Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat
kepuasan rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode
etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
kesehatan dan semakin besarnya tuntutan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan
yang lebih baik, maka dibuatlah standar prosedur sebagai acuan dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan PICU
Perinatal Unit Pelayanan Intensif (PICU) merupakan bagian dari Rumah Sakit
yang terpisah dengan staf khusus dan memerlukan perlengkapan yang khusus. Oleh
karena itu unit pelayanan intensif menyediakan kemampuan dan sarana-sarana yang
khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan ketrampilan staf
medik, perawat dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-
keadaan pasien yang mengalami kegawatan yang mengancam jiwa.
Unit PICU RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe bersifat umum, dapat merawat
semua jenis penyakit termasuk kasus anak dan kardiovaskuler. Mampu memberikan
pelayanan tinggi yang mendukung peran rumah sakit yang lain yang telah digariskan
yaitu kedokteran umum, bedah, pengelolaan trauma, bedah syaraf, bedah vaskuler,
bedah digestive dan lain-lain. Selain itu mampu memberikan tunjangan ventilasi
mekanis yang lama tetapi tidak terlalu kompleks, pemamtauan invasif dan usaha
penunjang hidup.
Pelayanan tersebut didukung oleh fasilitas laboratorium dan fasilitas pelayanan
penunjang lainnya antara lain radiologi, diagnostik dan fisiotherapi.
Agar mutu unit PICU RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe tetap terjaga dan semakin
meningkat maka diperlukan akreditasi untuk pelayanan PICU, sehingga semua sarana
dan prasarana di unit PICU dapat disesuaikan dengan pedoman dan standar
akreditasi.
B. Tujuan Pedoman
Adapun tujuan dalam pembuatan pedoman ini yaitu diharapkan untuk seluruh
perawat atau staf yang bekerja didalam ruangan tersebut mampu memberikan pelayan
yang sesuai dengan standard pelayanan operasional (SPO).
C. Ruang Lingkup
1. Ruang lingkup pelayanan PICU meliputi :
Pelayanan intensif RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe memberikan pelayanan
dengan standar intensif umum yang tinggi, yang mendukung peran rumah sakit
yang lain yang telah digariskan yaitu kedokteran umum, bedah, pengelolaan
trauma, neuro, penyakit dalam, dan lain-lain. Ruang lingkup pelayanan yang di
berikan di PICU adalah sebagai berikut:

1
1. Diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit-penyakit akut yang
mengancam nyawa dan menimbulkan kematian dalam beberapa menit
sampai beberapa hari.
2. Memberikan bantuan dan mengambil alih fungsi vital pernafaan sekaligus
memberikan penatalaksanaan problem spesifik.
3. Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksananan terhadap komplikasi
akibat penyakit atau iatrogenik.
4. Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang sangat bergantung pada
alat / mesin dan orang lain.
Tindakan yang dapat dilaksanakan di unit pelayanan intensif RSUD Prof.
Dr. H. Aloei Saboe antara lain:
1. Pemasangan Intravenous Line;
2. Pemasangan NGT;
3. Pemasangan kateter urin;
4. Terapi oksigen;
5. Nebulizer;
6. Pemasangan Central Venous Catheter;
7. Pengelolan Central Venous Catheter;
8. Pemasangan dan pengelolaan Water Sealed Drainage;
9. Intubasi;
10. Pengelolaan Ventilator;
11. Resusitasi jantung paru;
12. Pemeriksaan Elektro Kardio Grafi;
13. Pengelolaan obat obatan inotropik;
14. Pemasangan arterial line;
15. Perawatan luka;
16. Ganti Balutan
Pelayanan PICU RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe memberikan pelayanan
PICU sekunder dengan standar pelayanan PICU umum yang tinggi, yang
mendukung peran rumah sakit yang telah digariskan misalnya kedokteran umum,
bedah, pengelolaan trauma, neuro, penyakit dalam dan lain-lain. Mampu
memberikan tunjangan ventilasi mekanis lebih lama dan melakukan
dukungan/bantuan hidup lain tetapi tidak kompleks.
Pengelolaan pelayanan intensif RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe dilakukan
oleh dokter Spesialis Anesthesiologi yang di dampingi oleh konsultan Intensif Care
(KIC) yang dapat dihubungi dan datang setiap saat.
D. Batasan Operasional
Perinatal Intensive Care Unit (PICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang
mandiri, dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan
untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit
cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam
nyawa dengan prognosis dubia. PICU menyediakan kemampuan dan sarana,
prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan
menggunakan keterampilan staf medik, perawat dan staf lain yang berpengalaman
dalam pengelolaan keadaan-keadaan tersebut.
E. Landasan Hukum

2
1. Undang – undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 436 / Menkes / SK / VI /
1993 tentang berlakunya Standar Pelayanan di Rumah Sakit
3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 0701 / YANMED / RSKS /
GDE / VII / 1991 Tentang Pedoman Pelayanan Gawat Darurat
4. Undang – undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
5. Undang – undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
6. Kepmenkes RI No.1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar
PelayananRumah Sakit
7. Kepmenkes RI No.1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja
8. Kepmenkes RI No.1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan
Intensif Care Unit

3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia (SDM)
Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM PICU adalah :
KUALIFIKASI JML JML
N NAMA FORMAL MASA SERTIFIKAT YANG TENAG
KET
O JABATAN KERJA DIBUTUH A YG
KAN ADA
1 Kepala SI 8 tahun  Manajemen 1 orang 1 orang lengkap
Ruangan keperawata bangsal atau
n (Ners) manajemen
atau D3 keperawatan
keperawata  Emergency
n Nursing
 Pasien Safety
 BTCLS
 PPI
 Penanganan
Api Ringan
2 Dokter Spesialis 2 tahun Sertifikat 4 orang 4 orang lengkap
Anak (jaga) Anak kelulusan dokter
spesialis
3 Perawat D3 7 tahun  BTCLS 2 orang 2 orang lengkap
Primer keperawata  BHD
(KATIM) n  PPI
 Pasien Safety
 Penanganan
Api Ringan
4 Perawat D3  PPI 14 orang 14 orang lengkap
Pelaksana keperawata  BTCLS
n  BHD
 Pasien Safety
 Penanganan
Api Ringan
5 Administra SMA 2 tahun  PPI 1 orang 1 orang lengkap
si  BHD

4
 Penanganan
Api Ringan
6 Pekarya SMA 2 tahun  PPI 1 orang 1 orang lengkap
 BHD
 BLS
 Penanganan
Api Ringan
7 Evakuasi SMA 2 tahun  PPI 2 orang 2 orang lengkap
 BHD
 BLS
 Penanganan
Api Ringan

Pelayanan rawat intensif RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe dilakukan oleh tenaga
tenaga kesehatan meliputi:
1. Dokter Jaga
Adalah dokter anak yang memiliki sertifikasi ACLS dan atau ATLS dan
bertugas jaga di /PICU.
2. Dokter konsultan spesialis lain.
Adalah dokter spesialis lain yang bekerja di RSUD Prof. Dr. H. Aloei
Saboe.
3. Kepala Ruangan PICU
Adalah Perawat mahir yang berpendidikan sarjana keperawatan dan
bersertifikasi PICU.
4. Ketua tim perawat.
Adalah perawat mahir berpendidikan D3 dan berpengalaman 3 tahun
bekerja di PICU dan bersertifikat.
5. Perawat pelaksana.
Adalah perawat berpendidikan D3 yang telah mengikuti pelatihan.
6. Administrator.
Adalah pegawai rumah sakit dengan pendidikan SMA.

B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan PICU yaitu :
a. Untuk Dinas Pagi :
yang bertugas sejumlah 6 (enam) orang dengan standar minimal bersertifikat
BTCLS.
Kategori :
1 Orang Kepala Ruangan
2 Orang Ketua Tim
3 orang Perawat Pelaksana
b. Untuk Dinas Sore :
yang bertugas sejumlah 3 (tiga) orang dengan standar minimal bersertifikat
BTCLS
Kategori :
1 Orang Ketua Tim (Leader)

5
2 orang Perawat Pelaksana
c. Untuk Dinas Malam
yang bertugas sejumlah 3 (tiga) orang dengan standar minimal bersertifikat
BTCLS
Kategori :
1 Orang Ketua Tim (Leader)
2 orang Perawat Pelaksana
d. Untuk Lepas Malam
yang bertugas sejumlah 3 (tiga) orang dengan standar minimal bersertifikat
BTCLS
Kategori :
1 Orang Ketua Tim (Leader)
2 orang Perawat Pelaksana

C. Pengaturan Jaga
I. Pengaturan Jaga Perawat PICU
 Pengaturan jadwal dinas perawat PICU dibuat dan di pertanggung
jawabkan oleh Kepala Ruang (Karu) PICU dan disetujui oleh kepala
bidang keperawatan.
 Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke
perawat pelaksana PICU setiap satu bulan..
 Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu,
maka perawat tersebut dapat mengajukan permintaan dinas pada buku
permintaan. Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga
yang ada (apa bila tenaga cukup dan berimbang serta tidak mengganggu
pelayanan, maka permintaan disetujui).
 Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift (PJ
Shift) dengan syarat pendidikan minimal D III Keperawatan dan masa
kerja minimal 2 tahun, serta memiliki sertifikat tentang kegawat daruratan.
 Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas
malam, libur dan cuti.
 Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat
jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan (terencana), maka perawat yang
bersangkutan harus memberitahu Karu PICU : 2 jam sebelum dinas pagi,
4 jam sebelum dinas sore atau dinas malam. Sebelum memberitahu Karu
PICU, diharapkan perawat yang bersangkutan sudah mencari perawat
pengganti, Apabila perawat yang bersangkutan tidak mendapatkan
perawat pengganti, maka KaRu PICU akan mencari tenaga perawat
pengganti yaitu perawat yang hari itu libur atau perawat PICU yang tinggal
di asrama.
 Apabila ada tenaga perawat tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal
yang telah ditetapkan ( tidak terencana ), maka KaRu PICU akan mencari
perawat pengganti yang hari itu libur atau perawat PICU yang tinggal di
asrama. Apabila perawat pengganti tidak di dapatkan, maka perawat yang
dinas pada shift sebelumnya wajib untuk menggantikan.(Prosedur
pengaturan jadwal dinas perawat PICU sesuai SOP terlampir).

6
II. Pengaturan Jaga Dokter PICU
 Pengaturan jadwal dokter jaga PICU menjadi tanggung jawab Ka Instalasi
Gawat Darurat dan disetujui oleh Manajer Pelayanan Khusus
 Jadwal dokter jaga PICU dibuat untuk jangka waktu 1 bulan serta sudah
diedarkan ke unit terkait dan dokter jaga yang bersangkutan 1 minggu
sebelum jaga di mulai.
 Apabila dokter jaga PICU karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga
sesuai dengan jadwal yang telah di tetapkan maka :
o Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Kepala PICU paling lambat 3 hari sebelum
tanggal jaga, serta dokter tersebut wajib menunjuk dokter jaga
pengganti.
o Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Kepala PICU dan di harapkan dokter tersebut
sudah menunjuk dokter jaga pengganti, apabila dokter jaga pengganti
tidak didapatkan, maka Kepala PICU wajib untuk mencarikan dokter
jaga pengganti, yaitu digantikan oleh dokter jaga yang pada saat itu
libur atau dirangkap oleh dokter jaga ruangan. Apabila dokter jaga
pengganti tidak di dapatkan maka dokter jaga shift sebelumnya wajib
untuk menggantikan (Prosedur pengaturan jadwal jaga dokter PICU
sesuai SOP terlampir).

III. Pengaturan Jadwal Dokter Konsulen


 Pengaturan jadwal jaga dokter konsulen menjadi tanggung jawab
Manager Pelayanan.
 Jadwal jaga dokter konsulen dibuat untuk jangka waktu 3 bulan serta
sudah diedarkan ke unit terkait dan dokter konsulen yang bersangkutan 1
minggu sebelum jaga di mulai.
 Apabila dokter konsulen jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat
jaga sesuai dengan jadwal yang telah di tetapkan maka :
o Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Manager Pelayanan atau ke petugas sekretariat
paling lambat 3 hari sebelum tanggal jaga, serta dokter tersebut wajib
menunjuk dokter jaga konsulen pengganti.
o Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Manager Pelayanan atau ke petugas sekretariat
dan di harapkan dokter tersebut sudah menunjuk dokter jaga konsulen
pengganti, apabila dokter jaga pengganti tidak didapatkan, maka
Manager Pelayanan wajib untuk mencarikan dokter jaga konsulen
pengganti.(Prosedur pengaturan jadwal jaga dokter konsulen sesuai
SOP terlampir).

BAB III

7
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan

APOTIK Rawat Ruang LAB


Inap ECHO CITO WC
RUANG
ICCU
Ruang
Nurse Kepala
Ruang Nurse Ruangan
Stasion perawat Stasion
Ruang
Admin
IRDA PICU

TR

PA
Y

N
WASTAFE
R. ISOLASI

WASTAFE

B. Standar Fasilitas
I. Fasilitas & Sarana
PICU RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe berlokasi di sebelah ruang Instalasi
Rawat Darurat Anak yang terdiri dari ruangan observasi, ruang perawat, ruang
kepala ruangan, lemari penyimpanan BHP, trolly set pemasangan infuse dan
wastafel.

II. Peralatan
Peralatan yang tersedia di PICU mengacu kepada buku pedoman pelayanan
Gawat Darurat Departermen Kesehatan RI untuk penunjang kegiatan pelayanan
terhadap pasien Gawat darurat.
1. Emergency set
2. Resusitasi (paket resusitasi i unit)
3. Alat hisap sentral
4. Alat mnitor tanda vital
5. Laringskop untuk anak
6. Stetoskop untuk anak
7. Timbangan untuk anak
8. Alat pengukur panjang untuk anak
9. Alat pengukur suhu tubuh
10. Infuse pump dan syringe pump
11. Alat radiant warmer
12. Suction pump
13. oximetri
14. Tiang infus

8
15. C-PAP
16. Lampu sorot
17. Monitor TTV Anak
18. Defiblilator
19. EKG
20. Ventilator

III. Ambulance
Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien RSUD Prof. Dr. H. Aloei
Saboe saat ini memiliki 3 (tiga) unit ambulance yang kegiatannya berada dalam
koordinasi Instalasi Rawat Darurat dan bagian umum.
A. Fasilitas & Sarana untuk Ambulance
a. Perlengkapan Ambulance
1. Sirene
2. Lampu rotater
3. Sabuk pengaman
4. Sumber listrik / stop kontak
5. Lemari untuk alat medis
6. Lampu ruangan
7. Wastafel
b. Alat & Obat
1. Tabung Oksigen ( 1 buah )
2. Mesin suction ( 1 buah )
3. Monitor EKG 1 buah )
4. Stretcher ( 1 buah )
5. Scope ( 2 buah )
6. Piala ginjal ( 5 buah )
7. Tas Emergency yang berisi :
 Obat – obat untuk life saving
 Cairan infus : RL, NaCL 0,9 % ( 5 / 10 kolf )
 Senter ( 2 buah )
 Stetoskop ( 3 buah )
 Tensimeter ( 1 buah )
 Gunting verban ( 2 buah )
 Tongue Spatel ( 1 buah )
 Reflex hummer ( 2 buah )
 Infus set ( 1 buah )
 IV chateter ( Nomer 20,24 , 18 : 2 : 2 )
 Spuit semua ukuran ( masing- masing 2 buah )
VI. Pemeliharaan, Perbaikan Dan Kalibrasi Peralatan
Pemeliharaan, perbaikan dan kalibrasi peralatan dilakukan oleh bagian sarana
dan prasarana dengan tata hubungan kerja sebagai berikut :
- Petugas bagian pemeliharaan sarana dan prasarana standby selama 24 jam
dan mudah dihubungi
- Pengecekan peralatan medis dilakukan secara berkala dan didokumentasikan

9
- Bila ada kerusakan alat, perawat/ administrasi/ evakuasi memberitahu petugas
instalasi sarana dan mengisi formulir perbaikan, formulir terlampir
- Petugas instalasi pemeliharaan sarana melakukan perbaikan penggantian alat
yang rusak dengan diketahui oleh kepala ruangan dengan menggunakan
formulir yang tersedia
- Setelah dilakukan perbaikan atau penggantian alat, dilakukan uji coba bersama
- Bukti penyelesaian pekerjaan harus ditandatangani oleh kedua belah pihak
- Semua peralatan dilakukan kalibrasi secara berkali dengan mengisi formulir
permintaan kalibrasi yang ditandatangani kepala ruangan sepengetahuan
kepala seksi
VII. Standar Obat PICU RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe
I. OBAT LIVE SAVING
a. Injeksi

No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat

1 Adona AC 10 ml Ampul 5 Haemostatic


2 Kallium clorida Flacon 5 Elektrolit
3 Alupent Ampul 2 Anti asthmatic dan COPD
preparations
3 Aminophilin Ampul 5 Anti asmatic dan COPD
preparations
4 Aquadest Ampul 5 Pelarut
5 Cefotaxime Flacon 5 Antibiotic
6 Ceftriaxone Flacon 5 Antibiotic
7 Combifen Ampul 5 Anti asthmatic
8 Dexamethasone Ampul 5 Kartikosteroid
9 Diazepam Ampul 5 Minor Transquillizer
10 Ephinephrin Ampul 5 Asnastetic lokal & general
11 Farbivent Ampul 2 Anti asthmatic
12 Meropenem Ampul 5 Antibiotic
13 Metronidazole Botol 5 Antibiotic
14 Ondancentron Ampul 5 Antiemetic
15 Panadol Ampul 5 Analgetik
16 Paracetamol drips Botol 5 Antipyretic
17 Ranitidine Ampul 5 Antacida
18 Transamin Ampul 5 Haemostatics
19 Vit k Ampul 5 Anti perdarahan
20 Amikasin Ampul 5 Antibiotic
21 Lidocain 2 ml Ampul 3 Regional Anesthetic
22 Gentamicin 2 ml Ampul 5 Antibiotic
23 Furosemid Ampul 5 Antidiuretik
24 Phenitoin Ampul 5 Minor Transquillizer
25 Omeprazole Ampul 5 Antiemetic

b. Oral
Jenis Obat
No Nama Obat Satuan Jumlah

10
1. Sanmol 125 mg Tablet 10 Antipiretic
2. Zinc 10 mg Tablet 10 Vitamin
3. Ambroxol 15 mg Tablet 10 Mucolitic
4. Salbutamol 2 mg Tablet 5 Broncodilator
5 Domperidon 5 mg/ 5 ml Syirup 3 Antiemetic
6 Mabhydrolin 60 mg Puyer 10 Antihistamin
7 Paracetamol Drops 100mg Syirup 2 Antipyretic
8 Mucera drops 15 ml Syirup 2 Mucolitic

c. Cairan Infus
No Nama Obat Satuan Jumlah
1. Asering Kolf 4
2. Dextrose 5 % 250 ml Kolf 2
3. Dextrose 5 % 500 ml Kolf 8
6. Dextrose 0,5 Darrow Kolf 3
11. Nacl 0,9 % 250 ml Kolf 1
12. Nacl 0,9 % 500 ml Kolh 5
15 Ringer Lactat Kolf 13

a. Suposituria
Jenis Obat
No Nama Obat Satuan Jumlah
1 Primperan sup Child Supp 3 Anti emetik
2 Paracetamol Sup Supp 1 Anti piretik, Analgetik
3 Proris Sup Supp 6 Anti piretik , Analgetik
4 Stesolid 5 mg rect Tube 5 Sedatif
5 Stesolid 10 mg rect Tube 7 Sedatif

2. OBAT PENUNJANG
Injeksi
Jenis Obat
No Nama Obat Satuan Jumlah
1. Cedantron Ampul 5 Antiemetik
2. Calsium gluconas Ampul 3 Vitamin (elektrolit)
3. Zantadin Ampul 5 Antasida
4. Lanoxin Ampul 2 Cardiac drugs
5. Neurobion 5000 Ampul 5 Vitamin
6 Kanamycin 1 gr Flacon 10 Antibiotik
7 Procain Penicillin Flacon 2 Antibiotik

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. KRITERIA MASUK DAN KELUAR PICU.


a. Kriteria masuk PICU mengikuti skala prioritas sebagai berikut:
1. Prioritas 1
Pasien yang membutuhkan terapi segera dengan keadaan kritis, tidak
stabil dan memerlukan bantuan nafas, bantuan pacu jantung, bantuan obat

11
obatan vasoaktif secara titrasi berlanjut. Keadaan itu seperti yang tersebut
dibawah namun tidak terbatas pada:
a. gangguan asam basa dan elektrolit berat.
b. Gagal jantung dengan tanda bendungan paru
c. Gagal nafas
d. Cidera kepala berat
e. Gagal ginjal dengan tanda bendungan paru.
f. Syok karena perdarahan, dan anafilaksis.
g. pasca operasi dengan gangguan nafas dan atau hipotensi
h. Sepsis
2. Prioritas 2
Pasien yang memerlukan pemantauan alat canggih di PICU yang
berisiko bila tidak mendapatkan terapi intensif segera. Keadaan itu seperti
yang tersebut dibawah ini namun tidak terbatas pada:
a. Pasca operasi besar
b. Kejang berulang.
c. Gangguan kesadaran.
d. Dehidrasi berat.
e. Gangguan jalan nafas.
f. Aritmia jantung.
g. Astma akut berat
h. Diabetes yang merlukan terapi insulin berlanjut.

3. Prioritas 3.
Pasien dengan keadaan yang tidak stabil akibat penyakit yang
mendasarinya, namun amat kecil manfaat yang diperoleh dari PICU. Keadaan
ini seperti yang tersebut dibawah ini namun tidak terbatas pada:
a. Penyakit keganasan dengan metastasis.
b. Pasien dengan geriatri dengan fungsi hidup sebelumnya minimal.
b. Kriteria keluar dari PICU
Pasien dikeluarkan dari PICU apabila:
1. Tidak lagi memerlukan pelayanan perawatan intesif.
2. Pasien dalam keadaan terminal yang dengan terapi tidak akan memberi
hasil yang bermakna.
3. Kondisi pasien yang menyebabkan pasien dirawat di PICU telah teratasi.
4. Pasien meninggal
5. Pasien membutuhkan alat dan prosedur yang tidak disediakan oleh RS
aloei saboe
6. Keluarga pasien menghendaki pasien di pindahkan.
7. Kriteria pasien indikasi masuk dan keluar dari ruangan PICU terdapat di
SPO terlampir
B. PERSIAPAN PENERIMAAN PASIEN.
Sebelum pasien tiba di PICU maka dilakukan persiapan sebagai berikut:
1. Mencatat data pasien.
2. Melakukan serah terima dengan petugas dari mana pasien tersebut
dirawat.

12
3. Menyiapkan tempat tidur pasien, kelengkapan infus pump, srynge pump,
monitor non invasif.
4. Penerimaan pasien baru PICU terlampir dalam bentuk SPO terlampir
D. MONITORING PASIEN.
Sejak pasien diterima di PICU, perlengkapan monitor Saturasi oksigen,
Elektro kardio grafi, Suhu, Pernafasan dan tekanan darah di pasang. Monitor
selalu dalam keadaan berfungsi selama pasien dirawat. Pencatatan tanda vital
dilakukan setiap jam. Fungsi fungsi kesadaran, produksi urin dicatat setiap 7 jam.
Jumlah cairan masuk dicatat setiap 4 jam. Obat obatan yang diberikan secara
berlanjut dicatat penggunaanya setiap jam. Setiap Pagi hari dicatat kondisi umum
pasien, luka operasi, kondisi kulit dan kebersihan pasien
E. PROSEDUR MEDIK.
Beberapa prosedur medik yang dilakukan di PICU:
1. Pemasangan CPAP.
Pemasangan CPAP harus dengan informed consent tertulis dari
keluarga pasien. Pemasanganya di lakukan oleh dokter/ perawat yang terlatih,
dilakukan dengan cara yang steril.
2. Pemasangan stomach tube.
Pemadangan Stomach Tube dilakukan dengan consent keluarga dan
pasien jika sadar. Pemasanganya dilaukan oleh dokter PICU dan dapat di
delegasikan pada perawat pelaksana. Setelah pemasangan harus dilakukan
konfirmasi posisi dengan cara mendengar adanya suara pada area lambung
pasien.
3. Intubasi dan perawatan.
Intubasi dilakukan dengan informed consent yang tertulis dari keluarga
pasien. Pemasanganya dilakukan oleh dokter jaga PICU. Intubasi dilakukan
dengan monitor terpasang pada pasien. Setelah terintubasi posisi tube di
konfirmasi dengan mendengar suara nafas pada kedua lapangan paru,
kemudian pipa nafas difiksasi dengan pelester dan dicatat ketinggiannya.
Perawatan pipa nafas dilakukan setiap hari dengan mencatat posisi pipa nafas
dan tekanan pada balon pipa.
4. Balance cairan.
Balans cairan dilakukan setiap 8 jam dan dapat dilakukan lebih kerap
sesuai kebutuhan pasien. Perawat pelaksana melakukan pencatatan pada
seluruh cairan masuk meliputi jumlah infus, diet, minum, obat obat cair dan
seluruh cairan keluar meliputi produksi urin, feses, muntahan, perdarahan, dan
keringat pasien.
5. Rehab medik.
Beberapa tindakaan prosedur rehab medik dapat dilakukan oleh
perawat pelaksana meliputi posisi miring pada pasien, vibrasi manual pada
torak. Tindak prosedur rehab medik selanjutnya yang lebih kompleks dilakukan
oleh petugas rehab medik.
F. INDIKASI PENGGUNAAN DAN PENGHENTIAN VENTILATOR.
Pasien dapat di lakukkan pemasangan alat bantu nafas Ventilator dengan
kondisi sebagai berikut:

13
1. Terjadi kegagalan nafas tipe I yang ditandai dengan penurunan kadar
oksigen darah. Penurunan kadar oksigen di nilai dari Analisa Gas Darah
maupu dari Saturasi okigen.
2. Terjadi kegagalan nafas tipe II yang ditandai dengan peningkat gas asam
arang. Peningkatan gas asam arang dinilai melalui permeriksaan Analisa
Gas Darah.
3. Pemasangan ventilator di lakukan oleh dokter anestesi, dengan informed
consent tertulis dari keluarga pasien.
Penghentian alat bantu nafas dapat dilakukan apabila:
1. Pasien tidak lagi memerlukan alat bantu nafas di tandai dengan
tercukupinya kadar oksigen dalam darah dan kadar asam arang pada darah
dalam batas normal.

G. PENGGUNAAN ALAT MEDIK.


Penggunaan alat medik dibawah ini mengikuti aturan:
1. Syringe pump.
Digunakan dengan persetujuan atau instruksi dokter. Syringe harus
dilakukan pengecekan terhadap validitas kalibrasi sebelum dipakai.
2. Infusion pump.
Digunakan dengan persetujuan atau instruksi dokter. Infusion pump
harus dilakukan pengecekan terhadap validitas kalibrasi sebelum dipakai.
3. Suction.
Suction digunakan oleh perawat selama perawatan pasien dengan
menjaga sterilitas ujung suction. Untuk suctioning pipa nafas di gunakan ujung
suction tertutup sehingga dapat di gunakan berulang ulang. Pengantian suction
jalan nafas dilakukan setiap hari. Selain suction pipa nafas ujung cateter suction
di ganti setiap habis pakai.
4. Defibrilator.
Pemakaian defibrilator dilakukan oleh dokter anestesi atau dokter jaga
PICU sesuai dengan kebutuhan pasien. Penggunaan defibrilator untuk
kardioversi harus dengan persetujuan keluarga.
H. KONSULTASI
Konsultasi keluarga pasien dilakukan pertama kali selambat lambatnya 48
jam setelah pasien dirawat di PICU. Konsultasi di arahkan kepada kondisi pasien,
penyebab dari kondisi pasien, upaya yang telah dilakukan dan upaya dan prosedur
medik yang akan dilakukan terhadap pasien dan kemungkinan keberhasilan upaya
medis yang dilakukan.

I. INDIKASI DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN LABORATORIUM


Pemeriksaan laboratorium yang standar ada di RS. Aloei saboe dilakukan
mengikuti instruksi dokter. Pemerikaan laboratorium dan radiologi yang mahal harus
dengan persetujuan keluarganya. Untuk pelaksanaan prosedur pemeriksaan
laboratorium terdapat dalam SPO terlampir
J. PENGIRIMAN PASIEN
a. Pengiriman ke rawat inap

14
Pasien yang dipindahkan kerawat inap dari unit rawat PICU adalah
pasien yang sudah boleh di pindahkan sesuai instruksi dokter berdasarkan
kriteria indikasi pasien keluar selain itu karena adanya permintaan keluarga,
untuk pelaksanaan pemindahan pasien dari unit rawat PICU ke ruang perawatan
biasa terdapat dalam SPO terlampir
b. Pengiriman ke kamar operasi
Pasien yang di kirim ke kamar operasi adalah pasien dengan operasi
cito atau elektif, persiapan pasien dilakukan sesuai dengan jenis operasinya,
adapun mengenai pelaksanaan persiapan dan pengiriman pasien untuk operasi
hampir sama dengan ruang rawat inap biasa SPO terlampir
c. Pengiriman rujukan
Pasien yang dirujuk ke rumah sakit ada beberapa kriteria pertama
karena tidak adanya fasilitas sarana dan prasarana kedua karena kondisi tempat
PICU penuh dimana pasien memerlukan alat ventilator dan ketiga karena
permintaan keluarga adapun mengenai pelaksanaan pengiriman rujukan pasien
ke Rumah sakit lain terdapat dalam SPO

d. Pengiriman ke kamar jenazah


Pasien unit PICU yang sudah dinyatakan meninggal oleh dokter
dihadapan keluarga akan dilakukan perawatan jenazah di ruang PICU dan
jenazah tetap dalam ruang perawatan PICU ± 2 jam, untuk pelayanan
pemulasaran jenazah ditanyakan dulu ke keluarga bersedia atau tidak, setelah
dilakukan pemulasaran jenazah atau tidak maka jenazah dibawa oleh
keluarganya dengan menggunakan transportasi ambulance jenazah dari Rumah
Sakit atau ambulance jenazah luar, adapun mengenai pelaksanaan pelayanan
jenazah terdapatdalam SPO
J. REKAM MEDIS
Pelaksanaan rekam medis diruang PICU untuk tehknik pendokumentasian
ditulis melalui kardek PICU yang sudah terintegrasi untuk semua pelayanan medis
yang ada di PICU yaitu dari dokumentasi perkembangan pasien, dokumentasi
dokter, dokumentasi perawatan, dokumetasi therapy obat, dokumentasi gizi,
dokumentasi rehabilitasi medik dan fisioterapy, dokumentasi radiologi yang mana
pendokumentasi tersebut dicatat untuk satu kardek/hari/pasien. Untuk hasil hard
copy dari Laboratorium, Radiologi, copy resep dan form catatan mutu yang lain
dikumpulkan dalam status pasien. Bila pasien dipindahkan keruangan maka kardek
PICU tersebut disatukan dengan status pasien dan diserahkan keruangan tempat
pasien dipindahkan.
Pengembalian rekam medis karena pasien meninggal, pulang APS atau
dirujuk ke RS lain maka kardek PICU disatukan dengan status pasien setelah itu
status pasien dilengkapi dan baru dikembalikan ke bagian rekam medik dalam
waktu ≤ 48 jam. Untuk pelaksanaan rekam medik PICU terdapat dalam SPO

K. PENCATATAN DAN PELAPORAN KEGIATAN PELAYANAN


Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan pada unit
rawat PICU dilaksanakan melalui beberapa tahapan :
a. Pencatatan dilakukan setiap hari oleh penanggung jawab ruangan

15
b. Rekapitulasi dilakukan setiap bulan oleh penanggung jawab ruangan
c. Hasil rekapitulasi dilaporkan kepada Karu PICU pada awal bulan
d. Karu PICU memberikan laporan tertulis mengenai kegiatan pelayanan PICU
kepada Bidang keperawatan setaiap tanggal 5 pada bulan berikut
e. Bentuk pelaporan kegiatan pelayanan terdapat dalam SPO
L. EVALUASI HASIL PERAWATAN PASIEN
Pelaksanaan evaluasi hasil perawatan pasien dilaksanakan melalui tahapan :
1. Penanggung jawab ruangan melakukan pencatatan (mobilitas pasien)
jumlah pasien, pasien yang pindah ruangan sesuai instruksi, pindah ruangan
permintaan pasien, APS (pulang paksa) dan dirujuk setiap hari
2. Rekapitulasi dilakukan tiap bulan oleh penanggung jawab ruangan dan
dilaporkan kepada Karu
3. Pada akhier tahun dilakukan rekapitulasi keseluruhan oleh Karu PICU
4. Karu PICU melaporkan data mobilitas pasien dan hasil evaluasi
keperawatan kepada Bidang keperawatan setiap awal tahun

BAB V
LOGISTIK
1. Perencanaan
Menentukan macam, mutu, dan jumlah alat yang dibutuhkan dalam pelayanan.
1. Peralatan kesehatan

16
Alat kesehatan yang digunakan untuk mendiagnosa, menangani,
monitor, dan mengevakuasi secara alat medis, pendukung untuk
penanggulangan penderita.
2. Obat-obat emergency
2. Penganggaran
1. Membuat perkiraan biaya
2. Barang yang diperlukan dalam jumlahnya, harga satuan dan harga total
harus disusun dalam bentuk table.
3. Pengadaan
Penyediaan alat logistik dibagi menjadi :
a. Penyediaan alat kesehatan yang di minta melalui gudang logistik Alkes
b. Penyediaan obat dan cairan yang diminta melaui gudang farmasi
c. Penyediaan alat rumah tangga dan ATK yang diminta melalui gudang logistik
Rumah tangga
Alat kesehatan, obat dan alat rumah tangga serta ATK yang tersedia di PICU
disesuaikan dengan standar minimal dan maksimal alkes,obat dan alat rumah
tangga serta ATK yang dibuat oleh unit PICU dan telah disepakati oleh bagian
logistik dan farmasi dalam pelaksanaan pemenuhan barang tersebut dilakukan
setiap hari senin, selasa dan jumat dimana permintaan alkes, obat dan alat logistik
harus ada persetujuan dari kepala urusan PICU dan kasie pelayanan khusus satu,
adapun tahapan permintaan alkes, obat dan alat logistik adalah sebagai berikut
terlampir dalam SPO serta standar minimal dan maksimal untuk alkes, obat dan
logistik terlampir
4. Penyimpanan
Peralatan disimpan dalam dua tempat :
1. Tempat penyimpanan utama atau cadangan dimana persediaan
disimpan tetapi tidak digunakan
2. Tempat penggunaan setelah digunakan
Untuk menyimpan peralatan, diperlukan keterampilan berikut :
1. Catatan penerimaan barang baru dan pengeluaran barang
2. Membuat neraca buku stock (persediaan) atau buku besar.
5. Distribusi
Peralatan dapat dikeluarkan untuk digunakan bila diperlukan. Terdapat tiga
prosedur administrasi yang berkaitan dengan pengeluaran peralatan, antara lain :
1. Catatan dibuku besar (menuliskan pengeluaran barang
tersebut dalam buku besar/persediaan)
2. Catatan inventaris dari bagian yang menerima dan
menggunakan peralatan.
6. Penghapusan
1. Pemeliharaan dan perbaikan alat
2. Ada protap pemeliharaan, pemeriksaan dan
perbaikan alat secara berkala
3. Ada jadwal pemeriksaan dan pemeliharaan alat
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

17
A. Pengertian
1. Keselamatan Pasien ( Patient Safety )
Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih
aman. Sistem tersebut meliputi :
 Asesmen resiko
 Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
 Pelaporan dan analisis insiden
 Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
 Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
 Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
 Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
B. Tujuan
 Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
 Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
 Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
 Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )
C. Standar Keselamatan Pasien
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
D. KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN ( KTD )
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera
pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien.
Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis
karena tidak dapat dicegah
1. KTD yang tidak dapat dicegah
Unpreventable Adverse Event :
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan
pengetahuan mutakhir
E. KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC )
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
( commission ) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(omission ), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi :
 Karena “ keberuntungan”
 Karena “ pencegahan ”
 Karena “ peringanan ”

F. KESALAHAN MEDIS

18
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien
G. KEJADIAN SENTINEL
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius;
biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat
diterima, seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata
“sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi ( seperti, amputasi pada
kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan
adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.
H. TATA LAKSANA
a. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi
yang terjadi pada pasien
b. Melaporkan pada dokter jaga PICU
c. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
d. Mengobservasi keadaan umum pasien
e. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “
Pelaporan Insiden Keselamatan”

19
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

I. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV
menjadi lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal. Setiap hari
ribuan anak berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49
tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara
berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan
yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan
kasus yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat
masuknya kasus secara langsung ke masyarakat melalui penduduk migran,
sementara potensi penularan dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui
perilaku seks bebas tanpa pelingdung, pelayanan kesehatan yang belum aman
karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan
bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui
tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa
menurut data PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor
sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat
menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat
dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat
keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa
melindungi semua pihak dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran
infeksi dikenal melalui “ Kewaspadaan Umum “ atau “Universal Precaution” yaitu
dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi
“Petugas Kesehatan”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan
kontak langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus
tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan
wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit
agar dapat bekerja maksimal.
II. Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat
kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus
menerapkan prinsip “Universal Precaution”.
III. Tindakan yang beresiko terpajan
a. Cuci tangan yang kurang benar.
b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.

20
e. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
f. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.
IV. Prinsip Keselamatan Kerja
Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja
adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi
peralatan. Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu
:
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna
mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

21
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di RS Prof. Dr. H. Aloei Saboe dalam


memberikan pelayanan meliputi :
A. Angka Ketidak lengkapan rekam medis
Ketidak lengkapan rekam medic merupakan salah satu pengendalian mutu
unit rawat PICU dimana pelaporannya diserahkan keruangan oleh unit rekam
medic dalam setiap bulannya, dan itu merupakan bahan evaluasi unit rawat PICU
agar lebih memperbaiki lagi untuk bulan kedepannya. Data rekapitulasinya
dikumpulkan diruangan Unit PICU.
B. Angka kematian spesipik
Angka kematian spesifik juga merupakan bagian dari pengendalian mutu
unit rawat PICU bentuk laporannya ada yang dari rekam medic dan dari unit
rawat PICU sendiri, kedua laporan itu akan diberitahukan keDirektur Rumah
Sakit agar dapat segeradievaluasi dan ditindak lanjuti.
C. Angka Infeksi Nosokomial (pneumonia, infeksi saluran kemih, infeksi jarum infus)
AngkaInfeksi Nosokomial merupakan pengendalian mutu unit rawat PICU,
biladitemukan Infeksi Nosokomial maka unit rawat PICU yang dikoordinir oleh
ruang PICU akan segera melapor sesuai dengan alur yang ada agar dapat
segera dievaluasi dan ditindak lanjuti.
D. IndikatorklinikdanInsidenKeselamatanpasien
Pengendalian mutu yang lain ruang PICU adalah indicator klinik dan
Insiden keselamatan pasien. Untuk Indikator klinik akandilaporkan oleh bagian
rekam medic ke unit dalam setiap bulannnya adapun bagian indicator klinik
antara lain BOR, dan lain mengenai kesalahan pemberian obat, pemberian
tranfusi, angka decubitus, angka pasien jatuh yang mana bila ada kejadian
tersebut maka ruang PICU akan melaporkan kebagian patient safety yang
dibawahi oleh managemen resiko agar segeradapat di evaluasi dan ditindak
lanjuti.

22
BAB IX
PENUTUP

Buku pedoman pelayanan perinatal intensif care unit ini berlaku untuk
pelayanan PICU di Rumah Sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe. Klasifikasi pelayanan PICU
disesuaikan dengan kemampuan Rumah Sakit dan Sumber Daya Manusia di Rumah
Sakit.
Pedoman pelayanan PICU ini selanjutnya perlu dijabarkan dalam kebijakan dan
prosedur tetap guna kelancarannya. Upaya perbaikan dilakukan dengan peninjauan
ulang setiap 3 tahun sekali, adapun pedoman pelayanan PICU ini merupakan revisi
yang pertama dari pedoman sebelumnya.

23

Anda mungkin juga menyukai