Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Diabetes Mellitus (DM) yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah

penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah)

yang terus-menerus dan bervariasi, terutama setelah makan. Diabetes mellitus

merupakan keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik

akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik

pada mata, ginjal, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis

dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Bilous, 2002).

Jumlah penduduk dunia yang sakit diabetes mellitus cenderung meningkat

dari tahun ke tahun. Hal ini berkaitan dengan jumlah populasi meningkat, pola

hidup, prevalensi obesitas meningkat dan kegiatan fisik kurang (Smeltzer &

Bare, 2002). Laporan dari WHO mengenai studi populasi DM di berbagai

Negara, jumlah penderita diabetes mellitus pada tahun 2000 di Indonesia

menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita diabetes mellitus

dengan prevalensi 8,4 juta jiwa. Urutan diatasnya adalah India (31,7 juta

jiwa), China (20,8 juta jiwa), dan Amerika Serikat (17,7 juta jiwa) (Darmono,

2007). Pada tahun 2010 jumlah penderita DM di Indonesia minimal menjadi 5

juta dan di dunia 239,9 juta penderita. Diperkirakan pada tahun 2030

prevalensi diabetes mellitus di Indonesia meningkat menjadi 21,3 juta. Angka

kesakitan dan kematian akibat DM di Indonesia cenderung berfluktuasi setiap

tahunnya sejalan dengan perubahan gaya hidup masyarakat yang mengarah

1
pada makanan siap saji dan sarat karbohidrat (Depkes RI, 2006).

Berdasarkan laporan rumah sakit dan puskesmas, prevalensi diabetes mellitus

tergantung insulin di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2008 sebesar 0,16%,

mengalami peningkatan bila dibandingkan prevalensi tahun 2007 sebesar

0,09%. Prevalensi tertinggi adalah di Kota Semarang sebesar 0,84%. Sedang

prevalensi kasus diabetes mellitus tidak tergantung insulin lebih dikenal

dengan DM tipe II, mengalami peningkatan dari 0,83% pada tahun 2006,

menjadi 0,96% pada tahun 2007, dan 1,25% pada tahun 2008 (Dinkes

Provinsi Jawa Tengah, 2008). Hasil dari data laporan puskesmas Kota

Semarang pada tahun 2009 didapatkan jumlah kasus diabetes mellitus adalah

sebanyak 63.867 kasus, terdiri atas 25.191 tergantung insulin dan 38.676

kasus diabetes mellitus non insulin (Profil Kesehatan Kota Semarang, 2009).

Jumlah tersebut semakin membuktikan bahwa penyakit Diabetes Mellitus

merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius. Data Departemen

Kesehatan RI menyebutkan bahwa jumlah pasien rawat inap maupun rawat

jalan di Rumah Sakit menempati urutan pertama dari seluruh penyakit

endokrin adalah Diabetes mellitus. Organisasi yang peduli terhadap

permasalahan Diabetes, Diabetic Federation mengestimasi bahwa jumlah

penderita Diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2008, terdapat 5,6 juta

penderita Diabetes untuk usia diatas 20 tahun, akan meningkat menjadi 8,2

juta pada tahun 2020, bila tidak dilakukan upaya perubahan pola hidup sehat

pada penderita (Tandra, 2008).

Saat ini, banyak orang masih menanggap penyakit Diabetes Mellitus

merupakan penyakit orang tua atau penyakit yang hanya timbul karena faktor

2
keturunan. Namun, setiap orang dapat mengidap Diabetes Mellitus baik tua

maupun muda. Tingginya kadar glukosa darah secara terus menerus atau

berkepanjangan dapat menyebabkan komplikasi diabetes. Berdasarkan

penelitian Murray (2000) tiap 19 menit ada satu orang di dunia yang terkena

stroke, ada satu orang yang buta dan ada satu orang di dunia diamputasi akibat

komplikasi Diabetes Mellitus (Maulana, 2009). Berbagai komplikasi dapat

terjadi jika penatalaksanaan Diabetes Mellitus tidak optimal.

Penatalaksanaan Diabetes Melitus dikenal 4 pilar utama pengelolaan yaitu:

penyuluhan, perencanaan makan, latihan jasmani, dan obat hipoglikemik.

Terapi gizi merupakan komponen utama keberhasilan penatalaksanaan

diabetes. Kepatuhan pasien terhadap prinsip gizi dan perencanaan makan

merupakan salah satu kendala pada pasien diabetes. Penderita diabetes banyak

yang merasa tersiksa sehubungan dengan jenis dan jumlah makanan yang

dianjurkan (Maulana, 2009). Penelitian Setyani (2007) menggambarkan

tingkat ketaatan diet bagi pasien diabetes mellitus. Hasil penelitiannya

menunjukkan hanya 43% pasien yang patuh menjalankan diet diabetes

mellitus. Sebanyak 57% pasien tidak patuh menjalankan diet yang dianjurkan.

Pasien yang patuh akan mempunyai kontrol glikemik yang lebih baik, dengan

kontrol glikemik yang baik dan terus menerus akan dapat mencegah

komplikasi akut dan mengurangi resiko komplikasi jangka panjang. Perbaikan

kontrol glikemik berhubungan dengan penurunan kejadian retinopati,

nefropati dan neuropati. Sebaliknya bagi pasien yang tidak patuh akan

mempengaruhi kontrol glikemiknya menjadi kurang baik bahkan tidak

3
terkontrol, hal ini akan mengakibatkan komplikasi yang mungkin timbul tidak

dapat dicegah (Bilous, 2002). Penelitian Juleka (2005) pada penderita diabetes

mellitus rawat inap di RSU Gunung Jati Cirebon menemukan bahwa pengidap

yang memiliki asupan energi melebihi kebutuhan mempunyai risiko 31 kali

lebih besar untuk mengalami kadar glukosa darah tidak terkendali

dibandingkan dengan pengidap yang asupan energinya sesuai kebutuhan.

Penderita diabetes mellitus seharusnya menerapkan pola makan seimbang

untuk menyesuaikan kebutuhan glukosa sesuai dengan kebutuhan tubuh

melalui pola makan sehat. Suyono (2002) menyebutkan bahwa dalam rangka

pengendalian kadar glukosa darah 86,2% penderita DM mematuhi pola diet

diabetes mellitus yang diajurkan, namun secara faktual jumlah penderita

diabetes mellitus yang disiplin menerapkan program diet hanya berkisar

23,9%. Hal ini menjadi salah satu faktor risiko memperberat terjadinya

gangguan metabolisme tubuh sehingga berdampak terhadap keberlangsungan

hidup penderita diabetes mellitus.

Beberapa penelitian mengemukakan bahwa diabetes mellitus terjadi akibat

tidak seimbangnya asupan energi, karbohidrat dan protein.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada bulan Juni 2011 didapatkan jumlah

penderita diabetes mellitus di RSUD Kota Semarang pada tahun 2010

sebanyak 550 pasien. Adapun rata-rata kunjungan pasien diabetes melitus tiap

bulan sebanyak 45-48 pasien setiap bulan. Berdasarkan catatan makan pada

20 penderita diabetes mellitus di Instalasi Rawat Jalan RSUD Kota Semarang

ditemukan masalah yang berhubungan dengan konsumsi makanan yang tidak

4
sesuai dengan aturan. Sebanyak 56% pasien pasien mengatakan selama ini

makanan yang dikonsumsi sesuai dengan menu keluarga sehari-hari dan tidak

teratur berdasarkan program diet diabetes mellitus, sehingga kadar darah tidak

stabil. Sebanyak 42% pasien tidak teratur (tidak disiplin) baik jadwal, jumlah

dan jenis makanan dalam mengkonsumsi makanan sehari-hari bahkan pasien

suka ngemil dengan tidak memperhatikan kandungan makanan yang

dibolehkan dalam diet dengan alasan, malas dan bosan dengan menu yang

sesuai aturan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Menjelaskan pengertian Diabetes Mellitus

2. Menjelaskan etiologi dari Diabetes Mellitus

3. Menjelaskan patofisisologi dari Diabetes Mellitus

4. Menjelaskan manifestasi klinis dari Diabetes Mellitus

5. Menjelaskan komplikasi dari Diabetes Mellitus

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui dan memahami definisi tentang Diabetes

Mellitus

2. Untuk mengetahui dan memahami etiologi tentang Diabetes

Mellitus

3. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi Diabetes Mellitus

4. Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis Diabetes

Mellitus

5. Untuk mengetahui dan memahami komplikasi Diabetes Mellitus

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI ORGAN

1. ANATOMI

Pankreas adalah kelenjar terengolasi berukuran besar dibalik kurvatura

besar lambung. Pankreas terlatak di retroperitonial rongga abdomen

bagian atas, dan terbentang horizontal dari cincin duodenal ke lien.

Panjang sekitar 10 – 20 cm dan lebar 2,5 – 5 cm. pankreas mendapat

pasokan darah dari arteri mesenterika superior dan splenikus.

a. Kelenjar pancreas

Sekumpulan kelenjar yang strukturnya sangat mirip dengan kelenjar

ludah panjangnya kira-kira 15 cm, lebar 5 cm mulai dari deudenum

sampai ke limpa dan beratnya rata-rata 60-90 gr. Terbentang pada

vertebral lumbalis I & II dibelakang lambung.

b. Bagian-bagian pankreas

1) Kepala pankreas

Terletak di sebelah kanan rongga abdomen dan didalam lekukan

deudenum yang melingkarinya.

2) Badan pankreas

Merupakan bagian utama dan ini letaknya dilbelakang lambung

dan di depan vertebra umbalis utama.

6
3) Ekor pankreas

Bagian yang runcing disebelah kiri yang sebenarnya

menyentuh limpa.

c. Saluran Pankreas

Pada pankreas terdapat dua saluran yang mengalirkan hasil sekresi

pankreas ke dalam duodenum.

1) Ductus Wirsung, yang bersatu dengan ductus chole dukus,

kemudian masuk ke dalam duodenum melalui sphincter oddi.

2) Ductus Sartonni, yang lebih kecil langsung masuk ke dalam

duodenum di sebelah atas sphincter oddi.

d. Pulau-pulau langerhan

Pulau langerhans berbentuk ovoid dengan besar masing-masing pulau

berbeda-beda yang menjadi system endokrinologis dari pankreas

terbesar dari seluruh pankreas dengan berat hanya 1-3 % dari berat

total pankreas. Besar pulau langerhans yang terkecil adalah 50μ,

sedangkan yang terbesar 300μ, terbanyak adalah yang besarnya 100-

225μ. jumlah semua pulau langerhans di pankreas diperkirakan antara

1-2 juta. Pulau langerhans manusia, mengandung tiga jenis sel utama,

yaitu:

1) Sel-sel A (alpha), jumlahnya sekitar 20-40 % :

memproduksi glikagon yang menjadi faktor hiperglikemik,

suatu hormone yang mempunyai “anti insulin like activity”.

7
2) Sel-sel B (betha), jumlahnya sekitar 60-80 %, membuat

insulin.

3) Sel-sel D (delta), jumlanya sekitar 5-15 %, membuat

samatostatin.

Masing-masing sel tersebut, dapat dibedakan berdasarkan struktur dan

sifat pewarnaan. di bawah mikroskop pulau-pulau langerhans ini

nampak berwarna pucat dan banyak mengandung pembuluh darah

kapiler. pada penderita DM, sel beta sering ada tetapi berbeda dengan

sel beta yang normal dimana sel beta tidak menunjukan reaksi

pewarnaan untuk insulin sehingga dianggap tidak berfungsi.

8
2. FISIOLOGI

Pankreas berfungsi sebagai organ endokrin dan eksokrin.

a. Fungsi eksokrin pankreas ( asinar )

Getah pankreas mengandung enzim-enzim untuk pencernaan. ketiga

jenis makanan utama, protein, karbohidrat dan lemak. Getah pankreas

juga mengandung ion bikarbonat dalam jumlah besar, yang memegang

peranan penting dalam menetralkan timus asam yang dikeluarkan oleh

lambung ke dalam duodenum.

Enzim-enzim proteolitik adalah tripsin, kamotripsin, karboksi,

peptidase, ribonuklease, deoksiribonuklease. Tiga enzim pertama

memecahkan keseluruhan dan secara parsial protein yang dicernakan,

sedangkan nuclease memecahkan kedua jenis asam nukleat, asam

ribonukleat dan deoksinukleat.

Enzim pencernaan untuk karbohidrat adalah amylase pankreas, yang

menghidrolisis pati, glikogen dan sebagian besar karbohidrat lain

kecuali selulosa untuk membentuk karbohidrat, sedangkan enzim-

enzim untuk pencernaan lemak adalah lipase pankreas yang

menghidrolisis lemak netral menjadi gliserol, asam lemak dan

kolesterol esterase yang menyebabkan hidrolisis ester-ester kolesterol.

Produk gabungan sel-sel asinar mengalir melalui duktus pankreas,

yang menyatu melalui duktus empedu komunis dan masuk ke

deudenum dititik ampula hepato pankreas. Getah pankreas ini dikirim

kedalam deudenum melalui duktus pankreatikus, yang bermuara pada

papila vateri 14 yang terletak pada dinding deudenum. Pankreas

9
menerima darah dari arteri pankreatika dan mengalirkan darahnya ke

vena kava inferior melalui vena pankreatika.

b. Fungsi endokrin pankreas.

Fungsinya sebagai organ endokrin didukung oleh pulau-pulau

langerhans. Pulau-pulau langerhans terdiri dari tiga jenis sel yaitu :

1) Sel α (alpha) yang menghasilkan glukagon

Efek glukagon ini juga sama dengan efek kortisol, GH dan

epineprin. Dalam meningkatkan kadar gula darah, glukagon

merangsang glikogenolisis (pemecahan glukogen menjadi

glukosa) dan meningkatkan transportasi asam amino dari

otot serta meningktakan glukoneogenesis (Pemecahan

glukosa dari yang bukan karbohidrat). Dalam metabolisme

lemak, glukagon, meningkatkan lipolisis ( Pemecahan

lemak ).

2) Sel β (betha) yang menghasilkan insulin

Insulin sebagai hormon anabolik terutama akan

meningkatkan difusi glukosa melalui membran sel jaringan.

Efek metabolik penting lainnya dari hormon insulin adalah

sebagai berikut :

10
a) Efek pada hepar

(1) Meningkatkan sintesa dan penyimpanan glukosa

(2) Menghambat glikogenolisis, glukoneogenesis dan


ketogenesis

(3) Meningkatkan sintesa trigliserida dari asam lemak


bebas dihepar

b) Efek pada otot

(1) Meningkatkan sintesa protein

(2) Meningkatkan tranportasi asam amino

(3) Meningkatkan glikogenesis

c) Efek pada jaringan lemak

(1) Meningkatkan sintesa trigliserida dari asam lemak


bebas

(2) Meningkatkan penyimpanan trigliserida

(3) Menurunkan lipolisis

3) Sel deltha yang menghasilkan somatostatin namun

fungsinya belum jelas diketahui.

11
Hasil dari sistem endokrin ini langsung dialirkan kedalam

peredaran darah dibawa ke jaringan tanpa melewati duktus

untuk membantu metabolisme karbohidrat.

2.2 LANDASAN TEORITIS PENYAKIT

A. DEFINISI

Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,

kinerja insulin atau kedua-duanya (ADA, 2010).

Menurut WHO, Diabetes Melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu

penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang

ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan

metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat dari insufisiensi

fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh gangguan

produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas atau

disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin

(Depkes, 2008).

Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan

klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi

karbohidrat (Silvia. Anderson Price, 1995)

12
Diabetes melitus adalah gangguan metabolik kronik yang tidak dapat

disembuhkan, tetapi dapat dikontrol yang dikarakteristikan dengan ketidak

ade kuatan penggunaan insulin (Barbara Engram; 1999, 532)

Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronik yang komplek yang

melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan

berkembangnya komplikasi makro vaskuler, mikro vaskuler dan

neurologis (Barbara C. Long, 1996).

Jadi, Diabetes mellitus (DM) atau kencing manis merupakan keadaan

yang timbul karena ketidakmampuan tubuh mengelolah karbohidrat atau

glukosa karena kurangnya jumlah insulin atau insulin tidak berfungsi

sempurna akibatnya terjadi peningkatan kadar gula di dalam darah.

B. FAKTOR RESIKO

Beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya Diabetes

Mellitus :

a. Faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan

1) Riwayat diabetes dalam keluarga

2) Umur

3) Jenis kelamin

b. Faktor resiko yang dapat dikendalikan

1) Kegemukan

13
2) Tekanan darah tinggi

3) Kadar kolesterol tinggi

4) Kurang beraktivitas dan olahraga

5) Pola makan yang tidak sehat

6) Penyakit dan infeksi pada pancreas

C. KLASIFIKASI DIABETES MELLITUS

Berikut klasifikasi diabetes mellitus

1. DM Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes

Melitus tergantung insulin (DMTI)

Diabetes tipe 1 disebabkan karena kerusakan ataupun karena

kelainan genetik pada sel sel yang ada di pankreas, sehingga

pankreas tidak bisa menghasilkan unsulin yang cukup untuk

mengubah kadar gula dalam darah menjadi energi. penyakit

diabetes tipe 1 ini sering menyerang mereka yang memiliki badan

kurus, dan umumnya terjadi pada remaja.

Penderita DM tipe 1 ini harus bergantung pada insulin buatan

untuk menjaga agar kadar gula darah tetap stabil

2. DM Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/

Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)

Diabetes tipe 2 ini bukan karena hormon insulin tidak di produksi

tubuh, melainkan hormon insulin ada di dalam tubuh dalam jumlah

14
yang cukup namun respon  tubuh terhadap hormon insulin

berkurang, atau terjadinya resistensi insulin sehingga tidak

efektifnya kemampuan tubuh dalam memanfaatkan hormon insulin

yang dihasilkan pankreas. umumnya penyakit ini menyerang

orang-orang obesitas atau kelebihan berat badan. Diabetes tipe 2

biasanya terjadi pada usia dewasa

3. DM tipe lain

Diabetes melitus tipe khusus merupakan diabetes yang terjadi

karena adanya kerusakan pada pankreas yang memproduksi insulin

dan mutasi gen serta mengganggu sel beta pankreas, sehingga

mengakibatkan kegagalan dalam menghasilkan insulin secara

teratur sesuai dengan kebutuhan tubuh. Sindrom hormonal yang

dapat mengganggu sekresi dan menghambat kerja insulin yaitu

sindrom chusing, akromegali dan sindrom genetic.

4. Diabetes Kehamilan :Gestasional Diabetes Melitus (GDM)

Gestational diabetes mellitus (GDM) adalah diabetes yang

didiagnosis selama kehamilan dengan ditandai dengan

hiperglikemia (kadar glukosa darah di atas normal). Wanita dengan

diabetes gestational memiliki peningkatan risiko komplikasi

selama kehamilan dan saat melahirkan, serta memiliki risiko

diabetes tipe 2 yang lebih tinggi di masa depan.

15
D. PATOFISIOLOGI

Pankreas adalah kelenjar penghasil insulin yang terletak di belakang

lambung. Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti pula

dalam peta, sehingga disebut dengan pulau-pulau Langerhans pankreas.

Pulau-pulau ini berisi sel alpha yang menghasilkan hormon glukagon dan

sel beta yang menghasilkan hormon insulin. Kedua hormon ini bekerja

secara berlawanan, glukagon meningkatkan glukosa darah sedangkan

insulin bekerja menurunkan kadar glukosa darah (Schteingart, 2006).

Insulin yang dihasilkan oleh sel beta pankreas dapat diibaratkan sebagai

anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel.

Dengan bantuan GLUT 4 yang ada pada membran sel maka insulin dapat

menghantarkan glukosa masuk ke dalam sel. Kemudian di dalam sel

tersebut glukosa di metabolisasikan menjadi ATP atau tenaga. Jika insulin

tidak ada atau berjumlah sedikit, maka glukosa tidak akan masuk ke dalam

sel dan akan terus berada di aliran darah yang akan mengakibatkan

keadaan hiperglikemia (Sugondo, 2009).

Pada DM tipe 2 jumlah insulin berkurang atau dapat normal, namun

reseptor di permukaan sel berkurang. Reseptor insulin ini dapat

diibaratkan lubang kunci masuk pintu ke dalam sel. Meskipun anak 18

kuncinya (insulin) cukup banyak, namun karena jumlah lubangnya

(reseptornya) berkurang maka jumlah glukosa yang masuk ke dalam sel

akan berkurang juga (resistensi insulin). Sementara produksi glukosa oleh

hati terus meningkat, kondisi ini menyebabkan kadar glukosa meningkat

(Schteingart, 2006). Penderita diabetes mellitus sebaiknya melaksanakan 4

16
pilar pengelolaan diabetes mellitus yaitu edukasi, terapi gizi medis, latihan

jasmani, dan intervensi farmakologis. Latihan jasmani secara teratur dapat

menurunkan kadar gula darah. Latihan jasmani selain untuk menjaga

kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki

sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah

(Vitahealth, 2006).

E. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan Gejala diabetes mellitus :

a. Keluhan khas :

1. POLIURI ( Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak )

2. POLIFAGIA ( Lapar yang berlebihan atau sering makan )

3. POLIDIPSI ( Sering atau cepat merasa haus/dahaga )

b. Keluhan tidak khas :

1. Pandangan kabur, sering berganti ukuran kacamata

2. Luka yang lama sembuh

3. Penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya

4. Badan lemah dan cepat lelah

5. Nafas Bau keton

6. Kesemutan atau mati rasa pada ujung saraf di telapak tangan

dan kaki serta gatal-gatal

7. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit

8. Kadar gula darah tinggi

9. Gairah sex menurun

17
F. KOMPLIKASI

a. Komplikasi Jangka pendek (akut)

Penyakit diabetes melitus bisa diikuti dengan berbagai komplikasi.

Dalam jangka pendek, diabetes dapat menyebabkan:

1. Hiperglikemia (Hyperglycemia)

Hiperglikemia atau gula darah tinggi dalam waktu yang

panjang dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan organ

tubuh. Komplikasi ini dapat terjadi jika pasien tidak mengambil

tindakan-tindakan untuk mengurangi level glukosa dalam darah

seperti injeksi insulin, atau karena disebabkan pola makan dan

hidup yang tidak berorientasi pada penanganan penyakit

diabetes.

2. Hipoglikemia (Hypoglycemia)

Dalam beberapa kasus, penderita diabetes melakukan

penanganan yang salah dan berlebihan sehingga level glukosa

dalam darah menjadi terlalu rendah. Melewatkan jam makan

dan olahraga serta mengkonsumsi obat diabetes (memperkecil

kadar glukosa) atau melakukan injeksi insulin bisa

menyebabkan hipoglikemia.

3. Ketoacidosis

Ketoacidosis adalah komplikasi penyakit diabetes yang terjadi

saat tubuh tidak mampu menggunakan glukosa/gula darah

18
sebagai energi karena kekurangan insulin. Saat sel-sel tubuh

kekurangan energi, mereka akan menggunakan cadangan

lemak sebagai energi. Saat jaringan lemak terganggu,

terbentuklah zat keton (racun) dalam tubuh. Kondisi ini bisa

mengakibatkan kesulitan bernapas, sakit perut parah, dan juga

dehidrasi.

b. Komplikasi jangka panjang ( kronik)

Semakin lama seseorang menderita penyakit diabetes, maka semakin

tinggi pula resikonya mengalami komplikasi akibat tingginya glukosa

dalam darah. Komplikasi diabetes umumnya berhubungan dengan

kerusakan pembuluh darah. Diabetes jangka panjang dapat

menyebabkan pembuluh darah menyempit dan mengurangi volume

aliran darah ke berbagai bagian tubuh seperti mata, ginjal, jaringan

saraf dan lain sebagainya.

1. Kerusakan saraf (Neuropathy)

Apabila glukosa darah berhasil diturunkan menjadi normal,

terkadang perbaikan saraf bisa terjadi. Namun bila dalam

jangka yang lama glukosa darah tidak berhasil diturunkan

menjadi normal maka akan melemahkan dan merusak dinding

pembuluh darah kapiler yang memberi makan ke saraf

sehingga terjadi kerusakan saraf yang disebut neuropati

diabetik (diabetic neuropathy). Neuropati diabetik dapat

mengakibatkan saraf tidak bisa mengirim atau menghantar

19
pesan-pesan rangsangan impuls saraf, salah kirim atau

terlambat kirim. Tergantung dari berat ringannya kerusakan

saraf dan saraf mana yang terkena.

2. Kerusakan mata (Retinopathy)

Penyakit diabetes bisa merusak mata penderitanya dan menjadi

penyebab utama kebutaan. Ada tiga penyakit utama pada mata

yang disebabkan oleh diabetes, yaitu:

a. retinopati, retina mendapatkn makanan dari banyak

pembuluh darah kapiler yang sangat kecil. Glukosa darah

yang tinggi bisa merusak pembuluh darah retina.

b. katarak, lensa yang biasanya jernih bening dan

transparan menjadi keruh sehingga menghambat masuknya

sinar dan makin diperparah dengan adanya glukosa darah

yang tinggi.

c. glaukoma, terjadi peningkatan tekanan dalam bola

matasehingg merusak saraf mata.

3. Masalah jantung

Diabetes merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan

penumpukan lemak di dinding yang rusak dan menyempitkan

pembuluh darah. Akibatnya suplai darah ke otot jantung

20
berkurang dan tekanan darah meningkat, sehingga kematian

mendadak bisa terjadi.

4. Masalah pada kulit

Penderita diabetes sangat rentan terhadap masalah pada kaki.

Rusaknya jaringan saraf dan pembuluh darah akan membatasi

aliran darah ke tempat tersebut. Luka gores kecil di kaki atau

kulit dengan mudah berubah menjadi luka infeksi yang sangat

parah. Tanpa perhatian yang serius, luka tersebut akan semakin

menyebar dan merusak. Pada kondisi parah, bagian tersebut

harus diamputasi agar infeksi tidak terus menyebar.

5. Infeksi

Glukosa darah yang tinggi mengganggu fungsi kekebalan

tubuh dalam menghadapi masuknya virus atau kuman sehingga

penderita diabetes mudah terkena infeksi. Tempat yang mudah

mengalami infeksi adalah mulut, gusi, paru-paru, kulit, kaki,

kandung kemih dan alat kelamin. Kadar glukosa darah yang

tinggi juga merusak sistem saraf sehingga mengurangi

kepekaan penderita terhadap adanya infeksi.

21
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium

a. Glukosa darah sewaktu (GDS)

Pemeriksaan gula darah yang dilakukan setiap waktu

sepanjang hari tanpa memperhatikan makan terakhir yang

dimakan dan kondisi tubuh orang tersebut.

b. Glukosa darah puasa (GDP)

Glukosa darah puasa adalah pemeriksaan glukosa darah yang

dilakukan setelah pasien melakukan puasa selama 8-10 jam.

c. Glukosa darah 2 jam post prandial (GD2PP)

Pemeriksaan glukosa ini adalah pemeriksaan glukosa yang

dihitung 2 jam setelah pasien menyelesaikan makan.

d. HbA1c

e. Profil lidip

f. Fungsi ginjal

2. EKG

3. Foto thoraks

4. Funduskopi

22
H. PENATALAKSANAAN

1. Edukasi

Edukasi pada penyandang diabetes meliputi pemahaman tentang

perjalanan penyakit DM, perlunya pengendalian dan pemantauan DM

secara berkelanjutan, penyulit/komplikasi DM dan risikonya, dan cara

penggunaan obat diabetes/insulin. Selain itu, untuk mencapai

pengelolaan diabetes yang optimal pada penyandang DM dibutuhkan

perubahan perilaku agar dapat menjalani pola hidup sehat

meliputi:EDUKASIPERENCANAAN MAKLATIHAN

a. Mengikuti pola makan sehat

b.Meningkatkan kegiatan jasmani

c.Menggunakan obat diabetes dan obat–obatan pada keadaan khusus

secara aman dan teratur

d.Melakukan pemantauan gula darah mandiri

e.Melakukan perawatan kaki secara berkala

f.Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan

sakit akut seperti hipoglikemia

2. Diet atau perencanaan makan

Perencanaan makan menggambarkan apa yang dimakan, berapa

banyak, dan kapan makan. Dietisien atau ahli diet dapat membantu

membuat perencanaan makan yang cocok. Makanan sehari- hari

hendaknya cukup karbohidrat, serat, protein,rendah lemak jenuh,

kolesterol, sedangkan natrium dan gula secukupnya. Karbohidrat

adalah sumber zat tenaga dan zat gizi utama yang menyebabkan kadar

23
gula darah naik. Namun penyandang diabetes tidak usah takut

mengkonsumsi karbohidrat. Kebutuhan karbohidrat pada penyandang

diabetes antara 45-65% kebutuhan kalori dengan asupan karbohidrat

tersebar dalam sehari, hindari makan karbohidrat dalam jumlah besar

dalam satu kali makan. Sumber karbohidrat yang dianjurkan adalah

karbohidrat kompleks seperti nasi, roti, mie, dan kentang. Batasi

karbohidrat sederhana seperti gula, kue, tarcis, dodol, sirup, dan madu.

Serat merupakan bagian dari karbohidrat yang tidak dapat diserap

tubuh, rendah lemak serta berpengaruh baik untuk kadar gula darah.

Pada umumnya gula darah setelah makan akan naik lebih lambat bila

makan makanan yang mengandung banyak serat. Makanan berikut

yang mengandung banyak serat makanan adalah havermout,

kacangkacangan,sayur-sayuran, dan buah-buahan seperti apel, jeruk,

pir, sirsak, jambu biji dan lain-lain. Protein digunakan untuk

pertumbuhan & mengganti jaringan tubuh yang rusak. Sumber protein

terdiri dari protein hewani & protein nabati. Sumber protein hewani

utama adalah ikan atau ayam tanpa kulit oleh karena rendah

kandungan lemaknya. Sumber protein lemak sedang seperti daging

atau telur sebagai pengganti protein rendah lemak dapat dikonsumsi

kira-kira 3x seminggu. Sedangkan sumber protein tinggi lemak seperti

otak, merah telur, dan jerohan perlu dibatasi. Sumber protein nabati

adalah kacang-kacangan seperti kacanghijau, kacang merah, kacang

tanah, kacang kedele, tahu, & tempe. Kebanyakan makanan nabati

rendah kandungan lemaknya dan mengandung lemak tidak jenuh

24
tinggi sehingga dapat membantu menurunkan kolesterol darah.

Sayuran merupakan bahan makanan yang sehat, tinggi kandungan

vitamin, mineral, dan serat. Sayuran boleh dimakan bebas tanpa

dibatasi dan dianjurkan mengkonsumsi aneka ragam sayuran. Buah-

buahan juga merupakan makanan yang sehat, selain berkalori juga

merupakan sumber vitamin,mineral, dan serat. Dianjurkan makan buah

2 sampai 3 buah sehari. Susu merupakan sumber protein, dan

mengandung lemak, karbohidrat, dan vitamin serta kalsium

Penyandang diabetes dianjurkan minum susu yang tanpa atau rendah

lemak. Bagi yang menyukai susu dapat menggantikan 1 lauk hewani

dengan 1 penuh takar susu.

3. Latihan jasmani

Kegiatan jasmani sehari–hari dan latihan secara teratur 3-4 kali

seminggu selama kurang lebih 30 menit. Tujuan latihan jasmani untuk

menjaga kebugaran,menurunkan berat badan, dan memperbaiki

sensitivitas insulin sehingga akan memperbaiki kendali gula darah.

Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat

aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang.

Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak.

4. Intervensi obat oral farmakologis

Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan

latihan jasmani. Terapi farmakologis terdiri dari obat oral & bentuk

25
suntikan insulin. Saat ini terdapat 5 macam obat tablet yang beredar di

pasaran untuk menurunkan kadar gula darah. Beberapa obat yg sering

digunakan adalah:

a. Golongan insulin sekretagok

Obat ini bekerja dengan cara merangsang pankreas untuk

menghasilkan insulin. Obat ini merupakan pilihan utama pada

penyandang diabetes dengan berat badan kurang atau normal. Obat

golongan ini terdapat 2 jenis yaitu: golongan sulfonilurea dan

glinid.

b. Golongan Biguanid

Obat yang termasuk golongan biguanid hanyalah metformin. Obat

ini terutama dipakai pada penyandang diabetes gemuk.

Penggunaan obat ini dikontraindikasikan pada gangguan fungsi

ginjal & hati. Metformin sebaiknya diberikan pada saat atau

sesudah makan karena dapat menyebabkan mual & iritasi pada

lambung.

c. Golongan Glitazone

Cara kerja obat ini adalah dengan membantu tubuh menggunakan

insulin yang tersedia sehingga lebih efektif. Penggunaan obat ini

dikontraindikasikan pada mereka dengan gagal jantung, penyakit

hati akut, diabetes tipe 1, dan kehamilan.

d. Golongan Penghambat Alpha Glukosidase (Acarbose)

26
Obat ini bekerja dengan cara menghambat penyerapan glukosa di

usus sehingga mempunyai efek menurunkan gula darah sesudah

makan. Obat ini hanya mempengaruhi konsentrasi gula

darah setelah makan. Efek samping yang sering terjadi pada

penggunaan obat ini adalah perut kembung, sering buang angin,

dan mencret.

e. Dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) inhibitor

Pengobatan dengan golongan ini merupakan pendekatan baru

pengelolaan DM. Obat ini menghambat pelepasan glukagon, yang

pada gilirannya meningkatkan sekresi insulin, menurunkan

pengosongan lambung, dan menurunkan kadar glukosa darah.

Beberapa obat golongan ini sudah masuk di Indonesia sejak tahun

2007 antara lain vildagliptin dan sitagliptin.

5. Insulin

Insulin diperlukan pada keadaan seperti penurunan berat badan yang

cepat, komplikasi akut DM (hiperglikemia berat yang disertai ketosis,

ketoasidosis diabetik, hiperglikemia hiperosmolar nonketotik,

hiperglikemia dengan asidosis laktat), gagal dengan pengobatan obat

diabetes oral dosis optimal, kehamilan dengan DM, stress berat

(infeksi sistemik, operasi besar, stroke, dll), gangguan fungsi ginjal

dan hati yang berat, dan adanya kontra indikasi/alergi terhadap obat

diabetes oral.

27
6. Pemantauan Kadar Glukosa dan Keton

Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri memungkinkan

deteksi dan pencegahan hipoglikemia serta hiperglikemia, dan

berperan dalam menentukan kadar glukosa darah normal yang

kemungkinan akan mengurangi komplikasi diabetes jangka panjang.

Pemantauan kadar glukosa darah merupakan prosedur yang berguna

bagi semua penderita diabetes. Pemantauan ini merupakan dasar untuk

melaksanakan terapi insulin yang intensif dan untuk menangani

kehamilan yang dipersulit oleh penyakit diabetes. Pemeriksaan ini juga

sangat dianjurkan bagi pasien-pasien dengan:

a.       Penyakit diabetes yang tidak stabil

b.      Kecenderungan untuk mengalami ketosis berat atau hipoglikemia

c.       Hipoglikemia tanpa gejala peringatan

d.      Ambang glukosa renal yang abnormal

Bagi penderita yang tidak menggunakan insulin, pemantauan mandiri

glukosa darah sangat membantu dalam melakukan pemantauan

terhadap efektivitas latihan, diet, dan obat hipoglikemia oral. Metode

ini juga dapat membantu memotivasi pasien untuk melanjutkan

terapinya. Bagi penderita Diabetes Mellitus tipe II, pemantauan

mandiri glukosa darah harus dianjurkan dalam kondisi yang juga dapat

menyebabkan hiperglikemia (misalnya, keadaan sakit) atau

hipoglikemia  (misalnya, peningkatan aktifias berlebihan)

28
I. PENCEGAHAN

Upaya pencegahan penyakit diabetes mellitus dapat dilakukan dengan cara

sebagai berikut :

1. Pencegahan Primer

Cara ini adalah cara yang paling sulit karena sasarannya orang sehat.

Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mencegah agar DM tidak terjadi

pada orang atau populasi yang rentan (risiko tinggi), yang dilakukan

sebelum timbul tanda-tanda klinis dengan cara :

a.      Makan seimbang artinya yang dimakan dan yang dikeluarkan

seimbang disesuiakan dengan aktifitas fisik dan kondisi tubuh,

dengan menghindari makanan yang mengandung tinggi lemak

karena bisa menyebabkan penyusutan konsumsi energi.

Mengkonsusmsi makanan dengan kandungan karbohidrat yang

berserat tinggi dan bukan olahan.

b.      Meningkatkan kegiatan olah raga yang berpengaruh pada

sensitifitas insulin dan menjaga berat badan agar tetap ideal.

c.       Kerjasama dan tanggung jawab antara instansi kesehatan,

masyarakat, swasta dan pemerintah, untuk melakukan penyuluhan

kepada masyarakat

29
2.      Pencegahan Sekunder

a.      Ditujukan pada pendeteksian dini DM serta penanganan segera dan

efektif, sehingga komplikasi dapat dicegah.

b.     Hal ini dapat dilakukan dengan skrining, untuk menemukan

penderita sedini mungkin terutama individu/populasi.

c.       Kalaupun ada komplikasi masih reversible / kembali seperti

semula.

d.      Penyuluhan kesehatan secara profesional dengan memberikan

materi penyuluhan seperti : apakah itu DM, bagaimana

penatalaksanaan DM, obat-obatan untuk mengontrol glukosa darah,

perencanaan makan, dan olah raga.

3.      Pencegahan Tersier

a. Upaya dilakukan untuk semua penderita DM untuk mencegah

komplikasi.

b. Mencegah progresi dari komplikasi supaya tidak terjadi kegagalan

organ.

c. Mencegah kecacatan akibat komplikasi yang ditimbulkan

30
BAB III

PENUTUP

A.  Kesimpulan

Diabetes Mellitus atau kencing manis adalah suatu penyakit yang

disebabkan oleh peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi) akibat

kekurangan hormon insulin baik absolut maupun relatif.

Ada dua jenis diabetes yaitu diabetes tipe l dan diatetes tipe ll .

Diabetes tipe I diakibatkan karena tejadinya kerusakan pankreas sehingga insulin

harus di datangkan dari luar. Diabates tipe II atau disebut juga DM yang tidak

tergantung pada insulin yang disebabkan karena insulin yang tidak dapat bekerja

dengan baik.

B.  Saran

            Bagi penderita diabetes melitus atau kencing manis sebaiknya menjaga

pola makan dan diet agar kadar gula dalam darah bisa terkontrol dengan baik.

Selain menjaga pola makan dan diet penderita DM juga bisa menggunakan

kombinasi obat anti diabetes seperti metformin dengan glibenclamid untuk

mengetahui efek penurunannya terhadap kadar gula darah.

31
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, 2014. Klien Gangguan Endokrin. Jakarta: EGC.

Christmastuti Nur, 2016. Sarana Deteksi Penyakit Diabetes Dengan Sampel Saliva (Studi
Kasus Di Bandung Indah Plaza) http://digilib.itb.ac.id (Online) Diakses
01Agustus 2016.

Marrelli, 2016. Buku Saku Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : EGC

Shadine, 2013. Mengenal Penyakit Hipertensi, Diabetes, Stroke, dan Serangan Jantung.
Jakarta : Keenbooks.

Tobing, 2016. Care Yourself, Diabetes Mellitus. Jakarta: Penebar Plus.

Bustan. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Rengganis, Iris dkk. 2007. Bunga Rampai Masalah Kesehatan Dari Dalam Kandungan
Sampai Lanjut Usia. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran  Universitas
Indonesia.

32

Anda mungkin juga menyukai