Fisiologi Laktasi
Fisiologi Laktasi
FISIOLOGI LAKTASI
Kelompok 3
B/BD/II
Anggota :
PRODI D3 KEBIDANAN
Pada masa hamil, terjadi perubahan pada payudara, dimana ukuran payudara
bertambah besar. Untuk mempersiapkan payudara agar pada waktunya dapat
memberikan ASI, estrogen akan mempersiapkan kelenjar dari saluran ASI dalam
bentuk poliferasi, deposit lemak, air dan elektrolit, jaringan ikat semakin banyak dan
miopitel di sekitar kelenjar mammae semakin membesar.sedangkan progesterone
meningkat kematangan kelenjar mammae dengan hormone lain. Bersamaan dengan
membesaranya kehamilan perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI
semakin tampak, payudara semakin membesar, puting susu semakin menonjol
pembuluh darah semakin tampak, dan areola mammae makin hitam.
Pada kehamilan lima bulan lebih, kadang-kadang dari ujung putting mulai
keluar cairan yang disebut kolostrum. Sekresi cairan tersebut karena pengaruh
hormone laktogen dari plasenta dan hormone prolaktin dari kelenjar hipofise.
Produksi cairan tidak berlebihan karena meski selama hamil kadar prolaktin cukup
tinggi pengaruhnya di hambat oleh estrogen.
FISIOLOGI LAKTASI 2
A. PENGERTIAN LAKTASI
Laktasi adalah suatu proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI yang
membutuhkan calon ibu yang siap secara psikologi dan fisik, kemudian bayi yang
telah cukup sehat untuk menyusu, serta produksi ASI yang telah disesuaikan dengan
kebutuhan bayi, dimana volume ASI 500-800 ml/hari.
Ketika bayi menghisap payudara, hormon yang bernama oksitosin membuat
ASI mengalira dari dalam alveoli melalui saluran susu menuju ke reservoir susu yang
berlokasi dibelakang aerola lalu ke dalam mulut bayi. Pengaruh hormonal bekerja
melalui dari bulan ketiga kehamilan dimana tubuh wanita memproduksi hormon yang
menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara.
ASI adalah suatu emulsi lemak dalamlarutan protein, laktosa, dan garam-
garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai
makanan utama bagi bayi. Perawatan payudara dimulai dari kehamilan bulan 7-8
memegang peran penting dalam menentukan berhasilnya menyusui bayi. Dengan
perawatan payudara yang baik, ibu tidak perlu khawatir bentuk payudaranya akan
cepat berubah sehingga kurang menarik dan puting tidak akn lecet sewaktu dihisap
bayi.
FISIOLOGI LAKTASI 3
B. HORMON YANG MEMPENGARUHI LAKTASI
Hormon-hormon yang mempengaruhi pembentukan ASI adalah Sebagai
berikut : Mulai dari bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita memproduksi hormon yang
menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara:
1. Progesteron: mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Tingkat
progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini
menstimulasi produksi secara besar-besaran.
2. Estrogen: menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar. Tingkat estrogen
menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap
menyusui[9]. Karena itu, sebaiknya ibu menyusui menghindari KB hormonal
berbasis hormon estrogen, karena dapat mengurangi jumlah produksi ASI.
Follicle stimulating hormone (FSH). Luteinizing hormone (LH)
3. Prolaktin: berperan dalam membesarnya alveoil dalam kehamilan. Prolaktin
merupakan suatu hormon yang disekresi oleh glandula pituitari. Hormon ini
memiliki peran penting untuk memproduksi ASI, dan meningkat selama
kehamilan. Peristiwa lepas atau keluarnya plasenta pada ahir proses persalinan
akan membuat kadar estrogen dan progesteron berangsur-angsur menurun sampai
tingkat dapat dilepaskan dan diaktifkanya prolaktin. Peningkatan prolaktin akan
menghambat ovulasi. Kadar paling tinggi adalah ada malam hari dan penghentian
pertama pemberian air susu dilakukan pada malam hari.
4. Oksitosin: mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan
setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. Setelah melahirkan, oksitosin juga
mengencangkan otot halus di sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran
susu. Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu let-down / milk ejection
reflex.
5. Human placental lactogen (HPL): Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta
mengeluarkan banyak HPL, yang berperan dalam pertumbuhan payudara, puting,
dan areola sebelum melahirkan.Pada bulan kelima dan keenam kehamilan,
payudara siap memproduksi ASI. Namun, ASI bisa juga diproduksi tanpa
kehamilan (induced lactation).
FISIOLOGI LAKTASI 4
C. SIKLUS LAKTASI
1. Laktogenesis stadium 1 ( kehamilan ) : penambahan dan pembesaran lobulus
alveolus.
2. Laktogenesis stadium 2 ( ahir kehamilan 2-3 hari postpartum ) : produksi ASI
3. Laktogenesis stadium 3 ( galaktopoeisis ) : mulai 40 hari setelah berhenti
menyusui.
FISIOLOGI LAKTASI 5
setelah melahirkan, kolostrum pelan pelan hilang dan tergantikan oleh ASI
sebenarnya.
Laktogeneses III :Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI
selama kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI
mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai. Fase ini dinamakan Laktogenesis III.
Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI
dengan banyak pula. Penelitian berkesimpulan bahwa apabila payudara dikosongkan
secara menyeluruh juga akan meningkatkan taraf produksi ASI. Dengan demikian,
produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa sering dan seberapa baik bayi menghisap,
dan juga seberapa sering payudara dikosongkan.
E. REFLEK LAKTASI
Pada proses laktasi terdapat dua reflek yang berperan, yaitu
refleks prolaktin dan reflek saliran yang timbul akibat perangsangan puting
susu dikarenakan isapan bayi.
1. Refleks prolaktin
2. Refleks saliran (let down reflek)
FISIOLOGI LAKTASI 6
Pascapersalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi
korpusluteum maka estrogen dan progesterone juga berkurang. Hisapan
bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara, karena ujung-ujung
saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini
dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan
menekan pengeluaran factor penghambat sekresi prolactin dan sebaliknya
merangsang pengeluaran factor pemicusekresi prolaktin akan merangsang
hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel
alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu.
Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan
setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan
ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu
tetap berlangsung.
Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi
normal pada minggu ke 2 –3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan
meningkat dalam keadaan seperti : stress atau pengaruh psikis, anastesi,
operasi dan rangsangan puting susu.
FISIOLOGI LAKTASI 7
2. REFLEKS ALIRAN (ALIRAN (LET DOWN REFLEK)
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior,
rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan kehipofise posterior
(neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin.
Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga
menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari selakan memeras air susu yang telah
terbuat, keluar dari alveoli dan masuk kesistem duktus dan selanjutnya
mengalir melalui duktus lactiferus masuk kemulut bayi.
Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah : melihat bayi,
mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi.
Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti:
keadaan bingung/ pikiran kacau, takut dan cemas.
Refleks Oksitosin
Refleks oksitosin : (rangsangan ke otak untuk mengeluarkan hormon
oksitosin), hormon ini akan memacu sel-sel otot yang mengelilingi jaringan
kelenjar susu dan saluranya unutk berkontraksi, sehingga memeras air susu
keluar menuju putting susu. Ibu perlu mewaspadai bahwa tekanan karena
kontraksi otot ini kadang-kadang begitu kuat sehingga air susu keluar dari
putting menyembur, ini bisa membuat bayi tersedak.
Refleks oksitosin dipengaruhi oleh pikiran, perasaan, dan sensasi ibu.
biasanya perasaan ibu bisa merangsang pengeluaran ASI secara refleks, tetapi
kadang-kadang juga menghambatnya. Perasaan yang bisa menghentikan
refleks oksitosin misalnya, khawatir, sedih, atau takut akan sesuatu. ibu
kesakitan pada saat menyusui atau merasa malu.
Refleks ini bisa muncul pada saat sang ibu mendengar bayinya
menangis, melihat foto bayinya atau sedang teringat pada bayinya berada jauh.
Manfaaat refleks oksitosin lainya adalah membantu lepasnya plasenta dari
rahim ibu dan menghentikan perdarahan persalinan.
FISIOLOGI LAKTASI 8
posterior, sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-
selmiopitel di sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk
dalam pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh
isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus. Bila duktus
melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis.
FISIOLOGI LAKTASI 9
F. PROSES PRODUKSI AIR SUSU
1. Saat bayi menghisap, sejumlah sel saraf di payudara ibu mengirim pesan ke
hipotalamus.
2. Ketika menerima pesan itu, hipotalasmus melepas “rem” proklaktin.
3. Untuk memulai menghasilkan ASI, prolaktin yang dihasilkan kelenjar pituitari
merangsang kelenjar-kelenjar susu di payudara.
1. Frekuensi Penyusuan
Pada studi 32 ibu dengan bayi prematur disimpulkan bahwa produksi
ASI akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama
bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan karena bayi
prematur belum dapat menyusu (Hopkinson et al, 1988 dalam ACC/SCN,
1991). Studi lain yang dilakukan pada ibu dengan bayi cukup bulan
menunjukkan bahwa frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali perhari selama 2 minggu
pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang cukup
(de Carvalho, et al, 1982 dalam ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini
direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada periode awal
setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan
stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.
2. Berat Lahir
Prentice (1984) mengamati hubungan berat lahir bayi dengan volume
ASI. Hal ini berkaitan dengan kekuatan untuk mengisap, frekuensi, dan lama
penyusuan dibanding bayi yang lebih besar. Berat bayi pada hari kedua dan
usia 1 bulan sangat erat berhubungan dengan kekuatan mengisap yang
mengakibatkan perbedaan intik yang besar dibanding bayi yang mendapat
formula. De Carvalho (1982) menemukan hubungan positif berat lahir bayi
dengan frekuensi dan lama menyusui selama 14hari pertama setelah lahir.
FISIOLOGI LAKTASI 10
Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap ASI yang
lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr). Kemampuan
mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan
yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang akan
mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi
ASI.
5. Konsumsi Rokok
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu
hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan
menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat
pelepasan oksitosin. Studi Lyon,(1983); Matheson, (1989) menunjukkan
adanya hubungan antara merokok dan penyapihan dini meskipun volume ASI
tidak diukur secara langsung. Meskipun demikian pada studi ini dilaporkan
bahwa prevalensi ibu perokok yang masih menyusui 6 – 12 minggu setelah
melahirkan lebih sedikit daripada ibu yang tidak perokok dari kelompok
sosial ekonomi sama, dan bayi dari ibu perokok mempunyai insiden sakit
perut yang lebih tinggi. Anderson et al (1982) mengemukakan bahwa ibu
FISIOLOGI LAKTASI 11
yang merokok lebih dari 15 batang rokok/hari mempunyai prolaktin 30-50%
lebih rendah pada hari pertama dan hari ke 21 setelah melahirkan dibanding
dengan yang tidak merokok.
6. Konsumsi Alkohol
Meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat
ibu merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun
disisi lain etanol dapat menghambat produksi oksitosin. Kontraksi rahim saat
penyusuan merupakan indikator produksi oksitosin. Pada dosis etanol 0,5-0,8
gr/kg berat badan ibu mengakibatkan kontraksi rahim hanya 62% dari normal,
dan dosis 0,9-1,1 gr/kg mengakibatkan kontraksi rahim 32% dari normal
(Matheson, 1989).
7. Pil Kontrasepsi
Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin
berkaitan dengan penurunan volume dan durasi ASI (Koetsawang, 1987 dan
Lonerdal, 1986 dalam ACC/SCN, 1991), sebaliknya bila pil hanya
mengandung progestin maka tidak ada dampak terhadap volume ASI (WHO
Task Force on Oral Contraceptives, 1988 dalam ACC/SCN, 1991).
Berdasarkan hal ini WHO merekomendasikan pil progestin untuk ibu
menyusui yang menggunakan pil kontrasepsi.
Ada dua cara untuk mengukur produksi ASI yaitu penimbangan berat
badan bayi sebelum dan setelah menyusui; dan pengosongan payudara. Kurva
berat badan bayi merupakan cara termudah untuk menentukan cukup tidaknya
produksi ASI (Packard, 1982). Dilihat dari sumber zat gizi dalam ASI maka
ada 3 sumber zat gizi dalam ASI yaitu : 1) disintesis dalam sel secretory
payudara dari precursor yang ada di plasma; 2) disintesis oleh sel-sel lainnya
dalam payudara; 3) ditransfer secaralangsung dari plasma ke ASI (Butte,
1988). Protein, karbohidrat, dan lemak berasal dari sintesis dalam kelenjar
payudara dan transfer dari plasma ke ASI, sedangkan vitamin dan mineral
berasal dari transfer plasma ke ASI. Semua fenomena fisiologi dan biokimia
yang mempengaruhi komposisi plasma dapat juga mempengaruhi komposisi
ASI. Komposisi ASI dapat dimodifikasi oleh hormon yang mempengaruhi
sintesis dalam kelenjar payudara (Vaughan, 1999).
FISIOLOGI LAKTASI 12
Aspek gizi ibu yang dapat berdampak terhadap komposisi ASI adalah
intik pangan aktual, cadangan gizi, dan gangguan dalam penggunaan zat gizi.
Perubahan status gizi ibu yang mengubah komposisi ASI dapat berdampak
positif, netral, atau negatif terhadap bayi yang disusui. Bila asupan gizi ibu
berkurang tetapi kadar zat gizi dalam ASI dan volume ASI tidak berubah
maka zat gizi untuk sintesis ASI diambil dari cadangan ibu atau jaringan ibu.
Komposisi ASI tidak konstan dan beberapa faktor fisiologi dan faktor non
fisiologi berperan secara langsung dan tidak langsung. Faktor fisiologi
meliputi umur penyusuan, waktu penyusuan, status gizi ibu, penyakit akut,
dan pil kontrasepsi. Faktor non fisiologi meliputi aspek lingkungan, konsumsi
rokok dan alkohol (Matheson, 1989).
FISIOLOGI LAKTASI 13
b) Manfaat Asi Untuk Ibu
1. Aspek kesehatan ibu
Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin
oleh kelenjar hipofisis.Oksitosin membantu involusi dan mencegah
terjadinya perdarahan pasca persalinan
2. Aspek keluarga berencana
Menyusui secara murni(eksklusif) dapat menjarangkan
kehamilan.Ditemukan rerata jarak kelahiran ibu yang menyusui adalah 24
bulan,sedangkan yang tidak menyusui 11 bulan.
3. Aspek psikologi
Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi,tetapi juga
untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan,rasa yang dibutuhkan
oleh semua manusia.
FISIOLOGI LAKTASI 14
2. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit
Subsidi untuk rumah sakit berkurang,karena rawat gabung akan
meperpendek lama rawat inap ibu dan bayi,serta mengurangi biaya yang di
perlukan untuk perawatan anak sakit
3. Mengurangi devisa untuk membeli susu formula
Jika semua ibu menyusui,maka pengeluaran devisa yang seharusnya di
pergunakan untuk membeli susu formula dapat di tabung sebagai kekayaan
nasional.
4. Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa
Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal,
sehingga kulitas generasi penerus bangsa akan terjamin.
FISIOLOGI LAKTASI 15
yang rusak yang selanjutnya terjadi sensitisasi terhadap protein susu sapi
dan dan terjadi enteropati yang akhirnya akan memperberat kerusakan
mukosa.
5. Penggunaan susu formula dengan indikasi yang salah
Saat ini banyak susu formula yang beredar dipasaran.Ada diantaranya
yang digunakan untuk penyakit tertentu atau keadaan tertentu.
6. Tidak Mempunyai manfaat ASI
Dari uraian manfaat ASI di atas dapatlah dikatakan bahwa kekurangan
lain dari susu formula adalah, bahwa susu formula tidak mempunyai
manfaat seperti halnya ASI.
Jadi air susu buatan / formula :
1. Nutriennya tidak sesempurna ASI
2. Tidak mengandungzat protektif
3. Mudah menimbulkan alergi
4. Lebih mudah menimbulkan karies dentis
5. Lebih mudah menimbulkan maloklusi
6. Kurang menimbulkan efek psikologis yang menguntungkan
7. Tidak merangsang involusi rahim
8. Tidak berefek men4jarangkan kehamilan
9. Tidak mengurangi insiden karsinoma mammae
10. Tidak praktis
11. Tidak ekonomis
12. Bagi negara menambahkan beban anggaran yang harus
dikeluarkan untuk membeli susu formula, biaya perawatan ibu dan
anak.
FISIOLOGI LAKTASI 16
Klinik Antenatal
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam klinik Antenatal bagi ibu hamil adalah :
FISIOLOGI LAKTASI 17
J. PERAWATAN PAYUDARA
Demi keberhasilan menyusui, payudara memerlukan perawatan sejak dini
secara teratur .Perwatan selama kehamilan bertujuan agar selama menyusui kelak
produksi asi cukup.tidak terjadi kelainan pada payudara dan payudara tetap baik
setelah menyusui.
Pada umumnya wanita dalam kehamilan 6-8 minggu akan mengalami
pembesaran payudara,akan lebih padat,kenyal,kencang,sakit dan tampak jelas di
permukaan kulit adanya gambaran pembuluh darah yang bertambah serta melebar.
kelenjar Montgomery pada daerah areola tampak lebih nyata dan menonjol.
Perawatan Payudara antara lain :
1. Pemakaian BH yang tepat,sebaiknya ibu hamil harus memakai bra
yang tepat dan ukuran yang sesuai dapat menopang perkembangan
payudara.
2. Latihan otot-otot yang menopang payudara.
3. Hygiene payudara
FISIOLOGI LAKTASI 18
K. LANGKAH-LANGKAH MENYUSUI YANG BAIK DAN BENAR
Langkah-langkah menyusui yang baik dan benar meliputi hal-hal berikut :
1. Persiapan mental dan fisik ibu menyusui
Ibu yang akan menyusui harus dalam keadaan tenang. Bila perlu minum
segelas air sebelum menyusui. Hindari menyusui dalam keadaan lapar dan
haus. Sediakan tempat dengan peralatan yang diperlukan, seperti kursi dengan
sandaran punggung dan sandaran tangan, bantal untuk menopang tangan yang
menggendong bayi.
2. Hygiene personal ibu menyusui
Sebelum menggendong bayi untuk menyusui, tangan harus dicuci bersih.
Sebelum menyusui, tekan daerah areola di antara telunjuk dan ibu jari
sehingga keluar 2-3 tetes ASI, kemudian dioleskan ke seluruh puting dan
areola. Cara menyusui yang terbaikadalah bila ibu melepaskan BH dari kedua
payudara.
3. Menyusui bayi sesuai dengan permintaan bayi
Susukan bayi sesuai dengan kebutuhannya (”on demand“), jangan
dijadwalkan. Biasanya kebutuhan terpenuhi dengan menyusui tiap 2-3 jam
sekali. Setiap kali menyusui, lakukanlah pada kedua payudara kiri dan kanan
secara bergantian, masing-masing sekitar 10 menit. Mulailah dengan payudara
sisi terakhir yang disusui sebelumnya.
4. Periksa ASI sampai payudara terasa kosong.
Setelah selesai menyusui, oleskan ASI lagi seperti awal menyusui tadi.
Biarkan kering oleh udara sebelum kembali memakai BH. Langkah ini
berguna untuk mencegah lecet.
5. Membuat bayi bersendawa setelah menyusui harus selalu dilakukan, untuk
mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak kembung dan muntah.
Bila terjadi keadaad lecet pada puting dan atau sekitarnya, sebaiknya ibu tetep
menyusui dengan mendahului pada puting yang tidak lecet. Sebelum diisap,
puting yang lecet dapat diolesi es untuk mengurangi rasa sakit. Yang lebih
penting dari kejadian ini adalah mencari penyebab lecet tersebut yang tentunya
harus dihindari.
FISIOLOGI LAKTASI 19
Keadaan engorgement (payudara bengkak) yang sering terjadi pada payudara
yang elastisitasnya kurang. Untuk mengatasinya, kompres payudara dengan handuk
hangat kira-kira 4-5 menit, kemudian dilakukan masase dari tepi ke arah puting
hingga ASI keluar. Setelah itu baru bayi disusukan. Jangan berhenti menyusui dalam
keadaan ini. Apabila bayi telah menyusu dengan benar ,maka akan memperlihatkan
tanda-tanda sebagai berikut :
FISIOLOGI LAKTASI 20
L. DUKUNGAN BIDAN
Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI dengan cara :
1. Membiarkan bayi bersama ibunya segera susudah lahir selama beberapa jam
pertama
2. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah
masalah umum yang timbul
3. Membantu ibu pada waktu pertama kali memberikan ASI
Posisi menyusui dapat dilakukan dengan cara :
a. Posisi berbaring miring
b. Posisi duduk
c. Posisi tidur telentang
4. Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat gabung)
Manfaat rawabg gabung dalam proses laktasi dapat dilihat dari aspek fisik,
fisiologis, psikologis, edukatif, ekonomi maupun medis.
5. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin
6. Memberikan kolostrum dan ASI saja
7. Menghindari susu botol dan “dot empeng”
FISIOLOGI LAKTASI 21
DAFTAR PUSTAKA
Maryunani, Anik. 2010. Biologi reproduksi dalam kehamilan. CV Trans Info Media. Jakarta
http://wiyati.wordpress.com/2008/06/25/managemen-laktasi/
http:\\id.wikipedia.org\wiki\menyusui
FISIOLOGI LAKTASI 22