A. HYMEN IMPERFORATA
Pengertian
Terminologi hematokolpos berasal dari kata Yunani ‘hemato’ dan ‘colpos’ yang
artinya darah dan vagina. Hematokolpus adalah suatu kondisi obstruksi pada aliran
darah menstruasi pada vagina yang disebabkan oleh hymen imperforate. Sedangkan
hematometra adalah suatu kondisi obstruksi pada aliran darah menstruasi sehingga
tertahan di dalam cavum uteri. Tanda dan gejala dari kelainan ini dijumpai pada usia
11 – 13 tahun saat anak perempuan tersebut sudah mulai mengalami menarche.
Adanya bendungan darah pada cavum vagina dan cavum uteri ini menyebabkan rasa
nyeri yang hebat pada bagian bawah abdomen. Nyeri ini akan berlangsung setiap
bulan sesuai siklus menstruasinya akan tetapi darahnya tidak mengalir akibat adanya
kelainan lubang di hymen dan keluhan nyeri saat BAK adalah tanda dan gejala utama
dari kelainan ini. (Sailer, 1979)
Etiologi
1
endoderm epitel sinus urogenital, dan bukan berasal dari duktus mullerian. Hymen
mengalami perforasi selama masa embrional untuk mempertahankan hubungan antara
lumen vagina dan vestibulum. Hymen merupakan lipatan membrane irregular dengan
berbagai jenis ketebalan yang menutupi sebagian orifisium vagina, terletak mulai dari
dinding bawah uretra sampai ke fossa navikularis (Verma, 2009).
Hymen Imperforata terbentuk karena ada bagian yang persisten dari membran
urogenital dan terjadi ketika mesoderm dari primitive streak yang abnormal terbagi
menjadi bagian urogenital dari membran cloacal. Hymen Imperforata tanpa
mukokolpos yang berasal dari jaringan fibrous dan jaringan lunak antara labium minora
sulit dibedakan dengan tidak adanya vagina. Aplasia dan atresia vagina terjadi karena
kegagalan perkembangan duktus mullerian, sehingga vagina tidak terbentuk dan
lubang vagina hanya berupa lekukan kloaka. Pokorny & Kozinetz (1988)
menerangkan bahwa secara anatomi, hymen pada wanita usia prepubertas (anak-
anak) dengan masalah organ genitalia, dijumpai konfigurasi berupa hymen fimbrae,
sirkumferensial dan posterior ring. (Sailer, 1979)
Insidensi
Insiden terjadinya hymen imperforata adalah sebesar 0.1% dari seluruh wanita usia
pubertas (Sailer, 1979 dan Verma, 2009).
Gejala Klinis
2
Sebagian kelainan ini tidak dikenali sebelum menarche, setelah itu akan terjadi
molimenia menstrualia (nyeri yang siklik tanpa haid), yang dialami setiap bulan.
Sesekali hymen imperforata ditemukan pada neonatus atau anak kecil. Vagina terisi
cairan (sekret) yang disebut hidrokolpos. Bila diketahui sebelum pubertas, dan segera
diberi penanganan asimptomatik, serta dilakukan hymenektomi, maka dari vagina akan
keluar cairan mukoid yang merupakan kumpulan dari sekresi serviks.
Kebanyakan pasien datang berobat pada usia 13-15 tahun, dimana gejala mulai
tampak, tetapi menstruasi tidak terjadi. Darah menstruasi dari satu siklus menstruasi
pertama atau kedua yang terkumpul di vagina belum menyebabkan peregangan
vagina dan belum menimbulkan gejala. (Verma, 2009; Gasim and Al-Ajma, 2013;
Sailer, 1979).
3
Tekanan intra uterin mengakibatkan darah dari kavum uteri juga dapat
memasuki tuba fallopi dan menyebabkan hemotosalfing karena terbentuknya adhesi
(perlengketan) pada fimbriae dan ujung tuba, sehingga darah tidak masuk atau hanya
sedikit yang dapat masuk ke kavum peritoneum membentuk hematoperitoneum.
(Verma, 2009; Gasim and Al-Ajma, 2013; Sailer, 1979).
Gejala yang paling sering terjadi akibat over distensi vagina, diantaranya rasa
sakit perut bagian bawah, nyeri pelvis dan sakit di punggung bagian belakang.
Gangguan buang air kecil terjadi karena penekanan dari vagina yang distensi ke uretra
dan menghambat pengosongan kandung kemih. Rasa sakit pada daerah supra pubik
bersamaan dengan gangguan air kecil menimbulkan disuria, urgensi, inkontinensia
overflow, selain itu juga dapat disertai penekanan pada rectum yang menimbulkan
gangguan defekasi. (Verma, 2009; Gasim and Al-Ajma, 2013; Sailer, 1979).
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan pemeriksaan darah rutin, dan
urinalisa.
Pemeriksaan Imaging
Foto abdomen (BNO-IVP), USG abdomen serta MRI Abdominal dan pelvis
dapat memberikan gambaran imaging untuk uterovaginal anomali.
Dengan USG dapat segera didiagnosis hematokolpos atau
hematometrokolpos, Selain itu, transrectal ultrasonography dalam membantu
delineating complex anatomy. Apabila dengan USG tidak jelas, diperlukan
pemeriksaan MRI.
4
USG dan MRI sebagai pemeriksaan penunjang untuk mengetahui apakah ada
kongenital anomali traktus urinaria yang menyertai.
Pendapat lain mengatakan, bila dijumpai hymen imperforata pada anak kecil/
balita tanpa menimbulkan gejala, maka keadaan diawasi sampai anak lebih besar dan
keadaan anatomi lebih jelas, dengan demikian dapat diketahui apakah yang terjadi
hymen imperforata atau aplasia vagina.
Pada insisi silang tidak dilakukan eksisi membrane hymen, sementara pada
insisi stellate setelah insisi dilakukan eksisi pada kuadran hymen dan pinggir mukosa
hymen di aproksimasi dengan jahitan mempergunakan benang delayed-absorbable.
Tindakan insisi saja tanpa disertai eksisi dapat mengakibatkan membrane hymen
menyatu kembali dan obstruksi membrane hymen terjadi kembali. (Gasim and Al-Ajma,
2013).
5
Evaluasi vagina dan uterus perlu dilakukan sampai 4-6 minggu paska
pembedahan, bila uterus tidak mengecil, perlu dilakukan pemeriksaan inspeksi dan
dilatasi serviks untuk memastikan drainase uterus berjalan dengan lancar. Bila
hematokolpos belum keluar, instrumen intrauterine jangan dipergunakan karena bahya
perforasi dapat terjadi akibat peregangan uterus yang berlebihan. (Gasim and Al-Ajma,
2013).
6
(1) The patient is placed in the dorsal (2) The hymenal tags are grasped by
lithotomy position. The perineum tissue forceps, and a small Metzenbaum
is prepped and draped. The labia scissors is inserted through the opening.
are retracted. Stellate incisions are made to open the
vaginal canal. If mucus is present, it is
gently irrigated away with saline
solution.
Atlas of Pelvic Surgery (online edition) Clifford R. Wheeless, Jr., M.D. and Marcella L.
Roenneburg, M.D
7
Pengertian
Sindrom klinis akibat kerusakan metabolik atau patologik ginjal yang ditandai
dengan penurunan fungsi yang nyata dan cepat serta terjadinya azotemia. (Loraine M.
Wilson, 1982)
Etiologi
Sebab pre renal
8
Tanda dan Gejala
Oliguria (Urine < 400 ml/24 jam)
Azotemia
Dengan atau tanpa keluhan lain nonspesifik : nyeri, demam, reaksi
syok, atau gejala dari penyakit yang ada sebelumnya (pre renal)
Patofisiologi
Lima teori yang menggambarkan patofisiologi GGA :
1. Obstruksi tubulus
2. Kebocoran ccairan tubulus
3. Penurunan permeabilitas glomerulus
4. Disfungsi vasomotor
5. Glumerolus feedback
Teori obstruksi glumerolus menyatakan bahwa NTA(necrosis tubular akut)
menggakibatkan deskuamasi sel-sel tubulus yang nekrotik dan materi protein lainnya,
yang kemudian membentuk silinder-silinder dan menyumbat lumen tubulus.
Pembengkakan selular akibat iskemia awal, juga ikut menyokong terjadinya obstruksi
dan memperberat iskemia. Tekanan tubulus meningkat, sehingga tekanan filtrasi
glumerolus menurun. Teori ini sesuai untukkondisi iskemia berkepanjangan, keracunan
logam berat dan etilen glikol.
9
Penghambatan prostaglandin seperti aspirin diketahui dapat menurunkan aliran darah
renal pada orang normal dan menyebabkan NTA.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Data dasar Pengkajian
a. Identitas: Jenis kelamin : pada pria mungkin disebabkan hipertropi prostat
b. Riwayat Penyakit Sekarang: Keluhan utama tidak bisa kending.kencing sedikit
dengan atau tanpa keluhan lainnya
c. Riwayat Penyakit Dahulu: Adanya penyakit infeksi, kronis atau penyakit
predisposisi terjadinya GGA serta kondisi pasca akut
2. Pola kebutuhan
a. Aktivitas dan istirahat
b. Gejala : keletihan, kelemahan, malaise
c. Tanda : Kelemahan otot, kehilanggan tonus
3. Sirkulasi
Tanda : Hipotensi/hipertensi, disritmia jantung, nadi lemah/halus, hipotensi
orthostatik (hipovolemia), hipervolemia (nadi kuat), oedema jaringgan umum,
pucat, kecenderungan perdarahan
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola kemih : peninggkatan frekuensi, poliuria (kegagalan
dini) atau penurunan frekuensi/oliguria (fase akhir), disuria, ragu-ragu berkemih,
dorongan kurang, kemih tidak lampias, retensi (inflamasi/obstruksi, infeksi),
abdomen kembung, diare atau konstipasi, Riwayat Hipertropiprostat, batu/kalkuli
Tanda : Perubahan warna urine menjadi lebih pekat/gelap, merah, coklat,
berawan, Oliguria ( bisanya 12-21 hari); poliuria (2-6 l/hari)
5. Makanan/cairan
Gejala : Peningkatan berat badan (edema), penurunan ebrat badan (dehidrasi),
mual, muntah, anoreksia, nyeri ulu hati, riwayat penggunaan diuretic
Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembaban, edema
6. Neurosensorik
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, sindrom ‘kaki
gelisah”
Tanda : Gangguan status mental, penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilanggan memori, kacau, penurunan tingkat
kesadaran (azotemia, ketidakseimbanggan elektrolit/asam/basa); kejang, aktivitas
kejang
7. Nyeri/Kenyamanan
10
Gejala : nyeri tubuh, sakit kepala
Tanda : Pwrilaku berhati-hati, distraksi, gelisah
8. Pernafasan
Gejala : Nafas pendek
Tanda : Tachipnea, dispnea, peninggkatan frekuensi dan kedalaman
pernafasan (kussmaul), nafas amonia, batuk produktif dengan sputum kental
merah muda (edema paru)
9. Keamanan
Gejala : ada reakti tranfusi
Tanda : Demam (sepsis, dehidrasi), ptechie, echimosis kulit, pruritus, kulit
kering
10. Pemeriksaan Diagnostik
Urine: Volume , 400 ml/24 jam, terjadi 24-48 jam setelah ginjal rusak, Warna kotor,
sedimen kecoklatan menunjukkan adanya darah, Hb, Myoglobin. Porfirin.
Berat jenis < 1,020 menunjukkan penyakit ginjal, ccontoh Glumerulonefritis,
pyelonefritis demham kehilangan kemampuan untuk memekatkan, BJ 1,020
menunjukkan kerusakan ginjal berat. pH Urine > 7,00 menunjukkan ISK, NTA
dan GGK. Osmolalitas kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan
ginjal dan rasio urine.serum sering 1 : 1
Natrium biasanya menurun, tetapi dapat lebih dari 40mEq/L bila ginjal tidak mampu
mengabsorbsi natrium
Darah
UGS Ginjal untuk menentukan ukuan ginjal ddan massa kista, obstruksi sal kemih
atas.
11
MRI : memberikan informasi tentang jaringgan lunak
Diagnosa Keperawatan
Perubahan Volume Cairan : Berlebih s.d Retensi air
Tujuan : Keseimbangan cairan dqn elektrolit tercapai dengan nilai laboratorium dalam
batas normal.
Intervensi Rasional
Awasi DJ, Td dan CVP Takikardia dan hipertensi dapat terjadi karena kegagalan
ginjal untuk mengelaurakan urine, pembatsan cairan
ber;lebihan selama mengobati hipovoleia/hipotensi atau
perubahan fase oliguria gagal ginjal dan atau perubahan
sistem renin-angiotensin
Catat Intake dan Output Perlu untuk mengetahui fungsi ginjal, kebutuhan
akurat, ukur kehilangan GI pengantian cairan, dan penurunan resiko kelebihan
dan IWL caiaran
Kaji adanya oedema Edema terjadi terutama pada daerah yang menggantugn
dari tubuh seperti tangan dan kaki, area
lumbosakral.Edema periorbital menunjukkan tanda
perpindahan cairan
Kolaborasi
12
Berikan/batasi c airan Manajemen cairan ditentukan dari seluruh keluaran
sesuai indikasi cairan ditambah IWL
Berikan diuretik, manitol Diberikan pada fase oliguri pada GGA pada upaya
mengubah fase nonoliguria, untuk melenbrakan lumen
tubular dari debris, menurunkan hiperkalemia dan
meningkatkan kelebihan volume sirkulasi
Resiko tinggi untuk Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan b.d pembatasan
diet, peningkatankebutuhan metabolik
Intervensi Rasional
Kaji/catat masukan diet Membantu mengindentiifikasi defisiensi dan kebutuhan
diet. Kondisi fisik umum, gejala uremik (contoh mual,
anoreksia, ganngguan rasa) dan pembatasan diet
multipel mempengaruhi pemasukan makanan
Kolaborasi
Konsul dengan ahli gizi Menentukan kalori individu dan kebutuhan nutrisi dalam
pembatasan dan mengidentifikasi rute paling efektif
asupan nutrisi
13
rendah/sedang protein kecuali pasien dialisis. Karbohidrat memenuhi kebutuhan
energi dan membatasi katabolisme., mencegah
pembentukan asam keto dari oksidasi protein dan lemak.
Asam amino esensial untuk memperbaiki keseimbangan
dan status nutrisi
DAFTAR PUSTAKA
14
2. Gasim, Turki and Al-Ajma, Fathia E. 2013. Massive Hematometra due to
Congenital Cervicovaginal Agenesis in an Adolescent Girl Treated by
Histerectomy: A Case Report. Hindawi Publishing Corporation: Case Report in
Obstetrics and Gynecology Volume 2013 Article ID 640214 3 pages.
3. Kloss, Brian T, et. al. 2010. Hematocolpus secondary to Imperforate Hymen.
London: Int. Journal Emergency Medicine 2010- 3:481-482.
4. Kriplani, Alka, et.al., 2012. Laparoscopic-Assisted Uterovaginal Anastomosis in
Atresia of Uterine Cervix: Follow-up Study. Elesivier: Journl of Minimally
Invasive Gynecology Vol 19 No.4 July-August.
5. Sailer, Joachim F. 1979. Hematometra and Hematocolpos: Ultrasound
Findings. AJR 132:1010-1011 Jume 1979: American Rontgen X-Ray Society
6. Verma, Sachit et.al.. 2009. Hematocolpos Secondary to Acquired Vagina;
Scarring After Radiation Therapy for Colorectal Carcinoma. American Institute
of Ultrasound in Medicine: 28:949-953.
15