Laporan Pendahuluan Batu Pyleum Yogi Wahyu Pratama f0h018013
Laporan Pendahuluan Batu Pyleum Yogi Wahyu Pratama f0h018013
DISUSUN OLEH :
DOSEN PEMBIMBING :
Ns. YUSRAN HASYMI, M. Kep, SP.KMB.
MAHASISWA
Secara anatomis, ginjal terbagi menjadi dua bagian, yaitu korteks dan medulla
ginja. Korteks ginjal terletak lebih superfisial dan di dalamnya terdapat berjuta-
juta nefron. Nefron merupakan unit fungsional terkecil ginjal. Medulla ginjal
terletak lebih profundus dan memiliki banyak saluran kecil untuk mengalirkan
hasil ultrafiltrasi berupa urin. Pada medulla ginjal terdapat area yang disebut
piramida renalis. Piramida renalis dipisahkan satu dengan yang lainnya oleh
jaringan kortikal yang disebut kolumna renalis dari bertin.
Ginjal mendapatkan suplai darah melalui arteri dan vena renalis. Pada
umumnya terdapat satu arteri renalis yang merupakan cabang langsung dari aorta,
yang masuk melalui hilus renalis. Arteri renalis bercabang menjadi cabang
anterior dan posterior. Cabang anterior memberikan aliran darah pada pole atas
dan bawah serta seluruh permukaan anterior ginjal.
Komposisi utama dari batu ginjal adalah kalsium oslat yang mencapai 80%.
Nefroliatisi berdasarkan komposisianya terbagi menjadi batu kalsium, batu struvit,
batu asam urat, batu sistin, batu xantin, batu triameteren, dan batu silikat.
Pembentukan batu ginjal pada umumnya membutuhkan keadaan supesaturasi.
Namun pada urin normal, diperlukan adanya zat inhibitor pembentuk batu. Pada
kondisi-kondisi tertentu, terdapat zat reaktan yang dapat menginduksi
pembentukan batu. Adanya hambatan aliran urin, kelainan bawaan pada
pervikalises, hiperplasia prostat benigna, strikura, dan buli buluneurogenik ikut
berperan dalam proses pembentukan batu.
Batu kalsium
Terdiri dari batu kalsium okslat dan kalsium fosfat (merupakan jenis
batu ginjal yang paling umum). Disebabkan karena terlalu banyaknya
okslat dalam urin atau disebut hiperkalsuria. Urin memiliki berbagai
limbah di dalamnya, jika terlalu banyak limbah dalam cairan yang terlalu
sedikit, kristal dapat mulai terbentuk. Kristal-kristal ini dapat mulai
menempel ke kalsium ketika urin di produksi oleh ginjal dan membentuk
massa padar yaitu batu ginjal.
Batu struvit
Batu sistin
Sumber : pathway-batu-ginjalpdf.html
a. Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air seni, dimana apabila
air seni jenuh akan terjadi pengendapan.
b. Adanya inti (nidus). Misalnya adanya infeksi kemudian terjadi tukak,
dimana tukak ini menjadi pembentukan batu, sebagai tempat
menempelnya partikel-partikel batu pada inti tersebut.
c. Perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam air seni akan menetralkan
muatan dan menyebabkan terjadinya pengendapan.
Terbentuknya batu bisa disebabkan ileh berbagai macam mekanisme.
Supersaturasi yang berlebihan adalah penyebab terbentuknya batu asam urat
atau batu sistin, sementara batu infeksi disebabkan oleh metabolism bakteri.
Sementara batu yang paling sering, yaitu batu yang mengandung kalsium,
masih belum sepenuhnya dimengerti penyebabnya.
4. Etiologi
Menurut Sakhae et al, 2012. Ada beberapa penyebab terbentuknya
batu ginjal yang dapat dipicu oleh faktor keturunan, makanan, dan obat-
obatan.
a. Hiperkalsuria
Penyebab pembentukan batu kalsium. Disebabkan peningkatan
penyerapan kalsium usus, menurunnya reabsorbsi kalsium di ginjal
dan peningkatan mobilisasi dari tulang.
b. Hiperurikosuria
Terdeteksi dari 10% pembentuk batu kalsium. Berdasarakan
fisikokimia batu kalsium terbentuk akibat supersaturasi kemih dengan
monosodium koloid kristalisasi kalsium oksalat yang diinduksi oleh
urat.
c. Hipositraturia
Sitrat adalah inhibitor endogen pembentukan batu kalisum.
Rendahnya ekskresi sitrat urin ditemukan pada 20-60% nefrolitiasis.
Penentu utama ekskresi sitrat urin adalah keseimbangan asam basa.
Umumnya terjadi dengan asidosis metabolik, peran penghambatan
sitrat juga melibatkan pembentukan larutan kompleks dan
pengurangan kejenuhan.
d. Hiperoksaluria
Oksalat dan kalsium dapat meningkatkan supersaturasi kalsium
oksalat pada kemih (merupakan 10-15% pembentuk batu kalsium).
Disebabkan oleh produksi oksalat yang berlebih akibat dari gangguan
metabolisme, peningkatan penyerapan oksalat usus, peningkatan
asupan makanan bioavaibilitas, dan pH urin. Urin yang sangat asam
(pH 5.5) dan urin yang sangat basa (pH 6.7) dapat mempengaruhi
pembentukan batu kalsium. Dengan pH yang terlalu asam maka urin
menjadi jenuh dengan asam urat yang berperam dalam kristalisasi
kalsium oksalat. Sedangkan urin yang sangat alkalin dapat
meningkatkan monohidrogen fosfat yang dalam kombinasi dengan
kalsium berubah menjadi termodinamika brusit yang tidak stabil dan
akhirnya terbentuk hidroksiapatit.
5. Manifestasi klinik
Menurut Purnomo (2011) beberapa tanda dan gejala yang dapat ditemukan
dan dirasakan pada pasien batu ginjal yaitu :
a. Nyeri
Nyeri mungkin bisa berupa nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri
kolik terjadi karena aktivitas peristaltic otot polos sistem kalises
ataupunn ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari
saluran kemih.
b. Batu di ginjal dapat menimbulkan obstruksi dan infeksi.
c. Hematuria yang disebabkan akibat trauma mukosa saluran kemih
karena batu.
d. Demam
e. Perubahan dalam Buang air kecil dan warna urin
Apabila ginjal manusia mengalami gangguan maka akan terjadi
gangguan pada pembentukan urin,baik dari warna,bau dan
karakterisitiknya.
f. Tubuh mengalami pembengkakan
Ketika ginjal gagal untuk melakukan fungsinya, yakni
mengeluarkan cairan atau toksin dalam tubuh , maka tubuh akan
dipenuhi cairan yang mengakibatkan pembengkakan terhadap
beberapa bagian tubuh, diantaranya di bagian kaki, pergelangan kaki,
wajah dan atau tangan.
g. Tubuh cepat lelah / kelelahan
h. Bau Mulut / ammonia breath
i. Gangguan gastrointestinal: Rasa Mual dan Ingin Muntah
6. Pemeriksaan diagnostik
a. Foto polos abdomen
Bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radio-opak di
saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat
bersifat radio-opak dan paling sering dijumpai diantara batu jenis lain,
sedangkan batu asam urat bersifat non opak (radio-lusen).
b. Pielografi Intra Vena (IVU)
Bertujuan menilai keadaan anatomi fungsi ginjal. Selain itu IVU
dapat mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non opak yang
tidak dapat terlihat oleh foto polos perut. Jika IVU belum dapat
menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akbiat adanya penurunan
fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi
retrograde.
c. Ultrasonografi (USG)
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan
IVU, yaitu pada keadaan-keadaan: alergi terhadap kontras, faal ginjal
yang menurun, dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG
dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli (yang ditunjukkan
sebagai echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau pengerutan
ginjal.
Diagnosis dapat juga ditegakan dengan uji kimia darah dan urin 24
jam untuk mengukur kadar kalsium, asam urat, kreatinin, naatrium,
pH, dan volume total merupakan bagian dari upaya diagnostic.
Riwayat diet dan medikasi serta riwayat adanya batu ginjal dalam
keluarga didapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang mencetuskan
terbentuknya batu pada pasien.
7. Penatalaksanaan medis
a. Medikamentosa
Ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm,
karna diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan
bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine
dengan pemberian diuretikum, dan minum banyak supaya dapat
mendorong batu keluar dari saluran kemih.
b. ESWL ( Extracorporeal Shockwae Lithotripsy)
Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan
pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah
batu ginjal, batu ureter proksimal, atau batu buli-buli tanpa melalui
tindakan invasif dan tanpa pembiusan. Batu dipecah menjadi
fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui
saluran kemih. Tidak jarang pecahan batu yang sedang keluar
menimbulkan perasaan nyeri kolik dan hematuria.
c. Endourologi
Tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu saluran
kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan
langsung kedalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui
uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses
pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai
energi hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser.
Beberapa tindakan endourologi yaitu :
PNL ( Percutaneous Nephro Litholapaxy)
Usaha mengeluarkan batu yang berada di dalam
saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi
ke sistem kalises melalui insisi pada kulit. Batu
kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu
menjadi fragmen-fragmen kecil.
Litotripsi
Memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan
memasukkan alat pemecah batu ke dalam buli-buli.
Pecahan batu dikeluarkan dengan evakuator Ellik.
Ureteroskopi atau ureto-renoskopi
Memasukkan alat utereskopi per-uretram guna
melihat keadaan ureter atau sistem pielokaliks ginjal.
Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di
dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah
melalui tuntutan uteroskopi/uterorenoskopi ini.
Ektraksi dormia
Mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya
melalui alat keranjang Dormia.
d. Bedah Laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran
kemih saat ini sedang berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk
mengambil batu ureter.
e. Bedah terbuka
Pembedahan terbuka itu antara lain adalah pielolitotomi
atau nefrolitotomi unutk mengambil batu pada saluran ginjal, dan
ureterolitotomi untuk batu di ureter. Tidak jarang pasien harus
menjalani tindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal karena
ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis),
korteks sudah sangat tipis, atau mengalami pengkerutan akibat batu
saluran kemih yang menimbulkan obstruksi dan infeksi yang
menahun.
2. Pengkajian fisik
a. Keadaan umum : klien tampak sakit sedang, nyeri dibagian punggung
bawah hingga pangkal paha dan gangguan dalam berkomunikasi.
b. Kesadaran : apatis
Eye : 3
Verbal : 4
Motorik : 5
c. Tanda-tanda vital :
Nadi : 60-100 x/menit
Respirasi : 16-2 0x/menit
Suhu tubuh : 37 derajat c
Tekanan darah : 100-120 / 10-80 mmHg
d. Pemeriksaan fisik head to toe
1) Kepala
Inspeksi : bentuk bulat, tidak ada lesi, distribusi rambut baik,
warna rambut hitam
2) Mata
Inspeksi : strabismus, konjungtiva tidak anemis
3) Telinga
Inspeksi : simetris kanan dan kiri, terlihat sedikit serumen, tidak
ada lesi.
4) Hidung
Inspeksi : tidak ada polip ataupun lesi.
5) Mulut
Inspeksi : bau mulut (ammonia breath), tidak ada lesi, terkadang
timbul stomatitis.
6) Leher
Inspeksi dan palpasi : tidak ada pembesaran kelenjat tiroid dan
vena jugularis.
7) Dada
Ispeksi : bentuk dada normal, pergerakan dada simetris.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, ekspansi paru simetris saat inspirasi
dan ekspirasi.
Perkusi : suara resonan.
Auskultasi : tidak ada bunyi wheezing
8) Abdomen
Inspeksi : tidak ada lesi
Auskultasi : terdengar bising usus
Perkusi : tidak terdapat massa abdomen, bunyi timpani.
Palpasi : sedikit mengertas dan adanya nyeri tekan pada perut
bagian bawah
9) Ekstremitas atas
Inspeksi : pergerakan tangan kanan dan kiri baik, ROM baik.
10) Ekstremitas bawah
Inspeksi : pergerakan tangan kanan dan kiri baik, ROM aktif.
11) Genetalia
Inspeksi : penyebaran rambut pubis merata, kebersihan baik.