Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

BATU PYLEUM ATAU BATU GINJAL

DISUSUN OLEH :

YOGI WAHYU PRATAMA

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. YUSRAN HASYMI, M. Kep, SP.KMB.

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Bengkulu, 12 Januari 2021

PEMBIMBING PENDIDIKAN PEMBIMBING


LAHAN

Ns. YUSRAN HASYMI, M. Kep, SP.KMB. Ns. AFRIDA


HAYATI S,Kep

MAHASISWA

YOGI WAHYU PRTAMA


A. Konsep dasar penyakit
1. Anatomi fisiologi

Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga


retroperitoneal bagian atas. Secara makroskopis, ginjal berbentuk menyerupai
kacang dengan sisi cekungnya menghadap ke medial. Cekungan ini disebut
sebagai hilus renalis, yang di dalamnya terdapat apeks pelvis renalis dan struktur
lain yang merawat ginjal, yaitu pembuluh drah, sistem limfatik, dan sistem syaraf
(Purnomo, 2011). Pada umumnya ginjal memiliki berat 150 g pada laki-laki dan
135 g pada wanita. Ukuran ginjal rata-rata 10-12 cm (panjang), 5-7 cm (lebar),
dan 3 cm (tebal) (Anderson et al, 2012). Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrosa
tipis yang disebut kapsul fibrosa (true capsul) yang melekat pada parenkin ginjal.
Diluar kapsul fibrosa terdapat jaringan lemak parirenal.

Secara anatomis, ginjal terbagi menjadi dua bagian, yaitu korteks dan medulla
ginja. Korteks ginjal terletak lebih superfisial dan di dalamnya terdapat berjuta-
juta nefron. Nefron merupakan unit fungsional terkecil ginjal. Medulla ginjal
terletak lebih profundus dan memiliki banyak saluran kecil untuk mengalirkan
hasil ultrafiltrasi berupa urin. Pada medulla ginjal terdapat area yang disebut
piramida renalis. Piramida renalis dipisahkan satu dengan yang lainnya oleh
jaringan kortikal yang disebut kolumna renalis dari bertin.

Ginjal mendapatkan suplai darah melalui arteri dan vena renalis. Pada
umumnya terdapat satu arteri renalis yang merupakan cabang langsung dari aorta,
yang masuk melalui hilus renalis. Arteri renalis bercabang menjadi cabang
anterior dan posterior. Cabang anterior memberikan aliran darah pada pole atas
dan bawah serta seluruh permukaan anterior ginjal.

Funsi ginjal antara lain mengekskresikan sebagian besar produk akhir


metabolisme tubuh (sisa obat-obatan), mengontrol sekresi hormon aldosteron dan
ADH dalam mengatur jumlah cairan tubuh, mengatur metabolisme ion kalsium
dan menghasilkan beberapa hormon seperti eritropoetin dan renin.
2. Definisi batu ginjal
Batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan suatu keadaan dimana terdapat satu
atau lebih batu di dalam pelvis atau kaliks dari ginjal. Secara garis besar
pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh faktor intrinstik dan ekstrinsik. Faktor
intrinsik yaitu umur, jenis kelamin, dan keturunan. Sedangkan faktor ekstrinsik
yaitu kondisi geografis, iklim, kebiasaan makan, zat yang terkandung dalam urin,
dan pekerjaan.

Komposisi utama dari batu ginjal adalah kalsium oslat yang mencapai 80%.
Nefroliatisi berdasarkan komposisianya terbagi menjadi batu kalsium, batu struvit,
batu asam urat, batu sistin, batu xantin, batu triameteren, dan batu silikat.
Pembentukan batu ginjal pada umumnya membutuhkan keadaan supesaturasi.
Namun pada urin normal, diperlukan adanya zat inhibitor pembentuk batu. Pada
kondisi-kondisi tertentu, terdapat zat reaktan yang dapat menginduksi
pembentukan batu. Adanya hambatan aliran urin, kelainan bawaan pada
pervikalises, hiperplasia prostat benigna, strikura, dan buli buluneurogenik ikut
berperan dalam proses pembentukan batu.

Sumber : (A)hallodoc.com .(B) henryhealth.2015


a. Jenis jenius batu ginjal
Batu ginjal mempunyai benyak jenis dengan kandungan yang berbeda-
beda berdasarkan komposisinya batu ginjal dibedakan sebagai berikut :

 Batu kalsium

Terdiri dari batu kalsium okslat dan kalsium fosfat (merupakan jenis
batu ginjal yang paling umum). Disebabkan karena terlalu banyaknya
okslat dalam urin atau disebut hiperkalsuria. Urin memiliki berbagai
limbah di dalamnya, jika terlalu banyak limbah dalam cairan yang terlalu
sedikit, kristal dapat mulai terbentuk. Kristal-kristal ini dapat mulai
menempel ke kalsium ketika urin di produksi oleh ginjal dan membentuk
massa padar yaitu batu ginjal.

 Batu asam urat

Tidak berkaitan dengan hiperurokosuria tetapi karena penurunan


kelarutan asam urat karena pH urin yang rendah. Batu urat terbentuk
dengan mekanisme kelebihan produksi, peningkatan sekresi tubular, atau
penurunan reabsorbsi tubular. Hasil asam urat sebagai produk akhir yang
relatif tidak larut adari metabolisme purin. Konsentrasi asam urat dalam
plasma tergantung pada konsumsi makanan, sintetis de novo purin, dan
eliminasi asam urat oleh ginjal dan usus.

 Batu struvit

Campuran magnesium, amonium fosfat dan apatit karbonat yang


terbentuk ketika saluran kemih terinfeksi mikroorganisme yang memiliki
enzim urease seperti golongan proteus, providencia, klebsiella,
psuedommas, dan enterococci.

 Batu sistin

Ditemukan pada pasien dengan kelainan bawaan pada transfortasi


asam amino pada ginjal dan usus yang menyebabkan peningkatan ekskresi
lisin, ornithin, sistin, dan arginin karena gangguan reabsorbsi di nefron.
Batu terbentuk karena terbatasnya kelarutan sistin. Kelarutan sistin lebih
tinggi dalam urin alkali, berkisar 175-360 mg/L di urin pada pH lebih dari
7.0. tujuan menjaga konsentrasi sistin dibawah 240 mg/L pada pH urin 7.0
untuk menjaga kelarutan.
3. Patofisiologi
pathway

Sumber : pathway-batu-ginjalpdf.html

Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan


infeksi saluran kemih. Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih dapat
menimbulkan infeksi, abses ginjal, poineprosis, urosepsis, dan kerusakan
ginjal permanen (gagal ginjal). 75% dari batu ginjal adalah batu kalsum. 60%
tersusun dari kalsium okslat, 20% dari campuran kalsium okslat dan
hydroxyapatie, 10% dari asam urat dan struvite (magnesium ammonium
fosfat) dan 2% adalah batu brushite.

Mekanisme pembentukan batu ginjal atau saluran kemih tidak diketahui


secara pasti, akan tetapi beberapa buku menyebutkan proses terjadinya batu
dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :

a. Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air seni, dimana apabila
air seni jenuh akan terjadi pengendapan.
b. Adanya inti (nidus). Misalnya adanya infeksi kemudian terjadi tukak,
dimana tukak ini menjadi pembentukan batu, sebagai tempat
menempelnya partikel-partikel batu pada inti tersebut.
c. Perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam air seni akan menetralkan
muatan dan menyebabkan terjadinya pengendapan.
Terbentuknya batu bisa disebabkan ileh berbagai macam mekanisme.
Supersaturasi yang berlebihan adalah penyebab terbentuknya batu asam urat
atau batu sistin, sementara batu infeksi disebabkan oleh metabolism bakteri.
Sementara batu yang paling sering, yaitu batu yang mengandung kalsium,
masih belum sepenuhnya dimengerti penyebabnya.

Terbentuk atau tidaknya batu juga ditentukan oleh adanya keseimbangan


antra zat pembentukan batu dan inhibitor. Beberapa inhibitor batu antara lain
ion magnesium yang dapat menghambat pembentukan batu karena jika
berikatan dengan okslat, membentuk garam magnesium okslat sehingga
jumlah okslat yang akan berikatan dengan kalsium akan menurun.

4. Etiologi
Menurut Sakhae et al, 2012. Ada beberapa penyebab terbentuknya
batu ginjal yang dapat dipicu oleh faktor keturunan, makanan, dan obat-
obatan.
a. Hiperkalsuria
Penyebab pembentukan batu kalsium. Disebabkan peningkatan
penyerapan kalsium usus, menurunnya reabsorbsi kalsium di ginjal
dan peningkatan mobilisasi dari tulang.
b. Hiperurikosuria
Terdeteksi dari 10% pembentuk batu kalsium. Berdasarakan
fisikokimia batu kalsium terbentuk akibat supersaturasi kemih dengan
monosodium koloid kristalisasi kalsium oksalat yang diinduksi oleh
urat.
c. Hipositraturia
Sitrat adalah inhibitor endogen pembentukan batu kalisum.
Rendahnya ekskresi sitrat urin ditemukan pada 20-60% nefrolitiasis.
Penentu utama ekskresi sitrat urin adalah keseimbangan asam basa.
Umumnya terjadi dengan asidosis metabolik, peran penghambatan
sitrat juga melibatkan pembentukan larutan kompleks dan
pengurangan kejenuhan.
d. Hiperoksaluria
Oksalat dan kalsium dapat meningkatkan supersaturasi kalsium
oksalat pada kemih (merupakan 10-15% pembentuk batu kalsium).
Disebabkan oleh produksi oksalat yang berlebih akibat dari gangguan
metabolisme, peningkatan penyerapan oksalat usus, peningkatan
asupan makanan bioavaibilitas, dan pH urin. Urin yang sangat asam
(pH 5.5) dan urin yang sangat basa (pH 6.7) dapat mempengaruhi
pembentukan batu kalsium. Dengan pH yang terlalu asam maka urin
menjadi jenuh dengan asam urat yang berperam dalam kristalisasi
kalsium oksalat. Sedangkan urin yang sangat alkalin dapat
meningkatkan monohidrogen fosfat yang dalam kombinasi dengan
kalsium berubah menjadi termodinamika brusit yang tidak stabil dan
akhirnya terbentuk hidroksiapatit.

5. Manifestasi klinik
Menurut Purnomo (2011) beberapa tanda dan gejala yang dapat ditemukan
dan dirasakan pada pasien batu ginjal yaitu :

a. Nyeri
Nyeri mungkin bisa berupa nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri
kolik terjadi karena aktivitas peristaltic otot polos sistem kalises
ataupunn ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari
saluran kemih.
b. Batu di ginjal dapat menimbulkan obstruksi dan infeksi.
c. Hematuria yang disebabkan akibat trauma mukosa saluran kemih
karena batu.
d. Demam
e. Perubahan dalam Buang air kecil dan warna urin
Apabila ginjal manusia mengalami gangguan maka akan terjadi
gangguan pada pembentukan urin,baik dari warna,bau dan
karakterisitiknya.
f. Tubuh mengalami pembengkakan
Ketika ginjal gagal untuk melakukan fungsinya, yakni
mengeluarkan cairan atau toksin dalam tubuh , maka tubuh akan
dipenuhi cairan yang mengakibatkan pembengkakan terhadap
beberapa bagian tubuh, diantaranya di bagian kaki, pergelangan kaki,
wajah dan atau tangan.
g. Tubuh cepat lelah / kelelahan
h. Bau Mulut / ammonia breath
i. Gangguan gastrointestinal: Rasa Mual dan Ingin Muntah

6. Pemeriksaan diagnostik
a. Foto polos abdomen
Bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radio-opak di
saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat
bersifat radio-opak dan paling sering dijumpai diantara batu jenis lain,
sedangkan batu asam urat bersifat non opak (radio-lusen).
b. Pielografi Intra Vena (IVU)
Bertujuan menilai keadaan anatomi fungsi ginjal. Selain itu IVU
dapat mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non opak yang
tidak dapat terlihat oleh foto polos perut. Jika IVU belum dapat
menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akbiat adanya  penurunan
fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi
retrograde.
c. Ultrasonografi (USG)
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan
IVU, yaitu pada keadaan-keadaan: alergi terhadap kontras, faal ginjal
yang menurun, dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG
dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli (yang ditunjukkan
sebagai echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau pengerutan
ginjal.

Diagnosis dapat juga ditegakan dengan uji kimia darah dan urin 24
jam untuk mengukur kadar kalsium, asam urat, kreatinin, naatrium,
pH, dan volume total merupakan bagian dari upaya diagnostic.
Riwayat diet dan medikasi serta riwayat adanya batu ginjal dalam
keluarga didapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang mencetuskan
terbentuknya batu pada pasien.

7. Penatalaksanaan medis
a. Medikamentosa
Ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm,
karna diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan
bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine
dengan pemberian diuretikum, dan minum banyak supaya dapat
mendorong batu keluar dari saluran kemih.
b. ESWL ( Extracorporeal Shockwae Lithotripsy)
Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan
pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah
batu ginjal, batu ureter proksimal, atau batu buli-buli tanpa melalui
tindakan invasif dan tanpa pembiusan. Batu dipecah menjadi
fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui
saluran kemih. Tidak jarang  pecahan batu yang sedang keluar
menimbulkan perasaan nyeri kolik dan hematuria.
c. Endourologi
Tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu saluran
kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan
langsung kedalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui
uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses
pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai
energi hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser.
Beberapa tindakan endourologi yaitu :
 PNL ( Percutaneous Nephro Litholapaxy)
Usaha mengeluarkan batu yang berada di dalam
saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi
ke sistem kalises melalui insisi pada kulit. Batu
kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu
menjadi fragmen-fragmen kecil.
 Litotripsi
Memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan
memasukkan alat pemecah batu ke dalam buli-buli.
Pecahan batu dikeluarkan dengan evakuator Ellik.
 Ureteroskopi atau ureto-renoskopi
Memasukkan alat utereskopi per-uretram guna
melihat keadaan ureter atau sistem pielokaliks ginjal.
Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di
dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah
melalui tuntutan uteroskopi/uterorenoskopi ini.
 Ektraksi dormia
Mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya
melalui alat keranjang Dormia.
d. Bedah Laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran
kemih saat ini sedang berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk
mengambil batu ureter.
e. Bedah terbuka
Pembedahan terbuka itu antara lain adalah pielolitotomi
atau nefrolitotomi unutk mengambil batu pada saluran ginjal, dan
ureterolitotomi untuk batu di ureter. Tidak jarang pasien harus
menjalani tindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal karena
ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis),
korteks sudah sangat tipis, atau mengalami pengkerutan akibat batu
saluran kemih yang menimbulkan obstruksi dan infeksi yang
menahun.

B. Konsep asuhan keperawatan


1. Pengkajian
a. Keluhhan utama
Biasanya keluhan utama klien merasakan nyeri, akut/kronik dan
kolik yang menyebar ke paha dan genetelia. Yang dimana keluhan
yang paling dirasakan oleh oasien itu sendiri adalah terjadi penurunan
produksi miksi
b. Riwayat kesehatan lalu
Biasanya klien yang menderita penyakit batu ginjal, pernah
menderita penyakit infeksi saluran kemih. Riwayat terpapar toksin,
obat nefrotik dengan penggunaan berulang, riwayat tes diagnostik
dengan kontras radiografik.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak adanya anggota keluarga yang memiliki riwayat ginjal.
d. Riwayat kesehatan sekarang
Tidak bisa BAK (produksi sedikit), sering BAK pada malam hari,
kelemahan otot atau tanpa keluhan lainnya.

2. Pengkajian fisik
a. Keadaan umum : klien tampak sakit sedang, nyeri dibagian punggung
bawah hingga pangkal paha dan gangguan dalam berkomunikasi.
b. Kesadaran : apatis
 Eye : 3
 Verbal : 4
 Motorik : 5
c. Tanda-tanda vital :
 Nadi : 60-100 x/menit
 Respirasi : 16-2 0x/menit
 Suhu tubuh : 37 derajat c
 Tekanan darah : 100-120 / 10-80 mmHg
d. Pemeriksaan fisik head to toe
1) Kepala
Inspeksi : bentuk bulat, tidak ada lesi, distribusi rambut baik,
warna rambut hitam
2) Mata
Inspeksi : strabismus, konjungtiva tidak anemis
3) Telinga
Inspeksi : simetris kanan dan kiri, terlihat sedikit serumen, tidak
ada lesi.
4) Hidung
Inspeksi : tidak ada polip ataupun lesi.
5) Mulut
Inspeksi : bau mulut (ammonia breath), tidak ada lesi, terkadang
timbul stomatitis.
6) Leher
Inspeksi dan palpasi : tidak ada pembesaran kelenjat tiroid dan
vena jugularis.
7) Dada
Ispeksi : bentuk dada normal, pergerakan dada simetris.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, ekspansi paru simetris saat inspirasi
dan ekspirasi.
Perkusi : suara resonan.
Auskultasi : tidak ada bunyi wheezing
8) Abdomen
Inspeksi : tidak ada lesi
Auskultasi : terdengar bising usus
Perkusi : tidak terdapat massa abdomen, bunyi timpani.
Palpasi : sedikit mengertas dan adanya nyeri tekan pada perut
bagian bawah
9) Ekstremitas atas
Inspeksi : pergerakan tangan kanan dan kiri baik, ROM baik.
10) Ekstremitas bawah
Inspeksi : pergerakan tangan kanan dan kiri baik, ROM aktif.
11) Genetalia
Inspeksi : penyebaran rambut pubis merata, kebersihan baik.

3. Diagnosis dan intervensi keperawatan


a. Nyeri berhubungan dengan iritasi pada saluran kemih
b. Perunahan pola eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi karena
baru
c. Risiko tinggi kekurangan cairan berhubungan dengan mual dan
muntah
d. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, terjadi
peradangan (inflamasi)
Rencana asuhan keperawatan

no Diagnosa Kriteria hasil/tujuan Intervensi rasional


keperawatan
1 Nyeri akut a. Tujuan = Setelah 1. Catat lokasi, lamanya 1. Membantu
-Berhubungan dilakukan tindakan intensitas dan mengevaluasi tempat
dengan selama 3 x 24 jam penyebaran obstruksi dan
peningkatan maka nyeri hilang, 2. Jelaskan penyebab kemajuan gerakan
kontraksi keseimbangan nyeri dan pentingnya kalkulus
uriteral, cairan melaporkan ke 2. Pemberian analgesic
trauma dipertahankan. perawat terkait sessuai waktu
jaringan, perubahan 3. Meningkatkan
pembentukan b. Kriteria hasil = karakteristik nyeri relaksasi, menurunkan
edema, pasien bebas dari 3. Berikan tindakan tegangan otot
ischemia rasa nyeri pasien nyaman 4. Diberikan selama akut
seluler tampak rileks, bisa 4. Berikan obat sesuai untuk menurunkan
tidur dan istirahat. indikasi : :contoh kolik uretral dan
meperidin (demerol) meningkatkan relaksasi
dan morfin. otot/mental
5. Berikan kompres 5. Menghilangkan
hangat tegangan otot dan
dapat menurunkan
reflex spasme
2 Gangguan a. Tujuan = setelah 3 1. Awasi output dan 1. Memberikan informasi
eliminasi urin x 24 jam mka input karakteristik tentang fungsi ginjal
-Berhubungan pasien mampu urin. dan adanya komplikasi
dengan berkemih dengan 2. Tentukan pola (infeksi dan
stimulasi normal berkemih normal pendarahan)
kandung pasien dan perhatikan 2. Kalkulus dapat
kemih oleh b. Kriteria hasil = variasi menyebabkan
batu, iritasi pola eliminasi urine 3. Dorong peningkatan eksitabilitas saraf, yang
ginjal atau dan output dalam pemasukan cairan menyebabkan sensasi
ureteral, batas normal, tidak 4. Awasi pemeriksaan kebutuhan sensasi
obstruksi menunjukkan LAB (elektrolit, BUN, segera
mekanin, adanya tanda-tanda kretainin) 3. Peningkatan hidrasi
inflamasi. onstruksi (tidak ada 5. Ambil urin untuk membilas bakteri
rasa sakit saat culture dan sensifitas 4. Peninggian BUN,
berkemih), kretinin dan elektrolit
pengeluaran urin mengindikasikan
lancar. disfungsi ginjal
5. Menentukan adanya
ISK, yang menjadi
penyebab komplikasi
3 Risiko a. Tujuan = setelah 1. Awasi pemasukan dan 1. Membandingkan
kekurangan dilakukan tindakan pengeluaran keluaran aktual dan
volume cairan 1 x 24 jam maka 2. Catat insiden muntah, yang diantisipasi
-Berhubungan pasien diare. Perhatikan membantu evaluasi
dengan mual mempertahankan karakeristik diare dan adanya kerusakan
dan muntah keseimbangan muntah 2. Mual muntah dan
cairan adekuat 3. Tindakan pemasukan diare secara umum
cairan 3-4 L/hari berhubungan
b. Kriteria hasil = dalam toleransi dengan kolok
membrane mukosa jantung ginjal
lembab, turgor kulit 4. Jika perlu, berikan 3. Mempertahankan
baik, berat badan obat anti enemik keseimbangan
normal cairan untuk
homeostatis juga
tindakan
“mencuci” yang
dapat membilas
batu keluar
4. Indikator hidrasi
atau volume
sirkulasi dan
kebutuhan
intervensi.
Daftar pustaka

1. PPNI, Tim Pokja SDKI. “Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia”.


Jakarta selatan : DPP: Dewan Pengurus Pusat. 2016. 1-2
2. PPNI, Tim Pokja SDKI. “Standar Luaran Keperawatan Indonesia”. Jakarta
selatan : DPP: Dewan Pengurus Pusat. 2016. 1-2
3. PPNI, Tim Pokja SIKI. “Standar Intervensi Keperawatan Indonesia”.
Jakarta selatan : DPP: Dewan Pengurus Pusat. 2016. 1-2
4. Purnomo, Basuki B. “dasar-dasar urologi.” Jakarta : Sagung seto. 2011, 6-
9
5. Sakhae. “kindey stones 2012: pathogenesis, diagnosis, and managemen”.
The Journal of clinical Endocrinology & Metabolisme, 2012
6. Setiadi, Setiadi. 2017. Konsep manajemen keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai