Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Pada masa sekarang ini bangunan-bangunan yang dibangun baik gedung, jembatan
maupun bangunan lainnya, mayoritas komponen bangunannya terbuat dari beton. Beton
merupakan struktur utama pada suatu bangunan yang terdiri dari campuran semen, air, pasir, dan
agregat kasar,  yang berfungsi untuk menopang beban yang terjadi. Pada awalnya beton
merupakan bahan yang elastis, tetapi setelah umur tertentu akan mengeras dan mempunyai
kekuatan tertentu pula, sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
            Beton merupakan bahan bangunan  yang hanya dapat menahan gaya tarik namun tidak
dapat menahan gaya tekan. Untuk menghasilkan bangunan yang maksimal, beton tersebut
haruslah dapat menahan gaya tarik dan tekan. Dalam perwujudan hal tersebut, maka beton perlu
ditambahkan tulangan agar dapat menahan gaya tekan, sehingga beton dapat berfungsi dengan
maksimal. Dengan ditambahkannya tulangan beton tersebut dinamakan Beton Bertulang.
            Untuk membentuk beton menjadi bentuk yang diinginkan diperlukan suatu alat bantu
yang biasa dikenal dengan sebutan Acuan dan Perancah/Bekisting/ Form Work yang berupa
cetakan, atau suatu konstruksi sementara dari suatu bangunan yang berfungsi untuk mendapatkan
suatu konstruksi beton yang diinginkan sesuai dengan porsinnya sebagai bangunan pembantu.
Acuan Perancah bersifat sementara yang harus kuat   dan kokoh, namun mudah dibongkar agar
tidak menimbulkan kerusakan pada beton.
             Baik buruk dari pengerjaan acuan dan perancah dapat mempengaruhi hasil akhir dari
mutu beton yang dikerjakan. Acuan yang kurang baik dapat menimbulkan kerugian seperti
kehilangan material, perubahan dimensi beton, perubahan struktur bangunan, dan juga dapat
mempengaruhi keselamatan pekerja. Dalam pelaksanaannya seorang ahli di bidang tersebut
harus mempunyai keterampilan khusus dan mempunyai pengetahuan dasar yang cukup tentang
acuan dan perancah.

1.2.  Definisi Acuan dan Perancah


Acuan dan perancah adalah suatu konstruksi yang bersifat sementara yang berupa mal /
cetakan pada bagian kedua sisi atas dan bawah dari bentuk beton yang dikehendaki.
            Acuan berfungsi sebagai konstruksi yang diinginkan, Sedangkan Perancah berfungsi
sebagai pembantu memperkuat bentuk konstruksi.

            Acuan dan perancah itu sendiri memiliki beberapa fungsi, yaitu:
1.      Memberikan bentuk kepada konstruksi beton
2.      Untuk mendapatkan permukaan struktur yang diharapkan
3.      Menopang beton sebelum sampai kepada konstruksi yang cukup keras dan mampu memikul
beban sendiri maupun beban luar
4.      Mencegah hilangnya air semen ( air pencampur ) pada saat pengecoran
5.      Sebagai isolasi panas pada beton.

1.3. Macam-macam Konstruksi


Dalam ilmu teknik sipil terdapat 3 macam jenis konstruksi, yaitu :
a.       konstruksi kayu
b.      konstruksi baja
c.       konstruksi beton bertulang

Masing-masing konstruksi tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan:.


a)      Konstruksi kayu
 Keuntungan :
-          Mudah dalam perawatan.
-          Tidak dapat menghantarkan listrik.
 Kerugian :
-          Susah untuk dibentuk sesuai dengan keinginan.
-          Mudah lapuk atau di makan rayap.

b)      Konstruksi baja


 Keuntungan :
-          Baja memiliki tingkat keutuhan yang lebih tinggi.

c)      Konstruksi beton


 Keuntungan :
-          Mudah didalam pembuatan.

1.4. Syarat–syarat Umum Acuan dan Perancah


1.      Kuat
Didalam pekerjaan ini beban-beban beton yang berada pada bekisting dan beban lain yang
dipikul oleh bekisting itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan suatu acuan perancah yang kuat
untuk dapat memikul beban yang diterimanya.

   Berat Sendiri (Beton)


Cetakan harus sanggup menahan berat beton yang di cetakan.
   Berat Hidup
Cetakan harus sanggup menahan beban hidup, yaitu : baik orang yang sedang mengerjakan beton
tersebut, Vibrator, dan adanya kemungkinan terjadinya suatu Gempa atau Retakan.

Pembebanan :
  Beban mati (DL)
         Akibat beton
         Akibat acuan
  Beban hidup (LL)
2.      Kaku
Kaku atau tidak bergerak sangat penting pada acuan dan perancah ini, karena apabila
perancah tersebut tidak kaku atau dapat bergerak, maka hasil yang akan dicapai tidak maksimal
karena bentuk yang ingin kita capai tidak sempurna.

3.      Mudah dibongkar


Acuan dan perancah harus mudah dibongkar karena acuan hanya bersifat sementara, dan
hal ini menyangkut efisiensi kerja, yaitu tidak merusak beton yang sudah jadi dan acuan
perancahnya dapat digunakan berkali-kali.

4.      Ekonomis dan Efisien


Didalam pembuatan acuan dan perancah tidak perlu bahan yang terlalu bagus, namun
jangan pula bahan yang sudah tidak layak pakai. Karena kita harus membuat acuan dan perancah
sehemat mungkin dengan tidak mengurangi mutu dari bekisting dan didalam pembongkarannya
acuan dapat digunakan kembali sehingga menghemat biaya.

5.      Rapi
Rapi dalam penyusunan sehingga bisa enak dilihat dengan kasat mata dan mudah dalam
penyusunan dan pembongkaran.

6.      Rapat
Kerapatan suatu bekisting sangat mempengaruhi didalam proses pengecoran. Karena
apabila bekisting yang kita pakai tidak rapat maka adukan yang kita pakai tadi akan keluar dan
akan mengakibatkan mutu beton yang kurang bagus karena pasta semen keluar dari bekisting

7.      Bersih
Untuk mendapatkan hasil yang baik cetakan harus bersih apabila cetakan tidak bersih,
maka dalam proses pengecoran kotoran mungkin akan naik dan masuk ke dalam adukan beton
sehingga akan mengurangi mutu beton dan apabila kotoran tidak naik maka kotoran tersebut
akan melekat pada bagian bawah beton sehingga sulit untuk dibersihkan..

1.5. Kerugian–kerugian Jika Acuan dan Perancah Kurang Baik


1.      Perubahan geometric
Perubahan ini mengakibatkan bentuk yang kita harapkan tidak sesuai dengan rencana,
misalkan : suatu konstruksi yang menyiku menjadi tidak siku, akibatnya akan mengadakan
perbaikan lagi atau misalkan perlu ditambahkan pekerjaan finishing lagi.
2.      Penurunan mutu beton
Seperti halnya terjadi kebocoran pada acuannya, hal ini akan mengakibatkan air yang
diikuti semen tadi keluar sehingga mutu / kekuatan beton menjadi berkurang
3.      Terjadinya perubahan dimensi
Terjadinya perubahan ukuran dari dimensi yang kita rencanakan akibatnya jika terjadi
perubahan ini maka akan memperbesar dan memperkecil volumenya. Sedangkan untuk
melakukan perbaikan akan membutuhkan waktu dan biaya lagi, hal ini akan menghambat
pekerjaan yang lainnya.
              
1.6. Bagian–bagian Acuan dan Perancah
a)      Bagian pada acuan
1.      Papan Cetakan
Dapat digunakan papan sebagai dinding acuan. Apabila digunakan papan maka
penyambungan dapat dilakukan dalam arah melebar ataupun memanjang, perlu diiperhatikan
dalam penyanbungan papan harus benar-benar rapat agar tidak ada air yang keluar.

2.      Klam Perangkai


Klam merupakan unsur acuan dan perancah yang mempunyai dua fungsi :
a)      Sebagai bahan penyambung papan acuan pada arah memanjang maupun melebar
b)      Sebagai bahan pengaku acuan pada arah melebar.
klam dapat terbuat dari papan seperti papan acuan, namun perlu dipotong potong sesuai
ukuran yang dikehendaki atau cukup menggunakan papan sisa yang masih cukup panjang
dengan lebar papan yang disambung.

b)      Bagian pada perancah


1.      Tiang acuan/Tiang Penyangga
Tiang acuan biasanya digunakan kasau, kayu gelam, ataupun berbahan besi. Umumnya
jumlah tiang kolom 4 buah dan diletakkan diluar sudut kolom.
Perletakan tiang pada tanah biasanya diletakkan diatas papan atau juga ditanam pada
tanah. Apabila tiang langsung berhubungan dengan tanah sebaiknya ditanam sedalam 20 cm
untuk menjaga agar konstruksi tidak bergeser. dari ketinggian kedudukan acuan.
Jarak pemasangan tiang penyangga tergantung dari :
1.      beban yang ditopang
2.      ukuran balok
3.      ukuran penampang maupun panjang tiang penyangga itu sendiri
4.      skur/pengaku.
Dalam Acuan dan Perancah II terdapat 2 macam tiang yang digunakan, yaitu:
1)      Tiang tunggal (pipe support/steel proof).
2)      Tiang rangka (scaffolding).

2.      Gelagar
           Gelagar berfungsi sebagai penopang langsung dari acuan yang ada serta dapat berfungsi
untuk mengatur elevasi yang diinginkan dari acuan. Gelagar  terbuat dari bahan kayu berukuran
balok maupun papan. Penggunaan bahan gelagar dari kayu berukuran balok maupun berukuran
papan tergantung dari perencanaan pemakaian bahan, tetapi yang pasti gelagar yang
berpenampang 8 x 12 cm akan digunakan untuk menopang beban yang lebih berat jika
dibandingkan balok kasau berukuran 4  x 6 cm maupun papan 2 x 20 cm.
Gelagar dipasang pada tiang bagian atas sesuai dengan ketinggian yang dibutuhkan.
Pemasangan ini dimulai dari gelagar-gelagar bagian tepi, dan kemudian gelagar bagian tengah.
Gelagar bagian tepi dianggap sebagai papan duga terhadap gelagar bagian tengah
Jarak pemasangan gelagar tergantung dari ;        
1.      Ukuran penampang bahan gelagar
2.       Beban yang dipikul
3.       Ketebalan papan acuan.

3.      Skur
Skur merupakan bagian dari acuan perancah yang berfungsi untuk memperkokoh atau
memperkaku dari sistem acuan perancah yang ada. Agar didapat suatu sistem acuan perancah
yang memenuhi persyaratan kekakuan,  maka skur dipasang pada dua posisi :
a)      Skur horizontal merupakan skur yang mempunyai fungsi untuk mempersatukan tiang penyangga
yang ada, sehingga tiang-tiang tersebut akan bekerja bersamaan pada saat mendapatkan gaya
b)      Skur diagonal merupakan skur yang dipasang miring pada arah vertikal, yang mempunyai fungsi
utama untuk melawan gaya-gaya horizontal ( goyangan ) yang timbul pada tiang penyangga.
Skur horizontal saja tidak mampu mengatasi gaya. Skur diagonal saja tidak mampu
menerima gaya karena tidak ada persatuan antar tiang penyangga dan  yang bisa terjadi tiang
akan melendut. Kombinasi antara skur horizontal dan diagonal akan mempunyai kemampuan
menopang gaya, karena terjadi kekompakan tiang dan skur.
4.      Landasan
Landasan merupakan untuk tiang penyangga agar tidak bergerak-gerak. Landasan yang
digunakan biasanya berupa  balok kayu, baja atau beton.
 Landasan berfungsi  sebagai:
1)      Sebagai bahan (alat) untuk memperluas bidang tekan pada setiap ujung -ujung tiang penyangga
2)      Sebagai bahan atau alat untuk menyangga tergesernya ujung-ujung tiang akibat adanya gaya-
gaya horizontal
3)      Sebagai bahan atau alat untuk memudahkan pemasangan tiang -tiang apabila tiang-tiang tersebut
harus dipasang pada tempa- tempat bergelombang.

5.      Penyokong
Setelah papan landasan siap, maka tiang-tiang yang sudah dipotong diletakkan diatas
papan tersebut dan dipasangkan penyokong agar tiang–tiang tersebut dapat berdiri dengan tegak
dan kokoh.

1.7. Metode yang digunakan Dalam Acuan dan Perancah


1.      System  Tradisional
Yaitu suatu metode yang masih menggunakan material lokal, sedangkan konstruksinya
konvensional. Penggunaan terbatas hanya sampai pada beberapa kali penggunaan untuk bentuk
yang rumit akan banyak memakan waktu dan tenaga.
2.      Semi System
Yaitu suatu metode dimana material dan konstruksinya sudah merupakan campuran antara
material lokal dan buatan pabrik akan bisa kita pakai terus-menerus, oleh karena itu penggunaan
metode ini hanya untuk pekerjaan yang mengalami beberapa kali pembuatan terus-menerus.
3.      Full System
Yaitu suatu metode dimana semua materialnya merupakan buatan pabrik dan
konstruksinya tidak lagi konstruksi konvensional. Materialnya bisa digunakan secara terus-
menerus dan penggunaannya sangat mudah dan sesuai dengan petunjuk dari pabrik
pembuatannya. Untuk menginvestasikannya memerlukan banyak pertimbangan karena harga
bekisting ini cukup mahal. Sebelum pekerjaan dimulai kita harus menghitung terlebih dahulu
beban-beban yang akan diterima.
Dalam Acuan dan Perancah II, metode yang digunakan adalah metode Semi Systerm.

1.8. Memperkirakan Tekanan yang dikembangkan Oleh Beton


Ada 3 tekanan yang mungkin berbeda dan harus dipertimbangkan dalam pendesainan
beton.

PH atau PV atau Pg :
2
      PH =24. H kN/m [Tekanan Hidrostastik]
2
      Pv =(24.E.K+5) kN/m [Penyangga Beton] K dari Tabel

2
      Pg =(3E +  +15)kN/m [Pengaruh silo hanya d<500]

Bila tekanan jatuh Beton lebih dari 2m, pada waktu menghitung ditambahkan dengan
2 2
point/nilai 10 kN/m . Apabila berat untuk beton lembek sangat berbeda dari nila 2400 kN/m

maka suatu koreksi harus dibuat dengan rumus :  


  Keadaan Khusus:

         Dengan campuran zat penghambat hanya Ph dan Pg dapat dipertimbangkan.


         Pada Beton dengan campuran zat Plasticizer hanya Ph dapat dipertimbangkan.
         Pada Beton dengan kemantapan S> 80 mm (Turun) dan getaran luar hanya Ph dan Pv dapat
dipertimbangkan.
         Pada pengecoran Beton dengan pipa, dimana ujungnya berda dibeton, maka tekanan hidrostatik
sepanjang pipa keseluruhan harus dipertimbangkan.
         Pengecoran Beton dengan menggunakan pompa, diaman ujung pipa berada didalam Beton,
maka 150% dari tekanan hidrostatik yang ada harus ditambahkan.
Tabel Nilai K

Kemantapan Suhu Beton Co


Penurunan dalam mm 15oC 20oC 25 30 35
25 mm K-C,8 0,60 0,45 0,35 0,30
50 mm 1,10 0,80 0,60 0,45 0,40
75 mm 1,35 1,00 0,75 0,55 0,50
100 mm 1,60 1,15 0,90 0,65 0,60

1.9. Bahan dan Alat


1.9.1. Bahan - bahan
Bahan-bahan yang digunakan berupa :
1)      Kayu
Kayu yang biasa dipakai untuk acuan dan perancah adalah kayu kelas III dan kelas IV.
Misalnya :
         Kayu Terentang; kelas kuat III-IV dan kelas awet V; ukuran ketebalan 2-3 cm, lebar 13,5 cm
dan panjang 400 cm.
         Kayu Kamper; kelas kuat I – II dan kelas awet III; ukuran yang sering dipakai  3/20,  6/12, 5/7
         Kayu Meranti; kelas kuat II – III dan kelas awet II – IV; ukuran yang  sering dipakai yaitu 3/20,
6/12, 5/7
         Kayu Albasia; kelas kuat IV; ukuran yang sering dipakai 2/20 , 4/10
         Kayu Kruing ; kelas kuat I – II dan kelas awet III; ukuran yang sering dipakai 3/20/400 cm;
6/12/400 cm; 5/7/400 cm.

2)      Plywood / multiplex


Multiplex digunakan sebagai bahan papan acuan dan dipakai untuk pekerjaan yang cukup
besar serta untuk permukaan beton yang tidak diplester lagi atau tidak memerlukan finishing.
Dalam penggunaan bahan ini diusahakan agar tidak banyak pemakuan supaya bahan ini mudah
dibongkar dan tidak cepat rusak.
Untuk ukuran multiplex yang sering digunakan adalah dengan ketebalan 2 cm; lebar 122
cm dan panjang 244 cm.

3)      Paku 
Paku memiliki fungsi sebagai penguat dan alat penyambung. Bentuk penampang paku
yang digunakan dalam acuan dan perancah ialah yang berpenampang bulat, hal ini untuk
mempermudah di dalam pembongkarannya. Dan panjang paku yang digunakan tergantung dari
tebal sambungan yang dibuat atau maksimal sepanjang tebal sambungan. Paku tidak boleh
melebihi tebal sambungan karena ujung paku yang dibengkokkan akan menyukarkan pekerjaan
pembongkaran. Ukuran paku yang biasa digunakan adalah 1”, 1,5”, 2” dan  2,5”
          Jarak minimum pemakuan harus memenuhi syarat – syarat sebagai berikut :
  Dalam arah gaya
1.         12 . d untuk tepi kayu yang dibebani
2.         5 . d untuk tepi kayu yang tidak dibebani\
3.         10 . d untuk jarak antara paku

  Dalam arah tegak lurus arah gaya


1.         5 . d untuk jarak sampai tepi kayu
2.         5 . d untuk barisan paku
4)      Kawat      
            Kawat digunakan untuk mengikat sambungan antar skur dengan tiang penyangga, tiang
penyangga dengan balok induk dan steel proof dengan balok lantai.

5)      Benang
            Benang berfungsi sebagai patokan garis As dan juga sebagai benang unting-unting.

6)      Paralon
            Paralon digunakan sebagai perekat  Rapid Clamp dan juga agar ukuran tebal dinding pas
dengan yg direncanakan.

7)      Pipa besi sebagai skur


                                 Sebagai skur diagonal penahan kolom.

1.9.2. Alat-alat
 Alat-alat  yang digunakan dalam Acuan dan Perancah II :
1.      Meteran  Baja (kecil)
Meteran terbuat dari plat baja tipis sekali dan digulung dalam suatu kotak sebagai
pelindungnya. Tercantum ukuran dalam mm, cm, dan inchi. Gunanya untuk mengukur pekerjaan
untuk tebal, lebar, panjang, dan tinggi.
         Panjang  : 2-5 m
   Lebar      : 1-2 cm    
   Tebal plat : 0.2 mm 

2.      Unting-unting
Alat ini terbuat dari kuningan, besi atau timah dengan berat 100 gr s/d 500 gr.
Ditengahnya dipasang benang. Gunanya untuk mengukur ketegakkan.

 Panjang   : 12 ½ cm
 Barat       : 100 gr

3.      Waterpass
Kerangka  terbuat  dari  alumunium  dan  dilengkapi  dengan  tabung  yang berisi cairan
ether  yang  ada  gelembung  udaranya. Digunakan untuk mengukur kedataran dan ketegakkan
pasangan.
         Lebar               : 5 cm
         Panjang           : 60-120 cm
         Tebal               : 3 cm
         Tabung gas      : ½ cm

4.      Gergaji Mesin


Digunakan untuk memotong dan membelah kayu sama seperti Gergaji manual, namun
gergaji ini menggunakan daya listrik sehingga kerjanya lebih cepat, rapi, dan mudah digunakan.

5.      Roll Kabel           


Digunakan menyambungkan listrik dengan alat kerja yang menggunakan listrik seperti
ketam listrik, gergaji listrik, bor listrik dan macam-macam alat kerja bantu yang menggunakan
listrik yang berada jauh dari sumber listri.

6.      Palu Cakar


Umumnya digunakan untuk memukul benda-benda dari besi/baja seperti paku dan
digunakan juga untuk mencabut paku.
7.      Gergaji Tangan
Digunakan untuk memotong dan membelah kayu dengan cara manual. Gergaji terbuat
dari sebilah baja tipis yang tipis satunya dibuat bergigi tajam dan diberi tangkai pegangan dari
kayu.

8.      Mistar Siku


Mistar yang daun dan badannya terbuat dari baja. Sudut yang berbentuk dari keduanya
adalah 90º. Berfungsi membuat garis-garis penyiku sekeliling kayu, mengecek kesikuan kayu,
dan memberi garis melintang serat.

9.      Rapid Klam


Berfungsi sebagai pengunci atau pengikat dari cetakan yang kita buat. Terbuat dari
kuningan atau baja.

10.  Kunci Rapid Clamp


Sebagai alat yang mempermudah mengunci atau mengikat rapid clamp.

11.  Plat Clamp


Berfungsi sebagai pengunci atau pengikat dari cetakan yang kita buat. Terbuat dari baja.

12.  Baji
Berfungsi sebagai pengunci rapid clamp baja yang berbentuk lempengan baja yang
dimana di tengah rapid clamp baja tersebut terdapat lubang untuk baji sebagai pengikat atau
pengunci cetakan yang kita buat.

13.  Kakatua

Kakatua digunakan sebagai pemotong kawat dan pengencang kawat

14.  linggis.

Linggis digunakan untuk membuka sambungan paku dan kayu       


15.  lempengan baja
Sebagai pengeratdari pada rapid clamp

16.  Tangga
            Berfungsi sebagai alat bantu naik jika tempatnya tinggi

17.  Kapur/Pensil

                

      Kapur/Pensil digunakan sebagai penanda, ataupun sebagai untuk membuat gambaran antride
optride tangga.

18.  Kunci
Kunci Berfungsi sebagai pengencang dan pengendur  mur.

19.  Mur
Mur digunakan sebagai pengencang rapid clamp.

20.   Kaca Mata


Kaca mata digunakan sebagai pelindung mata agar mata tidak terkena debu ataupun
potongan kayu pada saat memotong kayu dengan gergaji mesin.

21.  Helm
Helm digunakan sebagai pelindung kepala agar benda yang jatuh tidak langsung terbentur
kepala pada saat melakukan pembongkaran.
22.  Baja tulangan
                              Sebagai sambungan rapid clamp

23.  Earphone
Earphone digunakan sebagai penutup telinga agar tidak terdengar suara bising pada
memotong kayu dengan gergaji mesin.

24.  Roll Meter Besar


Fungsinya sama dengan meteran baja, namun meteran ini bisa digunakan dengan jarak yang
lebih panjang.

25.   Selang
Selang digunakan sebagai penyama elevasi.

26.  Steel Proof


Steel Proof memiliki fungsi yang sama dengan dolken pada Acuan dan Perancah I, akan
tetapi steel proof biasanya digunakan pada gedung yang tinggi.Steel Proof memiliki tinggi yang
dapat diatur.
  Kelebihan Steel Proof dibandingkan dolken ,antara lain:
1.         Steel Proof lebih simple dari dolken.
2.         Steel Proof memiliki bentuk yang sama sehingga mempermudah dalam penegakannya dan
pengaturan kedatarannya.
3.         Ketinggian Steel proof dapat diatur sesuai dengan yang dinginkan sedangkan Dolken jika
tingginya kurang harus disambung.

27.  Scaffolding
 

                                                         Tampak Samping


 

                                                                   

Tampak Depan

Scaffolding merupakan alat perancah yang terbuat dari baja. Alat Perancah ini digunakan
untuk konstruksi besar dan dapat digunakan terus sampai alat perancah ini rusak. Alat Perancah
ini dapat disambung–sambung sesuai dengan kegunaannya. Alat Perancah ini selain sebagai alat
perancah juga memiliki fungsi lain yaitu sebagai tempat orang bekerja yang dialasnya dapat
dipasang roda.
Scaffolding ada 2 macam sesuai dengan tinggi standarnya:
1.      Scaffolding Besar
Scaffolding ini merupakan alat perancah yang memiliki tinggi standard 6170 cm.

2.      Scaffolding kecil


Scaffolding ini merupakan tambahan scaffolding yang memiliki tinggi 690 cm.

28.  Pipa Penyambung Scaffolding


Pipa Penyambung ini digunakan jika kita ingin menyambung dengan scaffolding yang
lainnya.

29.  Extra Folding


Extra Folding adalah suatu alat tambah dalam Scaffolding yang berfungsi sebagai alas
dan tempat balok sesuai dengan bentuknya.
  Extra  Folding sebagai Alas
  Extra  Folding sebagai Penyangga Balok

BAB II
 URAIAN DASAR TEORI

Dalam Acuan dan Perancah II ini, praktek pembelajaran yang akan dibahas mengenai:
1.      Acuan Kolom Empat Persegi Panjang dengan menggunakan Rapid Clamp dan Plat Clamp
2.      Acuan Balok dengan Steel Proof
3.      Acuan Lantai dengan Scaffolding
4.      Acuan Dinding
5.      Acuan Tangga ¼ lingkaran 
6.      Pembongkaran

2.1. Acuan Kolom (Empat Persegi Panjang)


a)      Fungsi dan Bentuk Kolom
Fungsi dari kolom adalah untuk meneruskan beban yang berada di atasnya dan
meneruskannya ke pondasi.
Bentuk penampangan kolom:
1.      Bujur sangkar
2.      Empat persegi panjang
3.      Lingkaran
4.      Segi banyak
5.      Dll
 Konstruksi dari pada acuan ini bermacam bentuk dan ukurannya, disesuaikan dengan
beban yang berada di atasnya dan dari segi estetika.
b)      Syarat-syarat Acuan Kolom, yaitu:
1.       Syarat Umum
2.       Tegak
3.       Posisi tepat/As
c)       Bagian–bagian dari Acuan Kolom
1.      Papan Acuan
Papan acuan dapat terbuat dari multiplek atau papan acuan. Apabila menggunakan papan,
maka sebaiknya penyambungan dapat dilakukan dalam arah melebar atau memanjang sesuai
dengan lebar kolom yang kita kehendaki. Jika menggunakan plywood, maka penyambungan
dengan arah melebar tidak diperlukan.

2.      Klem-klem Perangkai


Penyambungan papan dengan arah melebar dapat dilakukan dengan menggunakan klem
dari sisa-sisa potongan kayu yang masih cukup panjangnya dengan lebar papan yang akan
disambung. Sedangkan jarak klem-klem perangkai tergantung dari besarnya penampang kolom
yang akan dibuat.

3.      Papan Penjepit Dinding


Papan ini dipasang sesuai dengan jarak klem yang dibuat. Papan terpasang satu dengan
yang lainnya pada tiang yang telah dipasang. Fungsi papan penjepit adalah agar papan cetakan
tidak pecah ketika beton di cor dan dipasang dengan jarak 40 – 65 cm.

4.      Penyetelan Acuan Kolom


Apabila semua sudah siap, maka semua bahan acuan disiapkan di tempat yang akan
dipasang cetakan. Pertama-tama dinding yang telah dirangkai satu sama lain dipakukan pada
ketiga sisinya dan apabila terjadi menggunakan tulangan, maka tulangan dipasang dan kerangka
acuan dirangkai. Agar kolom tegak dan kokoh, digunakan Rapid Clamp atau Plat Clamp. Namun
sebelumnya cek dulu menggunakn unting-unting agar benar-benar pada posisi tegak dan tepat
As.
2.2. Acuan Balok
Balok adalah salah satu elemen konstruksi bangunan yang berfungsi untuk
menyalurkan beban lantai atau tembok ke kolom.
a)      Syarat-syarat Acuan Balok:
1.      Syarat umum
2.      Ketepatan posisi/as
3.      Elevasi
4.      Kedataran

b)      Bagian-bagian dari acuan balok :


1.      Tiang penyangga
2.      Dudukan tiang
3.      Skur tiang perancah
4.      Penyetelan tiang acuan
5.      Klan Perangkai
6.      Gelagar
7.      Landasan

1)      Tiang Penyangga


Pada tiang penyangga atau perancah digunakan kayu dolken. Untuk pemasangan tiang ini
ada dua jenis yaitu satu tiang perancah dan diletakkan di tengah-tengah, namun apabila dua buah
tiang penyangga maka penempatannya pada bagian-bagian tepi cetakan.
Jarak antara tiang-tiang tersebut sekitar 40-60 cm.

2)      Dudukan Tiang


Dudukan tiang dapat diletakkan di dua tempat yaitu di tanah dan di lantai.
         di tanah
Dudukan perancah di tanah harus diberi landasan papan agar didapat tekanan yang kecil.
Sehingga kemungkinan tiang turun akan diperkecil. Apabila tanahnya lembek bisa kita atasi
dengan memperluas landasan, sedangkan untuk menggeserkan tiang kita perlu baji.
         di lantai
Meletakkan tiang pada lantai hampir sama dengan pada tanah, tetapi apabila tiangnya terletak
pada lantai dua maka perancah pada tiang sebelumnya juga dibongkar dahulu sebab beban yang
diterima di lantai dua kali melebihi kemampuannya.
3)      Skur Tiang Perancah
Agar tiang-tiang dapat berdiri tegak dan kaku diperlukan adanya pengaku kontrol atau
diagonal yang dipasang dalam arah sumbu X dan sumbu Y. Pada sumbu X antara tiang dengan
tiang dipasang pengaku diagonal yang dipasang saling bersilangan sedangkan pada sumbu Y
dipasang dari tiang ke tiang ke dalam tanah yang telah diberi pasak. Hal ini diperlukan terutama
pada konstruksi acuan dengan tiang tunggal
4)      Penyetelan Acuan Dan Perancah
1.         Pengukuran sesuai dengan rencana
2.         Pemasangan perancah tiang, dudukan skoor
3.         Pemasangan gelagar
4.         Pemasangan lantai yang dipakukan pada gelagar
5.         Pemasangan dinding cetakan dan memasang klem penjepit disamping bawah dan dipasang
pengaku setelah ukurannya benar.
5)      Landasan
 Landasan dibuat sebagai pijakan tiang, agar tiang tidak masuk ke dalam tanah.

c)      Macam-macam Balok

1.     Sloof
Sloof merupakan balok yang berada di bawah permukaan lantai atau tanah yang berfungsi
menopang beban terutama dinding yang selanjutnya diteruskan ke pondasi. Balok ini
menghubungkan antara pangkal bawah kolom yang satu dengan yang lainnya agar bangunan
lebih kokoh maupun untuk menjaga agar tidak terjadi pergeseran pondasi ke arah mendatar.
Selain balok ini ada balok lain lagi yang disebut balok pengikat. Balok ini berada
melintang di bawah lantai pada bangunan yang mempunyai ruangan memanjang (misalnya aula)
tanpa dipisahkan oleh dinding. Balok ini berfungsi untuk mengikat antara kedua jalur dinding
dan pondasi untuk mencegah pergeseran horizontal.

2.     Balok Induk dan Balok Anak


Jenis balok ini merupakan balok yang menopang langsung lantai -lantai bangunan, berarti
merupakan kombinasi antara balok dengan lantai. Dengan adanya balok tersebut, ukuran lantai
dapat diperkecil (lebih tipis) jika dibandingkan dengan lantai yang direncanakan tanpa memakai
balok. Balok induk merupakan penopang utama dari balok anak dan sebagian lantai beban lantai
yang selanjutnya diteruskan ke kolom sebagian pendukungnya. Selain fungsi - fungsi di atas,
maka balok ini berfungsi mengikat antara kolom yang satu dengan yang lainnya agar bangunan
dapat lebih kokoh.
3.     Balok ring
Balok ring atau ring balok berada di ujung atas dinding pada suatu bangunan gedung
berfungsi mengikat antara kolom yang satu dengan yang lainnya dan mendukung beban di
atasnya berupa sebagian beban atap,  kemudian diteruskan ke kolom.

4.     Balok lantai


Jenis belok ini membentang di atas kusen pintu dan jendela. Pada bangunan yang struktur
utamanya dari beton bertulang,  maka balok lantai ini berada di atas pintu dan jendela di
sepanjang dinding.
Jadi fungsi utamanya adalah menopang dan meneruskan beban dari dinding ke kolom
pendukungnya agar tidak membebani kusen di bawahnya. Pada prisnsipnya, kusen tidak boleh
dibebani dari atas karena dapat mengakibatkan terjadinya lendutan pada kusen tersebut dan
akhirnya daun pintu dan jendela tidak dapat berfungsi dengan baik.

5.     Balok  Kantilever


Balok kantilever merupakan balok yang salah satu ujungnya bebas. Balok ini tidak ada
batasan letaknya, misalnya menopang atap teras, menopang lantai dan sebagainya.

2.3. Acuan Lantai


Yang perlu diperhatikan ketinggian dari lantai itu sendiri disamping cetakan  konstruksi
yang harus kuat dan kokoh.
a)      Syarat-syarat Acuan Lantai, yaitu:
1.      Syarat umum
2.      kedataran
3.      Elevasi

b)      Bagian-bagian yang penting dari plat lantai :


1.   Tiang acuan dan pengaku
Tiang acuan dipasang di atas papan landasan yang berada di atas tanah. Pemasangan tiang
ini bersamaan dengan sebagian papan pengaku yang berfungsi sebagai perangkai-perangkai tiang
itu sendiri dan sisanya dipasang setelah gelagar.
2.    Gelagar
Gelagar-gelagar yang dipasang pada tiang bagian atas sesuai dengan ketinggian yang
dibutuhkan. Pemasangan dimulai dengan gelagar-gelagar bagian tepi dan kemudian bagian
tengah. Bagian atas gelagar ini kita hubungkan dengan dua atau tiga benang yang fungsinya
untuk pedoman ketinggian dari gelagar-gelagar bagian tengah. Jika papam gelagar sudah
dipasang, maka papan pengaku dipasang semuanya.
3.     Lantai cetakan
Lantai cetakan dipasang di atas tiang gelagar. Apabila pada pekerjaan ini menggunakan
papan, maka sisi papan harus diketam terlebih dahulu. Untuk pekerjaan beton yang tidak
memerlukan finishing biasanya lantai cetakan memakai plywood lebih licin dari pada permukaan
papan.

2.4.Acuan Dinding
Pembuatan acuan dinding merupakan acuan yang banyak menggunakan bahan dasar
plywood. 
  Macam-macam acuan dinding:
1.      Acuan dinding dengan klam pengaku
2.      Acuan dinding dengan kawat pengikat
3.      Acuan dinding dengan batang pengikat
  Acuan Dinding dengan Rapid clamp memiliki cara teknik pekerjaanya sama dengan Kolom
dengan Rapid. Clamp. Dinding dengan Rapid clamp itu harus kuat dan kaku serta siku dalam
pembuatan cetakannya ,agar menghasilkan dinding sesuai dengan harapan kita dan bermutu yang
baik. Acuan  Dinding dengan menggunakan Rapid clamp relative rumit dan perlu ketelitian dan
kehati-hatian, karena dalam pembuatan cetakan dinding dengan Rapid clamp cetakan itu harus
siku dan memiliki jarak sama tiap dinding serta datar dan tegak.
2.5. Cetakan Tangga
Pada setiap pembuatan bangunan bertingkat, maka pekerjaan tangga juga diperlukan.
Fungsi dari tangga ialah untuk menghubungkan lalu lintas dari satu lantai ke lantai lain. Tangga
bisa dibuat dari konstruksi kayu, baja, alumunium, beton dan lain - lain.

a)      Bentuk-bentuk Tangga:


1.      Tanggga Spiral
2.      Tangga Lurus
3.      Tangga dengan Burdes
4.      Tangga Poros
5.      Tangga ¼ lingkaran
6.      Tangga ½ lingkaran
7.      dll

b)      Hal–hal yang perlu diperhatikan :


1.      Perencanaan tangga
2.      Bentuk optride dan cetakannya
3.      Pembuatan cetakan tangga

c)      Syarat-syarat Acuan Tangga:


         Lebar tangga
  Rumah tinggal  ≥ 90cm
  Umum  ≥ 120cm
         Optride
  Rumah tinggal  ≥ 20cm
   Umum  ≥ 17cm
         Antride  ≥ 25cm
          Kemiringan maximum 45 atau dengan menggunakan perbandingan

    

Syarat Tangga  Ideal = 2 x Optride + 1 Antride = 1 Langkah (57cm-65cm)

d)     Macam–macam acuan dan perancah untuk tangga:


1.      Cetakan tangga lurus
2.      Cetakan tangga membelok
3.      Cetakan tangga melingkar

e)      Tahap-tahap pembuatan cetakan tangga, meliputi:


1)      Pemasangan tiang – tiang
Sebelum pemasangan, tiang yang akan dikerjakan harus diukur dahulu tinggi tiang yang
dibutuhkan, dengan jalan menarik benang dari lantai di bawahnya sepanjang bentang tangga
yang direncanakan. Kemudian ditentukan letak tiang – tiangnya. Pada tempat – tempat itu diukur
tingginya dan ukuran – ukurannya ini adalah ukuran tinggi tiang yang dibutuhkan lalu dipasang
pada masing - masing tempat tadi. Tinggi tiang jangan diukur tepat dengan ukuran tadi tapi
dikurangi sedikit, dengan maksud agar lebih mudah di dalam penimbangan gelagar. Pemasangan
tiang – tiang ini tidak berbeda dengan pemasangan tiang pada balok dan lantai, baik dudukannya
ataupun penyekorannya
2)      Penimbangan gelagar
Setelah pemasangan tiang – tiang selesai lalu dilanjutkan dengan penimbangan dan
pemasangan gelagar. Penimbangan gelagar hampir sama dengan penimbangan gelagar untuk
cetakan lantai, hanya benang pedoman tidak horizontal, tetapi sesuai dengan kemiringan tangga.
3)      Pemasangan papan lantai
Pemasangan papan lantai tidak banyak berbeda dengan pemasangan papan lantai acuan
pada cetakan lantai. Kita tinggal memasang di atas gelagar–gelagar yang sudah terpasang di
bawahnya dan memakukannya pada gelagar tadi.
4)      Pemasangan dinding cetakan beserta penggambaran tride – tridenya
Bagian tepi lantai yang sudah terpasang tadi harus lurus sesuai dengan lebar tangga. Baru
setelah itu, dinding cetakan dipasang pada tepi lantai cetakan, berdiri vertikal kemudian disokong
pada bagian atasnya dengan tiang bagian luar di samping dinding tadi, sedang bagian bawah
ditahan oleh papan penguat yang dipakukan pada gelagar. Penggambaran tride–tridenya dengan
menggunakan waterpass, siku, dan meteran.
5)      Pemasangan papan pencetak optride
Setelah semua tride tergambar pemasangan papan – papan pencetak, optride tidak bisa
langsung dipasang tapi harus terlebih dahulu dilakukan pemasangan penulangan. Setelah
pemasangan penulangan selesai, papan – papan optride dipasang dengan diperkuat oleh klos
yang dipakukan pada dinding cetakan. Pada bagian tengah papan ini diberi sokong dipakukan
dengan sebilah kayu yang kita pasang miring dari atas ke bawah.          

2.6. Pembongkaran Acuan Perancah


Pembongkaran acuan dan perancah jika di cor dilakukan apabila beton sudah mencapai
umur ± 28 hari. Pada konstruksi tertentu kita bisa membongkarnya lebih awal, misalnya pada
pekerjaan pondasi, pekerjaan kolom, dll; biasanya pada konstruksi yang tidak menggantung.
Pembongkaran terpaksa dilakukan karena waktu yang diperlukan oleh pekerjaan lain yang
tergantung dari pekerjaan beton tersebut untuk konstruksi yang menggantung jangan sekali – kali
dilakukan pembongkaran acuan / perancah sebelum beton cukup umur, misalnya pada balok,
lantai, konsol, luifel, dll. Apabila hal ini dilakukan, maka akan berakibat buruk, misalnya retak
pada beton, atau lepasnya ikatan beton dengan tulangan.

  Syarat-syarat  Pembongkaran Acuan dan Perancah


1.      Syarat Ekonomis
Pada saat acuan dibongkar usahakan bekas bahan bongkaran supaya bisa dipergunakan
kembali agar dapat mnghemat biaya seminimal mungkin. Hal ini dapat dilakukan apabila dalam
pembongkaran dilakukan secara hati – hati.

2.      Syarat Keamanan


Selain syarat ekonomis harus juga diperhatikan syarat–syarat keamanan. Hal ini penting
sekali, jangan sampai di dalam pembongkaran urutan pembongkaran tidak diperhatikan sehingga
bagian yang belum terbongkar ataupun yang sudah terbongkar dapat mencelakakan pekerja yang
sedang bekerja. Misalnya di dalam pembongkaran acuan dan perancah lantai. Pertama dibongkar
dahulu skur–skurnya kemudian tiang-tiangnya. Dalam pembongkaran tiang, harus hati–hati
karena tiang ini yang menyangga seluruh beban di atasnya. Kalau tidak hati–hati maka apa–apa
yang ada di atasnya bisa rubuh dan menimpa pekerja yang sedang berada di bawahnya. Gunakan
pakaian keamanan ( sepatu safety, helm, tali, sarung tangan, dan kaca mata ).

3.      Syarat Konstruktif


Pembongkaran tiang secara teoritis perlu diperhatikan bidang momen yang timbul harus
sama dengan bidang momen yang direncanakan. Jadi pada pembongkaran tiang perancah lantai
harus dimulai dari tengah dulu kemudian ke arah tepi. Hal ini dimaksudkan agar bidang momen
yang timbul akan sama dengan bidang momen yang direncanakan. Sedang pada pembongkaran
konsol ( balok kantilever ), dimulai dari ujung. Dengan maksud untuk mendapatkan bidang
momen yang sama.
             Syarat konstruktif untuk pembongkaran acuan dan perancah dibagi menjadi dua, yaitu :
a)      Berdasarkan Waktu
                   Berdasarkan waktu pembongkaran dibagi menjadi dua, yaitu :
1.      Untuk cetakan samping atau yang tidak menahan momen, acuan ini boleh dibongkar setelah
bentuk beton stabil (cetakan dinding balaok, cetakan dinding)  > 24 jam.
2.      Untuk penyangga datar yang menahan momen : boleh dibongkar setelah beton mencapai
kekuatan penuh, dibuktikan dengan hasil uji kubus di laboratorium, untuk beton konvensional   
28 hari (beton tanpa bahan tambahan).
b)      Berdasarkan Metode
Urutan-urutan pembongkaran acuan dan perancah harus sesuai dengan momen yang telah
direncanakan.

Metode-metode yang digunakan dalam pembongkaran acuan dan perancah adalah :


1)      Urutan-urutan pembongkaran acuan dan perancah harus sesuai dengan momen yang telah
direncanakan, sehingga momen yang terjadi akibat pembongkaran sama dengan momen yang
telah direncanakan.
2)      Pembongkaran acuan dan perancahnya dimulai dari ujung untuk mendapatkan bidang momen
yang sama.
3)      Pembongkaran tiang perancahnya harus dimulai dari tengah dan diteruskan di kiri kanannya
sampai ke tepi.

Kesimpulannya adalah ketika melakukan pembongkaran, tidak merusak konstruksi yang


telah jadi.

2.7. Tujuan dan Manfaat Praktek Kerja Acuan dan Perancah


       2.7.1. Adapun Tujuan dari Praktek Kerja Acuan dan Perancah ini adalah :
1)      Mengetahui teknik pengerjaan acuan perancah yang baik dan benar
2)      Mengetahui fungsi/kegunaan dari alat-alat dalam proses pengerjaan konstruksi acuan perancah
3)      Mengetahui bahan-bahan apa saja yang dibutuhkan dalam pengerjaan konstruksi acuan perancah
dan akanestimasi bahan dan waktu
4)      Mampu membedakan kualitas bahan berdasarkan kelasnya
5)      Memberikan pengetahuan tentang perencanaan kerja acuan perancah sehingga mampu untuk
merencanakan serta melaksanakan suatu pekerjaan yang menyangkut acuan perancah / beton
6)      Dapat memperhitungkan komponen serta kebutuhan bahan yang akan dipergunakan dalam kerja
acuan perancah.

2.7.2. Adapun Manfaat dari Praktek Kerja Acuan dan Perancah adalah :
1)      Dapat memperkaya diri guna bekal di kemudian hari mengenai konstruksi acuan perancah
2)      Dapat mengetahui teknik pengerjaan acuan perancah yang baik dan benar
3)      Mahasiswa dapat memperhitungkan waktu yang dibutuhkan dalam penyelesaian konstruksi
acuan perancah
4)      Mahasiswa dapat menyadari akan keberadaan potensi dirinya serta kondisi lingkungan yang
menunjang untuk dapat dikembangkan dan berupaya menjadikan diri sebagai sumber daya
manusia yang berkualitas.

BAB III

URAIA
N JOB
1.   PENGERTIAN
Kolom adalah tiang yang menahan suatu konstruksi bangunan.Kolom merupakan bagian
terpenting dalam suatu konstruksi,sehingga kita harus teliti dalam merencanakan suatu kolom
yang baik,tegak lurus dan kuat serta memiliki mutu yang baik.
  Rapid Clamp adalah :
Suatu alat yang dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat menjepit atau membuat kaku
suatu cetakan dengan menjepit baja tulangan sebagai penjepitnya.

Kolom yang dibuat  dengan pengakuan Rapid Clamp sangat kuat , akan tetapi Cetakan
Kolom yang menggunakan Rapid Clamp relatif susah dalam pemasangannya dan berbahaya,
karenanya kita harus dapat memahami cara atau teknik pemasangan Kolom dengan Rapid
Clamp.

2.     TUJUAN PRAKTEK :


Pada akhir pelajaran mahasiswa diharapkan dapat :
1.         Membuat cetakan kolom dengan baik dan benar serta rapi dengan  menggunakan rapid klem.
2.         Dapat menyetel cetakan kolom menjadi vertical dan sesuai posisi
3.         Meluruskan kedudukan cetakan kolom yang satu dengan cetakan kolom yang lainnya
4.         Dapat menghitung jumlah kebutuhan bahan yang diperlukan
5.         Dapat mempergunakan alat sesuai fungsinya.

3.     PERALATAN YANG DIGUNAKAN :


1.      Kapur/Pensil                                               12. Kunci
2.      Pralon                                                        13. Tangga
3.      Mistar siku
4.      Roll meter  besar dan kecil
5.      Gergaji mesin dan manual
6.      Roll Kabel
7.      Palu cakar
8.      waterpass
9.      unting-unting
10.  rapid clamp lengkap dengan (Lempengan baja, mur, baja tulangan)
11.  pengunci rapid clamp

Anda mungkin juga menyukai