Anda di halaman 1dari 1

Sisi Kehidupan

Inna Ma’al Usri Yusro

Lepas dzuhur, saat hujan mereda, mata basah karena keharuan yang dalam.
Sebuah paket dalam genggamanku. Paket tanpa pengemasan yang ribet terselip pula
sepucuk surat tanpa sampul.
Surat inilah, yang mengaduk-aduk isi hatiku. Bagaimana tidak seseorang yang
pernah menjadi bagian dari hidupku telah menemukan jalan hidupnya. Seseorang yang
telah melepas cita-cita indahnya menjadi seorang ilmuan tiba-tiba menghadirkan karya
besar dalam hidupnya.
Ya, seorang Nova Novianti (maaf bukan inisial) takkala menginjak remaja telah
menemukan jati dirinya. Sekian tahun ia telah terlepas dari genggamanku, tanpa aku
duga, ia berproses dengan jalnnya sendiri.
Surat yang ia berikan padaku, membuat aku terkesima campur haru. Dengan jujur
ia bertutur, cara sederhana ketika aku memeluknya, menjadi pondasi kokoh
pembentukan karakter karakter dirinya untuk pantang menyerah.
Bukan tempatnya aku memuji seseorang karena hanya Allah Azza wa Jalla yang
berhak dipuji. Aku hanya ingin berbagi motivasi.
Buku yang kau terima berjudul “Masih Ada Hari Esok” Ditulis oleh Ahmad Rifa’i
Rif’an and Other Writer. Aku sempat bertanya-tanya, mengapa Nova mengirimi buku ini
padaku? Atau, karena dia ingat aku suka baca? Setelah aku buka plastik pembungkus,
aku baru ngeuh, magsud dia mengirimi buku tersebut.
Aku bukan gila hormat, gila sanjungan. Salah satu pembelajaran yang kami kelola
adalah pembinaan ahlak. Bagi kami, anak adalah titipan orang tua yang sudah
semestinya dibina dengan sebaik-baiknya. Jadilah nova dan kawan-kawan, yang
awalnya di paksa mengikuti beragam aturan dan pembiasaan, akhirnya terbiasa.
Semakin bertambah hari, semakin ringan mereka menjalankan apa yang kami ajarkan.
Saya merasa bersyukur sekali, diberi kesempatan berbagi dengan anak-anak yang
ghirah menimba ilmunya begitu tinggi. Saya melihat, seorang Nova saat kecil, tak
pernah surut untuk belajar. Media bacaan yang kami miliki dia santap dengan lahap.
Surat kabar langganan kamiyang bertumpuk di pojok baca, dinikmati hingga bagian
yang remeh temeh. Alhasil, ketika di sekolah ada sesi diskusi dia tidak pernah
kehilangan bahan untuk bertanya, berargumen atau memaparkan materi.
Ketika anak-anak lain memperluas wawasan dengan menyaksikan acara televisi
yang sedang booming, Nova asyik berkutat dengan surat kabar hingga larut malam.
Siaran televisi hanya bisa disaksikan anak-anak kami saat ada tugas khusus sekolah.

Anda mungkin juga menyukai