Anda di halaman 1dari 11

MENGANALISIS KASUS KOMUNIKASI

Komunikasi Antarbudaya Melalui Pedagang Lokal dengan Wisatawan Asing di Bali

Disusun oleh:
NURUL AMIRAH NASUTION
2106321013

Pengantar Komunikasi
PB – 4A

Dosen Pengajar
Dr. H. Ridwan Roy T, S.H., M.Si.

JURUSAN TEKNIK GRAFIKA DAN PENERBITAN


POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
DEPOK
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan rahamat

dan hidayah-Nya dalam mata kuliah Pengantar Komunikasi sehingga penulis dapat menyusun

makalah “Komunikasi antarbudaya Pedang Lokal dengan Wisatawan” dan dapat

menyelesaikannya dengan tepat waktu.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Pengantar

Komunikasi, Bapak Ridwan Roy. Terima kasih kepada teman-teman yang telah mendukung

penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari

banyak pihak yang memberikan kritik dan saran demi menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan yang membangun. Akhir

kata, kami harap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta, 9 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I ......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2

1.3. Tujuan.......................................................................................................................... 2

BAB II........................................................................................................................................ 3

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3

2.1. Deskripsi Kasus .............................................................................................................. 3

2.2. Masalah atau Isu Utama .................................................................................................. 3

2.3. Langkah-langkah Penyelesaian Kasus ............................................................................ 4

2.4. Penilaian terhadap Langkah Penyelesaian ...................................................................... 4

BAB III ...................................................................................................................................... 6

PENUTUP.................................................................................................................................. 6

3.1. Kesimpulan ..................................................................................................................... 6

3.2. Saran Langkah-langkah Penyelesaian yang Lebih Baik ................................................. 6

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk sosial selalu berkomunikasi dengan sesamannya.

Komunikasi tidak dapat dihindari oleh kehidupan manusia, bahkan seluruh hidup manusia diisi

dengan komunikasi.

Komunikasi menjadi kebutuhan manusia yang penting dan kebutuhan yang harus

terpenuhi. Cara manusia berhubungan dengan manusia lainnya dan menjalin berbagai macam

hubungan diantara mereka melalui proses komunikasi. Komunikasi merupakan proses sosial.

Komunikasi adalah alat yang manusia gunakan untuk mengatur, menstabilkan, dan

memodifikasi kehidupan sosialnya. Proses sosial bergantung pada penghimpunan, pertukaran,

dan penyampaian pengetahuan. Pada gilirannya pengetahuan bergantung pada komunikasi.

Di Indonesia memiliki berbagai budaya masing-masing, menjadi hal yang unik dalam

proses komunikasi. Keterkaitan antara budaya dan komunikasi menjadi hal yang perlu dibahas,

baik mengamati pengaruhnya maupun tujuan dari komunikasi tersebut.

Komunikasi antarbudaya merupakan komunikasi yang sering terjadi diantara orang-

orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda, misalnya berbeda ras, atau etnik. Salah satu

contohnya adalah, pedagang lokal yang berjualan di tempat wisata yang banyak didatangi oleh

wisatawan asing.

Dari latar belakang tersebut, penulis ingin membahas mengenai proses komunikasi

yang terjadi antara pedagang lokal dengan wisatawan asing dengan judul makalah

“Komunikasi Antarbudaya Melalui Pedagang Lokal dengan Wisatawan Asing di Bali”.

1
1.2.Rumusan Masalah

Dari penjelasan latar belakang tersebut, penulis mendapatkan beberapa rumusan

masalah, antaranya:

1. Bagaimana cara berkomunikasi antarbudaya melalui pedagang lokal dengan

wisatawan asing?

2. Apa saja yang menjadi penghambat dalam komunikasi antarbudaya tersebut?

3. Bagaimana cara menyelesaikan hambatan yang terjadi dalam proses

komunikasi antarbudaya?

1.3.Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui proses komunikasi antarbudaya melalui pedagang lokal

dengan wisatawan asing.

2. Untuk mengetahui hambatan yang terjadi dalam proses komunikasi antarbudaya

melalui pegang lokal dengan wisatawan asing.

3. Untuk mengetahui proses penyelesaian hambatan yang terjadi dalam

komunikasi antarbudaya melalui pedagang lokal dengan wisatawan asing.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Deskripsi Kasus

Interaksi antara pedagang lokal dengan wisatawan asing merupakan bentuk komunikasi

yang menarik dan unik. Para pedagang lokal dengan latar belakang budaya yang kental, dalam

hal ini budaya Bali dipertemukan dengan wisatawan asing yang datang untuk berlibur atau

kegiatan lainnya.

Pedagang lokal yang memiliki berbagai latar belakang berkomunikasi dengan

wisatawan asing memulainya dengan bahasa non-verbal seperti, lambaian tangan, jabat tangan,

tatapan muka, dan senyuman. Para pedagang lokal menggunakan bahasa yang singkat tanpa

perlu memperhatikan pola bahasa yang benar.

Dari pandangan wisatawan asing, para pedagang lokal bersifat agresif dan memaksa

untuk membeli dagangannya. Beberapa pedagang juga menggunakan kata-kata yang kurang

sopan karena keterbatasan bahasa. Para pedagang lokal tidak memahami pelayanan prima

terhadap para tamunya.

2.2. Masalah atau Isu Utama

Pada hal ini, permasalahan utama berada di perbedaan bahasa antara kedua belah pihak.

Pedagang lokal yang memiliki latar belakang berbeda, seperti Ibu Rai, penjual kerajinan tangan

dengan pendidikan terakhirnya SD, dan Bapak Wandi, seorang penjual makanan ringan yang

pendidikan terakhirnya SMP.

Ketika berjualan, pedagang menggunakan kalimat sapaan, seperti “hay.. hallo, buy one

sir / madam”. Percakapan dilakukan dengan mengucapkan kalimat-kalimat pendek, seperti

“hey, how are you?, buy one sir, this one nice sir/madam, came on just one, you look hungry

ha!”. Kalimat berbahasa inggris yang digunakan tidak menggunakan pola bahasa inggris yang

3
benar. Kalimat “okay sir/madam, thank you, see you” menjadi ucapan setelah komunikasi

selesai.

Sedangkan para wisatawan asing yang datang ke Bali, mereka memiliki beberapa

pendapat mengenai para pedagang lokal yang berjualan. Seperti Helen Hudson yang sudah ke

Bali sebanyak dua kali, berasal dari Amerika Serikat, dan Moriz yang baru pertama kali ke

Bali, berasal dari Swiss.

Sebagian pedagang lokal bersikap agresif dan terkesan memaksa para wisatawan untuk

membeli produknya. Hal ini membuat para wisatawan kurang merasa nyaman dalam

berkomunikasi. Selain itu, bahasa Inggris yang digunakan para pedagang lokal kurang sopan,

seperti kata “boss”, menurut wisatawan asing, hal ini kurang mereka senangi.

Namun, terlepas dari hambatan dalam komunikasi, para wisatawan sangat menyanjungi

keramahan dari para pedagang lokal. Menurut wisatawan asing, para pedagang lokal sopan dan

ramah. Para pedagang lokal juga terbuka dengan kedatangan wisatawan asing.

2.3. Langkah-langkah Penyelesaian Kasus

Dari permasalahan isu komunikasi antarbudaya melalui pedagang lokal dengan

wisatawan asing, langkah penyelesaian kasus dapat beberapa cara, seperti:

1. Pelatihan berbahasa Inggris untuk pedagang lokal.

2. Pelatihan pelayanan prima kepada para pedagang lokal.

2.4. Penilaian terhadap Langkah Penyelesaian

Menurut penulis, kedua langkah penyelesaian yang diberikan dengan masalah

komunikasi antarbudaya sudah baik. Pelatihan berbahasa Inggris kepada pedagang lokal dapat

memberikan pengetahuan yang lebih luas bagi para pedagang lokal. Dengan adanya pelatihan

4
berbahasa Inggris, pedagang lokal akan meningkatkan kemampuan bahasa Inggris-nya lebih

baik.

Menurut penulis, pelatihan pelayanan prima bagi para pedagang lokal juga mempunyai

peran yang penting. Dengan adanya pelatihan pelayanan prima, para pedagang lokal mampu

memberikan pelayanan sehingga dapat memenuhi dan memuaskan para pelanggan. Dalam hal

ini, perusahaan juga bisa mendapatkan keuntungan yang maksimal.

Dan hal perlu diperhatikan lainnya adalah mengenai keramahan para pedagang lokal

kepada wisatawan asing. Keramahan ini harus dipertahankan para pedagang lokal sebagai

bentuk ciri khas dari pedagang yang terbuka dengan kedatangan wisatawan asing ke Bali.

5
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Komunikasi antarbudaya melalui pedagang lokal dengan wisatawan asing di Bali dapat

terjadi diawali dengan komunikasi non-verbal seperti, lambaian tangan, senyuman, jabat

tangan, dan tatapan mata. Dilanjutkan dengan komunikasi verbal, pedagang lokal menyapa

wisatawan dengan kalimat bahasa inggris yang pendek dan perlu diperhatikan pola bahasa

inggris yang benar.

Komunikasi antarbudaya ini juga didukung oleh pedagang lokal yang memiliki karakter

terbuka dengan wisatawan asing yang datang ke Bali. Faktor lainnya, para pedagang harus

berkomunikasi dengan wisatawan asing agar produk yang ditawarkan terjual dengan habis.

Namun, terjadi hambatan dalam berkomunikasi antarbudaya ini, antaranya adalah

pedagang lokal yang tidak mengerti pola bahasa inggris yang baik dan benar. Selain itu, para

pedagang yang selalu terkesan memaksa menjajakan produknya kepada wisatawan asing.

Sehingga wisatawan asing merasa kurang nyaman dengan pedagang lokal.

3.2. Saran Langkah-langkah Penyelesaian yang Lebih Baik

Dari kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang dapat penulis sampaikan untuk

membantu komunikasi antarbudaya melalui pedagang lokal dengan wisatawan asing di Bali:

1. Para pedagang lokal belajar bahasa inggris melalui internet. Melihat kondisi

mereka yang selalu berdagang, akan sulit mencari waktu jika harus belajar

secara luring. Ketika para pedagang lokal sedang dalam waktu senggang,

mereka bisa menggunakan waktunya untuk menonton tayangan edukasi belajar

bahasa inggris.

6
2. Para pedagang lokal belajar melalui wisatawan asing. Melihat dari kondisi

mereka yang selalu didatangi oleh wisatawan asing, tidak memungkinkan untuk

para pedagang lokal belajar melalui wisatawan asing. Dengan ini, terjadi

kedekatan diantara keduanya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Astina, M. A., & Muliadiasa, K. (2016). Komunikasi Lintas Budaya Antara Pedagang Lokal

dengan Wisatawan Asing di Pantai Sanur. Prosiding Seminar Nasional

INDOCOMPAC, 696-709.

Tasunaung, N. N., Farid, M., & Bahfiarti, T. (2017). Perilaku Komunikasi Para Pedagang Lokal

dalam Berinteraksi dengan Turis Mancanegara di Sepanjang Pesisir Kuta Denpasar

Bali. Jurnal Komunikasi KAREBA, 315-321.

Yusuf, S. (2020). Hambatan Komunikasi Antarbudaya. Jurnal Pengembangan Ilmu

Komunikasi dan Sosial, 39-50.

Anda mungkin juga menyukai