Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA

“DRYING”

Nama Mahasiswa : Silva Hamidah


NIM : 1518004
Kelompok : 3 (Tiga)
Anggota Kelompok : 1. Anisya Cikal P. (1518001)
2. Tika Hidayati (1518006)
3. Reza Budiman (1518008)
4. Wanda Amelia (1518011)
5. Fadhilah Azizah (1518027)

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA (OTK)


TEKNIK KIMIA POLIMER
POLITEKNIK STMI JAKARTA
2020
I. TUJUAN
1. Menentukan kadar air pasir dan serbuk kayu
2. Menghitung laju pengeringan bahan
3. Mengetahui hubungan perbedaan bahan dengan laju pengeringan

II. TEORI DASAR


Pengeringan, secara umum, biasanya berarti membuang air dalam jumlah
yang relatif sedikit dari bahan. Pengeringan atau dehidrasi bahan biologis,
terutama makanan, digunakan sebagai teknik pengawetan. Ketika kadar air
berkurang di bawah sekitar 10% berat, mikroorganisme tidak aktif. Namun,
biasanya diperlukan untuk menurunkan kadar air di bawah 5% berat dalam
makanan untuk mempertahankan aroma dan nutrisi. Makanan kering dapat
disimpan untuk waktu yang lama.
Metode dan proses pengeringan dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
1. Batch yaitu dimana bahan dimasukkan ke dalam peralatan
pengeringan dan hasil proses pengeringan untuk jangka waktu tertentu
2. Kontinu yaitu dimana bahan tersebut terus ditambahkan ke pengering
dan bahan kering terus menerus dikeluarkan.
Proses pengeringan juga dapat dikategorikan sesuai dengan kondisi fisik
yang digunakan untuk menambahkan panas dan menghilangkan uap air:
1) Dalam kategori pertama, panas ditambahkan oleh kontak langsung
dengan udara panas pada tekanan atmosfer, dan uap air yang terbentuk
dihilangkan oleh udara.
2) Dalam pengeringan vakum, penguapan air berlangsung lebih cepat
pada tekanan rendah dan panas ditambahkan secara tidak langsung
dengan kontak dengan dinding logam atau dengan radiasi (suhu rendah
juga dapat digunakan di bawah vakum untuk bahan-bahan tertentu
yang dapat menghitam atau terurai pada suhu yang lebih tinggi)
3) Dalam pengeringan beku, air disublimasikan dari bahan beku.
Kandungan air keseimbangan
Seperti proses perpindahan massa lainnya, drying juga diperlakukan sama,
yaitu pendekatan dengan hubungan keseimbangan dan juga kecepatan
perpindahan – bahan yang dikeringkan kontak dengan campuran udara uap,
maka diperlukan data keseimbangan antara udara – uap dengan bahan yang
dikeringkan. Variabel yang penting adalah humidity. Suatu padatan basah
jika kontak dengan udara dengan suhu dan kelembaban tetap, setelah lama
akan diperoleh kandungan air dalam bahan mencapai keseimbangan.
Kandungan air disebut kandungan air keseimbangan pada kelembaban suhu
udara tertentu.
Untuk bahan padat tertentu, harga kandungan air keseimbangan tergantung
arah dicapainya keseimbangan, apakah desorpsi (bahan kontak dengan udara
kering) atau adsorpsi (bahan kering kontak dengan udara basah). Untuk
drying keseimbangan desorpsi lebih penting.
Contoh: Padatan non porous yang tidak larut umumnya mempunyai
kandungan air kesetimbangan yang rendah, contoh glass wool, kaolin,
sedang bahan yang berasal dari mahkluk hidup seperti wool, kulit, kayu
mempunyai kandungan air kesetimbangan yang tinggi.
Pengaruh suhu
Kandungan cairan keseimbangan akan berkurang dengan naiknya suhu.
Contoh : kapas pada kelembaban relatif 50%
 Pada suhu 311 K Xc = 7,3 kg H2O/100 kg
 Pada suhu 366 K Xc = 5,3 kg H2O/100 kg

Air terikat dan tidak terikat


Air terikat diperoleh dari kurva pada kelembaban relatif 100%, sedang
kelebihan air yang ada disebut air yang tidak terikat. Bahan yang
mengandung air yang terikat disebut material yang higroskopis. Contoh :
untuk kayu, memotong kurva humidity relatif 100% pada 30 kg H2O/100 kg
maka kayu mempunyai kandungan air < 30 kg H2O/100kg hanya
mengandung air terikat. Jika mengandung 34 kg H2O/100 kg maka 4 kg air
tidak terikat 30 kg air terikat.

Air bebas dan kandungan air kesetimbangan


Kandungan air bebas adalah kandungan air diatas kandungan air
kesetimbangan dan kandungan air bebas ini yang dapat dihilangkan dengan
drying pada suhu dan kelembaban udara tertentu.
Gambar 1 Diagram pengeringan
Kurva kecepatan pengeringan
Pada proses pengeringan suatu bahan dari X1 ke X2, diharapkan untuk
memperkirakan ukuran pengering yang diperlukan, kondisi (suhu dan
kelembaban) udara yang digunakan, waktu pengeringan. Seperti kandungan
air keseimbangan maka kecepatan pengeringan juga harus diperoleh dari
eksperimen.
 Bahan diletakkan pada plate, dan memenuhi seluruh plate
 Jika mungkin digunakan timbangan dalam pengering atau timbangan
diluar
 Pada interval waktu tertentu, bahan ditimbang sampai berat bahan
konstan
 Agar data sesuai dengan skala sebenarnya :
Sampel jangan terlalu kecil/sedikit, dan harus diletakkan pada plate yang
sejenis (sama dengan skala sebenarnya). Rasio luas bahan yang kontak
dengan udara dan yang tidak, serta tebal bed sama dengan skala sebenarnya.
Kecepatan, humidity, suhu, arah aliran udara sama dan konstan, keadaan ini
disebut kondisi pengeringan tetap.
Gambar 2 Kurva kandungan air bebas vs waktu

Gambar 3 Kurva kecepatan pengeringan vs kandungan air bebas

Ada 4 daerah/periode dari kurva pengeringan :


1. Daerah kecepatan pengeringan awal :
A’B : Jika suhu padatan mula-mula lebih tinggi dari suhu keseimbangan
maka kecepatan pengeringan akan turun
AB : Jika suhu padatan mula-mula lebih rendah dari suhu keseimbangan
maka kecepatan pengeringan akan naik.
2. Daerah pengeringan tetap BC : permukaan luar bahan selalu basah oleh
air, air merupakan air tak terikat, sehingga pada saat ini seakan-akan tidak
ada padatan. Periode ini berlangsung selama kecepatan penyediaan
(supply) air dari dalam bahan sama dengan kecepatan penguapan air di
permukaan.
3. Periode kecepatan pengeringan turun linier CD : pada kandungan air kritis
(Xc), tidak semua permukaan basah dan luas permukaan basah akan
berkurang linier sampai D (kering semua)
4. Kecepatan pengeringan turun tak beraturan Mulai dari D, permukaan
penguapan makin masuk ke dalam padatan, panas harus ditransfer sampai
daerah penguapan, dan uap terbentuk harus keluar dari padatan ke
permukaan. Jumlah cairan yang dapat dihilangkan pada periode ini sedikit
tapi perlu waktu lama. Yang mengontrol adalah kecepatan transfer air di
dalam bahan secara difusi ke bidang penguapan.

III. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
1. Oven
2. Plate
3. Timbangan analitik

B. Bahan
1. Pasir
2. Serbuk Gergaji
3. Air

IV. PROSEDUR KERJA


1. Hidupkan oven kemudian atur suhu oven pada 110oC
2. “Tare” timbangan pada angka 0
3. Timbang plate dalam keadaan kosong dan bersih kemudian catat
angkanya
4. “Tare” kembali timbangan pada angka 0
5. Timbang 200 gram pasir
6. “Tare” kembali timbangan pada angka 0
7. Timbang plate beserta pasir kemudian catat angkanya
8. Tambahkan 100 ml air ke dalam pasir yang ditimbang, kemudian
ratakan pasir di atas plate
9. “Tare” kembali timbangan pada angka 0
10. Timbang plate beserta pasir yang telah ditambahkan air, kemudian catat
angkanya
11. Masukkan pasir ke dalam oven dan biarkan selama 10 menit
12. Setelah 10 menit, timbang berat plate beserta pasir kemudian catat
angkanya
13. Setelah ditimbang, masukkan kembali plate beserta pasirnya ke dalam
oven dan biarkan selama 10 menit
14. Setelah 10 menit, timbang berat plate beserta pasir kemudian catat
angkanya
15. Lakukan langkah 11 s/d 14 selang 10 menit sampai selisih beratnya +
0,005 gram
16. Lakukan langkah 1 s/d 15 untuk bahan serbuk kayu dengan menimbang
serbuk kayu 25 gram dan ditambah air 100 ml

V. DATA PENGAMATAN
1. Pasir

Berat Pasir Kering [Ws] (kg) 0,20003


Berat Plate (kg) 0,13959
Luas Plate [A] (m2) 0,07182

X = Xt - X*
Xt = (W - Ws)/Ws
R = - (Ws/A)*(ΔX/Δt)

Waktu (t) Berat Berat


Pasir Pasir
Δt Basa Basa ΔW
Me Xt X ΔX R
Jam (Jam) h + h (kg)
nit
Plate (kg),
(kg) [W]
0,442 0,303 0,514 0,499
0 0 0 0 0 0
62 03 92 63
-
0,166666 0,166 0,429 0,290 0,012 0,450 0,434 1,080
10 0,064
667 67 69 1 93 28 98 179
6
0,333333 0,166 0,411 0,271 0,018 0,358 - 1,537
20 0,343
333 67 29 7 4 3 0,092 146
-
0,166 0,397 0,257 0,013 0,289 0,273 1,156
30 0,5 0,069
67 45 86 84 11 81 201
2
-
0,666666 0,166 0,385 0,246 0,011 0,231 0,216 0,965
40 0,057
667 67 89 3 56 32 02 728
8
50 0,833333 0,166 0,351 0,212 0,034 0,060 0,044 - 2,861
333 67 64 05 25 09 79 0,171 263
2
- - -
0,166 0,339 0,199 0,012 1,043
60 1 0,002 0,017 0,062
67 15 56 49 421
3 6 4
- -
1,166666 0,166 0,352 0,212 0,064 0,049 0,066
70 0,013 1,118
667 67 54 95 59 29 94
39 608
- -
1,333333 0,166 0,341 0,201 0,011 0,008 0,944
80 0,007 0,056
333 67 23 64 31 05 843
2 5
- -
0,166 0,350 0,211 0,055 0,040 0,047
90 1,5 0,009 0,795
67 75 16 64 34 59
52 306
- - -
1,666666 0,166 0,336 0,196 0,014 1,228
100 0,017 0,033 0,073
667 67 05 46 7 046
8 1 5
- - -
1,833333 0,166 0,341 0,201 0,009 0,027
110 0,005 0,005 0,460
333 67 56 97 7 55
51 6 308
- -
0,166 0,350 0,210 0,053 0,037 0,043
120 2 0,008 0,728
67 28 69 29 99 59
72 473
-
2,166666 0,166 0,343 0,203 0,006 0,018 0,003 0,573
130 0,034
667 67 41 82 87 95 65 923
3
- - -
2,333333 0,166 0,335 0,195 0,007 0,661
140 0,020 0,035 0,039
333 67 49 9 92 641
6 9 6
- -
0,166 0,342 0,203 0,015 0,035
150 2,5 0,007 0 0,600
67 68 09 3 94
19 656

2. Sebuk kayu

Berat Serbuk Kayu Kering [Ws] (kg) 0,025


Berat Plate (kg)   0,15888
Luas Plate [A] (m2) 0,06838

X = Xt - X*
Xt = (W - Ws)/Ws
R = - (Ws/A)*(ΔX/Δt)

Berat Berat
Waktu (t)
Serbu Serbu
k k
Kayu Kayu ΔW
Δt (Jam) Xt X ΔX R
Me Basa Basa (kg)
Jam
nit h+ h
Plate (kg),
(kg) [W]
0,257 0,108 3,32 3,58
0 0 0 0 0 0
67 16 64 16
- -
0,166666 0,16666 0,272 0,123 3,93 0,60
10 0,015 4,19 1,334
667 667 88 37 48 84
2 6
-
0,333333 0,16666 0,263 0,114 0,008 3,57 3,83 0,785
20 0,35
333 667 93 42 95 68 2 32
8
-
0,16666 0,244 0,094 0,019 2,79 3,05 1,706
30 0,5 0,77
667 48 97 45 88 4 64
8
-
0,666666 0,16666 0,230 0,080 0,014 2,23 2,49 1,229
40 0,56
667 667 47 96 01 84 36 31
04
-
0,833333 0,16666 0,207 0,057 0,023 1,31 1,57 2,019
50 0,92
333 667 45 94 02 76 28 89
08
-
0,16666 0,204 0,055 0,002 1,21 1,46 0,235
60 1 0,10
667 77 26 68 04 56 16
72
-
1,166666 0,16666 0,183 0,033 0,021 0,34 0,59 1,907
70 0,86
667 667 03 52 74 08 6 58
96
- -
1,333333 0,16666 0,171 0,021 0,011 0,12 1,023
80 0,12 0,46
333 667 37 86 66 96 11
56 64
- -
0,16666 0,175 0,026 0,05 0,31 0,18
90 1,5 0,004 0,403
667 97 46 84 36 4
6 6
1,666666 0,16666 0,173 0,024 0,002 - 0,22 - 0,193
100
667 667 77 26 2 0,02 56 0,08 04
96 8
- -
1,833333 0,16666 0,180 0,031 0,25 0,51 0,28
110 0,007 0,630
333 667 96 45 8 32 76
2 9
- - -
0,16666 0,165 0,015 0,015 1,398
120 2 0,37 0,12 0,63
667 02 51 94 65
96 44 76
-
2,166666 0,16666 0,177 0,028 0,12 0,37 0,50 -
130 0,012
667 667 59 08 32 84 28 1,103
6
- -
2,333333 0,16666 0,180 0,030 0,22 0,47 0,10
140 0,002 0,220
333 667 1 59 36 88 04
5 2
- -
0,16666 0,168 0,018 0,011 1,050
150 2,5 0,25 0 0,47
667 13 62 97 31
52 88

VI. PEMBAHASAN

Pengeringan merupakan metode pengawetan dengan cara pengurangan kadar


air dari bahan sehingga daya simpan dapat diperpanjang. Perpanjangan daya
simpan terjadi karena aktivitas dan enzim menurun sebagai akibat jumlah air
yang dibutuhkan untuk aktivitasnya tidak cukup. Operasi drying dapat
dilakukan menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Pengeringan matahari
2. Pengeringan atmosferik
 Batch: kiln, tower, cabinet dryers
 Konityu: tunnel, belt through conveyorm fluized bed, spraym
drum/roller dryers
3. Pengeringan sub atmosferik: pengeringan vakum, pengeringan beku
Faktor mempengaruhi laju pengeringan itu sendiri ialah suhu, tekanan, laju
aliran udara, luas permukaan bahan, kadar air bahan, dan komposisi kimia
bahan. Pada praktikum drying ini memiliki tujuan untuk mengetahui kadar
air pasir dan serbuk kayu serta laju pengeringannya.juga mengetahui
hubungan perbedaan bahan dengan laju pengeringan.
Praktikum Drying ini menggunakan alat oven sebagai pemanas, plate
sebagai wadah, dan timbanagn analtik. Dan bahan yang digunakan ialah
pasir dan serbuk gaji yang dituang air. Pasir yang digunakan pada percobaan
ini seberat 200 g dan air sebanyak 100 ml, serta serbuka kayu yang
digunakan dalam percobaan ini sebanyak 25 g dan air 100 ml.

Dengan menggunakan metode pengeringan system batch, pertama-tama


timbang plate dalam keadaan kosong dan bersih lalu tare kembali dan
timbang 200 gram pasir. Beri 100 ml air kedalam pasir tersebut kemudian
timbang kembali. Untuk setiap menimbang jangan lupa untuk men-tare
timbangan pada angka nol. Setelah ditimbang dilakukan pemanasan pertama
selama 10 menit. Jika 10 menit telah berlalu keluarkan dan kemudian
timbang plte beserta pasir yang telah ditambahkan air dan dicatat angkanya.
Kemduian dimasukkan kembali ke dalam oven dan dilakukan pemanasan
kembali selama 10 menit. Lakukan hal tersebut hingga selisih berat yang
didapat ialah 0,005 gram.

Begitu pula dengan bahans erbuk kayu, pertama-tama timbang plate dalam
keadaan kosong dan bersih lalu tare kembali dan timbang 25 gram pasir.
Beri 100 ml air kedalam pasir tersebut kemudian timbang kembali. Untuk
setiap menimbang jangan lupa untuk men-tare timbangan pada angka nol.
Setelah ditimbang dilakukan pemanasan pertama selama 10 menit. Jika 10
menit telah berlalu keluarkan dan kemudian timbang plte beserta pasir yang
telah ditambahkan air dan dicatat angkanya. Kemduian dimasukkan kembali
ke dalam oven dan dilakukan pemanasan kembali selama 10 menit. Lakukan
hal tersebut hingga selisih berat yang didapat ialah 0,005 gram.

Selama bahan pasir dan serbuk kayu dimasukkan kedalam oven terjadi
proses pengeringan sesuai dengan tujuan dari praktik drying ini. Dari
percobaan yang dilakukan didapatkan hasil kadar air yang terdapat dalam
kedua bahan berbeda serta laju pengeringan yang terjadi pada kedua bahan
tersebut berbeda. Perbedan kadar air bebas dan laju pengeringan kedua
bahan tersebut berbeda dikarnakan sifat kedua bahan tersebut berbeda, luas
permukaan kedua bahan tersebut berbeda dan kadar air kedua bahan tersebut
berbeda. Semakin lama waktu pengeringan maka kadar air bebas yang
terdapat dalam suatu bahan seharusnya semakin sedikit. Namun dikarnakan
ada beberapa faktor yang menyebabkan grafik yang di buat oleh kelompok
kami menjadi naik turun grafiknya, yang seharusnya saat pemanasan
tersebut grafik hubungan antara waktu dengan kadar air pada kedua bahan
menurun. Faktor lain yang menyebabkan naik turunnya grafik tersebut salah
satunya ialah suhu ruangan yang terdapat saat praktik yang menyebabkan
berat kedua bahan tersebut menjadi naik turun. Begitupun grafik hubungan
kadar air bebas dengan laju pengeringan. Naik turun nya grafik tersebut
dikarnakan beberapa faktor kesalahan serpeti terjadi kesalahan saat
memasukkan data atau pun suhu yang terdapat dalam ruangan saat praktik

K a d a r A ir B e b a s X (k g A ir B e b a s/k g P a sir K e rin g )


yang menyebabkan berat basah pada kedua bahan menjadi naik turun.

VII. TUGAS
1. Buat grafik hubungan antara waktu dengan kadar air bebas untuk bahan
pasir seperti Gambar 3.2 kemudian bagaimana hubungannya!
Grafik Hubungan Antara Waktu Dengan Kadar Air Bebas
Untuk Bahan Pasir
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
-0.1

Waktu t (Jam)

Hubungan antara waktu dengan kadar air bebas pada bahan pasir yaitu
semakin lama waktu pengeringan maka semakin kecil kadar air bebas
yang terdapat dalam pasir. Namun pada grafik tersebut beberapa kali
kadar air bebas nya naik dikarnakan suhu ruangan ataupun salah
menulis data.

2. Buat grafik hubungan antara kadar air bebas dengan laju pengeringan
untuk bahan pasir seperti Gambar 3.3 kemudian bagaimana
hubungannya!
Grafik Hubungan Antara Kadar Air Bebas Dengan Laju
Pengeringan Untuk Bahan Pasir
3.5

2.5

1.5

0.5

0
-0.1 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
-0.5

-1

-1.5

Hubungan antara kadar air bebas dengan laju pengeringan pada bahan
pasir yaitu semakin kecil kadar air pada pasir maka laju pengeringan
makin cepat dikarnakan suhu padatan mula-mula lebih rendah dari suhu
keseimbangan maka kecepatan pengeringan akan naik.

3. Buat grafik hubungan antara waktu dengan kadar air bebas untuk bahan
serbuk kayu seperti Gambar 3.2 kemudian bagaimana hubungannya!
K ad ar A ir B eb as X (k g A ir B eb as/k g S erb u k K ay u
Grafik Hubungan Antara Waktu Dengan Kadar Air Bebas
Untuk Bahan Serbuk Kayu
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
-0.5

Waktu t (Jam)
K erin g )

Hubungan antara waktu dengan kadar air bebas pada bahan serbuk kayu
yaitu semakin lama waktu pengeringan maka semakin kecil kadar air
bebas yang terdapat dalam pasir. Namun pada grafik tersebut beberapa
kali kadar air bebas nya naik dikarnakan suhu ruangan ataupun salah
menulis data.

4. Buat grafik hubungan antara kadar air bebas dengan laju pengeringan
untuk bahan serbuk kayu Gambar 3.3 kemudian bagaimana
hubungannya!
Grafik Hubungan Antara Kadar Air Bebas Dengan Laju
Pengeringan Untuk Bahan Serbuk Kayu
2.5

1.5

0.5

0
-0.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
-0.5

-1

-1.5

-2

Hubungan antara kadar air bebas dengan laju pengeringan pada bahan
serbuk kayu yaitu semakin kecil kadar air pada pasir maka laju
pengeringan makin cepat dikarnakan suhu padatan mula-mula lebih
rendah dari suhu keseimbangan maka kecepatan pengeringan akan naik.

5. Jelaskan perbedaan waktu pengeringan untuk kedua bahan!


Waktu pengeringan yang dihasilkan kedua bahan tersebut tentulah
berbeda. Parameter kedua bahan tersebut memang lah sama, waktu yang
digunakan dalam pengeringan tersebut juga sama, akan tetapi laju
pengeringan yang dipatkan berbeda. Perbedaan laju pengeringan yang
didapatkan itu berbeda dikarnakan kadar air bebas yang terdapat dalam
pasir dan serbuk kayu berberda, ini menyebabkan laju pengeringannya
juga berbeda. Dilihat pada pengeringan di menit 150, pada serbuk kayu
di dapatkan berat pasir basar nya ialah 0,20309 sedangkan pada serbuk
kayu basah ialah 0,0186. Perbedaan waktu keringnya bahan tersebut
dikarnakan luas permukan kedua bahan tersebut yang berbeda serta sifat
bahan tersebut berbeda.jadi perbedaan waktu pengeringan/kering nya
suatu bahan tersebut dikarnakan berbedanya luas permukaan,
berbedanya sifat dari bahan tersebut serta kadar air bebas pada kedua
bahan tersebut.
VIII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang dilakukan didapatkan hasil kadar air yang terdapat
dalam kedua bahan berbeda serta laju pengeringan yang terjadi pada kedua
bahan tersebut berbeda. Perbedan kadar air bebas dan laju pengeringan
kedua bahan tersebut berbeda dikarnakan sifat kedua bahan tersebut berbeda,
luas permukaan kedua bahan tersebut berbeda dan kadar air kedua bahan
tersebut berbeda. Semakin lama waktu pengeringan maka kadar air bebas
yang terdapat dalam suatu bahan seharusnya semakin sedikit. Namun
dikarnakan ada beberapa faktor yang menyebabkan grafik yang di buat oleh
kelompok kami menjadi naik turun grafiknya, yang seharusnya saat
pemanasan tersebut grafik hubungan antara waktu dengan kadar air pada
kedua bahan menurun. Faktor lain yang menyebabkan naik turunnya grafik
tersebut salah satunya ialah suhu ruangan yang terdapat saat praktik yang
menyebabkan berat kedua bahan tersebut menjadi naik turun. Begitupun
grafik hubungan kadar air bebas dengan laju pengeringan. Naik turun nya
grafik tersebut dikarnakan beberapa faktor kesalahan serpeti terjadi
kesalahan saat memasukkan data atau pun suhu yang terdapat dalam ruangan
saat praktik yang menyebabkan berat basah pada kedua bahan menjadi naik
turun. Dan juga jika suhu padatan mula-mula lebih tinggi dari suhu
keseimbangan maka kecepatan pengeringan akan turun, jika suhu padatan
mula-mula lebih rendah dari suhu keseimbangan maka kecepatan
pengeringan akan naik. Ini juga sebagai penyebab naik turun nya grafik laju
kecepaatan pengeringan.

IX. SARAN
1. Saat percobaan perhatikan dengan seksama suhu yang digunakan baik
suhu pada alat dan bahan maupun ruangan agar tidak terjadi kesalahan
berupa terjadinya kelembaban pada bahan yang sedang ilakukan
pengeringan
2. Saat mencatat berat pengeringan setiap menitnya dilakukan dengan
seksama.
DAFTAR PUSTAKA
Melyana, Ella.2019.Modul Praktik Operasi Teknik Kimia (OTK). Modul
Program
Studi Teknik Kimia Polimer, Politeknik STMI Jakarta. Hal 24 s.d 30

Anda mungkin juga menyukai