Anda di halaman 1dari 4

Artikel

“Perang Dagang AS-China di Era Pandemi Covid-19”

Dosen : Dr. Agus Subagyo, S.IP., M.Si

Disusun oleh :

Nama : Ryandra Aliefiar Yanuar

NIM : 6211191059

Kelas : B

ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
2021
Pandemi penyakit virus corona (Covid-19) belum selesai menjangkiti dunia,
tetapi kini ancaman baru muncul dari kemungkinan babak baru perang dagang
antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Menariknya, kemungkinan babak
baru perang dagang ini dipicu oleh virus corona.

Presiden AS Donald Trump mengatakan bisa saja mengenakan bea


masuk impor akibat cara penanganan virus corona yang dilakukan China
sehingga menjadi pandemi global. Presiden Amerika Serikat Donald Trump
beberapa kali memilih menyebut virus corona sebagai "virus China".
Sementara Menteri Luar Negeri Mike Pompeo menyebutnya "virus Wuhan",
yang membuat Beijing tersinggung.

Presiden dan menteri luar negeri AS mengecam China karena


kegagalannya dalam penanganan awal wabah tersebut. Tetapi juru bicara
China sama sekali menolak gagasan bahwa mereka kurang transparan tentang
apa yang sedang terjadi. Pandemi virus corona terjadi pada saat hubungan AS-
China sedang surut.

Kesepakatan perdagangan parsial hampir tidak terpampang karena


ketegangan antara kedua negara. Baik China dan AS tengah mempersenjatai
diri kembali, secara terbuka mempersiapkan konflik di Asia Pasifik di masa
mendatang. China muncul, setidaknya dalam konteks regional, sebagai
kekuatan super militer dan kini China menghendaki status lebih luas lagi di
kancah internasional.

Pandemi itu kemudian mengancam hubungan AS-China ke tingkat


yang lebih sulit. Ini bisa memiliki pengaruh penting bagi keberlangsungan
krisis dan dunia. Ketika virus ini dikalahkan, kebangkitan ekonomi China
akan memainkan peran penting dalam membantu membangun kembali
ekonomi global yang hancur.Tetapi untuk saat ini, bantuan Cina sangat
penting dalam memerangi virus corona.

Pandemi Covid-19 sudah membawa perekonomian global mengalami


resesi, bahkan diperkirakan akan menjadi yang terburuk sejak Depresi Besar
(Great Depression) pada tahun 1930an, apalagi jika ditambah babak baru
perang dagang AS Seperti diketahui, pada bulan Januari lalu Amerika Serikat
dan China sudah menandatangani kesepakatan dagang fase I.

Dinamika Perang Dagang antara Amerika Serikat dengan China


seakan menjadi kekhawatiran keseimbangan ekonomi global. hingga pada
tanggal 23 Agustus 2019 menjadi bulan yang suram dinamika kedua aktor
menjadi sulit untuk diperkirakan. Momen penting terjadi disaat China
mengumumkan pembalasannya atas tindakan dan kebijakan Trump terkait
tarif barang-barang impor tiongkok senilai $300 miliar. Sebagai respon dari
ketetapan tersebut, presiden Donald Trump mengupayakan pemberian arahan
kepada perusahaan-perusahaan Amerika Serikat agar segera menarik diri dari
China.

Kehadiran dari penyakit menular tersebut seakan berhasil mengubah


konsentrasi ketegangan di antara kedua negara. fokus perhatian dari
ketegangan pada akhirnya dapat dihindarkan, pengendalian dan kontrol
pandemi coronavirus menjadi perhatian utama negara China dalam mengatasi
dan melawan COVID-19 serta dalam pemulihan kembali kondisi nasional
terutama masalah perekonomian. Disaat yang sama Amerika Serikat juga
mengalami kondisi yang serupa sehingga mengakibatkan kondisi yang tidak
terkendali. Konsekuensi harus dihadapi oleh kedua negara great power dari
perselisihan atas perang dagang. Sebagai negara yang mengalami paling awal
terkena coronavirus, China juga hadir sebagai negara yang berhasil bangkit
dari kondisi keterpurukan pandemi.

Sebelum terjadinya pandemi COVID-19, hubungan dagang Amerika


Serikat dan China yang tidak stabil menjadi isu utama dalam perdagangan
global. China mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat dalam
beberapa dekade terakhir dengan catatan kesuksesan strategi ekonomi yang
berorientasi pada ekspor sebelum COVID-19 terjadi.

Kegiatan ekspor yang dilakukan China dalam perdagangan global


secara signifikan berasal dari perdagangan surplus dengan Amerika Serikat.
Ekspansi pasar ekspor China yang begitu cepat bahkan mengurangi kontribusi
Amerika Serikat dalam perdagangan global. Setelah adanya COVID-19,
berbagai kendala lahir dan membuat instabilitas ekonomi global yang
tentunya berdampak pula pada perang dagang antara Amerika Serikat terlebih
pada China yang mengalaminya lebih awal.

Dengan pembahasan dari artikel ini yang menggunakan teori


merkantilisme, pembahasan diarahkan pada persaingan ekonomi antara
Amerika Serikat dan China yang menjadikan momentum pandemi COVID-19
sebagai tantangan sekaligus peluang.

Anda mungkin juga menyukai