kedua

dari perspektif penjual.

Informan “Wi” selaku pembeli di Pasar Terapung Sungai Barito

mengungkapkan kesulitan berbelanja di Pasar Terapung Sungai Barito dalam hasil

wawancara berikut:
55

Kesulitannya sih yah karna diatas air. Susah aja gitu kita ga bisa leluasa
kaya di pasar umumnya bisa jalan. Cari apa yang kita mau beli. Kale lni
kita yang disamperin jadi jualan apa aja kita beli sih (Kesulitannya sih ya
karena di atas air. Kita tidak bisa leluasa seperti di pasar pada umumnya.
Susah dalam mencari apa yang kita mau beli, kan penjualnya yang
mendatangi kita sehingga barang jualan yang ada itulah yang kita beli)
(Wawancara 17 Desember 2020).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa pembeli kesulitan dalam mencari

barang yang mau dibeli karena penjualnya yang mendatangi pembeli sehingga apa

yang akan dibeli disesuaikan dengan apa yang tersedia dari penjualnya.

Disamping itu, pembeli juga kesulitan dalam mengakses barang jualan

karena mesti menggunakan kapal sebagaimana diungkapkan oleh informan “As”

dalam hasil wawancara berikut:

Kesulitannya ya pakai kapal. Belum lagi kapalnya agak mahal. Ada yang
100 ribu pulang pergi, ada yang 350 ribu tergantung rutenya dari mana
naiknya. Makin jauh makin mahal. Tapi harga segitu kalau orangnya
banyak sih tidak apa-apa, tapi kalau orangnya sedikit, rugi juga. Misalnya
cuma dua orang saja sekapal, kan kemahalan (Wawancara 19 Desember
2020)

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa pembeli harus menyewa kapal

untuk dapat mengakses barang yang ingin dibeli. Terlebih lagi biaya sewa kapal

tersebut terbilang mahal. Hasil wawancara ini sejalan dengan yang diungkapkan

informan “Yo” dalam hasil wawancara berikut:

Kesulitannya sih kayanya akses nya aja ya. Tapi itulah khasnya dan
korona ini mungkin jadi salah satu kesulitannya juga karna udah ga
banyak yang jualan jadi gak terlalu lengkap pasarnya gak kaya biasa.
Banyak sih penjualnya cuman gak lengkap aja (Kesulitannya itu dari segi
aksesnya ya. Tapi itulah khasnya dan pada masa korona ini menjadi
tambah sulit lagi karena sudah tidak banyak yang jualan jadi tidak terlalu
lengkap sehingga pasarnya tidak seperti biasa. Banyak sih penjualnya tapi
tidak lengkap) (Wawancara 20 Desember 2020).
56

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa pembeli kesulitan dari segi akses ke

penjual ditambah lagi saat ini pandemi Covid-19 sedang melanda sehingga

penjual dan barang jualannya menjadi berkurang dibandingkan dengan masa

sebelum pandemi Covid-19.

Informan “Yo” menambahkan kesulitan lain yang dihadapi pembeli saat

berbelanja di Pasar Terapung Sungai Barito dalam hasil wawancara berikut:

Ya susahnya kalau penjualnya udah pergi ngejar kapal wisatawan lain


yang datang. Kalau ada kapal wisatawan yang datang mereka pergi
berpencar. Kita ga bisa ngejar mereka kemana. Jadi agak bingung kalau
mau beli ini tadi penjualnya udah ga tau bawa kapalnya kemana karna
udah berpencar cari pembeli lain. Mereka pada gesit dan cepet bawa
perahunya. Jadi biasa airnya kecipratan ke kita di kapal yang lain
(Susahnya itu kalau penjualnya sudah pergi mengejar kapal wisatawan lain
yang datang. Kalau ada kapal wisatawan yang datang, mereka pergi
berpencar. Kita tidak bisa mengejar mereka kemana. Jadi agak bingung,
kalau mau beli ini tadi, penjualnya sudah tidak diketahui kapalnya dibawa
kemana, karena sudah berpencar mencari pembeli lain. Para penjual
tersebut gesit dan cepat mengemudikan perahunya. Biasa juga kita
kecipratan air dari kapal yang lain. (Wawancara 20 Desember 2020).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa pembeli kesulitan dalam mencari

penjual karena banyak kapal yang lalu-lalang di tengah sungai apalagi jika penjual

telah berpencar mencari pembeli lainnya. Demikian pula yang diungkapkan oleh

informan “As” dalam hasil wawancara berikut:

Kesulitannya kalau kita mau beli sesuatu tapi gatau yang jualnya dimana.
Soalnya banyak banget kapalnya pada kemana-mana. Pokonya ga bisa
kaya pasar yang di darat sih. Tapi untuk berkunjung dan beli-beli jajanan
ringan sih seru banget. Mereka juga jual buahnya seger-seger dan seru aja
liatnya (Kesulitannya kalau kita mau membeli sesuatu tapi tidak tahu yang
jualnya dimana. Soalnya banyak sekali kapalnya mondar-mandir.
Pokoknya tidak bisa seperti pasar yang di darat. Tapi untuk berkunjung
dan membeli jajanan ringan sangat seru. Mereka juga menjual buah-
buahan dan seru juga dilihatnya). (Wawancara 19 Desember 2020).
57

Dari perspektif penjual, informan “Mi” selaku penjual di Pasar Terapung

Sungai Barito mengungkapkan hal berikut:

Kesulitannya ya naik perahu. Bawa perahu cepat-cepat ke dekat kapal.


Kita tidak tau mba namanya keselamatan nanti tidak diminta-minta
perahunya terbalik. Karna kami rame-rame berburu kecepatan
menawarkan ke pembeli. Belum lagi kalau pembelinya tidak mau beli
dagangan kita karena korona ini pembeli jadi tambah sedikit mba. Kurang
jadi nya yang beli (Kesulitannya karena naik perahu. Kita mesti
mengemudikan perahu cepat-cepat ke dekat kapal yang datang. Kita tidak
tau Mbak bisa saja terjadi hal-hal yang tidak diinginkan misalnya
perahunya terbalik. Karena kami beramai-ramai berburu kecepatan
menawarkan ke pembeli. Belum lagi kalau pembelinya tidak mau beli
dagangan kita, karena korona ini pembeli jadi tambah sedikit Mbak.
Pembeli jadi berkurang). (Wawancara 27 Desember 2020).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa penjual kesulitan dalam mendatangi

pembeli karena menggunakan perahu dan mesti bersaing kecepatan dengan

penjual-penjual lainnya yang juga menggunakan perahu, terlebih lagi di masa

Pandemi Covid-19 saat ini yang menjadikan pembeli semakin berkurang.

Informan “Mi” juga mengungkapkan kesulitan dalam berkomunikasi apabila

pembeli yang datang merupakan orang asing yaitu dalam hasil wawancara

berikut:

Kesulitannya itu kale pembelinya orang asing. Kayak bule gitukan banyak
mba. Kita pusing nawarinnya kayak gimana, udah teriak teriak juga.
Bule‟nya jadi bingung (Kesulitannya itu kalau pembelinya orang asing.
Contohnya Bule, begitukan banyak Mbak. Kita bingung menawarkan
barangnya, jadi teriak-teriak saja, Bule‟nya juga menjadi bingung).
(Wawancara 27 Desember 2020).

Begitu pula dengan keterangan yang diungkapkan oleh informan “Ij” dalam hasil

wawancara berikut:

Kale kesulitan komunikasi kayanya kalau orang pendatang mba misalnya


kurang paham Bahasa Banjar kami susah juga ngomongnya. Soalnya kami
rata-rata kurang pendidikan jadi Bahasa Indonesianya kurang. Jadi banyak
pembeli kurang paham jualan kami ini apa, jadi biasa gak mau beli (Kalau
58

kesulitan komunikasi terjadi kalau orang pendatang Mbak, misalnya orang


tersebut kurang paham Bahasa Banjar, kami susah untuk berbincang-
bincang. Soalnya kami rata-rata kurang pendidikan, jadi Bahasa
Indonesianya kurang. Jadi banyak pembeli kurang paham jualan kami ini
apa, jadi biasa tidak mau membeli). (Wawancara 26 Desember 2020).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa penjual mengalami kesulitan

berkomunikasi apabila pembeli merupakan orang pendatang yang kurang paham

Bahasa Banjar karena umumnya penjual menggunakan Bahasa Daerah dalam

berkomunikasi dengan pembeli. Informan “Ij” mengungkapkan lebih lanjut

kesulitan yang dihadapinya sebagai penjual dalam hasil wawancara berikut:

Ya kalau harinya hujan. Sungai jadinya deras. Kalau ada kapal besar jadi
bergelombang. Kami jadinya yang memakai perahu kecil tergoyang.
Belum lagi kalau air masuk ke dalam perahu. Jadi sambil menawarkan,
kami juga membuang air yang masuk ke dalam perahu supaya perahunya
tidak tenggelam. Kalau hujan juga, kaya ikan asin ini kami tutupin pakai
plastik biar tidak kehujanan tapi biasanya pembelinya lagi yang tidak bisa
lihat jualan kami karena hujan jadi susah begitu Mbak. (Wawancara 26
Desember 2020).

Hasil wawancara menunjukkan bahwa penjual kesulitan ketika musim hujan

dimana perahu penjual kadang kemasukan air. Hal tersebut sejalan dengan yang

diungkapkan Informan “Sa” dalam hasil wawancara berikut:

Kesulitannya yaitu kalau hujan. Sama kalau kita menawarkan jualan kita
ke kapal pembeli terus dengan perahu-perahu lain ternyata jualannya sama.
Ya sebisanya kita sajalah dalam menawarkan, karena rezeki sudah diatur.
Nanti kalau tidak dibeli di kapal itu kita jalan lagi ke kapal lain. Sulitnya
itu karena harus bersaing kecepatan dengan penjual yang lain di atas
sungai sambil mengemudikan perahu. Kalau air masuk dibuangin lagi.
Sekarang sulitnya juga karena sudah sepi Mbak. Karena adanya korona.
(Wawancara 28 Desember 2020).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa penjual kesulitan dalam

mengemudikan perahu karena mesti bersaing kecepatan dengan perahu-perahu


59

penjual lainnya. Disamping itu karena adanya wabah Covid-19 sehingga pembeli

menjadi sepi.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan

bahwa kesulitan-kesulitan yang dihadapi dari pihak pembeli yaitu kesulitan dalam

mencari dan mengakses barang barang jualan, sementara dari pihak penjual yaitu:

kesulitan dalam mendatangi pembeli karena menggunakan perahu, pembeli

menjadi berkurang karena masa Pandemi Covid-19, kesulitan berkomunikasi

dengan orang pendatang yang tidak memahami Bahasa Banjar, dan kesulitan pada

saat musim hujan dimana perahu penjual terkadang kemasukan air.

2. Pola Interaksi Sosial Masyarakat Pasar Terapung di Sungai Barito


Kalimantan Selatan

Proses interaksi sosial pedagang atau penjual dan pembeli di Pasar

Terapung Sungai Barito ditinjau berdasarkan empat bentuk interaksi sosial yaitu:

kerja sama, persaingan, akomodasi, dan konflik.

Proses kerja sama merupakan kegiatan yang dilakukan beberapa orang

untuk mencapai tujuan bersama. Hal tersebut tergambar dalam dalam kegiatan

jual beli di Pasar Terapung Sungai Barito yang diungkapkan oleh informan “As”

dalam hasil wawancara berikut.

Biasanya untuk mendatangi penjual harus pakai kapal, jadi kami para
pembeli bersama-sama menyewa kapal supaya lebih murah karena kalau
orangnya sedikit jadinya rugi. (Wawancara 19 Desember 2020).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa para pembeli di Pasar Terapung

Sungai Barito bekerja sama dalam bentuk patungan untuk menyewa kapal untuk
60

berbelanja di pasar tersebut. Hasil wawancara tersebut sejalan dengan yang

diungkapkan informan “Wi” sebagai berikut:

Pembeli biasanya menyewa satu kapal secara patungan agar supaya tidak
terlalu banyak biaya dikeluarkan untuk sewa kapal apalagi kalau kita mau
keliling-keliling melihat barang jualan. (Wawancara 17 Desember 2020).

Adanya kerja sama yang dilakukan para pembeli yang ingin berbelanja di Pasar

Terapung tersebut bertujuan untuk meminimalisir biaya yang dikeluarkan.

Di sisi lain, terjadi persaingan atau kompetisi antar sesama penjual di Pasar

Terapung Sungai Barito hal tersebut diungkapkan oleh informan “Mi” dalam hasil

wawancara berikut:

Kita mesti mengemudikan perahu cepat-cepat ke dekat kapal yang datang.


Kami beramai-ramai berburu kecepatan menawarkan ke pembeli.
(Wawancara 27 Desember 2020).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa pedagang berkompetisi dengan

pedagang lainnya untuk mendapatkan pembeli. Hal tersebut dikonfirmasi oleh

informan “Yo” selaku pembeli di Pasar Terapung Sungai Barito dalam hasil

wawancara berikut:

Kalau ada kapal wisatawan yang datang, mereka pergi berpencar. Kita
tidak bisa mengejar mereka kemana. Para penjual tersebut gesit dan cepat
mengemudikan perahunya. (Wawancara 20 Desember 2020).

Bentuk persaingan atau kompetisi yang dilakukan para penjual di Pasar Terapung

Sungai Barito yaitu bersaing dalam hal kecepatan mengemudikan perahu untuk

mendatangi pembeli yang berkunjung ke pasar tersebut.

Selanjutnya proses akomodasi merupakan proses penyesuaian sosial dalam

interaksi antara penjual dengan pembeli dalam tawar menawar. Hal tersebut
61

tergambar dalam hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan “Mi” sebagai

berikut:

Kale ada yang nawar stengah harga dari yang kami tawarin ya biasanya
kami gak mau, kami kurangin 5-10 ribu aja. Tapi kale pembelinya tetep
maunya setengah harga ya daripada ga bawa uang jadi kami jual aja mba
gapapa yang penting jadi berkah ada rezeki bisa bawa uang pulang (Kalau
ada yang menawar setengah harga dari yang kami tawarkan ya biasanya
kami tidak mau, kami kurangin 5-10 ribu saja. Tapi kalau pembelinya
tetap maunya setengah harga, ya daripada tidak bawa uang pulang jadi
kami menjualnya saja mbak, tidak apa-apa yang penting menjadi berkah,
ada rezeki yang dibawa pulang). (Wawancara 27 Desember 2020).

Hasil wawancara di atas sejalan dengan yang diungkapkan informan “Sa” dalam

hasil wawancara berikut:

Pokoknya kalau ada yang menawar setengah harga, kita mencocokkan


dengan modal kita, sama untung kita Mbak. Kalau cocok ya dikasih kalau
tidak cocok ya tetap dikasih juga, Insya Allah semuanya tetap menjadi
berkah Mbak, yang penting ikhlas. (Wawancara 28 Desember 2020).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa penjual berupaya menyesuaikan

harga yang diminta pembeli dengan modal yang dikeluarkannya. Namun pada

akhirnya penjual tetap menyetujuinya karena membutuhkan hasil dari penjualan

yang dilakukan.

Dalam interaksi antara penjual dan pembeli terkadang pula terjadi konflik.

Hal tersebut terjadi apabila pembeli yang datang tidak mengerti bahasa setempat

sebagaimana diungkapkan oleh informan “Mi” dalam hasil wawancara berikut:

Kesulitannya itu kale pembelinya orang asing. Kayak bule gitukan banyak
mba. Kita pusing nawarinnya kayak gimana, udah teriak teriak juga.
Bule‟nya jadi bingung (Kesulitannya itu kalau pembelinya orang asing.
Contohnya Bule, begitukan banyak Mbak. Kita bingung menawarkan
barangnya, jadi teriak-teriak saja, Bule‟nya juga menjadi bingung).
(Wawancara 27 Desember 2020).
62

Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapkan informan “Ij” dalam hasil

wawancara berikut:

Kale kesulitan komunikasi kayanya kalau orang pendatang mba misalnya


kurang paham Bahasa Banjar kami susah juga ngomongnya. Soalnya kami
rata-rata kurang pendidikan jadi Bahasa Indonesianya kurang. Jadi banyak
pembeli kurang paham jualan kami ini apa, jadi biasa gak mau beli (Kalau
kesulitan komunikasi terjadi kalau orang pendatang Mbak, misalnya orang
tersebut kurang paham Bahasa Banjar, kami susah untuk berbincang-
bincang. Soalnya kami rata-rata kurang pendidikan, jadi Bahasa
Indonesianya kurang. Jadi banyak pembeli kurang paham jualan kami ini
apa, jadi biasa tidak mau membeli). (Wawancara 26 Desember 2020).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa konflik yang terjadi berupa konflik

komunikasi dengan wisatawan atau pembeli yang tidak paham bahasa setempat

yaitu Bahasa Banjar.

3. Tindakan Tradisi Akad Jual Beli Masyarakat Pasar Terapung di Sungai


Barito Kalimantan Selatan

Tradisi yang terus dijaga oleh masyarakat dalam melakukan transaksi jual

beli di Pasar Terapung Sungai Barito yaitu tradisi akad. Hal tersebut diungkapkan

oleh informan “Mi” dalam hasil wawancara berikut:

Ya gitu tradisi akadnya mba kale udah mau dibayar. Kita harus bilang
“dijuallah” nanti pembeli harus bilang “ditukarlah” supaya jualan saya dan
yang dibeli sama pembelinya berkah mba. Supaya sama-sama ikhlas
karena Allah swt. Gitu mba akadnya. Kale ngga bilang gitu nanti takutnya
ga berkah kami ga beleh kale gak bilang gitu mba (Tradisi akadnya mbak
kalau sudah mau dibayar. Kita harus bilang “dijuallah” nanti pembeli
harus bilang “ditukarlah” atau dibeli supaya jualan Saya dan yang dibeli
sama pembelinya sama-sama mendapat berkah Mbak. Supaya sama-sama
ikhlas karena Allah swt. begitu Mbak akadnya. Kalau tidak bilang begitu
nanti takutnya tidak membawa berkah sehingga kami tidak boleh kalau
tidak bilang begitu Mbak) (Wawancara 27 Desember 2020).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa tradisi akad merupakan proses

persetujuan antara penjual dan pembeli dimana penjual mengucapkan kata


63

“dijuallah” dan pembeli mengucapkan kata “ditukarlah”. Hal tersebut dianggap

sebagai hal yang wajib dilakukan pada saat jual beli di Pasar Terapung Sungai

Barito. Hasil wawancara tersebut sejalan dengan keterangan yang diungkapkan

informan “Wi” dalam hasil wawancara berikut.

Tradisinya itu pada saat barang yang dibeli mau diserahkan ke pembeli.
Tradisi akad namanya disini Mbak. Pada saat diberikan penjual berjabat
tangan dengan pembeli, penjualnya mengucapkan “dijuallah” kemudian
pembelinya mengucapkan “ditukarlah” seperti itu. Agar semuanya
mendapat berkah. (Wawancara 17 Desember 2020).

Hasil wawancara di atas menjelaskan proses tradisi akad dimana penjual berjabat

tangan dengan pembeli kemudian penjual mengucapkan “dijuallah” kemudian

pembeli mengucapkan “ditukarlah”. Begitupula dengan keterangan yang

diungkapkan oleh informan “Yo” dalam hasil wawancara berikut.

Kalau tradisinya itu masyarakat disini kalau sudah deal penjualnya


mengucapkan “dijuallah” kemudian pembeli bilang “ditukarlah”. Artinya
itu pembeli bersedia menukarkan uangnya dengan barang yang dibelinya
(Wawancara 20 Desember 2020).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa perkataan dijuallah dan ditukarlah

memiliki makna bahwa pembeli bersedia menukar uangnya dengan barang yang

dibelinya dan begitu pula sebaliknya, penjual bersedia menjual barangnya dan

menerima uang yang diberikan pembeli.

Tradisi akad yang dilakukan oleh masyarakat di Sungai Barito merupakan

tradisi yang telah dilaksanakan turun temurun. Hal tersebut diungkapkan oleh

informan “As” dalam hasil wawancara berikut.

Ada tradisi pada saat penjualnya menyerahkan barang kepada pembeli. Itu
memang sudah menjadi kebiasaan masyarakat disini Mbak kayak sudah
turun temurun begitu (Wawancara 19 Desember 2020).
64

Berdasarkan beberapa hasil wawancara yang telah dikemukakan, dapat

disimpulkan bahwa tradisi masyarakat pada saat jual beli di Pasar Terapung di

Sungai Barito Kalimantan Selatan dinamakan sebagai tradisi akad. Tradisi akad

tersebut dilaksanakan dengan berjabat tangan kemudian penjual mengucapkan

“dijuallah” kemudian pembeli mengucapkan “ditukarlah”. Ucapan tersebut

memiliki makna bahwa pembeli bersedia menukar uangnya dengan barang yang

dibelinya dan begitu pula sebaliknya, penjual bersedia menjual barangnya dan

menerima uang yang diberikan pembeli.

B. Pembahasan

1. Pola Komunikasi Masyarakat Pasar Terapung di Sungai Barito


Kalimantan Selatan

Komunikasi sosial di Pasar Terapung Sungai Barito terjadi dalam transaksi

jual beli yang berawal dari proses menawarkan barang, proses tawar menawar,

dan proses akad. Proses menawarkan barang dilakukan oleh penjual kepada

pembeli dengan menjelaskan barang-barang apa saja yang dijual oleh penjual.

Setelah itu dilakukan proses tawar menawar. Tawar-menawar (bargaining)

merupakan bagian dari proses pencapaian kesepakatan untuk pertukaran barang

atau jasa. Pada tahap akhir dilakukan proses persetujuan atau kesepakatan yang

ditandai dengan adanya akad.

Komunikasi dalam jual beli di Pasar Terapung Sungai Barito dilakukan di

atas perahu dimana penjual dan pembeli masing-masing berada pada perahu yang

berbeda. Hal tersebut menjadikan penjual harus menghampiri perahu pembeli

terlebih dahulu baru kemudian berkomunikasi menawarkan barang dagangannya


65

yang berada di atas perahunya. Keadaan ini tentunya berbeda dengan pasar yang

berada di darat dimana penjualnya memiliki tempat yang tetap sementara pembeli

yang mendatangi tempat penjual. Proses komunikasi antara penjual dengan

pembeli pada pasar yang berada di darat lebih efektif dibandingkan dengan yang

terjadi di pasar terapung. Pada pasar yang berada di darat pembeli dapat langsung

mengunjungi dan melihat barang dagangan penjual sehingga pembeli dapat

langsung menanyakan harga dari barang yang diinginkan kemudian terjadi proses

tawar menawar sampai terjadi kesepakatan. Sementara pada pasar terapung,

penjual mendatangi pembeli terlebih dahulu untuk menawarkan barang

dagangannya kemudian terjadi proses tawar menawar sampai pada kesepakatan.

Proses komunikasi yang terjadi antara penjual dan pembeli di Pasar

Terapung Sungai Barito merupakan bentuk komunikasi antarpribadi

(interpersonal communication) dimana komunikasi berlangsung secara dialogis

antara dua orang atau lebih. Komunikasi antara penjual dan pembeli tersebut

bersifat transaksional, hal ini relevan dengan yang dikemukakan oleh Sendjaja

(2003) bahwa komunikasi antarpribadi memiliki karakteristik antara lain bersifat

transaksional dan saling ketergantungan antara pihak-pihak yang berkomunikasi.

Penjual dan pembeli di Pasar Terapung Sungai Barito berkomunikasi

secara verbal atau menggunakan kata-kata. Hal ini masuk dalam kategori pola

komunikasi primer dengan menggunakan lambang verbal. DeVito dalam Azeharie

(2016) pola komunikasi primer merupakan suatu proses penyampaian oleh

komunikator kepada komunikan dengan menggunakan suatu simbol atau

lambang. Adapun lambang tersebut terdiri dari dua yaitu lambang verbal dan
66

nonverbal. Lambang verbal yaitu, bahasa yang paling sering digunakan karena

bahasa mampu mengungkapkan pikiran komunikator. Sedangkan lambang

nonverbal yaitu lambang yang digunakan dalam berkomunikasi yang bukan

bahasa, namun merupakan isyarat dengan menggunakan anggota tubuh antara

lain; mata, kepala, bibir, tangan dan lain sebagainya.

2. Pola Interaksi Sosial Masyarakat Pasar Terapung di Sungai Barito


Kalimantan Selatan

Interaksi sosial antara pedagang dan pembeli ditinjau dari bentuk-bentuk

interaksi sosial sebagaimana dikemukakan oleh Soekanto (2017) mengemukakan

yaitu: kerja sama, persaingan, akomodasi, dan konflik. Kerja sama merupakan

perwujudan minat dan perhatian orang untuk bekerja bersama-sama dalam suatu

kesepahaman untuk suatu tujuan tertentu. Persaingan merupakan perjuangan yang

dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu, agar memperoleh

kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau

benturan fisik di pihak lawannya. Akomodasi merupakan proses penyesuaian

sosial dalam interaksi antara pribadi dan kelompok-kelompok manusia untuk

meredakan pertentangan. Artinya proses dimana orang perorang atau kelompok-

kelompok manusia yang mula-mula saling bertentangan, saling mengadakan

penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Konflik merupakan

proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat tertentu, akibat adanya

perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan

adanya semacam gap atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial di

antara mereka yang bertikai tersebut.


67

Proses akomodasi terjadi pada saat tawar menawar harga. Tawar menawar

merupakan proses yang terjadi antara penjual dengan pembeli untuk mencapai

kesepakatan harga yang sama-sama diterima kedua belah pihak. Dalam hal

tersebut dilakukan penyesuaian-penyesuaian harga dan hal ini merupakan indikasi

terjadinya proses akomodasi.

Proses kompetisi terjadi antar penjual dimana para penjual di Pasar

Terapung Sungai Barito bersaing dalam hal kecepatan untuk memperoleh pembeli

agar dagangannya laku. Kompetisi yang terjadi dalam hal tersebut didorong oleh

keinginan untuk memperoleh pembeli agar penjual tersebut memperoleh

penghasilan dari penjualnya. Dengan kata lain kompetisi tersebut terjadi akibat

faktor ekonomi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Remitha (2016) yang

menyimpulkan bahwa faktor yang mendorong persaingan antar pedagang adalah

faktor ekonomi masyarakat, karena apabila ekonomi masyarakat rendah maka

penjualan pun menurun. Begitu pula dengan hasil penelitian Ary Sulistiono

(2017) yang menyimpulkan bahwa persaingan antar pedagang dapat berbentuk

persaingan ekonomi.

Konflik terjadi apabila pengunjung atau pembeli tidak mengerti bahasa

setempat yaitu Bahasa Banjar sehingga kadang pembeli tidak memahami maksud

pembicaraan dari penjual. Bahasa Banjar merupakan bahasa yang digunakan oleh

Suku Banjar yaitu suku bangsa yang menempati wilayah Kalimantan Selatan,

serta sebagian Kalimantan Tengah dan sebagian Kalimantan Timur. Populasi

Suku Banjar dengan jumlah besar juga dapat ditemui di wilayah Riau, Jambi,
68

Sumatra Utara dan Semenanjung Malaysia karena migrasi Orang Banjar pada

abad ke-19 ke Kepulauan Melayu (https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Banjar).

Di samping itu konflik juga terjadi pada saat tawar menawar harga dimana

pembeli terkadang menawar separuh dari harga yang ditawarkan yang

mengakibatkan penjual merelakan dagangannya dalam keadaan terpaksa dengan

pertimbangan lebih baik pulang dengan penghasilan meskipun sedikit daripada

pulang dengan tanpa penghasilan sama sekali. Situasi tersebut selain dilihat dari

perspektif konflik dapat pula dilihat dalam perspektif persaingan atau kompetisi.

Pedagang dan pembeli dapat dikatakan bersaing dalam hal memperoleh harga

yang sesuai dengan harapannya masing-masing. Hal ini sejalan dengan hasil

penelitian Joko Sutarso (2017) yang menyimpulkan bahwa persaingan bukan

hanya terjadi antara pedagang dengan pedagang melainkan antara pedagang yang

ingin mendapat keuntungan yang besar dengan pembeli yang ingin mendapatkan

harga murah.

Dalam interaksi yang terjadi antara penjual dengan pembeli di Pasar

Terapung Sungai Barito terjadi kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial

merupakan hubungan sosial yang terjadi baik secara fisik maupun non fisik.

Kontak sosial yang terjadi secara fisik yaitu bertemunya individu secara langsung,

sedangkan kontak sosial yang terjadi secara non fisik yaitu pada percakapan yang

dilakukan tanpa bertemu langsung, misalnya berhubungan melalui media

elektronik seperti telepon, radio dan lain sebagainya. Interaksi antara penjual dan

pembeli merupakan kontak sosial secara fisik dimana pembeli bertemu secara

langsung dengan penjual.


69

3. Tradisi Akad Jual Beli Masyarakat Pasar Terapung di Sungai Barito


Kalimantan Selatan

Tradisi yang dilakukan oleh masyarakat di Pasar Terapung Sungai Barito

disebut dengan tradisi akad. Akad tersebut merupakan ungkapan secara lisan

bahwa penjual dan pembeli sama-sama menyepakati jual beli yang dilakukan.

Penjual mengucapkan kata “dijuallah” dan pembeli mengucapkan kata

“ditukarlah”. Proses ini dipercaya bagi masyarakat setempat sebagai sesuatu yang

wajib untuk dilaksanakan agar penjual dan pembeli sama-sama memperoleh

berkah atas transaksi jual beli yang dilakukan.

Akad merupakan hal yang dilakukan masyarakat dalam transaksi jual beli

di Pasar Terapung Sungai Barito dan dipraktekkan oleh masyarakat lokal sejak

dahulu dengan kata lain tradisi tersebut telah dilaksanakan secara turun temurun.

Hal tersebut mengindikasikan bahwa akad termasuk dalam tradisi, sebagaimana

dikemukakan oleh Sztompka (2007) bahwa tradisi merupakan warisan yang benar

atau warisan masa lalu.

Tradisi akad yang dilaksanakan dalam transaksi jual beli di Pasar

Terapung Sungai Barito diyakini masyarakat setempat sebagai proses yang wajib

dilakukan agar keduanya yakni pihak penjual dan pembeli sama-sama

mendapatkan berkah. Berkah tersebut diharapkan dapat berupa kebermanfaatan

barang yang dibeli oleh pembeli dan kebermanfaatan uang yang diperoleh penjual

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu keberkatan yang diharapkan

dapat berupa keselamatan penjual dan pembeli karena proses transaksi jual

belinya dilakukan di atas permukaan sungai yang berisiko tinggi. Dengan harapan

memperoleh keberkahan-keberkahan tersebut tradisi akad menjadi norma yang


70

dianggap wajib dilaksanakan masyarakat setempat. Dari perspektif ini tradisi akad

berfungsi sebagai sumber legitimasi yang memberikan manfaat bagi yang

melaksanakannya. Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan Shils dalam

Sztompka (2007) bahwa tradisi memiliki fungsi sebagai sumber legitimasi

terhadap pandangan hidup, keyakinan, pranata dan aturan yang sudah ada.

Semuanya ini memerlukan pembenaran agar dapat mengikat anggotanya.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Komunikasi sosial yang dilakukan oleh masyarakat dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya di Pasar Terapung Sungai Barito Kalimantan Selatan

terjadi pada saat transaksi jual beli mulai dari proses menawarkan barang,

proses tawar menawar, dan proses kesepakatan antara penjual dan pembeli.

Proses menawarkan barang dilakukan oleh penjual yang menawarkan barang

jualannya kepada pembeli dengan cara mendekati atau menaiki perahu

pembeli kemudian menawarkan barang jualannya. Dalam proses tawar

menawar harga antara penjual dan pembeli ada pembeli yang menawar sampai

separuh dari harga awal yang ditawarkan penjual kemudian penjual

menaikkan sedikit harga yang diminta pembeli dan seterusnya sampai tercapai

kesepakatan dan barangnya terjual. Proses pencapaian kesepakatan dilakukan

dengan proses akad dimana penjual berucap “dijuallah” dan pembeli

mengucapkan “ditukarlah”. Proses ini dianggap sebagai sesuatu yang harus

dilakukan agar penjual dan pembeli sama-sama memperoleh berkah.

2. Interaksi sosial pedagang atau penjual dan pembeli di Pasar Terapung Sungai

Barito ditinjau berdasarkan empat bentuk interaksi sosial yaitu: kerja sama,

persaingan, akomodasi, dan konflik. Kerja sama dilakukan dalam bentuk

patungan menyewa kapal untuk berbelanja di pasar tersebut dengan tujuan

71
72

untuk meminimalisir biaya yang dikeluarkan. Persaingan terjadi antar

pedagang untuk mendapatkan pembeli dimana para pedagang bersaing dalam

hal kecepatan mengemudikan perahu untuk mendatangi pembeli yang

berkunjung ke pasar tersebut. Proses akomodasi terjadi dalam bentuk upaya

penyesuaian harga pada saat tawar menawar. Konflik yang terjadi berupa

konflik komunikasi dengan wisatawan atau pembeli yang tidak paham bahasa

setempat yaitu Bahasa Banjar.

3. Tradisi yang dilakukan dalam jual beli di Pasar Terapung Sungai Barito

Kalimantan Selatan yaitu tradisi akad. Tradisi akad tersebut merupakan proses

persetujuan antara penjual dan pembeli dimana penjual mengucapkan kata

“dijuallah” dan pembeli mengucapkan kata “ditukarlah”. Hal tersebut

dianggap sebagai hal yang wajib dilakukan pada saat jual beli di Pasar

Terapung Sungai Barito.

B. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan yang dialami penulis dalam penelitian ini adalah:

1. Terbatasnya jumlah informan selama pandemik berlangsung, sehingga

informasi yang diperoleh hanya berdasarkan keterangan dari informan-

informan tersebut.

2. Dikarenakan perahu menjadi akses yang digunakan, penjual tidak bisa terlalu

lama menghentikan perahunya di samping kapal peneliti. Dikarenakan perahu

kecil yang digunakan penjual akan kemasukan air. jika mereka terlalu lama

berhenti, air akan masuk dari celah-celah perahu sehingga mereka harus

menguras air terus-menerus sambil menjajakan jualan masing-masing. Jadi


73

ketika peneliti mewawancarai penjual tersebut, mereka menjadi tidak fokus

dan ingin cepat-cepat bergerak agar perahu mereka tidak tenggelam.

3. Adanya wabah covid-19 peneliti tidak bisa melakukan wawancara dengan

waktu yang lama karena ketatnya peraturan PSBB saat penelitian berlangsung.

Mengakibatkan sedikitnya penjual dan pembeli untuk peneliti wawancarai.

4. Akses yang cukup sulit untuk bisa menuju ke pasar terapung yang berada di

tengah sungai, membuat peneliti cukup kesusahan. Dikarenakan ketersediaan

kapal yang tidak banyak. dan waktu yang terbilang cukup cepat, karena pasar

terapung buka pada pukul 04.00 dini hari hingga 06.00 pagi hari.

5. Kegesitan penjual di atas air juga membuat peneliti susah untuk

mewawancarai lebih lanjut. Karena para penjual berburu pembeli yang banyak

berdatangan jadi mereka tidak bisa di wawancarai lebih lama. Dan

dikarenakan aksesnya di tengah sungai menggunakan kapal, sulit bagi peneliti

mengejar para penjual yang membawa perahu mereka masing-masing.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, penulis mengemukakan

saran, sebagai berikut.

1. Gambaran komunikasi dan interaksi sosial yang terjadi di Pasar Terapung

Sungai Barito Kalimantan Selatan hendaknya dapat menjadi pertimbangan

bagi pemerintah setempat untuk memperbaiki fasilitas di Pasar Tersebut.

2. Tradisi akad dalam proses jual beli di Pasar Terapung Sungai Barito

merupakan hal yang positif untuk terus dilestarikan sehingga hendaknya


74

masyarakat baik lokal maupun non lokal dapat terus mempraktekkannya di

masa kini hingga masa mendatang.

3. Hendaknya dilakukan penelitian lanjutan mengenai komunikasi sosial dengan

subjek penelitian yang berbeda.

D. Rekomendasi Penelitian

Penelitian ini hanya mengkaji komunikasi dan interaksi sosial yang

berdasarkan keterangan penjual dan pembeli di Pasar Terapung Sungai Barito

sehingga belum mencakup masyarakat pada umumnya di lokasi tersebut. Dengan

demikian perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan masyarakat yang lebih luas

misalnya masyarakat yang pekerjaannya menyewakan kapal di pasar tersebut dan

wisatawan yang datang berkunjung baik wisatawan lokal maupun wisatawan

asing.
75

GLOSARIUM

Acil : Tante

Batakun : Bertanya

Ditukarlah : Dibelilah

Hakun : Mau, Bersedia, Setuju

Handak : Hendak

Iwak : Ikan

Iwak Karing : Ikan Kering

Kada : Tidak

Maras : Kasihan

Mun : Jika

Sidin : Beliau

Takun : Tanya

Tukar : Beli

Ulun : Saya
76

DAFTAR PUSTAKA

Asmah. 2017. Hukum persaingan usaha. Makassar : Cv Sosial Politic Genius

Azeharie, S. 2016. Pola Komunikasi Antara Pedagang dan Pembeli di Desa Pare,
Kampung Inggris Kediri. Jurnal Komunikasi, 7(2), 207-223.

Cangara, Hafied. 2016. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Raja Grafindo


Persada.

Effendy, Onong Uchjana. 2017. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung :
Remaja Rosda Karya.

Eriyanto. 2014. Strategi Baru Dalam Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial
Lainnya. Jakarta : Kencana

Griffin, E. 2012. A First Look At Communication Theory. 8th edition . New


York: Mac GrawHill.

George, Ritzer. 2003. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta


: Grafindo Persada

Hamdi. 2016. Energi Terbarukan. Jakarta : Kencana

Ibrahim, Abd. Syukur. 1994. Etnografi Komunikasi. Surabaya: Usaha Nasional

Iswatiningsih, Daroe. "Etnografi komunikasi: sebuah pendekatan dalam mengkaji


perilaku masyarakat tutur perempuan jawa." PROSIDING PRASASTI
(2016): 38-45.

Johan, Suwinto. 2011. Studi Kelayakan Bersaing Dalam Persaingan Usaha


Perkembangan Komersial . Yogyakarta : Graha Ilmu

Remitha. 2016. Hubungan Sosial Antar Pedagang Barang Harian Di Pasar Inpres
Bangkinang. JOM FISIP, 3(2), 1-14.

Ruliana Poppy dan Lestari Puji. 2019. Teori Komunikasi. Depok: Rajawali Pers

Morissan. 2013. Teori Komunikasi : Individu Hingga Massa. Jakarta : Prenada


Media Group.

Mahyuddin. 2019. Sosiologi Komunikasi : Dinamika Relasi Sosial di dalam era


virtualisasi. Makassar : Penerbit Shofia

Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : Remaja


Rasadakarya
77

Narwoko, J.Dwi, dan Suyanto, Bagong. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan
Terapan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Purwasito, Andrik. 2002. Komunikasi Multikultural. Surakarta: Muhammadiyah


University Press.

Sendjaja, S. D. 2003. Teori Komunikasi (Communication Theory). Jakarta:


Universitas Terbuka.

Soekanto, Soerjono. 2017. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo


Persada.

Supratman, Lucy Pujasari; RAFIQI, Adli. Kajian etnografi komunikasi pada gaya
berkomunikasi komunitas hansamo modern dance boys di Kota Bandung.
Jurnal Kajian Komunikasi, 2016, 4.1: 1-9.

Suryanto, Bagong. dan Sutinah. 2010. Metode Penelitian Sosial Berbagai


Alternatif pendekatan. Jakarta : Kencana Prenada Media.

Sutaryo. 2014. Sosiologi Komunikasi. In: Ruang Lingkup Komunikasi. Jakarta:


Universitas Terbuka.

Sztompka, P. 2007. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada Media Grup.

Tohari, Muhammad. 2018. Hukum Persaingan Usaha Integrasi Pasar Tradisional


dan Pasar Modern. Solo : Ivorie

Wood, J. T. 2013. Communication in Our Lives.Sixth Edition. Boston USA:


Wadsworth Cengage Learning.

Sumber Lain :

Andini Elizabeth. “Pasar Tradisional dan Pasar Modern” Sumber:


https://andinielizabeth. wordpress.com/2013/04/17/pasar-tradisional-dan-
pasar-modern/ (Diakses, jam 06.00 AM)

Ardy, T., Poerbantanoe, B. 2014. Pasar Terapung Di Banjarmasin, Kalimantan


Selatan. JURNAL eDIMENSI ARSITEKTUR Vol. II, No. 1 (2014), 336-
342

Dharma, F.A (2018). Konstruksi Realitas Sosial:Pemikiran Peter L. Berger


Tentang Kenyataan Sosial. Program S3 Ilmu Sosial Universitas Airlangga.
(jurnal)

Malik Muqtadir. “Pengertian Pasar Modal, Tradisional, Oligopoli, Monopolistik,


dan Pasar
78

Nugroho, O.C. 2015. Interaksi Simbolik Dalam Komunikasi Budaya (Studi


Analisis Fasilitas Publik Di Kabupaten Ponorogo) (jurnal)

Nuzuldin, M. 2017. Interaksi Sosial Pedagang Sayur di Pasar Induk Minasa Upa
Kecamatan Sumba Opu Kabupaten Gowa. UIN Alauddin Makassar.
(skripsi)

Saputra, S.D. 2014. Komunikasi Tawar Menawar Dalam Perdagangan ( Studi


Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Tawar-Menawar Pada Penjual Dan
Pembeli Di Pasar Klewer Surakarta). Universitas Sebelas Maret. (Skripsi)

Social Science Belajar. “Pengertian dan Jenis-jenis Interaksi Sosial” Sumber:


http://www.ssbelajar. net/2013/05/interaksi-sosial.html (Diakses, jam
10.00 AM).

Subaidi, Muazaroh S. 2019. Kebutuhan Manusia Dalam Pemikiran Abraham


Maslow (Tinjauan Maqasaid Syariah). Pondok Pesantren Mahasiswa AL-
ASHFA Yogyakarta (jurnal).

Sulistiono, Ary. 2017. Interaksi Antar Pedagang Kaki Lima Jalan Gambir Kota
Tanjung Pinang. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Program Studi Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Sutarso, Joko. 2017. Pola Komunikasi Pedagang dan Pembeli di Pasar


Tradisional: Perspektif Jender di Pasar Sidodadi Kleco Surakarta. Jurnal
Ilmu Komunikasi Acta Diurna, 13(1), 1-12.

Vera, N., Wihardi, D. (2012) “jagongan sebagai bentuk komunikasi sosial pada
masyarakat solo dan manfaatnya bagi pembangunan daerah.” Fakultas
Ilmu Komunikasi, Universitas Budi Luhur, Jakarta 12260 (jurnal ilmiah
diakses pada 29 agustus 2020, jam 16.00 )

Wikipedia, “Pasar” https://id.wikipedia.org/wiki/Pasar (Diakses pada tanggal


pukul 23:44).
79

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Identitas Informan Penelitian

Nama : Wiwin
Inisial : Wi
Alamat : Handil Bakti, Kalsel
Umur : 40 tahun
Pekerjaan : IRT

Nama : Asnah
Inisial : As
Alamat : Jalan Ahmad Yani, Kalsel
Umur : 31 tahun
Pekerjaan : IRT

Nama : Yogi
Inisial : Yo
Alamat : Griya Raisan, Kalsel
Umur : 26 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta

Nama : Mila
Inisial : Mi
Alamat : Sekitar Pesisir Sungai Barito
Umur : 37 tahun
Pekerjaan : Pedagang di Pasar Terapung Sungai Barito

Nama : Ijah
Inisial : Ij
Alamat : Sekitar Pesisir Sungai Barito
Umur : 50 tahun
Pekerjaan : Pedagang di Pasar Terapung Sungai Barito

Nama : Sarwadi
Inisial : Sa
Alamat : Sekitar Pesisir Sungai Barito
Umur : 50 tahun
Pekerjaan : Pedagang di Pasar Terapung Sungai Barito
80

Lampiran 2. Hasil Wawancara

Hasil Wawancara dengan Pembeli

Pertanyaan 1: Bagaimana komunikasi dengan penjual jika ingin membeli


barang?

Bu Wiwin : Pembeli biasanya menyewa satu kapal secara patungan agar


supaya tidak terlalu banyak biaya dikeluarkan untuk sewa kapal
apalagi kalau kita mau keliling-keliling melihat barang jualan.
Biasanya penjualnya yang naik perahu biasa langsung
menawarkan/datang ke dekat perahu yang kita pakai ke pasar
apung yang ditengah sungai ini. jadi kami pembeli biasanya
belum sempat memanggil, penjual sudah berdatangan dengan
menempelkan perahu masing-masing di samping kapal kami,
sambil menawarkan barang dagangan masing-masing yang
beragam.

Bu Asnah : Kami kiau ai biasa. Kaya melambaikan tangan. Munnya misalnya


acilnya jauh di subarang. Kami kuriaki. Cil sini pian handak ulun
tukari! (Kami panggil biasanya, misalnya dengan melambaikan
tangan. Tapi kalau penjualnya jauh ke kapal lain, kami teriakin
supaya didengar, misalnya Mbak sini Mbak!)

Pak Yogi : Biasa kita takun ai, Cil pian bejualan apa aja soalnya biasanya
sidin bejualan beragam. Satu perahu tuh biasanya bisa bjualan
iwak karing, buah-buahan macam macam pang (Biasa kita
tanyain Mbak, jual apa aja. Soalnya dalam satu perahu bisa jual
macam-macam. Kayak ikan kering sama buah-buahan).

Pertanyaan 2: Bagaimana proses dan komunikasi jika ingin menawar harga?

Bu Wiwin : Ya kita betakun ai lawan acil atau amangnya kawa kuranglah cil
25 gin. Lah. Mun 25 ulun tukari. Kaya gitu mba (Ya kita tanya
sama penjualnya bisa kurang tidak Mbak, 25 ribu lah, kalau 25,
Saya beli. Seperti itu Mbak).

Bu Asnah : Biasa ditawari ke harga setengahnya dulu. Nanti acilnya yang


menaiki harganya dri harga yang saya maui. Biasa juga klo kada
mau ditawar tulak acilnya. Munnya hakunja ditawari harga dari
stengah yang inya sambat di bungkus kannua langsung tukaran
kita (Biasanya kita menawar harganya ke setengah harga awal
yang ditawarkan ke kita. Nanti penjualnya naikin harganya sedikit
dari harga yang kita mau. Pokoknya saling menawar saja. Kita
tetap sama harga tawaran kita. Kalau penjualnya tidak mau dia
81

bakalan pergi. Tapi kalau diterima dengan harga segitu dia akan
langsung membungkus barang yang kita mau beli tadi dan
menawarkan barang yang lain lagi).

Pak Yogi : Ya tawar aja kalo acilnya kale mau kurang ya tukar aja. Soalnya
membari maras jua sidin bejualan di sungai kale pina kenapa-
napa. Tapi munnya kelarangan tawar jua ai tapi kada menawar
behimat yang sampai setengah harga. Asal tekurang ajalah
daripada harga yang dibari sidin (Ya ditawar saja, kalau
penjualnya tidak mau kurang, ya dibeli sajalah. Soalnya kasian
juga penjualnya, jualan ditengah sungai takutnya kenapa-kenapa.
Tapi kalau misalnya kemahalan ya kita tawar saja sedikit tapi
tidak menawar sampai setengah harga. Asal kurang saja dari
harga awal).

Pertanyaan 3: Bagaimana hambatan atau kesulitan yang dihadapi pembeli dalam


melakukan transaksi jual beli di pasar terapung?

Bu Wiwin : Kesulitannya itu ya harus naik kapal ke tengah sungai. Tempat


pasar terapungnya kan di tengah sungai. Goyang-goyang kalau
orang penakut ya susah.
Kesulitannya sih yah karna diatas air. Susah aja gitu kita ga bisa
leluasa kaya di pasar umumnya bisa jalan. Cari apa yang kita mau
beli. Kale lni kita yang disamperin jadi jualan apa aja kita beli sih
(Kesulitannya sih ya karena di atas air. Kita tidak bisa leluasa
seperti di pasar pada umumnya. Susah dalam mencari apa yang
kita mau beli, kan penjualnya yang mendatangi kita sehingga
barang jualan yang ada itulah yang kita beli).

Bu Asnah : Kesulitannya ya pakai kapal. Belum lagi kapalnya agak mahal.


Ada yang 100 ribu pulang pergi, ada yang 350 ribu tergantung
rutenya dari mana naiknya. Makin jauh makin mahal. Tapi harga
segitu kalau orangnya banyak sih tidak apa-apa, tapi kalau
orangnya sedikit, rugi juga. Misalnya cuma dua orang saja
sekapal, kan kemahalan.
Kesulitannya kalau kita mau membeli sesuatu tapi tidak tahu yang
jualnya dimana. Soalnya banyak sekali kapalnya mondar-mandir.
Pokoknya tidak bisa seperti pasar yang di darat sih. Tapi untuk
berkunjung dan membeli jajanan ringan sih sangat seru. Mereka
juga menjual buah-buahan dan seru juga dilihatnya.

Pak Yogi : Susahnya itu kalau penjualnya sudah pergi mengejar kapal
wisatawan lain yang datang. Kalau ada kapal wisatawan yang
datang, mereka pergi berpencar. Kita tidak bisa mengejar mereka
kemana. Jadi agak bingung, kalau mau beli ini tadi, penjualnya
82

sudah tidak diketahui kapalnya dibawa kemana, karena sudah


berpencar mencari pembeli lain. Para penjual tersebut gesit dan
cepat mengemudikan perahunya. Biasa juga kita kecipratan air
dari kapal yang lain.
Kesulitannya sih kayanya akses nya aja ya. Tapi itulah khasnya
dan korona ini mungkin jadi salah satu kesulitannya juga karna
udah ga banyak yang jualan jadi gak terlalu lengkap pasarnya gak
kaya biasa. Banyak sih penjualnya cuman gak lengkap aja
(Kesulitannya itu dari segi aksesnya ya. Tapi itulah khasnya dan
pada masa korona ini menjadi tambah sulit lagi karena sudah
tidak banyak yang jualan jadi tidak terlalu lengkap sehingga
pasarnya tidak seperti biasa. Banyak sih penjualnya tapi tidak
lengkap).

Pertanyaan 4: Bagaimana tradisi dalam melakukan transaksi jual beli di pasar


terapung?

Bu Wiwin : Tradisinya itu pada saat barang yang dibeli mau diserahkan ke
pembeli. Tradisi akad namanya disini Mbak. Pada saat diberikan
penjual berjabat tangan dengan pembeli, penjualnya
mengucapkan “dijuallah” kemudian pembelinya mengucapkan
“ditukarlah” seperti itu. Agar semuanya mendapat berkah.

Bu Asnah : Ada tradisi pada saat penjualnya menyerahkan barang kepada


pembeli. Itu memang sudah menjadi kebiasaan masyarakat disini
Mbak kayak sudah turun temurun begitu.

Pak Yogi : Kalau tradisinya itu masyarakat disini kalau sudah deal
penjualnya mengucapkan “dijuallah” kemudian pembeli bilang
“ditukarlah”. Artinya itu pembeli bersedia menukarkan uangnya
dengan barang yang dibelinya.
83

Hasil Wawancara dengan Penjual

Pertanyaan 1: Bagaimana komunikasi dengan pembeli jika ingin menawarkan


barang?

Bu Mila : Ya seperti tadi yang Mbak lihat. Kami langsung mendatangi kapal
wisatawan yang datang. Kami mendekati perahunya dan merapat
ke kapal pembeli. Dan kami menawarkan macam-macam jualan
kami. Biasa buahnya Saya kasih coba ke pembeli, kalau
pembelinya suka karena rasanya manis, pembelinya biasa beli.
Pokoknya kami kasih coba dulu buahnya secara gratis kalau suka
ya dibeli, kalau tidak ya kami tawarkan yang lain.

Bu Ijah : Kami datangi pembelinya, terus kami tanya mau ini kah?
Misalnya Saya kan jualan kue saya tawarin mau kue kah Mbak,
Mas? Ada teh juga, mau teh kah? Begitu.

Pak Sarwadi : Kami dekati dulu kemudian kami tawarkan jualan kami. Biasa
juga kalau kapalnya agak besar kami sampai naik ke kapalnya
menawarkan jualan kami. Tapi kami izin dulu kalau
diperbolehkan naik, kami naik dan kalau tidak, kami di kapal
kami saja. Biasanya kan pembeli mau memegang dan melihat
jelas, jadi kami bawakan barangnya naik ke atas terus kami
tawarkan sampai pembelinya mau beli. Begitu Mbak.

Pertanyaan 2: Bagaimana proses dan komunikasi dengan pembeli dalam tawar


menawar?

Bu Mila : Kalau tawar menawar kami kan cari untung juga mba yah
namanya jualan diatas kapal. Belum tau ntar kenapa-kenapa, ya
emang agak lebih mahal kami jualnya tapi emang semuanya fresh
mba dan kami jualnya banyak. Kale ada yang nawar stengah
harga dari yang kami tawarin ya biasanya kami gak mau, kami
kurangin 5-10 ribu aja. Tapi kale pembelinya tetep maunya
setengah harga ya daripada ga bawa uang jadi kami jual aja mba
gapapa yang penting jadi berkah ada rezeki bisa bawa uang
pulang (Kalau tawar menawar kami kan cari untung juga Mbak
ya, namanya jualan di atas kapal. Siapa tahu terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan, ya memang agak lebih mahal kami menjualnya
tapi semuanya fresh Mbak, dan kami jualnya banyak. Kalau ada
yang menawar setengah harga dari yang kami tawarkan ya
biasanya kami tidak mau, kami kurangin 5-10 ribu saja. Tapi
kalau pembelinya tetap maunya setengah harga, ya daripada tidak
bawa uang pulang jadi kami menjualnya saja mbak, tidak apa-apa
yang penting menjadi berkah, ada rezeki yang dibawa pulang).
84

Bu Ijah : Ya gitulah ada yang nawar harga nya gak masuk akal. Kita kasih
harganya malah pembelinya nawarnya murah banget padahal kita
juga modalnya lebih dari segitu mba. Biasa ada pembeli yang
ngerti dan ga ngerti sih mba. Tapi kale tawarannya masuk akal
saya mau aja. Dari pada ga laku mba (Ya begitulah ada yang
menawar harganya tidak masuk akal. Kita kasih harganya malah
pembelinya menawarnya dengan sangat murah, padahal kita juga
modalnya lebih dari segitu Mbak. Biasa ada pembeli yang
mengerti dan ada yang tidak mengerti sih Mbak. Tapi kalau
tawarannya masuk akal, Saya mau saja, daripada tidak laku
Mbak)

Pa Sarwadi : Ya kita tidak ambil untung banyak-banyak Mbak. Kalau laku


Alhamdulillah kalau tidak ya kita berupaya sampai laku.
Pokoknya kalau ada yang menawar setengah harga, kita
mencocokkan dengan modal kita, sama untung kita Mbak. Kalau
cocok ya dikasih kalau tidak cocok ya tetap dikasih juga, Insya
Allah semuanya tetap menjadi berkah Mbak, yang penting ikhlas.

Pertanyaan 3: Bagaimana hambatan atau kesulitan yang dihadapi penjual dalam


melakukan transaksi jual beli di pasar terapung?

Bu Mila : Kesulitannya itu kale pembelinya orang asing. Kayak bule


gitukan banyak mba. Kita pusing nawarinnya kayak gimana, udah
teriak teriak juga. Bule‟nya jadi bingung (Kesulitannya itu kalau
pembelinya orang asing. Contohnya Bule, begitukan banyak
Mbak. Kita bingung menawarkan barangnya, jadi teriak-teriak
saja, Bule‟nya juga menjadi bingung).
Kesulitannya ya naik perahu. Bawa perahu cepat-cepat ke dekat
kapal. Kita tidak tau mba namanya keselamatan nanti tidak
diminta-minta perahunya terbalik. Karna kami rame-rame berburu
kecepatan menawarkan ke pembeli. Belum lagi kalau pembelinya
tidak mau beli dagangan kita karena korona ini pembeli jadi
tambah sedikit mba. Kurang jadi nya yang beli (Kesulitannya
karena naik perahu. Kita mesti mengemudikan perahu cepat-cepat
ke dekat kapal yang datang. Kita tidak tau Mbak bisa saja terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan misalnya perahunya terbalik.
Karena kami beramai-ramai berburu kecepatan menawarkan ke
pembeli. Belum lagi kalau pembelinya tidak mau beli dagangan
kita, karena korona ini pembeli jadi tambah sedikit Mbak.
Pembeli jadi berkurang).

Bu Ijah : Kale kesulitan komunikasi kayanya kalau orang pendatang mba


misalnya kurang paham Bahasa Banjar kami susah juga
ngomongnya. Soalnya kami rata-rata kurang pendidikan jadi
85

Bahasa Indonesianya kurang. Jadi banyak pembeli kurang paham


jualan kami ini apa, jadi biasa gak mau beli (Kalau kesulitan
komunikasi terjadi kalau orang pendatang Mbak, misalnya orang
tersebut kurang paham Bahasa Banjar, kami susah untuk
berbincang-bincang. Soalnya kami rata-rata kurang pendidikan,
jadi Bahasa Indonesianya kurang. Jadi banyak pembeli kurang
paham jualan kami ini apa, jadi biasa tidak mau membeli).
Ya kalau harinya hujan. Sungai jadinya deras. Kalau ada kapal
besar jadi bergelombang. Kami jadinya yang memakai perahu
kecil tergoyang. Belum lagi kalau air masuk ke dalam perahu.
Jadi sambil menawarkan, kami juga membuang air yang masuk
ke dalam perahu supaya perahunya tidak tenggelam. Kalau hujan
juga, kaya ikan asin ini kami tutupin pakai plastik biar tidak
kehujanan tapi biasanya pembelinya lagi yang tidak bisa lihat
jualan kami karena hujan jadi susah begitu Mbak.

Pa Sarwadi : Kesulitannya kalau lagi ramai-ramai penjual mendatangi kapal


yang baru datang. Karena kami banyak yang menawarkan
sehingga pembeli menjadi bingung mau beli yang mana dan
mendengar yang mana. Karena kami mengepung kapal untuk
menawarkan jualan kami masing-masing. Jadi kalau yang tidak
jago menawarkannya, bisa tidak kedengaran dengan pembeli
tersebut. Jadi biasa barang kita tidak dibeli. Apalagi kalau jualan
kita sama dengan perahu yang disampingnya.
Kesulitannya yaitu kalau hujan. Sama kalau kita menawarkan
jualan kita ke kapal pembeli terus dengan perahu-perahu lain
ternyata jualannya sama. Ya sebisanya kita sajalah dalam
menawarkan, karena rezeki sudah diatur. Nanti kalau tidak dibeli
di kapal itu kita jalan lagi ke kapal lain. Sulitnya itu karena harus
bersaing kecepatan dengan penjual yang lain di atas sungai sambil
mengemudikan perahu. Kalau air masuk dibuangin lagi. Sekarang
sulitnya juga karena sudah sepi Mbak. Karena adanya korona.

Pertanyaan 4: Bagaimana tradisi dalam melakukan transaksi jual beli di pasar


terapung?

Bu Mila : Ya gitu tradisi akadnya mba kale udah mau dibayar. Kita harus
bilang “dijuallah” nanti pembeli harus bilang “ditukarlah” supaya
jualan saya dan yang dibeli sama pembelinya berkah mba. Supaya
sama-sama ikhlas karena Allah swt. Gitu mba akadnya. Kale ngga
bilang gitu nanti takutnya ga berkah kami ga beleh kale gak
bilang gitu mba (Tradisi akadnya mbak kalau sudah mau dibayar.
Kita harus bilang “dijuallah” nanti pembeli harus bilang
“ditukarlah” atau dibeli supaya jualan Saya dan yang dibeli sama
pembelinya sama-sama mendapat berkah Mbak. Supaya sama-
sama ikhlas karena Allah swt. begitu Mbak akadnya. Kalau tidak
86

bilang begitu nanti takutnya tidak membawa berkah sehingga


kami tidak boleh kalau tidak bilang begitu Mbak).

Bu Ijah : Biasanya itu penjual mesti mengucapkan kata untuk sepakat


dengan pembeli. Penjual bilang “dijuallah” dan pembeli bilang
“ditukarlah”. Itu supaya sama-sama mendapat berkah Mbak dari
penjualannya.

Pa Sarwadi : Tradisinya itu, kita berjabat tangan dengan pembeli sambil


mengucapkan “dijuallah” kemudian pembeli menjawab
“ditukarlah”. Kayak gitu Mbak.

Anda mungkin juga menyukai