Anda di halaman 1dari 5

Nama : Anggara Tegar Rachmat Hidayat

NIM : 20/468763/NEK/00158
Kelas : 77D

UJIAN AKHIR SEMESTER


BUSINESS AND MANAGEMENT

1. Tujuan dari studi Hawthorn milik Elton Mayo bertujuan untuk menguji beberapa aspek
motivasi dalam lingkungan kerja. Untuk mendukung studi ini, Mayo melakukan pengujian
dengan mengatur tingkat pencahayaan disaat jam kerja untuk melihat seberapa besar
motivasi karyawan dalam bekerja serta seberapa besar pengaruh cahaya berdampak pada
produktivitas mereka. Hasil dari studi ini menghasilkan pemahaman bahwa hubungan
manusiawi yang terjadi di lingkungan kerja dapat berpengaruh besar pada tingkat
produktivitas karyawan. Produktivitas seorang individu akan meningkat apabila mereka
menerima perhatian khusus dari manajemen (contohnya seperti tempat kerja yang nyaman).
Untuk mendukung teori tersebut Herzberg juga memiliki suatu teori yang dikenal dengan
Motivator-Hygiene Theory, yang menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor di lingkungan
kerja yang dapat mempengaruhi produktivitas dan kepuasan dalam bekerja. Herzberg
menyatakan bahwa seorang individu akan mencari kepuasaan psikologikal dalam
lingkungan kerja seperti pengakuan dari manajemen, tanggung jawab, beban pekerjaan dan
lingkungan pekerjaan itu sendiri untuk memperoleh motivasi dalam bekerja. Sehingga dapat
dikatakan bahwa studi Hawthorn milik Elton Mayo berkaitan dengan Motivation-Hygiene
Theory miliki Herzberg. Keduanya sama-sama melihat pengaruh faktor psikologi dan
kenyamanan dalam bekerja untuk meningkatkan motivasi karyawan. Saya pun setuju
dengan studi Hawthorn tersebut karena karyawan yang bekerja dalam suatu lingkungan
kerja merupakan manusia yang perlu dimanusiakan. Sehingga faktor kebutuhan
psikologikal perlu diperhatikan untuk memperoleh potensi kerja maksimal dan
meningkatkan motivasi kerja mereka.

2. Menurut saya teori motivasi goal setting dapat diterapkan secara bersama-sama dengan teori
ekspektansi karena adanya hubungan yang saling berkaitan dan tidak terpisahkan antara
goal setting dan kinerja. Seorang individu akan termotivasi untuk bekerja dengan baik
ketika mereka tahu akan ada imbalan dan outcome yang baik pula ketika mereka
menyelesaikan pekerjaan mereka sesuai dengan standar performa yang diinginkan. Dalam
teori ekspektansi, munculnya motivasi dipengaruhi oleh keinginan seorang individu untuk
memperoleh/mencapai sesuatu dan seberapa besar keinginannya untuk mencapai hal
tersebut. Keinginan untuk memenuhi ekspektansi dan motivasi besar yang dimiliki seorang
individu juga dipengaruhi oleh adanya tujuan (goal) yang ditetapkan. Penetapan tujuan juga
perlu disesuaikan dengan skills yang dimiliki seorang individu dan skills yang dibutuhkan
perusahaan. Ekspektansi seorang individu perlu didasarkan pada tingkat kemampuan
indivdu tersebut dan tingkat kemampuan yang disyaratkan/butuhkan oleh perusahaan guna
mencapai tujuan. (high performance – high reward, high performance – goals achieved).\

5. Saya setuju dengan statement konflik yang terlalu sedikit atau terlalu sering dapat
menyebabkan rendahnya kinerja organisasi. Ketika di suatu lingkungan tidak ada konflik
sama sekali maka menurut saya dapat menandakan kurangnya komunikasi di lingkungan
kerja tersebut. Konflik dapat disebabkan oleh adanya perbedaan antara ekspektansi dan apa
yang terjadi sebenarnya. Apabila konflik terjadi karena perbadaan output kerja kemudian
individu yang terlibat di dalamnya memilih untuk diam agar terhindar dari konflik, maka
hal tersebut dapat berpengaruh negatif dan berdampak pula pada turunnya tingkat kinerja
organisasi. Sehingga sesekali konflik perlu terjadi agar para karyawan atau individu yang
terlibat dalam suatu proyek kerja tahu apa yang salah dengan proyek maupun kinerja
mereka. Tidak semua konflik adalah negatif, ada juga konflik yang positif. Perbedaan
kepentingan atau cara pikir dapat diselesaikan dengan konflik positif yang dapat
menghasilkan jalan keluar guna meningkatkan kinerja di organisasi. Namun konflik tidak
harus terjadi secara rutin. Konflik yang sering terjadi juga dapat menghasilkan tensi antara
individu di lingkungan kerja sehingga mengakibatkan turunnya kinerja organisasi.
Munculnya tensi di lingkungan kerja yang diakibatkan oleh sering adanya konflik dapat
menciptakan lingkungan kerja yang tidak sehat dan persaingan antar karyawan yang tidak
sehat pula. Akan muncul banyak bias dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
proyek tim. Sehingga perlu dilakukan suatu tindakan untuk mencegah sering terjadinya
konflik sebelum masalah dan tensi antar karyawan di lingkungan kerja membesar dan tidak
terkontrol. Sehingga menurut saya konflik perlu terjadi dengan proporsi yang sesuai guna
meningkatkan komunikasi di lingkungan kerja dan produktivitas organisasi. Lalu konflik
yang terjadi juga tidak perlu menjadi destruktif, dapat dikontrol dan ditangani dengan
professional tanpa bias apapun.

I. AAA
II. Artikel Amundsen vs Scott merupakan artikel yang menceritakan tentang petualangan
eksplorasi Roald Amundsen dan Robert Falcon Scott dan tim mereka untuk menjadi yang
pertama untuk mencapai Kutub Selatan. Keduanya memulai eksplorasi mereka pada akhir
tahun 1911. Robert Falcon Scott merupakan kapten kelautan kerajaan Inggris yang sudah
berpengalaman melakukan ekspedisi pada kondisi esktrim dingin di Kutub Utara. Berbeda
dengan Scott, Amundsen sebelumnya belum memiliki pengalaman melakukan eksplorasi
ekstrim ke lokasi yang sangat dingin. Pada era yang dikenal sebagai Heroic Age of Antartic
Exploration, banyak orang yang berlomba untuk menjadi manusia pertama yang
menginjakkan kaki di kutub utara dan selatan. Atas dasar keinginan tersebut, Amundsen dan
Scott berlomba untuk mencapai Kutub Selatan. Amundsen memulai eksplorasinya dengan
membawa 5 kru, 52 ekor anjing huskie, 4 thermometer dan 3 ton perlengkapan eksplorasi
(termasuk makanan). Sedangkan Scott membawa 17 kru, 1 ton perlengkapan, 1
thermometer, beberapa kuda poni dan kereta mesin dalam eksplorasinya. Meskipun
memiliki tujuan yang sama, namun Amundsen dan Scott mengambil jalur eksplorasi yang
berbeda. Tidak hanya itu, strategi mereka dalam melakukan eksplorasi juga berbeda.
Amundsen memiliki strategi yang konsisten yaitu selalu bergerak setiap hari dengan jarak
yang tidak terlalu jauh agar memiliki waktu istirahat yang cukup. Sedangkan strategi Scott
adalah hanya bergerak dalam jarak yang jauh ketika cuaca sedang baik dan istirahat ketika
cuaca sedang buruk. Akhirnya Amundsen dan timnya berhasil menginjakkan kakinya di
Kutub Selatan 35 hari lebih awal dari Scott dan timnya. Karena planning yang buruk, Scott
dan timnya kalah dalam perlombaan eksplorasi tersebut dan sayangnya mereka tidak
selamat ketika perjalanan pulang ke basecamp.
Terdapat beberapa hal yang dapat dipetik dan kaitkan dari petualangan eksplorasi
Amundsen dan Scott dengan Business Management agar bermanfaat bagi manager dalam
organisasi.
1.) Sebelum melakukan eksplorasinya, Amundsen sudah menentapkan misi yang jelas yaitu
menjadi manusia pertama yang menginjakkan kaki di Kutub Selatan. Sedangkan di sisi
lain, misi Scott yang sebenarnya tidak pernah jelas. Scott ingin menjadi manusia
pertama yang menginjakkan kaki di kutub utara namun secara bersamaan juga ingin
melakukan penelitian science. Ketidakjelasan misi dan tujuan Scott kemudian
menyusahkan tim dan dirinya sendiri. Sebagai contohnya, dalam misi eksplorasi Scott
dan timnya kerap berhenti pada batuan glacier untuk membawa beberapa batu untuk
diteliti nantinya. Batu-batuan yang dibawanya kemudian menambahkan beban yang
harus mereka bawa dan kemudian memperlambat perjalanan mereka. Hal tersebut dapat
dikaitkan dengan adanya visi dan misi dalam manajemen. Visi dan misi yang jelas dapat
membantu organisasi untuk mengetahui tujuan yang harus mereka capai dan tidak
menghindari kebingunan di lingkungan organisasi.

2.) Dalam melakukan eksplorasi, Amundsen sangat teliti dalam melihat beberapa aspek
yang penting guna tujuannya untuk mencapai Kutub Selatan tercapai. Amundsen dengan
cermat memilih dan mengamati berang-barang yang akan dia dan timnya bawa, seperti
makanan yang akan mereka bawa dan pakaian yang akan mereka pakai. Tidak hanya
itu, Anundsen juga pergi berguru dengan suku Inuit untuk memahami cara-cara untuk
bertahan di cuaca yang dingin. Berbeda dengan Scott, persiapan yang dia lakukan tidak
sedetail Amundsen. Scott bahkan terlihat “menyepelekkan” fae persiapan sebelum
memulai eksplorasi karena adanya rasa over-confidence karena pernah berhasil
berpetualang ke Kutub Utara. Persiapan dan attention to detail sangat penting ketika
akan melakukan proyek dalam suatu organisasi. Sesuai dengan Social Learning Theory,
seorang manager perlu memastikan semua aspek yang dibutuhkan sudah sesuai dengan
visi dan misi serta tujuan yang ditetapkan. Tanpa adanya persiapan maka proyek yang
dilakukan dapat menjadi tidak efektif dan efisien.

3.) Aspek lain yang membuat tim eksplorasi Amundsen lebih sukses dibanding tim milik
Scott adalah perekrutan kru yang baik. Kru yang direkrut Amundsen terdiri dari pemain
ski professional (karena ekplorasi mereka menggunakan ski), dan ahli anjing guna
merawat anjing huskie mereka. Amundsen juga memilih untuk membawa anjing Huskie
yang dikenal dapat bertahan dalam kondisi dingin ekstrim. Di sisi lain, Scott tidak
membawa anjing huskie melainkan membawa kuda poni tanpa membawa ahli kuda
dalam eksplorasi mereka. Kuda poni yang Scott pilih juga tidak dalam kualitas dan
kondisi yang baik untuk ikut dalam eksplorasi ke Kutub Selatan. Akibatnya beberapa
kuda milik Scott mati dalam perjalan eksplorasi mereka.
Maka dari itu perekrutan yang tepat merupakan fase yang sangat penting dalam suatu
organisasi. Seorang manajer harus mengetahui dengan pasti apa yang organisasi
butuhkan sehingga dapat merekrut individu yang tepat. Individu yang dipilih secara
tepat dan dapat mengerjakan dengan baik pekerjaan yang diminta, dapat meningkatkan
produktivitas dan kinerja organisasi.
4.) Selain itu Amundsen mampu mengkoordinasi dan memotivasi timnya agar secara
bersama-sama mampu mencapai tujuan mereka, yaitu menginjakkan kaki di Kutub
Selatan. Amundsen mempertimbangkan banyak hal dalam eksplorasinya, termasuk
keselamatan kru nya. Amundsen menyiapkan 3 ton perlengkapan bagi seluruh tim nya
agar mampu menyelesaikan eksplorasi mereka dengan selamat. Berbeda dengan Scott
yang hanya membawa 1 ton perlengkapan untuk tim nya yang 3 kali lebih secara jumlah
dibandingkan tim miliki Amundsen. Hal tersebut juga perlu diterapkan dalam suatu
organisasi, adanya leader dan kemampuan dalam managing irganizational structure
and culture merupakan hal-hal penting yang perlu ada dalam suatu organisasi.

Anda mungkin juga menyukai