Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN HOSPITALISASI

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa

Disusun oleh : Kelompok 7

Anwar Fuad Fitriani Nurfadillah

Arif Heriawan Muhamad Yusuf

Asep Suryana Muhammad Afif Ramadhan

Azzahra Septiara Muhammad Ahray

Dimas Mulyana Raden Aria Rachma

Prodi : S1 Keperawatan Tingkat II

STIKES AKBID WIJAYA HUSADA BOGOR

Jl, Letjend Ibrahim Adji No. 180, Sindang barang, Bogor Barat, Jawa Bara
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr, wb

Alhamdulillahirobbil’alamin Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Asuhan Keperawatan Klien Hospitalisi ini pada waktu yang telah ditentukan.

Di dalam makalah ini Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam membuat
makalah ini. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik serta saran perbaikan untuk
pembuatan makalah yang jauh lebih baik lagi dari pada sebelumnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi Pembaca.

Wassalamualaikum wr, wb

Bogor, Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................................1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Hospitalisasi.........................................................................................................2


B. Asuhan Keperawatan....................................................................................................................7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................................................................11
B. Saran.............................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sakit bukan lagi kata yang jarang kita dengar. Setiap orang mungkin pernah mengalami
sakit dan bahkan mungkin pernah dirawat di rumah sakit. Suasana saat berada di tempat
perawatan seperti rumah sakit tentu berbeda dengan suasana yang biasanya seseorang
rasakan. Suasana dengan dikelilingi orang-orang yang berbeda. Hal ini tentu akan sangat
dirasakan terutama bagi mereka yang baru pertama kalinya merasakan suasana perawatan
rumah sakit. Proses perawatan tersebut merupakan proses hospitalisasi. Hospitalisasi
diartikan adanya beberapa perubahan psikis yang dapat menjadi sebab yang bersangkutan
dirawat disebuah institusi seperti rumah perawatan (Berton, 1958 dalam Stevens, 1992).
Dalam Supartini (2002), hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan
yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani
terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah.
Hospitalisasi ini memiliki dampak terhadap psikis pada pasien (anak) ataupun pada orang
tua. Seperti pasien merasa keahilangan privasi,otonomi, serta perubahan gaya hidupnya.
Sedangkan pada orang tua, sepertiadanya rasa bersalah dan frustasi karena tidak dapat
menjaga kesehatan anaknya.
Oleh karena itu, betapa pentingnya seorang perawat memahami konsep hospitalisasi agar
dampaknya pada anak/pasien dan orang tua/keluarga dapat diminimalisir sehingga dapat
dijadikan dasar dalam pemberian suatu tindakan asuhan keperawatan.

B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan Konsep Dasar Hospitalisasi
2. Menjelaskan Asuhan Keperawatan Hospitalisasi

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Konsep Dasar Komunikasi
2. Untuk mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan Klien Hospitalisasi

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Hospitalisasi


1. Definisi
Hospitalisasi adalah suatu proses karena suatu  ocial  darurat atau berencana
mengharuskan individu untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai
pemulangan kembali kerumah. Hospitalisasi dapat berupa  ocial ti atau mendukung untuk
pasien, tergantung pada institusi, sikap keluarga dan teman, respon staf, dan jenis
penerimaan. Ada dua jenis hospitalisasi, yaitu  ocialti dan involunter (Wanda, 2003).
a. Volunter
Setiap orang dapat mengajukan permohonan secara tertulis (biasanya pada formulir
masuk standar) untuk masuk ke rumah sakit jiwa umum atau swasta. Orang itu setuju
untuk menerima perawatan dan mematuhi peraturan rumah sakit. Orang mungkin
mencari bantuan berdasarkan keputusan pribadi mereka atau saran dari keluarga atau
kesehatan yang social tive .
b. Involunter
Involunter didasarkan pada dua teori socia. Pertama, di bawah kekuasaan polisi
tersebut,  ocial memiliki kewenangan untuk melindungi masyarakat dari tindakan
berbahaya dari sakit mental. Kedua, di bawah kekuasaan social, social dapat
memberikan perawatan bagi warga social yang tidak dapat merawat diri mereka sendiri,
seperti beberapa orang sakit mental.
Hospitalisasi adalah bentuk stressor individu yang berlangsung selama individu
tersebut dirawat dirumah sakit (http://zieshila.wordpress.com, 2009). Hospitalisasi
merupakan pengalaman yang mengancam bagi individu karena stressor yang dihadapi
dapat menimbulkan perasaan tidak aman, seperti:
a.       Lingkungan yang asing,
b.      Berpisah dengan orang yang berarti,

2
c.       Kurang informasi,
d.      Kehilangan kebebasan dan kemandirian,
e.       Pengalaman yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan, semakin sering
berhubungan dengan rumah sakit, maka bentuk kecemasan semakin kecil atau
malah sebaliknya,
f.       Perilaku petugas rumah sakit
2. Faktor Penyebab Stres di Rumah Sakit
Dirawat di rumah sakit adalah situasi yang baru yang tidak menyenangkan bagi klien,
dengan masuk ke rumah sakit semua kebiasaan yang selama ini dilakukan sendiri menjadi
tidak  oci dilakukan dan terbatas, perasaan stress yang dirasakan oleh klien disebabkan
karena banyaknya stressor baru yang dihadapi secara bersamaan, misalnya lingkungan yang
asing, bagaimana merasakan sakit yang sedang dihadapi, klien juga mengahadapi berbagai
prosedur tindakan keperawatan, tindakan social tiv, program terapi, berubahnya pola nutrisi,
biaya perawatan, pekerjaan yang ditinggalkan, peran social yang ditinggalkan, dan lain-lain.
Sedangkan para anak-anak stressor yang dihadapi adalah lingkungan baru dan asing,
pengalaman yang menyakitkan dengan petugas. Klien harus menghadapi tindakan prosedur
tindakan keperawatan, prosedur social tiv, prosedur terapi, berpisah dengan mainan, berpisah
dengan teman bermain, berpisah dengan orang tua dalam arti sementara. Kondisi ini
menyebabkan klien menjadi stress dan perlu bantuan yang efektif melalui pendekatan asuhan
keperawatan (Rasmun, 2004).
3. Tingkatan Perawatan
a. Ada beberapa tingkatan perawatan dalam rumah sakit (Stuart & Laraia, 2005), yaitu:
Rawat inap
- Berisiko terhadap memburuknya status medis yang disebabkan adanya kondisi
kejiwaan atau penyalahgunaan zat aktif.
- Tidak sesuai pada tingkat pelayanan intensif.
b. Perawatan parsial
- Berisiko tinggi terhadap kerusakan status medis yang disebabkan oleh adanya kondisi
kejiwaan atau penyalahgunaan zat aktif.
- Tidak aman pada tingkat kurang intensif pelayanan.

3
- Kebutuhan intervensi terapi yang intensif dengan ketersediaan system dukungan
dokter yang memadai untuk menjaga keselamatan.
- Tidak  ocial tiv terhadap pengobatan
c. Intensif rawat jalan
- Membutuhkan terapi intervensi untuk memperbaiki fungsi.
- Tidak sesuai untuk tingkat pelayanan yang kurang intensif.
- Dukungan terhadap social yang memadai atau keterampilan berupaya untuk menjaga
stabilitas dan keamanan antara kunjungan terapeutik.
- Tidak social tiv terhadap pengobatan, intensifikasi gejala atau penurunan tingkat yang
biasa berfungsi meskipun partisipasi dalam tingkat pelayanan.
d. Rawat jalan
- Terapi rawat jalan diperlukan untuk mengurangi gejala akut.
- Sistem dukungan yang memadai untuk menjaga keselamatan antara kunjungan
terapeutik.
4. Dimensi Peran Sakit
Perubahan yang terjadi akibat hospitalisi  adalah :
a. Perubahan konsep diri.
Akibat penyakit yang di derita atau tindakan seperti pembedahan, pengaruh citra tubuh ,
perubahan citra tubuh dapat menyebabkan perubahan peran , idial diri, harga diri dan
identitasnya.
b. Regresi
Klien mengalami kemunduran ketingkat perkembangan sebelumnya atau lebih rendah
dalam fungsi fisik, mental, prilaku dan intelektual.
c. Dependensi
Klien merasa tidak berdaya dan tergantung pada orang lain.
d. Dipersonalisasi
Peran sakit yang dialami klien menyebabkan perubahan kepribadian, tidak realistis,
tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, perubahan identitas dan sulit
bekerjasama mengatasi masalahnya

4
e. Takut dan Ansietas
Perasaan takut dan ansietas timbul karena persepsi yang salah terhadap penyakitnya.
Kehilangan dan perpisahan Kehilangan dan perpisahan selama klien dirawat muncul
karena lingkungan yang asing dan jauh dari suasana kekeluargaan, kehilangan kebebasan,
berpisah dengan pasangan dan terasing dari orang yang dicintai.
5. Reaksi dan Masalah Perilaku Klien yang Dirawat
Berikut reaksi dan masalah perilaku klien yang dirawat di rumah sakit, yaitu:
a. Masa bayi (0-1 th)
Perlu pembentukan rasa percaya diri dan kasih  ocial. Usia anak > 6 bln terjadi
stanger anxiety /cemas. Reaksi berupa:
1. Menangis keras
2. Pergerakan tubuh yang banyak
3. Ekspresi wajah yang tak menyenangkan
b. Masa social  (2-3 th)
Sumber utama adalah cemas akibat perpisahan. Disini respon perilaku anak dengan
tahapnya.
1. Tahap protes menangis, menjerit, menolak perhatian orang lain
2. Putus asa menangis berkurang, anak tak aktif, kurang menunjukkan minat
bermain, sedih, apatis
3. Pengingkaran/denial
c. Masa prasekolah (3 sampai 6 tahun)
Sering kali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman. Sehingga ada perasaan
malu, takut sehingga menimbulkan reaksi agresif, marah, berontak, tidak mau bekerja
sama dengan perawat.
d. Masa sekolah 6 sampai 12 tahun
Perawatan di rumah sakit memaksakan meninggalkan lingkungan yang dicintai ,
keluarga, kelompok  ocial sehingga menimbulkan kecemasan. Kehilangan  ocial 
berdampak pada perubahan peran dalam kelurga, kehilangan keluarga  ocial, perasaan
takut mati, kelemahan fisik. Reaksi nyeri bisa digambarkan dengan verbal dan non
verbal.

5
e. Masa remaja (12 sampai 18 tahun)
Anak remaja begitu percaya dan terpengaruh kelompok sebayanya. Saat merasa
cemas karena perpisahan tersebut. Pembatasan aktifitas kehilangan kontrol. Reaksi
yang muncul:
1. Menolak perawatan / tindakan yang dilakukan
2. Tidak kooperatif dengan petugas.
f. Dewasa
Beberapa klien yang dirawat di rumah sakit mungkin bertindak secara seksual melalui
pengucapan kata-kata kotor, mencubit atau kontak sugestif lainnya dengan perawat,
atau telanjang, atau memajankan alat genital ketika perawat memasuki ruangannya.
g. Lansia
Untuk beberapa lansia hospitalisasi mengakibatkan penurunan fungsi, meskipun
pengobatan atau perbaikan kondisi mereka dapatkan. Hospitalisasi mengakibatkan
komplikasi yang tidak berhubungan dengan masalah yang menyebabkan ia masuk ke
rumah sakit atau penanganan spesifik untuk alasan yang tidak dapat dijelaskan dan
dihindari (Potter & Perry, 2005).
6. Respon Perawat
Tindakan keperawatan pada klien yang mengalami stress karena dirawat di rumah sakit
(Kozier, at all, 1989, dalam Rasmun, 2004), yaitu:
1. Dukungan klien dan keluarga
2. Mengorientasikan klien tentang rumah sakit dan fasilitasnya
3. Beri kesempatan klien untuk mempertahnkan identitas
4. Berikan informasi yang dibutuhkan oleh klien
5. Ulangi informasi jika klien sukar mengingat
6. Dorong peran serta klien dalam rencana keperawatan
7. Beri kesempatan kepada klien untuk dapat mengungkapkan perasaan dan
pikirannya
8. Cermat dalam mengidentifikasi situasi yang dapat meningkatkan stress
9. Tetapkan harapan klien sesuai dengan kemampuannya
10. Bantu klien untuk menilai situasi dengan benar dan realistis
11. Ciptakan lingkungan dimana klien dapat berfungsi mandiri dalam beberapa hal

6
12. Beri reinforcement tentang aspek positif yang dapat dilakukan oleh klien
13. Rencanakan kunjungan dengan klien lain yang mengalami masalah yang sama
14. Bantu klien dan keluarga untuk kontak dan menggunakan fasilitas dan bantuan
yang ada di masyarakat
15. Bicarakan kemampuan, pengertian dan empati dengan klien dan keluarga

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakuakn pada klien dengan hospitalisasi (Wanda, 2003) adalah:
a. Cara berpikir dan persepsi: Apakah klien membuat catatan perilaku agresif? Apakah
klien menderita delusi atau halusinasi yang dapat berpotensi membahayakan diri
sendiri atau orang lain? (Misalnya, seorang istri menjadi yakin bahwa suaminya
sedang mencoba untuk membunuh dia dan dia mendengar suara-suara dalam
kepalanya menyuruhnya untuk membunuh dia)
b. Aktivitas motorik dan bahasa tubuh: Apakah klien menunjukkan peningkatan agitasi
psikomotor (gelisah, mondar-mandir) bersama dengan postur tegang, tinju terkepal,
atau rahang menegang?
c. Perasaan: Apakah mempengaruhi klien atau verbalisasi meningkat dalam intensitas,
atau memiliki cara yang klien mengekspresikan keinginan dan kebutuhan berubah
terasa? (Misalnya, klien berbicara menggunakan nada marah saat ia menyatakan
bahwa ia ingin petugas RS untuk membiarkan dia keluar dari rumah sakit).
d. Keadaan fisik: Apakah klien memiliki kondisi seperti kejang, delirium, atau lesi otak
yang dapat mempengaruhi perilaku kekerasan tiba-tiba tanpa peringatan?
e. Riwayat terdahulu: Apakah klien memiliki riwayat perilaku kekerasan? Beberapa
studi menunjukkan bahwa prediksi terbaik dari kekerasan adalah riwayat kekerasan.
Riwayat kekerasan terhadap perilaku diri atau lainnya dapat berulang atau mencoba
bunuh diri dan penggunaan alkohol, obat-obatan adiktif lainnya, atau obat
halusinogen yang mengurangi kontrol atas perilaku (Littrell, 1998)
2. Diagnosa Keperawatan
Berikut diagnosa keperawatan pada klien hospitalisasi (Boyd & Nihart, 1998), yaitu:
- koping tidak efektif

7
- Potensi terjadinya kekerasan
- Perubahan proses keluarga
- Perubahan pemeliharaan kesehatan
- Gangguan harga diri
- Isolasi diri
- Gangguan spiritual
3. Rencana Intervensi Keperawatan
Di bawah ini contoh diagnosa dan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Diagnosa keperawatan: koping tidak efektif (Wanda, 2003)
Intervensi:
1) Sarankan klien mencatat situasi yang menimbulkan kemarahan
2) Bantu klien untuk mengatasi kemarahan dengan merangsang bicara sendiri.
3) Ajarkan teknik distraksi.
4) Ajarkan pikir teknik relaksasi.
5) Ajarkan klien menghormati perasaan orang lain dan hak-hak orang lain.
6) Bantu klien mengidentifikasi cara penanggulangan pada saat tegang.
b. Diagnosa keperawatan: Potensi terjadinya kekerasan (Wanda, 2003)
Intervensi:
1) Jauhkan benda-benda berbahaya.
2) Tunjukkan sikap kepedulian dan perhatian terhadap klien
3) Lakukan pendekatan pada klien dengan berbicara dengan nada suara lembut
4) Diskusikan harapan terhadap perilaku dan konsekuensi yang akan terjadi.
5) Berikan kesempatan pada klien untuk mengekspresikan keprihatianan dan
mengungkapkan isi hatinya
c. Diagnosa keperawatan: Perubahan proses keluarga (Wilkinson, 2006)
Intervensi:
1) Ajari keterampilan merawat pasien yang diperlukan oleh keluarga (misal:
manajemen waktu, pengobatan)
2) Berikan perawatan berkelanjutan dengan mempertahankan komunikasi yang
efektif.

8
3) Tanyakan pelayanan konsultasi sosial untuk membantu keluarga menentukan
kebutuhan pasca hospitalisasi dan identifikasi sumber dukungan di komunitas.
4) Bantu keluarga dalam mengidentifikasi kekuatan personal.
5) Dukung keluarga untuk menyatakan perasaan dan masalahnya secara verbal.
d. Diagnosa keperawatan: Perubahan pemeliharaan kesehatan (Wilkinson, 2006)
Intervensi:
1) Jelaskan tentang sistem perawatan kesehatan, bagaimana cara kerjanya dan apa
yang dapat diharapkan pasien/keluarga.
2) Informasikan pasien tentang biaya, waktu, alternatif, dan risiko yang timbul dari
pemeriksaan atau prosedur tertentu.
3) Berikan salinan hak-hak pasien pada pasien.
4) Konsultasikan pada layanan sosial untuk merencanakan kebutuhan pemeliharaan
kesehatan pada perencanaan pulang.
e. Diagnosa keperawatan: Gangguan harga diri (Wilkinson, 2006)
Intervensi:
1) Tekankan kekuatan diri yang dapat diidentifikasi oleh pasien
2) Bantu pasien untuk mengidentifikasi respon positif terhadap orang lain
3) Hindari tindakan yang dapat melemahkan pasien
4) Kaji pencapaian keberhasilan sebelumnya
5) Berikan penghargaan atau pujian terhadap perkembangan pasien dalam
pencapaian tujuan
6) Fasilitasi lingkungan dan aktifitas yang dapat meningkatkan harga diri.
f. Diagnosa keperawatan: Isolasi diri (Wilkinson, 2006)
Intervensi:
1) Dukung hubunngan dengan orang lain yang mempunyai ketertarikan dan tujuan
yang sama
2) Berikan uji pembatasan interpersonal
3) Berikan umpan balik tentang peningkatan dalam perawatan diri atau aktifitas
lainnya
4) Harapkan pasien pada hambatan penilaian jika memungkinkan

9
5) Dukung pasien untuk mengubah lingkungan seperti pergi jalan-jalan dan
menonton film.

g. Diagnosa keperawatan: Gangguan spiritual (Wilkinson, 2006)


Intervensi:
1) Gunakan teknik klarifikasi nilai-nilai untuk membantu pasien mengklarifikasi
keyakinan dan nilai-nilainya
2) Dengarkan dengan cermat komunikasi pasien dan kembangkan arti pentingnya
berdoa atau aktifitas keagamaan.
3) Berikan fasilitas dalam beribadah.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hospitalisasi adalah suatu proses yang harus dilalui anak akibat adanya suatu alasan
sehingga mengharuskan anak untuk menjalani perawatan di rumah sakit. Hospitalisasi dapat
dipengaruhi oleh kepribadian seseorang, pemberi pelayanan, suasana bagian pelayanan, dan
hilangnya kontak dengan dunia luar.
Bagi anak yang menganggap bahwa dunia rumah sakit merupakan dunia baru baginya,
orang tua bersama tenaga kesehatan harus mempersiapkan anak sebelum mendapatkan
pelayanan kesehatan. Saat dirawat di rumah sakit atau tengah menjalani proses hospitalisasi,
klien (dalam hal ini adalah anak), tentu akan mengalami stress akibat dari segala macam
bentuk perubahan yang ia alami, seperti perubahan lingkungan, suasana, dan lain sebagainya.
Stressor dan reaksi hospitalisasi sesuai dengan  tumbuh kembang pada anak.
Selain pada diri anak/pasien (seperti perubahan gaya hidup, hilangnya privasi dan
otonomi, dan lain sebaginya), dampak dari hospitalisasi juga akan dirasakan oleh orang tua,
yaitu orang tua akan merasa stress, frustasi, serta merasa bersalah karena ia tidak dapat
memberikan pemenuhan kebutuhan kesehatan yang baik untuk anaknya.Apalagi bila
mendengan kabar buruk mengenai kondisi anak.
Manfaat dari hospitalisasi ini dapat dimaksimalkan dengan cara memberikan kesempatan
kepada anak ataupun orang tua untuk mengetahui dan terlibat dalam proses perawatan
walaupun tidak terlibat secara menyeluruh.

B. Saran

Dampak dari hospitalisasi yang sering kita lihat saat ini tentu dapat memacu tingkat stress
pasien/anak ataupun keluarga/orang tua. Oleh karena itu, konsep hospitalisasi yang benar
seharusnya dapat ditekankan lagi oleh tenaga kesehatan (perawat dan dokter) sehingga
manfaat dari hospitalisasi itu sendiri dapat dimaksimalkan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (20). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.


Stevens, P.J.M. dkk (1997). Ilmu Keperawatan.2(1).Jakarta; EGC.
Supartini, Y. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:EGC
Keliat, Budi Ana. Keperawatan Jiwa: asuhan-keperawatan-klien-dengan-hospitalisasi. Jakarta.
EGC: 2004

Anda mungkin juga menyukai