Oleh :
NURJANNAH DONGORAN
NIRM. 01.04.19.128
JURUSAN PERKEBUNAN
MEDAN
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
anugrahnya penulisan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya
penulisan makalah ilmiah ini hingga bisa tersusun dengan baik.
Makalah ini di susun berdasarkan pengetahuan yang di peroleh dari beberapa
Referensi dengan harapan orang yang membaca dapat memahami Tata cara konservasi
tanah dan air sebagai bentuk kepedulian pada lingkungan di kota padangsidimpuan
provinsi sumatera utara
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kta sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
perbaikan penerbitan makalah ini di masa mendatang.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Bebarapa tahun terakhir ini pemanfaatan sumber daya alam dilakukan secara besar-
besaran sehingga menimbulkan efek negatif berupa kerusakan lingkungan. Food
Agriculture Organization (FAO) merupakan badan internasional yang menangani
masalah pangan, menyuguhkan data laju kerusakan hutan di Indonesia dari tahun 2000-
2005. FAO menyatakan bahwa laju kerusakan hutan di Indonesia rata-rata 2% dari luas
tanah atau sebesar 1.871 juta hektar per tahun. Cepatnya laju kerusakan tersebut membuat
sejarah bagi Indonesia sebagai “Negara penghancur hutan tercepat di dunia tahun 2008”
yang dicatat oleh Guinnes World Record (S., Suwito, 2011: 2). Serta masih banyak lagi
kerusakan alam yang diakibatkan oleh ulah manusia karena terlalu mengeksploitasi alam
secara besar-besaran tanpa disertai penanggulangannya.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Tanah
Proses pembentukan tanah dimulai dari pelapukan sebuah batuan, baik pelapukan
secara fisik maupun pelapukan secara kimia. Karena proses ini, batu anakan menjadi
lunak dan mengalami perubahan komposisinya. Batuan yang lapuk dari proses pelapukan
belum dapat dikatakan sebagai tanah, melainkan sebagai bahan tanah (regolith) karena
masih menunjukkan struktur batuan induk. Proses pelapukan ini terus berlangsung hingga
bahan induk tanah berubah menjadi tanahsebenarnya.
II.2 Air
Menurut Kodoatie dan Sjarief (2010) air dapat berupa air tawar dan air asin (air
laut) yang merupakan bagian terbesar di bumi ini. Air memiliki karakteristikyang khas
yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang lain, didalam alam, proses, perubahan
wujud, wujud, gerakan aliran air (di permukaaan tanah, di dalam tanah, dan di udara) dan
jenis air mengikuti suatu siklus keseimbangan dan dikenal dengan istilah siklus hidrologi.
Siklus hidrologi berperan penting dalam ketersediaan air di muka bumi. Selama
lingkungan dan iklim bumi masih seimbang maka siklus ini dapat tetap berjalan,
sebaliknya jika keseimbangan iklim dan lingkungan di bumi sudah tidak normal maka
siklus hidrologi ikut terganggu. Siklus hidrologi sendiri terdiri dari beberapa proses yang
memiliki arti yang berbeda, berikut pengertian dari masing-masing proses yang ada dalam
siklus hidrologi:
a. Evaporasi
Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul cair menjadi molekul gas,
atau dapat digambarkan sebagai perubahan air menjadi uap. Molekul air sendiri berasal
dari sungai, danau maupun perairan di seluruh muka bumi yang biasa disebut sebagai
badan air. Penguapan yang terjadi menimbulkan efek naiknya air yang telah berubah
menjadi gas ke atas atau ke atmosfer. Sinar matahari berperan sebagai pendukung utama
dalam tahap evaporasi sehingga semakin terik sinarnya, semakin besar molekul air yang
terangkat.
b. Transpirasi
Transpirasi juga merupakan proses penguapan, namun penguapan yang terjadi bukan
pada air yang tertampung dalam badan air. Transpirasi adalah penguapan yang terjadi
pada bagian tubuh makhluk hidup khususnya tumbuhan dan hewan dan prosesnya sama
dengan tahap evaporasi. Molekul cair pada tubuh tumbuhan dan hewan akan berubah
menjadi uap atau molekul gas. Setelah molekul cair menguap, selanjutnya akan naik ke
atas atau ke atmosfer sama seperti proses yang ada saat tahap evaporasi.
c. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah proses gabungan dari tahap evaporasi dan tahap transpirasi
sehingga pada tahap ini air yang menguap banyak. Evapotranspirasi sendiri biasa
diartikan sebagai suatu tahap penguapan yang mana molekul cair yang menguap ialah
seluruh air yang menguap ialah seluruh air yang ada pada badan air dan jaringan makhluk
hidup. Tahap ini ialah tahap yang paling mempengaruhi siklus hidrologi atau jumlah air
yang terangkut.
d. Sublimasi
Sama halnya dengan tiga proses sebelumnya yang berkaitan dengan penguapan.
Sublimasi ialah perubahan molekul cair menjadi molekul gas ke arah atas yaitu arah
atmosfer. Namun, penguapan yang terjadi ialah perubahan molekul air yang berasal dari
es (padatan) yang ada di kutub dan di gunung menjadi uap tanpa melewati proses
pencairan.
e. Kondensasi
Kondensasi adalah tahap dimana air yang telah menguap berubah menjadi partikel es.
Partikel es yang dihasilkan sangat kecil dan terjadi karena suhu dingin pada ketinggian
yang ada di atmosfer bagian atas. Lalu partikel es tersebut akan berubah menjadi awan
dan semakin banyak partikel es, awan semakin berwarna hitam.
f. Adveksi
Adveksi adalah tahap yang hanya berada di siklus hidrologi panjang atau dengan kata lain
tidak terjadi di siklus hidrologi pendek. Pada tahap ini yang terjadi ialah perpindahan
awan dari satu titik ke titik lainnya atau dikatakan awan di langit menyebar. Perpindahan
awan ini terjadi karena adanya angin dan akan berpindah dari lautan ke daratan begitu
pula sebaliknya
g. Presipitasi
Proses yang ketujuh ialah presipitasi yaitu tahap mencairnya awan karena tidak mampu
lagi menahan suhu yang semakin meningkat. Pada tahap inilah akan terjadi salah satu
gejala alam yang dinamakan hujan dengan ciri jatuhnya butiran air ke permukaan bumi.
Bila suhu yang ada di atmosfer kurang dari 0 derajat celcius , maka kemungkinan akan
terjadi hujan salju atau bahkan es.
h. Run Off
Tahap run off juga mempunyai nama lain limpasan yang mana pada tahap ini air
hujan yang telah turun akan bergerak. Pergerakan yang terjadi yaitu dari permukaan yang
lebih tinggi ke permukaan bumi yang lebih rendah melalui berbagai saluran. Saluran yang
dimaksud sebagai contoh adalah saluran got, sungai dan danau atau laut bahkan
samudera.
Demikian beberapa pengertian dari siklus hidrologi, sesuai dengan namanya yaitu
siklus maka, setelah tahap run off akan kembali ke tahap awal yakni penguapan begitu
pula seterusnya
Gambar 2 Contoh Konservasi Tanah dan Air Metode Teknis yaitu Terasering
c. Metode Kimiawi
Teknik konservasi tanah secara kimiawi adalah setiap penggunaan bahanbahan kimia
baik organik maupun anorganik, yang bertujuan untuk memperbaiki sifat tanah dan
menekan laju erosi. Teknik ini jarang digunakan petani terutama karena keterbatasan
modal, sulit pengadaannya serta hasilnya tidak jauh beda dengan penggunaan bahan-
bahan alami. Kemantapan struktur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang
menentukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi. Yang dimaksud dengan cara kimia
dalam usaha pencegahan erosi, yaitu dengan pemanfaatan soil conditioner atau bahan-
bahan pemantap tanah dalam hal memperbaiki struktur tanah sehingga tanah akan tetap
resisten terhadap erosi (Kartasapoetra dan Sutedjo, 1985).
Bahan kimia sebagai soil conditioner mempunyai pengaruh yang besar sekali
terhadap stabilitas agregat tanah. Pengaruhnya berjangka panjang karena senyawa
tersebut tahan terhadap mikroba tanah. Permeabilitas tanah dipertinggi dan erosi
berkurang. Bahan tersebut juga memperbaiki pertumbuhan tanaman semusim pada tanah
liat yang berat (Arsyad, 1989). Bahan kimiawi yang termasuk dalam kategori ini adalah
pembenah tanah (soil conditioner ) seperti Polyvinil Alcohol (PVA), Polyvinil Alcohol
urethanised (PVAu), Sodium Polyacrylate (SPA), Polyacrilamide (PAM), Vinylacetate
Maleic Acid (VAMA) Copolymer, Polyurethane, Polybutadiene (BUT), Polysiloxane,
Natural Rubber Latex, Dan Asphalt (bitumen). Bahan-bahan ini diaplikasikan ke tanah
dengan tujuan untuk memperbaiki struktur tanah melalui peningkatan stabilitas agregat
tanah, sehingga tahan terhadap erosi.
Gambar 3 Contoh Konservasi Tanah dan Air Metode Kimiawi yaitu Conditioning
A. Kota Padangsidimpuan
Kota Padangsidimpuan terbagi atas 6 kecamatan, yaitu Kecamatan Angkola Julu,
Hutaimbaru, Padangsidimpuan Batunadua, Padangsidimpuan Selatan, Padangsidimpuan
Tenggara, dan Padangsidimpuan Utara.
Gambar 4. Peta Administrasi Kota Padangsidimpuan.
Sumber: BAPPEDA Provinsi Sumatera Utara.
Berdasakan Tabel, luas terbesar yaitu kemiringan lereng 8-15% dengan kondisi
lereng bergelombang memiliki luas 12.991,76 ha atau 55,61% dari total luas Kota
Padangsidimpuan. Sedangkan luas terkecil yaitu kemiringan lereng dengan kondisi
lereng dataran 0-8% memiliki luas 744,23 ha atau 3,19%. Selisih luas daerah
kemiringan lereng terbesar dengan luas daerah kemiringan lereng terkecil yaitu sebesar
12.247,53 ha dengan persentase luas yaitu 52,42%.
Kemiringan lereng dapat berpengaruh terhadap penentuan fungsi kawasan.
Semakin curam lereng pada suatu kawasan, maka kawasan tersebut tidak boleh
dijadikan sebagai kawasan budidaya, karena pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dapat
menyebabkan tingkat erosi yang tinggi pada kawasan yang memiliki lereng curam
(Arsyad, 2010).
Gambar 2. Peta Kemiringan Lereng Kota Padangsidimpuan.
Sumber: BAPPEDA Provinsi Sumatera Utara.
Berdasarkan Tabel, dapat dilihat bahwa dari total luas jenis tanah di Kota
Padangsidimpuan, jenis tanah latosol adalah jenis tanah terluas yang terdapat di Kota
Padangsidimpuan dengan luas yaitu sebesar 19.205,89 ha atau 82,31% dari total luas
Kota Padangsidimpuan. Jenis tanah aluvial adalah jenis tanah yang memiliki luas
terkecil dengan luas 358,05 ha atau 1,53%. Selisih luas antara jenis tanah tersebut adalah
18.847,84 ha dengan persentase luas yaitu 80.77%. Jenis tanah akan mempengaruhi
jenis penggunaan lahan yang cocok untuk suatu tanaman dan dapat menjadi salah satu
parameter yang dapat menentukan arahan fungsi pemanfaatan lahan (Sutanto, 2005).
Gambar 5. Peta Jenis Tanah Kota Padangsidimpuan
Sumber: BAPPEDA Provinsi Sumatera Utara.
D. Penerapan Konservasi Tanah Dan Air Di Kota Padangsidimpuan
a. Daerah aliran sungai (DAS)
Susngai Batang Ayumi Sungai Batang Ayumi adalah salah satu sungai
terbesar yang paling potensial untuk bisa dimanfaatkan sebagai sumber air baku
untuk kebutuhan air minum Kota Padangsidimpuan. Berdasarkan identifikasi
sumber air baku permukaan dan mata air terlihat bahwa Sungai Batang Ayumi
potensial diambil airnya setidaknya di 5 lokasi yaitu :
Bila pengambilan air baku di hulu sungai dilakukan maka lokasi lain yang
berada di hilir Sungai Batang Ayumi harus menyesuaikan dengan melakukan
justifikasi perhitungan debit andalan atauwater balance kembali. Hal ini
disebabkan karena penggunaan air di hulu otomatis akanmempengaruhi kapasitas
maksimum instalasi air minum atau bangunan penangkap air di hilir Sungai
Batang Ayumi tersebut. Mengacu kepada RTRW Kota Padangsidimpuan tahun
2013 – 2033, diperkirakan luasan sawah di Kota Padangsidimpuan akan menyusut
hingga 57 Ha saja. Ini berarti sebanyak 1,75 lt/dt x 57 Ha = 100 lt/dt akan tetap
dibutuhkan untuk kebutuhan air baku untuk persawahan mayarakat. Oleh Karena
itu pengambilan air secara bertahap akan lebih tepat dilakukan di lokasi
disepanjang DAS Batang Ayumi ini
Khusus mengenai lokasi DAS Batang Ayumi di wilayah Mual Sisoma dan
Pintu Langit, kedua wilayah ini ditetapkan menjadi sumber air baku baik bersifat
perpipaan SPAM IKK maupun sebagai non perpipaan diantaranya seperti
PAMSIMAS, PNPM dsb.
b. Sungai Batang Kumal
Sungai Batang Kumal melewati wilayah timur kota Padangsidimpuan
melalui wilayah Batunadua dan terus menuju Padangsidimpuan Tenggara.
Berdasarkan pengamatan dan perkiraan, Sungai Batang Kumal maksimum hanya
mampu mengalokasikan air baku untuk kebutuhan air minum Kota
Padangsidimpuan sebesar 100 lt/dt dari kemungkinan maksimum air baku yang
tersedia sebesar 300 lt/dt. Sungai Batang Kumal akan menjadi prioritas
pengembangan air baku untuk air minum untuk jangka menengah dan jangka
panjang dengan mempertimbangkan kondisi bahwa di masa depan
pengembangan perumahan dan permukiman Kota Padangsidimpuan akan
merambah wilayah DAS sungai ini sehingga potensi pencemaran di Sungai
Batang Kumal lama kelamaan akan semakin tinggi. Oleh Karena itu diperkirakan
beban pencemaran tersebut akan sangat mempengaruhi pemilihan bangunan
pengolahan air di lokasi pengambilan air tersebut dengan
perkiraan instalasi pengolahan air lengkap akan dibangun dilokasi terpilih.
Sungai Sisundung tidak melewati kota Padangsidimpuan. Sungai ini mengalir di
barat Kota Padangsidimpuan yang telah masuk kedalam wilayah Kabupaten
Tapanuli Selatan.
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Kekayaan sumber daya alam yang ada di Indonesia perlu didukung oleh
upaya pelestarian sumber daya alam dari penduduknya, tujuannya tak lain adalah
untuk mempertahankan bahkan meningkatkan produktivitas dari kekayaan yang
sudah dimiliki. Namun selain factor manusia yang merusak kekayaan alam juga
terdapat factor lain yakni dari alam itu sendiri contohnya erosi. Meskipun begitu
erosi yang merupakan peristiwa berpindahnya atau terangkutnya tanah atau
bagian- bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media air atau angin
dapat ditangani dengan dilakukannya konservasi tanah dan air. Tiga metode
konservasi tanah dan air yakni metode vegetatif, mekanis dan kimiawi dapat
dipilih sesuai dengan kebutuhan dan kegunaan dari masing-masing lahan.
Biasanya metode konservasi tanah dan air yang paling umum diterapkan adalah
metode mekanis dengan menggunakan terasering. Dengan upaya konservasi tanah
dan air diharapkan dapat mempertahankan bahkan meningkatkan produktivitas
dari masing-masing lahan.
IV.2 Saran