Anda di halaman 1dari 159

MIRAWATI

PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT


TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH

Penerbit:

LSIP
(Lembaga Studi Islam Progresif)
2011

PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP


PEMBIAYAAN MURABAHAH

MIRAWATI

Editor : Ahmad Rodoni, Khamami Azda


Desain Cover : Saifuddin
Lay out : Muhammad Mulyadi

Penerbit:
LSIP (Lembaga Studi Islam Progresif)
Jl. Alam Indah Villa Inti Persada Blok C6/ No: 36
Pamulang, Tangerang Selatan
Telp/Fax : 021-7497810

ISBN : 978-979-998535-9-2
Cetakan I, Agustus 2011

Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan


Mirawati
Persepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah /
Mirawati
Jakarta : LSIP, 2011
202 hlm, 16 X 24 cm
ISBN : 978-979-98535-9-2
I. Judul
II. Mirawati

KATA PENGANTAR

Alhamdulilla>h, berkat rahmat dan karunia Allah Swt. penulis


dapat menyelesaikan buku yang berjudul Persepsi dan perilaku
Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah. Shalawat dan salam
senantiasa dicurahkan kehadirat Nabi Muhammad Saw., beserta
keluarganya, para sahabat, serta pengikut jejak risalahnya hingga akhir
zaman. Amin.
Setelah melalui perjalanan yang cukup melelahkan, akhirnya
buku ini dapat selesai dengan segala kekurangannya dan kelebihannya,
buku ini berasal dari tesis yang dipertahankan dalam sidang ujian
promosi magister pada Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada hati kamis, 11 Agustus 2011.
Buku ini merupakan sebuah kajian studi lapangan untuk melihat
faktor-faktor persepsi dan perilaku masyarakat dalam memilih
pembiayaan murabahah di Bank Muamalat cabang Pekanbaru. Setelah
itu dianalisis menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode
analisis deskriptif. Buku ini juga diperkaya oleh teori dari disiplin ilmu
ekonomi Islam terutama yang menyangkut pada pembiayaan murabahah.
Seraya memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Swt. dengan
penuh ketulusan hati penulis menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya, kepada berbagai pihak yang
berkenan membantu, membimbing, memberi kemudahan dalam
penyelesaian buku ini.
Kepada Prof. Dr. Ahmad Rodoni, yang telah membimbing dalam
penulisan buku ini. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA, selaku Rektor
Universitas Islam egeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan., Prof. Dr.
Azyumardi Azra, M.A, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Beserta para para
pengelola program, Prof. Dr. Suwito, Prof. Amany Burhanuddin Lubis,
MA, Dr. Fuad Jabali, MA, dan Dr. Yusuf Rahman, MA.tidak lupa juga
kepada Prof. Dr Abdul Hamid dan Dr. Hasanudin atas segala bimbingan,
dorongan, dan arahan yang mencerahkan. Semoga Allah Swt., membalas
jasa baik beliau semua dengan sebaik-baik balasan.
Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Asri dan Ibunda Asni yang tidak
pernah kenal lelah dan letih mendoakan dalam setiap sujud, serta
membesarkan dan mendidik dengan penuh kasih sayang, membimbing
dan memfasilitasi dalam banyak hal demi meraih cita-cita dan mencari

jati diri yang hakiki menuju ridha-Nya. Semoga Allah Swt.,


melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya, dan semoga penulis dapat
membalas jasa-jasa keduanya yang tak ternilai.
Akhirnya, seraya mengharap ridha dan karunia Allah Swt.,
penulis persembahkan karya ini kepada mereka yang memiliki perhatian
pada kajian keislaman, disertai harapan semoga kehadiran karya kecil ini
bermanfaat dalam memperkaya wacana intelektual, khususnya bagi
pengembangan kajian Ekonomi Islam. Dengan segala kerendahan hati,
penulis memohon doa dan restu semuanya, agar ilmu yang telah
diperoleh menjadi ilmu yang bermanfaat dan memberi berkah bagi
kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat.
Amin.
Jakarta, Agustus 2011
P e n u l i s,

PENGANTAR PENERBIT

Pembiayaan Murabahah di Perbankan Syariah telah menjadi trend dalam


pergulatan ekonomi syariah. Tumbuhnya Bank-bank Syariah di
Indonesia yang semakin marak telah menjadikan wacana dan praktik
ekonomi syariah semakin berkembang. Jika dulu, pembiayaan keuangan
dimonopoli oleh Perbankan Konvensional, maka sekarang ini Perbankan
Syariah telah mampu menyerap pembiayaan.
Buku Persepsi dan Perilaku Masyarakat terhadap Pembiayaan
Murabahah yang ditulis oleh Mirawati ini membuktikan bahwa faktor
utama yang mempengaruhi perilaku masyarakat terhadap pembiayaan
murabahah di Bank Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru, yaitu faktor
sosial ekonomi dan psikologi.
Pemenuhan faktor-faktor ini akan dapat mengakselerasikan tingkat
pertumbuhan nasabah pembiayaan, tidak hanya dari nasabah yang
syraiah loyalist, akan tetapi juga dari kalangan rasionalis, dan mereka
yang tidak terlalu mempermasalahkan hukum bunga bank sama dengan
riba dari sudut pandang agama maupn kalangan non-Muslim. Sehingga
bank syariah tidak hanya menjadi sebuah bank alternatif, tetapi bisa
memposisikan dirinya menjadi sebuah bank yang profitable serta sejajar
nilai jualnya dengan bank konvensional.
Pamulang Timur, Agustus 2011

PEDOMAN TRANSLITERASI DAN TRANSLASI

A. Huruf Konsonan
=

'

sh

th

s}

d{

h{

t}

kh

z}

dh

gh

B. Huruf Vokal

Vokal Tunggal:

a= ; i= ;

u=

Vokal Panjang: a< = ; i> = ; =


Vokal Rangkap:ay = ; aw =

C. Translasi
- Kecuali terjemahan al-Quran dan kecuali dinyatakan sebaliknya,
seluruh terjemahan dalam tesis ini adalah milik penulis.
- Untuk terjemahan al-Quran penulis mengitip Mushaf al-Quran
Terjemahan, Departemen Agama RI, edisi 2006, dengan beberapa
penyesuaian.
D. Singkatan
tp : tanpa penerbit

t.th : tanpa tahun terbit

DAFTAR ISI

ABSTRAK .........................................................................................
SURAT PERNYATAAN ...................................................................
SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING .....................................
SURAT PERSETUJUAN TIM PENGUJI .....................................
KATA PENGANTAR ........................................................................
TRANSLITERASI DAN TRANSLASI ..........................................
DAFTAR ISI.......................................................................................
DAFTAR GAMBAR .........................................................................
DAFTAR TABEL .............................................................................

ii
v
vi
vii
viii
x
xi
xiii
xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
B. Permasalahan ............................................................................
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................
D. Penelitian Terdahulu yang Relevan ..........................................
E. Metodologi Penelitian ..............................................................
F. Defenisi Konsepsional ..............................................................
G. Sistematika Penulisan ..............................................................

1
5
6
7
11
16
17

BAB II WAWASAN PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT


TERHADAP BANK SYARIAH
A. Wawasan tentang Persepsi ..................................................... 19
B. Wawasan tentang Perilaku ...................................................... 24
C. Wawasan tentang Bank Syariah ............................................. 28
D. Persepsi dan {Perilaku Masyarakat terhadap Bank Syariah .... 37
BAB III WAJAH PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BANK
SYARIAH
A. Pembiayaan Murabahah ......................................................... 56
B. Tahapan Praktek Murabahah .................................................. 65
C. Kesalahan Persepsi Tentang Murabahha ................................ 75
D. Ketentuan Umum Murabahah ................................................. 76
E. Penyelesaian Sengketa yang Terjadi ........................................ 77
BAB IV EVALUASI PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT
TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH
A. Karakteristik Responden Secara Keseluruhan ....................... 82

B. Persepsi Masyarakat terhadap Pembiayaan Muarabahah ......... 87


C. Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah ........ 106
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 131
B. Saran-saran dan Rekomendasi ................................................. 132
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 133
INDEKS ............................................................................................. 141
GLOSARI ........................................................................................... 144
LAMPIRAN
BIOGRAFI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1: Proses Pembentukan Persepsi ........................................


Gambar 2.1: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ................
Gambar 2.3: Faktor-Faktor Yg Mempengaruhi Perilaku Konsumen .
Gambar 3.1: Skema Pembiayaan Murabahah .....................................

10

21
23
27
67

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian 13


Tabel 2.1 Dasar Prisip Produk Perbankan Syariah dalam Praktek .. 34

11

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dasawarsa ini sistem ekonomi dan keuangan Islam mulai
memperlihatkan eksistensinya sebagai alternatif baru dari sistem
ekonomi sosialisme yang dianggap telah berakhir seiring runtuhnya
Negara Uni Sovyet, dan juga sistem kapitalisme yang kerap melahirkan
krisis financial dan moneter yang menyengsarakan umat manusia.
Banyak kalangan yang memiliki optimisme bahwa sistem ekonomi islam
akan terus tumbuh berkembang dan semakin lebih baik pada masa-masa
mendatang. Keadilan, kesejahteraan, dan kedamaian merupakan tujuan
mulia yang ingin diraih oleh sistem ekonomi islam saat ini1.
Sekarang ini merupakan saat yang menentukan bagi umat islam
dapatkah umat Islam mempergunakan sistem ekonomi dunia dengan
suatu yang dapat dikatakan sebagai kekuatan baru meski sampai saat ini
juga kondisi ekonomi dan politiknya masih dipengaruhi oleh Negaranegara maju, sebagian besar masih dibawah garis kemiskinan bahkan
terpuruk sebagai produksi Negara-negara maju sabagai dampak kultural,
politis dan ideologis.
Adanya bank syariah di Indonesia dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan lapisan masyarakat yang meyakini bahwa system operasional
perbankan konvensional tidak sesuai dengan nilai-nilai islam. Sistem
Islam menggunakan sistem bagi hasil(profit and loss sharing)2 dan
melarang adanya fixed return ( penetapan keuntungan yang pasti diawal
aqad), sebagaimana sistem yang berjalan pada bank konvensional dengan
sistem bunga yang diberlakukan pada sistem perbankan konvensional
adalah tergolong riba, yang diiringi fatwa haram atas bunga oleh MUI
tahun 20043.
1

Mohamad Hidayat, An Intoduction to the Sharia Economic (Jakarta: Zikrul


Hakim, 2010), xi
2
Lihat, pada Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis fiqh dan Keuangan,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2009).
3
Dewan Syariah Nasional (DSN) - MUI, Himpunan Fatwa Devvan Syariah
Nasional, (Jakarta: Majelis Ulama Indonesia, 2006).

12

Sistem bunga merupakan titik perbedaan mendasar antara bank


syariah dengan bank konvensional. Kehadiran sebuah bank syariah
dalam percaturan dunia modern yang mengglobal, diharapkan mampu
menjadi sebuah perwujudan dan peruhaan terhadap sistem bunga bank
konvensional yang dapat melahirkan pemerasan secara tidak langsung
terlindungi oleh hukum positif yang ada. Situasi dan kondisi umat islam
dewasa ini pada umumnya dan di Indonesia khususnya, tidak mungkin
melepaskan diri dari perbankan konvensional dengan sistem bunganya.
Karena itu suatu hal yang logis apabila para sarjana muslim atau para
ulama menganggap situasi dan kondisi pada saat itu sebagai keadaan
darurat. Kehadiran bank syariah, menjadi suatu keniscayaan dan sebagai
alternative yang sangat positif.
Dibukanya bank syariah ditengah masyarakat Pekanbaru
disambut sangat gembira karena hal ini adalah moment yang sangat
ditunggu-tunggu sejak dikeluarkannya fatwa haramnya bunga bank oleh
MUI. Dilihat dari latar belakang masyarakat Pekanbaru adalah pusat kota
budaya melayu, dimana melayu di identikkan dengan islam.
Pembiayaan murabahah adalah pembiayaan yang populer di
masyarakat Pekanbaru, hal ini dapat dibuktikan dengan peningkatan
jumlah masyarakat yang menggunakan pembiayaan murabahah di Bank
Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru setiap tahunnya secara signifikan
dari pada produk pembiayaan lainnya yang ditawarkan oleh pihak bank4.
Dalam pembiayaan murabahah di perbankan syariah penjual
(pihak bank) harus memberitahu harga pokok yang ia beli dan
menentukan suatu tingkatan keuntungan sebagai tambahan5. Pembiayaan
murabahah menurut Adiwarman A.Karim adalah akad jual beli barang
dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan(margin) yang
disepakati oleh penjual dan pembeli6. Sampai saat ini pendapatan umum
masyarakat tentang pembiayaan mura>bah}ah adalah sama dengan
pembiayaan sistem bunga pada perbankan konvensional.
Hal ini disebabkan karena dalam praktek pembiayaan
mura>bah}ah terjadi perubahan-perubahan yang mencontoh kepada
4

PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Pembiayaan murabahah di Pekanbaru.


Frank F Vogel dan Samuel Hayes, Islamic Law and Finance, Risk and Return
(London: Kluwer Law International, 2009), 140.
6
Adiwarman A.Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, 113.
5

13

kemiripan praktek dalam pembiayaan di perbankan konvensional.


Masyarakatpun cenderung mengeluhkan tingkat pembiayaan murabahah
yang relative mahal.
Bahasan pembiayaan murabahah pada bank syariah diambil
karena hal ini didasari pada laporan awal tahun 2009 dominasi jenis
pembiayaan murabahah pada bank syariah mencapai 58,73% yang
menunjukkan bahwa bank dan masyarakat lebih nyaman terhadap jenis
pembiayaan ini dibandingkan dengan jenis pembiayaan lain seperti
mudharabah atau musyarakah7. Dan pembiayaan sistem bunga di bank
konvensional masih diminati oleh masyarakat dikarenakan persyaratan
yang tidak berbelit-belit yang dapat dengan mudah dan cepat
mendapatkan pembiayaan tersebut. Dengan dua fenomena ini penulis
ingin melihat seperti apa sebenarnya persepsi dan tingkah laku
masyarakat sebagai nasabah dalam pembiayaan di perbankan ini.
Di Pekanbaru perkembangan ekonomi Islam ditandai dengan
beroperasinya Bank Muammalat Indonesia pada tahun 1999, dengan
dikeluarkannya UU no.7 tahun 1992 tentang perbankan syariah.
Perkembangan perbankan syariah di Pekanbaru tidak terlepas dari sistem
perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah
sebagaimana diatur dalam Undang - undang No. 10 tahun 1998,
disebutkan bahwa bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dukungan
terhadap pengembangan perbankan syariah juga diperlihatkan dengan
adanya dual banking system, dimana bank konvensional diperkenankan
untuk membuka unit usaha syariah. Peran bank syariah dalam memacu
pertumbuhan perekonomian daerah semakin strategis walaupun disadari
bahwa pemahaman dan sosialisasi terhadap masyarakat tentang produk
dan system perbankan syariah di Indonesia masih sangat terbatas.
Hal ini di dukung oleh data yang dipublikasikan oleh Bank
Indonesia, tahun 2009 perbankan syariah hanya memiliki 2,46% dari

Biro Perbankan Syariah Tim Pengembangan Syariah IBI 2009, Annual


Report 2008: PT. Bank Muamalat Indonesia, bandingkan dengna laporan Bank
Indonesia statistic perbankan syariah tahun 2008. Laporan tahun 2009

14

total pangsa pasar perbankan secara nasional8. Meskipun mayoritas


penduduk Indonesia adalah kaum muslim.
Dalam konteks ini, pangsa pasar (maket share) bank syariah dapat
dibagi ke dalam tiga segmen, yaitu: pertama, masyarakat yang secara
absolute menolak bunga bank sehingga tidak memanfaatkan jasa bank
konvensional atau disebut syariah loyalist. Kedua, masyarakat yang
memanfaatkan jasa bank syariah dan bank konvensional (floating
market). Sedangkan ketiga adalah masyarakat yang hanya menggunakan
jasa bank konvensional disebut juga sebagai conventional loyalist. Dari
ketiga segmen pasar ini, yang memiliki potensi terbesar justru yang
berasal dari pasar mengambang(floating market), yaitu diperkirakan
sebesar Rp 720 triliun, dibandingkan dengan pasar conventional loyalist
yang hanya sebesar Rp 240 triliun dan pasar syariah loyalist yang
berpotensi sebesar Rp 10 triliun9.
Sesuai dengan namanya, segmen floating market ini
mencerminkan segmen yang memiliki perilaku yang dapat bergerak ke
posisi memilih produk-produk bank konvensional atau produk-produk
bank syariah. Mayoritas dari segmen ini berasal dari kalangan menengah
keatas. Mereka cenderung melihat dari segi pelayanan yang memuaskan
serta keuntungan yang didapat dalam memilih dan memanfaatkan jasa
suatu bank. Dengan kata lain segmen floating market merupakan
nasabah atau calon nasabah yang memiliki perilaku rasional. Dari sinilah,
pihak perbankan syariah dituntut untuk merumuskan strategi yang tepat
dengan memahami perilaku pasar yang potensial tersebut, tentunya
dengan tanpa mengurangi perhatian terhadap pasar conventional loyalist
dan syariah loyalist.
Pengembangan produk syariah berjalan lambat dan belum
berkembang sebagaimana halnya bank konvensional. Upaya
pengembangan bank syariah tidak cukup hanya berlandaskan kepada
aspek-aspek legal dan peraturan perundang-undangan tetapi juga harus
8

Indonesian Commercial Newsletter, Laporan Market Intelligence


Perkembangan Sistim Bank Syariah di Indonesia Monthly Report, (2009),
http://www.datacon.co.id/BankSyariah1.html
9
Potensi ini berdasarkan riset yang dilakukan oleh Karim Business Consulting
pada awal tahun 2004. Lihat Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syariah
Marketing, cet, ke-2 (Bandung: Mizan, 2006), 167.

15

berorientasi kepada pasar atau masyarakat sebagai pengguna jasa


(konsumen) lembaga perbankan. Keberadaan bank (konvensional dan
syariah) secara umum memiliki fungsi strategis sebagai lembaga
intermediasi dan memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, namun
karakteristik dari kedua tipe bank (konvensional dan syariah) dapat
mempengaruhi perilaku calon nasabah dalam menentukan preferensi
mereka terhadap pemilihan antara kedua tipe bank tersebut. Lebih lanjut,
perilaku nasabah terhadap produk perbankan (bank konvensional dan
bank syariah) dapat dipengaruhi oleh sikap dan persepsi masyarakat
terhadap karakteristik perbankan itu sendiri. Dengan memahami
preferensi masyarakat terhadap bank-bank tersebut, maka bank (syariah
atau konvensional) memiliki peluang yang kuat untuk mendisain produk
yang ditawarkan agar lebih bersifat market driven10.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Persepsi dan perilaku masyarakat dalam menggunakan produk
pembiayaan suatu bank dapat dilihat dari floating market dan bisa
dijelaskan kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap
perbankan syariah khususnya dan aktifitas ekonomi secara syariah.
Umumnya terasa masih minim bahkan bisa digolongkan sangat rendah,
sehingga berimplikasi kepada animo untuk turut serta menjadi mitra bank
syariah, hal ini masih diwarnai dengan banyaknya pertanyaan, bahkan
sedikit dengan sinisme, keraguan dan kecurigaan terhadapnya.
2. Batasan Masalah
Pembahasan tesis ini terfokus dan tidak melebar maka
permasalahan yang dibahas dalam tesis ini adalah objek yang diteliti
yaitu persepsi dan prilaku masyarakat terhadap produk pembiayaan
murabahah pada Bank Muamalat Indonesia di Pekanbaru11. Serta hal lain
10

Muliriwan, Analisis Persepsi Masyarakat tentang produk perbankan


konvensional dan pengaruhnya terhadap pencapaian segmen pasar perbankan
syariah
20
Agustus
2010
hppt://mul1rawan.wordpress.com/category/analisispersepsimasyarakattentangprodukper
bankan
11
Pembatasan dalam kajian ini dikarenakan pembiayaan murabahah banyak
ditawarkan oleh pihak bank kepada nasabah dan juga sangat diminati oleh nasabah
sehingga pembiayaan ini menempati rangking teratas dalam transaksi pembiayaan,

16

yang mendukung, melengkapi serta mempertajam kajian yang akan


dibahas ini guna mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan yang telah
diuraikan diatas, maka masalah yang dikaji dalam tesis ini dapat
dirumuskan yaitu:
a. Apakah faktor pribadi, lingkungan serta obyek merupakan
faktor utama yang mempengaruhi persepsi masyarakat
terhadap pembiayaan murabahah di Bank Muamalat cabang
Pekanbaru?
b. Apakah faktor pribadi, sosial ekonomi serta psikologi
merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku
masyarakat terhadap pembiayaan murabahah di Bank
Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian ini adalah:
a. Menganalisa faktor pribadi, lingkungan serta obyek yang paling
dominan mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap
pembiayaan murabahah di Bank Muamalat Indonesia cabang
Pekanbaru.
b. Menganalisa faktor pribadi, sosial ekonomi serta psikologi yang
paling dominan mempengaruhi perilaku masyarakat terhadap
pembiayaan murabahah di Bank Muamalat Indonesia cabang
Pekanbaru.
2. Manfaat Penelitian ini adalah:
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif
bagi akademisi dan praktisi perbankan syariah dalam
mensosialisasikan konsep perbankan syariah kepada masyarakat
luas.
b. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini adalah sebuah penelitian
terhadap perilaku konsumen terkait dengan nasabah perbankan,

namun disisi hukum pembiayaan murabahah yang dipraktekan oleh bank syariah tidak
semua ulama memperbolehkannya walupun sebagain besar memperbolehkannya.

17

sehingga dapat menjadi acuan dalam mendisain sebuah


penelitian tentang karakteristik perilaku konsumen
terkait dengan lembaga perbankan syariah khususnya, untuk
mencapai target customer satisfaction.
c. Bagi pihak perbankan syariah berguna sebagai masukan tentang
persepsi dan perilaku masyarakat terhadap pembiayaan
murabahah di Pekanbaru sebagai pertimbangan dalam menyusun
langkah-langkah kebajikan dan merancang strategi pemasaran
mereka.
D. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Hasil penelitian terdahulu mendukung pendapat bahwa perilaku
konsumen sebagai nasabah perbankan sangat dipengaruhi oleh sikap dan
persepsi mereka. Hasil survey yang dilakukan Tim Penelitian dan
Pengembangan Bank Syariah12, menunjukkan bahwa Persepsi bunga dari
sudut pandang agama dapat dibedakan menjadi tiga pendapat; (1)
bertentangan dengan ajaran agama, (2) tidak bertentangan dengan ajaran
agama, (3) tidak tahu/ragu-ragu. Survey di Jawa Barat menunjukkan
indikasi bahwa 62% responden menyatakan bertentangan dengan ajaran
agama, sementara 22% diantara responden menyatakan tidak
bertentangan dan sisanya (16%) menyatakan tidak tahu/ragu-ragu.
Hasil penelitian Bank Indonesia tahun 2001 di Sumatera Barat
menunjukkan bahwa 20% masyarakat menyatakan bunga itu haram, 39%
menyatakan tidak tahu/ ragu-ragu, dan sisanya 41% menyatakan bahwa
bunga itu tidak haram13. Selanjutnya, penelitian Pusat Studi Ekonomi
Islam Dan Bisnis Brawijaya Malang di Jawa Timur mendukung bahwa
perbedaan penting dalam memilih bank terletak pada faktor kelompok
acuan, peran dan status, kepraktisan dalam menyimpan kekayaan, ukuran
produk, jaminan, dan periode pembayaran14.

12

Budi S.Utomo, Menuju Era Ekonomi Berkeadilan dan Bebas Bunga


(Jakarta, 2001).
13
Bank Indonesia, Potensi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat terhadap
Bank Syariah di Jawa Barat (Jakarta, tp, 2001).
14
Kompas, Pangsa Perbankan Syariah 2011 diprediksi 20 persen, Senin 7
Maret 2005.

18

Survey yang dilakukan Institut Pertanian Bogor di Kalimantan


Selatan tentang persepsi bank konvensional, menunjukkan bahwa 94.5%
responden setuju dengan peranan perbankan dalam kehidupan seharihari, dengan alasan utama menguntungkan masyarakat dan permodalan.
Berdasarkan kelompok responden, sebesar 79.3% responden bank
syariah menyatakan bunga bank bertentangan dengan ajaran agama,
cenderung menyatakan penolakan pada sistem perbankan konvensional.
Namun di sisi lain, mereka adalah nasabah bank konvensional, sehingga
hal ini dapat mengindikasikan tidak konsistennya perilaku konsumen.
Implikasi hasil penelitian di atas memperlihatkan bahwa pemahaman
tentang perilaku konsumen, dalam hal ini nasabah perbankan, menjadi
semakin krusial dan perlu untuk diteliti15.
Untuk tingkatan internasional, penelitian tentang perilaku
nasabah Islamic Bank di Bahrain menemukan bahwa keputusan nasabah
dalam memilih bank syariah lebih didorong oleh faktor keagamaan
melalui dukungan masyarakat pada ketaatan perbankan terhadap prinsip prinsip Islam, disamping itu masyarakat di Negara tersebut juga
dipengaruhi oleh dorongan keluarga, dan teman serta lokasi keberadaan
bank16.
Penelitian yang dilakukan oleh Coyle memberikan kesimpulan
yang berbeda tentang faktor yang mendorong nasabah memilih bank
konvensional atau bank syariah. Hasil penelitian tersebut mendukung
bahwa motivasi nasabah dalam memilih bank syariah cenderung
didasarkan kepada motif keuntungan, bukan kepada motif keagamaan.
Dengan kata lain, nasabah lebih mengutamakan economic rationale
dalam keputusan memilih bank syariah dibandingkan dengan lembaga
perbankan non-syariah atau bank konvensional17. Lewis berargumen
meskipun banyak upaya, namun untuk generalisasi konsep tentang
15

Institut Pertanian Bogor. Potensi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat


terhadap Bank Syariah di Wilayah Kalimantan Selatan. Kerjasama Direktorat
Perbankan Syariah Bank Indonesia dengan Institut Pertanian Bogor.2004.
16
M. Almossawi, Bank Selection Criteria Employed by College Student in
Bahrain: an Emperical Analysis, The International Journal of Bank Marketing, Vol. 19
No.3,2001 115.
17
T. Coyle, The Bank of Tomorrow, American Community Banker, Vol 8,
No.7,1999, 16-18.

19

dinamika pengambilan keputusan konsumen terhadap bank atau lembaga


keuangan, masih memerlukan penelitian lebih lanjut18.
Penelitian tentang persepsi konsumen di Malaysia menemukan
bahwa persepsi konsumen terhadap bank syariah terdiri dari beberapa
dimensi; pemanfaatan fasilitas perbankan, pengetahuan terhadap
perbankan Islam, peranan konsumen dalam memilih produk perbankan
telah dilakukan19. Pada sebuah studi tentang sikap konsumen Amerika
terhadap bank komersial, Kaynak menemukan tiga atribut penting yang
menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih bank, ketersediaan
ATM, pelayanan yang cepat dan efisien, serta respon petugas yang
cepat20.
Metawa dan Almossawi (1998) menemukan bukti bahwa
keputusan konsumen dalam memilih bank Islam didorong oleh faktor
agama, di mana konsumen menekankan kepatuhan terhadap prinsipprinsip Islam. Selanjutnya, keputusan juga termotivasi oleh faktor faktor
keuntungan, keluarga dan teman-teman, dan lokasi bank. Faktor-faktor
tersebut selanjutnya dikaitkan dengan karekteristik responden seperti
umur, pendapatan dan pendidikan, mengindikasikan lima atribut penting
yang dipertimbangkan konsumen dalam memilih bank yaitu, (1) lokasi
ATM yang mudah dijangkau, (b) ketersediaan ATM dibeberapa lokasi,
(c) reputasi bank, (d) layanan ATM 24 jam, dan (e) ketersediaan tempat
parkir yang memadai21.
Erol dan El-Bdour tahun 1989 menemukan bahwa motif memilih
bank syariah sebagai suatu lembaga penyimpanan dan penyaluran bukan
agama, tetapi keuntungan. adanya cabang baru bank syariah adalah
bukan pertimbangan penting bagi peningkatan pelayanan. Selain itu,
suatu kelompok memiliki pengaruh terhadap keputusan konsumen
untuk memilih bank Islam dan kesadaran konsumen untuk memperoleh
18

B. R. Lewis, Student account-A porofitable segment? Bank Marketing,


(1982) Vol. 16 No. 3, 63- 72.
19
S. Haron, N. Ahmed, & S. Planisek, Bank patronage factors of Muslim and
non Muslim customers, Marketing Vol. 12, No.1,(1994), pp 32-40.
20
E, Kaynak, American Consumers Attitudes Towards Commercial Banks,
Marketing Bank, Vol 23, No.1, (2005), 32-40.
21
S. A. Metawa, & Almossawi, M. Banking behavior of Islamic bank
customers: Perspectives and implications, Bank Marketing Vol. 16, No. 7,(1998), 299313.

20

keuntungan dari laba dan bagi hasil investasi dan redistribusi pendapatan
peran sistem perbankan Islam. Kemudian, pada tahun 1990, Erol et al.
melakukan studi tentang konsumen keputusan untuk memilih bank
Islam atau perbankan konvensional. Penelitian ini melaporkan bahwa
konsumen memilih bank Islam karena layanan yang cepat dan efisien,
yang reputasi, dan kerahasiaan perbankan. Di sini, kesimpulan yang
dapat diambil adalah laba yang bermotif (faktor ekonomi) ada dalam
memilih perbankan Islam22.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Naser, Jamal, dan Al-Khatib
pada tahun 1999 menunjukkan bahwa faktor-faktor motivasi konsumen
memilih perbankan syariah adalah reputasi bank, alasan agama, persepsi
bahwa perbankan Islam tidak hanya menawarkan fasilitas yang sama
dengan perbankan konvensional tetapi juga menerapkan prinsip Islam,
dan kemampuan perbankan untuk menjaga kerahasiaan, serta laba. Pada
saat yang sama, faktor-faktor motivasi konsumen untuk memilih baik
bank Islam maupun konvensional untuk melakukan diversifikasi
investasi dan pembatasan cabang perbankan Islam dan pelayanan waktu.
Kesimpulan dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa konsumen
memilih perbankan Islam, karena faktor agama dan laba (faktor
ekonomi)23.
Suatu penelitian yang telah dilakukan di Inggris untuk
mempelajari perilaku pengguna jasa perbankan dalam kelompok muslim,
terutama sikapnya terhadap pemberlakuan bunga memberikan hasil
bahwa dari responden yang tidak pernah meminjam uang, hanya sekitar
23% yang tidak mau meminjam karena menolak adanya pemberlakuan
bunga dalam pinjaman24.
E. Metodologi Penelitian
22

Erol, Cengiz, and Radi El-Bdour, 1989. Attitudes, Behaviour and Patrinage
Factors of Bank Customers Towards Islamic Banks, International Journal Banking
and Marketing, Vol.7 No.6 : 31-37.
23
Kamal, Naser, Jamal, Ahmad, and Khalid Al-Khatib Islamic Banking: A
Study of Customer Satisfaction and Preferences in Jordan, The International Journal
of Banking Marketing for the Financial Services Sector, Vol.17 No.3, 1999, 135-150.
24
Anny Ratnawaty, Bank Syariah: Potensi, Prefensi dan Perilaku Masyarakat
di Wilayah SUMUT (Medan: kerjasama Biro Perbankan Syariah-BI dengan LPIPB,2003), 4.

21

Untuk mengetahui persepsi dan perilaku masyarakat terhadap


produk murabahah di perbankan, maka dibutuhkan suatu metode
analisi yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode analisis
deskriptif. Metode analisis deskriptif adalah metode yang digunakan
untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya25.
Metode deskriptif menurut Revers sebagaimana yang dikutip oleh Husein
umar adalah metode yang bertujuan untuk menggambarkan sifat suatu
yang sedang berlangsung pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa
sebab-sebab dari suatu gejala tertentu26.
1. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah bank syariah yang
berkedudukan diwilayah Pekanbaru yaitu Bank Muamalat Indonesia.
Adapun produk yang menjadi fokus dari penelitian ini adalah
pembiayaan murabahah.
2. Metode Penentuan Sampel
Mengingat keterbatasan sumber daya dalam perlaksanaan penelitian
ini, maka upaya pengambilan sample didasarkan pada model probability
sampling dengan teknik random sampling yaitu metode pemilihan
sampel secara acak sederhana kepada nasabah pembiayaan murabahah27.
Sementara penentuan sampel dari populasi tersebut dilakukan
dengan menggunakan rumus Slovin sebagai berikut28:

N
n=

25

Keterangan:
n : Ukuran Sampel
N : Ukuran Populasi

Sugiyono, Metode Penelitian bisnis. Cet ke-9 (Bandung: Alfabeta, 2006),

142.
26

Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1999), 22.
27
Nur Indrianto dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitan Bisnis untuk
Akuntansi dan Manajemen (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2002), 124.
28
Husein Umar, Strategic Management In Action (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2003), 146.

22

1 + N (e)2

e :persen kelonggaran ketidak telitian


karena kesalahan pengambilan sampel
(10%)

3. Metode pengumpulan Data


Metode yang digunakan untuk pengumpulan data yaitu:
a. Observasi
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung terhadap
obyek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan29.
Sedangkan obyek dalam penelitian adalah masyarakat yang menjadi
nasabah pembiayaan murabahah di Bank Muamalat Indonesia.
Penyebaran kuesioner ini dilakukan pada tanggal 7 sampai 18 maret
2011.
b. Kuesioner
Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab30.Disain pokok-pokok isi kuesioner penelitian
meliputi aspek demografi, aktifitas penggunaan jasa perbankan, dan
perilaku masyarakat. Aspek demografi terdiri dari: (1) jenis kelamin (2)
Agama, (3) usia, (4) pendidikan terakhir, (5) penghasilan, (6) jenis
pekerjaan. Aktifitas penggunaan jasa perbankan meliputi: (1)
pengetahuan, kesan, (2) lokasi bank, (3) Brand Image,pelayanan dan
pemasaran. Sedangkan aspek perilaku terdiri dari (1) afeksi, (2)
perbandingan, (3) motivasi dan sikap.
Untuk memperoleh data primer (hasil penelitian lapangan), baik
yang berkaitan dengan variabel bebas maupun variabel terikat, setiap
variabel terlebih dahulu dijabarkan ke dalam bentuk dimensi, kemudian
dioperasionalkan ke dalam indikato-indikator. Setiap indikator dirinci
kepada setiap item dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan pada instrument
kuesioner, lalu diukur dengan skala likert, Skala likert sendiri digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok
tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian gejala sosial ini
29

Riduwan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, cet ke-1 (Bandung: Alfabeta,

2004),104.
30

Sugiyono, Metode Penelitian bisnis. Cet ke-9, 135.

23

telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut


sebagai variabel penelitian. Setia jawaban nantinya dihubungkan dengan
bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan
kata-kata yang terdiri dari 5 poin31 (1, berarti Sangat Tidak Setuju; 2,
berarti Tidak Setuju; 3, berarti Netral/Ragu-ragu; 4, berarti Setuju; dan 5,
berarti Sangat Setuju), yang mempunyai gradasi dari sangat negatif
sampai sangat positif. Sedangkan kisi-kisi instrument penelitian untuk
mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan perilaku
masyarakat terhadap pembiayaan murabahah dalam penelitian ini
ditunjukkan pada tabel berikut:

31

Riduwan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, cet ke 1, 86.

24

Tabel 1.1
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Variabel

Dimensi
1.Faktor
Pribadi

Teori
Indikator
Stephen P. 1. Pengetahuan
Robbin
2. Kesan

No. item
1,2
3,4,5,6,7,

2.Faktor
lingkungan

Stephen P.
Robbin

3.Faktor
Obyek

Stephen P. 1.Brand image


Robbin
2.Pelayanan

lokasi

PERSEPSI

3.pemasaran

PERILAKU

9
10,11,12,
13,14,
15,16,17,
18,19,20

1.Pribadi

Philip
Kotler

Kepribadian
dan konsep diri

1,2

2.Sosial
Ekonomi

Philip
Kotler

Kel. Acuan
(Perbandingan)

3,4,5,6,7

3.Faktor
Psikologi

Philip
Kotler dan
Amstrong

1.Motivasi

8,9,10,11,12,
13,
14,15,16,17,
18,19,20

2.sikap

4. Metode Analisis
Sesuai dengan tujuan penelitian diatas, pendekatan penelitian ini
adalah kuantitatif dengan model deskriptif analisis. Teknik deskriptif
digunakan untuk menggambarkan data karakteristik responden, dimensidimensi yang mempengaruhi persepsi serta dimensi-dimensi yang
mempengaruhi perilaku. Metode ini dimulai dengan memberikan scoring
dan kode. Selanjutnya data-data tersebut dianalisa secara obyektif dengan
menggunakan teknik sebagai berikut:
25

1. Validitas dan Reabilitas


Sebelum melakukan analisis data-data penelitian, uji validitas dan
reabilitas perlu dilakukan. Pengujian instrument penelitian ini
menggunakan uji validitas dan reabilitas Alpha dengan bantuan program
SPSS (Statistics Package for Social Sciences)32.
Adapun langkah proses validitas dan reliabilitas adalah:
Pengambilan keputusan
a. Jika r hasil positif, serta r hasil > r tabel, maka variabel tersebut
valid.
b. Jika r hasil negative, serta r hasil < r tabel, maka variabel tersebut
tidak valid.
2. Analsis deskriptif statistic
Analisis ini digunakan untuk menggambarkan dan menjelaskan
secara detail masing-masing variabel dalam penelitian ini. Beberapa
teknik analsis statistic deskriptif yang akan digunakan antara lain:
Modus, Median dan Mean.
a. Mean
Mean merupakan teknik penjelasan kelompok yang didasarkan
atas nilai rata-rata dari kelompok tersebut. Rata-rata (mean) ini didapat
dengan menjumlahkan data seluruh individu dalam kelompok tersebut,
kemudian dibagi dengan jumlah individu yang ada pada kelompok
tersebut33.
b. Median
Median adalah salah satu teknik penjelasan kelompok yang
didasarkan atas nilai tengah dari kelompok data yang telah disusun
urutannya dari yang terkecil sampai yang terbesar, atau sebaliknya dari
yang besar sampai yang terkecil34. Median digunakan untuk mengetahui
kecenderungan responden terhadap variabel faktor-faktor persepsi dan
variabel faktor-faktor perilaku.
c. Mode (Modus)
Modus merupakan teknik penjelasan kelompok yang didasarkan
atas nilai yang sedang popular (yang menjadi mode) atau nilai yang
32

Sofyan Yamin, Heri Kurniawan, SPSS Compelete: Tek\nik Analisasi Statistik


Terlengkap dengan Software SPSS (Jakarta: Selemba Infotek, 2009).
33
Sugiono, Statistika Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2007), 48.
34
Sugiono, Statistika Untuk Penelitian, 49.

26

sering muncul dalam kelompok tersebut35. Modus digunakan untuk


mengetahui kecenderungan mayoritas responden terhadap variabel
faktor-faktor persepsi dan perilaku.
3. Analisis faktor
Analisis faktor berfungsi melayani tujuan keiritan upaya ilmiah,
yaitu memberitahukan tes-tes yang tepat dan serasi atau sama tujuannya
dan sejauh manakah kesamaan itu. Dengan demikian dapat mengurangi
banyaknya variabel yang harus diteliti36. Untuk mengetahui faktor
faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi dan perilaku masyarakat
dalam memilih pembiayaan dibank syariah digunakan analisis faktor.
Model analisis faktor yang digunakan adalah sebagai berikut37:
Zjk = 1jF1k + 2jF2k + + ijFik + + sjSsk

1.
2.
3.
4.
5.

Keterangan:
Zjk = skor standar dari personil k pada variabel j
ij = faktor loading dari variabel j pada faktor k
Fik = skor faktor dari personil k pada faktor 1 dalam bentuk
skor standar
sj = faktor loading dari variabel j pada faktor yang spesifik
Ssk = skor faktor dari personil k pada faktor yang spesifik.

F. Defenisi Konsepsional

Defenisi konsepsional merupakan sarana penjelasan tentang judul


yang sedang dibahas dalam penelitian tesis ini dan sangat berguna untuk
dapat mempertegas arti kata demi kata yang dimaksud dalam judul:
Persepsi dan perilaku Masyarakat terhadap pembiayaan murabahah
1. Persepsi menurut Kotler adalah proses yang digunakan seorang
individu untuk memilih, mengelola dan menafsirkan suatu input
35

Sugiono, Statistika Untuk Penelitian, 50.


Fred N. Kerlinger, Foundation of Behavioral Research Third edition
(Yogyakarta: UGM Press, 2006), 1000.
37
Bennet Spencer & David Bowers, An Introduction to Multivariate
Techniques for Social and Behavioral Sciences (New York: John Wiley & Sons, 1978),
146.
36

27

informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang memiliki arti.


Persepsi ini tidak hanya tergantung pada rangsangan fisik tetapi juga
pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan
keadaan individu yang bersangkutan. Ketiga poin inilah yang
menjadi elemen dasar terjadinya persepsi38.
2. Perilaku masyarakat menurut David Loudon ialah suatu proses
keputusan dengan kegiatan fisik individu terikat dalam mengevaluasi,
perolehan, penggunaan atau mendapatkan barang dan jasa39.
3. Murabahah berasal dari kata ribhn yang artinya keuntungan
sedangkan kata murabahah sendiri adalah bentuk isim maful secara
bahasa berarti pembagian keuntungan sedangkan pengertian secara
syariy adalah jual beli barang dengan tambahan harga atau cost plus
atas dasar harga pembelian yang pertama secara jujur40.
G. Sistematika Penulisan
Pembahasan tesis ini dituangkan bab per bab secara garis besar
masing-masing bab terdiri dari sub bab dengan uraian sebagai berikut:
Bab pertama, pendahuluan yang mencangkup latar belakang
masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
Bab kedua, pembahasan tentang wawasan persepsi dan perilaku
masyarakat terhadap bank syariah baik itu faktor-faktor yang
menentukan persepsi ataupun perilaku masyarakat terhadap bank
syariah, dan wawasan tentang bank syariah, serta persepsi masyarakat
terhadap bank syariah di Timur Tengah, Inggris, Amerika, Singapura,
Malaysa dan juga Indonesia .
Bab ketiga, membahas tentang pembiayaan murabahah di bank
syariah, dari jenis pembiayaan, fungsi dan unsurnya, prosedur dan
tahapan praktek pembiayaan murabahah di bank syariah, dan cara
penyelesaian sengketa terhadap pembiayaan murabahah di bank syariah.
38

Philip Kotler, Marketing Management: Analysis, Planning, Implementation,


and Control 11th edition (New Jersey: Prentice Hall International Inc, 2003), 197.
39
David Loudon & Della Bitta, Albert J, Consumer Behavior : Concept and
Applications 4th edition (USA: McGraw-Hill, 1993), 5.
40
Ibnu Rushd, Bida>yat al-Mujtahid (Semarang: Toha Putra,tt), 116.

28

Bab keempat, hasil dari analisis persepsi dan perilaku masyarakat


terhadap pembiayaan murabahah di Bank Muamalat Indonesia. Hasil itu
mencakup demografi responden secara umum. Karakteristik masyarakat
yang akan dijadikan sampel. Hasil Persepsi masyarakat dengan uji
validitas dan reabilitis,analisis faktor yang mempengaruhi persepsi.
Begitu juga dengan hasil perilaku masyarakat dengan uji validitas dan
reabilitis,serta analisis faktor yg mempengaruhinya.
Bab kelima, merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan
dan saran-saran.

29

30

BAB II
WAWASAN PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARKAT
TERHADAP BANK MUAMALAT INDONESIA
PEKANBARU

A. Wawasan Tentang Persepsi


Manusia sadar atau tidak, secara konstan menerima rangsangan
dari dunia luar melalui panca inderanya. Panca indera pada manusia
terdiri dari mata untuk merespon gelombang cahaya, telinga menerima
hantaran suara, kulit merespon temperatur dan tekanan dari objek yang
disentuh, hidung menghirup bau dan lidah merasakan sesuatu yang
manis, pahit, pedas tawar dan seterusnya. Seluruhnya memberi informasi
penting tentang objek dan peristiwa yang terjadi pada seseorang dalam
kehidupan sehari-hari. Melalui panca indra manusia memperoleh
pengetahuan dan kemampuan untuk berinteraksi dengan dunianya. Tanpa
alat indra yang disebutkan, manusia sama. Bahkan sama dengan mahluk
ciptaan lain41.
Persepsi merupakan suatu hal penting untuk melihat citra dan
reputasi suatu perusahaan atau suatu lembaga. Citra tersebut dibentuk
atau dihasilkan dari komunikasi pemasaran yang efektif dan strategik.
Sedangkan kualitas citra tersebut tergantung pada reputasi yang
disandang oleh perusahaan atau lembaga yang bersangkutan. Terujinya
kualitas suatu citra tidak terlepas dari beberapa faktor seperti usia,
pengalaman, konsistensi, makna dan lingkungan makro42.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia ditemukan makna persepsi
yang berarti pemahaman, penafsiran dan tanggapan individu proses
untuk mengingat atau mengidentifikasi sesuatu43. Persepsi menurut
Kotler adalah proses yang digunakan seorang individu untuk memilih,
mengelola dan menafsirkan suatu input informasi untuk menciptakan
suatu gambaran yang memiliki arti. Persepsi ini tidak hanya tergantung
41

Muh Fadhail Rahman, Hubungan Persepsi Civitas Akademika terhadap


Perilaku Untuk Menjadi Nasabah Pada Perbankan Syariah (Tesis UIN Syariaf
Hidayatullah Jakarta,2005), 42.
42
Abdul Gafur, Persepsi dan Perilaku Pedagang Etnik Tionghoa di Mangga
Dua Terhadap Bank Syariah (Tesis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007), 19.
43
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Tim Pustaka Phoenix,2007) cet
ke-2, 663.

31

pada rangsangan fisik tetapi juga rangsangan yang berhubungan dengan


lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan. Ketiga poin
inilah yang menentukan sebuah persepsi44.
Menurut Bilson Simamora persepsi adalah bagaimana kita
melihat dunia sekitar kita. Secara formal lebih lanjut menurutnya,
persepsi didefenisikan sebagai suatu proses, dimana seseorang
menyeleksi, mengorganisasikan, dan menginterprestasikan stimulasi
kedalam gambaran dunia yang berarti dan menyeluruh45.
Kaplan menyebutkan dalam bukunya persepsi adalah salah satu
dari bentuk pemikiran manusia, sedangkan disisi lain adalah
kepercayaan. Persepsi dapat dianggap sebagai penyebab dan berpengaruh
terhadap perilaku seseorang. Persepsi yang difungsikan sebagai salah
satu alat problem solving dapat menjadi sarana jitu jika dimaksimalkan
perannya. Semakin banyak alternatif persepsi yang ada dalam pikiran
manusia dalam menghadapi persoalan-persoalan kehidupan, maka akan
semakin kaya pula kemungkinan-kemungkinan untuk menyelesaikan
masalah dengan baik, demikian pula sebaliknya46.
Persepsi menurut J.P.Chaplin diartikan kedalam lima kategori
47
yaitu : (1) Proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian
objektif dengan bantuan indra. (2) Kesadaran dari proses-proses
organisme. (3) (Ticher) satu kelompok pengindraan dengan penambahan
arti-arti yang berasal dari pengalaman masa lalu. (4) Variabel-variabel
yang menghalangi atau ikut campur tangan berasal dari kemampuan
seorang untuk melakukan pembedaan di antara perangsang-perangsan.
(5) Kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang
serta merta mengenai sesuatu.

1. Proses Terbentuknya Persepsi

44

Philip Kotler, Marketing Management: Analysis, Planning, implamentation,


and Control, 11th edition (New Jersey: Prantice- Hall International Inc,2003), 197.
45
Bilson Simamora, Panduan Riset Prilaku Konsumen (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama,2002), 102.
46
Robert S. Kaplan and David P. Norton, Strategy Maps (Boston: Harvard
Bussiness School, 2004), 209.
47
J.P.Chaplin, Kamus Lengkap (Jakarta; PT Raja GrafindoPersada, 2004),
Cet. 9, Ed.1, 359.

32

Dalam psikologi kontemporer secara umum persepsi yang terbentuk


dari stimuli-stimuli diberlakukan sebagai suatu variabel campur tangan
(intervening variable), bergantung pada faktor-faktor perangsang, cara
belajar, perangkat keadaan jiwa atau suasana hati, dan faktor-faktor
motivasional. Untuk memudahkannya dapat dilihat pada gambar dibawah
ini48:

Rangsangan
sensasi

Lingkungan

Seleksi
Input

Proses
Pengorganisasian

PERSEPSI

Pengalaman

Interpretasi

Proses
Belajar

Gambar 2.1: Proses Pembentukan Persepsi


Sumber: Rita Damayanti, Dasar-dasar Psikologi, (2000)

Persepsi pada prinsipnya adalah memberikan arti kepada berbagai


data, terdapat beberapa persepsi yang dapat mempengaruhi penafsiran.
Diantaranya adalah perangkat persepsi, nilai-nilai atau kepercayaan yang
dianut individu akan mempengaruhi persepsi yang diterima. Kepercayaan
dan pendapat-pendapat, dapat disebut sebagai perangkat-perangkat
persepsi. Persepsi lain yang mempengaruhi penafsiran adalah pembelaan
persepsi, apabila terdapat data atau rangsangan rangsangan yang
diterima individu bertentangan dengan nilai dan keyakinan yang dimiliki,
maka individu melakukan apa yang disebut
persepsi
dengan
mekanisme
menolak
data yang
diterima, memodifikasi data,
pembenaran sikap dan kepercayaan dan data itu pasti diterima49.
48
49

Rita Damayanti, Dasar-dasar Psikologi (Jakarta:FKM UI, 2000), 14.


Rita Damayanti, Dasar-dasar Psikologi , 15.

33

2. Faktor yang mempengaruhi persepsi


Penjelasan lebih lengkap tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi datang dari Robbins. Dia menjelaskan faktorfaktor yang dapat membentuk atau yang dapat memutarbalikkan persepsi
seseorang adalah pertama, pelaku persepsi (perceiver). Bila seseorang
individu memandang pada suatu target dan mencoba menafsirkan apa
yang dilihatnya, penafsiran itu sarat dipengaruhi oleh karakteristikkarakteristik pribadi dari perilaku persepsi individual tersebut. Di antara
karakteristik pribadi yang lebih relevan mempengaruhi pelaku persepsi
adalah sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan
pengharapan (ekspektasi).
Kedua, target, karakteristik-karakteristik dalam target yang akan
diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Gerakan, bunyi,
ukuran, dan atribut-atribut lain dari target membentuk cara kita
memandangnya. Karena target tidak dipandang dalam keadaan terpencil,
hubungan suatu target dengan latar belakangnya mempengaruhi persepsi,
seperti kecenderungan kita untuk mengelompokkan benda-benda yang
berdekatan atau yang mirip.
Ketiga, situasi, merupakan konteks di mana kita melihat objekobjek atau peristiwa-peristiwa50. Unsur-unsur dalam lingkungan sekitar
mempengaruhi persepsi manusia. Berikut skema yang bisa digambarkan:

Objek/Target:
Pelaku persepsi:
Hal Baru
Situasi:
Sikap
Gerakan
Waktu
Motif
Bunyi
Keadaan/Tempat Kerja
Kepentingan
50
Ukuran
Keadaan
Sosial
Stephen
P. Robbins, Organizational
Behavior, 9th Edition
(New Jersey:
Pengalaman
Latar Belakang
Prentice-Hall International, 2001), 124.
Pengharapan
Kedekatan
34

PERSEPSI

Gambar 2.2: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi51


Sumber: Stephen P. Robbin, Organizational Behavior, 9th Edition, (2001)

Ada beberapa karakteristik yang mempengaruhi persepsi yaitu52:


1. Membedakan stimulus, satu hal yang sangat penting bagi pemasar
adalah mengetahui bagaimana nasabah bisa membedakan
perbedaan antara dua stimuli atau lebih. Apakah nasabah
merasakan perbedaan merek berdasarkan rasa, perabaan, harga
dari bentuk kemasan produk agar berbeda dari yang lainnya.
2. Tingkat ambang batas (threshold level), kemampuan nasabah
untuk mendeteksi perbedaan dalam suara, cahaya , bau atau
stimuli yang lainnya. Ditentukan oleh tingkat ambang batasnya.
Ada dua jenis threshold yaitu, Absolute threshold dan Differential
threshold.
3. Persepsi bawah sadar (subliminal Perception), pemasar (bank)
selalu berusaha menciptakan pesan diatas tingkat ambang batas
kesadaran konsumen. Para peneliti menemukan bahwa
nasabah(konsumen) sebenarnya mampu memberikan respons atas
informasi ataupun pesan yang datang pada bawah sadarnya.
Artinya, ketika nasabah dirangsang oleh suatu pesan, sebenarnya
nasabah tidak menyadari akan keberadaan pesan tersebut, namun
alam bawah sadarnya mampu menangkapnya. Dengan demikian
stimulus (pesan) tersebut dibawah tingkat ambang batas
kesadaran nasabah.
51

Stephen P. Robbins, Organizational Behavior, 9th Edition, 126.


Michael R. Solomon, Consumer Behavior: Buying, Having, and Being. 3 th
edition (New Jersey: Prentice-Hall International, 1996), 67.
52

35

4. Tingkat adaptasi, suatu konsep yang berkaitan erat dengan ambang


batas absolut adalah adaptasi. Hal ini terjadi ketika nasabah sudah
merasa terbiasa dan kemudian tidak mampu lagi, maka ketika itu
juga ambang batas absolutnya berubah. Tingkat adaptasi terjadi
ketika konsumen tidak lagi memperhatikan stimulus yang
berulang-ulang.
5. Generalisasi stimulus, terjadi ketika nasabah melihat dua stimulus
atau lebih yang mempunyai kesamaan (mempunyai hubungan
yang dekat), dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya,
oleh karena itu dapat disubstitusikan.
B. Wawasan Tentang Perilaku
1. Pengertian perilaku
Secara spesifik perilaku dapat diartikan sebagai padanan kata dari
behavior yang mempunyai arti cara bertindak, bersikap dan memberi
respon terhadap seseorang atau suatu objek.
Green dalam bukunya yang berjudul Measurment of human
behavior menjelaskan bahwa perilaku adalah kegiatan manusia atau
makhluk hidup lainnya yang dapat dilihat secara langsung pada saat
tertentu di suatu tempat53. Sedangkan Djamaluddin Ancok menyatakan
hubungan antara pengetahuan, sikap, niat dan perilaku adalah bahwa
adanya pengetahuan akan manfaat terhadap suatu hal, menyebabkan
orang mempunyai sikap positif akan hal terhadap hal tersebut.
Selanjutnya dengan sikap itu akan mempengaruhi niat untuk ikut serta
dalam kegiatan yang berkaitan dengan hal tersebut. Niat untuk ikut serta
dalam suatu kegiatan, sangat tergantung apakah orang itu mempunyai
sikap terhadap kegiatan tersebut. Adanya niat untuk
kegiatan tersebut akhirnya sangat menentukan apakah kegiatan itu betulbetul dilakukan. Kegiatan yang sudah dilakukanlah yang disebut dengan
perilaku54.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
Gibson juga berpendapat bahwa perilaku timbul karena suatu
sebab, perilaku diarahkan kepada tujuan, perilaku yang diamati masih
dapat diukur, perilaku yang tidak langsung dapat diamati (seperti berfikir
53

E.B. Green, Measurment of human behavior (New York: P.S. The Odessey
PRess, 1971)
54
Djamaluddin Ancok, Teknik Penyusunan Skala Pengukuran (Yogyakarta:
Pusat Penelitian Kependudukan UGM, 1987)

36

dan persepsi) juga penting dalam mencapai tujuan, serta perilaku


bermotivasi55.
Kotler menyatakan empat karakteristik atau faktor yang
mempengaruhi perilaku masyarakat yaitu yang pertama faktor budaya56.
Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada
perilaku masyarakat. Hal ini karena budaya adalah penyebab paling
mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang.
Budaya merupakan suatu petunjuk arahan pada fase pemecahan
masalah di masyarakat untuk memuaskan kebutuhan psikologis, personal
dan sosial. Sub-budaya adalah bagian kecil dari budaya atau kelompok
orang yang mempunyai sistem sama berdasarkan pada pengalaman hidup
dan situasi. Sub-budaya termasuk nasionalitas, agama, kelompok ras, dan
wilayah geografis. Sedangkan kelas sosial adalah divisi masyarakat yang
relative permanen dan teratur dengan para anggotanya menganut nilainilai, minat, dan tingkah laku yang serupa. Dalam konteks kultural, jika
suatu produk tidak dapat lagi diterima karena nilainya tidak dapat lagi
memuaskan kebutuhan maka masyarakat harus siap merevisi
penawarannya.
Kedua adalah faktor sosial57. Perilaku masyarakat juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti kelompok kecil, keluarga,
serta peran dan status sosial masyarakat. Kelompok kecil merupakan
orang atau kelompok yang berperan sebagai titik referensi dari individu
untuk membentuk nilai, sikap serta perilaku baik secara umum maupun
khusus. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok kecil.
Keluarga adalah orang atau pihak yang dihubungkan karena
pertalian darah atau keturunan dengan perkawinan. Anggota keluarga
dapat sangat mempengaruhi perilaku masyarakat. Keterlibatan suami istri
sangat bervariasi menurut kategori produk dan menurut tahap proses
pembelian. Peran dan status sosial konsumen yaitu seseorang individu
mempunyai tugas peranan yang berbeda saat berpatisipasi dalam
keluarga ataupun organisasi. Seseorang individu mempunyai peranan
beragam dalam keluarga.

55

Gibson, Ivancenich, Donnely, Organisasi: Perilaku Sturuktur Proses,


(Terjemah dari Organizations, 5th Edition) (Jakarta: Erlangga, Cet ke-7, 1994).
56
Philip Kotler, Marketing Management: Analysis, Planning, Implamantation,
and Control, 11th (New Jersey: Prentice-Hall International Inc, 2003), 147.
57
Philip Kotler, Marketing Management: Analysis, Planning, Implamantation,
and Control, 148

37

Ketiga adalah faktor pribadi58. Keputusan pembelian juga


dipengaruhi berbagai karakteristik dari individu itu sendiri. Mulai dari
umur dan tahap daur hidup. Orang mengubah barang dan jasa yang
mereka beli selama masa hidupnya. Selera akan makanan, pakaian,
perabotan, rekreasi sering kali berhubungan dengan umur. Membeli juga
dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahapn yang mungkin
dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya. Pekerjaan seseorang
mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya pekerjaan kasar
cenderung membeli lebih banyak pakaian untuk bekerja, sedangkan
pekerja kantor lebih banyak membeli jas dan dasi. Situasi ekonomi,
kondisi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk.
Gaya hidup, orang yang berasal dari sub-budaya, kelas sosial,
pekerjaan yang sama mungkin mempunyai gaya hidup yang jauh
berbeda. Gaya hidup adalah pola kehidupan seseorang yang diwujudkan
dalam psikografiknya. Gaya hidup mencakup sesuatu yang lebih dari
sekedar kelas sosial atau kepribadian seseorang. Gaya hidup
menampilkan pola beraksi dan berinteraksi seseorang secara keseluruhan
di dunia. Kepribadian dan konsep diri, kepribadian seseorang yang jelas
mempengaruhi perilaku membelinya. Kepribadiannya mengacu pada
karakteristik psikologi unik yang menyebabkan respon yang relative
konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan sekitarnya.
Terakhir adalah faktor psikologi59. Pilihan barang yang
dikonsumsi seseorang lebih lanjut dipengaruhi oleh faktor psikologi
yang penting. Motivasi, persepsi, pengetahuan, serta keyakinan dan
sikap. motivasi adalah kebutuhan yang cukup menekan untuk
mengarahkan seseorang mencari cara untuk memuaskan kebutuhan tadi.
Seseorang mempunyai banyak kebutuhan pada suatu saat. Kebutuhan
biologis, yang muncul dari keadaan yang tegang seperti lapar, haus, atau
merasa tidak nyaman. Setalah itu kebutuhan psikologis, yang sering
muncul dari kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, atau rasa
memiliki. Kebanyakan dari kebutuhan ini tidak cukup kuat memotivasi
seseorang supaya berindak pada suatu saat. Kebutuhan berubah menjadi
motif kalau merangsang sampai tingkat intensitas yang mencukupi.
Keyakinan dan sikap. melalui tindakan dan pembelajaran, orang
mendapatkan keyakinan dan sikap. Keduanya ini pada waktunya, akan
mempengaruhi perilaku konsumsi. Keyakinan adalah pemikiran
deskriptif yang dimiliki seseorang mengenai sesuatu. Orang yang
58

Philip Kotler and Gary Amstrong, Principles of Marketing, (Jakarta:


Prenhallindo, 1997), 150.
59
Philip Kotler and Gary Amstrong, Principles of Marketing, 156.

38

mempunyai sikap terhadap agama, politik, pakaian, dan hampir segala


sesuatu yang lain. Sikap mengenai evaluasi, perasaan, dan
kecenderungan dari seseorang terhadap suatu objek atau ide yang relatif
konsisten.
Budaya
Budaya
Sub-budaya
Kelas sosial

Sosial
Kel. Acuan
Keluarga
Peran dan
status

Pribadi
Umur dan tahap
daur hidup
Pekerjaan
Situasi ekonomi
Gaya hidup
Kepribadian dan
konsep diri

Psikologi
Motivasi
Persepsi
Pengetahuan
Keyakinan
dan sikap

PEMBELI / NASABAH
Gambar 2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
Sumber: Philip Kotler dan Gery Amstrong, Principles of Marketing (1997)

Sedangkan menurut Green ada tiga faktor yang mempengaruhi


perilaku yaitu60:
1. Faktor dasar (predispotitioning factor) meliputi kebiasaan,
kepercayaan, tradisi dan pengalaman.
2. Faktor pendukung (Enabling factor) meliputi pendidikan, sosial,
ekonomi, pekerjaan, ketersediaan fasilitas.
3. Faktor pendorong (Reinforcing factor) meliputi sikap dan
pengalaman.
C. Wawasan Tentang Bank Syariah
1. Lahirnya bank syariah
Perkembangan perbankan syariah merupakan fenomena yang
menarik kalangan akademisi maupun praktisi dalam 20 tahun terakhir.
Tak kurang IMF juga telah melakukan kajian-kajian atas praktek
perbankan Islam sebagai alternatif sistem keuangan internasional yang
60

E.B, Green, Measurment of human behavior (New York: P.S. The Odessey
Press, 1971)

39

memberikan peluang upaya penyempurnaan sistem keuangan


internasional yang belakangan dirasakan banyak sekali mengalami
goncangan dan ketidakstabilan yang menyebabkan krisis dan
keterpurukan ekonomi akibat lebih dominannya sektor finansial
dibanding sektor riil dalam hubungan perekonomian dunia
Perbankan adalah suatu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi
utama yaitu, menerima simpanan uang, meminjamkan uang dan
memberikan jasa pengiriman uang. Didalam sejarah perekonomian kaum
muslim, pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai syariah
telah menjadi bagian dari tradisi umat islam sejak zaman Rasulullah
saw61.
Awalnya bermula dari beroperasinya Mith Ghamr Local Saving
Bank di Mesir pada tahun 1963 dan ini merupakan tonggak sejarah
perkembangan Sistem Perbankan Syariah. Kemudian pada tahun 1967
pengoperasian Mith Ghamr diambil alih oleh National Bank of Egypt dan
Bank Sentral Mesir disebabkan adanya kekacauan politik. Walaupun
Mith Ghamr sudah berhenti beroperasi sebelum mencapai kematangan
dan menyentuh semua profesi bisnis, keberadaannya telah memberikan
tanda positif bagi masyarakat muslim pada umumnya, dengan
diperkenalkannya prinsip - prinsip Islam yang sangat applicable dalam
dunia bisnis modern62.
Konferensi Negara-negara Islam sedunia yang diselenggarakan
tanggal 21-27 April 1969 di Kuala Lumpur menghasilkan beberapa
keputusan yang terkait dengan perkembangan bank syariah dunia.
Perkembangan selanjutnya adalah berdirilah Islamic Development Bank
(IDB), yang didirikan atas prakarsa dari hasil sidang menteri luar negeri
Negara Negara OKI di Pakistan tahun 1970, Libya tahun 1973, dan
Jeddah tahun 1975. Dalam sidang tersebut diusulkan penghapusan suatu
sistem keuangan berdasarkan Bunga dan menggantinya dengan Sistem
Bagi Hasil. Berdirinya IDB telah memotivasi banyak negara negara
Islam untuk mendirikan suatu lembaga keuangan syariah. Pada akhirnya
tahun 1970-an dan awal tahun 1980-an bank syariah mulai bermunculan
di Mesir, Sudan, Negara Negara Teluk, Pakistan, Iran, Malaysia,
Bangladesh, dan Turki. Secara umum lembaga keuangan Syariah secara
internasional diklasifikasikan menjadi dua yaitu bank komersial (Islamic
commercial Bank) dan lembaga investasi dalam bentuk International
Holding Company. Pada tahun 1984 telah berkembang 5 bank Islam di
61

Adiwarman A.Karim, Bank IslamL Analisis Fiqih dan Keuangan, 18.


Muhammad Imran Ashraf Ustmani, Meezan Banks Guide To Islamic
Banking (Urdu Bazar Karachi: Dr al-Ishat, 2002) 43.
62

40

Negara non muslim (Inggris, Swiss, Cyprus, Luxemburg, dan Denmark),


dan 23 bank Islam di Negara-negara Islam63.
Perkembangan bank Syariah ini telah menarik bank-bank
konvensional untuk menawarkan produk-produk syariah, misalnya
dengan Islamic windows di Malaysia, Islamic transaction di cabang bank
Mesir, dan Islamic services di cabang bank perdagangan Arab Saudi.
Tahun 1996, Citibank mendirikan Citi Islamic Investment Bank di
Bahrain yang berprinsip pada wholly-owned subsidiary. Produk
investment banking yang islami juga ditawarkan oleh beberapa fund
management internasioal seperti the Wellington Management Company
(Amerika), Oasis International equity Fund (Inggris), State Street
Investment Management (Amerika), Hongkong-Shanghai Banking
Corporation (HSBC-London) dan ANZ Bank (Melbourne-London).
Disisi lain, pengguna jasa bank syariah dari non muslim juga sudah
berkembang, misalnya KFC, Xerox, General Motor, IBM, General
Electric, dan Chrysler64.
Dengan berkembangnya bank bank syariah di Berbagai Negara
Negara Islam lainnya, Di Indonesia rintisan praktek perbankan syariah
dimulai pada awal periode 1980-an, melalui diskusi-diskusi bertemakan
bank syariah sebagai pilar ekonomi Islam. Tokoh-tokoh yang terlibat
dalam pengkajian tersebut, untuk menyebut beberapa, di antaranya
adalah Karnaen A Poerwataatmadja, M Dawam Rahardjo, AM
Saefuddin, dan M Amien Azis. Sebagai gambaran, M Dawam Rahardjo
dalam tulisannya pernah mengajukan rekomendasi Bank Syariat Islam
sebagai konsep alternatif untuk menghindari larangan riba, sekaligus
berusaha menjawab tantangan bagi kebutuhan pembiayaan guna
pengembangan usaha dan ekonomi masyarakat. Jalan keluarnya secara
sepintas disebutkan dengan transaksi pembiayaan berdasarkan tiga
modus, yakni mudlarabah, Musyarakah dan Murabahah65.
Prakarsa lebih khusus mengenai pendirian Bank Islam di
Indonesia baru dilakukan tahun 1990. Pada tanggal 19 22 Agustus
tahun tersebut, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyelenggarakan
lokakarya bunga bank dan perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat.
Hasil lokakarya tersebut kemudian dibahas lebih mendalam pada
Musyawarah Nasional IV MUI di Jakarta 22 25 Agustus 1990, yang
63

Khursyid Ahmad, Islamic Finance And Banking, Plan Field (The lslamic
Society of North America,1999) 21.
64
Fies
UMY,
Sejarah
Bank
Syariah
(2009),
hhtp://fiesumy.blogspot.com/2009/01/sejarah-bank-syariah.html
65
Moch. Yazid Afandi, Aspek Legal Perbankan Syariah di Indonesia, (2011)
http://www.ibnussite.com/aspek-legal-perbankan-syariah-di-indonesia.html

41

menghasilkan amanat bagi pembentukan kelompok kerja pendirian bank


Islam di Indonesia. Kelompok kerja dimaksud disebut Tim Perbankan
MUI dengan diberi tugas untuk melakukan pendekatan dan konsultasi
dengan semua pihak yang terkait. Sebagai hasil kerja Tim Perbankan
MUI tersebut adalah berdirinya PT Bank Muamalat Indonesia (BMI),
yang sesuai akte pendiriannya, berdiri pada tanggal 1 Nopember 1991.
Sejak tanggal 1 Mei 1992, BMI resmi beroperasi dengan modal
awal sebesar Rp 106.126.382.000,-. Sampai bulan September 1999, BMI
telah memiliki lebih dari 45 outlet yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia66. sedangkan untuk tahun 2010 secara kuantitas, pencapaian
perbankan syariah terus mengalami peningkatan dalam jumlah bank.
Jumlah BUS saat ini telah mencapai 10 unit dengan 23 UUS. Selain itu,
jumlah BPRS telah mencapai 146 unit dan total jumlah kantor syariah
sebanyak 1,640 unit. Secara geografis, sebaran jaringan kantor perbankan
syariah juga telah menjangkau masyarakat di lebih dari 89
kabupaten/kota di 33 provinsi. Dari segi aset, perkembangan perbankan
syariah meningkat secara signifikan, dari Rp 20,880 miliar (2005)
menjadi Rp 83,454 miliar (September 2010). Sementara itu, Dana Pihak
Ketiga (DPK) mencapai Rp 63,912 miliar dan jumlah pembiayaan
sebesar Rp 60,970 miliar67.
Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan
dalam kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam
kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API), untuk menghadirkan
alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat
Indonesia. Secara bersama-sama, sistem perbankan syariah dan
perbankan konvensional secara sinergis mendukung mobilisasi dana
masyarakat secara lebih luas untuk meningkatkan kemampuan
pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian nasional.
Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi
berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan
yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta
menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika,
mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam
berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi
66

Veithzal Rivai, Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sistem Bank Islam Bukan
Hanya Solusi Menghadapi Krisis, Namun Solusi Dalam Menghadapi Berbagai
Persoalan Perbankan dan Ekonomi Global (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 105.
67

Ali
Rahma, Outlook Ekonomi
Syariah 2011, (2011)
http://blogekonomisyariah.wordpress.com/2011/01/01/outlook-ekonomi-syariah-2011/

42

keuangan. Dengan menyediakan beragam produk serta layanan jasa


perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang lebih bervariatif,
perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel dan
dapat dinikmati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa
terkecuali.
Dalam konteks pengelolaan perekonomian makro, meluasnya
penggunaan berbagai produk dan instrumen keuangan syariah akan dapat
merekatkan hubungan antara sektor keuangan dengan sektor riil serta
menciptakan harmonisasi di antara kedua sektor tersebut. Semakin
meluasnya penggunaan produk dan instrumen syariah disamping akan
mendukung kegiatan keuangan dan bisnis masyarakat juga akan
mengurangi transaksi-transaksi yang bersifat spekulatif, sehingga
mendukung stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan, yang pada
gilirannya akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
pencapaian kestabilan harga jangka menengah-panjang.
Dengan diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan
industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum
yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat
lagi. Dengan progres perkembangannya yang impresif, yang mencapai
rata-rata pertumbuhan aset lebih dari 65% pertahun dalam lima tahun
terakhir, maka diharapkan peran industri perbankan syariah dalam
mendukung perekonomian nasional akan semakin signifikan68.
Dalam pendirian BMI telah ditetapkan sebagai perusahan terbatas
(perseroan) dengan ketetapan akta notaris karena sudah memenuhi
syarat-syarat finansial maupun yuridis. Adanya struktur kepengurusan
bank yang telah ditentukan oleh peraturan pemerintah dimana adanya
dewan syariah yang tidak ditemukan dibank konvensional. Dewan
syariah yaitu lembaga yang berperan secara proaktif dalam menanggapi
perkembangan masyarakat Indonesia yang dinamis dalam bidang
ekonomi dan keuangan69.
2. Dasar Operasional Bank Syariah
Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang berfungsi
memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil melalui aktivitas
68

Lihat UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan syariah


MUI,
Tentang
Dewan
Syariah
Nasional
(2009)
http://www.mui.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=55:tentangdewan-syariah-nasional&catid=39:dewan-syariah-nasional&Itemid=58
69

43

kegiatan usaha (investasi, jual beli, atau lainnya) berdasarkan prinsip


Syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank
dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan pembiayaan kegiatan usaha,
atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan nilai-nilai Syariah
yang bersifat makro maupun mikro.
Nilai-nilai makro yang dimaksud adalah keadilan, maslahah,
bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif yang nonproduktif
seperti perjudian (maysir), bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan
meragukan (gharar), bebas dari hal-hal yang rusak atau tidak sah
(bathil), dan penggunaan uang sebagai alat tukar. Sementara itu, nilainilai mikro yang harus dimiliki oleh pelaku perbankan syariah adalah
sifat-sifat mulia yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Yaitu shiddiq,
amanat, tablygh, dan fat}onah. Selain itu, dimensi keberhasilan bank
syariah meliputi keberhasilan dunia dan akhirat (long term oriented)
yang sangat memerhatikan kebersihan sumber, kebenaran proses, dan
kemanfaatan hasil70.
Prinsip-prinsip dasar sistem ekonomi syariah akan menjadi dasar
beroperasinya bank syariah yaitu yang paling menonjol adalah tidak
mengenal konsep bunga uang dan yang tidak kalah pentingnya adalah
untuk tujuan komersial Islam tidak mengenal peminjaman uang tetapi
adalah kemitraan atau kerjasama (mudharabah dan musyarakah) dengan
prinsip bagi hasil, sedang peminjaman uang hanya dimungkinkan untuk
tujuan sosial tanpa adanya imbalan apapun.
Didalam menjalankan operasinya fungsi bank syariah terdiri
dari71:
1. Sebagai penerima amanah untuk melakukan investasi atas dana-dana
yang dipercayakan oleh pemegang rekening investasi / deposan atas
dasar prinsip bagi hasil sesuai dengan kebijakan investasi bank.
2. Sebagai pengelola investasi atas dana yang dimiliki oleh pemilik
dana / sahibul mal sesuai dengan arahan investasi yang dikehendaki
oleh pemilik dana (dalam hal ini bank bertindak sebagai manajer
investasi)
3. Sebagai penyedia jasa lalu lintas pembayaran dan jasa-jasa lainnya
sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
4. Sebagai pengelola fungsi sosial seperti pengelolaan dana zakat dan
penerimaan serta penyaluran dana kebajikan ( fungsi optional ).
70

Zatari, Alauddin, Al-Mas}a>rif Al-Islamiyyah Wa Ma>dha> Yajibu An


Yurafa Anha> ( Damaskus: Dar Ghar Hira, 2006).
71
Achmad Baraba, Prinsip Dasar Operasional Perbankan Syariah, (2011)
http://www.vibiznews.com/1new/knowledge/syariah/PRINSIP%20DASAR%20OPER
ASIONAL%20PERBANKAN%20SYARIAH.pdf

44

Dari fungsi tersebut maka produk bank syariah akan terdiri dari 72:
Tabel 2.1 : Dasar Prisip Produk Perbankan Syariah dalam Praktek
PRODUK/JASA
Penghimpunan Dana
1. Giro
2. Tabungan Syariah
3. Deposito
Penyaluran Dana
1. Pembiayaan mudharabah

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan salam
Pembiayaan Ististhna
Pembiayaan Ijarah
Pembiayaan Qardh
Pembiayaan Multijasa

PRINSIP SYARIAH
1. Wadiah
2. Mudharabah
1. Wadiah
2. Mudharabah
Mudharabah
1. Mudharabah
2. Mudharabah Muthlaqah
3. Mudharabah Muqayyadah
Musyarakah
Murabahah
Salam
Istishna
Ijarah
Qardh
1. Ijarah
2. Kafalah

Pelayanan
1. Letter of Credit (L/C) 1. Wakalah bil Ujroh
impor syariah
2. Kafalah
2. Bank Garansi Syariah
Kafalah
3. Penukaran Valuta Asing Sharf
(Sharf)
Sumber: Bank Indonesia, Kodifikasi Produk Perbankan Syariah73
Seperti telah disebutkan di atas, bank syariah adalah lembaga
keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di sektor
riil melalui aktivitas investasi atau jual beli, serta memberikan pelayanan
jasa simpanan perbankan bagi para nasabah. Mekanisme kerja bank
syariah adalah sebagai berikut. Bank syariah melakukan kegiatan
72

Achmad Baraba, Prinsip Dasar Operasional Perbankan Syariah 2011.


Lihat, Bank Indonesia, Kodifikasi Produk Perbankan Syariah,(2011)
www.bi.go.id
73

45

pengumpulan dana dari nasabah melalui deposito atau investasi maupun


titipan giro dan tabungan. Dana yang terkumpul kemudian diinvestasikan
pada dunia usaha melalui investasi sendiri (non-bagi hasil/trade financing) dan investasi dengan pihak lain (bagi basil/investment financing).
Ketika ada hasil (keuntungan), maka bagian keuntungan untuk bank
dibagi kembali antara bank dan nasabah pendanaan. Di samping itu, bank
syariah dapat memberikan berbagai jasa perbankan kepada nasabahnya.
3. Aspek Legal Kelembagaan Perbankan Syariah di Indonesia
Meski wacana bank syariah sudah mengemuka di Indonesia
sejak tahun 70-an, tetapi secara formal kelembagaan saat itu belum
mendapatkan respon yang baik dari pemerintah sebagai pemegang
tunggal kebijakan. Baru di era 90-an wacana tersebut mendapatkan
respon yang baik dengan diterbitkannya UU No 7/1992. namun
demikian, keberadaan UU tersebut sebagai satu-satunya payung hukum
praktek perbankan syariah ketika itu masih belum dapat memberikan
ruang gerak secara maksimal. Beberapa kelemahan masih banyak
ditemukan dalam UU tersebut.
Seiring dengan perkembangan yang terjadi, para pemerhati
perbankan syariah terus melakukan evaluasi terhadap kelemahan UU
perbankan syariah yang telah ada dan menerbitkan berbagai peraturan
terbaru. Maka, muncullah UU No. 10/1998 dan berbagai peraturan lain
yang dikelaurkan oleh Lembaga pemegang otoritas tertinggi moneter
Indonesia, Bank Indonesia. Semua peraturan tersebut muncul atas dasar
kebutuhan bagi sempurna dan leluasanya praktek perbankan syariah di
Indonesia.
Dengan telah diberlakukannya UU tentang Perbankan Syariah,
maka terdapat 2 (dua) UU yang mengatur perbankan di Indonesia, yaitu
UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah
dengan UU No. 10 Tahun 1998, dan UU No. 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah. Walaupun telah terdapat 2 (dua) UU yang masingmasing mengatur bank berdasarkan prinsip syariah dan bank
konvensional, namun dalam masa peralihan ini masih dikenal Unit Usaha
Syariah, yang membuka kesempatan bagi bank konvensional untuk
melakukan kegiatan bank
berdasarkan prinsip syariah. Hal ini
menyebabkan bank konvensional di satu sisi tunduk pada UU Perbankan
(bagi kantor bank yang beroperasi secara konvensional), dan di sisi lain
tunduk pada UU Perbankan Syariah (bagi UUS dan KC Syariah dari
bank konvensional dimaksud). Pada umumnya sistematika pengaturan
46

UU Perbankan Syariah sama dengan UU Perbankan, yaitu antara lain


meliputi azas, tujuan dan fungsi; perizinan, bentuk badan hukum; jenis
dan kegiatan usaha, rahasia bank; pembinaan dan pengawasan; dengan
beberapa perbedaan prinsip di dalamnya khususnya yang menyangkut
aspek syariah, di samping itu terdapat beberapa pengaturan baru yaitu
mengenai tata kelola, prinsip kehatihatian, dan pengelolaan risiko,
penyelesaian sengketa; Komite Perbankan Syariah; self liquidation, serta
perluasan kewenangan pengawasan Bank Indonesia74.
D. Persepsi dan Perilaku Masyarakat Terhadap Bank Syariah
1. Persepsi dan perilaku masyarakat terhadap Bank Syariah di
Timur Tengah
Penelitian yang dilakukan Naser dan Moutinho pada tahun 1997
terhadap 100 bank syariah teratas di Negara-negara Arab,
memperlihatkan bahwa secara umum bank syariah mulai berkembang
pada pertengahan tahun 1970-an. Saat itu bank syariah menghadapi
persaingan antar bank konvensional itu sendiri. Serta bank-bank
konvensional dari barat yang melakukan penyesuaian dengan prinsipprinsip syariah75.
Untuk memenangkan persaingan tersebut, maka penelitian itu
menyarankan perlunya strategi pemasaran yang efektif. Agar bank-bank
syariah bisa survive Maka mereka harus menempatkan pola yang koheren
untuk memperbaiki posisinya sehingga menjadi kompetitif untuk masa
jangka panjang. Perubahan lingkungan sosial ekonomi dan politik
menuntut bank-bank syariah untuk melakukan inovasi dan kreatifitas
dalam jasa dan produk, selain pengembangan pasar.
Hasil analisis ini juga mengindikasikan bahwa bank syariah tidak
menggunakan keunggulan kompetitifnya dalam komunitas muslim.
Karena itu diperlukan perubahan organisasinya untuk meningkatkan
pelayanan terhadap nasabah. Mereka juga harus bisa membuat keputusan
strategis berkenaan dengan minimum dan maksimun capital yang
ditawarkan konsumen dan peta investasi antar wilayah dan antar sektor
74

Arief R. Permana, SEKILAS ULASAN UU PERBANKAN SYARIAH,(2008),


http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/40B277F4-2C92-4807-86C761D01BE47127/15112/03_Sekilas_Ulasan_UU_Perbankan_Syariah1.pdf
75
Laporan penelitian Bank Indonesia, Potesi, Preferensi,dan Perilaku
Masyarakat terhadap Bank Syariah di Wilayah Sumatra Utara (Jakarta:2003), 22.

47

yang ada. Untuk mengambil peran yang aktif di masa depan, maka isuisu pokok yang harus diperhatikan adalah mampu mengukur penerimaan
banknya ditengah masyarakat (brand equity), mengukur keefektifan
pemasaran yang diterapkan, proses produk baru yang lebih baik, serta
memperkirakan kepuasan konsumen76.
Di Bahrain penelitian dilakukan oleh Metawa dan Almossawi
pada tahun 1998, dengan menggunakan 300 orang nasabah. menemukan
bukti bahwa keputusan konsumen dalam memilih bank syariah
didorong oleh faktor agama, di mana konsumen mereka menekankan
kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah. Selanjutnya, keputusan juga
termotivasi oleh faktor faktor keuntungan, keluarga dan teman-teman,
dan sebuah lokasi bank. Faktor-faktor tersebut selanjutnya dikaitkan
dengan karekteristik responden seperti umur, pendapatan dan
pendidikan.Secara umum, nasabah puas dengan pelayanan bank syariah.
Dua hal utama yang menjadi kriteria pemilihan bank syariah adalah
kesetiaan (adherence) terhadap prinsip-prinsip syariah, dan tingkat jasa
yang diperoleh (rate of return). Lama berhubungan dengan bank
memiliki kaitan dengan pemahaman terhadap jasa-jasa dan produk yang
disediakan oleh perbankan tersebut. Almossawi mengidentifikasi lima
atribut penting yang dipertimbangkan nasabah dalam memilih bank77:
1. Lokasi ATM yang mudah dijangkau
2. Ketersediaan ATM beberapa lokasi
3. Reputasi bank
4. Layanan ATM 24 jam
5. Ketersediaan tempat parkir yang memadai
Pada tahun1989, Cengis Erol dan Radi el-Bdour melakukan
penelitian di Jordania, yaitu dikota Irbid, Zarka, dan Amman. Responden
terdiri dari golongan kelas menengah professional. Jumlah sampel adalah
237 orang dari nasabah bank konvensional dan 197 orang dari nasabah
bank syariah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor agama bukan
menjadi pertimbangan motivasi dalam memilih layanan jasa perbankan.
Responden terlihat lebih termotivasi dengan keuntungan yang akan

76

Abdul Gafur, Persepsi dan Perilaku Pedagang Etnik Tionghoa di Mangga


Dua Terhadap Bank Syariah, 37.
77
Metawa, S.A, Almossawi,M, Bank Marketing, 299-313.

48

diperoleh jika menggunakan jasa bank78. Adanya cabang baru bank


syariah adalah
bukan pertimbangan penting bagi
peningkatan
pelayanan. Selain itu, suatu kelompok memiliki pengaruh terhadap
keputusan konsumen untuk memilih bank syariah dan kesadaran
konsumen untuk memperoleh keuntungan dari laba dan bagi hasil
investasi dan redistribusi pendapatan sistem perbankan syariah79.
Kemudian, pada tahun 1990, Erol et al. melakukan studi tentang
konsumen keputusan untuk memilih bank Islam atau perbankan
konvensional. Penelitian ini melaporkan bahwa konsumen memilih bank
Islam karena layanan yang cepat dan efisien, yang reputasi, dan
kerahasiaan perbankan. Di sini, kesimpulan yang dapat diambil adalah
laba yang bermotif (faktor ekonomi) ada dalam faktor memilih
perbankan syariah.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Naser, Jamal, dan Al-Khatib
pada tahun 1999 menunjukkan bahwa faktor-faktor motivasi konsumen
memilih perbankan syariah adalah reputasi bank, alasan agama, persepsi
bahwa perbankan syariah tidak hanya menawarkan fasilitas yang sama
dengan perbankan konvensional tetapi juga menerapkan prinsip Islam,
dan kemampuan perbankan untuk menjaga kerahasiaan, serta laba. Pada
saat yang sama, faktor-faktor motivasi konsumen untuk memilih baik
bank syariah maupun konvensional untuk melakukan diversifikasi
investasi dan pembatasan cabang perbankan syariah dan pelayanan
waktu. Kesimpulan dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa
konsumen memilih perbankan syariah, karena faktor agama dan laba
(faktor ekonomi)80.
2. Persepsi dan perilaku masyarakat terhadap bank syariah di
Inggris dan Amerika
Penelitian yang dilakukan pada tahun 1992 di Inggris
menunjukkan bahwa secara umum responden yang berpendidikan tidak
mengetahui apa yang dimaksud dengan lembaga keuangan syariah. Hal
ini mungkin disebabkan oleh lembaga keuangan syariah masih tergolong
baru dinegara tersebut. Hasil dari penelitian itu menyebutkan sekitar 10
persen responden berprinsip masih tetap membuka tabungan di bank
78

Abdul Gafur, Persepsi dan Perilaku Pedagang Etnik Tionghoa di Mangga


Dua Terhadap Bank Syariah, 37.
79
Cengiz Erol, Radi El-Bdour, International Journal Banking and Marketing,
Vol.7 No.6, 1989, 31-37.
80
Kamal Naser, Ahmad Jamal, and Khalid Al-Khatib, The International
Journal of Banking Marketing for the Financial Services Sector, Vol.17 No.3, 1999,
135-150.

49

konvensional, 29 persen bersedia membuka dua rekening yaitu dibank


syariah dan bank konvensional, dan sepertiga responden akan menutup
rekening di bank konvensional dan menggantinya dengan bank syariah81.
Namun dalam penelitian lain tentang aspek financial perumahan
di Inggris pada tahun 1990 dengan 100 reponden muslim yang bertempat
tinggal
di
Leichestershier
(Leichester
dan
Loughborogh),
memperlihatkan adanya kecenderungan bahwa pendidikan memiliki
peranan yang cukup besar. Dengan semakin tingginya pendidikan, maka
kesadaran dan pengetahuan mengenai permasalahan dalam sistem
keuangan syariah juga semakin baik. Hasil yang diperoleh dari penelitian
ini menunjukkan bahwa 37 persen responden cenderung membuka
rekening di bank syariah, sekitar 42 persen bersedia menutup rekening
mereka di bank konvensional dan menggantikannya dengan rekening
bank syariah. Lewis juga berargumen bahwa meskipun banyak upaya,
namun untuk generalisasi konsep tentang dinamika pengambilan
keputusan terhadap bank atau lembaga keuangan, masih memerlukan
penelitian lebih lanjut82.
Penelitian yang dilakukan oleh Coyle memberikan kesimpulan
yang berbeda tentang faktor yang mendorong nasabah memilih bank
konvensional atau bank syariah. Hasil penelitian tersebut mendukung
bahwa motivasi nasabah dalam memilih bank syariah cenderung
didasarkan kepada motif keuntungan, bukan kepada motif keagamaan.
Dengan kata lain, nasabah lebih mengutamakan economic
rationale dalam keputusan memilih bank syariah dibandingkan dengan
lembaga perbankan non-syariah atau bank konvensional83. Sedangkan
Kaynak menemukan tiga atribut penting yang menjadi pertimbangan
dalam memilih bank yaitu ketersedian ATM, pelayanan yang cepat dan
efisien, serta respon petugas yang cepat pula84.
3. Persepsi dan perilaku masyarakat terhadap bank syariah di
Malaysia dan Singapura

81

Abdul Gafur, Persepsi dan Perilaku Pedagang Etnik Tionghoa di Mangga


Dua Terhadap Bank Syariah, 36.
82
B.R. Lewis, Studen Account A Porofitable segmen? Bank Marketing, Vol.
16 no.3, (1982)a, 63-72.
83
T. Cooyle, The Bank Tomorrow, American Community Banker, Vol 8,
no.7, 1999, 16-18.
84
Kaynak, E. American ConsumersAttitudes Towards Commercial Banks,
Bank Marketing, Vol.23, No.1, (2005), 73-89

50

Di Malaysia penelitian dilakukan oleh Haron dan kawankawannya pada tahun 1994 melakukan penelitian yang menyatakan
bahwa secara umum sikap masyarakat terhadap bank syariah relatif
sama. Meskipun demikian, ditemukan perbedaan yang cukup menarik,
responden muslim menginginkan pelayanan cepat dan efisien dalam
memilih bank, sementara responden non muslim lebih mengutamakan
keakraban secara personal dengan staf bank,diatas pelayanan yang
diberikan dan reputasi oleh suatu bank. Dalam hal pengenalan dalam
perbankan syariah, 100 persen responden mengetahui eksistensi bank
syariah yang diperolehnya dari surat kabar, majalah , TV, radio dan
keluarga. Sebalinya, 57 persen responden non muslim yang mengetahui
keberadaan bank syariah. Mereka hanya mengandalkan pengetahuan
tersebut dari majalah dan Koran, namun tidak dari anggota keluarga.
Suatu temuan yang menarik adalah bahwa 32 persen responden non
muslim merasa yakin bahwa bank syariah hanya khusus untuk orang
muslim saja85.
Saiful Azhar dan Mohd Afandi Abu Bakar dalam jurnalnya yang
berjudul Performance of Islam and Mainstream Banks in Malaysia
mengatakan bahwa tren dalam bank syariah yang beroperasi di Malaysia
dalam aplikasi pembiayaan (al- Mura>bah}ah dan Ijarah wa iqtina),
sekarang ini terdapat lebih dari 90 persen di asset bank syariah tersebut.
Dalam pembiayaan, bank syariah akan membeli barang tersebut dengan
tunai dan dengan cicilan(kredit). Dalam cara ini, tidak ada pinjaman yang
diberikan senjak nasabah membuat kesepakatan dengan pihak bank untuk
membeli barang tersebut.pihak bank berasumsi bahwa nasabah akan
membeli dan membayar sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat
atas dasar kepercayaan, ini terkait terhadap pandangan masyarakat
terhadap bank syariah yang mempunyai akhlak yang sesuai dengan
norma-norma agama islam serta hukum-hukum islam yang
mengaturnya86.

85

Nurafifah Ahmad &S. Haron, Perception of Malaysia Corporate Customers


Toward Islamic Banking Product & Services, International Journal of Islamic
Financial Services. Vol 3. No.4, edisi Januari- Maret 2002, dari www.islamicfinance.net/journal.
86
Saiful Azhar Rosly and Mohd Afandi Abu Bakar, Performance of Islamic
and Mainstrem Bank in Malaysia, Social Economics (2003), 1250.

51

Gerrard dan Cunningham melakukan penelitian di Singapura


pada tahun 1997, hasil penelitiannya menyatakan bahwa masyarakat
muslim dan non muslim belum sadar dengan budaya bank syariah,
namun mereka mempunyai sikap yang berbeda pada perbankan syariah.
Mereka hanya sepakat pada satu hal yaitu jasa yang lebih tinggi dari
tabungan mereka. Untuk responden non muslim hanya 0,6 persen yang
dapat menjelaskan makna riba, dan hanya 2 persen yang dapat
menjelaskan makna syariah, serta tidak ada paham tentang sistem
keuangan syariah. Pada kalangan reponden muslim, 20,7 persen yang
paham tentang riba dan 37 persen yang paham tentang syariah.
Meskipun demikian hanya satu responden yang memahami
dengan baik produk-produk perbankan syariah itupun hanya dari
responden muslim. Sedangkan dalam hal sikap terhadap bank syariah
22,6 persen responden dari kalangan muslim menyatakan bahwa alasan
agama merupakan motivasi utama untuk menyimpan uang dibank
syariah. Sementara
lebih dari dua pertiga responden muslim
menggunakan panduan alasan keagamaan dan keuntungan. Ada
kesepakatan antara reponden muslim dan non muslim mengenai
keharusan bank dalam menyediakan pelayanan yang cepat dan efisien.
Kalangan non muslim lebih mengutamakan bunga yang tinggi dari
tabungan, sementara kalangan muslim tidak terlalu memprioritaskan
masalah bunga tersebut87.
4. Persepsi dan perilaku masyarakat terhadap bank syariah di
Indonesia
a. Persepsi dan perilaku masyrakat terhadap bank syariah di
Kalimantan Selatan88
Penelitian terhadap perbankan syariah di Kalimantan selatan
dilakukan di 8 kabupaten atau kota dengan Kriteria yang dijadikan dasar
dalam memilih kabupaten atau kota yaitu berdasarkan variabel-variabel
sosial ekonomi yang digunakan meliputi kriteria jumlah rumah tangga,
87

Gerrard, Philip, and J. Barton Cunningham, 1997. Islamic Banking: A


Study in Singapore, International Journal of Bank Marketing, Vol.15 No.6 : 202-216.
88
Kerjasama Direktorat Perbankan Syariah-Bank Indonesia dengan Institut
Pertanian Bogor, Potensi,Prefensi, dan Perilaku Masyarakat Terhadap Bank
Syariah,(2004)
http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/0DF09BE2-9FDE-49F0-88AC248B7B0856DD/13436/ringaksan-eks-kalsel-pdf

52

jumlah tempat ibadah, jumlah penduduk menurut lapangan kerja, dan


potensi pertumbuhan ekonomi serta pertimbangan peneliti. Berdasarkan
variabel-variabel tersebut maka terpilih 8 kabupaten atau kota contoh
adalah: Kota Banjarmasin, Kabupaten Barito Kuala, Banjar, Tapin,
Banjar Baru, Tanah Laut, Hulu Sungai Selatan, dan Hulu Sungai Utara.
Pengambilan data lapang dilakukan secara serentak pada bulan maret
2004.
Sebagian besar responden dari delapan kabupaten di Kalimantan
Selatan menyatakan pernah mendengar tentang bank syariah (88.2%).
Kesan awal yang tertangkap oleh responden tentang bank syariah yang
dominan adalah: bank syariah merupakan bank yang islami (64.3%),
bank dengan sistem bagi hasil (45.2%), kurang dikenal (14.7%), dan
bank khusus orang islam (13.2%). Lebih jauh, jika responden ditanya
tentang pengetahuannya tentang bank syariah, sebagian responden
menjawab tidak memiliki pengetahuan sama sekali (24.4%).
Pada umumnya responden mengetahui bahwa bank syariah
adalah: bank dengan sistem bagi hasil (51.6%), bank yang beroperasi
tidak dengan sistem bunga (34.3%), bank yang berbasis pada syariah
agama (29.0%), dan bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah
Islam (20.1%). Dalam hal menjawab kesan dan pengetahuan tentang
bank syariah,dimungkinkan satu responden menjawab lebih dari satu
jawaban. Informasi tentang bank syariah umumnya diperoleh responden
dari: media elektronik (televisi) (47.7%), teman, keluarga, rekan kerja
(36.8%), dan media cetak (surat kabar) (33.9%).
Ketiga media informasi ini merupakan media utama bagi
masyarakat dalam memperoleh informasi tentang bank syariah pada
semua lokasi penelitian. Informasi ini penting sebagai masukan bagi
pihak terkait dalam rangka memilih media informasi untuk sosialisasi
bank syariah. Lebih jauh, untuk ketiga media informasi ini jenis acara
yang paling banyak diikuti oleh masyarakat adalah siaran berita, hiburan,
dan dialog politik maupun ekonomi. Lebih jauh, tentang perilaku adopsi
terhadap bank syariah, dari 160 responden (18.2%) mengatakam bahwa
alasan responden dalam memilih bank syariah yang dominan adalah:
kesesuaian dengan syariah agama (72.5%), lokasi/aksesibilitas (35%),

53

profesionalisme pelayanan (16.9%), kredibilitas (16.9%) dan fasilitas


(16.9%)89.
Sementara itu, jenis produk bank syariah yang banyak
dimanfaatkan adalah produk penghimpunan dana, yaitu tabungan
mudharabah (90.6%). Produk pembiayaan masih relatif sedikit, dengan
sistem yang dominan adalah murabahah. Sementara untuk jasa, hanya
wakalah yang relatif sudah ada yang memanfaatkannya. Motivasi
responden dalam memanfaatkan produk penghimpunan dana bank
syariah adalah: dalam rangka menjalankan syariah agama (58.8%), bank
syariah tidak menggunakan sistem bunga (43.1%), sistem bagi hasil yang
jelas (38.1%), dan pelayanan yang cepat (25.6%).
Dalam memanfaatkan produk pembiayaan, alasan yang dominan
adalah tidak menggunakan sistem bunga, menjalankan syariah agama.
Alasan lainnya adalah penanggungan risiko bersama (lebih adil) dan
pelayanan yang cepat. Pada pemanfaatan jasa, alasan dominan adalah
pelayanan yang cepat, menjalankan syariah agama dan biaya transaksi
yang murah. Sebagian besar responden tidak menjawab ketika ditanya
tentang kelebihan bank syariah. Beberapa responden yang menjawab
tentang kelebihan bank syariah adalah bahwa sistem bank syariah tidak
mengandung riba (halal), sistem bagi hasil tidak memberatkan, produk
bank syariah telah mampu memenuhi harapan dan keinginan sebagian
responden, dan pelayanan yang ramah, cepat dan akurat. Sementara itu
menurut persepsi masyarakat adalah belum yakin apakah prinsip syariah
diterapkan dengan benar, informasi tentang produk yang dinilai masih
sangat kurang dan perhitungan bagi hasil tidak jelas.
b. Persepsi dan perilaku masyarakat terhadap Bank syariah di
Jawa tengah dan Yogyakarta90
89

Kerjasama Direktorat Perbankan Syariah-Bank Indonesia dengan Institut


Pertanian Bogor, Potensi,Prefensi, dan Perilaku Masyarakat Terhadap Bank
Syariah,(2004)
http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/0DF09BE2-9FDE-49F0-88AC248B7B0856DD/13436/ringaksan-eks-kalsel-pdf
90
Ringkasan Eksekutif kerjasama Bank Indonesia dengan Pusat Penelitian
Kajian Pembangunan Lembaga Penelitian Universitas Diponegoro Semarang,
Penelitain Potensi, Preperensi dan Perilaku Masyarakat terhadap Bank Syariah di
Wilayah
Jawa
Tengah
dan
Daerah
Istimewa
Yogyakarta,
http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/219C8504-BB4A-4F86-B9821A24ED29627D/13439/BPSESjatengindonesia.pdf

54

Dari hasil pembahasan terhadap potensi, preferensi, sikap dan


perilaku masyarakat terhadap bank syariahmaka dapat disimpulkan
sebagai berikut : Potensi demografi yang meliputi antara lain umur dan
pendidikan menunjukkan bahwa keluargakeluarga, yang ada di Jawa
Tengah dan DI Yogyakarta masuk dalam kategori yang berumur tua serta
mempunyai rata-rata pendidikan yang relatif tinggi. Potensi ekonomi
yang menunjukkan tentang aksesibilitas wilayah serta tingkat
pengeluaran keluarga maka terlihat bahwa terdapat kabupaten dengan
kategori sangat tinggi antara lain Kota Semarang, Kota Pekalongan,
Kabupaten Kendal , Kota Tegal, Kota Surakarta dan Kota Yogyakarta.
Sementara untuk yang masuk dalam kategori rendah antara lain
kabupaten-kabupaten Rembang, Jepara,Kudus, Demak, Boyolali dan
Cilacap. Potensi nilai sosial yang menunjukkan respon masyarakat pada
hal hal yang baru menunjukkan bahwa kabupaten/kota yang sangat
responsif adalah Kota Pekalongan dan Kabupaten Cilacap. Sedangkan
daerah yang kurang responsif terdapat di Kabupaten Kudus, Kab.
Demak, Kota Tegal dan Kabupaten Boyolali. Potensi sistem sosial yang
mencerminkan derajat keaktifan sosial terlihat bahwa kabupatenkabupaten Kudus, Demak dan Kota Semarang merupakan daerah
yang sangat tertutup. Sementara daerah yang terbuka terdapat pada
Kabupaten Rembang, Kab. Jepara, Kab. Kendal, Kota Pekalongan, dan
Kab. Bantul.
Preferensi terhadap keuntungan relatif yang mencerminkan
pandangan responden tentang perbankan syariah mempunyai nilai lebih
jika dibandingkan dengan bank konvensioanal maka terlihat Kota
Magelang dan Kota Semarang merupakan daerah yang mempunyai
proporsi terbesar terhadap nilai keuntungan relatif pada bank syariah91.
Preferensi terhadap tingkat kompatibilitas yang menunjukkan tingkat
kecocokan terhadap sistem perbankan syariah maka terlihat bahwa
sebagian besar masyarakat tidak setuju terhadap tingkat kompatibilitas
dari perbankan syariah. Tingkat kompatibilitas terendah terlihat pada
Kabupaten Demak, Kota Semarang dan Kabupaten Kendal. Preferensi
terhadap tingkat kompleksitas perbankan syariah yang menunjukkan nilai
dimana perbankan syariah mempunyai dimensi yang komplek maka
terlihat sebagian besar masyarakat setuju terhadap tingkat kompleksitas
perbankan syariah. Preferensi terhadap tingkat triabilitas/observabiltas
yang menunjukkan derajat keingin-tahuan masyarakat terhadap
91

Rudjito, Ekonomi Syariah dalam Sorotan (Jakarta: Yayasan Amanah, 2003).

55

perbankan syariah maka terlihat bahwa Kabupaten Brebes dan Kota


Semarang merupakan daerah dengan derajat keingintahuan yang
tertinggi. Tingkat preferensi masyarakat yang merupakan gabungan dari
indikator-indikator keuntungan relatif,kompatibilitas, kompleksitas dan
triabilitas terhadap perbankan syariah menunjukkan bahwa daerahyang
paling tinggi terdapat pada Kabupaten Brebes, Kota Surakarta dan
Kabupaten Cilacap.
Sikap masyarakat yang meliputi sikap terhadap sistem dan produk
perbankan syariah menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakt tidak
mengetahui
sistem
maupun
produk
perbankan
syariah.
Meskipundemikian, ada beberapa daerah yang mempunyai proporsi
terbesar berkaitan dengan pengetahuantentang sistem dan produk
terdapat pada Kabupaten Demak dan Kabupaten Kendal. Perilaku
masyarakat yang dilihat dari dua aspek masing - masing keinginan
masyarakat untuk menabung dan memperoleh pembiayaan dari
perbankan syariah. Ada sekitar 59,00 persen yang menginginkan
menabung di perbankan syariah dan 55,11 persen yang menyatakan
menginginkan untuk memperoleh pembiayaan dari perbankan syariah.
Ditinjau dari pengembangan Bank Syariah di Jawa Tengah maupun DIY
dapat dilihat bahwa pengembangan perbankan syariah mempunyai
prospek yang mengembirakan. Hal ini tercemin dimana sebagian besar
responden mempunyai respon yang positif meskipun mereka belum
mengenal tentang sistem dan produk-produk perbankan syariah.
c. Persepsi dan perilaku masyarakat terhadap bank syariah di
Jakarta dan sekitarnya92
Penelitian ini dilakukan oleh pusat pendidikan dan pusat
kebanksentralan Bank Indonesia bekerjasama dengan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah pada tahun 2003. Cakupan wilayah dalam
penelitian ini meliputi 8 wilayah jabodetabek yaitu, Jakarta pusat, Jakarta
Utara, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Bekasi, tangrang dan
Bogor. Sedangkan untuk jumlah reponden sebanyak 100 responden
untuk setiap wilayah.
Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa persepsi masingmasing kelompok terhadap bank syariah relative beragam. Kesan yang
paling banyak dirasakan oleh responden adalah bank syariah adalah bank
92

UIN Syariaf Hidayatullah dan Bank Indonesia, Persepsi dan Perilaku


Masyarakat terhadap Bank Syariah di wilayah Jakarta dan sekitarnya (Jakarta, 2003)

56

islami dan bank yang menerapkan sistem bagi hasil. Namun, sebagian
kecil responden memiliki kesan bahwa bank islam adalah bank khusus
orang islam. Hal ini dikarenakan istilah penamaan produknya
menggunakan istilah islam bahasa arab.
Dari segi pengetahuan masyarakat terhadap bank syariah
diperoleh bahwa umunya sebagaian besar responden menyatakan pernah
mendengar bank syariah. Namun pengetahuan itu belum bersifat
menyeluruh dan masih bersifat parsial dalam memahami bank syariah.
Sumber informasi yang paling banyak mereka terima adalah melalui
kontak individual, surat kabar, televise dan informasi langsung dari
bank. Kesemua media informasi tersebut memiliki peranan penting untuk
mensosialisasikan perbankan syariah.
Temuan dari perilaku responden menunjukan bahwa hampir
seluruh nasabah bank syariah akan terus menajadi nasabah bank syariah.
Variabel utama yang menjadi pengaruh terhadap keputusan itu adalah
jenis pekerjaan, lokasi/aksesibilitas, dan terkait dengan prinsip bank
syariah. Terdapat faktor utama yang mempengaruhi masyarakat dalam
memanfaatkan jasa perbankan syariah antara lain tingkat pendidikan,
lokasi/ aksesibilitas, dan kesesuaian dengan syariah agama. Sedangkan
variabel utama dalam yang berpengaruh nyata terhadap rencana
masyarakat (non nasabah bank syariah) untuk mengadosi produk jasa
bank syariah adalah pendidikan agama, hadiah atau bonus pada bank
konvensional dan kenyamanan pelayanan.
Perilaku seluruh responden terlihat bahwa variabel yang sangat
dekat dengan obyek syariah adalah orang yang lambat menerima
perubahan atau sesuatu yang baru dan meidentifikasikan diri sebagai
sosok yang islami. Sedangkan obyek yang dekat dengan syariah
konvensional adalah orang yang terbuka terhadap informasi, memiliki
tipe panutan atau pelopor dan cepat dalam mengambil keputusan.
Sementara kualifikasi responden dengan pendidikan tinggi,yang dekat
dengan obyek syariah adalah obyek yang lambat dalam menerima
perubahan atau sesuatu yang baru.

57

d. Persepsi dan perilaku masyarakat terhadap bank syariah di


Sumatra Selatan93
Penelitian di wilayah kerja BI Palembang mencakup wilayah
Propinsi Sumater Selatan dan Propinsi Kepulauan Bangka Belitung,
dengan mengambil lokasi pada 7 (tujuh) daerah kabupaten dan kota,
yaitu: Kota Palembang, Kabupaten Musi Banyuasin, Musi Rawas, Muara
Enim, Ogan Komering Ilir, Ogan Komering Ulu, serta Kota Pangkal
Pinang. Total jumlah responden adalah 775 orang, yaitu antara 99 sampai
103 orang di 6 wilayah, di tambah 158 orang di kota Palembang. Jumlah
responden di Kota Palembang yang 1,5 kali lebih banyak dibandingkan
lokasi-lokasi lain, dengan pertimbangan bahwa kota Palembang
merupakan sentra aktifitas ekonomi dengan potensi yang jauh lebih besar
secara relatif di seluruh wilayah ini.
Satu temuan yang cukup menarik adalah, hanya 72,0 persen dari
seluruh responden yang mengaku pernah mendengar tentang bank
syariah, dan yang kemudian mengaku tahu hanya 86,9 persen
dari yang mendengar tersebut. Dengan pengetahuan yang masih rendah
tersebut, kesan pokok yang muncul adalah bahwa bank syariah adalah
sebagai bank Islami (72,8%), dan bank sistem bagi hasil (46,3%).
Sementara untuk yang mengaku tahu, pengetahuan pokok yang dimiliki
adalah bahwa bank syariah adalah bank sistem bagi hasil, bank yang
berbasiskan syariah agama dan bank yang sesuai dengan prinsipprinsip syariah. Tampak bahwa, belum satupun alasan ekonomi yang
muncul dari responden, misalnya yang menyatakan bank syariah adalah
bank yang lebih menguntungkan dan lebih adil secara ekonomi.
Konfigurasi pengetahuan dan persepsi seperti ini, sebagaimana dengan
bank konvensional, sumber informasi pokoknya berasal televisi, surat
kabar, serta nonformal social network dari teman, keluarga dan tetangga.
Artinya, televisi dan surat kabar, merupakan dua saluran komunikasi
yang juga disarankan untuk dijadikan alat untuk mengkomunikasikan
perbankan syariah ke masyarakat.
Kesesuaian dengan syariah agama (Islam) (69,3%) merupakan
faktor utama yang mendorong nasabah syariah (total 137 orang) dalam
memanfaatkan bank syariah, sementara faktor sekundernya adalah
93

Kerjasama Direktorat Perbankan Syariah-Bank Indonesia dengan Institut


Pertanian Bogor, Potensi,Prefensi, dan Perilaku Masyarakat Terhadap Bank
Syariah,(2004)
http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/0DF09BE2-9FDE-49F0-88AC248B7B0856DD/13436/ringaksan-eks-sumsel-pdf

58

kredibilitas dan kemudahan aksesibilitas. Jadi, tampaknya keputusan


mengadopsi masih dilandaskan kepada hal-hal yang bercorak sentiment
keagamaan, belum lagi dari satu alasan rasionalitas ekonomi. Alasan ini
bukan merupakan alasan yang teguh, karena terbukti kemudian dalam
analisis logit, bahwa mereka yang cenderung akan terus memanfaatkan
jasa bank syariah bukan dari kelompok ini, tapi dari pertimbangan bagi
hasil. Dengan kata lain, jika untuk masuk pertama kali menjadi nasabah
sentimen keagamaan cukup berguna, namun jika kemudian mereka
merasa tidak puas, terutama bagi hasil yang tidak menguntungkan
(rasionalitas ekonomi), maka mereka cenderung akan meninggalkan.
Impilkasi dari temuan ini, disarankan agar rasionalitas ekonomi harus
lebih dikedepankan dalam mengkomunikasikan kelebihan bank syariah
kepada khalayak.
Kendalanya kemudian adalah, bahwa saluran tradisional yaitu
kyai, ustadz dan ulama belum siap untuk mengkomunikasikannya, karena
umumnya belum memiliki pengetahuan terhadap analisis ekonomi
tersebut. Pihak perbankan syariah sendiri perlu semakin meningkatkan
kinerja dan pelayanannya, sehingga mampu memberikan bukti - bukti
keuntungan ekonomi pula. Perlu ditekankan bahwa, perdebatan halal
dan haram dapat diminimalisir apabila keunggulan bank syariah dapat
dibuktikan secara riel dari sisi keuntungan ekonominya. Inilah tantangan
bagi institusi perbankan syariah ke depan.
Dari seluruh nasabah bank syariah (137 orang), hampir
seluruhnya (96,4%) hanya memanfaatkan satu jenis produk saja yaitu
Tabungan Mudharabah, dan 9,5 persen mengadopsi Deposito
Mudharabah. Khusus untuk produk pembiayaan, 15,3 persen
menggunakan Bai Murabahah atas prinsip jual beli, dan hanya 5,8 persen
yang sudah memanfaatkan Syirkah Mudharabah. Dari indepth interview
dan focus group discussion ditemukan alasan, bahwa pihak perbankan
sendiri masih terkendala oleh kelemahan sumber daya manusia untuk
mengaplikasikan pembiyaan mudharabah dan musyarakah secara lebih
luas.
Disebabkan karena pengetahuan yang masih dangkal dan
interaksi yang masih terbatas dengan perbankan syariah, berbagai
persepsi responden berkenaan dengan kelebihan bank syariah masih
terkait dengan aspek hukum, yaitu produk yang tidak riba atau halal
(10,9%). Sementara itu, secara umum 94,2 persen responden syariah
merasa bank syariah lebih memiliki kelebihan, namun 47,4 persen juga
melihat bahwa bank syariah juga memilki kelemahan, dibandingkan

59

dengan bank konvensional atau dibandingkan antara bentuk yang ideal


dengan yang saat ini beroperasi. Satu temuan yang cukup menarik untuk
dikemukakan disini adalah, bahwa saat ini konsep berpikir masyarakat
tentang perbankan dapat dikatakan cenderung tidak konsisten. Dari
seluruh responden (775 orang), 49,9 persen merupakan responden yang
tidak konsisten, sedangkan 50,1 persen adalah konsisten. Responden
yang tergolong konsisten dan teguh dengan prinsip syariah hanyalah 33,2
persen, dan tergolong konsisten dengan bank konvensional 16,9 persen.
Kemudian, dari 33,2 persen yang bersikap bahwa bunga bank
bertentangan dengan agama dan karena itu tidak setuju dengan
penggunaan bunga dalam perbankan; namun sebagian besar dari mereka
(222 dari 257 orang) sesungguhnya saat ini sedang menjadi nasabah
perbankan konvensional. Jadi meskipun mereka konsisten dalam
bersikap, namun dalam kenyataannya mereka juga tidak konsisten dalam
perilaku. Hal inipun dapat dipahami secara logis, bahwa meskipun
mereka bersikap teguh dalam prinsip, namun belum tersedianya jaringan
bank syariah yang handal padahal mereka terdesak untuk memanfaatkan
jasa perbankan untuk keperluan sehari-hari.
Data tersebut menggambarkan apa yang diperoleh dari kebijakan
elit pemerintah dan agama yang terlalu lama mengambangkan legalitas
bunga selama ini. Akibatnya, sebagian masyarakat (muslim) sudah
sangat terbiasa dengan bunga dan tidak kritis lagi melihat kelemahankelemahan bunga secara ideologis. Mengintroduksikan sikap baru,
bahwa bunga adalah haram sebagai mana fatwa MUI pada bulan
Desember 2003, ternyata tidak langsung mampu merubah konfigurasi
persepsi dan perilaku masyarakat muslim yang sudah agak baku selama
ini. Dari penelitian ini juga terungkap, bahwa meskipun 60,0 persen
menyatakan mendukung terhadap prinsip fatwa tersebut, namun 78,6
persen responden belum melakukan tindakan apa-apa, dan hanya 28,0
persen yang berencana untuk membuka rekening di bank syariah, dan
24,6 persen berencana untuk mengalihkan ke rekening bank Syariah
Informasi ini menyiratkan bahwa kepatuhan ummat terhadap ulama di
Indonesia tidaklah mutlak. Atau, mungkin saja kepatuhan tersebut
tidaklah semata-mata kepada institusi Majelis Ulama Indonesia (MUI)
saja. Mungkin institusi keulamaan lokal juga merupakan referensi yang
lebih diakui masyarakat tertentu.
Dari analisis logit terhadap seluruh responden, diperoleh bahwa
berbagai faktor yang memiliki pengaruh positif dalam mengadopsi bank
60

syariah adalah mereka yang memiliki pendidikan nonformal bisnis,


bekerja pada industri, pekerjaan petani, mempertimbangkan kemapanan
dan profesionalisme perbankan, tokoh agama, taat beragama, mereka
yang menyatakan bahwa bunga bertentangan dengan agama, memiliki
kesan positif terhadap bank syariah, serta yang diwilayah tersebut
tersedia bank syariah. Namun, khusus untuk keberlangsungan dalam
mengadopsi bank syariah, responden yang lebih cenderung terus
mengadopsi adalah mereka yang memiliki pendidikan nonformal
keagamaan, terbuka terhadap sumber informasi, serta yang
mempertimbangkan bagi hasil. Sedikit berbeda dari data di atas, dari
analisis psikografis diperoleh pemahaman bahwa karakter yang melekat
pada mereka yang selama ini telah mengadopsi bank syariah adalah
mereka yang tergolong cepat mengambil keputusan, bersosok Islami, dan
merupakan panutan atau pelopor di tengah masyarakat. Implikasinya,
segmen masyarakat seperti ini layak dijadikan prioritas utama sebagai
nasabah untuk perbankan syariah.
e. Persepsi dan perilaku masyarakat terhadap bank syariah di
Jawa Barat94
Penelitian di Jawa Barat ini dilakukan oleh Lembaga Penelitian
dari Istitut Pertanian Bogor. Cakupan wilayah penelitian meliputi 10
Daerah Tingkat II di Wilayah Propinsi Jawa Barat, dengan jumlah
responden ditargetkan sebesar 100 responden setiap Daerah Tingkat II.
Kriteria wilayah penelitian didasarkan pada kondisi aktual dan potensial
yang menyangkut variabel-variabel seperti jumlah pondok pesantren,
panjang jalan, tempat ibadah, jumlah penduduk menurut lapangan kerja,
aktifitas perdagangan, dan aktifitas perbankan.
Hasil analisis model logit menunjukkkan bahwa bank syariah
ternyata lebih diminati kalangan berpenghasilan menengah ke bawah.
Hal ini terutama karena didukung dengan sistem jemput bola yang
merupakan andalan utama dalam melayani nasabah (terutama BPRS)
yang sangat diminati masyarakat dari kalangan tersebut. Temuan hasil
studi menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat terhadap bank
94

Kerjasama Direktorat Perbankan Syariah-Bank Indonesia dengan Institut


Pertanian Bogor, Potensi,Prefensi, dan Perilaku Masyarakat Terhadap Bank
Syariah,(2000)
http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/0DF09BE2-9FDE-49F0-88AC248B7B0856DD/13436/ringaksan-eks-jawabarat-pdf

61

syariah baik yang berkaitan dengan sistem maupun jenis layanan/jasa,


masih dapat dikatakan rendah. Selain itu aksesibilitas/keberadaan bank
syariah juga menjadi salah satu faktor yang menentukan keinginan
masyarakat untuk mengadopsi (terus mengadopsi) bank syariah.
Variabel-variabel dominan yang dihasilkan dari proses
pengolahan data primer dengan analisa logit kemudian dianalisa silang
dengan variabel-variabel yang relevan ditemukan pada lokasi penelitian..
Variabel ekonomi yang relevan terpilih yaitu jumlah tenaga kerja, jumlah
perdagangan skala menengah dan kecil, jumlah kantor bank dan lembaga
keuangan, aksesibilitas jalan, jumlah penghimpunan dana perbankan dan
penyaluran kredit perbankan. Sementara variabel sosial yang relevan
adalah jumlah umat Islam, jumlah tokoh agama yang menunjukkan posisi
sosial dalam masyarakat, jumlah pondok pesantren dan jumlah rumah
ibadah. Berdasarkan variabel-variabel tersebut, analisa dengan skor
tertimbang menunjukkan bahwa wilayah di lokasi penelitian dapat dibagi
menjadi tiga klasifikasi potensi pengembangan.
Klasifikasi pertama menunjukkan daerah-daerah yang memiliki
potensi terbaik dalam pengembangan bank syariah yaitu Kodya Bandung,
Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Tangerang. Sementara kelompok
kabupaten yang memiliki tingkat potensi cukup baik adalah Kabupaten
Bekasi, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Tasikmalaya. Sedangkan
yang termasuk dalam kategori memiliki potensi wilayah kurang baik
adalah Kodya Bogor, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Cianjur, dan
Kabupaten Sukabumi. Sementara yang termasuk dalam potensi wilayah
rendah adalah Kabupaten Karawang.
Penelitian untuk wilayah Jawa Barat diperoleh informasi bahwa
masyarakat non nasabah bank syariah yang diberi penjelasan sistem,
produk dan jasa serta kehalalan bank syariah mempunyai kecenderungan
kuat untuk memilih bank syariah. Namun sebaliknya, nasabah yang
menggunakan jasa bank syariah, terenyata sebagian dari mereka memiliki
kecenderungan untuk berhanti menjadi nasabah bank syariah. Alasannya
antara lain adalah kualitas pelayanan yang kurang baik atau keraguan
akan konsistensi penerapan prinsip syariah95.
Untuk melengkapi hasil analisa potensi wilayah dan penentuan
kelompok sasaran pasar bagi bank syariah, maka dilakukan analisa
95

Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan Bank Indonesia, Ringkasan


Pokok-pokok Hasil Penelitian Potensi, Preferensi, dan Perilaku Masyarakat terhadap
Bank Syariah di Pulau Jawa ,Desember 2000, www.bi.go.id

62

berdasarkan data primer pada keragaan responden yang menjadi nasabah


bank syariah atau berkeinginan mengadopsi produk bank syariah. Dari
jenis pekerjaan utama responden, maka kelompok yang potensial
menjadi nasabah bank syariah adalah yang memiliki pekerjaan sebagai
pengusaha/pedagang, dengan kabupaten yang memiliki potensi baik
untuk hal ini adalah Kabupaten Bandung, Kabupaten Sukabumi,
Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Cirebon. Sedangkan Kodya
Bandung, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Cirebon, dan Kabupaten
Tasikmalaya merupakan wilayah yang berpotensi untuk menjaring
masyarakat potensial menjadi nasabah pada tingkat penghasilan sedang.
Untuk variabel keberadaan tokoh masyarakat yang cukup berperan dalam
sosialisasi sistem dan produk bank syariah maka Kabupaten Cianjur,
Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Bogor memiliki prioritas
pengembangan yang cukup besar. Sedangkan dari sisi aksesibilitas maka
lokasi yang memiliki prioritas pengembangan adalah Kabupaten
Tangerang, Kabupaten Cirebon, dan Kabupaten Tasikmalaya.
f. Persepsi dan Perilaku Masyarakat terhadap Bank Syariah di
Sumatra Utara96
Penelitian ini dilakukan oleh Bank Indonesia bekerjasama dengan
Lembaga Penelitian Institut Pernatian Bogor pada tahun 2003, dengan
mengambil 8 kabupaten kota yaitu, Kabupaten Asahan, Kabupaten
Labuhan Batu, Kabupaten Deli
Serdang, Kabupaten Langkat,
Kabupaten Tapanuli Selatan, Kota Medan , Kota Tanjung Balai, dan
Kabupaten Mandailing Natal.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa sebagian besar nasabah
bank syariah juga menjadi nasabah bank konvensional, dengan
pendidikan umumnya relatif tinggi (SLTA ke atas). Hal ini menunjukkan
bahwanya adanya bank syariah telah menarik sebagian nasabah bank
konvensional untuk beralih atau setidaknya mencoba menjadi nasabah
bank syariah. Jenis pekerjaan dominan nasabah bank syariah adalah
pegawai (pemerintah atau swasta) dan pengusaha, dengan jenis usaha
dominan dibidang perdagangan. Sementara dari tingkat pendapatan,
sebagian besar nasabah bank syariah memiliki tingkat pendapatan sedang
atau tinggi.
96

Kerjasama Direktorat Perbankan Syariah-Bank Indonesia dengan Institut


Pertanian Bogor, Potensi,Prefensi, dan Perilaku Masyarakat Terhadap Bank
Syariah,(2000)
http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/0DF09BE2-9FDE-49F0-88AC248B7B0856DD/13436/ringaksan-eks-sumatrautara-pdf

63

Pemahaman masyarakat terhadap bank syariah masih rendah,


yang disebabkan oleh sosialisasi terhadap prinsip dan sistem ekonomi
syariah kepada masyarakat kurang, dan bersifat parsial. Hal ini sangat
berpengaruh terhadap persepsi dan perilaku masyarkat terhadap bank
syariah. Persepsi masyarakat terhadap bank syariah adalah bank islami
dan bank sistem bagi hasil. Informasi yang diterima oleh masyarakat
terhadap bank syariah bersiafat parsial dengan sumber informasi dari
mulut ke mulut. Oleh karena itu, untuk meningkatkan pemahaman
masyarakat terhadap bank syariah harus disosialisasikan dengan lebih
luas dengan media yang efektif. Sebagian nasabah bank syariah ternyata
tidak memiliki pengetahuan tentang bank syariah.
Alasan utama masyarkat untuk memilih perbankan adalah
aksestabilitas dari bank tersebut dan pelayanannya. Sementara itu alasan
utama masyarakat untuk menjadi nasabah bank syariah adalah faktor
keagamaan dan karena bank syariah menerapkan prinsip kemitraan
melalui produk pembiayaannya. Alasan keagaman yang dikemukakan
berpotensi untuk mempertahankan nasabah menjadi nasabah yang setia
dengan catatan tuntutan penerapan prinsip-prinsip syariah dalam
operasional dapat dipenuhi oleh pihak bank. Bagi masyarakat yang telah
memanfaatkan jasa bank syariah, perilakunya dipengaruhi oleh
pertimbangan aksetabilitas, keamanan dan pelayanan, sebagaimana
pertimbangan dalam pemilihan bank secara umum. Hal ini berimplikasi
bahwa bank syariah harus terus berupaya meningkatkan tingkat
aksetabilitas, kredibilitas, professionalism dan pelayanannya.
Analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa keputusan
masyarakat dalam mengadopsi bank syariah relatif dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan, pekerjaan utama, tingkat penghasilan, ketersediaan
transportasi, persepsi terhadap keberadaan bank, pertimbangan dalam
memilih bank, jenis jasa yang diadopsi, dan pengetahuan terhadap bank
syariah. Dari variabel tingkat pendidikan ditemukan kecenderungan
masyarakat yang berkeinginan untuk mengadopsi memiliki pendidikan
yang relatif baik, yaitu level SMA keatas dan pekerjaan yang relative
baik pula yaitu pegawai. Hal ini sangat rasional dimana masyarakat yang
memiliki pendidikan yang relative baik, secara relative memiliki akses
terhadap sumber informasi yang lebih baik dan lebih mudah untuk
menerima informasi. Sehingga peluang dan menerima bank syariah lebih

64

baik daripada masyarakat yang berpendidikan rendah. Dari aspek


pendapatan individu, terdapat kecenderungan pasar potensial untuk
mengembangkan bank syariah berasal dari kelompok masyarakat
berpenghasilan menengah keatas.
Variabel pilihan manfaat jasa perbankan memiliki hubungan
negative dengan tingkat adopsi. Artinya,jika masyarakat ingin
memanfaatkan jasa pinjaman terdapat kecenderungan tidak meminjam
diperbankan syariah. Variabel pengetahuan tentang bank syariah
merupakan salah satu variabel yang dominan mempengaruhi keputusan
masyarakat untuk mengadopsi produk bank syariah. Hal ini berarti
peluang masyarakat untuk menjadi nasabah bank syariah lebih besar dari
pada masyarakat yang mengetahui tentang bank syariah, karena itu
peranan sosialisasi dan informasi secara aktif menjadi aspek yang paling
penting untuk meningkatkan aktivitas bank syariah. Masyarakat yang
mengakses bank konvensional dan bank syariah, cenderung memiliki
perilaku cepat dalam mengambil keputusan, terbuka dalam menerima
informasi dan lambat dalam menerima perubahan.

65

BAB III
WAJAH PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BANK SYARIAH

A. Pembiayaan Murabahah
Murabahah dalam kitab Lisan al-Arab berasal dari kata alriba>h} artinya beruntung atau memberikan keuntungan97. Murabahah
berarti suatu akad jual beli barang dimana penjual menyebutkan harga
beli barang kepada pembeli kemudian ia mensyaratkan laba atau
keuntungan (margin) dalam jumlah tertentu yang disepakati oleh kedua
belah pihak98. Para ahli hukum Islam mendefinisikan bai almura>bah}ah sebagai berikut :
1. Abd ar-Rahman al-Jaziri mendefinisikan bai al-mura>bah}ah
sebagai menjual barang dengan harga pokok beserta keuntungan
dengan syarat-syarat tertentu99.
2. Menurut Wahbah az-Zuhaili adalah jual-beli dengan harga
pertama (pokok) beserta tambahan keuntungan100.
3. Ibn Rushd filosof dan ahli hukum Maliki mendefinisikannya
sebagai jual-beli di mana penjual menjelaskan kepada pembeli
harga pokok barang yang dibelinya dan meminta suatu margin
keuntungan kepada pembeli101.
4. Ibn Qudamah (ahli hukum Hambali) mengatakan bahwa arti jualbeli murabahah adalah jual-beli dengan harga pokok ditambah
margin keuntungan.
Mura>bah}ah sebuah akad dalam bentuk akad jual beli yang
telah dikaji dan dibahas oleh para ulama dalam fiqh muamalah terbilang
sangat banyak jumlahnya dan bisa mencapai puluhan. Namun demikian,
dari sekian banyak kajian dan bahasan tersebut, Cuma ada tiga jenis jual
97

Ibnu Manz}ur, Lisa>n al-'Arab Juz III (Ttp: Dr al-Ma'rif), tt), 1553
Sayyid Sa>biq, Fiqh al-Sunnah (Beirut: Dr el Fikr, 1992), Vol. 12 h. 83.
Lihat pula Ibnu Rusyd, Bida>yah al-Mujtahid, (Semarang: Toha Putra, tt) juz II, h. 161.
Lihat pula Taqyuddin Abi Bakar, Kifa>yat al-Akhya>r fi Halli Gha>yat al-Ikhtis}a>r
Juz II, (Bandung: Syirkah al-Ma'rif, t.t.), h. 239 Lihat pula Muhammad Rawis Qal'ahji
dan Hamid Shadq Qaniby, Mu'jam Lugha>t al-Fuqaha>, (Beirut: Da>r al-Nafa>is,
1985), Cet I, hlm. 219: Lihat pula: al-Jurja>ni, Kita>b al-Ta'ri>fa>t (Beirut: Dar alKitab al 'Arabiy,1996), Cet III,. 266;
99
Abd ar-Rahman al-Jaziri, al-Fiqh ala al-Mazahibh al-Arbaah (Beirut :
Dar al-Fikr al-Ilmiyyah, 1990), jld. II, h. 250.
100
Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh (Damaskus : Dar alFikr, 1989), jld. IV, h. 703.
101
Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Ibn Rusyd al-Qurtubi, Bidayat alMujtahid wa Nihayat al-Muqtas}id (Beirut : Dar al-Fikr, t.t.), juz II, h. 161.
98

66

beli yang telah dikembangkan secara terus menerus sebagai dasar utama
dalam pembiayaan modal kerja dan investasi dalam produk perbankan
syariah, yaitu akad baimurbahah, bai al- salam, dan bai alIstishna102.
Mura>bah}ah adalah salah satu bentuk jual-beli yang bersifat
amanah. Bentuk jual-beli ini berlandaskan pada hadits Rasulullah SAW
dari Shuhaib ar Rumy 103. Al Mura>bah}ah adalah kontrak jual-beli
atas barang tertentu. Pada transaksi jual-beli tersebut penjual harus
menyebutkan dengan jelas barang yang diperjualbelikan dan tidak
termasuk barang haram. Demikian juga, harga pembelian dan
keuntungan yang diambil dan cara pembayarannya harus disebutkan
dengan jelas. Yang dimaksud dengan keuntungan adalah selisih harga
jual dari harga yang pertama dalam kesepakatan bersama atau yang
disepakati104.
Dalam teknis perbankan, mura>bah}ah adalah akad jual-beli
antara bank selaku penyedia barang (penjual) dengan nasabah yang
memesan untuk membeli barang. Bank memperoleh keuntungan dari
jual-beli yang disepakati bersama. Rukun dan syarat mura>bah}ah
adalah sama dengan rukun dan syarat dalam fiqih, sedangkan syaratsyarat lain seperti barang, harga dan cara pembayaran adalah sesuai
dengan kebijakan bank yang bersangkutan. Harga jual bank adalah harga
beli dari pemasok ditambah keuntungan yang disepakati bersama. Jadi
nasabah mengetahui keuntungan yang diambil oleh bank.
Selama akad belum berakhir maka harga jual-beli tidak boleh
berubah. Apabila terjadi perubahan maka akad tersebut menjadi batal.
Cara pembayaran dan jangka waktunya disepakati bersama, bisa secara
lumpsum ataupun secara angsuran. Melalui akad mura>bahah, nasabah
dapat memenuhi kebutuhannya untuk memperoleh dan memiliki barang
yang dibutuhkan tanpa harus menyediakan uang tunai lebih dulu. Dengan
kata lain nasabah telah memperoleh pembiayaan dari bank untuk
pengadaan barang tersebut.
102

Ataul Haque, Reading in Islamic Banking (Dhaka: Islamic Foundation


1987) bandigkan dengan pendapat Mannan, MA., Ekonomi Islam Teori dan Praktek,
Seri Ekonomi Islam,(Terjemahan) (Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf, 1992).
103
Sabda Rasulullah "Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak
secara tunai (murabahah), muqaradhah (nama lain dari mudharabah) dan mencampur
tepung dengan gandum untuk kepentingan rumah, bukan untuk diperjualbelikan."(HR.
Ibnu Majah)
104
Muhammad Ibn Ahmad Ibnu Muhammad Ibn Rushd, Bida>yat al-Mujtihad
wa Niha>yat al-Muqtas}id, vol. II, 216

67

Seperti uraian di atas bahwa pembiayaan akad mura>bahah yang


telah di laksanakan pada Bank Syariah dipahami sebagai berikut adalah
sebuah pembiayaan atas dasar jual beli dimana harga jual didasarkan
atas harga asal yang di ketahui bersama ditambah keuntungan yang telah
disepakati bersama. Yang dimaksud keuntungan adalah selisih harga jual
dari harga yang pertama dalam kesepakatan bersama atau yang
disepakati105.
Pada Bank Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru, pembiayaan
murabahah sangat diminati oleh nasabah ini terbukti adanya peningkatan
nasabah menggunakan pembiayaan ini setiap tahunnya. Pada tahun 2006
di Bank Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru mempunyai nasabah
pembiayaan sebanyak 1050 orang dengan saldo keseluruhan berjumlah
Rp. 162.318.405.224, tahun 2007 nasabah pembiayaan sebanyak 1.619
dengan saldo keseluruhan berjumlah Rp. 283.903.103.290, tahun 2008
nasabah pembiayaan sebanyak 1.203 dengan saldo keseluruhan
berjumlah Rp. 167.912.075.402, tahun 2009 nasabah pembiayaan
sebanyak 1.015 dengan saldo keseluruhan berjumlah Rp.
124.235.847.815, dan untuk tahun 2010 nasabah pembiayaan sebanyak
1.154 dengan saldo keseluruhan berjumlah Rp. 133.873.181.750106.
Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun
2008 Tentang Perbankan Syariah, Murabahah adalah akad pembiayaan
suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan
pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan
yang disepakati107. Dengan demikian melalui skim transaksi pembiayaan
murabahah nasabah bank dapat memenuhi kebutuhannya untuk
memperoleh barang yang dibutuhkan tanpa harus menyediakan uang
tunai terlebih dahulu.
Mura>bahah mencerminkan transaksi jual beli dimana harga jual
merupakan akumulasi dari biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk
mendatangkan obyek transaksi (harga beli/pokok) dengan tambahan
keuntungan tertentu yang diinginkan penjual (margin), dimana harga beli
dan jumlah keuntungan yang diinginkan diketahui oleh pembeli.
105

Muhammad Ibn Ahmad Ibnu Muhammad Ibn Rusdy, Bidayat al-Mujtihad


wa Nihyat al Muqtas}id, vol. II. 216.
106
Data nasabah pembiayaan dalam lima tahun terakhir di PT. Bank
Muamalat Indonesia Tbk. cabang Pekanbaru.
107
Himpunan Peraturan Perundang-Undangan, Undang-Undang Perbankan
Syariah Dan Surat Berharga Syariah Negara, (Bandung: Fukusmedia, 2008), 92

68

Dalam arti, pembeli diberitahu berapa harga belinya dan tambahan


keuntungan yang diinginkan108.
Ibnu Abidin mengatakan, murabahah adalah menjual sebuah harta
benda yang dimiliki dengan harga pokok pembelian yang telah
dikeluarkan, dengan adanya tambahan margin109. Dengan syarat, barang
yang diperjualbelikan merupakan harta mit}li atau qimi110 yang dimiliki
penuh oleh penjual, dan menyebutkan tingkat margin secara jelas.
Pembiayaan prinsip jual beli (mura>bahah) pada dasarnya sama
dengan kredit pembiayaan sistem bunga yang dioperasikan bank
konvensional111. Namun begitu antara pembiayaan sistem kredit dengan
pembiayaan mura>bahah terdapat perbedaan yang sangat esensial,
perbedaan itu terletak pada sistem bunga dan prinsip keuntungan jual beli
yang sudah disepakati bersama untuk pembiayaan mura>bahah.
Menurut hukum Islam, Bank Syariah dalam operasionalnya tetap
diperbolehkan mengambil keuntungan atau ujrah (ongkos) dalam segala
bentuk pembiayaan atau jasa, akan tetapi dalam mengambil ujrah
(ongkos) Bank Syariah tidak diperkenankan menggunakan sistem bunga,
maka ditetapkanlah prinsip bagi hasil yang menyeluruh pada semua
108

Surahman Hidayat, Al-Mas}aryf al-Islamiyah f Indonesia wa Siyasatuha


al-Istitsmariyah:Muqaranah bi Al-Masha>rif al-Islamiyah f Mishr, Disertasi Fakultas
Syariah dan Qanun Jurusan Siyasah Syariyah, (Kairo:Universitas Al-Azhar, 1999),
214.
109
Muhammad Amin Ibnu Abidin, Hashiyah Ra>dd al-Mukhta>r Ala alDurar al-Mukhta>r: Syarh Tanwiir al-Absha>r f Fiqh Madzhab Imam Abu Hanifah
al-Numan (Beirut: Dr al-Fkr, 1992), jld V. 132-135.
110
Al-ma>l al-mitsli adalah harta yang terdapat padanannya di pasaran, tanpa
adanya perbedaan atas bentuk fsik atau bagian-bagiannya, atau kesatuannya. Harta
mitsli dapat dikategorikan menjadi 4 bagian: al-makilt (sesuatu yang dapat ditakar)
seperti; gandum, terigu, beras; al-Mauzunt (sesuatu yang dapat ditimbang) seperti;
kapas, besi, tembaga; al-adadiya>t (sesuatu yang dapat dihitung dan memilki
kemiripan bentuk fsik) seperti; pisang, telor, apel, begitu juga dengan hasil-hasil
industri, seperti; mobil yang satu tipe, buku-buku baru, perabotan rumah, dan lainnya;
al-dziraiya>t (sesuatu yang dapat diukur dan memiliki persamaan atas bagianbagiannya) seperti; kain, kertas, tapi jika terdapat perbedaan atas juz-nya (bagian), maka
dikategorikan sebagai harta qimi, seperti tanah. Lihat Wahbah al-Zuhaili, Al-Fiqh alIslami wa Adillatuhu, jld IV, h. 49.
Al-ml al-qimi> adalah harta yang tidak terdapat padanannya di pasaran, atau
terdapat padanannya, akan tetapi nilai tiap satuannya berbeda, seperti domba, tanah,
kayu, dan lainnya. Walaupun mungkin sama jika dilihat dari fsiknya, akan tetapi setiap
satu domba memiliki nilai yang berbeda antara satu dan lainya. Juga termasuk dalam
harta qimi adalah durian, semangka yang memiliki kualitas dan bentuk fsik yang
berbeda. Lihat Wahbah al-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, jld IV, . 49.
111
A. Mannan, Ekonomi lslam Teori dan Praktek (terjemahan Abd. Rasyid)
(Jogyakarta: Seri Ekonomi lslam, Dana Bakti Wakaf, Prima Yasa, 1997).160

69

produk pembiayaan Bank Syariah sebagai pengganti dari sistem


bunga112.
Sistem ekonomi Islam, di samping mencari keuntungan juga
mempunyai misi luhur yaitu tolong-menolong (taa>wun) di antara
sesama, hal ini didasari atas rasa persaudaraan di antara sesama manusia
(ukhuwah insa>niyah), dengan prinsip prinsip muawanah atau tolong
menolong (al-Maidah:2), musya>warah atau dialog (Ali-Imran:159),
musya>wamah atau persamaan sesama manusia (al-Hujurat:13), al-Ikh
atau persaudaraan (al-Hujura>t:10) inilah antara lain yang
melatarbelakangi dari konsep-konsep ekonomi Islam dalam hal ini
konsep bagi hasil.
Bai al-Mura>bahah dapat dilakukan untuk pembelian secara
pemesanan dan biasa disebut sebagai mura>bahah kepada pemesan
pembelian, menurut Imam Syafii dalam kitabnya al-Umm, Imam Syafi'i
menamai transaksi sejenis ini dengan istilah al-Amir bi alsyira>113.
a. Landasan Syariah Yang Menjadi Acuan
Murabahah memiliki landasan yuridis yang kuat karena
disyariatkannya berdasarkan Alquran, Sunnah dan Ijma.
1. Alquran, berdasarkan Surat Al-Baqarah ayat 275:
Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Dari ayat Alquran di atas, walaupun secara tekstual tidak disebut kata
murabahah, akan tetapi murabahah merupakan al-bai (jual-beli)114.
2. Sunnah,
Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka. (H.R.
al-Baihaqy dan Ibnu Majah dan Ibnu Hibban menshahihkannya dari Abu
Said al-Khudry).
3. Ijma
Orang-orang Islam telah mempraktekkan dan bermuamalah
dengan murabahah sepanjang masa tanpa ada yang menolak dan
mengingkari keabsahannya. Hal ini sebagai petunjuk adanya ijma akan
kebolehan murabahah115. Ibnu Rushd berkata bahwa jumhur ulama

112

Ahmad Ibnu Qudmah, Syamsudin Abu al-Farj bin Abdurahman bin Syaikh
al-Imam al A>lim al-A>mil al-Za>hid Abu Umar Muhammad (W. 682H), Al-Sharh}
al-Kabir.Jilid II (Riyad: Jamiah al- Imam Muhammad bin Suud al-Islamiyah, Tt), 161.
113
Muhammad ibn Idris al-Syafii (w. 204H.), al-Umm (Kairo: Maktabah
Kuliyyat al-Azhariyah, 1961M). Pembahasan lebih lanjut tentang konsep ini, Sami
Hasan Hamoud, Tathwiiral-A'mal al-Mashrafiyyah bima> Yattafiqu al-Syariah alIsla>miyyah (Amman: Matbaatu al-Syarq wa Maktabatuha,1982)
114
Fayadh Abd al-Munim Hasanain, Bay al-Muurabahah fi al-Masharif alIslamiyah (Kairo: Al-Mahad al-Alami li al-Fikri al-Islami, 1996), 19.
115
Al-Kassani, Badai al-Shanai (Beirut: Dar al-Kitab al-Araby, cet.2, 1982)
juz 5, 222.

70

berijma tentang jual beli terbagi dua yaitu musawamah (jual beli tawar
menawar) dan murabahah116.
Jual beli dan riba sungguh berbeda substansi. Jual beli adalah
transaksi yang menguntungkan kedua belah pihak, sedangkan riba
merugikan s;ah satu pihak. Keuntungan yang pertama diperoleh melalui
kerja manusia. Jual beli menurut aktivitas manusia, sedangkan riba
tergantung kepada kepandaian mengelola, kondisi dan situasi pasar pun
ikut menentukan, sedangkan riba menjamin keuntungan bagi yang
meminjamkan, dan tidak menanggung kerugian. Riba tidak
membutuhkan kepandaian, dan kondisi pasarpun tidak terlalu
menentukan.
Sebenarnya persoalan riba telah dibicarakan al-Quran sebelum
ayat ini. Kata riba ditemukan dalam empat surah al-Quran, yaitu alBaqarah, AliImran, an-Nisa>, dan ar-Ru>m. Tiga surah pertama turun di
Madinah setelah Nabi berhijrah dari Mekah, sedangkan ar-Ru>m turun di
Mekkah. Ini berarti ayat pertama yang berbica tentang riba adalah ayat
39 surah tersebut yang menyatakan , Suatu riba(Kelebihan) yang kamu
berikan agar ia menambah kelebihan pada harta manusia, maka riba itu
tidak bertambah disisi Allah sedangkan ayat terakhir tentang riba
adalah ayat-ayat yang terdapat dalam surah al-Baqarah, dimulai dari ayat
275 ini. Bahkan ayat ini dinilai sebagai ayat hukum terakhir, atau ayat
terakhir yang diterima Rasulullah saw. Umar ibn Khattab berkata, bahwa
Rasulullah saw. Wafat sebelum sempat menafsirkan maknanya yakni
keseluruhan117.
b. Syarat akad murabahah
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi kedua belah pihak
dalam melakukan transaksi pembiayaan murabahah118:
1. Penjual memberitahu harga jual kepada nasabah.
2. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
3. Kontrak harus bebas dari riba.
4. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas
barang sesudah pembelian.

116

Muhammad bin Ahmad bin Rusydi al-Qurtubi, Bidayah al-Mujtahid wa


Nihayah al-Muqtashid (Jeddah : Al-Haramain, t.t) juz 2, 213.
117
Lihat, M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah (Jakarta: Lentera hati, 2000),
550.
118
M. SyafiI Antonio, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum (Jakarta:
Tazkia Institute, 1999), 146.

71

5. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan


pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.
Secara prinsip jika syarat dalam nomor 1,4 atau 5 tidak terpenuhi,
pembeli memiliki pilihan, melanjutkan pembelian seperti apa adanya,
kembali kepada penjual dan menyatakan ketidak setujuan atas barang
yang dijual, membatalkan kontrak. Jual beli secara murabahah diatas
hanya untuk barang atau produk yang telah dikuasai atau dimiliki oleh
penjual pada waktu negosiasi atau berkontrak. Bila produk tersebut tidak
dimiliki oleh penjual, sistem yang digunakan adalah murabahah
kepada pemesan pembelian. Hal ini dinamakan demikian karena
sipenjual semata-mata mengadakan barang untuk memenuhi kebutuhan
sipembeli yang memesannya119.
Disamping syarat-syarat jual beli secara umum tadi, jual beli
dengan cara murabahah menuntut terpenuhnya syarat khusus yang
membedakan dari bentuk transaksi lainnya, yaitu120:
1. Si pembeli (nasabah) harus tahu harga pembelian barang
(pembelian awal) yang akan dijual kepadanya, apabila pihak bank
berbohong dalam menyebutkan harga beli aslinya maka
sipembeli(nasabah) mempunyai hak pilih (khiyar/Option) apabila
dia setuju dengan harga tersebut maka transaksi boleh
dilangsungkan, apabila ia tidak setuju maka transaksi boleh
dibatalkan. Dan sipembeli (nasabah) berhak juga meminta
transaksi dilangsungkan dengan harga pembelian awal (ditambah
keuntungan dan biaya operasional pengadaan barang)
2. Keuntungan yang diminta pihak bank (penjual kedua) harus jelas
dan diketahui, karena keuntungan itu bagian dari harga
transaksi,baik dalam bentuk jumlah nominal ataupun presentasi
dari harga penjual barang.
3. Transaksi pembelian awal harus terlaksana dengan benar dan sah
(antrara pihak bank sebagai penjual kedua dan pihak pabrik
sebagai penjual pertama), apabila pembelian awalnya tidak sah
dan cacat, maka transaksi murabahah yang didasarkan pada dasar
yang cacat dan tidak sah akan melahirkan transaksi yang cacat
dan tidak sah pula.

119

Surahman Hidayah, Al-Masharif al-Islamiyah Fi Indonesia wa Siysatuha


al-Istit}mariyah :Muqranah bi al-Mashrif al-Islamiyah fi Mishr, Disertasi fakultas
Syariah, al-Azhar University.
120
Uqinu Attaqi, Produk-Produk Investasi Bank Islam Teori dan Praktek
(Kairo:ICMI Orsat Kairo, 2005),68.

72

4. Pembayaran transaksi awal (antara pihak bank dan pihak industri)

tidak boleh dilakukan dengan cara barter antara barang dengan


barang sejenisnya yang masuk dalam kategori barang riba (enam
jenis barnag yang apabila dilakukan barter satu dengan yang
lainnya, dan dengan cara tukar tambah maka hukumnya
haram)121.
c. Pengetahuan Masyarakat Tentang Jenis-Jenis Pembiayaan
Murabahah
Menurut Adiwarman A. Karim transaksi murabahah di perbankan
syariah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
a. Murabahah Tanpa Pesanan
Dalam transaksi murabahah di perbankan syariah dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu murabahah berdasarkan pesanan dan murabahah
tanpa pesanan. Murabahah tanpa pesanan maksudnya ada yang pesan
atau tidak, ada yang beli atau tidak, bank syariah menyediakan barang
dagangannya122. Penyedian barang pada murabahah ini tidak terpengaruh
atau terkait langsung dengan ada tidaknya pesanan atau pembeli.
Murabahah tanpa pesanan tidak perduli ada yang pesan atau tidak, ada
yang beli atau tidak, bank syariah selalu menyediakan barang
dagangannya.
b. Murabahah Berdasarkan Pesanan
Murabahah berdasarkan pesanan, maksudnya adalah bank syariah
baru akan melakukan transaksi murabahah apabila ada nasabah yang
memesan barang sehingga penyediaan barang baru dilakukan jika ada
pesanan. Kedua belah pihak akan mengakhiri penjualan setelah
kepemilikan aset pindah ke nasabah. Ketentuan dalam Accounting and
Auditing Organization for Islamic Finantial Institution dan mengutip
pandangan Adimarwan Karim dalam murabahah si penjual boleh

121

Dari ubadah bin Tsamitl: Rasulullah bersabda: Emas bertukar denga emas
(harus sama), biji dan logamnya, perak dan perak (harus sama) biji dan logamnya,
gandum dengan gandum (harus sama ukurannya) satu mud dengan satu mud, korma
dengan korma (harus sama takarannya), satu mud dengan satu mud, garam dengan
garam (harus sama ukurannya) satu mud dengan satu mud, barang siapa yang
menambah atau meminta tamabahan maka ia telah mekakukan riba, dan tidak apa jual
beli emas dengan perak atau perak dengan emas dengan dilebihkan asal tunai dengan
tunai, adapun bila diberikan tenggang waktu maka tidak boleh HR. Abu Daud. Lihat
Ibn Atsur: Tafsir Attahreer wan Tanweer, h 3/87-89. Dan dalam riwayat Abi Saeed
Al-Khudriy disebutkan jenis enam yaitu jelai (sejenis gandum)
122
Wiroso, Jual Beli Murabahah (Yogjakarta: UII Press, 2005) 38.

73

meminta pembayaran ha>amish gha>diyah, yakni uang tanda jadi ketika


terjadi ijab qabul. Hal ini menunjukan bukti keseriusan si pembeli123.
Ide tentang jual beli mura>bahah yang berbentuk pesanan
tampaknya berakar pada dua alasan berikut : Pertama, mencari
pengalaman satu pihak yang berkontrak pemesan pembelian meminta
pihak lain yakni pembeli untuk membeli sebuah aset, pemesan dalam hal
ini berjanji untuk mengganti membeli aset tersebut dan memberinya
keuntungan. Pemesan memilih sistem pembelian ini, yang biasanya
dilakukan secara kredit, lebih karena ingin mencari informasi dibanding
alasan kebutuhan yang mendesak terhadap aset tersebut. Kedua, mencari
pembiayaan.
Dalam operasi perbankan syariah, motif pemenuhan pengadaan
aset atau modal kerja merupakan alasan utama yang mendorong datang
ke bank. Pada gilirannya, pembiayaan yang diberikan akan membantu
memperlancar arus kas (cash flow) yang bersangkutan. Cara menjual
secara kredit sebenarnya bukan bagian dari syarat sistem murbahah atau
murbahah kepada pemesan pembelian. Meskipun demikian, transaksi
secara angsuran ini mendominasi praktik pelaksanaan kedua jenis
murbahah tersebut, hal ini karena memang seseorang tidak akan datang
ke bank kecuali untuk mendapat kredit dan membayar secara angsur124.
Beberapa Bank syariah menggunakan istilah arboun sebagai kata
lain dari "uang muka. Dalam yurisprudensi Islam, arboun adalah jumlah
uang yang dibayar di muka kepada penjual. Ringkasnya, arboun adalah
uang muka untuk sebuah pembelian. Bila pembeli memutuskan untuk
tetap membeli barang tersebut, ia tinggal membayar sisa harga. Bila ia
batal membeli, uang muka tersebut akan hangus dan menjadi milik
penjual. Dengan demikian, seluruh uang arboun akan menjadi milik
pembeli (penerima pesanan) yang telah membelikan barang pesanan
tersebut. Adapun uang muka akan diperhitungkan sesuai besar kerugian
aktual pembeli. Bila uang muka melebihi kerugian, pembeli (penerima
pesanan) harus mengembalikan kelebihan itu kepada pemesan125.
B. Tahapan Praktek Murabahah.
123

Adiwarman A Karim, Bank Islam: Analisis fiqh dan Keuangan, 115.


Muhammad Nejatullah Siddiqi, Issue In Islamic Banking The Islamic
Foundation (London:tp, 1983) 156.
125
The Islamic Fiqh Academy dalam sidang tahunannya yang ke-8 di Brunai
pada tahun 1414 H, telah menyatakan keabsahan sistem arboun ini. Lihat Wahbah
Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu (Damaskus: Dr al-Fikr, 1997), cet. ke4, vol.
V, him. 3435.
124

74

Pemberian Pembiayaan berarti memberikan kepercayaan, yakni


kepercayaan kemampuan seseorang untuk membayar. Kepercayaan ini
didasarkan atas suatu perjanjian. Hal ini sesuai dengan pasal 1 (12)
Undang-Undang Perbankan No.10 Tahun 1998.
Perbedaan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional dalam
memberikan kredit adalah bahwa pada Bank Konvensional memungut
bunga dalam persen, sedangkan pada Bank Syariah mengenakan
ezpected of profit (perkiraan keuntungan) dalam jumlah uang. Dalam
memberikan fasilitas murabahah ini, Bank Syariah mengadakan
perjanjian terlebih dahulu dengan calon nasabah, yaitu perjanjian
pembiayaan. Perjanjian pembiayaan tersebut merupakan suatu
persetujuan antara pihak dan nasabah. Dengan adanya perjanjian ini,
maka timbul suatu hak dan kewajiban yang merupakan tanggung jawab
dari masing-masing pihak.
Kesesuaian dengan prinsip-prinsip Islam dapat dilihat dari:
1. Didalam perjanjian pembiayaan Murabahah ini tidak terdapat
riba, tetapi menggunakan mark-up atau margin keuntungan yang
ditetapkan dimuka kontrak berdasarkan kesepakatan bersama,
yang nilainya tidak boleh berubah atau bertambah sampai
pelunasan (Q.S Al-Luqman:34)
2. Melakukan pembelian terhadap berang-barang yang halal
3. Adanya jaminan kebendaan atas hutang (Q.S Al-Baqarah:282)
4. Jika terjadi masalah dengan nasabah dilakukan dengan cara
musyawarah dan pendekatan dengan cara persuasif, hal ini sesuai
dengan konsep Islam yang mementingkan perdamaian dalam
menyelesaikan masalah.
Jika terjadi wanprestasi maka pihak bank telah mempunyai
langkah-langkah antisipatif untuk mengatasinya, yaitu:
1. Melakukan pemantauan terhadap nasabah sejak pembiayaan
diberikan
2. Dengan pendekatan secara kekeluargaan terhadap nasabah
3. Mengamankan obyek yang dibiayai dan jaminannya untuk
menjamin kepentingan keamanan bank
4. Sebagai upaya terakhir, diserahkan kepada Badan Arbitrase
Syariah Nasional (BASYARNAS) untuk diselesaikan

75

Selanjutnya pembahasan tentang prosedur dan tahapan pemberian


pembiayaan secara umum, skim besar pembiayaan dapat dibagi menjadi
dua bagian besar126,yaitu:
1. Pembiayaan Produktif, yakni pembiayaan yang diberikan untuk
kebutuhan usaha. Pembiayaan produktif ini terbagi menjadi dua
2. macam, yaitu: pembiayaan investasi dan pembiayaan modal
kerja.
3. Pembiayaan konsumtif, yakni pembiayaan yang diberikan untuk
pembelian ataupun pengadaan barang tertentu yang tidak
digunakan untuk tujuan usaha. Perbedaan perlakuan antara
pembiayaan produktif dan konsumtif terletak pada metode
pendekatan analisanya. Pada pembiayaan konsumtif, jelas analisa
dilakukan pada kemampuan finansial pribadi dalam
mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya. Sedangkan
pada pembiayaan produktif, fokus analisa diarahkan pada
kemampuan finansial usaha untuk melunasi pembiayaan yang
telah diterimanya. Dari sisi prosesnya, analisa pembiayaan
produktif jauh lebih rumit daripada pembiayaan konsumtif.
Di bawah ini adalah bentuk standart pola pembiayaan murabahah
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan yang harus diterapkan oleh
perbankan syari'ah yang ada di Indonesia yang merupakan pola secara
umum yaitu127:

126

Adiwarman A Karim, Bank Islam: Analisis fiqh dan Keuangan,


Telah diperbaharui agar tidak ada lagi kesalahan-kesalahan yang terjadi
dalam pembiayaan murabahah di bank syariah.
127

76

MURABAHAH
5
NASABAH

BANK

SUPPLIER

3
4

Gambar 3.1: Skema Pembiayaan Murabahah


Sumber: Bank Muamalat Indonesia, 2010
Dari gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Bank dan Nasabah mengadakan negosiasi dan persyaratan untuk
pelaksanaan
pembiayaan
murabahah,
sehingga terjadi
kesepakatan antara kedua belah pihak,
2. Setelah mengadakan kesepakatan, bank membeli barang kepada
penjual barang (suplier) sesuai dengan kesepakatan dengan
nasabah tersebut.
3. Bank dan nasabah mengadakan perjanjian akad pembiayaan
murabahah, yang mana nantinya akan mengikat masing-masing
pihak berdasarkan kewajiban dan haknya.
4. Supplier mengirimkan barang yang telah dibeli oleh pihak bank
kepada nasabah.
5. Setelah barang terkirim, maka nasabah melakukan pembayaran ke
bank sesuai dengan akad atau perjanjian yang telah
ditentukan. Proses pelaksanaan pembiayaan Murabahah melalui
tahap-tahap yang ada telah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah
Islam.
Sedangkan untuk syarat pembiayaan dibedakan berdasarkan jenisnya,
yaitu:
1. Syarat pembiayaan konsumtif128.

128

Lihat lampiran, Hasil wawancara dengan staff marketing PT. Bank


Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Pekanbaru, pada tanggal 6 maret 2011, 31.

77

a. Mengisi formulir pembiayaan individu syaratnya yaitu, foto copy


KTP suami istri, foto copy kartu keluarga, surat persetujuan suami
istri yang ditandatangani dengan matrai 6000, foto copy surat nikah,
slip gaji 3 bulan terakhir, surat keterangan atau rekomendasi dari
perusahaan, dan rekening bank 3 bulan terkhir.
b. Ketentuan umumnya, usia 21-54 tahun (tidak melebihi usia pensiun
normal), masa kerja minimal dua bulan, angsuran tidak melebihi 35%
dari gaji pokok, nominal pembiayaan minimal Rp. 50.000.000.,
sistem pembiayaan jual beli dengan akad murabahah, biaya
administrasi 1,5% sampai 2%, biaya notaris Rp. 50.000 sampai
dengan Rp. 200.000, jaminan berupa sertifikat atau BPKB mobil,
jangka waktu pengembalian (pembelian rumah: 1 sampai 7 tahun,
renovasi rumah: 1 sampai 5 tahun, pembelian kendaraan: 1 sampai 3
tahun).
2. Syarat pembiayaan produktif.
a. Pembiayaan koperasi.
Surat permohonan, foto copy NPWP, foto copy SIUP, foto copy
TDP, AD/ART koperasi dan perubahannya, surat pengesahan dari
departemen koperasi, susunan pengurus koperasi yang disahkan oleh
departemen koperasi, laporan keuangan 2 tahun terakhir, laporan
Rapat Anggaran Tahunan (RAT) selama 2 tahun terakhir, cash flow
projection selama masa pembiayaan, data jaminan, dokumendokumen lain yang menunjang usaha nasabah harus melakukan
mutasi keuangan di Bank Muamalat.
b. Pembiayaan korperasi (PT atau CV)
Surat permohonan, foto copy NPWP, foto copy SIUP, foto copy TOP
dan kelengkapan izin usaha lainnya, foto copy KTP direksi, profil
perusahaan, Akta pendirian dan perubahannya surat
pengesahan dari Departemen Kehakiman, foto copy rekening Koran
3 bulan terakhir, laporan keuangan 2 tahun terakhir, cash flow
projection selama masa pembiayaan, data jaminan, dokumendokumen lain yang menunjang usaha nasabah harus melakukan
mutasi keuangan di Bank Muamalat
Secara administrasi proses transaksi murabahah tidak jauh
berbeda dengan model kredit di bank konvensional, skim transaksi
pembiayaan murabahah mirip dengan kredit modal kerja yang biasa
diberikan oleh bank-bank konvensional dan karenanya skim produk
pembiayaan murabahah berjangka waktu pendek dibawa atau short

78

financing129. Karena hal ini memang disyaratkan oleh Undang-Undang


yang mengatur tentang perbankan di Indonesia, UU RI Nomor 21 Tahun
2008 Tentang Perbankan Syariah, tentang pembiayaan diatur pada pasal
1 ayat 25, Pembiayaan adalah penyediaan dana yang dipersamakan
dengan itu berupa transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah
dan lain-lainnya130.
Proses pembiayaan murabahah di bank syariah ditandai dengan
adanya permohon permintaan pembiayaan dari nasabah kepada bank
syariah,setelah itu bank syariah menganalisa permintaan nasabah tersebut
apakah nasabah dapat mengembalikan pembiayaan itu tepat waktu atau
tidak, serta menganalisa untuk apa pembiayaan itu diperlukan oleh
nasabah. Proses selanjutnya pihak bank syariah ngambil keputusan
apakah nasabah layak mendapatkan pinjaman pembiyaan murabahah
tersebut atau tidak, ini semua tergantung dari analisis yang dilakukan dan
kalau pembiayaan itu disetujui oleh pihak bank tinggal
merealisasikannya saja yaitu nasabah harus memenuhi kelengkapan
syarat-syarat yang diperlukan. Yang terakhir adalah monitoring dari
pihak bank, baik itu bersifat kekeluargaan atau tidak.
Keberhasilan operasi suatu bank bebas riba berbeda dengan
keberhasilan mengelola suatu perekonomian bebas riba atau
perekonomian yang didasarkan pada penyertaan modal, persoalan yang
berkaitan dengan yang kedua jauh lebih kompleks, tetapi manfaatnya
juga jauh lebih mendalam dan revolusioner131. Sebagai lembaga
intermediary keuangan maka bank syariah akan selalu melakukan
berbagai macam analisa pada setiap transaksinya termasuk analisa
transaksi pembiayaan murabahah. Sistem berbankan syariah menekankan
konsep manfaat pada kegiatan yang lebih luas, bukan hanya pada
manfaat di setiap akhir kegiatan, akan tetapi juga pada setiap proses
transaksi132. Tahap pembiayaan murabahah adalah sebagai berikut:
129

Muhammad Syafii Antonio dkk, Apa dan Bagaimana Bank Islam, 25, Lihat
pula Wahab Zuhaili, Al-Mumalah al-Mliyah al-Mus}irah: Buht} wa Fatwa wa
Hulul (Damaskus : Dr al-Fikr, 2002) 609.
130
Himpunan Peraturan Perundang-Undangan, Undang-Undang Perbankan
Syariah Dan Surat Berharga Syariah Negara (Bandung: Fokusmedia, 2008) 42-43.
131
M. Umer Chapra, Sistem Moneter Islam (Jakarta: Gema Insani Press,
2000),. xxvii
132
Lihat, Bank Indonesia , Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah
Indonesia, 8.

79

1. Tahap Solisitas Pembiayaan Murabahah


Solisitasi adalah sebuah proses mencari nasabah sesuai kriteria
yang telah ditetapkan pembiayaan sesuai dengan kapasitas dan
jabatannya dan tentu pertimbangan besar kecilnya diterima. Atau dengan
kata lain tahap solistis sesungguhnya adalah sebuah kegiatan yang
dilakukan oleh bagian marketing officer guna mendapatkan nasabah
pembiayaan murabahah. Semakin senior kedudukan seorang marketing
maka semakin besar target penyaluran dana yang harus dikeluarkan.
Karena dikejar target itulah terkadang seorang marketing sedikit
menolong performance nasabah dengan menutupi kekurangannya. Asal
kekurangan itu tidak terlalu parah karena pada akhirnya jika terjadi macet
maka pertanggungjawaban ada pada marketing133. Tahap solsitasi terdiri
dari penetapan target market, seperti sektor produksi, penetapan sektor
bisnis, seperti industri barang dagangan, penetapan reisk acceptance
assets criteria seperti risiko di bidang industri dan penetapan nasabah
yang dibiayai oleh pihak Bank.
2. Tahap Pemenuhan Dokumen Pembiayaan Murabahah
Para nasabah harus dapat memenuhi dan menyerahkan dokumendokumen terkait yang disyaratkan oleh bank syariah dalam pembiayaan
murabahah. Yaitu diantaranya134:
a. Pre-sign documentation, meliputi offering letter, akad
pembiayaan, akad dokumen jaminan, dokumen pendukung ,
kontrak kerja, asuransi, dan lain-lain.
b. Pre-sign documentasi meliputi surat permohonan realisasi
pembiayaan, tanda terima barang, surat perintah transfer dana,
dokumen pendukung lainnya yang disyaratkan didalam offering
letter. Kelengkapan dokumentasi kredit penting mengingat hal
tersebut berhubungan langsung dengan tingkat kualitas kredit
yang ditetapkan oleh pengawas bank.
3. Tahap Evaluasi Pembiayaan Murabahah.
Ada beberapa evaluasi yang di lakukan oleh bank syariah
yaitu135:
133

lihat lampiran, Hasil wawncara dengan staff marketing PT. Bank Muamalat
Indonesia Tbk. Cabang Pekanbaru, pada tanggal 6 maret 2011, 30.
134
Lihat lampiran, Hasil wawncara dengan staff marketing PT. Bank
Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Pekanbaru, pada tanggal 6 maret 2011, 30.
135
Lihat lampiran, Hasil wawncara dengan staff marketing PT. Bank
Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Pekanbaru, pada tanggal 6 maret 2011, 30.

80

a. Kunjungan ke nasabah, dengan membuat laporan kunjungan


nasabah (call report) berupa tujuan, hasil kunjungan, rencana
tidak lanjut.
b. Pengumpulan data-data, berupa surat permohonan nasabah, data
legalitas, data keuangan nasabah, data jaminan, prospek proyek
yang dibiayai, proyeksi cash flow136 proyek
c. Memasukkan data ke dalam financing file berupa persetujuan
keterangan ringkas nasabah, kolektibilitas, laporan kunjungan,
permintaan informasi korespondensi intern, penyidikan,
korespondensi ekstern, penilaian jaminan permanen.
d. Tahapan evaluasi terdiri dari evaluasi kelayakan usaha yang akan
dibiayai, evaluasi dokumentasi legalitas, taksasi jaminan dan
checking.
e. Evaluasi data disajikan ke dalam usulan pembiayaan (UP) dengan
out line sebagai berikut: tujuan, latar belakang nasabah (legtalitas
kepemilikan, kepengurusan, track record, dll), hubungan
perbankan nasabah, usaha nasabah (sarana, proses produksi,
supplier, konsumen industri nasabah), deskripsi proyek yang
dibiayai, analisa cash flow, dan penentuan plafond pembiayaan,
analisa jaminan, aspek syariah,kesimpulan dan rekomendasi
struktur fasilitas. Evaluasi adalah pengukuran suatu nilai bank
pada setiap keadaan, dilakukan oleh intern bank yang
bersangkutan.
4. Tahap Analisa Pembiayaan Murabahah
Jika rangkuman evaluasi mendapatkan persetujuan dari
Marketing Manager, aplikasi pembiayaan tersebut selanjutnya diberikan
kepada Analyst Officer untuk dilakukan analisa. Dalam melakukan
analisa pembiayaan Murabahah, terdapat beberapa aspek yang harus
diperhatikan oleh Analyst Officer sebagai berikut: (1) Analisa aspek
yuridis (nasabah, supplier).(2) Analisa aspek moral nasabah, aspek
pendapatan nasabah, aspek anggunan dan aspek risiko.(3) Menghitung
besaran kewajaran pembiayaan. (4) Menetapkan/menghitung margin. (5)
Membuat kesimpulan dan rekomendasi termasuk menetapkan syarat dan
136

Cash flow adalah sejumlah kas yang dihasilkan serta digunakan selama satu
periode tertentu serta dihitung dengan menambah biaya-biaya non kas seperti depresiasi
dengan laba setelah pajak, Cash flowdapat digunakan sebagai suatu indikasi untuk
menilai kekuatan keuangan, Lihat Frista Artamanda Widodo,Kamus Istilah Ekonomi,
67,lihat pula Sujana Ismaya, Kamus Perbankan, 56.

81

prasyarat pembiayaan. Semua hasil analisa tersebut dituangkan dalam


Nota Analisa Pembiayaan Cabang (NAPC) untuk mendapatkan
persetujuan atau penolakan dari Manajer Pemasaran dan Pimpinan
Cabang137.
5. Tahap Approval Pembiayaan Murabahah
Approval merupakan proses yang dilakukan Account Manager
(AM) Bank Syariah untuk mempresentasikan usulan pembiayaan (UP) di
depan komite pembiayaan (minimal 3 orang yang salah satunya
mempunyai limit approval)138. Setelah itu komite pembiayaan Bank
Syariah membuat kebijakan sebagai berikut : Jika ditolak, dokumen
nasabah dikembalikan disertai surat penolakan dari bank. Jika disetujui,
Account Manager membuat offering letter139 (OL)/ surat persetujuan
prinsip pembiayaan yang ditandatangani oleh direksi/pemimpin cabang
kepala devisi.
6. Tahap Pengikatan Pembiayaan Murabahah
Jika nasabah setuju dengan persyaratan yang terdapat dalam
offering letter, ia harus segera melengkapi dokumen-dokumen yang
dipersyaratkan diserahkan kepada MO. Selanjutnya dokumen tersebut
diserahkan Analyst Officer, dan kemudian dibuatkan draf kontrak
pembiayaan berdasarkan ketentuan dalam offering letter. Secara ringkas,
akad pembiayaan biasanya terdiri atas penjelasan obyek pembiayaan,
beberapa definisi terkait akad pembiayaan, tujuan, jumlah dan jangka
waktu pembiayaan, jumlah margin, teknik pembayaran, biaya-biaya,
diskon dan pajak, jaminan, asuransi dan hal lainnya. Draft akad tersebut
kemudian diserahkan kepada Marketing Manager dan Kepala Cabang
untuk disetujui. Jika telah disetujui, akad dibaca oleh nasabah untuk
disetujui, kemudian ditandatangani oleh nasabah dan Kepala Cabang di
hadapan notaris140.
7. Tahap Pencairan Pembiayaan Murabahah
Pada tahap ini Marketing Officer membuat DPRP (Daftar
Pengecekan Realisasi Pembiayaan). Daftar ini berupa lembaran yang
137

Lihat lempiran, Hasil wawncara dengan staff marketing PT.


Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Pekanbaru, pada tanggal 6 maret 2011, 30.
138
Lihat lampiran, Hasil wawncara dengan staff marketing PT.
Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Pekanbaru, pada tanggal 6 maret 2011, 30.
139
Offering Letter adalah dokumentasi legal berisi komitmen bank
membiayai nasabah
140
Lihat lampiran, Hasil wawncara dengan staff marketing PT.
Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Pekanbaru, pada tanggal 6 maret 2011, 30.

82

Bank
Bank
untuk
Bank

berisi rincian dokumen yang dipersyaratkan dalam pembiayan dan


prasyarat serta syarat yang telah disepakati sebagaimana disebutkan
dalam akad maupun SP3 antara lain: (a) Akad pembiayaan telah
ditandatangani oleh calon nasabah diatas materai cukup.(b) Surat
sanggup telah ditandatangani calon nasabah diatas materai cukup. (c)
Jaminan yang diserahkan telah diikat sesuai ketentuan dan ditutup
asuransinya (kecuali pengikatan dan penutupan asuransi jaminan utama
untuk pembiayaan Murabahah baru akan dilakukan bila barangnya telah
dibeli). (d) Biaya administrasi dan biaya pengikatan jaminan telah
dibayar oleh nasabah. (e) Pengamanan sumber pelunasan pembiayaan
telah dilakukan oleh bank. (f) Dan prasyarat lainnya yang telah
ditetapkan141.
Setelah semuanya disetujui proses selanjutnya adalah membuat
Customer Facility dan Memo Pencairan dan memintakan persetujuan
dari Manajer Pemasaran dan selanjutnya diserahkan ke Customer Service
untuk proses (input) pembukaan rekening pembiayaan a/n nasabah atas
dasar Customer Facility, setelah proses ini mendapatkan pengesahan dari
pejabat berwenang,maka pencairan segera dilakukan oleh Administrasi
Pembiayaan.
8. Tahap Pembayaran Angsuran Pembiayaan Murabahah
Pada tahap ini antara 5 sampai 10 hari sebelum pembayaran jatuh
tempo. Bagian Marketing harus sudah mulai menghubungi nasabah dan
mengingatkan bahwa pembayaran angsuran akan segera jatuh tempo, jika
saldo pada rekening atas nama nasabah belum mencukupi untuk
pembayaran, maka nasabah harus segera mencukupinya sebelum tanggal
jatuh tempo untuk menghindari keterlambatan142.
9. Tahap Monitoring Pembiayaan Murabahah
Regulator monitoring yaitu monitoring aktif, yaitu mengunjungi
nasabah secara regular dan memberikan laporan kunjungan nasabah /call
report kepada komite pembiayaan atau supervisor accoun manager dan
monitoring pasif adalah monitoring pembayaran kewajiban nasabah

141

Lihat lampiran, Hasil wawncara dengan staff marketing PT. Bank


Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Pekanbaru, pada tanggal 6 maret 2011, 30.
142
Lihat lampiran, Hasil wawncara dengan staff marketing PT. Bank
Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Pekanbaru, pada tanggal 6 maret 2011, 30.

83

kepada bank setiap akhir bulan, restrukturisasi pembiayaan, meliputi:


restrukturisasi, rekondusi, reschedulle dan penjadwalan jaminan143.
a. Monitoring kegiatan usaha nasabah oleh Bank Syariah dilakukan
atas dasar laporan aktivitas usaha yang diberikan oleh nasabah
tiap akhir bulan, laporan angsuran menunggak serta daftar KAP
(kualitas aktiva produktif) yang dibuat oleh adminitrasi
pembiayaan. Kemudian nasabah diklasifikasikan untuk
memudahkan mana yang perlu mendapatkan pembinaan
b. Monitoring kualitas aktifa produktif, dimulai dengan adminitrasi
pembiayaan Bank Syariah membuat laporan nominatif
pembiayaan dan memo mengenai nasabah pembiayaan
murabahah yang perlu mendapat perhatian untuk dibina, laporan
dan memo tersebut disetujui oleh pejabat berwenang kemudian
ditindaklanjuti oleh Marketing Officer Bank Syariah.
c. Menindak lanjuti surat Kantor Pusat, jika kantor pusat memberi
surat mengenai KAP Cabang, maka pihak Bank Syariah harus
menindaklanjuti dan membuat surat penjelasan atau tanggapan
untuk kantor pusat mengenai hal yang dimintai penjelasan oleh
kantor pusat.
10. Tahap Penilaian Ulang Pembiayaan Murabahah
Tahap penilaian akhir ini dilakukan atas fasilitas pembiayaan
yang telah berjalan 6 bulan atau telah menunjukan kolektabilitas kurang
lancar, dengan penekanan pada: (1) Masa laku legalitas usaha. (2)
Performance nasabah meliputi: a. Penyampaian laporan. b. Mutasi
rekening nasabah. c. Pelunasan kewajiban jatuh tempo. d. Aktivitas
volume bisnis nasabah. e. Likuiditas usaha. f. Rentabilitas usaha. (3)
Kewajaran limit pembiayaan dikaitkan dengan volume bisnis nasabah.
(4) Nilai polis asuransi dan masa berlakunya. (5) Nilai transaksi jaminan
dan pengamananya144.
C. Kesalahan Persepsi Tentang Murabahah
Perbankan syariah mulai menunjukan kemajuan yang signifikan
dalam 30 tahun ke belakang dibandingkan dengan usia perbankan
konvensional yang mencapai setengah abad. Dalam praktiknya,
komposisi pembiayaan murabahah dalam perbankan syariah Indonesia
dan dunia umumnya selalu lebih besar dari jenis-jenis pembiayaan yang
143

Lihat lampiran, Hasil wawncara dengan staff marketing PT. Bank


Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Pekanbaru, pada tanggal 6 maret 2011, 30.
144
Lihat lampiran, Hasil wawncara dengan staff marketing PT. Bank
Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Pekanbaru, pada tanggal 6 maret 2011, 30.

84

lain. Dalam kondisi yang seperti ini, banyak kritikus yang melontarkan
pernyataan bahwa eksistensi murabahah di perbankan syariah saat ini
adalah sama dengan riba. Dalam kaitannya dengan ini, pembelaan bagi
keabsahan praktik murabahah adalah145:
1. Dalam murabahah, yang dilakukan adalah menetapkan harga
barang yang diajukan oleh nasabah berdasarkan harga dasar
pembelian ditambah margin keuntungan yang diketahui bersama
asal-usulnya, sedangkan pinjaman dalam bank konvensional
adalah dalam bentuk pinjaman yang terikat jaminan
pengembalian dengan kelebihan. Kedua bentuk akad berbeda
secara mendasar.
2. Dalam murabahah selalu ada objek yang diperjual-belikan,
sedangkan dalam pinjaman konvensional tidak. Dana yang
diberikan pada pinjaman konvensional
tidak diatur
penggunaannya, sedangkan pada akad murabahah harus sesuai
dengan perjanjian diawal, yaitu untuk pembelian barang yang
diajukan. Sehingga dasarnya adalah ada uang ada barang, yang
dapat menyeimbangkan proporsi uang di masyarakat dengan
produksi barang/komoditas.
3. Dalam pinjaman konvensional, bank konvensional hanya
menghadapi resiko kredit dimana bank akan mengalami kerugian
jika nasabah tidak dapat mengembalikan uang pinjaman beserta
bunganya. Sedangkan pada murabahah, bank syariah menghadapi
resiko harga sejak pembelian barang dari distributor sampai
barang tersebut diterima oleh nasabah. Oleh karena itu pula, dasar
berpijak kedua akad ini jelas berbeda dan tidak bisa disamakan.
D. Ketentuan Umum Murabahah
Ada beberapa ketentuan umum yang diajukan Bank Muamalat
Indonesia cabang Pekanbaru kepada calon nasabah pembiayan yaitu 146:
a. Jaminan.
Pada dasarnya jaminan bukanlah satu rukun atau syarat yang
mutlak dipenuhinya dalam pembiayaan murabahah di Bank Muamalat
145

Lihat, Kuliah Ekonomi dan Keuangan Islam, Murabahah & Aplikasinya


dalam Bank Syariah, (2010), http://www.badilag.net/index-murabahah-&-aplikasidalam-bank-syariah
146

Asmi Nur Siwi Kusmiyati, Risiko Akad dalam Pembiayaan Murabahah


pada
BMT
di
Yogyakarta
(dari
Teori
ke
Terapan),
(2007),http://journal.uii.ac.id/index.php/JEI/article/viewFile/1045/970

85

Indonesia cabang Pekanbaru. Jaminan dimaksudkan untuk menjaga agar


calon nasabah tidak main-main dengan pesanan. Pihak bank dapat
meminta calon nasabah pembiayaan suatu jaminan (Rahn) untuk
dipegang. Dalam teknis operasionalnya barang-barang yang dipesan
dapat menjadi salah satu jaminan yang bisa diterima untuk pembayaran
hutang.
b. Hutang dalam pembiayaan murabahah
Secara prinsip, penyelesaian hutang si pemesan (nasabah) dalam
transaksi murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang
dilakuakn si pemesan kepada pihak ketiga atas barang pesanan tersebut.
Apakah si pemesan menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan
atau kerugian, ia tetap berkewajiban menyelesaikan hutang kepada
sipembeli. Jika pemesan (nasabah) tersebut sebelum masa angsurannya
berakhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruh angsurannya.
c. Penundaan pembayaran oleh dibitur mampu
Seorang nasabah yang mempunyai kemampuan ekonomi dilarang
menunda penyelesaian hutangnya dalam pembiayaan murabahah ini. Bila
nasabah menunda penyelesaian hutang tersebut, pihak bank dapat
mengambil tidakan sebagai berikut:
Mengambil prosedur hukum untuk mendapatkan kembali hutang
itu dan mengklaim kerugian financial yang terjadi akibat penundaan.
Sebagai mana hadits Rasulullah saw. Yang melalaikan pembayaran
hutang (padahal ia mampu) maka dapat dikenakan saksi dan dicemarkan
nama baiknya
Prosedur dan mekanisme penyelesaian sengketa antara Bank
Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru dan nasabahnya telah diatur
melalui Badan Arbitrase Muamalah Indonesia (BAMUI). Suatu lembaga
yang didirikan bersama anatara Kejaksaaan Agung Republik Indonesia
dan MUI.
d. Bankrut.
Jika nasabah yang berhutang dianggap pailit dan gagal
menyelesaiakan hutangnya karena benar-benar tidak mampu secara
ekonomi dan bukan karena lalai sementara ia mampu, kreditor harus
menunda tagihan hutang sampai ia menjadi sanggup kembali.
Sebagaimana firman Allah dala Surat al-Baqarah ayat 280 Dan jika
(orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh
sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua
hutang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.
86

E. Penyelesaian Sengketa Yang Terjadi


Penyelesaian sengketa dapat dilakukan melalui dua proses, yaitu
penyelesaian sengketa di dalam pengadilan dan penyelesaian sengketa
diluar pengadilan. Proses penyelesaian sengketa tertua adalah melalui
proses litigasi di dalam pengadilan. Namun penyelesaian sengketa di
dalam pengadilan hanya akan menghasilkan kesepakatan yang bersifat
adversarial yang belum mampu merangkul kepentingan bersama dan
cenderung menimbulkan masalah yang baru serta akan membutuhkan
waktu yang panjang.
Kemudian berkembanglah proses penyelesaian sengketa melalui
kerja sama diluar pengadilan, yang dianggap bisa mengakomodir
kelemahan-kelemahan litigasi dan memberikan jalan keluar yang lebih
baik dari pengadilan. Proses diluar pengadilan bersifat win-win solution,
menjamin kerahasiaan sengketa pada pihak lain, menghindarkan
keterlibatan yang diakibatkan karena hal prosedural dan administratif,
menyelesaikan masalah secara komprehensif dalam kebersamaan, dan
tetap menjaga hubungan baik. Adanya beberapa pilihan penyelesaian
sengketa diluar pengadilan diantaranya adalah:
a. Arbitrase.
Menurut MN Purwasutjito147, arbitrase atau perwasitan adalah
suatu peradilan perdamaian, dimana para pihak bersepakat agar
perselisihan mereka tentang hal pribadi yang dapat mereka kuasai
sepenuhnya, diperiksa dan diadili oleh hakim yang tidak memihak, yang
ditunjuk oleh para pihak sendiri dan putusannya mengikat bagi kedua
belah pihak.
Dengan demikian, perjanjian arbitrase timbul karena adanya
kesepakatan secara tertulis dari para pihak untuk menyerahkan
penyelesaian suatu sengketa atau perselisihan perdata kepada lembaga
arbitrase atau arbitrasead hoc. Dengan adanya kesepakatan tertulis tadi,
berarti meniadakan hak para pihak untuk mengajukan penyelesaian
sengketa ke pengadilan negeri. Selanjutnya pengadilan negeri wajib
menolak dan tidak ikut campur tangan dalam menyelesaiakan sengketa
yang sudah ditetapkan memalui arbitrase.
b. Alternatif penyelesaian sengketa.

147

M.N Purwasutjito, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia Buku


Kedelapan Perwasitan, Kepailitan, dan Penundaan Pembayaran (Jakarta:PT.
Djambatan, 1992), 1.

87

Terdapat berbagai bentuk alternatif yang digunakan oleh para


pihak dalam menyelesaikan sengketa yaitu:
a) Konsultasi. Sebagai perantara alternatif penyelesaian sengketa
dalam prakteknya dapat berbentuk menyewa konsultan untuk
dimintai pendapatannya dalam upaya penyelesaian masalah.
b) Negosiasi. Komunikasi dua arah yang dirancang untuk
mencapai kesepakatan pada saat kedua belah pihak memiliki
kepentingan yang sama maupun berbeda, tanpa keterlibatan
pihak ketiga (penengah).
c) Mediasi. Tidak seperti arbitrase atau hakim, seseorang
mediator tidak membuat keputusan mengenai sengketa yang
terjadi, tetapi hanya membantu para pihak untuk mencapai
tujuan mereka dan menentukan pemecahan masalah.
d) Konsiliasi.
Penciptaan
penyelesaian
pendapat
dan
penyelesaian suatu sengketa dengan suasana persahabatan dan
tanpa ada rasa permusuhan yang dilakukan dipengadilan
sebelum dimulainya persidangan dengan maksud untuk
menghindari proses litigasi.
e) Pendapat atau penelitian ahli. Meminta pendapat para ahli
untuk
menyelesaikan
sengketa
yang
berlangsung
diperbolehkan asalkan dapat mengikat lembaga arbitrase atas
hubungan hukum tertentu dari suatu perjanjian148.
Menurut hukum Islam ada beberapa hal yang dapat
menyelesaikan sengketa diatur dalam Al-Quran surat al-Baqarah ayat
282149- 283150 yaitu:
148

Lihat. UU No. 30 tentang Arbitrase pasal 52.


artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah
penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia
menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis
itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi
sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau
lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah
walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari
orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang
lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang
lupa Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi
149

88

a) Perdamain (Islah)151. Secara harfiah mengandung pengertian


Memutuskan pertengkaran dan perselisihan dalam pengertian
syariah dirumuskan sebagai berikut:suatu jenis akad (perjanjian)
untuk mengakhiri perlawanan (perselisihan) antara dua orang
yang berlawanan
keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu,
baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih
adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak
(menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu
perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu,
(jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan
janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang
demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan
bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala
sesuatu. (QS. Al-Baqarah:282)
Ini adalah ayat yang terpanjang dalam al-Quran, dan yang dikenal oleh para
ulama dengan nama ayat al-Muda>yanah (ayat utang-piutang). Ayat ini anatara lain
berbicara tentang anjuran atau menurut sebahagian ulama kewajiban menulis hutangpiutang dan mempersaksikannya di hadapan pihak ketiga yang dipercaya (notaris),
sambil menekankan perlunya menulis utang walau sedikit, disertai dengan jumlah dan
ketetapan waktunya.
Ayat ini adalah nasehat Ilahi kepada yang memiliki piutang untuk tidak
menagih siapa yang sedang dalam kesulitan, nasehat itu dilanjutkan oleh ayat ini,
kepada yang melakukan transaksi hutang-piutang, yakni bahwa demi memelihara harta
serta mencegah kesalah pahaman, maka hutang-piutang hendaknya ditulis walau
jumlahnya kecil, disamping nasehat serta tuntunan lain yang berkaitan dengan hutang
piutang. Sebagaimana Allah berpesan kepada para penulis, kepada para saksipun Allah
berpesan, Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka
dipanggil karena keengganannya dapat mengakibatkan hilangnya hak atau terjadi
korban.
Setelah mengingatkan para saksi, ayat ini kembali berbicara tentang penulisan
hutang-piutang, tetapi dengan memberi penekanan pada hutang-piutang yang jumlahnya
kecil, padahal yang kecilpun dapat mengakibatkan permusuhan, bahkan pembunuhan.
Apalagi yang kecil bagi seseorang boleh jadi dinilai besar oleh yang lain. Memang
menilis yang kecil-kecil, apalagi yang sering kali dapat membosankan. Karena itu, ayat
ini mengingatkan, Janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar
sampai yakni termasuk batas waktu membayarnya. Lihat, M.Quraish Shihab, Tafsir AlMishba>h (Jakarta: Lentera Hati, 2000).
150
Artinya: Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai)
sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang
tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu
mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya
(utangnya) dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah, Tuhannya. Dan janganlah kamu
menyembunyikan kesaksian, karena barang siapa menyembunyikannya, sungguh,
hatinya kotor (berdosa). Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
151
Lihat, UU No. 30 tahun 1999 tentang Perdamaian /Sulh.

89

b) Arbitrase152. Yang dalam Islam dikenal dengan istilah al-tahkim


merupakan bagian dari al-qadla (peradilan)153. Ketika jalan damai
telah ditempuh dan tidak berhasil menemukan jalan keluar
masing-masing pihak masih tetap pada pendiriannya. Maka
mereka bisa meminta kepada pihak ketiga yang untuk
menyelesaikan sengketa diantara mereka.
c) Pengadilan biasa (al-Qadla)154. Secara harfiah berarti antara lain
memutuskan atau menetapkan. Menurut istilah fikih kata ini
berarti menetapkan hukum syara pada suatu peristiwa atau
mengikat. Lembaga peradilan semacam ini berwenang
menyelesaikan perkara-perkara perdata dan pidana. Dasar
hukumnya sendiri ada dalam Al-Quran surat an-Nisa ayat ke
35155.

152

Lihat, UU No. 30 tahun 1999 tentang Arbitrase/tahkim.


Said Agil Husain Munawar, Arbitrase Islam di Indonesia, (Jakarta: Badan
Arbitrase Muamalat Indonesia bekerjasama dengan Bank Muamalat,1994),47.
154
Lihat, UU No.4 tahun 2004 dan UU No,3 tahun 2006
153


Artinya: Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka
kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga
perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya
Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
lagi Maha Mengenal.(QS. An-Nisaa:35)

90

BAB IV
EVALUASI PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT
TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH
A. Karakteristik Responden Secara Keseluruhan
Karakteristik responden dapat dilihat melalui penyebaran
kuesioner yang telah disebarkan sebelumnya, yaitu kepada nasabah Bank
Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru yang menjadi nasabah
pembiayaan pembiayaan murabahah. Dari 1.154 nasabah hanya di ambil
92156 orang saja sebagai sampel penelitian dengan cara pengambilan
sampelnya menggunakan rumus slovin157.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa dari 92 responden
terdapat 69.6% atau sebanyak 64 responden berjenis kelamin laki-laki,
sedangkan selebihnya sebanyak 30.4% atau sebanyak 28 responden
adalah berjenis kelamin perempuan. Dapat disimpulkan bahwa penelitian
ini sebagian besar didominasi oleh laki-laki. Terkait dengan pembiayaan
murabahah yang mereka butuhkan kebanyakan untuk modal usaha,
seperti jenis pembiayaan produktif158.
Ini sangat berkaitan dengan firman Allah dalam surah An-Nisa
ayat 34159 yang menyatakan bahwa seorang laki-laki adalah pemimpin
156

Lihat, perhitungannya pada lampiran Rumus Slovin, 146.


Pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin disebabkan karena,
jumlah populasinya sudah diketahui,dan dengan tingkat keyakinan benar 90%.
158
Lihat, tabel pada lampiran Identitas Responden, 147.
157




Artinya: Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh Karena
Allah Telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain
(wanita), dan Karena mereka (laki-laki) Telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.
sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri
ketika suaminya tidak ada, oleh Karena Allah Telah memelihara (mereka). wanitawanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah

91

bagi perempuan dan mereka diwajibkan menafkahkan harta mereka


untuk keluarganya. Para mufassir klasik menyatakan, ayat di atas
membicarakan
kepemimpinan
laki-laki
terhadap
perempuan.
Kepemimpinan itu terbentuk berdasarkan asumsi kewajiban nafkah yang
diemban suami atas istri dan keluarganya. Banyak ulama tafsir
mengkaitkan antara kewajiban nafkah dan superioritas lakilaki (suami)
dengan inferioritas perempuan (istri). Jatuhnya kewajiban nafkah kepada
suami karena laki-laki dianggap sebagai manusia yang sanggup
melakukan pekerjaan otot dan otak. Istri tidak berkewajiban memberi
nafkah lantaran perempuan dianggap sebagai manusia lemah dan kurang
akal160.
Untuk responden perempuan yang berjumlah 30.4%, mereka
lebih cenderung menggunakan pembiayaan murabahah untuk jenis
pembiayaan yang konsumtif. Ini tidak dapat dielakkan bahwa kaum
perempuan adalah kaum yang gemar belanja. Namun ada juga mitos
yang menyatakan bahwa perempuan adalah pembelanja tidak dapat
dibenarkan juga. Rhenald Kasali menyatakan bahwa betul jika
perempuan adalah manajer dapur suatu rumah tangga, tetapi salah kaprah
menyamakan perempuan dari satu generasi dengan generasi selanjutnya,
atau dari satu kelas sosial ekonomi dengan kelas sosial ekonomi
lainnya. Ini dimasa lalu lapangan pekerjaan yang terbatas, sehingga lebih
banyak perempuan tinggal dirumah menjadi homemaker. Merekalah
yang berbelanja dari hari ke hari, sementara uangnya berasal dari suami.
Mitos ini mengatakan perempuan pembelanja yang kecil-kecil.
Sedangkan perempuan di daerah perkotaan zaman sekarang cenderung
bekerja di dunia industry jasa dan cenderung tidak memiliki banyak
waktu untuk melakukan tugas harian161.
Untuk karakteristik responden dalam agama yang dianutnya
mayoritas responden beragama Islam yaitu sebanyak 82.6% atau 76
responden, diposisi kedua adalah agama Kristen yaitu 8.7% atau
sebanyak 8 responden, diposisi ketiga adalah agama Budha yaitu 6.5%n
atau sebanyak 6 responden, dan selebihnya menganut agama Kong Hu
Cu yang tidak dicantumkan dalam kuesioner penelitian sebagai pilihan
mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka
mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.
Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar. (QS: An-Nisa:34)
160
Lihat, Syaikh Nawawi al-Jawi, Marah Labid (Tafsir al-Munir), Juz 1, tt.149
161
Lihat, Rhenald Kasali, Membidik Pasar Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 1998), 181.

92

tapi meraka membuat dalam pilihan lain-lainnya untuk agama yaitu


sebanyak 2.2% atau 2 responden162.
Sebagai salah satu alasan aspek relijius responden dapat dilihat
pada pengambilan keputusan responden untuk berinteraksi dengan Bank
Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru yang berlandaskan syariah. Ini
terbukti banyaknya responden yang beragama Islam dalam menggunakan
pembiayaan murabahah di Bank Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru.
Dengan adanya faktor relijius tadi responden ada rasa takut dalam
menggunakan kredit sistem bunga, karena bunga bank sama dengan riba
dan Islam dengan jelas mengharamkan riba tersebut. Untuk pelarangan
bunga bank sendiri tidak hanya Islam yang melarang banyak agama lain
yang melarangnnya163.
Dalam bermuamalah umat Islam tidak seharusnya membedakan
agama seseorang ini terkait akan hadist yang diriwayatkan oleh imam
Bukhari yaitu Dari Aisyah r.a. (ia berkata): Sesungguhnya Nabi saw.
telah membeli makanan dari seorang Yahudi buat dibayar disatu waktu,
dengan menggadaikan (memberikan jaminan) baju besi kepadanya. Dari
hadist ini Rasulullah telah mencontohkan kepada kita bahwa kita dapat
bermuamalah dengan siapapun baik itu yang beragama islam maupun
tidak.
Karakteristik usia responden lebih didominasi oleh usia produktif
ini terlihat dalam data spss yang pada tabel lampiran yaitu usia yang
berkisar 31-40 tahun sebanyak 53.3% atau sebanyak 49 responden, usia
yang lebih dari 40 tahun ternyata berada diposisi kedua yaitu 26.1%
sebanyak 24 responden, selanjutnya diikuti oleh usia 21-30 tahun
yaitu17.4% atau sebanyak 16 responden dan yang terakhir usia dibahwah
20 tahun yaitu 3.3% atau sebanyak 3 responden164.
Untuk usia ini Bank Muamalat Indonesia cabang Pekanbatu tentu
saja punya alasan tersendiri dalam menentukan nasabahnya. Apalagi ini
terkait masalah pembiayaan murabahah dalam jangka panjang setidaknya
akan selalu berhubungan dengan pihak bank. Salah satu alasan Bank
Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru lebih banyak memberikan
pembiayaan murabahah pada usia 31-40 tahun karena pada usia ini
nasabah sudah matang dalam hal ekonomi. Ini sangat terkait akan
pembayaran yang akan dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama.
162

Lihat, tabel pada lampiran Identitas Responden, 147.


Lebih lanjut lihat, Mohamad Hidayat, The Sharia Economic, 65.
164
Lihat, tabel pada lampiran Identitas Responden, 148.
163

93

Untuk karakteristik responden dalam hal pendidikan. Responden


yang menggunakan pembiayaan murabahah di Bank Muamalat Indonesia
cabang Pekanbaru adalah responden yang terdidik yaitu sebesar 38% atau
sebanyak 35 responden berpendidikan Diploma atau S1. Untuk
responden yang berpendidikan SLTA ada 37% atau sebanyak 34
responden, selanjutnya responden yang berpendidikan SD sebanyak
15,2% atau 14 responden, untuk responden yang berpendidikan SLTP
sebanyak 8.7% atau 8 responden. Sedangkan untuk Pascasarjana hanya
terdapat 1.1% saja atau hanya 1 orang saja sebagai responden165.
Semakin banyaknya responden terpelajar yang menggunakan
pembiayaan murabahah di Bank Muamalat ini membuktikan bahwa
tingkat pengetahuan mereka terhadap bunga bank semakin baik yaitu
bunga bank sama dengan riba dan riba diharamkan dalam Islam. Aspek
ini berbanding lurus dengan tingkat relijiusitas seseorang dalam
menganut agamanya.
Mengenai
karakteristik
penghasilan
responden,
yang
berpenghasilan dibawah Rp.1.000.000 ada 34.8% atau sebanyak 32
responden, dan penghasilan responden Rp.1.000.000 sampai Rp.
4.000.000 ada 34.8% atau sebanyak 32 responden, responden yang
berpenghasilan Rp. 4.000.000 sampai Rp. 9.000.000 ada 25% atau
sebanyak 23 responden, dan yang terakhir responden yang
berpenghasilan di atas Rp. 9.000.000 ada 5.4% atau sebanyak 5
responden166.
Banyaknya
responden
yang
berpenghasilan
dibawah
Rp.1.000.000 dan responden yang berpenghasilan Rp.1.000.000 sampai
dengan Rp.4.000.000 sangat potensial untuk menggunakan pembiayaan
murabahah yang ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia cabang
Pekanbaru. Menurut hemat penulis bahwa ada sebagian responden yang
menutup-nutupi untuk memberikan informasi penghasilannya. Hal ini
bisa dimaklumi, mungkin karena mereka khawatir dengan beban pajak
yang tinggi atas penghasilan mereka.
Serta yang terakhir untuk karakteristik responden adalah masalah
pekerjaan yang mana pada home industry sebagai dominasi utama
responden yang menggunakan pembiayaan murabahah di bank Muamalat
cabang Pekanbaru yaitu sebanyak 29.3% atau 27 responden, selanjutnya
responden yang bekerja sebagai pedagang yaitu 26.1% atau sebanyak 24
165
166

Lihat, tabel pada lampiran Identitas Responden, 148.


Lihat, tabel pada lampiran Identitas Responden, 149.

94

responden, untuk responden yang berkerja sebagai karyawan atau


pegawai sebanyak 22.8% atau 21 responden, selanjutnya adalah
responden yang berkerja sebagai petani sebanyak 15.2% atau 14
responden, sedangkan sisanya 6.5% atau 6 responden bekerja pilihan
yang disediakan dalam kuesioner penelitian167.
Dapat ditarik kesimpulan dalam hasil penelitian ini bahwa
responden yang bekerja di bidang home industry lebih banyak
menggunakan pembiayaan murabahah di bank Muamalat cabang
Pekanbaru. Ini dikarenakan pembiayaan yang mereka gunakan sebagian
besar adalah jenis pembiayaan yang produktif yang akan mereka putar
lagi menjadi pendapat yang maksimal168.
Walaupun banyak juga responden yang bekerja sebagai pegawai
tapi mereka mempunyai penghasilan yang besar di pekerjaan sampingan
mereka, ada yang mempunyai pekerjaan sampingan di perkebunan kelapa
sawit yang menyebabkan penghasilan mereka lebih besar dari pada
bekerja sebagai pegawai. Ini adalah salah satu alasan Bank Muamalat
Indonesia cabang Pekanbaru mau memberikan pembiayaan murabahah
kepada mereka walaupun gaji sebagai pegawai kecil.
Banyak ayat Al-Quran dan hadits Rasulullah saw. Yang
memerintahkan manusia agar bekerja. Manusia dapat bekerja apa saja,
yang penting tidak melanggar garis-garis yang telah ditentukan-Nya. Ia
bisa melakukan aktivitas produksi, dan ia juga dapat melakukan aktivitas
distribusi ini semua untuk memenuhi kebutuhan mereka169.
B. Persepsi Masyarakat terhadap Pembiayaan Murabahah
Untuk melihat seberapa besar persepsi masyarakat terhadap
pembiayaan murabahah dapat dilihat dari tabel-tabel yang telah
dilampirkan. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan terlebih dahulu hasil
dari validitas dan realibilitas selanjutnya baru modus, median dan mean
dan yang terakhir dengan melihat hasil dari analisis faktornya.
1. Uji Validitas dan Reabilitas
Uji validitas dan reabilitas digunakan untuk mengetahui apakah
pertanyaan yang diajukan valid dan realibel sehingga pertanyaan yang
167

Lihat, tabel pada lampiran Identitas Responden, 149.


Hasil wawancara dengan staff pemasaran Bank Muamalat Indonesia cabang
Pekanbaru, pada tanggal 6 maret 2011.
169
Lihat, Muhyiddin Attiyah, al-Kas}af al-Iqtisadi li Ayati Al-Quran al-Karim
(Washington: International Institute of Islam Thought, 1991).
168

95

diajukan nanti konsisten dan stabil dari waktu ke waktu. Hal ini
dilakukan agar tidak terdapat pertanyaan yang sama ataupun kurang
dipahami oleh responden dari seluruh item pertanyaan yang diajukan.
Sehingga butir-butir pertanyaan tersebut benar-benar bisa digunakan apa
yang diukur dan menunjukkan keandalan suatu alat ukur.
Suatu angket dikatakan valid (sah) jika pertanyaan pada suatu
angket mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh angket
tersebut. Jika korelasi antara masing-masing indikator variabel terhadap
total skor konstruk atau variabel menunjukkan hasil yang signifikan, dari
tabel validitas menyatakan indikator adalah valid170.
Ini dibuktikan dengan perhitungan r tabel pada penelitian ini
terdapat n = 92-2 =90, dengan tingkat signifikan 5%, maka akan didapat
hasilnya 0,205171. Nilai r (nilai cored item-total coralation) untuk setiap
item pertanyaan adalah positif dan mempunyai nilai lebih besar dari r
tabel (0.205)172, maka semua butir item pertanyaan tersebut valid untuk
mengukur validitas faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dalam
penelitian ini.
Sedangkan untuk mengukur reliabilitasnya menunjukkan Alpha
yang bertanda positif sebesar 0,848173, dan lebih besar dari r tabel
(0,205), maka semua item pertanyaan tersebut reliable untuk mengukur
faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dalam penelitian ini.
2. Analisis Mean, Median , Modus (Mode)
Hasil jawaban respon untuk median semuanya menunjukkan nilai
4 yang berarti setuju atau tidak setuju untuk pertanyaan terbalik. Untuk
modusnya sendiri nilai 4 ada 16 faktor yang berarti setuju atau tidak
setuju untuk pertanyaan terbalik, sedangkan sisanya nilai 3 sebanyak 4
faktor yang berarti netra atau ragu-ragu Sedangkan untuk nilai meannya
ada 15 faktor yang mempunyai nilai rata-rata antara 3,5 sampai 4. Untuk
nilai rata-rata 4 sampai 4,5 ada 5 faktor174. Hal ini mengindikasi bahwa
mayoritas faktor- faktor yang disebutkan dalam penelitian ini mempunyai
pengaruh penting terhadap pembiayaan murabahah.

170

Lihat, tabel pada lampiran uji Validitas dan Reabilitas Faktor Persepsi, 150.
Lihat, r tabel untuk melihat perbadingan pada uji validitas dan realibilitas
pada lampiran, 152.
172
Lihat, tabel pada lampiran Item-Total Statistics, 151.
173
Lihat , tabel pada lampiran Reliability Statistics, 150.
174
Lihat, tabel pada lampiran Mean, Median, Mode (modus) faktor Persepsi,
153.
171

96

Pertanyaan pertama untuk variabel persepsi adalah Pembiayaan


Murabahah di Bank Muamalat adalah pembiayaan yang bersifat
Universal (tidak terbatas pada orang islam saja) untuk nilai yang sering
muncul dalam jawaban responden adalah angka 4 yang berarti
setuju175. Hal ini berarti responden mayoritas setuju dalam pertanyaan
pertama ini. Hal ini dapat dibuktikan dalam identitas responden bahwa
yang menggunakan pembiayaan murabahah tidak hanya orang islam saja.
Melainkan ada juga orang non islam yang menggunakannya.
Pertanyaan kedua untuk variabel persepsi adalah Pembiayaan
Murabahah di Bank Muamalat bebas dari praktek riba. Yang mendapat
kode 4 atau setuju dalam mayoritas jawaban responden176. Dalam
menyalurkan pembiayaan murabahah, Bank Muamalat lebih menekankan
pada keharusan kehalalanya, bukan hanya pada profit semata. Yang lebih
penting lagi, uang hanya dijadikan sebagai instrumen bukan
komoditas177.
Pertanyaan ketiga untuk variabel persepsi adalah Pembiayaan
Murabahah di Bank Muamalat menekankan pada pola kemitraan.
Mayoritas responden menjawab dengan kode 4 atau setuju178. Dalam
memberikan pembiayaan murabahah Bank Muamalat cabang Pekanbaru
juga memberikan kesan bahwa nasabah pembiayaan adalah mitra bisnis
bukan hanya sekedar sebagai seorang peminjam di Bank Muamalat
cabang Pekanbaru.
Pertanyaan keempat untuk variabel persepsi adalah Pembiayaan
Murabahah di Bank Muamalat adalah yang berlandaskan moral dan
saling percaya. Responden dalam menjawab pertanyaan ini mayoritas
setuju dalam pernyataan ini dengan kode 4179. Adanya saling
kepercayaan dari pihak bank dan nasabah adalah awal mulainya terjadi
akad pembiayaan murabahah.
Pertanyaan kelima untuk variabel persepsi adalah Pembiayaan
Murabahah di Bank Muamalat lebih stabil, berpeluang dan
menjanjika.dalam hal ini responden juga menjawab dengan kode 4 atau
175

Lihat, tabel pada lampiran Mean, Median, Mode (modus) faktor Persepsi,

176

Lihat, tabel pada lampiran Mean, Median, Mode (modus) faktor Persepsi,

153.
153.
177

Lihat, Ahmad Ruhiat, Peran Perbankan Syariah dalam Memulihkan


Ekonomi Nasional, Republika, 3 oktober 2005.
178
Lihat, tabel pada lampiran Mean, Median, Mode (modus) faktor Persepsi,
153.
179
Lihat, tabel pada lampiran Mean, Median, Mode (modus) faktor Persepsi,
153.

97

setuju atas pernyataan tersebut180. Adanya pertanyaan ini responden


sangat cepat menjawab karena telah membuktikannya sendiri dengan
menggunakan pembiayaan murabahah tersebut. Secara tidak langsung
terjadinya krisis moneter pada tahun 1997 yang menyebabkan banyaknya
bank konvensional yang bangkrut tapi Bank Muamalat tidak berdampak
yang begitu berarti. Mungkin ini juga yang menyebabkan reponden
mayoritas menjawab setuju atas pernyataan tersebut yang berkode 4.
Pertanyaan keenam untuk variabel persepsi adalah Inovasi dalam
pemberian pembiayaan murabahah sejalan dengan kebutuhan masyarakat
yang terus berkembang. Banyaknya responden yang menjawab dengan
kode 4 atau setuju181, ini membuktikan bahwa setiap inovasi atau
perubahan itu diperbolehkan dalam muamalah kecuali ada dalil yang
melarangnya. Ini berarti ketika suatu transaksi baru muncul dimana
belum dikenal sebelumnya dalam hukum islam, maka transaksi tersebut
dapat diterima kecuali terdapat implikasi dari Al-Quran dan Hadist yang
melarangnya secara eksplisit ataupun implisit182.
Pertanyaan ketujuh untuk variabel persepsi adalah Pembiayaan
Murabahah di Bank Muamalat adalah pembiayaan yang adil dalam
melakukan transaksinya. Dalam pernyataan ini pun responden mayoritas
menjawab dengan kode 4 atau jawaban setujunya183. Keadilan dalam
pembiayaan murabahah di Bank Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru
dapat dilihat dalam surat penyataan akad dimana pihak bank dan nasabah
pembiayaan telah sepakat dalam transaksi ataupun pembagian
keuntungan yang didapat.
Pertanyaan kedelapan untuk variabel persepsi adalah
Aksetabilitas untuk mendapatkan Pembiayaan Murabahah di Bank
Muamalat cepat dan mudah. Untuk nilai yang sering muncul adalah kode
4 atau setuju184. Jadi responden setuju dengan pernyataan nomor tujuh.
Bank Muamalat cabang Pekanbaru selalu mengutamakan kemudahan
pengaksesan melalui media manapun baik itu bekerja sama dengan bank
konvensional ataupun pihak-pihak terkait. Ini yang menjadikan semakin
180

Lihat, tabel pada lampiran Mean, Median, Mode (modus) faktor Persepsi,

181

Lihat, tabel pada lampiran Mean, Median, Mode (modus) faktor Persepsi,

153.
153.
182

Lihat, Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES), Perbankan Syariah,


PKES publishing, Jakarta, 2008.
183
Lihat, tabel pada lampiran Mean, Median, Mode (modus) faktor Persepsi,
153.
184
Lihat, tabel pada lampiran Mean, Median, Mode (modus) faktor Persepsi,
153.

98

lama semakin mudah mendapatkan pembiayaan murabahah di Bank


Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru.
Pertanyaan kesembilan untuk variabel persepsi adalah
Pembiayaan Murabahah di Bank Muamalat popular dimasyarakat.
Responden mayoritas menjawab dengan kode 4 atau jawaban setuju185
untuk pernyataan tersebut. Ini terbukti bahwa pada laporan awal tahun
2009 dominasi jenis pembiayaan murabahah pada bank syariah mencapai
58,73% yang menunjukkan bahwa masyarakat lebih nyaman terhadap
jenis pembiayaan ini dibandingkan dengan jenis pembiayaan lain seperti
mudharabah atau musyarakah186.
Pertanyaan kesepuluh untuk variabel persepsi adalah Pelayanan
di Bank Muamalat untuk pembiayaan Murabahah cepat dan tanggap.
Responden mayoritas menjawab dengan kode 4 atau setuju dalam
pertanyaan ini187. Pelayanan adalah purna jual yang sangat menentukan
bagi seorang produsen yang menyebabkan dengan pelayanan yang cepat
dan tanggap konsumen tidak akan merasa kecewa dan pastinya akan
mengunakan produk yang ditawarkan dengan senang hati.
Pertanyaan kesebelas untuk variabel persepsi adalah Karyawan
Bank Muamalat untuk pembiayaan murabahah sangat professional dan
dapat dipercaya. Responden menjawab mayoritas dengan kode 4 atau
responden setuju dengan pertanyaan tersebut188. Profesionalitas adalah
salah satu modal utama dari Bank Muamalat Indonesia cabang
Pekanbaru, dengan keprofesionalan karyawan terhadap apa yang mereka
kerjakan akan berdampak positif bagi bank .
Pertanyaan keduabelas untuk variabel persepsi adalah Biaya
administrasi Pembiayaan Murabahah di Bank Muamalat murah.
Mayoritas jawaban responden untuk pertanyaan ini adalah dengan kode 4
atau jawaban setuju189. Walaupun banyak juga responden yang
mengeluhkan bahwa tidak ada bedanya dengan biaya sistem kredit bank
konvensional. Tapi dengan faktor lain mereka tetap memilih pembiayaan
murabahah di Bank Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru.
185

Lihat, tabel pada lampiran Mean, Median, Mode (modus) faktor Persepsi,

153.
186

Lihat, Biro Perbankan Syariah Tim Pengembangan Syariah IBI 2009,


Annual Report 2008: PT. Bank Muamalat Indonesia, bandingkan dengna laporan
Bank Indonesia statistic perbankan syariah tahun 2008. Laporan tahun 2009.
187
Lihat, tabel pada lampiran Mean, Median, Mode (modus) faktor Persepsi,
153.
188
Lihat, tabel pada lampiran Mean, Median, Mode (modus) faktor Persepsi,
153.
189
Lihat, tabel pada lampiran Mean, Median, Mode (modus) faktor Persepsi,
153.

99

Pertanyaan ke tigabelas untuk variabel persepsi adalah Sikap


karyawan/ti Bank Muamalat ramah, simpati dan murah senyum.
Responden mayoritas menjawab dengan kode 4 atau setuju190. Ini
mengindikasikan bahwa hanya dengan senyum yang tulus semua hal
yang berat dan sangat mendesak akan menjadi ringan kembali,
sebagaimana salah satu hadist Rasullah yang menyatakan bahwa
senyum ialah ibadah.
Pertanyaan ke empatbelas untuk variabel persepsi adalah
Penampilan dan busana karyawan/ti Bank Muamalat rapi dan sopan.
Respon dalam menjawab pertanyaan sangat banyak memberi nilai
dengan kode 4 atau setuju191. Ini dikarenakan di Bank Muamalat
Indonesia diharuskanya seorang karyawannya berpenampilan rapi dan
sopan agar Bank Muamalat Indonesia dapat mencerminkan salah satunya
berbusana secara syariah.
Pertanyaan ke limabelas untuk variabel persepsi adalah
Sosialisasi dan promosi pembiayaan murabahah sudah menyentuh
seluruh lapisan masyarakat. Responden dalam menjawab pertanyaan ini
mayoritas menjawab dengan kode 3 atau ragu-ragu192. Promosi sangat
penting demi dalam perkembangan Bank Muamalat Indonesia cabang
Pekanbaru, apalagi kota Pekanbaru adalah pusat kota budaya melayu,
dimana melayu di identikkan dengan Islam. Sikap gencar Bank
Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru dalam mempromosikan produk
pembiayaan murabahah disambut positif warga kota Pekanbaru. Hal ini
juga akan berdampak positif dengan kelangsungan Bank Muamalat
Indonesia di Pekanbaru. Promosi dan sosialisasi pembiayaan murabahah
di Bank Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru lebih banyak melalui
media cetak lokal.
Pertanyaan ke enambelas untuk variabel persepsi adalah Promosi
pembiayaan murabahah diketahui lewat hubungan personal dan kerabat.
Sama halnya dengan pertanyaan sebelum-sebelumnya responden
menjawab yang terbanyak dengan kode 4 yaitu setuju193 bahwa mereka
mendengar atau mengetahui mengenai pembiayaan murabahah di Bank
190

Lihat, tabel pada lampiran Mean, Median, Mode (modus) faktor Persepsi,

191

Lihat, tabel pada lampiran Mean, Median, Mode (modus) faktor Persepsi,

192

Lihat, tabel pada lampiran Mean, Median, Mode (modus) faktor Persepsi,

193

Lihat, tabel pada lampiran Mean, Median, Mode (modus) faktor Persepsi,

153.
153.
153.
153.

100

Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru melalui omangan orang ke orang.


Promosi dengan cara ini sangatlah efektif karena calon nasabah
mengetahui dengan baik orang yang memberi tahunya tentang
keberadaan pembiayaan murabahah di Bank Muamalat Indonesia cabang
pekanbaru.
Pertanyaan ke tujuhbelas untuk variabel persepsi adalah Prospek
perkembangan pembiayaan murabahah diwilayah pekanbaru sangat baik
karena telah dilakukan sosialisasi dengan baik pula. Responden
mayoritas menjawab dengan kode 3 atau netral atau ragu-ragu194. Dengan
jawaban seperti itu yang diberikan oleh responden maka dapat
disimpulkan bahwa sosialisasi Bank Muamalat Indonesia sangat minim.
Minimnya gerakan sosialisasi tersebut terlihat dari upaya yang dilakukan
oleh Bank Indonesia. Menurut laporan akhir tahun Bank Indonesia 2008,
kegiatan sosialisasi oleh Bank Indonesia sepanjang tahun 2008 hanyalah
51 kali. Sebuah upaya yang sangat minim mengingat besarnya jumlah
penduduk Indonesia. Idealnya dalam setahun bisa dilakukan minimal 5
juta kali sosialisasi dalam setahun, bukan 51 kali. Bentuk sosilisasi
perbankan syariah sangat beragam dan luas, seperti melalui media massa
cetak atau elektronik, buletin, majalah, buku, lembaga pendidikan, dan
sebagainya. Dalam tulisan ini, lingkup sosialisasi yang dibahas hanyalah
sosialisasi dalam bentuk edukasi masyarakat melalui dialog dan ceramah
secara langsung kepada umat195.
Sosialisasi atau pemasaran di Bank Muamalat adalah sebuah
awal dari diterimanya produk pembiayaan murabahah oleh masyarkat.
Sehingga aspek ini patut diperhatikan dan diberikan solusi yang optimal.
Jika berpijak pada tujuan untuk meningkatkan nasabah layanan bank
syariah yang beberapa pihak mengatakan masih kurang optimal. Maka
aspek pemasaran tidak bisa diabaikan bagitu saja. Tentu saja dengan
asumsi bahwa pengelolaan atau manajemen internal Bank Muamalat
khususnya berkaitan dengan produk yang berbasis syariah telah matang.
Pentingnya edukasi mengenai produk pembiayaan murabahah dalam
kaitannya dengan aspek pemasaran diperlukan karena melihat kenyataan
bahwa sudah banyak bank di Indonesia yang mempunyai layanan
194

Lihat, tabel pada lampiranMean, Median, Mode (modus) faktor Persepsi ,

153.
195

Lihat, Agustianto, Menyoroti Minimnya Sosialisasi Perbankan Syariah,


(2010),
http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?option=com_content&view=article&id=11
91:menyoroti-minimnya-sosialisasi-perbankan-syariah&catid=8:kajianekonomi&Itemid=60

101

berbasiskan syariah. bahkan pengelolaan bank syariah telah terpisah dari


layanan bank konvensional196.
Pertanyaan ke delapanbelas untuk variabel persepsi adalah
Informasi Pembiayaan Murabahah di Bank Muamalat diketahui lewat
media cetak dan televisi. Kebanyakan responden menjawab dengan kode
3 atau netral atau ragu-ragu197. Promosi merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Dalam persaingan yang
begitu ketat, Bank Muamalah Indonesia cabang Pekanbaru tidak hanya
dapat mengandalkan peningkatan mutu dan pengembangan produk jasa
semata, walaupun berkualitasnya pembiayaan murabahah, bila calon
nasabah belum pernah mengetahuinya dan tidak yakin kalau pembiayaan
murabahah itu akan berguna bagi mereka, maka mereka tidak akan
pernah menggunakannya. Oleh sebab itu Bank Muamalat Indonesia perlu
melakukan prosmosi, yang terdiri dari periklanan media cetak ataupun
elektronik, promosi penjualan, penjualan pribadi, hubungan masyarakat
dan pemasaran langsung198.
Pertanyaan ke Sembilan belas untuk variabel persepsi adalah
Informasi Pembiayaan Murabahah di Bank Muamalat diketahui langsung
dari pihak bank. Kebanyakan responden menjawab pernyataan ini dengan
kode 3 atau netral atau ragu-ragu199.
Minimnya sosialisasi perbankan syariah di lingkungan
masyarakat Islam sendiri khusunya Indonesia, yang notabene
berpenduduk mayoritas muslim ini ternyata belum benar-benar paham
tentang sistematika ekonomi syariah serta banyak sekali istilah-istilah
yang unfamiliar di telinga umat Islam sendiri200.
Hal ini membuktikan walaupun Bank Muamalat Indonesia
berusaha mensosialisasikannya dengan cara menerjunkan langsung
karyawan bank untuk lebih mengenalkan bank syariah dimasyarakat, tapi
196

Lihat, Mustaq Ahmad, Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta: Pustaka AlKausar, 2003), 35.
197
Lihat, tabel pada lampiran Mean, Median, Mode (modus) faktor Persepsi,
153.
198
Lihat, Husma Fadillah Nasution, Analisis Pengaruh Promosi dan
Komunikasi Terhadap Keputusan Nasabah untuk Menabung di Bank Syariah Mandiri
cabang Tebing Tinggi (Tesis, Universitas Sumatera Utara Medan, 2008), 22.
199
Lihat, tabel pada lampiranMean, Median, Mode (modus) faktor Persepsi ,
153.
200
Lihat, Edy Ramdan, Pengaruh Minimnya Sosialisasi Perbankan Syariah
terhadap Minat Masyarkat Memilih Bank Syariah (Tesis, UIN Sunan Gunung Jati
Bandung, 2009), 5.

102

tetap saa kurang optimal. Karena tidak didukung oleh SDM atau aspekaspek lainnya yang menyebabkan masyarakatpun begitu kurang
pengetahuannya terhadap Bank Muamalat.
Pertanyaan terakhir untuk variabel persepsi adalah Bank
Muamalat mempunyai banyak kendala dalam mensosialisasikan
pembiayaan murabahah. Responden kebanyakan menjawab dengan kode
4 atau setuju201.
Untuk memuluskan proses sosialisasi perbankan syariah di tanah
air perlu kiranya melakukan berbagai pendekatan yang bersifat sosiokultural, sosio-politik dan akademis. Terhadap para kiyai atau ulama
yang masih meragukan hukum haramnya bunga bank perlu dilakukan
pendekatan konstruktif untuk mencari titik temu kesamaan pandangan
dan status hukum. Pendekatan yang ditempuh tersebut tidak
menghasilkan kesamaan pandangan, dan hal ini mungkin sekali terjadi,
maka agenda sosialisasi perbankan syariah tetap jalan dan jangan sampai
pihak yang tidak sepakat lantas merendahkan upaya luhur ini dengan
suuddhon bahwa mereka ini tidak mengenal spirit islam atau mengecap
mereka sebagai islam simbolis, Islam tekstualis atau Islam skriptualis dan
lain sebagainya202.
3. Analisis Faktor Utama yang Mempengaruhi Persepsi
Masyarakat terhadap Pembiyaan Murabahah
Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat tentang faktor apa
saja yang dominan mempengaruhi persepsi masyarakat maka akan
digunakan analisis faktor. Tujuannya adalah untuk mencari cara
menyingkat informasi yang terdapat dalam beberapa variabel asal
menjadi serangkaian variabel yang lebih kecil (faktor) dengan
meminimalkan kehilangan informasi203.
Dengan menggunakan analisis faktor ini maka tabel yang pertama
muncul adalah KMO and Barletts Test204 pada tabel tersebut, terlihat
201

Lihat, tabel pada lampiranMean, Median, Mode (modus) faktor Persepsi ,

153.
202

Lihat, Ikhwan Abidin Basri, Kendala Sosialisasi Perbankan Syariah di


Indonesia, (2007). http://shariahlife.wordpress.com/2007/01/15/kendala-sosialisasiperbankan-syariah-di-indonesia
203
Lihat, Sofyan Yamin, Heri Kurniawan, SPSS Compelete: Tek\nik Analisasi
Statistik Terlengkap dengan Software SPSS, 179. Lihat juga, Hair, J.F, R.E. Anderson,
R.L. Tatham., dan W.C. Black., Multivariate Data Analysis With Readings, 4th Edition.
Englewood Cliffs, (NJ:Prentice Hall,1995).
204
Lihat, lampiran pada tabel KMO and Bartletts Test, 154.

103

angka KMOMeasure of Sampling Adequency (MSA) adalah 0.662. Oleh


karena angka MSA di atas 0.5 maka kumpulan variabel faktor-faktor
tersebut dapat diproses lebih lanjut. Kesimpulan yang sama juga dapat
dilihat pada angka Barletts Test of Spbericity (yang ditampakkan dengan
angka Chi Square) sebesar 1244,200 dengan signifikansi 0,000.
Nilai Measure of Sampling Adequary (MSA) masing-masing
faktor pada tabel tersebut, tidak ada faktor yang memperoleh nilai MSA
dibawah 0,5 205. Oleh karena seluruh variabel faktor-faktor tidak ada
yang memperoleh nilai 0,5, maka seluruh variabel layak untuk dianalisis
ke tahapan selanjutnya. Ketentuan tersebut didasarkan pada kriteria
sebagai beriku:
a. Jika probabilitas (sig) <0,05 maka variabel dapat dianalisis lebih
lanjut
b. Jika probabilitas (sig) >0,05 maka variabel tidak dapat dianalisis
lebih lanjut.
Ada 20 variabel yang dimasukkan dalam analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi persepsi dalam penelitian ini. Dengan total varians
masing-masing, maka total varians adalah 20x1=20. Varians faktor 1
tersebut adalah 9.953/20 x 100% = 49.763%, faktor 2 adalah 5.026/2 x
100% = 25.128%, faktor 3 adalah 1.240/20 x 100% = 6.198%, faktor 4
adalah 1092/20 x 100% = 5.458% dan selanjutnya sebagaimana bisa
dilihat pada kolom % of variance.206 Total jumlah keseluruhan varians
dari 4 faktor sebesar 86.547% yang mengandung arti bahwa dari seluruh
faktor yang nanti terbentuk, memberi penjelasan bahwa sebesar
86.547%. nilai eigen value menunjukkan kepentingan relative masingmasing faktor dalam menghitung varians ke empat variabel yang
dianalisis207.
Susunan eagen values selalu diurutkan dari yang paling besar
sampai yang paling kecil, dengan kriteria bahwa angka eigen values
dibawah angka 1 tidak digunakan dalam menghitung faktor yang
terbentuk, yang mempunyai nilai eigen values di atas angka 1, sedangkan
untuk faktor ke 5 angka eigen values sudah dibawah angka 1. Setelah
diketahui bahwa 4 faktor adalah jumlah yang paling optimal, maka tabel
rotated component matrix menunjukkan distribusi ke 20 faktor variabel
tersebut pada 4 faktor yang terbentuk. Angka yang ada pada tabel
205

Lihat, lampiran pada tabel KMO and Bartletts Test, 154.


Lihat,lampiran pada tabel total Varience Explained,155.
207
Lihat, lampiran pada tabel total Varience Explained, 155.
206

104

tersebut adalah factor loading, atau besar korelasi antara suatu variabel
dengan keempat faktor sebagaimana berikut:
Variabel faktor pembiayaan murabahah berlandaskan moral dan
saling percaya, aksestabilitas pembiayaan murabahah cepat dan mudah,
pembiayaan murabahah popular di masyarakat, karyawannya sangat
professional dan dapat dipercaya, biaya administrasinya murah, sikap
karywan ramah, simpati, dan murah senyum, sosialisasi dan promosi
pembiayaan murabahah telah mencapai seluruh lapisan masyarakat,
promosi pembiayaan murabahah diketahui lewat hubungan personal dan
kerabat, prospek perkembangan pembiayaan murabahah sangat baik,
informasi pembiayaan murabahah diketahui lewat media cetak dan
televisi, karena ke sepuluh variabel tersebut mempunyai korelasi yang
kuat pada komponen faktor 1. Variabel pertama merupakan faktor
pribadi, variabel ke dua merupakan faktor lingkungan, variabel ke tiga
sampai kesepuluh merupakan faktor obyek. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa faktor yang paling dominan mempengaruhi persepsi
masyarakat terhadap pembiayaan murabahah adalah sebagai berikut:
Pertama, faktor pembiayaan murabahah berlandaskan moral dan
saling percaya menepati urutan pertama, meskipun bukan merupakan
faktor paling dominan pada komponen faktor pertama ini. jika
peningkatan pelayanan tidak dilakukan secara terus menerus, maka bank
tersebut lambat laun akan ditinggalkan oleh nasabahnya, Salah satu cara
yang dilakukan bank untuk menarik untuk menjaga dan meningkatkan
kepercayaan
masyarakat
adalah
dengan
menyediakan
dan
mengembangkan pelayanan keuangan yang inovatif, berkualitas dan
melebihi harapan masyarakat yang dinamik dengan hasil terbaik.
Kemudian membina jejaring kerjasama saling menguntungkan yang
dilandasi rasa saling percaya. Serta kepercayaan masyarakat sangat
bergantung dari kinerja karyawannya yang sangat ramah dalam melayani.
Cepat tanggap dalam merespon yang memberikan kesan moral para
karyawan kepada nasabah sangat baik.
Kedua, faktor aksestabilitas pembiayaan murabahah cepat dan
mudah, kemudahan masyarakat dalam mengakses pembiayaan
murabahah di bank syariah adalah salah satu faktor penting yang
menjadikan nasabah memilih bank syariah. faktor loading yang
menunjukkan aksestabilitas masyarakat kebank syariah menunjukkan
sangat besar dan berpengaruh besar pula terhadap persepsi masyarakat208.
208

Lihat, lampiran pada tabel factor Component 1, 158.

105

Akses ke Bank Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru tergolong


mudah dan cepat. Tidak hanya penempatan cabang-cabangnya di daerahdaerah strategis, tapi juga transaksi keuangannya juga mempunyai akses
yang mudah. Dimana kerjasama yang telah dilakukan oleh Bank
Muamalat Indonesia dengan bank-bank lainnya, ataupun instansi lainnya
membuat transaksi keuangan sangat fleksibel seperti contohnya ATM
bersama.
Ketiga, faktor pembiayaan murabahah popular di masyarakat,
kepopuleran pembiayaan murabahah dapat dilihat dari transaksi yang
sering dilakukan oleh masyarakat di Bank Muamalat Indonesia cabang
Pekanbaru yang menyatakan bahwa akad yang paling sering digunakan
pada transaksi pembiayaan. Hal ini dapat dilihat pada data yang
dikeluarkan oleh pihak bank yang menyatakan bahwa persentase
akad mudharabah209 dalam pembiayaan hanya sebesar 19,9% dan
akad musyarakah210dalam pembiayaan sebesar 11,4%, berbeda dengan
akad murabahah211 yang persentasenya mencapai 61,7%, data ini
mengindikasi bahwa separuh lebih transaksi pembiayaan di Bank
Muamalat Indonesia menggunakan akad murabahah.
Kepopuleran pembiayaan murabahah di mata masyarakat.
Dikarenakan pembiayaan murabahah sangat mirip dengan pembiayaan
sistem bunga di bank konvensional, yang menjadikan masyarakat
mempunyai pilihan selain ke bank konvensional. Mereka dapat
melakukan transaksi pembiayaan di Bank Muamalat apabila dengan
tingkat religiusitas nasabah yang mengerti bahwa bunga bank adalah
haram.
Keempat, faktor karyawannya sangat profesional dan dapat
dipercaya, Yang menjadikan persepsi masyarakat terhadap bank syariah
209

Mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihk utnuk suatu usaha, di
mana pihak pertama (Shahibul ma>l) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak
kedua (mudha>rib) bertindak sebgai pengelola, dan keuntungan usahah di bgai antara
mereka sesuai dengan kesepakatan diantara mereka yang bertransaksi, lihat, az-Zuhaily
Wahab, al-fiqh al-Isla>mi Wa Adillatuhu (Damaskus: Darul Fikr, 1997), 3924.
210
Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu, di mana masing-masing pihak memebrikan kontribusi dana dengan
ketentuan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan. Lihat, az-Zuhaily Wahab, al-fiqh al-Isla>mi Wa Adillatuhu (Damaskus:
Darul Fikr, 1997), 3876.
211
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menciptakan suatu harga
berdasarkan harga beli ditambah dengan keuntungan (profit margin) sesuai kesepakatan
antara kedua belah pihak yang bertransaksi. Lihat, az-Zuhaily Wahab, al-fiqh alIsla>mi Wa Adillatuhu (Damaskus: Darul Fikr, 1997), 3765.

106

adalah bank yang sangat dapat dipercaya, berbeda dengan bank


konvensional. Banyak dari internalnya sendiri membuat kecurangan yang
banyak merugikan masyarakat. Hal ini mengindikasikan bahwa
kurangnya pengawasan dari BI sendiri sebagai badan pengawas
perbankan nasional. Sangat berbeda dengan bank syariah yang
mempunyai badan sendiri yang ditunjuk langsung oleh BI yaitu DPS 212.
Ketidak percayaan masyarakat terhadap bank konvensional salah
satunya karena terjadinya krisis moneter dan perbankan yang
menghantam Indonesia pada tahun 1998, yang ditandai dengan
dilikuidasinya 16 bank yang mengakibatkan menurunnya tingkat
kepercayaan masyarakat pada sistem perbankan konvensional. Untuk
mengatasi krisis yang terjadi, pemerintah mengeluarkan jaminan atas
seluruh kewajiban pemabayaran bank213. Serta menciptakan lingkungan
kerja yang meningkatkan profesionalisme dan mendorong pembaharuan
organisasional dengan semangat kekeluargaan. Dan yang terpenting
adalah membangun kepercayaan publik melalui perilaku etikal, peduli
dan hati-hati
Kelima, biaya administrasinya murah, salah satu yang
mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap bank syariah adalah biaya
administrasi yang murah. Ini disebabkan bank syariah tidak memungut
biaya-biaya lain yang berkenaan dengan transaksi pembiayaan
murabahah214.
Persepsi masyarakat terhadap biaya administrasinya murah adalah
sebagai daya tarik dari pihak Bank Muamalat Indonesia untuk bersaing
mendapatkan nasabah pembiayaan dengan bank konvensional. Hal ini
juga dimaksudkan oleh Bank Muamalat Indonesia untuk menjadikan
citra positif pada masyarakat, bahwa Bank Muamalat Indonesia tidak
menjadikan nasabah sebagai ladang pendapatan tapi sebagai mitra usaha
yang sama-sama menguntungkan.
212

DPS (Dewan Pengawas Syariah) adalah badan yang ada di lembaga


keuangan syariah dan bertugas mengawasi pelaksanaan keputusan DSN di lembaga
keuangan syariah tersebut.
213
Lihat, Keputusan Presiden Nomor 26 tahun 1998 tentang Jaminan
Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Umum dan keputusan Presiden Nomor 193
tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Perkreditan
Rakyat.
214
Lihat, Abd. Adhim, Studi Komparatif Akad Mudlarabah dan Murabahah
Bank Islam dengan Pembiayaan Sistem Bunga Bank Konvensional dalam Perspektif keAdil-an (Distertasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2008), 240.

107

Keenam, sikap karyawan ramah, simpati dan murah senyum,


sikap ramah, simpatik dan murah senyum ini sudah menjadi pedoman
yang universal bagi seluruh staff dan karyawan bank syariah dimanapun.
Etika seorang karyawan bank sebagai perusahaan jasa, apalagi Bank
Muamalat Indonesia yang berlandaskan syariah Islam sudah semestinya
mencerminkan sikap yang ramah, simpati dan murah senyum. Ini juga
sejalan dengan hadis yang diriwayatkan oleh at-Turmizi, Rasululllah
saw. pernah bersabda, senyum itu adalah sedekah.
Ketujuh, sosialisasi dan promosi pembiayaan murabahah telah
mencapai seluruh lapisan masyarakat, promosi215 adalah aktivitas yang
dilakukan bank syariah untuk mendapatkan konsumen, bukan hanya
untuk sekali datang, tetapi juga konsumen yang akan melakukan
transaksi yang berulang-ulang. Tujuan promosi adalah meningkatkan
awareness216.
Promosi adalah ujung tombak penjualan produk pembiayaan
murabahah di Bank Muamalat Indonesia. Dengan promsi yang gencar
dan dengan cara-cara penyampaian yang inovatif untuk menarik
pelanggan. Hal ini akan menjadikan orang yang sebelumnya sangat
antipati terhadap hal-hal baru dapat terbujuk dengan mudah dan menjadi
pelanggan yang setia.
Kedelapan, promosi pembiyaan murabahah diketahui lewat
hubungan personal dan kerabat. Penyampaian sesuatu dengan cara
personal atau disampaikan langsung oleh orang terdekat akan membuat
seseorang akan lebih cepat percaya akan hal yang akan disampaikan oleh
kerabat tersebut karena adanya hubungan emosional yang kuat. Dengan
andanya hubungan emosional yang kuat, membuat orang yang akan
diajak untuk memilih pembiayaan murabahah lebih cepat mempercayai
omongan mereka. Karena orang yang mengajak adalah orang yang telah
215

Promosi merupakan bentuk komunikasi yang dipergunakan oleh perusahan


untuk memeberitahukan sesuatu dan memberitahukan tingkah laku membeli dari
pelanggan yang sudah ada dan pelanggan potensial. Komunikasi pemasaran harus
dirancang untuk memberitahukan pelanggan mengenai manfaat dan nilai dari produk
atau jasa yang ditawarkan. Bentuk dasar dari komunikasi pemasaran, artinya unsureunsur dari bauran promosi adalah periklanan, penjualan pribadi, publisitas, dan promosi
penjualan, lihat, Warren J. Keegan, Manajemen Pemasaran Global (Jakarta:
Prenhallindo, 1996), 139.
216
Awareness adalah pengetahuan yang dimiliki konsumen tentang keberadaan
produk, biasanya dinyatakan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti: saya pernah
mendengar, saya pernah melihatnya, atau saya pernah mencobanya, dan saya tahu apa
gunanya. Lihat, Rhenald Kasali, Membidik pasar Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 1998), 378.

108

dikenal baik dan mereka langsung melihat dampaknya dengan cepat


dalam penyampaian berita tersebut.
Kesembilan, prospek perkembangan pembiayaan murabahah
sangat baik, perkembangan pembiayaan murabahah dari tahun ketahun
terus meningkat ini dibuktikan dengan laporan dari Bank Muamalat
Indonesia cabang Pekanbaru yang menyatakan adanya peningkatan
nasabahah menggunakan pembiayaan ini setiap tahunnya. Pada tahun
2006 di Bank Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru mempunyai
nasabah pembiayaan sebanyak 1050 orang dengan saldo keseluruhan
berjumlah Rp. 162.318.405.224, tahun 2007 nasabah pembiayaan
sebanyak 1.619 dengan saldo keseluruhan berjumlah Rp.
283.903.103.290, tahun 2008 nasabah pembiayaan sebanyak 1.203
dengan saldo keseluruhan berjumlah Rp. 167.912.075.402, tahun 2009
nasabah pembiayaan sebanyak 1.015 dengan saldo keseluruhan
berjumlah Rp. 124.235.847.815, dan untuk tahun 2010 nasabah
pembiayaan sebanyak 1.154 dengan saldo keseluruhan berjumlah Rp.
133.873.181.750217.
Perkembangan pembiayaan murabahah di Bank Muamalat
Indonesia sudah tidak diragukan, apalagi dengan melihat data-data yang
telah disajikan diatas. Perkembangan ini tidak lain adalah usaha pihak
bank yang ingin mengalihkan pandangan masyarakat, yang sebelumnya
hanya tertuju pada pembiayaan sistem bunga di bank konvensional,
kepada pembiayaan murabahah yang bebas dari bunga bank. Prospek
untuk lebih maju lagi masih terbuka lebar, apalagi didukung oleh
peraturan yang telah menjadi hukum positif di Indonesia, yang selama ini
sangat membantu dalam mengembangkan produk pembiayaan Bank
Muamalat Indonesia. Tidak hanya peraturan dari pemerintah yang
mendukung, tapi peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh syariah
Islam lebih menjamin lagi karena prinsip bermuamalah itu hukumnya
diperbolehkan dan tidak diharamkan segala sesuatunya kecuali ada nashnash yang melarangnya.
Kesepuluh, informasi pembiayaan murabahah diketahui lewat
media cetak dan televisi, pada umumnya memanfaatkan media elektronik
sangat intensif untuk memperkenalkan produknya dan menarik perhatian
dan membujuk masyarakat218.
217

Data nasabah pembiayaan dalam lima tahun terakhir di PT. Bank


Muamalat Indonesia Tbk. cabang Pekanbaru.
218
Iklan merupakan aspek pemasaran yang penting, sebab iklan menentukan
hubungan antara produsen dan konsumen. Secara kongkret, iklan menentukan pola
hubungan penawaran dan permintaan antara produsen dan konsumen, yang pada

109

Pembiayaan murabahah di Bank Muamalat Indonesia promosinya


sangat gencar. Ini terbukti banyaknya iklan-iklan yang dipasang oleh
pihak bank di media cetak untuk menarik perhatian masyarakat.
Banyaknya respon positif yang diberikan masyarakat terhadap iklaniklan yang dilakukan pihak bank, membuat masyarakat banyak beralih ke
pembiayaan murabahah di Bank Muamalat Indonesia dari pada ke
pembiayaan kredit sistem bunga di bank konvensional.
Untuk komponen faktor yang ke dua, ada lima variabel faktor
yang dominan yaitu pembiayaan murabahah bersifat universal,
pembiayaan murabahah adil dalam melakukan transaksi, pelayanan cepat
dan mudah, penampilan karyawan rapi dan sopan, informasi pembiayaan
murabahah diketahui langsung dari pihak bank. Dengan demikian ke
lima variabel faktor memiliki pengaruh signifikan, terlihat dari nilai
faktor loading yang ada219.
Pertama, pembiayaan murabahah bersifat universal, yang berarti
dalam persepsi masyarakat, bank syariah itu tidak hanya khusus bagi
orang Islam saja, karena ditinjau dalam agama manapun bank syariah
lebih baik dari pada bank konvensional yang menggunakan sistem bunga.
Dalam pandangan agama baik itu Yahudi, Nasrani apalagi Islam
menyatakan bahwa bunga bank tidaklah membawa faedah yang baik bagi
seseorang, dan pandangan beberapa tokoh filsuf Yunani yang terkenal di
dunia juga menyatakan bunga bank itu tidak baik220.
gilirannya ikut pula menentukan harga barang yang dijual di dalam pasar. Ada pendapat
yang mengatakan bahwa produksilah yang menciptakan permintaan, yang kemudian
dispuaskan. Dengan kata lain, bukan permintaan yang melahirkan produksi, malainkan
sebaliknya, produksi yang melahirkan permintaan. Salah satu tokoh yang menyatakan
pendapat seperti ini adalah John K. Galbraith dalam bukunya The Afflueant Society.
Dengan begitu, apa yang dianggap sebagai permintaan masyarakat sesungguhnya
disebabkan, ditimbulkan, dan diciptakan oleh adanya produksi. Permintaan muncul
karena adanya produksi barang tertentu yang ditawarkan didalam pasar. Demi
menciptakan dan membangkitkan permintaan inilah iklan memainkan peran yang sangat
penting dan strategis. persoalan moral dan etis yang timbul adalah dengan scenario ini
kebebasan individu dalam menentukan kebutuhannya dalam masyarakt modern
sekarang ini hampir tidak ada sama sekali. Permintaan, atau bahkan permintaan yang
sudah dianggap sebagai kebutuhan, tidak timbul secara bebas, melainkan dipengaruhi
dan dirangsang dari luar oleh pasar, oleh iklan. Dalam mekanisme semacam ini, iklan
tidak sejalan dengan konsep mengenai kebutuhan atau keinginan yang ditentukan bebas
oleh konsumen sendiri, karena fungsi iklan disini adalah menciptakan permintaan atau
kebutuhan, termasuk kebutuhan yang sebelumnya tidak dirasakan. Lihat, A. Sony
Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya, (Yogyakarta: Kanisius, 1998), 215.
219
Lihat, lampiran pada tabel Factor Component 2, 158.
220
Lihat, Mohamad Hidayat, The Sharia Economic, 66-69.

110

Keuniversalan pembiayaan murabahah di Bank Muamalat


Indonesia dapat dilihat oleh masyarakat dalam bentuk pemilihan nasabah
pembiayaan yang sesuai oleh pihak bank. Kesesuaian yang dimaksudkan
tidak hanya berupa kesamaan prinsip ataupun beragama tapi juga
kesesuaian dalam bertransaksi pembiayaan murabahah.
Kedua, pembiayaan murabahah adil dalam melakukan transaksi,
keadilan bank syariah diimplementasikan dalam bentuk berbagai
keuntungan dan kerugian (profit and loss sharing). Bentuk inilah yang
perlu diperkenalkan dan disosialisasikan kepada masyarakat, sehingga
mereka dapat memahami bahwa bentuk dan sistem demikian lebih baik
dan lebih sesuai dengan salah satu bentuk jual beli.
Lawan dari keadilan adalah berlaku curang. Dalam agama
manapun, perilaku tersebut tidak dibenarkan, tidak hanya dalam
berbisnis tapi juga dalam setiap interaksi masyarakat pada
umumnya.sebagaimana dalam Al-Quran surat al-Muthaffifin ayat 1-3221.
Ketiga, pelayanan cepat dan mudah. Persepsi yang tertanam
dibenak para masyarakat terhadap pembiayaan murabahah memiliki
keunggulan dalam hal pelayanan dan nilai tambah. Menurut Muhammad
SyafiI
Antonio222,
dalam
konteks
marketing
syariah,
pelayanan223merupakan salah satu faktor penting. Baginya, servis harus
dilakukan dengan penuh ketulusan dan keikhlasan. Dalam Islam,
tidaklah seorang merupakan salah satu faktor penting. Baginya, servis
harus dilakukan dengan penuh ketulusan dan keikhlasan. Dalam Islam,
tidaklah seorang melakukan pelayanan kepada saudaranya (pelanggan)
kecuali akan mendapatkan dua keuntungan, keuntungan komersial di
dunia dan keuntungan pahala di akhirat nanti. Karena, tidaklah seseorang
mampu memenuhi kebutuhan orang lain atau meringankan kesulitannya
221

Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan


menimbang)! (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain
mereka minta dicukupkan. Dan apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang
lain), mereka mengurangi (Q,S al-Muthaffifin:1-3)
222
Muhammad SyafiI Antonio, tulisan pengantar dalam, Hermawan Kertajaya
dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2006),
xix.
223
Dalam setiap usaha, variabel pelayanan (Service) penting karena pada
dasarnya manusia selalu ingin diperhatikan dan dilayani, karena sudah merupakan sifat
alamiah (nature) dari manusia sejak kecil diperhatikan dan dilayani oleh keluarga.
Begitu dewasa, terjun ke dalam lingkungan masyarkat yang lebih luas, rasa haus akan
kekeluargaanpun muncul sehingga mereka berusaha mencari tempat dimasyarakat yang
memungkinkan mereka mengaktualisasikan diri mereka dengan nyaman dan damai.
Lihat, Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing,
(Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2006), 183.

111

kecuali dicatat sebagai ibadah. Untuk mencapai sasaran, servis harus


dilakukan melalui suatu proses (value enabler) yang terus menerus.
Rasulullah saw mengatakan, khair al-umu>ri dawa>muha> wain qalla
(Sebaik-baik hal adalah kontinuitasnya sekalipun sedikit). Hanya dengan
kontinuitas atau keistiqamahanlah seseorang mampu mengukuhkan brand
(value indicator) yang merupakan citra produk suatu usaha di pasar.
Keempat, penampilan karyawan rapi dan sopan, pelayanan yang
simpatik, pakaian serta gaya bicara yang sopan dan perhatian terhadap
kebutuhan masyarakat akan informasi terhadap pembiayaan murabahah
sangatlah menjadi ujung tombak dalam meningkatkan pelayanan yang
memuaskan. Dengan bekal tersebut, menjadi salah satu daya tarik untuk
memuaskan, mengembangkan pembiayaan murabahah kedepannya dan
bank syariah pada umumnya.
Sudah dijelaskan diatas tadi bahwa seorang karyawan bank harus
mempunyai etika yang baik, apa lagi seorang karyawan bank syariah
harus mempu mencerminkan syariah Islam. Dalam berpakaianpun
seorang karyawan harus mencerminkan kesopanannya tidak hanya dari
pelayanan yang harus sopan. Pakaiannya pun sudah semestinya sesuai
dengan syariah Islam.
Dan variabel faktor yang terakhir adalah informasi pembiayaan
murabahah diketahui langsung dari pihak bank. Pendekatan untuk
menarik minat nasabah lewat penjualan pribadi224 (personal Selling),
sangatlah jitu, karena salah satu cara menciptakan kepercayaan adalah
dengan promosi yang bersifat hubungan emosional. Program seperti ini
pada dunia perbankan dilakukan oleh semua lapisan yang terlibat
didalamnya, baik sebagai karyawan sampai kepada pejabat bank,
bahkan menjadikan masyarakat nantinya mempunyai tanggung jawab
secara moril untuk mengkampanyekan produk dan jasa perbankan
syariah kepada orang lain.
Personal selling adalah salah satu usaha Bank Muamalat
Indonesia dalam meningkatkan jumlah nasabah. Jika mengharapkan
pihak Bank Indonesia dalam membantu mensosialisasikan pembiayaann
murabahah sangat tidak mungkin. Karena sedikitnya anggaran yang
dikeluarkan oleh pihak Bank Indonesia dalam mensosialisasikan
perbankan syariah, apalagi harus memsosialisasikan salah satu produk
yang menjadi unggulan bank syariah tersebut. Banyaknya masyarakat
224

Personal selling adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk mencari


pembeli, mempengaruhi dan memberi petunjuk agar pembeli dapat menyesuaikan
kebutuhannya drngan produksi yang ditawarkan serta mengadakan perjanjian mengenai
harga yang menguntungkan bagi kedua belah pihak.

112

yang mengetahui langsung tentang pembiayaan murabahah dari bank


syariah memberi dampak positif terhadap persepsi masyarakat pada
pembiayaann murabahah. Masyarakat dapat menanyakan langsung atau
menyampaikan masalah-masalah terkait. yang ada dalam pembiayaan
murabahah
Faktor pembiayaan murabahah bebas dari praktek riba, inovasi
dalam pembiayaan murabahah sejalan dengan kebutuhan masyarakat225.
Dua variabel faktor ini adalah yang paling dominan pada komponen
faktor yang ke tiga.
Pertama, variabel faktor pembiayaan murabahah bebas dari
praktek riba. Ini bisa dibuktikan dengan hadits-hadits Rasulullah saw
yang menyatakan bahwa jual beli itu halal dan para ulama mazhab telah
sepakat bahwa membolehkan pembebanan biaya langsung yang harus
dibayarkan kepada pihak ketiga. Keempat mazhab sepakat tidak
membolehkan pembebanan biaya langsung yang berkaitan dengan
pekerjaan yang memang semestinya dilakukan penjual maupun biaya
langsung yang barkaitan dengan hal-hal yang berguna226.
Dalam perhitungan pembiayaan murabahah di Bank Muamalat
Indonesia sangat menekankan pada transparansi akad yang menjadikan
pembiayaan murabahah jauh dari praktek riba. Sangat berbeda sekali
dengan kredit sistem bunga di bank konvensional yang tidak transparan.
Variabel faktor yang terakhir adalah inovasi dalam pembiayaan
murabahah sejalan dengan kebutuhan masyarakat. Inovasi dalam
pembiayaan murabahah
dapat dilihat dari ada beberapa cabang
pembiayaan murabahah di bank syariah. baik itu murni murabahah
ataupun yang berupa akad murabahah yang dilebarkan kearah akad yang
lebih baik lagi, agar masyarakat dengan leluasa menggunakan
pembiayaan murabahah dalam transaksi yang lainnya.
Inovasi pembiayaan murabahah ini sudah sangat lazim dikenal
kan di negara-negara lain. Salah satunyanya adalah murabahah
commodity, di Indonesia sendiri inovasi terhadap pembiayaan
murabahah masih bisa dikontrol oleh pihak DPS jadi, asalkan akad itu
tidak melanggar hukum yang telah ditetapkan maka inovasi pembiayaan
murabahah itu diperbolehkan pada Bank Muamalat Indonesia.
Faktor komponen yang ke empat ada tiga yaitu pembiayaan
murabahah menekankan pola kemitraan, pembiayaan murabahah lebih
stabil berpeluang dan menjanjikan, karyawannya sangat professional dan
225
226

Lihat, lampiran pada tabel Factor Component 3, 159.


Lihat, Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan,

114.

113

dapat dipercaya. Dengan tiga variabel faktor yang paling dominan dan
berpengaruh signifikan terhadap faktor komponen yang ke empat.
Pertama, variabel faktor pembiayaan murabahah menekankan
pola kemitraan. Bank syariah disini memposisikan dirinya sebagai mitra
kerja atau usaha karena bank syariah mempunyai landasan moral yang
lebih baik dari bank konvensional dalam memberikan pembiayaan pada
nasabah. Di bank syariah, ketika ada masalah yang terjadi pada
pembayaran pembiayaan, mereka pertama sekali akan berpikiran positif
dahulu dan akan menawarkan win - win solution. Sebagaimana Muslim
meriwayatkan dari Abu Qatadah, Rasulullah swa bersabda, Barang
siapa yang senang untuk dibebaskan dari kesulitan kelak pada hari
kiamat. Hendaklah bersikap toleran kepada orang yang berutang
kepadanya atau membebaskannya dari hutangnya227.
Kedua, pembiayaan murabahah lebih stabil berpeluang dan
menjanjikan. kalau dilihat dari pengambilan keuntungan pembiayaan
murabahah di bandingkan kredit sistem bunga, pembiayaan murabahah
lebih stabil karena persentase pengambilan keuntungannya berdasarkan
keuntungan yang didapat oleh nasabah sendangkan pada kredit sistem
bunga persentase pengambilan keuntungan bungannya berdasarkan
besarnya pinjaman nasabah.
Stabilnya pembiayaan murabahah di Bank Muamalat Indonesia
dapat dilihat dari pengambilan keuntungan pihak bank dalam
bertransaksi ini, stabilnya pembiayaan murabahah sangat dirasakan
masyarakat, karena mayoritas yang menggunakan pembiayaan
murabahah adalah dengan jenis pembiayaan produktif. Hal ini sangat
mendukung masyarakat dalam menentukan pengelolaan usaha mereka.
Ketiga, Bank Muamalat mempunyai banyak kendala
mensosialisasikan pembiayaan murabahah, kendala-kendala yang
dirasakan oleh pihak bank dalam mensosialisasikan pembiayaan murabah
adalah sosialisasi sistem syariah. karena banyak masyarakat yang belum
paham benar dengan sistem syariah. mereka masih beranggapan bahwa
sistem syariah sama saja dengan sistem konvensional seperti disertasi
yang telah dijadikan buku karangan Abdullah Saeed yang berjudul
Islamic Banking and Interest dimana kesimpulan penelitiannya
menyatakan bahwa yang membedakan Bank syariah dan Bank
Konvensional hanya pada label-label produknya saja.

227

Lihat, Imam Nawawi, Ringkasan Riyadhush Shalihin,(Bandung: Irsyad


Baitus Salam, 2006), 429.

114

Sumber daya manusia juga merupakan kendala yang patut


diperhitungkan bagi pihak bank syariah karena selama ini belum
banyaknya SDM yang berkualitas atau paham betul dengan sistem
syariah. Walaupun banyak sarjana-sarjana ekonomi Islam yang telah
diciptakan di Universitas terkemuka tapi mereka belum mempunyai skill
yang tepat dalam mensosialisasikan sistem syariah ini.
Sarana dan prasarana yang menunjang juga menjadi kendala
dalam mensosialisasikan pembiayaan murabahah, karena Bank Indonesia
sangat minim sekali memberikan bantuan dana untuk menunjang sarana
dan prasarana yang di butuhkan oleh bank syariah.

C. Perilaku Masyarakat terhadap Pembiayaan Murabahah


Dalam variabel perilaku akan dihitung seberapa besar perilaku
masyarakat terhadap pembiayaan murabahah. Pertama sekali akan
dilakukan pengujian mean, median dan modus, setelah itu dilakukan uji
validitas dan reliabilitas dan yang terakhir menggunakan analisis faktor,
agar diketahui faktor-faktor mana saja yang paling berpengaruh pada
perilaku masyarakat terhadap pembiayaan murabahah di Bank Muamalat
Indonesia cabang Pekanbaru.
1. Uji Validitas dan Reabilitas
Uji validitas dan reabilitas digunakan untuk mengetahui apakah
pertanyaan yang diajukan valid dan realibel sehingga pertanyaan yang
diajukan nanti konsisten dan stabil dari waktu ke waktu. Hal ini
dilakukan agar tidak terdapat pertanyaan yang sama ataupun kurang
dipahami oleh responden dari seluruh item pertanyaan yang diajukan.
Sehingga butir-butir pertanyaan tersebut benar-benar bisa digunakan apa
yang diukur dan menunjukkan keandalan suatu alat ukur.
Suatu angket dikatakan valid (sah) jika pertanyaan pada suatu
angket mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh angket
tersebut. Jika korelasi antara masing-masing indikator variabel terhadap
total skor konstruk atau variabel menunjukkan hasil yang signifikan, dari
tabel validitas menyatakan indikator adalah valid228. Ini dibuktikan
dengan perhitungan r tabel pada penelitian ini terdapat n = 92-2 =90,
dengan tingkat signifikan 5%, maka akan didapat hasilnya 0,205 229. Nilai
r (nilai cored item-total coralation) untuk setiap item pertanyaan adalah
positif dan mempunyai nilai lebih besar dari r tabel (0.205), maka semua
228

Lihat, tabel pada lampiran Item-Total Statistics, 161.


Lihat, r tabel untuk melihat perbadingan pada uji validitas dan realibilitas
pada lampiran, 152.
229

115

butir item pertanyaan tersebut valid untuk mengukur validitas faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku dalam penelitian ini.
Sedangkan untuk mengukur reliabilitasnya menunjukkan Alpha
yang bertanda positif sebesar 0,857230, dan lebih besar dari r tabel
(0,205),
maka semua item pertanyaan tersebut reliable untuk
mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dalam penelitian
ini.
2. Analisis Mean, Median, Modus (Mode)
Hasil jawaban respon menunjukkan semua median menunjukkan
kode 4 yang berarti setuju atau tidak setuju untuk pertanyaan terbalik.
Modus sendiri terdiri dari 16 yang mempunyai kode 4 yang berarti setuju
dan 4 sisanya yang mempunyai kode 3 yang berarti netral atau ragu-ragu
ataupun tidak tahu. Sedangkan untuk nilai meannya ada 15 faktor yang
mempunyai nilai rata-rata antara 3,5 sampai 4. Untuk nilai rata-rata 4
sampai 4,5 ada 5 faktor231. Hal ini mengindikasi bahwa mayoritas faktorfaktor yang disebutkan dalam penelitian ini mempunyai pengaruh
penting terhadap pembiayaan murabahah.
Pertanyaan pertama pada variabel perilaku adalah Memilih
Pembiayaan Murabahah di Bank Muamalat karena agama melarang riba.
Ada kode 4 untuk modus dalam pertanyaan ini. Yang berarti bahwa
responden setuju akan pernyataan tersebut.
Bank Muamalat Indonesia adalah bank syariah yang berlandaskan
akan ajaran Islam yang berakar pada Al-Quran dan Hadist nabi. Seperti
firman Allah swt dalam surah Al-Baqarah ayat 275 yang
menyatakan bahwa orang yang mengambil riba sama dengan orang yang
kerasukan syetan232.
230
231

Lihat , lampiran tabel pada Reliability Statistics, 160.


Lihat, lampiran pada tabel Mean, Median, Mode (modus) faktor Perilaku,

162.





Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit
gila. keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata

116

Pertanyaan kedua pada variabel perilaku adalah memilih


pembiayaan murabahah di Bank Muamalat dikarenakan kredibilitas,
kepercayaan dan keamanan. Dalam pertanyaan ini responden
menjawab dengan modus kode 3, berarti jawaban responden netral
atau ragu-ragu atas pertanyaan tersebut233.
Kunci kesuksesan suatu bank syariah sangat ditentukan oleh
tingkat kepercayaan publik terhadap kekuatan finansial bank yang
bersangkutan, dan kepercayaan terhadap kesesuaian operasional bank
dengan sistem syariah Islam. Kepercayaan ini terutama kepercayaan
yang diberikan oleh para depositor dan investor, dimana keduanya
termasuk stakeholder utama sistem perbankan di dunia ini. Salah satu
sumber utama untuk meraih kepercayaan publik adalah tingkat
kualitas informasi yang diberikan kepada publik, dimana bank syariah
harus mampu meyakinkan publik bahwa ia memiliki kemampuan dan
kapasitas di dalam mencapai tujuan-tujuan finansial maupun tujuantujuan yang sesuai dengan syariat Islam234.
Pertanyaan ketiga pada variabel perilaku adalah bandingkan
dengan kredit sistem bunga di bank konvensional, apakah pembiayaan
murabahah di Bank Muamalat lebih sesuai untuk anda. Dalam
pertanyaan ini responden menjawab dengan modus kode 3, berarti
jawaban responden netral atau ragu-ragu atas pertanyaan tersebut235.
Dengan banyaknya responden yang menjawab dengan angka 3
yaitu ragu-ragu atau netral. Maka dapat disimpulkan bahwa kesesuaian
dalam memilih pembiayaan murabahah atau kredit sistem bunga adalah
tergantung dari nasabahnya sendiri, kebutuhannya dalam faktor-faktor
lain yang mendukung.
(berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang Telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka
baginya apa yang Telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya
(terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah
penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
233
Lihat, lampiran pada tabel Mean, Median, Mode (modus) faktor Perilaku,
162.
234
Lihat, Abdul Fossei, Urgensi Standarisasi Akuntansi Perbankan
Syariah.(2010).
http://www.facebook.com/topic.php?uid=104828002887494&topic=146
235
Lihat, lampiran pada tabel Mean, Median, Mode (modus) faktor Perilaku,
162.

117

Pertanyaan empat, pada variabel perilaku adalah Memilih


pembiayaan murabahah karena halal dan berbeda secara prinsip
dengankredit sistem bunga di bank konvensional. Responden kebanyakan
menjawab dengan kode 4 atau setuju236.
Bagaimana hukum praktek akad murabahah dalam persepektif
hukum Islam". Hasil kajian ini Mura>bah}ah adalah akad jual beli antara
bank dan nasabah di mana bank membeli barang yang diperlukan oleh
nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan
sebesar harga perolehan ditambah dengan margin yang disepekati antara
bank dan nasabah. Para Ulama' berbeda pendapat tentang hukum akad
seperti ini. Pendapat yang tidak membolehkan yaitu al-Malikiyah.
Pendapat yang membolehkan adalah pendapat al-Shafiiyah, alHanafiyah, dan al-Hanabilah, dengan syarat jika fase perjanjian itu tidak
mengikat secara hukum, tetapi jika perjanjian itu mengikat secara
hukum, hukumnya haram.
Pendapat yang ketiga adalah pendapat dari Dewan Syariah
Nasional dan pendapat hasil Mu'tamar al-Mas}raf al-Islami di
Dubai yaitu hukumnya boleh dan perjanjiannya mengikat secara hukum.
Pendapat ini memang berdasar bahwa murabahah adalah akad yang baru
dan harus dicarikan jalan keluar hukumya secara ijtihad baru mengingat
akad ini telah digunakan dan telah dibutuhkan oleh masyarakat dan demi
memenuhi kebutuhan fatwa dalam masalah ini, dan dengan
menggunakan kaedah bahwa setiap muamalah pada dasarnya hukumnya
adalah boleh, hingga ada nas} dari Shari yang melarangnya237.
Pertanyaan kelima pada variabel perilaku adalah memilih
pembiayaan murabahah di Bank Muamalat karena ini mencari variasi
lain dari pembiayaan yang telah digunakan sebelumnya. Mayoritas
responden menjawab dengan kode 4 yang berarti setuju238.
Dari tipe proses pembelian konsumen terdapat proses limited
decision makin yaitu konsumen kadang-kadang mengambil keputusan
walaupun mereka tidak memiliki keterlibatan kepentingan yang tinggi,
mereka hanya memiliki sedikit pengalaman masa lalu dari produk
236

Lihat, lampiran pada tabel Mean, Median, Mode (modus) faktor Perilaku,

162.
237

Lihat, Sirajul Arifin,Praktek Akad Murabahah Perbankan Syariah dalam


Perspektif Hukum Islam (Tesis, IAIN Sunan Ampel, 2009) 67.
238
Lihat, lampiran pada tabel Mean, Median, Mode (modus) faktor Perilaku,
162.

118

tersebut. Konsumen membeli barang mencoba-coba untuk


membandingkan terhadap yang lainnya. Pencarian informasi dan evaluasi
terhadap pilihan merek lebih terbatas dibanding pada proses pengambilan
keputusan yang komplek. Pengambilan keputusan terbatas juga terjadi
ketika konsumen mencari variasi. Keputusan itu tidak direncanakan,
biasanya dilakukan seketika berada dalam bank. Keterlibatan
kepentingan yang rendah, konsumen cenderung akan berganti merek
apabila sudah mosan mencari variasi lain sebgai perilaku pencari variasi
akan melakukan apabila resikonya minimal239.
Pertanyaan keenam pada variabel perilaku adalah memilih
pembiayaan murabahah di Bank Muamalat lebih menguntungkan dari
pada kredit sistem bunga di bank konvensional. Responden dalam
menjawab pertanyaan ini mayoritas menjawab dengan kode 4 atau
setuju240.
Untuk melihat keuntungan dalam pembiayaan murabahah dapat
dilihat dari perbedaan pembiayaan murabahah dan kredit sistem bunga.
Yaitu di pembiayaan murabahah penentuan bagi hasil dibuat sewaktu
perjanjian berdasarkan laba rugi objek yang dibiayai, dihitung
berdasarakan jumlah keuntungan yang diperoleh, bila terjadi kerugian
akan ditanggung bersama sesuai dengan porsi modal, jumlah bagi hasil
meningkat seiring peningkatan keuntungan yang diperoleh. Sedangkan
pada kredit sistem bunga penentuan bunga dibuat sewaktu perjanjian
tanpa berdasarkan orientasi hasil objek yang dibiayai, dihitung
berdasakan nilai kredit yang diberikan, pembayaran bunga tanpa
mempertimbangkan apakah proyek yang dilaksanakan untung atau rugi,
perolehan bunga yang diterima bank bersifat tetap, meski keuntungan
berlipat ganda, sebagian besar agama mengharamkan sistem bunga241.
Pertanyaan ketujuh pada variabel perilaku adalah pembiayaan
murabahah di Bank Muamalat sebagai pesaing baru yang berkembang
dengan capat dari kredit sistem bunga di bank konvensional. Responden
mayoritas menjawab dengan kode 3 atau netral atau ragu-ragu242.

239

Lihat, Philip Kotler, Marketing Management: Analysis, Planning,


Implementation, and Control 11th edition, 129.
240
Lihat, lampiran pada tabel Mean, Median, Mode (modus) faktor Perilaku,
162.
241
Hasil wawancara dengan staff pemasaran Bank Muamalat Indonesia cabang
Pekanbaru
242
Lihat, lampiran pada tabel Mean, Median, Mode (modus) faktor Perilaku,
162.

119

Persaingan usaha antar bank yang semakin tajam dewasa ini telah
mendorong munculnya berbagai jenis produk dan sistem usaha dalam
berbagai keunggulan yang kompetitif. Dalam situasi seperti ini bank
konvensional akan menghadapi persaingan baru dengan pertumbuhan
lembaga keuangan dengan sistem syariah243.
Sementara, yang berpendapat ragu-ragu cukup menempati jumlah
suara yang banyak pula. memandang prospek bank syariah yang kurang
jelas. Alasan mereka bisa jadi karena dipengaruhi oleh, perjalanan dan
pengalaman yang masih tergolong hijau. Di sisi lain bahwa
keberadaan bank konvensional telah mengakar di tengah-tengah
masyarakat pada umumnya.
Pertanyaan kedelapan pada variabel perilaku adalah salah satu
motivasi menggunakan pembiayaan murabahah di Bank Muamalat
cabang Pekanbaru karena tidak menggunakan sistem bunga. Mayoritas
responden menjawab dengan kode 4 yang berarti setuju244.
Perbedaan pendapat terhadap bunga bank masih terus berlanjut
baik dikalangan ulama maupun masyarakat Islam di Indonesia.
Perdebatan masih terjadi di kalangan ulama dan ahli agama. Sebagian
ulama berkeyakinan bahwa bunga bank termasuk dalam kategori riba
sehingga haram hukumnya. Sebagaian lagi berpendapat bahwa dalam
kondisi terpaksa dimana belum ada lembaga keuangan alternatif masih
diperbolehkan, namun ada juga yang berpendapat selama tidak
memberatkan, dan pada sisi lain nilai riil uang juga mengalami
penurunan akibat inflasi, masih diperbolehkan. Jika pada tingkat ulama
memiliki perbedaam pendapat, maka dikalangan masyarakat dapat
dipastikan
juga lebih banyak pendapat terhadap bunga bank,
implementasinya dalam sistem perbankan konvensional dan juga
pendapat terhadap sistem perbankan syariah (yang menerapkan sistem
bagi hasil)245.
Pertanyaan kesembilan pada variabel perilaku adalah memilih
pembiayaan murabahah di Bank Muamalat ada kejelasan akad atau
transaksinya. Kebanyakan responden menjawab dengan kode 4 yaitu
setuju akan pernyatanyaan tersebut246.
243

Lihat, Chairuddin Syah Nasution, Manajemen Kredit Syariah Bank


Muamalat,(2003), http://www.docstoc.com/docs/17726639/MANAJEMEN-KREDITSYARIAH
244
Lihat, lampiran pada tabel Mean, Median, Mode (modus) faktor Perilaku,
162.
245
Lihat, Kerjasama Direktorat Perbankan Syariah-Bank Indonesia dengan
Institut Pertanian Bogor, Potensi,Prefensi, dan Perilaku Masyarakat Terhadap Bank
Syariah,(2000)
http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/0DF09BE2-9FDE-49F0-88AC248B7B0856DD/13436/ringaksan-eks-sumatrautara-pdf

120

Berbicara mengenai masalah muamalah, Islam sangat


menekankan pentingnya peranan akad dalam menentukan sah tidaknya
suatu perjanjian bisnis. Yang membedakan ada tidaknya unsur riba dan
gharar (penipuan) dalam sebuah transaksi adalah terletak pada akadnya.
Sebagai contoh adalah akad murabahah dan pinjaman bunga dalam bank
konvensional. Secara hitungan matematis, boleh jadi keduanya sama.
Misalnya, seseorang membutuhkan sebuah barang dengan harga pokok
Rp 1000. Jika ia pergi ke bank syariah dan setuju untuk mendapatkan
pembiayaan dengan pola murabahah, dengan margin profit yang
disepakatinya 10 %, maka secara matematis, kewajiban orang tersebut
adalah sebesar Rp 1100. Jika ia memilih bank konvensional, yang
menawarkan pinjaman dengan bunga sebesar 10 %, maka kewajiban
yang harus ia penuhi juga sebesar Rp 1100. Namun demikian, transaksi
yang pertama (murabahah) adalah halal, sedangkan yang kedua adalah
haram. Perbedaannya adalah terletak pada faktor akad247.
Pertanyaan kesepuluh pada variabel perilaku adalah memilih
pembiayaan murabahah karena aksestabilitas mudah dijangkau.
Responden menjawab kebanyakan setuju yaitu dengan memilih kode
4.248 Aksestabilitas masyarakat Pekanbaru untuk mendapatkan pelayanan
Bank Muamalat sangatlah mudah, karena Bank Muamalat yang berada di
Pekanbaru sudah mempunyai 4 cabang pembantu dan akses untuk ke
bankpun sangat mudah karena cabang-cabang tersebut berada di tengahtengah kota yang mempunyai akses untuk kendaraan umum dan pribadi.
Sedangkan untuk akses ATM nya Bank Muamalat sudah bekerja sama
dengan beberapa bank yang tergabung dalam pengelolaan ATM bersama.
Jadi nasbah Bank Muamalat dapat dengan mudah memakai
ATM dari Bank mana saja, asalkan bank tersebut ada berlogo ATM
bersama249.
Pertanyaan kesebelas pada variabel perilaku adalah memilih
pembiayaan murabahah di Bank Muamalat karena keinginan sendiri.

246

Lihat, lampiran pada tabel Mean, Median, Mode (modus) faktor Perilaku,

247

Lihat, Adiwarman A.Karim, Bank Islam: Analisis fiqh dan Keuangan, 34


Lihat, lampiran pada tabel Mean, Median, Mode (modus) faktor Perilaku,

162.
248

162.
249

Hasil wawancara dengan staff pemasaran Bank Muamalat Indonesia cabang


Pekanbaru, pada tanggal 6 maret 2011.

121

Dalam pernyataan ini pun responden mayoritas menjawab dengan kode 4


atau jawaban setujunya250.
Motivasi dari diri sendiri adalah karakteristik psikologis yang
berada dari setiap orang yang memandang responnya terhadap
lingkungan yang relative konsisten. Kepribadian dapat merupakan suatu
variabel yang sangat berguna dalam menganalisa perilaku konsumen.
Bila jenis- jenis kepribadian dapat diklasifikasikan dan memiliki korelas
yang kuat antara jenis-jenis kepribadian tersebut dengan berbagai pilihan
produk atau merek251.
Pertanyaan kedua belas pada variabel perilaku adalah memilih
pembiayaan murabahah di Bank Muamalat karena dukungan keluarga
dan kerabat. Responden dalam menjawab pertanyaan ini mayoritas setuju
dalam pernyataan ini dengan kode 4252.
Keluarga merupakan kelompok rujukan yang utama untuk
berbagai sikap dan perilaku. Gaya pengambilan keputusan keluarga
sering dipatuhi oleh gaya hidup, peran, dan faktor-faktor budayanya.
Keluarga memiliki struktur sendiri, seperti juga yang terjadi pada
masyarakat, di mana setiap anggota memainkan perannya masingmasing. Bagi pemasar adalah penting untuk membedakan peran setiap
anggota keluarga dalam tujuan untuk mengoptimalkan strategi
pemasaran253.
Pertanyaan ketiga belas pada veriabel perilaku adalah memilih
pembiayaan murabahah di Bank Muamalat karena di dukung oleh
lingkungan kerja dan masyarakat. untuk nilai yang sering muncul dalam
jawaban responden adalah angka 4 yang berarti setuju254.

250

Lihat, lampiran pada tabel Mean, Median, Mode (modus) faktor Perilaku,

162.
251

Lihat, Ikrama Nailul Sari, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nasabah


Memilih Bank Muamalat Cabang Batam Tahun 2009-2010, (Skripsi, UII
Yogakarta,2010), 20.
252
Lihat, lampiran pada tabel Mean, Median, Mode (modus) faktor Perilaku,
162.
253
Lihat, Ikrama Nailul Sari, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nasabah
Memilih Bank Muamalat Cabang Batam Tahun 2009-2010, (Skripsi, UII
Yogakarta,2010), 18.
254
Lihat, lampiran pada tabel Mean, Median, Mode (modus) faktor Perilaku,
162.

122

Faktor lingkungan adalah faktor yang paling mempengaruhi


seseorang dalam mengambil keputusan. Hal ini berkaitan erat dengan
apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Lingkungan kerja ataupun
masyarakat adalah faktor utama seseorang dalam mengambil keputusan
karena di masyarakat seseorang lebih lama berinteraksi dalam satu hari
dari pada dengan keluarganya sendiri.
Pertanyaan ke empat belas pada variabel perilaku adalah memilih
margin yang tinggi dan hadiah yang menarik menjadi sugesti untuk
memilih pembiayaan di bank. Yang mendapat kode 4 atau setuju dalam
mayoritas jawaban responden255.
Salah satu cara yang efektif dan sangat mungkin untuk
dilaksanakan untuk memasarkan perbankan syariah adalah dengan cara
viral marketing yang merupakan teknik pemasaran dengan menggunakan
jaringan sosial untuk mencapai suatu tujuan pemasaran tertentu yang
dilakukan melalui proses komunikasi yang secara berantai
memperbanyak diri. Dengan cara ini perbankan syaraih tidak akan
mengeluarkan biaya yang begitu besar untuk mendapatkan konsumen,
justru konsumen itu sendiri yang akan menjadi tenaga pemasar bagi
industri. Karena, mereka yang merasa terpuaskan oleh pelayanan, hadiah
yang diberikan oleh perbankan akan mensugesti orang lain agar
merasakan hal yang sama dengan mereka. Viral marketing juga sangat
dikatakan sebagai pemasaran dari mulut kemulut256.
Pertanyaan kelima belas pada variabel perilaku adalah memilih
pembiayaan murabahah di Bank Muamalat dan terus tetap sebagai
nasabahnya karena faktor kebiasaan menggunakan pembiayan ini.
Responden dalam menjawab pertanyaan ini mayoritas menjawab dengan
kode 4 atau setuju257.
Faktor kebiasaan seseorang dapat menjadikan seseorang dalam
tahap loyalitas pada sesuatu dan tentunya menimbulkan kepercayaan
pada sesuatu tersebut, yang akan membuat orang tersebut hanya akan
255

Lihat, lampiran pada tabel Mean, Median, Mode (modus) faktor Perilaku,

162.
256

Lihat, Haritsman Hamman, Viral Marketing Bank Syariah (Jakarta, PT.


Raja Grafindo Persada, 2007), 58.
257
Lihat, lampiran pada tabel Mean, Median, Mode (modus) faktor Perilaku,
162.

123

memilih dan tidak akan tergoyahkan pilihannya pada yang lainnya


walaupun dengan jenis yang sama258.
Pertanyaan keenam belas pada variabel perilaku adalah senang
merekomendasikan hal baru pada keluarga dan teman. untuk nilai yang
sering muncul dalam jawaban responden adalah angka 4 yang berarti
setuju259.
Seperti telah disebutkan diatas bahwa viral marketing sangat
berpengaruh pada pemasaran produk di suatu perusahaan karena
memasarkannya melalui mulut kemulut. Hal ini menjadi lebih efektif
karena seseorang yang melakukan viral marketing pada keluarga dan
temannya akan dapat secara optimal menggambarkan apa maksud dari
perusahaan yang bersangkutan260.
Pertanyaan ke tujuh belas pada variabel perilaku adalah merasa
tenang untuk menjadi nasabah pembiayaan murabahah jika orang lain
telah memberi tahu bahwa pembiayaan murabahah terbukti baik.
Kebanyakan responden menjawab dengan kode 3 atau netral atau raguragu261.
Pengambilan keputusan karena telah menunjukkan bukti yang
real, akan membuat seseorang lebih percaya diri untuk menentukan
pilihannya . ini berkaitan langsung terhadap perilaku seseorang dalam
bersikap dan mencerminkan bagaimana seseorang dalam menanggapi
suatu masalah dalam kehidupannya262.
Pertanyaan kedelapan belas pada variabel perilaku adalah tetap
bersedia menjadi nasabah pembiayaan murabahah dan tidak akan
memilih pembiayaan lainnya. Ada kode 4 untuk modus dalam pertanyaan
ini. Yang berarti bahwa responden setuju akan pernyataan tersebut263.
Loyalitas dapat dijelaskan melalui loyalitas afektif dan konatif.
Kepuasan merupakan konsep kompleks dengan komponen afektif. Salah
satu manifestasi yang diharapkan adalah emosi kepuasan, komponen
yang berdasarkan perasaan akan mempunyai pengaruh kuat terhadap
hasil-hasil yang emosional berdasarkan perasaan. Hubungan antara
258

Lihat, Stephen P. Robbins, Organizational Behavior, 9th Edition, (New


Jersey: Prentice-Hall International, 2001),287.
259
Lihat, lampiran pada tabel Mean, Median, Mode (modus) faktor Perilaku,
162.
260
Lihat, Haritsman Hamman, Viral Marketing Bank Syariah, 59.
261
Lihat, lampiran pada tabel Mean, Median, Mode (modus) faktor Perilaku,
162.
262
Lihat, Stephen P. Robbins, Organizational Behavior, 9th Edition, 123.
263
Lihat, lampiran pada tabel Mean, Median, Mode (modus) faktor Perilaku,
162.

124

nasabah dan pelayanan yang baik, kepercayaan , komitmen agama dan


atribut produk yang sifatnya Islami membentuk hubungan emosional
dan ikatan-ikatan yang kuat. Semakin puas nasabah maka semakin loyal
nasabah pada Bank Muamalat264.
Pertanyaan kesembilan belas pada variabel perilaku adalah
memilih pembiayaan murabahah karena prosesnya tidak berbelit-belit.
Dalam pernyataan ini pun responden mayoritas menjawab dengan kode 3
atau jawaban ragu-ragu ataupun netral265.
Prinsipnya, dalam jual beli, pedagang akan mengambil manfaat
berupa margin atau keuntungan yang didapatkan dari selisih harga jual
dan harga beli barang. Harga jual pasti diusahakan lebih tinggi dari harga
beli agar pedagang dapat hidup dari kegiatan jual beli. Sebagaimana
pedagang, Bank Syariah dalam kegiatan pembiayaan jual beli murabahah
juga menentukan margin yang wajar dari kegiatan jual beli, apalagi Bank
Syariah memberikan kemudahan kepada nasabah berupa pelunasan
barang secara cicilan. Bank Syariah bukanlah lembaga non profit
sehingga tetap membutuhkan keuntungan dari usaha jual beli yang
dilakukannya untuk membiayai operasional usaha. Pertanyaannya yang
muncul adalah berapa margin yang dianggap wajar oleh kedua pihak
(bank syariah dan nasabah) Apakah mengacu pada suku bunga
pembiayaan bank konvensional.
Pembahasan mengenai hal ini akan cukup panjang dan menurut
saya lebih bijaksana jika dibahas secara terpisah. Skim jual beli
murabahah ini memiliki perbedaan signifikan dengan skim kredit
pembelian barang bank konvensional. Perbedaan terbesar adalah pada
prinsip kepastian harga jual barang oleh bank (harga perolehan nasabah).
Harga perolehan nasabah tidak akan berubah selama proses pembiayaan
sehingga cicilan nasabah tidak akan terpengaruh oleh naik turunnya suku
bunga bank. Kondisi ini sangat terasa menguntungkan nasabah bank
syariah terutama ketika masa krisis moneter di tahun 1997. Saat itu suku
bunga pada bank konvensional melonjak tinggi karena bank umum
berusaha menghindari negative spread (selisih suku bunga pinjaman
dengan suku bunga dana yang negatif) akibat tingginya cost of fund dana
pada masa-masa minimnya likuiditas bank. Cicilan nasabah bank syariah
264

Lihat, Veithzal Rivai, Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sistem Ekonomi


Islam Bukan Hanya Solusi Menghadapi Krisis Namun Solusi dalam Menghadapi
Berbagai Persoalan Perbankan dan Ekonomi global, 675.
265
Lihat, lampiran pada tabel Mean, Median, Mode (modus) faktor Perilaku,
162.

125

tidak terpengaruh oleh kondisi ini, kebalikannya nasabah bank


konvensional babak belur dengan cicilan yang tiba-tiba melonjak
tinggi266.
Pertanyaan kedua puluh pada variabel perilaku adalah adanya
rasa puas setelah menggunakan pembiayaan murabahah di Bank
Muamalat. Yang mendapat kode 4 atau setuju dalam mayoritas jawaban
responden267. kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang
yang muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil) produk yang
dipikirkan terhadap kinerja atau hasil yang diharapkan. Jika kinerja
berada di bawah harapan, pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi
harapan, pelanggan merasa puas. Jika kinerja melebihi harapan, maka
pelanggan amat puas atau amat senang. Dengan memahami tingkat
kepuasan pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan, maka
perusahaan dapat mengetahui kesenjangan antara yang dilakukan
perusahaan dan yang pelanggan butuhkan, sehingga perusahaan dapat
menentukan langkah yang tepat untuk melakukan perbaikan di masa
mendatang268.
3. Analisis Faktor Utama yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat
terhadap Pembiyaan Murabahah
Sama halnya dengan analisis faktor persepsi masyarakat terhadap
pembiayaan murabahah yang menggunakan teknik analisis faktor dengan
tujuan mendapatkan variabel utama yang dominan mempengaruhi
perilaku masyarakat terhadap pembiayaan murabahah. Dengan
memasukkan seluruh variabel, maka tabel pertama yang muncul adalah
KMO and barletts Test. Terlihat angka KMO Measure of Sampling
Adequency (MSA) adalah 0,562. Oleh karena angka MSA di atas 0,5
maka kumpulan variabel faktor-faktor tersebut dapat diproses lebih
lanjut. Kesimpulan yang sama juga dapat dilihat pada angka Barletts
Test of Sphericity (yang ditampakkan dengan angka Chi Square) sebesar
1644,837 dengan signifikasi 0,000269.

266

Lihat, Kartajaya,Hermawan dan Muhammad Syakir Sula, Syariah


Marketing, cet, ke-2 (Bandung: Mizan, 2006), 87.
267
Lihat, lampiran pada tabel Mean, Median, Mode (modus) faktor Perilaku,
162.
268
Lihat, Philip Kotler, Marketing Management: Analysis, Planning,
Implementation, and Control 11th edition, 182.
269
Lihat, lampiran pada tabel KMO and Bartletts Test, 163.

126

Semua variabel yang akan diteliti dimasukkan ke analisis faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat terhadap pembiayaan
murabahah. Dengan total varians masing-masing, maka total varians
adalah 20 x 1 = 20. Varians faktor 1 tersebut adalah 4,974 / 20 x 100% =
24,869%, faktor yang ke dua adalah 4,338 / 20 x 100% = 21,689%,
faktor yang ke tiga adalah 3,668 /20 x 100% = 18,342%, faktor yang ke
empat adalah 3,380 / 20 x 100% = 16, 898, dan faktor yang terakhir
adalah 1,126 / 20 x 100% = 5, 632 %, selanjutnya dapat dilihat pada tabel
Total Variance Explained 270.
Total jumlah keseluruhan varians dari lima faktor sebesar
87,429% yang menggandung arti bahwa dari seluruh faktor yang nanti
terbentuk, memberikan penjelasan sebesar 87,429%. Nilai eagen values
menunjukkan kepentingan relatif masing-masing faktor dalam
menghitung varians ke lima variabel yang dianalisis. Susunan eigen
values selalu diurutkan dari yang terbesar sampai yang terkecil, dengan
kriteria bahwa angka eigen values di bawah angka 1 tidak digunakan
dalam menghitung faktor yang terbentuk, yang mempunyai nilai eigen
values di atas angka 1, sedangkan untuk faktor yang ke 6 angka eigen
values sudah dibawah angka 1271.Setelah diketahui bahwa 5 faktor
adalah jumlah yang paling optimal, maka tabel Rotated Component
Matrix menunjukkan distribusi ke 20 faktor variabel tersebut pada 5
faktor yang terbentuk. Angka yang ada pada tabel tersebut adalah factor
loading, atau besar korelasi antara suatu variabel dengan lima faktor
sebagai berikut:
Variabel faktor pembiayaan murabahah ada kejelasan akad atau
transaksi, memilih pembiayaan murabahah karena dukungan keluarga
dan kerabat, pembiayaan murabahah berbeda secara prinsip, memilih
pembiayaan dikarenakan bunga tinggi dan hadiah, dan proses
pembiayaan murabahah tidak berbelit-belit. Menjadi variabel faktor yang
memiliki korelasi kuat pada komponen faktor 1272. Dengan demikian
lima atribut tersebut memiliki pengaruh signifikan dalam mempengaruhi
perilaku masyarakat.
Pertama, pembiayaan murabahah berbeda secara prinsip,
pembiayaan murabahah sangat berbeda secara prinsip. Seperti yang telah
dijelaskan diatas bahwa pembiayaan murabahah adalah akad dimana
270

Lihat, lampiran pada tabel Total Variance Explained, 164.


Lihat, lampiran pada tabel Total Variance Explained, 164.
272
Lihat, lampiran pada tabel Factor Component 1, 67.
271

127

keuntungan nantinya telah disepakati oleh kedua belah pihak (bank


syariah dan nasabah), sedangkan pada pembiayaan sistem bunga bank
konvensional tidak memberikan gambaran yang jelas dalam pengambilan
keuntungan pada nasabahnya273.
Prinsip ini juga didukung oleh tingkat pemahaman masyarakat
terhadap akad pembiayaan murabahah yang mereka lakukan, dari analisis
karakteristik responden telah tampak dengan jelas bahwa pemahaman
masyarakat yang berpendidikan lebih baik terhadap Bank Muamalat
Indonesia dari pada mereka yang berpendidikan rendah.
kedua, variabel faktor pembiayaan murabahah ada kejelasan akad
atau transaksi. Dalam kejelasan akad pembiayaan murabahah dapat
dikatakan bahwa akad tersebut telah sah menurut imam mazhab karena
Rasulullah telah lazim melakukannya dan diikuti oleh para sahabat274.
Karena defenisinya disebutkan adanya keuntungan yang disepakati,
karakteristik murabahah adalah si penjual harus memberi tahu pembeli
tentang harga pembelian barang dan menyatakan jumlah keuntungan
yang ditambahkan pada biaya tersebut275.
273

Lihat, Karim,Adiwarman A, Bank Islam: Analisis fiqh dan Keuangan.


Sabda Rasulullah "Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak
secara tunai (murabahah), muqaradhah (nama lain dari mudharabah) dan mencampur
tepung dengan gandum untuk kepentingan rumah, bukan untuk diperjualbelikan."(HR.
Ibnu Majah)
275
Para ulama mazhab berbeda pendapat tentang biaya apa saha yang dapat di
bebankan kepda harga jual barang tersebut. Misalnya ulam mazhab maliki
mmebolehkan biaya-biaya yang langsung terkait dengan transaksi jual beli itu dan
biaya-biaya tidak langsung terkait dengna transaksi tersebut, namun memberikan nilai
tambah pada barang itu.
Ulama mazhab SyafiI membolehkan membebankan biaya-biaya yang secara
umum timbul dalam suatu transasksi jual beli kecuali biaya tenaga kerjanya sendiri
karena komponen ini termasuk dalam keuntunganya. Begitu pula biaya-biaya yang
ridak menambah nilai barang tidak boleh dimasukkan sebagai komponen biaya.
Umala mazhab Hanafi membolehkan membebankan biaya-biaya yang secara
umum timbul dalam suatu transaksi jual beli, namun mereka tidak membolehkan biayabiaya yang memang semestinya dikerjakan oleh si penjual.
Ulama mazhab Hambali berpendapat bahwa semua biaya langsung maupun
tidak langsung dapat dibebankan pada harga jual selama biaya-biaya itu harus
dibayarkan kepada pihak ketika dan akan menambah nilai barang yang dijual.
Secara ringkas, dapat dikatakan bahwa keempat mazhan membolehkan
pembebanan biaya langsung yang harus dibayarkan kepada pihak ketiga. Keempat
mazhab sepakat tidak membolehkan pembebanan biaya langsung yang berkaitan dengan
pekerjaan yang memang semestinya dilakukan penjual maupun biaya langsung yang
barkaitan dengan hal-hal yang berguna. Keempat mazhab juga membolehkan
274

128

Dengan kejelasan akad ini sudah terpenuhilah transparansi yang


selalu dijanjikan oleh Bank Muamalat Indonesia. Kejelasn akad ini akan
berdampak besar bagi masyarakat yang terhanyut oleh arus keraguraguan selama ini. Dimana mereka mengetahui akan unsure riba di dalam
bunga bank, tapi fasililtas untuk menjadikan lebih syarI lagi belum ada.
Dengan kejelasn akad ini akan menjawab semua keraguan itu.
Ketiga, variabel faktor memilih pembiayaan murabahah karena
dukungan keluarga dan kerabat, variabel keluarga dan kerabat berperan
dalam membentuk kebiasaan bertransaksi menggunakan bank syariah,
dengan
demikian variabel ini mempunyai pengaruh penting
terhadapperilaku masyarakat276.
Keempat, memilih pembiayaan dikarenakan margin dan hadiah.
Sebagai salah satu daya tarik terhadap produk yang ditawarkan oleh bank
syariah. menjadi salah satu faktor penting juga dalam persepsi
masyarakat untuk memilih pembiayaan. Dalam mensosialisasikan hadiah
tersebut harus memikirkan konsep, harus berbeda dan unik, pesan harus
tersampaikan, dengan pencapaian yang diharapkan adalah iklannya nanti
akan selalu tertinggal dalam ingatan orang yang berarti produk tersebut
akan selalu diingat dan tentu peningkatan penjualan dari produk tersebut.
Hadiah yang diberikan pihak bank kepada nasabahnya selama
ini hanya sebagai daya tarik bank untuk meningkatkan jumlah
nasabahnya, mereka membuat seolah-olah dengan bertransaksi di bank
tersebut akan mendatangkan keuntungan yang berlipat ditambah dengan
hadiah yang di inginkan. Banyaknya masyarakat yang ingin bertransaksi
dengan bank yang memberikan hadiah atau sebagainya, itu semua hanya
trik pemasaran bank. Dan masyarakatpun ikut terhanyut kedalam
promosi tersebut. Tapi ada sebagian masyarakat yang tidak terbujuk oleh

pembebanan biaya tidak langsung yang dibayarkan kepada pihak ketiga dan pekerjaan
itu harus dilakukan oleh pihak ketiga. Bila pekerjaan itu harus dilakukan oleh penjual,
mazhab maliki tidak membolehkan pembebanannya. Mazhab yang empat sepakat tidak
membolehkan pembebanan biaya tidak langsung bila tidak menambahkan nilai barang
atau tidak berkatan dengan hal-hal yang berguna. Lihat Adiwarman A. Karim, Bank
Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, 113.
276
Keluarga adalah lingkungan paling utama diman manusia mengalami
kedekatan dan kebersamaan yang sangat intensif, lingkungan tempat individu menjalani
proses sosialisasi berbagai nilai dasar kemanusiaan. Kelompok ini merupakan
lingkungan dimana seseorang mulai belajar memasuki dunia luar yang lebih luas. Maka,
perilaku setiap individu banyak dipengaruhi oleh lingkungan keluarga maupun
lingkungan pergaulan dimana individu tersebut berada. Antonius Atosokhi Gea, dkk.,
Character Building, Relasi dengan Sesama, (Jakarta: PT. Elex Media komputindo,
2002), 7.

129

hadiah yang diberikan oleh pihak bank. Ini dikarenakan oleh loyalitas
nasabah, atau kepentingan lainnya.
Dan yang terakhir, proses pembiayaan murabahah tidak berbelitbelit. Sebagaimana pedagang, Bank Muamalat Indonesia dalam kegiatan
pembiayaan jual beli murabahah juga menentukan margin yang wajar
dari kegiatan jual beli, apalagi Bank Muamalat Indonesia memberikan
kemudahan kepada nasabah berupa pelunasan barang secara cicilan.
Bank Muamalat Indonesia bukanlah lembaga non profit sehingga tetap
membutuhkan keuntungan dari usaha jual beli yang dilakukannya untuk
membiayai operasional usaha.
Pembiayaan murabahah ini memiliki perbedaan signifikan dengan
kredit sistem bunga bank konvensional. Perbedaan terbesar adalah pada
prinsip kepastian harga jual barang oleh bank (harga perolehan nasabah).
Harga perolehan nasabah tidak akan berubah selama proses pembiayaan
sehingga cicilan nasabah tidak akan terpengaruh oleh naik turunnya suku
bunga bank. Kondisi ini sangat terasa menguntungkan nasabah bank
syariah terutama ketika masa krisis moneter di tahun 1997. Saat itu suku
bunga pada bank konvensional melonjak tinggi karena bank umum
berusaha menghindari negative spread (selisih suku bunga pinjaman
dengan suku bunga dana yang negatif) akibat tingginya cost of fund dana
pada masa-masa minimnya likuiditas bank. Cicilan nasabah bank syariah
tidak terpengaruh oleh kondisi ini, kebalikannya nasabah bank
konvensional babak belur dengan cicilan yang tiba-tiba melonjak
tinggi277.
Satu hal yang menarik dari pembiayaan murabahah adalah
mampu menghindari terjadinya penyimpangan pada proses pembiayaan
sehingga semua pihak yang terlibat mendapatkan keuntungan. Dalam
fungsi sebagai pedagang, Bank Syariah akan selalu berusaha
mendapatkan barang dengan kualitas terbaik karena terkait dengan
kredibilitas bank. Pada akhirnya nasabah akan mendapatkan barang
dengan kualitas yang dijamin pula oleh kredibilitas bank syariah/lembaga
pembiayaan syariah.
Proses pembiayaan di Bank Syariah sekilas terlihat lebih ruwet.
Pada pelaksanaannya sesungguhnya nasabah tidak perlu harus ikut ruwet
dan repot karena proses tersebut dapat disiapkan oleh pihak Bank Syariah
bersama pihak terkait dalam pembiayaan. Setelah nasabah mengajukan
pembiayaan, Bank Syariah akan melakukan verifikasi terhadap nasabah
dan arus keuangannya. Jika pembiayaan dapat disetujui, maka Bank
277

Lihat, Perwataatmadja A. Karnaen, Bank Syariah: Teori Praktek dan


Peranannya (Jakarta: Celestial Publishing, 2007), 85.

130

Syariah akan menyiapkan semua proses pengadaan barang dan setelah


siap, nasabah cukup datang untuk menandatangani akad pembiayaannya
dan mendapatkan barang yang diinginkan. Bank Syariah dapat pula
mewakilkan pembelian barang tersebut kepada nasabahnya melalui akad
wakalah, sehingga nasabah dapat melakukan pembelian barang sendiri
atas nama Bank Syariah.
Pada komponen faktor yang ke dua ada empat variabel faktor
yang memiliki nilai di atas 0,5 atau nilai yang tertinggi, yaitu
aksestabilitas mudah dijangkau, mencari variasi lain tentang pembiayaan
yang telah digunakan sebelumnya, adanya faktor kebiasaan dalam
menggunakan pembiayaan murabahah, dan yang terkahir adanya
kepuasan dalam menggunakan pembiayaan murabahah 278. Dengan
demikian empat atribut tersebut memiliki pengaruh signifikan dalam
mempengaruhi perilaku masyarakat.
Pertama, mencari variasi lain tentang pembiayaan yang telah
digunakan sebelumnya, Sebagaimana diketahui, bahwa produk
pembiayaan dan jasa yang ditawarkan pada perbankan syariah sangat
beragam jika dibandingkan dengan produk dan jasa pada perbankan
konvensional. Keberagaman itu juga diikuti dengan penggunaan
peristilahan yang bersumber dari lafaz-lafaz islami, sehingga berbeda
dengan istilah-istilah yang telah dikenal pada umumnya. Salah satu sisi
positif yang dapat dotarik dari istilah dan keberagaman produk
pembiayaan dan jasa tersebut adalah memperkenalkan lebih jauh ke
sumber-sumber tentang peristilahan yang pernah hadir menghiasi sejaran
Islam. Selain itu, dapat menambah spirit dan keyakinan secara emosional
keberislaman para nasabah, khususnya yang beragama Islam.
Keragaman produk sangat memungkinkan terjadi, karena selain merujuk
kepada praktek perbankan yang telah pernah ada dalam lintasan sejarah
dan masih relevan untuk dipakai dewasa ini, juga mengadopsi, baik
istilah maupun bentuk produk dan jasa yang ditawarkan pada perbankan
konvensional. Sehingga, wajar jika produk dan jasa pada perbankan
syariah lebih dapat memenuhi berbagai keinginan dan kebutuhan
nasabah. Para bankir pada perbankan syariah mengkondisikan produk
tersebut supaya selaras dengan prinsip-prinsip dasar Islam.
Kedua, variabel faktor aksestabilitas mudah dijangkau.
Aksestabilitas adalah faktor penting dalam perilaku masyarakat untuk
menggunakan pembiayaan murabahah di bank syariah, karena dengan
akses yang bagus dalam menjangkau bank syariah ketika menggunakan
278

Lihat lampiran pada tabel Factor Component 2, 167.

131

produk pembiayaannya. Menjadi nilai plus bagi bank syariah dari


masyarakat yang menjadi nasabah pembiayaan tersebut. Akses tabilitas
adalah salah satu urat nadi perusahaan dalam mendapatkan
pelanggannya. Dengan akses yang baik ke perusahaan dijamin
perusahaan itu akan berjalan dengan baik.
Ketiga, adanya faktor kebiasaan dalam menggunakan pembiayaan
murabahah. Kebiasaan seseorang dalam kehidupannya mempunyai arti
luas buat orang disekelilingnya. Ini berarti suatu kesempatan bagi bank
syariah untuk membuat masyarakat yang telah menjadi nasabahnya
menjadi kebiasaan menggunakan pembiayaan murabahah dan pada
akhirnya masyarakat akan menjadi nasabah yang loyal terhadap bank
syariah ataupun produk pembiayaan murabahahnya.
Variabel faktor yang terakhir pada komponen faktor yang kedua
adalah adanya kepuasaan dalam menggunakan pembiayaan murabahah,
agar dapat menjaga kepuasan masyarakat dalam menggunakan
pembiayaan murabahah setiap bank syariah mesti memperhatikan
perlayanan yang ditawarkan. Karena filosofinya, every business is a
service business. Maka dalam melakukan pelayanan perlu penekanan
sikap yang simpatik, lembut, sopan, dan penuh kasih sayang279.
Masyarakat yang puas akan menciptakan pelanggan yang loyal,
dan seseorang pelanggan cenderung akan selalu menceritakan atau
mengajak teman atau saudaranya pada saat terjadi proses sosialisasi280.
Pada variabel faktor yang ke tiga terdapat empat variabel yang
memiliki korelasi kuat yaitu variabel faktor memilih pembiayaan
murabahah karena lingkungan kerja, lebih menguntungkan dari pada
kredit sistem bunga, senang mempromosikan hal baru kepda teman dan
keluarga, dan yang terakhir adalah bersedia untuk loyal dengan

279

Vernon A. Musselman dan John H. Jackson, Pengantar Ekonomi


Perusahaan (Jakarta: Erlangga,1994), 297.
280
Salah satu alat untuk mengukur dan melacak kepuasan masyarakat adalah
dengan survei kepuasan masyarakat. Penelitian menunjukkan bahwa bila masyarakat
tidak pusa dengan satu dari empat pembelian atau pemakaian jasa, kurang dari 5%
masyarakat tidak puas akan mengeluh. Kebanyakan masyarakat akan membeli atau
memakai jasanya lebih sedikit atau berganti pemasok atau berganti perusahaan jasa dari
pada mengajukan keluhan. Karenanya,perusahaan-perusahaan tidak dapat menggunakan
banyaknya keluhan sebagai ukuaran kepuasan masyarakat. Perusahaan-perusahaan yang
responsive memperoleh ukuran kepuasan masyarakat secara langsung

132

pembiayaan murabahah281. Dengan demikian ke empat variabel faktor


tersebut berpengaruh signifikan terhadap perilaku masyarakat.
Pertama, lebih menguntungkan dari pada kredit sistem bunga, hal
ini jelas menguntungakn karena pihak bank syariah mengambil
persentase dari keuntungan yang berasal dari hasil usaha setelah
dibulatkan dalam satu bulan dengan pertimbangan faktor kemanusiaan,
administrasi bank dan kesepakatan atau kerelaan dari kedua belah pihak
sedangkan bank konvensional berasal dari bunga yang berlaku pada saat
itu secara umum.
Bisa diambil contoh misalnya seperti ini, ada dua orang nasabah
sama-sama mendapat pinjaman uang dari bank yang berbeda (bank
syariah dan bank konvensional) sejumlah Rp. 10.000.000 namun pada
akhir pengembalian terdapat perbedaan yang mencolok. Secara
operasonal memang tidak mencolok, yang mencolok mungkin cara
pengambilan keuntungannya, pada bank syariah 10% sedang kan bank
konvensional sebanyak 3%. Walaupun bank konvensional hanya 3%
langsung merujuk pada pokok pinjaman tampa mempedulikan hasil
keuntungan
nasabah
hanya
memperlihatkan
kesehatan
administrasi,sedangakan bank syariah mengambil 10% dari hasil
keuntungan nasabah. Secara beban kedua nasabah tersebut mempunyai
beban yang sama secara financial, kecuali denda keterlambatan
pembayaran angsuran dan biaya administrasi yang diterapkan pada kedua
bank tersebut282.
Kedua, variabel faktor memilih pembiayaan murabahah karena
lingkungan kerja. Lingkungan adalah faktor yang sangat menentukan
dalam komponen faktor yang ke empat karena lingkungan kerja akan

dengan melakukan survei berkala. Mereka mengirim daftar pertanyaan atau menelpon
masyarakat yang terakhir sebagai sampel acak dan menanyakan apakah mereka amat
puas, biasa saja, kurang pusa, atau amat sangat puas dengan berbagai aspek kinerja
perusahaan. Mereka juga meminta pendapat pembeli tentang kinerja para pesaing
mereka.
Selain mengumpulakan informasi tentang kepuasan masyarakat, juga berguna
untuk mengajukan pertanyaan tambahahn untuk mengukur keinginan masyarakat untuk
menggunakan kembali jasa yang mereka berikan, hal ini biasanya tinggi jika kepuasan
masyarakat tinggi. Juga kepada orang lain. Nilai positif tinggi dari informasi pelanggan
menunjukkan bahwa perusahaan menghasilkan kepuasaan pelanggan yang tinggi. Lebih
mendalam lihat, Philip Kotler, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan,
Implementasi dan Kontrol (Jakarta: Prenhallindo, 2003), 38.
281
Lihat, lampiran pada tabel Factor Component 3, 167.
282
Lihat, Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan.

133

mempengaruhi sesorang secara nyata dalam kehidupannya, baik itu cara


pengambilan keputusan dan lain-lainnya.
Ketiga, senang mempromosikan hal baru pada teman dan
keluarga. Promosi adalah aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk
mencari konsumen lebih banyak lagi menggunakan jasa perbankannya.
Tapi promosi tidak selalu dilakukan oleh perusahaan, seorang konsumen
yang telah menggunakan produk atau jasa perusahaan adalah alat
promosi yang paling baik, ini dikarenakan keluarga dan kerabat ataupun
teman adalah penyampai yang baik terhadap target penjualan283.
Dan variabel faktor yang terakhir adalah bersedia untuk loyal
dengan pembiayaan murabahah. Kesetiaan masyarakat yang memakai
suatu produk atau jasa tergantung dari apa yang telah diberikan oleh
perusahaan tersebut pada pelanggannya, baik itu dalam segi kualitas,
pelayanan dan lain-lainnya. Hal ini lah yang dapat menjadi faktor
seseorang dapat loyal dengan suatu produk atau tidak.
Bank Muamalat Indonesia sebagai sebagai perusahaan jasa sangat
menonjolkan pelayanan yang terbaik, ditunjang performa seorang
karyawan dan produk-produk yang ditawarkan menjadi lebih inovatif
yang membuat nasabah menajadi prioritas bila datang kesana.
Pada komponen faktor yang ke empat terdapat empat variabel
faktor yaitu memilih pembiayaan murabahah karena kredibilitas,
kepercayaan dan keamanan, kesesuaian pembiayaan murabahah,
pembiayaan murabahah berkembang dengan cepat dari yang lain, dan
yang terakhir variabel faktornya adalah adanya ketenangan setelah orang
bilang pembiayaan murabahah terbukti baik284. Dengan demikian ke
empat variabel faktor tersebut berpengaruh signifikan terhadap perilaku
masyarakat.
Pertama, variabel faktor memilih pembiayaan murabahah karena
kredibilitas, kepercayaan, dan keamanan. Kepercayaan adalah kunci
utama seseorang dalam menginvestasikan uangnya di bank syariah, bank
syariah adalah bank yang berlandaskan saling kepercayaan antara
nasabah dan pihak bank, dengan adanya kepercayaan akan tercipta rasa
aman yang membuat kredibilitas bank dalam menghimpun dan
meyalurkan uang nasabah dapat dilakukan dengan baik.
283

Komunikasi pemasaran P nya adalah promosi dalam bauran pemasaran,


merujuk pada semua bentuk komunikasi yang dipergunakan oleh organisasi untuk
memberitahukan sesuatu dan mempengaruhi tingkah laku pembeli dari masyarkat yang
sudah ada dan masyarakat sebagai pelanggan potensial.
284
Lihat, lampiran pada tabel Factor Component 4, 168.

134

Kepercayaan masyarakat terhadap Bank Muamalat Indonesia


tidak hanya pada segi menghimpun dan menyalurkan uang saja. Tapi
kepercayaan masyarakat timbul karena Bank Muamalat Indonesia selalu
berada dijalur sistem keuangan syariahnya. Hal ini yang menjadikan
msyarakat lebih percayaa lagi terhadap Bank Muamalat Indonesia.
Kedua, kesesuaian pembiayaan murabahah, seperti yang telah
dijelaskan diatas tadi, kesesuaian masyarakat dalam menggunakan
pembiayaan murabahah harus berdasarkan pada kepercayaannya
terhadap bank syariah. tidak hanya kepercayaan yang menjadi faktor
seseorang merasa sesusai, nyaman, dan aman. Dengan semua reaksi yang
ditunjukkan oleh pihak bank membuat masyarakat dapat dengan nyaman
menggunakan produk pembiayaan murabahah di Bank Muamalat
Indonesia.
Ketiga, pembiayaan murabahah berkembang lebih cepat dari yang
lain, Sepintas kita menganalisa peta pandangan di tabel lampiran yang
menyatakan bahwa variabel faktor ini sangat berpengaruh, bahwa
mayoritas memprediksikan bank syariah memiliki prospek yang cerah.
Hal ini mengindikasikan bahwa responden yang notabene sebagai
nasabah dari bank syariah menaruh harapan terhadap perbankan syariah
sebagai lembaga keuangan akan dapat bersaing dengan lembaga
keuangan lainnya di tanah air. Artinya bahwa bank syariah akan dapat
lebih eksis jika dtinjau dari prediksi nasabah, karena dengan demikian
mereka akan tetap menjadikan bank syariah sebagai mitra dalam
mengelolah maupun bekerjasama. Hal ini mungkin dapat dibenarkan,
bahwa setelah beberapa kali Indonesia diterpa krisis ekonomi, yang
tentunya sangat berimbas kepada ketahanan sebuah lembaga keuangan,
maka bank syariah pada umumnya tetap eksis dan survive, sementara
beberapa bank lain (konvensional) mulai gulung tikar (likuidasi).
Dengan demikian, perbankan syariah akan tetap berdiri karena
mendapat kepercayaan dari para mitra atau nasabahnya. Sebagaimana,
salah satu strategi pengembangan dan peningkatan perbankan adalah
minimal mempertahankan nasabah yang telah lebih dahulu menjadikan
bank syariah sebagai parner mereka dalam usaha maupun mengharapkan
jasa, dan selanjutnya mengembangkan sayap untuk menarik nasabahnasabah lainnya. Hal tersebut tidak akan terwujud, kecuali jika telah
tertanam image positif di masyarakat, khususnya bagi mereka yang
memang mengambil banyak manfaat atas keberadaan bank di tengahtengah dinamika pasang surut perekonomian masyarakat luas.

135

Keempat, adanya ketenangan setelah orang bilang pembiayaan


murabahah terbukti baik,orang lain adalah faktor lingkungan yang paling
cepat mempengaruhi seserang dalam mengambil keputusan. Hal ini
dikarenakan banyaknya masukan-masukan yang dapat diambil
pertimbangan baik atau buruknya sebuah keputusan yang akan diambil
nantinya dengan melihat masukan yang berupa ajakan ataupun fakta yang
diperlihatkan oleh lingkungan seseorang.
Dan yang terakhir komponen faktornya ada tiga variabel faktor
yaitu agama melarang riba, pembiayaan murabahah tidak menggunakan
sistem bunga dan memilih pembiayaan murabahah karena keinginan
sendiri285. Dengan demikian ketiga variabel faktor tersebut sangat
berpengaruh signifikan terhadap perilaku masyarakat.
Pertama,varaibel faktornya agama melarang riba286. Bunga bank
adalah bagian dari riba, dilihat dari cara kerjanya seharusnya lebih
Timbul sebagai akibat kebutuhan yang tidak terpenuhi motivasi
muncul karena adanya kebutuhan yang dirasakan. Kebutuhan sendiri
muncul karena konsumen merasakan ketidak nyamanan (state of tension)
antara yang seharusnya dirasakan dan yang sesungguhnya dirasakan.
Untuk memahami kebutuhan manusia, Teori Maslow dan McClelland
285

Lihat, lampiran pada tabel Factor Component 5, 168.


Padangan filsuf Yunani tentang bunga, (1) Plato (427-347 SM), menyatakan
bahwa bunga menyebabkan perpecahan dan perasaan tidak pusas dalam masyarakat,
serta bunga merupakan alat golongan kaya untuk mengekspoitasi golongan miskin, (2)
Aristoteles (384-322 SM), menyatakan bahwa fungsi uang adalah sebagai alat tukar
(medium of exchange), bukan alat menghasilkan tambahan melalui uang.
Kitab suci Yahudi tentang bunga, (1) kitab Eksodus (keluaran) 22:25 Jika
engkau meminjamkan uang kepada salah seorang umatku, orang yang miskin di
antaramu, maka janganlah engkau berlaku sebagai penagih hutang terhadap dia,
janganlah engkau bebenkan bunga terhadapnya (2) Kitab Deuteronomy (Utangan)
23:19 janganlah engkau membungakan uang kepada saudaramu, baik uang maupun
bahan makanan atau apapun yang dapat dibungakan (3) Kitab Levicitus (Imamat)35:7
Jangan engkau mengambil bunga uang atau riba darinya, melainkan engkau harus
takut akan Allahmu, supaya saudaramu bisa hidup diantaramu. Janganlah engkau
memberi uangmu kepadanya dengan meminta bunga, juga makananmu janganlah kau
berikan dengan meminta riba
Kitab suci Kristen tentang bunga, Dan jika kamu meminjamkan kepda orang
karena kamu berharap akan menerima sesuatu daripadanya, apakah jasamu? Orangorang berdosa pun meminjamkan kepda orang berdosa, supaya mereka menerima
kembali sama banyak. Tetapi kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepda merekan
dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan
kamu akan menajdi anak-anak Tuhan Yang Maha Tinggi, sebab ia baik terhadap orang
yang ridak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat (Lukas 6:34-35)
286

136

menggambarkan bahwa manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan yang


banyak lagi masyaratkat yang memberikan perhatian lebih kepada bank
syariah. ini dapat diketahui dari penentangan kitab-kitab suci agamaagama besar yang menyatakan bahwa riba itu dilarang.
Kedua, variabel faktornya pembiayaan murabahah tidak
menggunakan sistem bunga. Jika kita melihat, bahwa bank syariah
dibentuk sebagai konsekuensi dari sistem perbankan yang berjalan, baik
di tanah air maupun di dunia internasional, dianggap tidak sejalan
dengan Islam yang mengharamkan praktek ribawi. Sistem kapitalis dan
sosialis yang identik dengan sistem ribawi telah cukup lama mencekoki
dunia perbankan, yang tentunya kaum muslimin ikut serta dalam gaya
praktek itu. Paling tidak, orang Islam menjadi konsumen di dalamnya.
Oleh karena itu, lahirnya sistem yang berorientasi pada bebas riba
adalah hal yang dinanti-nantikan. Karena selain, menghindarkan orang
dari praktek monopoli dan menzalimi orang, juga sebagai bentuk
implementasi dari nilai-nilai ajaran agama. Sebagaimana Rasulullah saw
pernah bersabda yang diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim sebuah hadits
menjelaskan bahwa agar kita menjauhi tujuh perkara yang merusak, salah
satunya adalah memakan riba287.
Terakhir variabel faktor yang mempengaruhi perilaku masyarkat
adalah memilih pembiayaan murabahah karena keinginan sendiri.
Keingin sendiri dalam memilih transaksi pembiayaan di bank syariah
dikarenakan beberapa faktor. Dimana salah satu faktornya adalah
motivasi288 yang ada didalam dirinya.

Dan kitab suci Al-Quran tentang riba, dalam surat Ali Imaran ayat ke 130

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepda Allah supaya kamu mendapatkan
keberuntungan. Lihat, Mohamad Hidayat, The Sharia Economic, 36.
Dan lihat juga dalam surat ar-Ruum ayat ke 39, surat an- Nisaa ayat ke 160161, surat al-Baqarah ayat 278. Lihat, Mohamad Hidayat, The Sharia Economic, 66-69.
287
Imam Nawawi, Ringkasan Riyadhush Shalihin, (Bandung: Irsyad Baitus
Salam, 2006), 432. Lihat juga, Al-Quran ayat 275.
288
Motivasi adalah berbagai bentuk faktor yang menyebabkan, menyalurkan,
dan mempertahankan tingkah laku individu. Asumsi asumsi yang bisa dipakai dalam
motivasi yaitu (1) motivasi biasanya diasumsikan sebagai hal yang baik, (2) motivasi
adalah satu dari beberapa faktor yang menentukan praktek kerja seseorang, (3) pasokan
motimasi kurang banyak dan perlu menggantinya secara periodic, (4) motivasi
merupakan peralatan yang dapat dipakai oleh sebuah perusahaan untuk mengatut

137

Motivasi di bentuk melalui proses seseorang yang memiliki


banyak kebutuhan pada waktu tertentu. Beberapa kebutuhan bersifat
biogenis; kebutuhan tersebut muncul dari tekanan biologis seperti lapar,
haus, tidak nyaman. Kebutuhan yang lain bersifat psikogenis; kebutuhan
itu muncul dari tekanan psikologis seperti kebutuhan akan pengakuan,
penghargaan, atau rasa keanggotaan kelompok. Sehingga kebutuhan akan
menjadi motif yang cukup mendorong seseorang untuk bertindak 289.
berbeda sehingga hal ini dapat digunakan pemasar untuk mendorong
konsumsi suatu produk dan atau jasa. Al-Ghazali mendifinisikan aspek
ekonomi dari fungsi kesejahteraan sosialnya dalam kerangka sebuah
hierarki utilitas individu dan sosial yang tripartit meliputi: kebutuhan
(daruriat); kesenangan atau kenyamanan (hajaat); dan kemewahan
(tahsinaat) sebuah klasifikasi peninggalan tradisi Aritotelian. Tujuan
dasar terletak pada penyediaan tingkatan pertama, yaitu kebutuhan
seperti makanan, pakaian, dan perumahan. Menurut Gazali kebutuhan kebutuhan dasar tersebut cendrung fleksibel
mengikuti waktu dan
tempat. Kelompok kebutuhan kedua terdiri dari semua kegiatan dan halhal untuk menghilangkan rintangan dan kesukaran dalam hidup.
Kelompok ketiga mencangkup kegiatan-kegiatan dan hal-hal yang jauh
dari sekedar kenyamanan saja; meliputi hal-hal yang melengkapi,
menerangi atau menghiasi hidup290.

hubungan dengan masyarakat. Lihat James A.F. Stoner, Manajemen (Jakarta: PT.
Bhuana Ilmu Populer, 1996), 134.
289
Philip Kolter, Manajemen Pemasaran, Benyamin Molan (ed.), Cet. III,
(ttp.: PT Macanan Jaya Cemerlang, 2008, 7), 224.
290
Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islam, Cet. III, (Jakarta:PT
RajaGrafindo Persada,2007), 62.

138

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian, faktor utama yang
mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap pembiayaan murabahah di
Bank Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru, dapat disimpulkan bahwa
faktor pribadi hanya ditunjukkan oleh pembiayaan murabahah
berlandaskan moral dan saling percaya. Faktor lingkungan juga hanya
ditunjukkan oleh aksesibilitas pembiayaan murabahah cepat dan mudah.
Masyarkat banyak memilih faktor obyek dalam mempengaruhi persepsi
mereka terhadap pembiayaan murabahah diantaranya adalah pembiayaan
murabahah popular di masyarakat, karyawan sangat professional dan
dapat dipercaya, biaya administrasinya murah, sikap karyawan ramah,
simpati, dan murah senyum, sosialisasi dan promosi pembiayaan
murabahah telah mencapai seluruh lapisan masyarakat, promosi
pembiayaan murabahah diketahui lewat hubungan personal dan kerabat,
prosepek perkembangan pembiayaan murabahah sangat baik, informasi
pembiayaan diketahui lewat media cetak dan televise.
Faktor utama yang mempengaruhi perilaku masyarakat terhadap
pembiayaan murabahah di Bank Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru
yaitu, hanya dua faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat secara
signifikan yaitu, faktor sosial ekonomi dan faktor psikologi. Untuk
faktor sosial ekonomi hanya ditunjukkan oleh pembiayaan murabahah
berbeda secara prinsip, sedangkan untuk faktor psikologi diantaranya
ditunjukkan oleh adanya kejelasan akad pada pembiayaan murabahah,
memilih pembiayaan murabahah karena dukungan keluarga dan kerabat,
memilih pembiayaan murabahah dikarenakan margin dan hadiah, dan
yang terakhir adalah proses pembiayaan murabahah yang tidak berbelitbelit.
Pemenuhan faktor-faktor ini, akan dapat mengakselerasikan
tingkat pertumbuhan nasabah pembiayaan, tidak hanya dari nasabah yang
syariah loyalist, akan tetapi juga dari kalangan rasionalis, dan mereka
yang tidak terlalu mempermasalahkan hukum bunga bank sama dengan
riba dari sudut pandang agama maupun kalangan non Muslim. Sehingga
bank syariah tidak hanya menjadi sebuah bank alternatif, tetapi bisa
memposisikan dirinya menjadi sebuah bank yang profitable, serta sejajar
nilai jualnya dengan bank konvensional.
Hasil ini juga sejalan dengan teori yang telah digunakan bahwa
persepsi seseorang dipengaruhi oleh faktor pribadi, lingkungan dan
obyek yang dikemukakan oleh Stephen P. Robbins. Faktor yang
139

mempengaruhi perilaku juga sejalan dengan teori dari Philip Kotler yang
menyatakan faktor sosial ekonomi dan psikologi, dapat mempengaruhi
perilaku seseorang terhadap sesuatu hal.
B. Rekomendasi
Diketahui bahwa kelemahan-kelemahan masyarakat dalam
mempersepsikan pembiayaan murabahah di Bank Muamalat Indonesia di
Pekanbaru terdapat beberapa faktor yang menyatakan pembiayaan
murabahah lebih berpeluang dan menjanjikan, serta faktor pembiayaan
murabahah menekankan pola kemitraan. Kurangnya persepsi masyarakat
terhadap pembiayaan murabahah akan faktor-faktor tadi, menjadikan
beban yang sangat besar bagi Bank Muamalat Indonesia cabang
Pekanbaru untuk lebih memfokuskan sosialisasi yang baik dan yang
mendidik tentunya bagi masyarakat, agar brand image Bank Muamalat
Indonesia semakin baik lagi di masyarakat.
Perilaku masyarakat terhadap pembiayaan murabahah di Bank
Muamalat Indonesia cabang pekanbaru mempunyai kelemahankelemahan di beberapa faktor yaitu diantaranya faktor pembiayaan
murabahah tidak menggunakan sistem bunga dan memilih pembiayaan
murabahah karena keinginan sendiri. Kurangnya kesadaran seseorang
akan tanggung jawab terhadap hukum-hukum yang telah di tetap kan
oleh syariah, membuat motivasi pada diri sendiri untuk melaksanakan
perintah tersebut dianggap sebagai wacana saja oleh MUI yang telah
mengeluarkan fatwa haram bunga bank. Ini yang akan menjadi fokus
utama Bank Muamalat Indonesia sebagai pelaku keuangan syariah untuk
memberikan edukasi yang lebih baik lagi kapada masyarakat bagaimana
sebenarnya hukum syariah tentang muamalah itu dijalankan dengan baik
tentunya.

140

DAFTAR PUSTAKA
Abd. Adhim,. Studi Komparatif Akad Mudlarabah dan Muarabahah
Bank Islam dengan Pembiayaan Sistem Bunga Bank
Konvensional dalam Perspektif ke-Adil-an Disertasi, UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2008.
Abi Bakar, Taqyuddin, Kifa>yat al-Akhya>r fi Halli Gha>yat alIkhtis}a>r Juz II, Bandung: Syirkah al-Ma'rif, t.t.
Abidin, Muhammad Amin Ibnu Hashiyah Ra>dd al-Mukhta>r Ala alDurar al-Mukhta>r: Syarh Tanwiir al-Absha>r f Fiqh Madzhab
Imam Abu Hanifah al-Numan Beirut: Dr al-Fkr, 1992.
Afandi, Moch. Yazid, Aspek Legal Perbankan Syariah di Indonesia,
(2011) http://www.ibnussite.com/aspek-legal-perbankan-syariahdi-indonesia.html
Agustianto, Menyoroti Minimnya Sosialisasi Perbankan Syariah, (2010),
http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?option=com_content
&view=article&id=1191:menyoroti-minimnya-sosialisasiperbankan-syariah&catid=8:kajian-ekonomi&Itemid=60
Ahmad, Khursyid, Islamic Finance And Banking, Plan Field , The
lslamic Society of North America,1999.
Ahmad, Nurafifah &S. Haron, Perception of Malaysia Corporate
Customers Toward Islamic Banking Product & Services,
International Journal of Islamic Financial Services. Vol 3. No.4,
edisi Januari- Maret 2002, dari www.islamic-finance.net/journal.
Alauddin, Zatari, Al-Mas}a>rif Al-Islamiyyah Wa Ma>dha> Yajibu An
Yurafa Anha>, Damaskus: Dar Ghar Hira, 2006.
Almossawi, M. Bank Selection Criteria Employed by College Student
in Bahrain: an Emperical Analysis, The International Journal of
Bank Marketing, Vol. 19 No.3.
Ali, Manzoor Islamic Banking and Finance in Theory and Practice
(paper), leatures on Islamic Economics, papers and proceeding of
an international seminar on tesching islamics for university
teachers, Jeddah, Saudi Arabia: islamics research and training
institute Islamic development bank, 1992.
Ancok, Djamaluddin, Teknik Penyusunan Skala Pengukuran,
Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan UGM, 1987.
Antonio, M. SyafiI, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, Jakarta:
Tazkia Institute, 1999.
Atosokhi, Antonius Gea., Relasi dengan Sesama, Jakarta: PT. Elex
Media komputindo, 2002.
141

Attaqi, Uqinu, Produk-Produk Investasi Bank Islam Teori dan Praktek,


Kairo:ICMI Orsat Kairo, 2005.
Attiyah, Muhyiddin, al-Kas}af al-Iqtisadi li Ayati Al-Quran al-Karim,
Washington: International Institute of Islam Thought, 1991.
Ahmad, Mustaq, Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta: Pustaka Al-Kausar,
2003.
Arifin, Sirajul, Praktek Akad Murabahah Perbankan Syariah dalam
Perspektif Hukum Islam Tesis, IAIN Sunan Ampel, 2009.
Bank Indonesia, Kodifikasi Produk Perbankan Syariah,2011,
www.bi.go.id
Baraba, Achmad, Prinsip Dasar Operasional Perbankan Syariah, (2011)
http://www.vibiznews.com/1new/knowledge/syariah/PRINSIP%2
0DASAR%20OPERASIONAL%20PERBANKAN%20SYARIA
H.pdf
Basri, Ikhwan Abidin, Kendala Sosialisasi Perbankan Syariah di
Indonesia,
2007.
http://shariahlife.wordpress.com/2007/01/15/kendala-sosialisasiperbankan-syariah-di-indonesia
Chaplin, J.P. Kamus Lengkap, Jakarta; PT Raja GrafindoPersada, 2004.
Chapra, M. Umer, Sistem Moneter Islam, Jakarta: Gema Insani Press,
2000.
Cooyle, T, The Bank Tomorrow, American Community Banker, Vol 8,
no.7, 1999.
Damayanti, Rita, Dasar-dasar Psikologi, Jakarta:FKM UI, 2000.
Dewan Syariah Nasional (DSN) - MUI, Himpunan Fatwa Devvan
Syariah Nasional, Jakarta: Majelis Ulama Indonesia, 2006.
Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan Bank Indonesia,
Ringkasan Pokok-pokok Hasil Penelitian Potensi, Preferensi,
dan Perilaku Masyarakat terhadap Bank Syariah di Pulau Jawa
,Desember 2000, www.bi.go.id
Donnely, Gibson, Ivancenich, Organisasi: Perilaku Sturuktur Proses,
Jakarta: Erlangga, Cet ke-7, 1994.
Erol, Cengiz, and Radi El-Bdour, 1989. International Journal Banking
and Marketing, Vol.7 No.6 : 31-37.
Fossei, Abdul, Urgensi Standarisasi Akuntansi Perbankan Syariah,
2010.
http://www.facebook.com/topic.php?uid=104828002887494&top
ic=146
Fies
UMY,
Sejarah
Bank
Syariah
(2009),
hhtp://fiesumy.blogspot.com/2009/01/sejarah-bank-syariah.html

142

Gafur, Abdul, Persepsi dan Perilaku Pedagang Etnik Tionghoa di


Mangga Dua Terhadap Bank Syariah, Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah,2007.
Green, E.B, Measurment of human behavior, New York: P.S. The
Odessey Press, 1971.
Hair, J.F, R.E. Anderson, R.L. Tatham., dan W.C. Black., Multivariate
Data Analysis With Readings, 4th Edition. Englewood Cliffs,
NJ:Prentice Hall,1995.
Hamman, Haritsman, Viral Marketing Bank Syariah, Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada, 2007.
Hamoud, Sami Hasan, Tathwiiral-A'mal al-Mashrafiyyah bima>
Yattafiqu al-Syariah al-Isla>miyyah, Amman: Matbaatu alSyarq wa Maktabatuha,1982.
Haron,S., N. Ahmed, & S. Planisek, Bank patronage factors of Muslim
and non Muslim customers, Marketing Vol. 12, No.1,1994.
Hasanain, Fayadh Abd al-Munim, Bay al-Muurabahah fi al-Masharif
al-Islamiyah, Kairo: Al-Mahad al-Alami li al-Fikri al-Islami,
1996.
Haque, Ataul, Reading in Islamic Banking, Dhaka: Islamic Foundation
1987.
Hidayat, Surahman, Al-Mas}aryf al-Islamiyah f Indonesia wa
Siyasatuha al-Istitsmariyah:Muqaranah bi Al-Masha>rif alIslamiyah f Mishr, Disertasi Fakultas Syariah dan Qanun
Jurusan Siyasah Syariyah, Kairo:Universitas Al-Azhar, 1999.
Hidayat, Mohamad, An Intoduction to the Sharia Economic, Jakarta:
Zikrul Hakim, 2010.
Himpunan Peraturan Perundang-Undangan, Undang-Undang Perbankan
Syariah Dan Surat Berharga Syariah Negara, Bandung:
Fokusmedia, 2008.
Indrianto, Nur dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitan Bisnis
untuk Akuntansi dan Manajemen, Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta, 2002.
Indonesian Commercial Newsletter, Laporan Market Intelligence
Perkembangan Sistim Bank Syariah di Indonesia Monthly
Report, (2009), http://www.datacon.co.id/BankSyariah1.html
al-Jawi, Syaikh Nawawi, Marah Labid, Tafsir al-Munir.
al-Jaziri, Abd ar-Rahman, al-Fiqh ala al-Mazahib al-Arbaah, Beirut :
Dar al-Fikr al-Ilmiyyah, 1990.
al-Jurja>ni, Kita>b al-Ta'ri>fa>t, Beirut: Dar al-Kitab al 'Arabiy,1996.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Tim Pustaka Phoenix,2007.

143

Kaplan, Robert S. and David P. Norton, Strategy Maps, Boston: Harvard


Bussiness School, 2004.
Karim, A. Adiwarman, Ekonomi Mikro Islam, Cet. III, Jakarta:PT
RajaGrafindo Persada,2007.
---------, Bank Islam: Analisis fiqh dan Keuangan, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada,2009.
Karnaen, Perwataatmadja A.
Bank Syariah: Teori Praktek dan
Peranannya, Jakarta: Celestial Publishing, 2007.
Kasali,Rhenald, Membidik pasar Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 1998.
Al-Kassani, Badai al-ShanaI, Beirut: Dar al-Kitab al-Araby, cet.2,
1982.
Keraf, sony, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya, Yogyakarta:
Kanisius, 1998.
Kerjasama Direktorat Perbankan Syariah-Bank Indonesia dengan Institut
Pertanian Bogor, Potensi,Prefensi, dan Perilaku Masyarakat
Terhadap Bank
Kertajaya Hermawan dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing,
Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2006.
Keegan, Warren J, Manajemen Pemasaran Global, Jakarta: Prenhallindo,
1996.
Kerlinger, Fred N. Foundation of Behavioral Research Third edition,
Yogyakarta: UGM Press, 2006.
Al-Khatib, Naser, Kamal, Jamal, Ahmad, and Khalid, 1999. The
International Journal of Banking Marketing for the Financial
Services Sector, Vol.17.
Khan, M Fahin, Essays in Islamic Economic (London: the Islamic
foundation, Markfied Dawah Center, 1995.
Kerjasama Direktorat Perbankan Syariah-Bank Indonesia dengan Institut
Pertanian Bogor, Potensi,Prefensi, dan Perilaku Masyarakat
Terhadap
Bank
Syariah,(2000)
http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/0DF09BE2-9FDE-49F088AC-248B7B0856DD/13436/ringaksan-eks-jawabarat-pdf
Kerjasama Direktorat Perbankan Syariah-Bank Indonesia dengan Institut
Pertanian Bogor, Potensi,Prefensi, dan Perilaku Masyarakat
Terhadap
Bank
Syariah,(2000)
http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/0DF09BE2-9FDE-49F088AC-248B7B0856DD/13436/ringaksan-eks-sumatrautara-pdf
Kerjasama Direktorat Perbankan Syariah-Bank Indonesia dengan Institut
Pertanian Bogor, Potensi,Prefensi, dan Perilaku Masyarakat
Terhadap
Bank
Syariah,(2004)
144

http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/0DF09BE2-9FDE-49F088AC-248B7B0856DD/13436/ringaksan-eks-kalsel-pdf
Kerjasama Direktorat Perbankan Syariah-Bank Indonesia dengan Institut
Pertanian Bogor, Potensi,Prefensi, dan Perilaku Masyarakat
Terhadap
Bank
Syariah,(2004)
http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/0DF09BE2-9FDE-49F088AC-248B7B0856DD/13436/ringaksan-eks-sumsel-pdf
Kompas, Pangsa Perbankan Syariah 2011 diprediksi 20 persen, Senin 7
Maret 2005.
Kotler, Philip, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan,
Implementasi dan Kontrol, Jakarta: Prenhallindo, 2003.
--------, Gary Amstrong, Principles of Marketing, Jakarta: Prenhallindo,
1997.
Kuliah Ekonomi dan Keuangan Islam, Murabahah & Aplikasinya dalam
Bank Syariah, (2010), http://www.badilag.net/index-murabahah&-aplikasi-dalam-bank-syariah
Kusmiyati, Asmi Nur Siwi, Risiko Akad dalam Pembiayaan Murabahah
pada
BMT
di
Yogyakarta,
2007,http://journal.uii.ac.id/index.php/JEI/article/viewFile/1045/9
70
Kaynak, E. American ConsumersAttitudes Towards Commercial
Banks, Bank Marketing, Vol.23, No.1, 2005.
Laporan penelitian Bank Indonesia, Potesi, Preferensi,dan Perilaku
Masyarakat terhadap Bank Syariah di Wilayah Sumatra Utara,
Jakarta:2003.
Lewis, B.R. Studen Account A Porofitable segmen? Bank Marketing,
Vol. 16 no.3, 1982.
Mannan, A. Ekonomi lslam Teori dan Praktek , Jogyakarta: Seri
Ekonomi lslam, Dana Bakti Wakaf, Prima Yasa, 1997.
Ibnu Manz}ur, Lisa>n al-'Arab Juz III, Ttp: Dr al-Ma'rif), tt.
Metawa, S,A. & Almossawi, M. Banking behavior of Islamic bank
customers: Perspectives and implications, Bank Marketing Vol.
16, No. 7, 1998.
Michael R., Solomon, Consumer Behavior: Buying, Having, and Being.
3th edition, New Jersey: Prentice-Hall International, 1996.
Muhammad Ahmad Ibnu Qudmah, Syamsudin Abu al-Farj bin
Abdurahman bin Syaikh al-Imam al A>lim al-A>mil al-Za>hid
Abu Umar (W. 682H), Al-Sharh} al-Kabir.Jilid II, Riyad:
Jamiah al- Imam Muhammad bin Suud al-Islamiyah, Tt.
MUI,
Tentang
Dewan
Syariah
Nasional
(2009)
http://www.mui.or.id/index.php?option=com_content&view=artic
145

le&id=55:tentang-dewan-syariah-nasional&catid=39:dewansyariah-nasional&Itemid=58
Muliriwan, Analisis Persepsi Masyarakat tentang produk perbankan
konvensional dan pengaruhnya terhadap pencapaian segmen
pasar
perbankan
syariah
20
Agustus
2010
hppt://mul1rawan.wordpress.com/category/analisispersepsimasya
rakattentangprodukperbankan
Musselman, Vernon A. dan John H. Jackson, Pengantar Ekonomi
Perusahaan, Jakarta: Erlangga,1994.
Nasution, Husma Fadillah, Analisis Pengaruh Promosi dan Komunikasi
Terhadap Keputusan Nasabah untuk Menabung di Bank Syariah
Mandiri cabang Tebing Tinggi , Tesis, Universitas Sumatera
Utara Medan, 2008.
Nasution, Chairuddin Syah,
Manajemen Kredit Syariah Bank
Muamalat,(2003),
http://www.docstoc.com/docs/17726639/MANAJEMENKREDIT-SYARIAH
Nawawi, imam, Ringkasan Riyadhush Shalihin, Bandung: Irsyad Baitus
Salam, 2006.
Philip, Gerrard, and J. Barton Cunningham, 1997. Islamic Banking: A
Study in Singapore, International Journal of Bank Marketing,
Vol.15 No.6.
Purwasutjito, M.N, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia Buku
Kedelapan Perwasitan, Kepailitan, dan Penundaan Pembayaran,
Jakarta:PT. Djambatan, 1992.
Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES), Perbankan Syariah,
PKES publishing, Jakarta, 2008.
Putri, Srinatalia, Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah pada Bank
Syariah (studi di BNI Syariah Malang) (2004).
http://studen_research.umm.ac.id/index.php/department-ofsyariah/article/view/6649
Qal'ahji, Muhammad Rawis dan Hamid Shadq Qaniby, Mu'jam
Lugha>t al-Fuqaha>,, Beirut: Da>r al-Nafa>is, 1985.
al-Qurtubi, Muhammad bin Ahmad bin Rusydi, Bidayah al-Mujtahid wa
Nihayah al-Muqtashid, Jeddah : Al-Haramain, t.t.
Ratnawaty, Anny, Bank Syariah: Potensi, Prefensi dan Perilaku
Masyarakat di Wilayah SUMUT, Medan: kerjasama Biro
Perbankan Syariah-BI dengan LP-IPB,2003.
Rahman, Muh Fadhail, Hubungan Persepsi Civitas Akademika terhadap
Perilaku Untuk Menjadi Nasabah Pada Perbankan Syariah
(2005), Tesis UIN Syariaf Hidayatullah Jakarta.
146

Ramdan, Edy ,Pengaruh Minimnya Sosialisasi Perbankan Syariah


terhadap Minat Masyarkat Memilih Bank Syariah, Tesis, UIN
Sunan Gunung Jati Bandung, 2009.
Riduwan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, cet ke-1, Bandung:
Alfabeta, 2004.
Ringkasan Eksekutif kerjasama Bank Indonesia dengan Pusat Penelitian
Kajian Pembangunan Lembaga Penelitian Universitas
Diponegoro Semarang, Penelitain Potensi, Preperensi dan
Perilaku Masyarakat terhadap Bank Syariah di Wilayah Jawa
Tengah
dan
Daerah
Istimewa
Yogyakarta,
http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/219C8504-BB4A-4F86-B9821A24ED29627D/13439/BPSESjatengindonesia.pdf
Rivai, Veithzal, Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sistem Bank Islam
Bukan Hanya Solusi Menghadapi Krisis, Namun Solusi Dalam
Menghadapi Berbagai Persoalan Perbankan dan Ekonomi
Global, Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
Robbins, Stephen P. Organizational Behavior, 9th Edition, New Jersey:
Prentice-Hall International, 2001.
Rosly, Saiful Azhar and Mohd Afandi Abu Bakar, Performance of
Islamic and Mainstrem Bank in Malaysia, Social Economics,
2003.
Ruhiat, Ahmad Peran Perbankan Syariah dalam Memulihkan Ekonomi
Nasional, Republika, 3 oktober 2005.
Rudjito, Ekonomi Syariah dalam Sorotan, Jakarta: Yayasan Amanah,
2003.
Sari, Ikrama Nailul, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nasabah
Memilih Bank Muamalat Cabang Batam Tahun 2009-2010,
Skripsi, UII Yogakarta,2010.
Sa>biq, Sayyid ,Fiqh al-Sunnah, Beirut: Dr el Fikr, 1992.
Shihab, M.Quraish, Tafsir Al-Mishba>h, Jakarta: Lentera Hati, 2000.
Siddiqi, Muhammad Nejatullah, Issue In Islamic Banking The Islamic
Fondation London:tp, 1983.
Simamora, Bilson, Panduan Riset Prilaku Konsumen, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama,2002.
Spencer, Bennet & Bowers, David, An Introduction to Multivariate
Techniques for Social and Behavioral Sciences, New York: John
Wiley & Sons, 1978.
Stoner, James A.F, Manajemen, Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer, 1996.
Sugiyono, Metode Penelitian bisnis. Cet ke-9, Bandung: Alfabeta, 2006.
-----------, Statistika Untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2007.

147

al-SyafiI, Muhammad ibn Idris (w. 204H.), al-Umm, Kairo: Maktabah


Kuliyyat al-Azhariyah, 1961M.
UIN Syariaf Hidayatullah dan Bank Indonesia, Persepsi dan Perilaku
Masyarakat terhadap Bank Syariah di wilayah Jakarta dan
sekitarnya, Jakarta, 2003.
Umar, Husein, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999.
-------, Strategic Management In Action, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2003.
Utomo, Budi S. Menuju Era Ekonomi Berkeadilan dan Bebas Bunga,
Jakarta, 2001.
Ustmani, Muhammad Imran Ashraf Meezan Banks Guide To Islamic
Banking, Urdu Bazar Karachi: Dr al-Ishat, 2002.
UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan syariah
UU No. 30 tahun 1999 tentang Perdamaian /Sulh.
UU No. 30 tentang Arbitrase .
Vogel, Frank F dan Samuel Hayes, Islamic Law and Finance, Risk and
Return, London: Kluwer Law International, 2009.
Wahab, az- Zuhaily, al-fiqh al-Isla>mi Wa Adillatuhu , Damaskus: Darul
Fikr, 1997.
---------, Al-Mumalah al-Mliyah al-Mus}irah: Buht} wa Fatwa wa
Hulul, Damaskus : Dr al-Fikr, 2002.
Wiroso, Jual Beli Murabahah, Yogjakarta: UII Press, 2005.
Yamin, Sofyan, Heri Kurniawan, SPSS Compelete: Tek\nik Analisasi
Statistik Terlengkap dengan Software SPSS, Jakarta: Selemba
Infotek, 2009.

148

INDEKS
INDEKS TOKOH
abd ar-Rahman al-Jazari 56
Abu Said al-Khudri 28, 61
Abu Qatadah 105
Adiwarman A Karim 2, 52, 53, 63, 64
Aisyah r.a. 83
Al-Ghazali 130
Almossawi, M 9, 29, 36
Antonio, Muhammad SyafiI 102
At-Turmizi 87
Azhar,Saiful 31
Bakar, Mohd Afandi Abu 31
Bilson Simamora 20
Chaplin.J.P 20
Cengis Erol 10, 29, 37,
Coyle,T. 7, 30
David loudon 17
Djamaluddin Ancok 24
Gerrard,Cunningham 32, 40,
Gery amstrong 27
Gibson, Ivancenich, Donnely 25
Green E.B. 21, 24, 27
Haron. S 31, 39,
Husein umar 11
Ibn rushd 56, 61
Ibnu Abidin 59
Ibnu Majah 28
Imam bukhari 84 , 11
Imam muslim 113
Imam Nawawi 2

149

Imam syafiI 60
Kaynak, E 9, 31
Kotler, Philip 13, 14, 17, 25, 27, 132
Lewis B.R. 7, 30, 39,
Metawa 9, 29, 36,
Moutinho 28, 36
Mohd afandi abu bakar 40,
Naser 28
Purwasutjito M.N 77
Rasulullah Saw. 26, 28, 32, 46, 57, 61, 65, 73, 76, 79, 86, 87, 91, 92,
99, 105, 113, 129,
Radi el-Bdour 10, 29
Revers 9
Rhenald kasali 83
Rita damayanti 21
Robbin, P. Stephen 10, 18, 22, 23, 132
Shuhaib ar Rumy r.a 46
Saiful azhar 40
Wahbah az-Zuhaili 56
INDEKS TEMPAT
Amerika 18, 24
Amman 29, 37,
Arab Saudi 24
Asahan 52
Bahrain 7, 8, 24,29, 36,
Bandung 42, 43
Banglades 23
Bangka Belitung 46
Banjarmasin 41
Banjar Baru 41
Banjar 41
Bantul 44
Barito Kuala 41
Bekasi 51,

150

Bogor 51, 52,


Boyolali 44
Brebes 44
Cirebon 42,43, 52
Cianjur 51, 52
Cilacap 44
Cyprus 24
Deli Serdang 52
Denmark 24
Demak 35
Hulu Sungai Selatan 41
Hulu Sungai Utara 41
Indonesia 1, 4, 14, 18, 24, 25, 30, 31, 33, 34, 35, 48, 55, 94, 105, 111
Inggris 11, 14, 18, 23,24, 30, 38,
Irbid 29
Iran 23
Jakarta pusat 45
Jakarta Utara 45
Jakarta Barat 45
Jakarta Timur 45
Jakarta Selatan 45
Jawa Barat 7, 41
Jawa tengah 35, 36
Jawa timur 8
Jeddah 23, 29
Jepara 44,
Karawang 42
Kalimantan Selatan 8, 33
Kendal 43
Kudus 43, 44
Kuala lumpur 28
Labuhan Batu 44
Langkat 52
Leichester 30
Libya 23

151

Loughborogh 30
London 24
Luxemburg 24
Malang 7
Malaysia 8, 14, 23, 31, 39,
Mandailing Natal 52
Medan 52
Melbourne 24
Mesir 23, 24, 28, 29,
Musi Banyuasin 46
Musi Rawas 46
Muara Enim 46
Ogan Komering Ilir 46
Ogan Komering Ulu 46
Pakistan 23
Palembang 46
Pangkal Pinang 46
Pekalongan 43, 44
Pekanbaru 2, 3, 5, 6, 11, 48, 71,73, 74, 75, 76, 78, 79, 80, 82, 84, 85,
86, 88, 90, 91, 92, 93, 94, 97, 100, 106, 131, 132
Rembang 43, 44
Semarang 43,
Singapura 14, 18, 32,
Sudan 23
Sukabumi 51, 52
Sumatera Barat 7
Sumatra utara 43
Sumatra selatan 38
Surakarta 43, 44
Swiss 24
Tapanuli Selatan 52
Tanjung Balai 52
Tangerang 48, 51, 52
Tanah Laut 41
Tapin 33

152

Tasikmalaya 42,43, 51, 52


Tegal 44
Turki 23
Uni soviet 1
Yogyakarta 43,
Zarka 29
INDEKS AL-QURAN DAN HADITS
ali-Imran:159, 60
al-Baqarah: 275 60, 61, 93
al-Baqarah: 280 66
al-Baqarah:282 65, 67
al-Baqarah: 283 67
al-Hujurat:13
60
al-Hujura>t:10 60
al-Luqman:34 65
al-Maidah:2 60
al-Muthaffifin: 1-3 102
an-Nisa: 29 28
an-Nisa :34 83
an-Nisa :35 82
H.R. Ibnu Majah 28, 50
INDEKS ISTILAH
Adversarial 66
Amanah 26
Arbitrase 66, 67,69
Arboun 64
Bank konvensional 2, 3, 4, 5, 8, 9, 35, 36,37, 39, 46, 48, 52, 54, 60, 65,
76, 89, 92, 98, 99, 100, 101, 102, 106, 109, 110, 111, 117, 119, 122, 125,
131
Bank syariah 2, 3, 4, 5, 7, 9, 32, 34, 36, 37,38, 39, 40,41, 42, 43, 45, 46,
47, 48, 49, 50, 52, 53, 54, 58, 60, 63, 64, 65, 69, 74, 76, 92, 98, 99, 102,
103, 106, 107, 111, 117, 119, 122, 125, 126, 128
Bathil 26
Cash flow 53,56, 61, 64, 71
153

Dual banking system 3,


Economic rationale 7, 30
Ezpected of profit 65
Fathonah 26
Fixed return 1
Floating market 4, 5
Gharar 26, 95
Ha>amish gha>diyah 53
al-Hiwalah 27
Ijarah 27
al-Kafalah 27
convensional loyalist 5,
Limited decision making 110
Lumsum 58
Maysir 26
Mitsli 49
Margin 2, 3, 35, 37, 62, 89,91, 98, 102, 109
Marketing officer 60, 63, 64
Market share 4,
Mudharabah 3, 28, 33, 38
Musyarakah 3, 33, 46
Mura>bah}ah 2, 3, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 18, 27, 31, 33, 40, 46,
47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 55, 56, 57, 58, 59,60, 61,62, 63,64, 65, 66, 68,
70, 71,72, 73, 74, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 85, 86, 87, 88, 89, 90,
91, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 99, 100, 101, 102, 103, 104, 106, 107, 108,
109, 110, 111, 112, 113, 114, 115, 116, 117, 118, 119, 120, 121, 122,
123, 124, 125, 126, 127, 128, 129, 131, 132
Negative spread 105
Offering Letter 60,62,
Profit and Loss Sharing 1
Problem solving 20, 46, 102
Qimi 49
Shiddiq 26
Syariah loyalist 4, 5, 131
Tabligh 26
Ujrah 60
Viral markting 114, 115
154

al-Wakalah 27
Wholly-owned subsidiary 24
Win-win solution 66, 105

155

GLOSARI
Applicable
Bai al-Salam

Dual Banking System


Ezpected of Profit
Fixed Return
Ha>amish gha>diyah
Al-Hiwalah

:Sesuatu yang dapat diterapkan


:Jual beli dengan cara pemesanan, di mana
pembeli memberikan uang terlebih dahulu
terhadap barang yang telah disebutkan
spesifikasinya, dan
barang
dikirim
kemudian, Salam biasanya dipergunakan
untuk produk-produk pertanian jangka
pendek. Dalam hal ini lembaga keuangan
bertindak sebagai pembeli produk dan
memberikan uangnya lebih dulu sedangkan
para nasabah menggunakannya sebagai
modal untuk mengelola pertaniannya.
:Diperbolehkan
bank
konvensional
membuka unit usaha syariah
: Perkiraan keuntungan.
:Penetapan keuntungan yang pasti diawal
akad
: Uang tanda jadi ketika terjadi ijab qabul
:Akad pemindahan utang/piutang suatu
pihak kepada pihak yang lain. Dalam
lembaga keuangan hawalah diterapkan
pada fasilitas tambahan kepada nasabah
pembiayaan yang ingin menjual produknya
kepada
pembeli
dengan
jaminan
pembayaran dari pembeli tersebut dalam
bentuk giro mundur. Ini lazim disebut Post
Dated Check. Namun disesuaikan dengan
prinsip-prinsip Syariah.
Ijarah :Akad sewa menyewa barang antara
kedua belah pihak, untuk memperoleh
manfaat atas barang yang disewa. Akad
sewa yang terjadi antara lembaga keuangan
(pemilik
barang)
dengan
nasabah
(penyewa) dengan cicilan sewa yang sudah
termasuk cicilan pokok harga barang
sehingga pada akhir masa perjanjian
156

Al-Kafalah

Limited Decision making

long term oriented


Lumpsum
Margin

Mengintroduksikan
Musyarakah

Mudharabah

penyewa dapat membeli barang tersebut


dengan sisa harga yang kecil atau diberikan
saja oleh bank. Karena itu biasanya Ijarah
ini dinamai dengan al Ijarah waliqtina atau
al Ijarah alMuntahia Bittamliik.
:Akad jaminan satu pihak kepada pihak
lain. Dalam lembaga keuangan biasanya
digunakan untuk membuat garansi atas
suatu
proyek
(performance
bond),
partisipasi dalam tender (tender bond) atau
pembayaran lebih dulu (advance payment
bond).
:Pengambilan keputusan yang kadangkadang mereka tidak memiliki keterlibatan
yang tinggi, mereka hanya memiliki sedikit
pengambilan masa lalu dari produk
tersebut.
:Oriantasi yang berjangka panjang
:Uang yang dibayarkan sekaligus untuk
semua biaya
:Besarnya keuntungan yang disepakati
antara bank dan nasabah atas transaksi
pembiayaan dengan akad jual beli
(murabahah). Margin pembiayaan bersifat
tetap (fixed) tidak berubah sepanjang
jangka waktu pembiayaan.
: memperkenalkan
: Akad antara dua pemilik modal atau lebih
untuk menyatukan modalnya pada usaha
tertentu, sedangkan pelaksananya bisa
ditunjuk salah satu dari mereka. Akad ini
diterapkan pada usaha/proyek yang
sebagiannya dibiayai oleh lembaga
keuangan sedangkan selebihnya dibiayai
oleh nasabah.
:Akad yang dilakukan antara pemilik
modal (shahibul mal) dengan pengelola
(mudharib) dimana nisbah bagi hasil

157

Negative Spread
Offering Letter
Personal Selling

Profit and Loss Sharing


Viral Marketing

Problem Sloving
Al-Wakalah

Wholly-Owned Subsidiary
Win win Solution

disepakati di awal, sedangkan kerugian


ditanggung oleh pemilik modal.
: selisih suku bunga pinjaman dengan suku
bunga dana yang negatif.
: Dokumentasi legal berisi komitmen bank
untuk membiayaai nasabah
:Suatu kegiatan yang ditujukan untuk
mencari pembeli, mempengaruhi dan
memberi petunjuk agar pembeli dapat
menyesuaikan
kebutuhannya
dengan
produksi
yang
ditawarkan
serta
mengadakan perjanjian mengenai harga
yang menguntungkan bagi kedua belah
pihak
: berbagi keuntungan dan kerugian
:teknik pemasaran dengan menggunakan
jaringan sosial untuk mencapai suatu
tujuan pemasaran tertentu yang dilakukan
melalui proses komunikasi berantai
memperbanyak diri.
:Cara pengatasan terhadap masalah
:Akad perwakilan antara satu pihak kepada
yang lain. Wakalah biasanya diterapkan
untuk pembuatan Letter of Credit, atas
pembelian barang di luar negeri (L/C
Import) atau penerusan permintaan.
:Anak
Perusahaan
yang
dimiliki
sepenuhnya
:Memenangkan kedua belah pihak yang
bermasalah sehingga tidak ada yang
merasa dirugikan

BIOGRAFI

158

Mirawati, lahir pada tanggal 1 januari 1986 di


pekanbaru. Merupakan anak pasangan dari bapak Asri
dan Ibu Asni. Menamatkan Sekolah dasarnya di SD N
036 Pekanbaru pada tahun 1999. Melanjutkan
pendidikan di SLTP N 13 Pekanbaru dan tamat tahun
2002. Lalu melanjutkan lagi di SMK N 1 Pekanbaru dalam bidang Bisnis
Manajemen yang tamat pada tahun 2005. Pada tahun itu juga anak ke dua
dari tiga bersaudara ini melanjutkan pendidikan di Strata 1 UIN Sultan
Syarif Kasim Riau di Pekanbaru pada jurusan Manajemen. Pada tahun
2009 menjadi mahasiswa program S2 di Sekolah Pascasarjana UIN
Syarif Hidayatullah. Sekarang ini penulis berprofesi sebagai dosen di
UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial.
Buku ini merupakan hasil dari penelitian tesis penulis yang
berjudul PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP
PEMBIAYAAN MURABAHAH.

159

Anda mungkin juga menyukai