Anda di halaman 1dari 21

IMPLEMENTASI

CORRUPTION RISK ASSESSMENT


DALAM
PENCEGAHAN KORUPSI
SEKTOR KESEHATAN

Ketua Satgas Pencegahan


Direktorat Wilayah IV KPK
Disampaikan pada:
Webbinar Corruption Risk Assessment

Jakarta, 3 Juni 2021


KEGIATAN PENCEGAHAN KORUPSI KPK
SEKTOR KESEHATAN
Kajian Pengelolaan Dana Kapitasi 2013-2020
pada FKTP Pemda
Kajian Sistem JKN • Kajian Tata Kelola Alkes
• Kecurangan JKN – Tim Bersama

2014 2013 Kajian Dana Jaminan Sosial


Kesehatan
• Kajian kajian risiko korupsi klaim covid19 2018
• Kajian risiko korupsi insentif dan santunan 2019
kematian tenaga kesehatan

2020
• Kajian Perizinan dan Pengawasan Obat JKN di BPOM
• Pembentukan Satgas Penanganan Fraud JKN (KPK-Kemkes-
2015 BPJSKes)

Kajian Penyusunan Alat 2016 2017


Diagnostik Pencegahan Fraud Kajian Tata Kelola Obat
di FRT dalam Sistem JKN
3
TIPOLOGI KORUPSI
(CAIDEN, 1998)

Disponsori pihak Asing Aktor : Pejabat Publik, Politisi, Perwakilan donor dan negara penerima bantuan
• Latar Belakang : ketergantungan ekonomi dan adanya oknum birokrat agen asing

Skandal Politik Politisi, Birokrat,pengusaha dan makelar


• Pemberian hak istimewa, Penggelapan/Penyalahgunaan dalam tender, sumbangan politik dalam jumlah besar

Terlembagakan (Institutionalized Corruption) Aktor : Birokrat (elitis –menengah), Politisi dan Pengusaha
• Latar Belakang : Politik balas budi, Monopoli, Pemusatan Modal, Sistem Ekonomi tersentralisasi

Kejahatan Administratif Aktor : Pejabat Level bawah, Invidu yang berkepentingan (Oknum)
Perspektif Kajian
Perspektif Regulasi
Perspektif Tata Kelola

ü Riviu terhadap Implementasi/ Kinerja


ü Kejelasan Mandat ü Pemahaman stakeholder akan mandate
ü Peraturan Perundangan ü Kecukupan Sumber Daya dalam
yang Menjadi dasar hukum pelaksanaan Tugas
ü Kewenangan
Instansi/stakeholder terkait
yang dikaji Perspektif Evaluasi / Pegawasan

ü Mekanisme Evaluasi yang dilakukan


ü Laporan dugaan penyimpangan
ü hasil laporan pemeriksa Internal dan
Eksternal
ü Kecukupan mekanisme sanksi dan reward
CORRUPTION RISK ASSESSMENT (CRA)

Alat yang dirancang untuk mengidentifikasi


dan menghilangkan faktor penyebab korupsi
pada peraturan perundang-undangan
(Systematic analysis and Assessment = pre-
emptive removal of corruption causing factors)

Manfaat
CRA mencegah biaya ekonomi dan sosial yang timbul
akibat dari korupsi dengan menghilangkan faktor penyebab
korupsi dalam suatu regulasi
IMPLEMENTASI CRA
RIA – CRA – Legislation Review
Ruang Lingkup CRA

› Regulasi Yang Akan atau sudah Tahapan CRA


diimplementasikan
› Pada Level Aturan manapun
› Pada Sektor Manapun
Pemberian Hasil
• Memberikan hasil CRA
dan rekomendasi
Pelaksanaan CRA
• Penilai melakukan CRA:
memeriksa draft, analisis
Permintaan CRA berdasar kriteria CRA,
• Menerima materi wawancara dengan unit
sebagai bahan penilaian terkait dan konsultasi
CRA dan melakukan pakar & stakeholders
persiapan penilaian

Prasyarat terlaksananya CRA :


ü Memiliki Kompetensi
ü Bebas Benturan Kepentingan
11 KRITERIA CRA
Kepatuhan Pelaksanaan Administrasi Kontrol Korupsi

• Rasionalitas • Dasar • Aksesibilitas • Konflik


beban kepatuhan pengambilan • Keterbukaan
keputusan
kepentingan
• Kecukupan • Kejelasan dalam
peraturan disiplin • Transparansi & • Kehandalan
penyelenggaraan mekanisme
• Risiko pemberian akuntabilitas layanan publik antikorupsi
perlakuan • Risiko salah
istimewa alokasi atau
penyalahgunaan
1. KEPATUHAN

1. Rasionalitas beban kepatuhan


Apakah beban kepatuhan (misalnya biaya dan
persyaratan yang dibebankan pada public)
cukup rasional jika dibandingkan dengan
peraturan serupa
(CCF : Avoid Alleviate) KEPATUHAN
2. Kecukupan peraturan disiplin
(Compliance)
Apakah tingkat sanksi atas pelanggaran
hukum cukup memadai dan juga tidak
berlebihan dibandingkan dengan undang-
undang serupa
(CCF : Avoid Less Comply)

3. Risiko pemberian perlakuan istimewa


Apakah dalam peraturan terdapat perlakuan istimewa
atau manfaat khusus yang diberikan untuk
perusahaan, organisasi, atau orang tertentu
(CCF : Acquire maintain)
Analisis CRA pada KePmenkes 278/2020
Tentang Pemberian Insentif dan Santunan Kematian Bagi Tenaga Kesehatan Yang Menangani COVID 19
(Insentif Nakes)

BAB II
“.. Usulan pembayaran insentif diterima oleh Tim Verifikator Pusat sebelum tanggal 10 setiap bulannya .”

Risiko
Faskes kesulitan memenuhi tenggat waktu

..” Inspektorat/Lembaga Pengawasan Daerah melakukan pendampingan dalam proses pengusulan sampai dengan
pencairan insentif bagi tenaga kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah daerah dan institusi
kesehatan milik pemerintah daerah dalam penanganan COVID-19.”

Risiko :
Apakah Inspektorat mampu melakukan? Sudah adakah acuan yang memadai bagi Inspektorat?
Bagaimana pengenaan sanksinya?
Analisis CRA pada KePmenkes 278/2020
Tentang Pemberian Insentif dan Santunan Kematian Bagi Tenaga Kesehatan Yang Menangani COVID 19
(Insentif Nakes)

..” Tenaga kesehatan yang dapat memperoleh insentif dan santunan kematian merupakan tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan di ruang isolasi COVID-19, ruang HCU/ICU/ICCU COVID-19, ruang IGD, ruang rawat inap,
instalasi farmasi, dan ruang lain yang digunakan untuk pelayanan COVID-19 ….”
…”Insentif untuk tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan COVID-19 di rumah sakit setinggi-tingginya
sebesar: Dokter Spesialis : Rp. 15 juta OB…dst

Risiko :
Perlakuan khusus terhadap tenaga kesehatan yang diusulkan sebagai penerima insentif/ santunan (misalnya
berdasarkan senioritas, keahlian tertentu)

Rekomendasi :
Perjelas Aturan dan Kriteria : kejelasan beban kerja dst
2. PELAKSANAAN (EXECUTION)

1. Dasar pengambilan keputusan 3. Risiko salah alokasi atau


yang obyektif penyalahgunaan bantuan pemerintah
ü Apakah ada redundansi dalam bantuan
ü Apakah peraturan yang mengandung
keuangan
diskresi telah dinyatakan dengan cara
ü Apakah ada risiko pemborosan anggaran
yang jelas dan konkret
akibat standar yang tidak jelas dalam bantuan
ü Apakah ada mekanisme kontrol untuk
keuangan
mencegah penggunaan diskresi yang
ü Apakah ada mekanisme pemantauan untuk
berlebihan.
mencegah pemborosan /kebocoran anggaran
CCF:
( )
CCF :

2. Transparansi & Akuntabilitas dalam pemberian tugas pada pihak lain

• Apakah pemberian kepercayaan dari pemerintah kepada pihak lain telah diatur
dengan jelas (ruang lingkup, batasan, dan prosedur pemilihannya)
• Apakah telah tersedia mekanisme untuk memastikan akuntabilitas pihak
tersebut
CCF :
Potensi Redudansi
Mitigasi
KMK 278/2020 Instruksi Mendagri • Pemda menyusun pedoman
yang lebih jelas, dengan
Sumber
1/2020
Dikeluarkan 20 April 2020 menyampaikan informasi Pembiayaan
Ditetapkan 27 April 2020 mengenai insentif yang telah
• Agar Pemda dibayarkan oleh daerah ke
• Insentif Nakes pada Tim Verifikator Kemenkes
Menyiapkan BTT untuk
Faskes Pemerintah • Pemda fokus pada tenaga
insentif nakes yang
Pusat dibiayai oleh pendukung yang tidak
bertugas menangani
DIPA Kemenkens masuk dalam ruang lingkup
pasien Covid 19 sesuai
• Insentif Nakes pada KMK 278/2020 seperti :
dengan standar harga
faskes milik Pemda yang ditetapkan Kepala petugas kebersihan, bagian
dibiayai oleh BOK Daerah administrasi, petugas
pemulasaran jenazah dll
3 . PROSEDUR ADMINISTRASI (ADMINISTRATIVE PROCEDURE)

Aksesibilitas Keterbukaan Kejelasan dalam penyelenggaraan


layanan publik dan proses
Apakah pemangku kepentingan telah Apakah informasi tentang proses administrasi
terwakili dengan baik dalam tahapan administrasi (misalnya dokumen
pengumpulan pendapat publik pada yang diperlukan, prosedur Apakah pengguna layanan dapat dengan
mudah memperoleh kejelasan tentang
pembuatan suatu kebijakan penanganan, dan lainnya) telah
diinformasikan dengan memadai proses administrasi (jumlah hari layanan,
CCF : kepada publik. tahapan layanan, & tracking layanan)

CCF : CCF :
Analisis CRA pada KePmenkes 278/2020 TENTANG
PEMBERIAN INSENTIF DAN SANTUNAN KEMATIAN BAGI TENAGA KESEHATAN YANG MENANGANI CORONA VIRUS DISEASE 2019
(Penunjukan faskes)
Dasar Pertimbangan dalam KMK 278/2020 : Risiko
“bahwa untuk teknis melaksanakan pemberian insentif 1. Risiko Penyalahgunaan wewenang dengan menunjuk
dan santunan kematian bagi tenaga kesehatan yang faskes yang tidak sesuai dengan kualifikasi
menangani COVID-19, diperlukan pedoman 2. Risiko perlakuan khusus terhadap faskes tertentu
pelaksanaan dengan memperhatikan prinsip 3. Tidak semua fasilitas pelayanan kesehatan dan institusi
pengelolaan keuangan negara, prinsip kehati-hatian kesehatan yang telah menyelenggarakan pelayanan pasien
dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- COVID-19 memiliki kesempatan untuk ditunjuk sebagai fasilitas
undangan” pelayanan kesehatan dan institusi kesehatan rujukan.
BAB II
“..Rumah sakit milik Pemerintah Pusat termasuk rumah
sakit milik TNI/POLRI atau pemerintah daerah selain huruf
a, serta rumah sakit milik swasta yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat atau pemerintah daerah”

• Penunjukkan fasilitas kesehatan dan institusi kesehatan Rekomendasi KPK kepada Kemenkes :
di tingkat daerah yang belum jelas à diserahkan pada Menetapkan kriteria fasilitas pelayanan kesehatan dan institusi
Daerah kesehatan yang dapat ditunjuk untuk menyelenggarakan
• Tidak ada pedoman verifikasi bagi Pemda saat pelayanan COVID-19.
penunjukan faskes
Analisis CRA pada KePmenkes 278/2020
Tentang Pemberian Insentif dan Santunan Kematian Bagi Tenaga Kesehatan Yang Menangani COVID 19
(Insentif Nakes)

BAB II
“.. Tugas Tim Verifikator Daerah meliputi :
1) Melakukan verifikasi dan validasi terhadap dokumen yang dipersyaratkan.
2) Membuat catatan hasil verifikasi dan validasi apabila diperlukan
dst”

Risiko
Belum tersedia standar waktu dan mekanisme akuntabilitas proses verifikasi di
setiap jenjang à Proses verifikasi bisa terjadi terlalu lama dan tidak akuntabel
4 . Kontrol Korupsi (Corruption Control)

Konflik Kepentingan Kehandalan Mekanisme Anti Korupsi

• Apakah ada standar, prosedur, atau • Apakah diperlukan penyusunan


mekanisme untuk mencegah situasi mekanisme kontrol terhadap
konflik kepentingan korupsi
CCF : CCF :

Contoh :
Misal :
Apakah terdapat ketentuan yang mengatur
mekanisme pengunduran diri secara
sukarela/tidak memberikan suara secara
sukarela dalam pengambilan keputusan (jika
ada risiko konflik kepentingan) ?
Analisis CRA pada KePmenkes 278/2020
Tentang Pemberian Insentif dan Santunan Kematian Bagi Tenaga Kesehatan Yang Menangani COVID 19
(Insentif Nakes)

BAB II
“.. Tugas Tim Verifikator Daerah meliputi :
1) Melakukan verifikasi dan validasi terhadap dokumen yang dipersyaratkan.
2) Membuat catatan hasil verifikasi dan validasi apabila diperlukan
dst”

Risiko
Belum tersedia standar waktu dan mekanisme akuntabilitas proses verifikasi di
setiap jenjang à Proses verifikasi bisa terjadi terlalu lama dan tidak akuntabel
Contoh Risiko Korupsi dalam Dasar Pengambilan Keputusan
Kajian Kapitasi (2014)

Perpres 32/2014 Risiko Korupsi


Regulasi menetapkan batas bawah, tetapi tidak
(Pasal 12 ayat 4) menetapkan batas atas penggunaan dana untuk jasa
Jasa pelayanan kesehatan di FKTP sebagaimana pelayanan à timbul potensi penyalahgunaan
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sekurang-
kurangnya 60% (enam puluh persen) dari total wewenang oleh pelaksana di lapangan untuk
penerimaan dana kapitasi JKN, dan sisanya mengalokasikan semua dana (100%) untuk jasa
dimanfaatkan untuk dukungan biaya operasional pelayanan, sementara operasional pelayanan
pelayanan kesehatan tentunya membutuhkan pendanaan

Rekomendasi Kajian :
Kemenkes memperbaiki proporsi dana kapitasi untuk jasa pelayanan kesehatan dan biaya
dukungan operasional untuk layanan kesehatan.
Dalam pembagian proporsi penggunaan dana kapitasi, sebaiknya didahulukan porsi untuk
biaya dukungan operasional layanan kesehatan à kurangi moral Hazard
19
KESIMPULAN

Keputusan MK No Perkara 007/PUU-III/2005


Pendapat Prof Hasbullah Tabrany yang menjadi pertimbangan Putusan MK
…” Pemda dapat membentuk suatu badan (misalnya BUMD) atau program (yang dilaksanakan oleh
aparatur/perangkat Pemerintah Daerah seperti Dinas Kesehatan atau Dinas Sosial) untuk memberikan
jaminan tambahan/suplemen atau memberikan jaminan yang tidak diatur atau tidak dijamin oleh UU
SJSN. Hal ini sesuai dengan prinsip komplementarity atau subsidiarity (seperti di
Jerman…”

Jika ditemukan Ketidakjelasan Regulasi Pusat à Mitigasi dengan menyusun


Pedoman yang lebih jelas dengan mempertimbangkan Prinsip pada CRA

Corruptissima re publica plurimae leges


The more corrupt the state, the more numerous the laws
-Publius Cornelius Tacitus-
20
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai