Anda di halaman 1dari 37

PERCOBAAN IX

KONSOLIDASI

PB-0115-76
AASHTO T-216-74
ASTM D-2435-70

1. TUJUAN

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan sifat pemampatan suatu jenis tanah,
yaitu sifat-sifat perubahan isi dan proses keluarnya air dari dalam pori tanah yang diakibatkan
adanya perubahan tekanan vertikal yang bekerja pada tanah tersebut.

2. DASAR TEORI

Bila tanah jenuh dibebani, maka seluruh beban/tegangan tersebut meula-mula akan
ditahan oleh massa air yang terperangkap dalam ruang pori tanah. Hal ini terjadi karena air
bersifat tidak mudah dimampatkan (incompressible), sebaliknya struktur butiran tanah bersifat
dapat dimampatkan (compressible). Tegangan air yang timbul akibat pembenan tersebut
tegangan air pori lebih (excess pore pressure), dan jika tegangan ini lebih besar dari tegangan
hidrostatis, maka air akan mengalir keluar secara perlahan-lahan dari ruang pori tanah. Seiring
dengan keluarnya air, tegangan akibat pembebanan secara berangsur-angsur dialihkan dan pada
akhirnya akan ditahan seluruhnya oleh kerangka butiran tanah. Kejadian diatas diikuti dengan
proses merapatnya butiran-butiran tanah tersebut satu sama lain, yang mengakibatkan
terjadinya perubahan volume (deformasi), yang besarnya kurang lebih sama dengan volume air
yang keluar.
Dengan demikian, peristiwa konsolidasi dapat didefinisikan sebagai proses
mengalirnya air keluar dari ruang pori tanah jenuh dengan kemampuan lolos air (permeabilitas)
rendah, yang menyebabkan terjadinya perubahan volume, sebagai akibat adanya tegangan
vertical tambahan, yang disebabkan oleh beban luar.
Kecepatan perubahan volume pada proses konsolidasi selain tergantung pada besar
tegangan vertical tambahan, juga sangat ditentukan oleh kemampuan lolos air (permeabilitas)
tanah. Pada tanah pasir/berpasir yang biasanya mempunyai koefisian permeabilitas tinggi,
waktu yang diperlukan untuk proses konsolidasi terjadi relative cepat, sehingga pada umumya
tidak perlu diperhatikan. Sebaliknya pada tanh-tanah lempung, terutama yang nilai
permeabilitasnya sangat rendah, proses konsolidasi akan berlangsung dalam selang waktu yang
lebih lama, sehingga sangat perlu untuk diperhatikan.
Tujuan percobaan ini meliputi penentuan kecepatan dan besarnya penurunan
konsolidasi tanah (rate and magnitude of settlement consolidation) yang ditahan secara lateral
akibat pembebanan dan pengaliran air secara vertical.
Dimana kecepatan penurunan dinyatakan dalam koefisien konsolidasi
(Consolidation Coeficient) Cv, sedangkan untuk penggambaran besarnya penurunan, digunakan
indeks pemampatan (Compression index) Cc.
Kegunaan dari pengujian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai
besaran kecepatan dan penuruanan pondasi bangunan yang didirikan diatas tanah lempung
jenuh.

3. PERALATAN

a. Satu set konsolidasi (consolidation container) yang terdiri dari alat pembebanan dan sel
konsolidasi.
b. Arloji pengukur (ketelitian 0,01 mm dan panjang gerak tangkai minimal 1,0 cm).
c. Beban-beban yakni ; 1 kg, 2 kg, 4 kg.
d. Pemotong yang terdiri dari pisau tipis dan pisau kawat.
e. Alat pengeluaran contoh dari dalam tabung (extruder)
f. Stop watch.
g. Pemegang cincin contoh.
h. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110  5) C.

4. BENDA UJI

a. Cincin (bagian dari konsolidasi) dibersihkan dan dikeringkan, kemudian ditimbang sampai
ketelitian 0,1 gram. Sebelum contoh dikeluarkan dari tabung, ujungnya diratakan dulu
dengan jalan mengeluarkan contoh tersebut 1 - 2 cm, kemudian dipotong dengan pisau.
Permukaan ujung contoh ini harus rata dan tegak lurus sumbu contoh.
b. Cincin dipasang pada pemegangnya kemudian diatur sehingga bagian yang tajam berada
pada 0,5 cm dari ujung tabung contoh.
c. Contoh dikeluarkan dari tabung dan langsung dimasukkan ke dalam cincin sepanjang kira-
kira 2 cm, kemudian dipotong. Agar diperoleh ujung yang rata pemotongan harus
dilebihkan 0,5 cm, kemudian diratakan dengan penentu alat tebal. Pemotongan harus
dilakukan hati-hati agar pisau tidak sampai menekan benda uji tersebut.
5. PROSEDUR PERCOBAAN

a. Benda uji dan cincin kemudian ditimbang dengan ketelitian 0,1 gram.
b. Tempatkan batu pori di bagian atas bawah dari cincin sehingga benda yang sudah dilapis
kertas saring terapit oleh kedua batu pori, masukan ke dalam sel konsolidasi.
c. Pasanglah plat penumpu di atas batu pori.
d. Letakan sel konsolidasi yang sudah berisi benda uji pada alat konsolidasi sehingga bagian
yang runcing dari pelat penumpu menyentuh tepat pada alat pembebanan.
e. Aturlah kedudukan arloji pada angka nol.
f. Pasanglah beban pertama sehingga tekanan pada benda uji sebesar 0,25 kg/cm 2 kemudian
arloji dibaca dan dicatat pada 9,6 detik ; 15 detik ; 21,4 detik ; 29,4 detik ; 38,4 detik ; 1
menit ; 2,25 menit ; 4 menit ; 9 menit ; 16 menit ; 25 menit ; 36 menit ; 49 menit dan 24
jam (sesuai dengan Form No.16). Biarkan beban pertama bekerja sampai pembacaan arloji
tetap (tidak terjadi penurunan lagi), biasanya 24 jam sudah dianggap cukup. Sesudah satu
menit pembacaan, sel konsolidasi diisi dengan air.
g. Setelah pembacaan menunjukkan angka yang tetap atau setelah 24 jam, catatlah pembacaan
arloji yang terakhir. Kemudian pasang beban yang kedua sebesar beban yang pertama
sehingga tekanan menjadi dua kali, kemudian baca dan catatlah arloji sesuai dengan cara (f)
diatas.
h. Lakukan cara (f) dan (g) untuk beban-beban selanjutnya. Beban-beban tersebut
menunjukkan tekanan normal terhadap benda uji masing-masing sebesar ; 0,25
kg/cm2 ; 0,5 kg/cm2 ; 1,0 kg/cm2 ; 2,0 kg/cm2 ; 4,0 kg/cm2 ; 8,0 kg/cm2 dan seterusnya.
i. Beban maksimum ini sebenarnya tergantung pada kebutuhan, yaitu sesuai dengan beban
yang akan bekerja terhadap lapisan tanah tersebut.
j. Setelah pembebanan maksimum dan sudah menunjukkan pembacaan yang tetap, kurangilah
beban dalam dua langkah sampai mencapai beban pertama, misalnya jika dipakai harga-
harga tekanan 0,25 sampai 8,0 kg/cm2, maka sebaiknya beban dikurangi dari 8,0 menjadi
2,0 kg/cm2, dan sesudah itu dari 2,0 menjadi 0,25 kg/cm 2. Pada waktu beban dikurangi,
setiap pembebanan harus dibiarkan bekerja sekurang-kurangnya 5 jam. Arloji penunjuk
hanya perlu dibaca sesudah 5 jam, yaitu saat sebelum dikurangi lagi.
k. Segera setelah pembacaan terakhir dicatat, keluarkan cincin dan benda uji dari sel
konsolidasi, ambilah batu pori dari permukaan atas dan bawah. Keringkan permukaan atas
dan bawah benda uji.
l. Keluarkan benda uji dari cincin dan ditimbang beratnya. Kemudian keringkan dalam oven
selama 24 jam untuk menetukan kadar air dan berat keringnya.
6. DATA
KONSOLIDASI
PB – 0115 - 76

Waktu PEMBEBANAN (Kg)


Pembacaan 1 2 4 8 4 2
0 0 0.80 22.75 28.6
9.6 dt 0.30 12.5 24.5 31.4
15 dt 0.35 12.8 24.6 31.6
21.4 dt 0.40 13.2 24.8 31.8
29.4 dt 0.45 13.3 24.9 32.0
38.4 dt 0.49 13.5 25.0 32.15
1 menit 0.54 13.8 25.15 32.5
2.25 menit 0.63 14.5 25.7 33.0
4 menit 0.66 14.8 26.0 33.4
9 menit 0.69 22.2 26.5 34.05
16 menit 0.71 22.4 26.9 34.4
25 menit 0.72 22.5 27.15 34.7
36 menit 0.73 22.5 27.7 35.0
49 menit 0.74 22.6 27.8 35.2
1 jam 0.75 22.6 27.85 35.3
24 jam 0.80 22.75 28.6 35.77

Kadar Air dan Berat Angka pori dan


Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Bersih Derjat Kejenuhan
Berat contoh basah dan
93,9 101.5 Tinggi contoh Ho = 2 cm H1= 1.64
cincin (gr)
Berat cincin (gr) 46,1 46,1 Angka pori, e 0.29 0.72
Berat contoh basah (gr) 47.8 55.4 Derajat kejenuhan 38.46 39.38
Berat contoh kering
42.8 42.8 Berat jenis Gs 2.46 2.46
(gr)
Berat air (gr) 5.0 12.6
Kadar air (%) 11.68 29.44
Berat isi (gr/cm3) 1.22 1.41
Contoh Perhitungan :
 Berat Air = Berat contoh basah – berat contoh kering
= 55.4 – 42.8
= 12.6 gr
Berat Air
 Kadar Air =
Berat contoh kering
12. 6
x100 %
= 42 .8 = 29.44 %
1
π
 Volume = 4 .d2. t
1
π
= 4 .4.992 . 2
= 39.13 cm3
Berat contoh tanah basah
 Berat Isi =
volume
55.4
= = 1.41 gr/cm3
39.13
Berat contohtanah kering
 Berat Isi Kering =
volume
42.8
= = 1.09 gr/cm3
39.13
 Berat Isi Pori = Berat Isi – Berat Isi Kering
= 1.41 – 1.09
= 0.32 gr/cm3
 Angka Pori (e1) = w.Gs
= 0.2944 x 2.46
= 0.72
berat tanah basah−berat tanah kering
 Derajat Kejenuhan = x 100 %
berat isi pori
55.4−42.8
= x 100 %
0.32
= 39.38 %
Tekanan H Penurunan e=eO−Δe Koefisien
Δe=1 . 038 Δh Perubahan
(Kg) (cm) Δh cm (e0=1.077) Volume (mv)
0 2.00 0 0 0 0
1 1.92 0.08 0.0830 0.9940 0.0196
2 1.7725 0.2275 0.2361 0.8409 0.0213
4 1.714 0.286 0.2969 0.7801 0.0220
8 1.6423 0.3577 0.3713 0.7057 0.0230
4 1.649 0.351 0.3643 0.7127 0.0229
2 1.656 0.344 0.3571 0.7199 0.0228

Contoh Perhitungan :

 Penurunan ( Δh ) = 2.00 –0.08


= 1.92 cm

∆h ∆e
 =
H 1+e 0

atau

∆ e 1+e 0 1+e 1+ ∆ e
= =
∆h H H

∆ h=2−1.656=0.344 cm

∆e 1+0.72+∆ e
=
0.344 2

∆ e=0.357

e 0=e 1+ ∆ e=0.72+0.357=1.077

∆ e 1+e 0
=
∆h H

∆ e 1+1.077
= =1.038
∆h 2
∆ e=1.038 ∆ h

0.9940−0.7199
 Koefisien pemampatan (av) =
8−1

= 0.0392 cm2/kg

av 0.0392
 Koefisien perubahan volume (mv) = = =0.0196 cm2/kg
1+ e 1 1+ 0.9940

e 1−e 2 0.9940−0.7199
= =0.3035
 Indeks pemampatan (Cc) = p2 8
log log
p1 1

Grafik Penurunan dengan Pembebanan 1 Kg


Penurunan (mm)

Waktu (Jam)
Grafik Penurunan dengan Pembebanan 2 Kg
Penurunan (mm)

Waktu (Jam)

Grafik Penurunan dengan Pembebanan 4 Kg


Penurunan (mm)

Waktu (Jam)
Grafik Penurunan dengan Pembebanan 8 Kg
Penurunan (mm)

Waktu (Jam)
Grafik Konsolidasi
Angka Pori (e)

Tekanan (Kg)

Grafik Konsolidasi
Koefisien Perubahan Volume (mv)

Tekanan (Kg)

7. KESIMPULAN
 Nilai Koefisien Perubahan Volume pada pembebanan 1 kg sebesar 0.0196 cm 2/kg
sedangkan pada pembebanan 8 kg di dapat nilai Koefisien Perbahan Volume sebesar
0.0230 cm2/kg.
 Tinggi awal (Ho) benda uji adalah 2 cm dan mengalami penurunan sebesar 0.3577 cm
pada pembebanan 8 kg akan tetapi di akhir pengujian pada saat beban di kurangi 6 kg
menjadi 2 kg penurunan mengalami perubahan nilai menjadi 0.344 cm. Sehingga tinggi
efektif (Ht) benda uji sebesar 1.656 cm.

8. NOTASI & KETERANGAN

Ht = tinggi efektif benda uji (cm)


Gs = berat jenis tanah
Ho = tinggi contoh semula ( Ho = 2 cm)
Bk = berat tanah kering (gram)
Sr = derajat kejenuhan (%)
w = kadar air (%)
eo = angka pori

Form.No.16
LOKASI :
JENIS TANAH :
DIKERJAKAN : TANGGAL PERCOBAAN :

KONSOLIDASI

PB - 0115 -76

Waktu Pembebanan (kg/cm2)

Pembacaan 1 2 4 8 4 2 1 0

0 0 0,050 0,167 0,271 0,371 0,365

9,6 detik 0,022 0,113 0,217 0,310 0,369

15 detik 0,024 0,117 0,221 0,315 0,368

21,4 detik 0,025 0,120 0,225 0,316 0,368

29,4 detik 0,026 0,124 0,227 0,317 0,368


38,4 detik 0,027 0,126 0,230 0,318 0,368

1 menit 0,0285 0,132 0,233 0,321 0,367

2,25 menit 0,032 0,137 0,241 0,326 0,367

4 menit 0,0345 0,141 0,244 0,330 0,367

9 menit 0,038 0,147 0,250 0,335 0,366

16 menit 0,0404 0,150 0,255 0,342 0,366

25 menit 0,0422 0,153 0,258 0,346 0,366

36 menit 0,0449 0,155 0,261 0,350 0,366

49 menit 0,045 0,156 0,262 0,353 0,366 0,357

……..

……..

……..

24 jam 0,050 0,167 0,271 0,371 0,365 0,356

Kadar air dan Berat air Sebelum sesudah Angka pori dan sebelum Sesudah
Derajat kejenuhan

Berat contoh basah dan 110,4 110 Tinggi contoh Ho = 2cm


cincin (gr)

Berat cincin (gr) 46 46 Angka pori, e

Berat contoh basah (gr) 64,4 63,9 Kadari air (%)

Berat contoh kering (gr) 48,5 47,2 Derajat kejenuhan

Berat air (gr) 15,9 16,7 Berat jenis,Gs

Kadar air (%) 32,78

Berat isi (gr/cm3) 1,64

7. ANALISA DATA
KONSOLIDASI
PB – 0115 - 76
WAKTU PEMBEBANAN
Pembacaan 1 2 4 8 4 2 1 0
0 0 0,050 0,167 0,271 0,371

9,6 detik 0,022 0,113 0,217 0,310 0,369

21,4 detik 0,025 0,120 0,225 0,316 0,368

38,4 detik 0,027 0,126 0,230 0,318 0,368

1 menit 0,0285 0,132 0,233 0,321 0,367


2,25 menit 0,032 0,137 0,241 0,326 0,367

4 menit 0,0345 0,141 0,244 0,330 0,367

9 menit 0,038 0,147 0,250 0,335 0,366

16 menit 0,0404 0,150 0,255 0,342 0,366

25 menit 0,0422 0,153 0,258 0,346 0,366

36 menit 0,0449 0,155 0,261 0,350 0,366

49 menit 0,045 0,156 0,262 0,353 0,366

24 jam 0,050 0,167 0,271 0,371 0,365

Korelasi
cm

Angka pori dan


Kadar Air dan Berat Sebelum Sesudah Derjat Sebelum Sesudah
Bersih Kejenuhan
Berat contoh basah dan 110,4 110 Tinggi contoh Ho = 2 cm H1=1.702
cincin (gr)
Berat cincin (gr) 46 46 Angka pori, e 1.5575 1.1767
Berat contoh basah (gr) 64,4 64 Kadar air (%) 54.88 45.84
Berat contoh kering (gr) 48,5 48,5 Derajat 23.52 20.86
kejenuhan
Berat air (gr) 15,9 15,5 Berat jenis Gs 2.69
Kadar air (%) 32,78 31,95
Berat isi (gr/cm3) 1,64 1,63

Contoh Perhitungan :
 Berat Air = Berat contoh basah – berat contoh kering
= 64,4 - 48,5
= 15,9 gr
Berat air
x 100 %
Berat contoh ' nahke ' ring
ta

 Kadar Air =
15,9
x100 %
= 48,5 = 32,78 %
1
π
 Volume = 4 .d2. t
1
π
= 4 .6,502 . 2
= 66,38 cm3
Beratcontoh tan ahbasah
 Berat Isi = volume
108
=1 . 627 gr /cm
= 66 .36 3

 Angka Pori = w.Gs (Tanah Jenuh )


= 0.579 x 2.69
= 1.5575
 Derajat Kejenuhan =
beratta ' nahbasah−beratta ' nahke ' ring 1. 08−69 .73
x 100 %= x 100 %
berat isi pori
1 . 627
= 23.52%
Tekanan Dial Penurunan
Δe=
Δh e=eO−Δe √ t 90 Cvx 103
Δh Ηt
Readim
g (cm)
cm √ det ik
0.25 16.8 0 30.25 1.4868 5.5 0.0280
0.50 27.5 10.7 2.7889 1.4298 1.67 0.3041
1 67.5 40 2.7225 1.3447 1.65 0.3115
2 67.85 0.35 5.76 1.2143 2.4 0.1472
4 68.3 0.45 0.9216 1.0691 0.96 0.9201

Contoh Perhitungan :

 Penurunan ( Δh ) = 0.0579 – 0.0026


= 0.0553 cm

Ws
 Ht = A x Gs
69.73
(33.17x 2. 69)
=
= 0.78

Δh 0. 0553
Δe=
 Ηt = 0. 78 = 0.0707

1 . 4868 -1.0691
 Koefisien pemampatan (Cv) = 4-0. 25

= 0.114

√ t 90 = 1.7 menit
t 90(1.7)2 = 2.89 menit
= 173.4 dt

(1.1999 - 0.6577)
 Indeks pemampatan (Cc) = ( 4 - 0.25)
= 0.1445
0. 848x12
 CV = 174 . 3 = 4.89 . 10-3 cm2/dt
TEKANAN (Kg/cm2)

9. KESIMPULAN
 Harga Cv rata-rata dadapat dari grafik percobaan pemampatan dimana Cv rata-rata = 4.89
mm2/dtk
 Cc = kurva pemampatan mencari kemiringan asli
 Cs = kurva pemampatan mencari kemiringan laboraturium

10. NOTASI & KETERANGAN

Ht = tinggi efektif benda uji (cm)


Gs = berat jenis tanah
Ho = tinggi contoh semula ( Ho = 2 cm)
Bk = berat tanah kering (gram)
Sr = derajat kejenuhan (%)
w = kadar air (%)
eo = angka pori
Gs = berat jenis tanah
Cv = koefisien konsolidasi (cm2/detik)
Hm = tinggi benda uji rata-rata pada pembebanan yang bersangkutan (cm)
T90 = waktu untuk mencapai konsolidasi 90% (detik).
PERCOBAAN X
PERMEABILITY TEST

1. TUJUAN

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui dan menentukan koefisien daya rembes
(k) pada suatu contoh tanah. Sedangkan yang dimaksud dengan permeability adalah
kemungkinan adanya air yang merembes melalui satu jenis tanah. Apabila porositas tanah
makin besar, maka makin besar pula air yang merembes pada tanah tersebut, atau makin besar
pula koefisien permeability (k) tanah tersebut.

2. DASAR TEORI

Air yang terdapat didalam tanah dapat dibedakan atas air absorbsi yakni air yang
diabsorbsi oleh permukaan butir-butir tanah, air kapiler yakni air yang tertahan dalam pori oleh
tegangan permukaan, dan air gravitasi yakni air yang bergerak sepanjang gravitasi. Air yang
berada dalam tanah adalah bebas dalam zone jauh (saturation zone) yang selanjutnya dapat
dibedakan atas air tanpa tekanan dengan pemukaan yang bebas dan air tanah dengan tekanan
tanpa tekanan bebas.
Air yang merembes melalui bendungan urugan atau tanggul adalah juga air gravitasi.
Air gravitasi yang mengalir dalam tanah disebabkan oleh energi sebagai berikut :
1. Energi potensial yang disebabkan oleh posisi atau perbedaan tinggi
2. Energi tekanan yang disebabkan oleh tekanan air atau tekanan lain
3. Energi kinetis yang disebabkan oleh kecepatan aliran
Air yang merembes dalam tanah, biasa mengalir mengikuti keadaan aliran air lamiler.
Kecepatan aliran air rembesan dinyatakan oleh hukum darcy sebagai berikut :

v=k.i
Dimana :
i = gradien hidrolis = ∆h/1
k = koefisien permeabilitas….(cm/dt)
Koefisien permeabilitas tergantung dari jenis serta kerapatan tanah. Pada umumnya
koefisien permeabilitas itu mempunyai harga yamg berbeda-beda seperti yang tercantum dalam
table dibawah ini.
Tabel nilai koefisien permeabilitas secara kasar

k
Soil Type
( cm/sec ) ( ft/min )
Clean gravel 1.0-100 2.0-200
Coarse sand 1.0-0.01 2.0-0.02
Fine sand 0.01-0.001 0.02-0.002
Silty 0.001-0.00001 0.002-0.00002
Clay Lebih kecil – 0.000001 Lebih kecil – 0.000002
Sumber : Braja M. Das, Mekanika Tanah 1, Hal 85

Dalam memilih jenis tanah bagi bahan konstruksi penahan seperti tanggul penahan
sungai atau bendungan urugan, maka permeabilitas tanah adalah sifat yang perlu diperhatikan
disamping karakteristik pemadatanya. Permeabilitas tanah merupakan salah satu karakteristik
yang penting untuk memperkirakan volume air rembesan pada pekerjaan galian sedalam muka
air tanah atau lebih dalam lagi.
Untuk mengetahui permeabilitas tanah, biasanya digunakan uji permeabilitas. Untuk
mengetahui permeabilitas lapisan tanah setempat digunakan cara dengan mengukur fluktuasi
muka air tanah dari lapisan tanah disekitarnya setelah air dipompa keluar melalui suatu
sumuran atau sebaliknya, kadang-kadang digunakan cara menuangkan air dalam sumuran.
Mengingat air rembesan dalam tanah bergerak sepanjang pori tanah maka rembesan itu
sudah tentu berkaitan dengan angka pori tanah atau diameter butir tanah.

3. PERALATAN

a. Tabung silinder diameter 10 cm dan tinggi 13 cm.


b. Gelas ukur.
c. Thermometer.
d. Tabung reservoir, sekaligus sebagai bak perendaman.
e. Alat ukur falling head.
f. Stop-watch.
g. Mistar.
4. PROSEDUR PERCOBAAN

a. Sampel tanah yang akan diudji diambil langsung dengan menekan tabung silinder ke dalam
tanah sampai penuh.
b. Tabung dan tanah dimasukkan ke dalam kotaknya dan direndam dalam reservoar sampai
penuh.
c. Reservoir atau kotak tabung dihubungkan dengan alat pengukur head, setelah itu air
dialirkan jatuh bebas dari ketinggian tertentu yang mana nantinya akan merembes melalui
tanah.
d. Ketinggian air mula-mula dicatat (h0), sampai pada suatu ketinggian dimana air akan turun
(h1), juga dicatat interval waktu.
5. DATA
Form.No.20
LOKASI :
JENIS TANAH :
DIKERJAKAN : TANGGAL PERCOBAAN :

PERMEABILITY TEST
6 ANALISA DATA
Tanggal Panjang Tempe- Waktu Tinggi Selang Permea- μT ° C Permea-
pengam- sample ratur t Muka waktu bility μ20°C bility
atan L (cm) (˚C) (dtk) air
h (cm)
(detik)
¿
(K )
T °C ¿ ¿ ¿ (K 20 )

8-06-22 6,31 27 0 0 - - 0,867 -


8-06-22 6,31 27 5 6 5 0,216 0,867 0.187
8-06-22 6,31 27 10 12 5 0.163 0,867 0.141
8-06-22 6,31 27 15 24 5 0.110 0,867 0.095
8-06-22 6,31 27 20 28 5 0.098 0,867 0.085
8-06-22 6,31 27 25 48 5 0.056 0,867 0.049
8-06-22 6,31 27 30 53 5 0.049 0,867 0.042
8-06-22 6,31 27 35 54 5 0.047 0,867 0.041
8-06-22 6,31 27 40 57 5 0.043 0,867 0.037
8-06-22 6,31 27 45 58 5 0.042 0,867 0.036
8-06-22 6,31 27 50 64 5 0.034 0,867 0.030
8-06-22 6,31 27 55 70 5 0.027 0,867 0.024
8-06-22 6,31 27 60 76 5 0.021 0,867 0.018
8-06-22 6,31 27 65 82 5 0.015 0,867 0.013
8-06-22 6,31 27 70 88 5 0.010 0,867 0.009

Contoh perhitungan
a.L ho
 Permeability (KToC) = 2.3 ( ) log ( ¿
A.t h1
= 2.3 ((1.838 x 6.2)/(30.175 x 5 )) log (100/6)
= 0.216 cm/dtk
 Permeability (K20oC) = KToCx µToC / µ20oC
= 0.216 x 0.867
K = 0.187 cm/dtk
= (Jenis tanah pasir kasar)

Keterangan :
kT 0c = permeability tanah pada suhu T0C
a = luas pipa (cm2)
d = diameter pipa (cm)
L = tinggi atau panjang sampel (cm)
A = luas sampel (cm2)
t = interval waktu penurunan dari h0 ke h1.
h0 = tinggi antara permukaan air dalam pipa dan kontainer pada pembacaan
pertama (cm)
h1 = tinggi antara permukaan air dalam pipa dan kontainer pada
k20 0c = permeability tanah pada temperatur standar
μ
T0
c
μ 200 c
= faktor koreksi (lihat tabel terlampir)

7. Kesimpulan
 Semakin besar koefisien permeability (K) suatu jenis tanah maka semakin besar pula
kadar air yang merembes pada tanah tersebut.
 Pada percobaan di atas diperoleh harga permeability :
Pada selang waktu 5 detik
(KToC) = 0.216 cm/dtk
(K20) = 0.187 cm/dtk
Pada selang waktu 70 detik
(KToC) = 0.010 cm/dtk
(K20) = 0.009 cm/dtk
 Pada percobaan permeabilitas dengan menggunakan Constant head yang diukur adalah
air yang keluar dari selang pembuang.
 Percobaan dihentikan setelah air yang keluar dari selang pembuang konstan.
PERCOBAAN XI
PEMERIKSAAN KEPADATAN TANAH
(STANDARD COMPACTION TEST)

PB-0111-76
AASHTO T-99-74
ASTM D-698-70

1. TUJUAN

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan hubungan antara kadar air dan berat isi kering
suatu contoh tanah dengan memadatkan di dalam cetakan silinder berukuran tertentu dengan
menggunakan alat penumbuk 4,5 kg dan tinggi jatuh 45,7 cm. Disamping itu juga menentukan
kadar air optimum untuk suatu kepadatan kering maksimum dari contoh tanah
Pemeriksaaan kepadatan dapat dilakukan dengan 4 (empat) macam cetakan berikut :
- Cara A : cetakan diameter 102 mm ; bahan lewat saringan 4,75 mm (No. 4).
- Cara B : cetakan diameter 152 mm ; bahan lewat saringan 4,75 mm (No. 4).
- Cara C : cetakan diameter 100 mm ; bahan lewat saringan 19 mm (3/4).
- Cara D : cetakan diameter 152 mm ; bahan lewat saringan 19 mm (3/4).
Bila tidak ditentukan cara yang harus dilakukan maka ditetapkan cara A atau cara D

2. DASAR TEORI

Sebelum mendirikan bangunan sipil kadang-kadang diperlukan pemadatan terlebih tanah


dahulu, untuk meningkatkan daya dukung tanah maupun untuk maksud-maksud lain seperti
kerapatan tanah. Pemadatan tersebut berfungsi untuk meningkatkan kekuatan tanah, sehingga
dengan demikian meningkatkan daya dukung pondasi diatasnya. Pemadatan juga dapat
mengurangi besarnya penurunan tanah yang tidak diinginkan serta dapat meningkatkan lereng
timbunan.
Pemadatan tanah dapat didefinisikan sebagai suatu proses memampatkan butir-butir tanah
dengan mengeluarkan butir udara yang ada dari dalam pori-pori tanah dengan cara mekanis.
Selain itu pemadatan tanah juga bertujuan untuk :
1. Meningkatkan gaya geser tanah
2. Memperkecil nilai permeabilitas tanah
3. Memperkecil nilai pemampatan tanah.
Faktor – faktor yang mempengaruhi hasil dari suatu proses pemadatan antara lain;
besarnya energi pemadatan, kandungan air dalam tanah, serta jenis tanah. Dan tujuan akhir dari
pengujian ini adalah untuk mendapatkan kadar air yang optimum sehingga akan diperoleh
kepadatan yang paling maksimum.
Beberapa istilah penting yang sering dijumpai dalam percobaan pemadatan di
laboratorium, yakni :
Pemadatan (Compaction) adalah proses merapatkan butiran – butiran tanah secara
mekanis, yang mennyebabkan keluarnya udara dari ruang pori, sehingga meningkatakan
kepadatan tanah.
Kadar Air Optimum (Optimum Moisture Content – OMC) adalah kadar air dari suatu
contoh tanah, yang jika dipadatkan dengan enersi pemadatan tertentu, akan menghasilkan nilai
kepadatan maksimum (γdry maks).
Kepadatan Kering Maksimum (Maximum Dry Density - γ dry maks) adalah kepadatan kering
yang didapatkan, jika suatu contoh tanah dengan kadar air optimum dipadatkan dengan enersi
tertentu.
Pemadatan Relatif (Relative Compaction) adalah prosentase perbandingan antara γdry yang
dicapai dilapangan terhadap γdry maks yang didapat dari percobaan dilaboratorium.
Garis Kejenuhan (Saturation/Zero Air Vords Line – ZAVC) adalah garis yang
menunjukkan hubungan antara γdry dan kadar air (w) untuk tanah dalam keadaan jenuh.

3. PERALATAN

a. Cetakan diameter 102 mm (4"), kapasitas 0, 000943  0, 000008 m3, dengan diameter
dalam 101,6  0,406 mm, tinggi 116,43  0,1270 mm (Lihat gambar No. 2).
b. Cetakan diameter 152 mm (6), kapasitas 0, 002124  0,000021 m3, dengan diameter
dalam 152,4  0,660 mm, tinggi 116,43  0,1270 mm (Lihat gambar No. 3). Cetakan-
cetakan harus diberi logam yang mempunyai dinding teguh sesuai dengan ukuran diatas.
Cetakan harus dilengkapi dengan leher sambung, dibuat dari bahan yang sama dengan
tinggi  60 mm yang dipasang kuat-kuat dan dapat dilepaskan. Cetakan-cetakan yang telah
dipergunakan beberapa lama sehingga tidak memenuhi syarat toleransi diatas, masih dapat
dipergunakan bila toleransi tersebut tidak dilampaui lebih dari 50 %.
c. i. Alat tumbuk tangan dari logam yang mempunyai permukaan tumbuk rata diameter
50,8  0,127 mm, berat 2,496  0,009 kg dilengkapi dengan selubung yang bisa
mengatur tinggi jatuh secara bebas setinggi 304,8  1,524 mm. Selubung harus
sedikitnya mempunyai 2 x 4 buah lubang udara yang berdiameter tidak lebih kecil dari
9,5 mm (3/8) dengan poros tegak lurus satu sama lain berjarak 19 mm dari kedua
ujung. Selubung harus cukup longgar sehingga batang penumbuk dapat jatuh bebas
tanpa terganggu.
ii. Dapat juga dipergunakan alat tumbuk mekanis dari logam yang dilengkapi alat

pengontrol tinggi jatuh bebas 304,8  1,524 mm dan dapat membagi-bagi tumbukan
secara merata diatas permukaan. Alat penumbuk harus mempunyai permukaan tumbuk
yang berdiameter 50,8  0,127 mm, berat 2,496  0,009 kg.

d. Alat pengeluar contoh (sample extruder).


e. Alat perata dari besi sepanjang 25 cm, salah satu sisi memanjang harus tajam dan sisi lain
datar.
f. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110  5)C.
g. Timabangan kapasitas 11,5 kg dengan ketelitian 5 gram.
h. Saringan 50 mm (2"), 19 mm (3/4") dan 4,75 mm (No. 4).
i. Talam, alat pengaduk dan sendok.

4. BENDA UJI

a. Bila contoh tanah yang diterima dari lapangan masih dalam keadaan lembab, keringkan
contoh tersebut sehingga menjadi gembur, pengeringan dapat dilakukan di udara terbuka
atau dengan alat pengering lain, dengan suhu tidak lebih dari 60 C. Kemudian gumpalan-
gumpalan tanah ditumbuk, tetapi butir aslinya tidak pecah.
b. Tanah yang sudah gembur disaring dengan saringan 4,75 mm (no. 4) untuk cara A dan B
serta dengan saringan 19 mm (3/4") untuk cara C dan D.
c. Jumlah contoh yang sesuai untuk masing-masing cara pemeriksaan adalah sebagai berikut :
 Cara A sebanyak 20 kg
 Cara B sebanyak 45 kg
 Cara C sebanyak 35 kg
 Cara D sebanyak 70 kg
Selisih kadar air masing-masing bagian diambil antara 1 sampai 3%.
d. Benda uji dibagi menjadi 6 bagian dan tiap bagian dicampur air yang telah ditentukan dan
diaduk sampai merata. Penambahan air diatur, sehingga didapat benda uji sebagai berikut :
 3 contoh dengan kadar air kira-kira dibawah optimum.
 3 contoh dengan kadar air kira-kira diatas optimum.
e. Masing-masing benda uji dimasukkan ke dalam kantong plastik dan disimpan selama 12
jam atau sampai kadar airnya merata.

5. PROSEDUR PERCOBAAN
Cara A :

a. Timbang cetakan (mold) diameter 102 mm dan keping alasnya dengan ketelitian 5 gram
(B1).
b. Cetakan (mold), leher (collar) dan keping alasnya (base plate) dipasang jadi satu dan
ditempatkan pada landasan yang kuat.
c. Ambil salah satu dari ke enam contoh tersebut kemudian diaduk dan dipadatkan di dalam
cetakan dengan cara sebagai berikut :
Jumlah keseluruhan tanah yang digunakan harus tepat, sehingga tinggi kelebihan tanah
yang diratakan setelah leher dilepas tidak lebih dari 0,5 cm. Pemadatan dilakukan dengan
alat penumbuk standar 4,54 kg dengan tinggi jatuh 45,7 cm. Tanah dipadatkan dalam 3
lapisan dengan 25 kali tumbukan.
d. Potong kelebihan tanah dari bagian keliling leher dengan pisau dan lepaskan leher sambung
(collar).
e. Pergunakan alat perata untuk meratakan kelebihan bahan sehingga betul-betul rata dengan
permukaan cetakan (mold). Lubang-lubang yang terjadi pada permukaan karena lepasnya
butir-butir kasar, harus ditambal dengan bahan-bahan yang berbutir lebih halus.
f. Timbang cetakan yang berisi benda uji beserta keping alasnya dengan ketelitian 5 gram
(B2).
g. Keluarkan benda uji tersebut dari cetakan dengan mempergunakan alat pengeluar benda uji
(sample extruder) dan potong sebagian kecil dari benda uji pada keseluruhan tingginya
untuk pemeriksaan kadar air. Tentukan kadar air dari masing-masing benda uji sesuai
dengan PB - 0106- 76.

Cara B

a. Timbang cetakan (mold) diameter 152 mm dan keping alasnya dengan ketelitian 5 gram
(B1).
b. Cetakan leher (mold collar) dan keping alasnya (base plate) dipasang jadi satu dan
ditempatkan pada landasan yang kuat.
c. Ambil salah satu dari ke enam contoh diaduk dan dipadatkan di dalam cetakan dengan cara
sebagai berikut :
Jumlah keseluruhan tanah yang digunakan harus tepat sehingga tinggi kelebihan tanah yang
diratakan setelah leher dilepas tidak lebih dari 0,5 cm. Pemadatan dilakukan dengan alat
penumbuk standar 4,54 kg dengan tinggi jatuh 45,7 cm. Tanah dipadatkan dalam 3 lapisan
dengan 56 kali tumbukan.
d. Potong kelebihan dari bagian kelebihan keliling dengan pisau dan lepaskan leher sambung
(mold collar).
e. Pergunakan alat perata untuk meratakan kelebihan bahan sehingga betul-betul rata dengan
permukaan cetakan (mold). Lubang-lubang yang terjadi pada permukaan karena lepasnya
butir-butir kasar, harus ditambal dengan bahan-bahan yang berbutir lebih halus.
f. Timbang cetakan yang berisi benda uji beserta keping alasnya dengan ketelitian 5 gram
(B2).
g. Keluarkan benda uji tersebut dari cetakan dengan mempergunakan alat pengeluar benda uji
(extruder) dan potong sebagian kecil dari benda uji pada keseluruhan tingginya untuk
pemeriksaan kadar air, tentukan kadar air dari masing-masing benda uji sesuai dengan PB -
0106 - 76.

Cara C :

a. Timbang cetakan (mold) diameter 102 mm dan keping alasnya dengan ketelitian 5 gram
(B1).
b. Cetakan (mold), leher (collar) dan keping alasnya (base plate) dipasang jadi satu dan
ditempatkan pada landasan yang kuat.
c. Ambil salah satu dari ke enam contoh tersebut kemudian diaduk dan dipadatkan di dalam
cetakan dengan cara sebagai berikut :
Jumlah keseluruhan tanah yang digunakan harus tepat, sehingga tinggi kelebihan tanah
yang diratakan setelah leher dilepas tidak lebih dari 0,5 cm. Pemadatan dilakukan dengan
alat penumbuk standar 4,54 kg dengan tinggi jatuh 45,7 cm. Tanah dipadatkan dalam 3
lapisan dengan 25 kali tumbukan.
d. Potong kelebihan tanah dari bagian keliling leher dengan pisau dan lepaskan leher sambung
(collar).
e. Pergunakan alat perata untuk meratakan kelebihan bahan sehingga betul-betul rata dengan
permukaan cetakan (mold). Lubang-lubang yang terjadi pada permukaan karena lepasnya
butir-butir kasar, harus ditambal dengan bahan-bahan yang berbutir lebih halus.
f. Timbang cetakan yang berisi benda uji beserta keping alasnya dengan ketelitian 5 gram
(B2).
g. Keluarkan benda uji tersebut dari cetakan dengan mempergunakan alat pengeluar benda uji
(sample extruder) dan potong sebagian kecil dari benda uji pada keseluruhan tingginya
untuk pemeriksaan kadar air. Tentukan kadar air dari masing-masing benda uji sesuai
dengan PB - 0106- 76.

Cara D

a. Timbang cetakan (mold) diameter 152 mm dan keping alasnya dengan ketelitian 5 gram
(B1).
b. Cetakan leher (mold collar) dan keping alasnya (base plate) dipasang jadi satu dan
ditempatkan pada landasan yang kuat.
c. Ambil salah satu dari ke enam contoh diaduk dan dipadatkan di dalam cetakan dengan cara
sebagai berikut :
Jumlah keseluruhan tanah yang digunakan harus tepat sehingga tinggi kelebihan tanah
yang diratakan setelah leher dilepas tidak lebih dari 0,5 cm. Pemadatan dilakukan dengan
alat penumbuk standar 4,54 kg dengan tinggi jatuh 45,7 cm. Tanah dipadatkan dalam 3
lapisan dengan 56 kali tumbukan.
d. Potong kelebihan dari bagian kelebihan keliling dengan pisau dan lepaskan leher sambung
(mold collar).
e. Pergunakan alat perata untuk meratakan kelebihan bahan sehingga betul-betul rata dengan
permukaan cetakan (mold). Lubang-lubang yang terjadi pada permukaan karena lepasnya
butir-butir kasar, harus ditambal dengan bahan-bahan yang berbutir lebih halus.
f. Timbang cetakan yang berisi benda uji beserta keping alasnya dengan ketelitian 5 gram
(B2).
g. Keluarkan benda uji tersebut dari cetakan dengan mempergunakan alat pengeluar benda uji
(extruder) dan potong sebagian kecil dari benda uji pada keseluruhan tingginya untuk
pemeriksaan kadar air, tentukan kadar air dari masing-masing benda uji sesuai dengan PB -
0106 - 76.
6. DATA
PROYEK : TANGGAL PERCOBAAN :
LOKASI : TANGGAL PENIMBANGAN:
JENIS TANAH :
DIKERJAKAN :

PERCOBAAN PEMADATAN
(STANDARD COMPACTION TEST)
PB-0111-76

Berat Tanah Basah (gr) 2000 2000 2000 2000 2000 2000

Kadar air mula-mula (%) - - - - - -

Penambahan air (%) 100 100 100 100 100 100

Penambahan air (cc) 100 200 300 400 500 600

Berat isi :
Berat tanah + cetakan (gr) 6100 6050 6250 6250 6500 6500
Berat cetakan (gr) 4700 4700 4700 4700 4700 4700
Berat tanah basah (gr) 1400 1350 1550 1550 1800 1800
Isi cetakan (cm3) 948.5 948.5 948.5 948.5 948.5 948.5
Berat isi basah (gr/cm3) 1.476 1.423 1.634 1.634 1.898 1.898
Berat isi kering (gr/cm3) 1.476 1.423 1.634 1.634 1.898 1.898

Kadar air :
Berat tanah + cawan (gr)

Berat kering + cawan (gr)

Berat air (gr)

Berat cawan (gr)


Berat tanah kering (gr)

Kadar air (%)

7. ANALISA DATA
PERCOBAAN PEMADATAN
PB-0111-76/PB0112-76
Jenis Tanah Modified
Berat Tanah Basah ( gr ) 2000 2000 2000 2000 2000 2000
Kadar air mula (%) - - - - - -
Penambahan Air ( cc ) 200 250 300 350 400 450
Penambahan Air ( cc ) 8 10 12 14 161 18

Berat Isi Modified


Berat tanah + cetakan (gr ) 6100 6050 6250 6250 6500 6500
Berat cetakan ( gr ) 4700 4700 4700 4700 4700 4700
Berat tanah basah ( gr ) 1400 1350 1550 1550 1800 1800
Isi cetakan ( cc ) 948.5 948.5 948.5 948.5 948.5 948.5
Berat isi basah ( gr / cc ) 1.476 1.423 1.634 1.634 1.898 1.898
γx 100
γd=
Berat isikering 100+w 1.476 1.423 1.634 1.634 1.898 1.898
(gr/c)

ZAV 2,28 2,26 2,24 2,25 2,22 2,17

Contoh Perhitungan:
 Berat Tanah Basah = ( Berat tanah + cetakan )- ( Berat cetakan )
= 6100 – 4700
= 1400 gr
1
 Isi Cetakan = 4 .d 2.t
1
= 4 . 10,14 2.11,74
= 948,05 cm3
Berat tan a h basa h 1400
 Berat isi Basah = = =1.476 gr /cc
IsiCetakan 948.05
γx 100 1.61 x 100
 Berat Isi Kering = = =1,185 gr /cc
100+w 100+ 35.9

Kadar Air Modified


Tanah Basah + Cawan (gr) 44,6 42,6 39 35,4 40,9 37,2
Tanah Kering + Cawan (gr) 40,1 37 33 30,4 33,5 28,5
Berat Air (gr) 4,5 5,6 6 5 7,4 8,7
Berat Cawan (gr) 3,9 3,8 3,8 4,2 3,9 4,1
Berat Tanah Kering (gr) 36,2 33,2 29,2 26,2 29,6 24,4
Kadar Air (%) 12,43 16,87 20,55 19,08 25,00 35,66

Contoh Perhitungan:
 Berat Air = ( T.basah + Cawan ) – ( T.Kering + Cawan )
= 44,6 – 40,1
= 4,5 gr
 Berat Tanah Kering = ( Tanah Kering + Cawan ) - ( Cawan )
= 40,1 - 3.9
= 36,2 gr
BeratAir
x100 %
 Kadar Air ( % ) = BeratTanahKering
4,5
= 36,2 x 100 %

= 12,43 %
Perhitungan ZAV
γw
1
w+
ZAV = Gs dengan w = 1 t/m3 dan Gs = 2.645
 Dengan w = 35.44%
1
=
1
0.3544+
ZAV = 2 .645 1.38 t/m3

Grafik hubungan kadar air dan berat isi kering

1.80

1.70

1.60

1.50 1,43

1.40
Berat Isi KeringKg/cm
3)

1.30

1.20
(

1.10
25.00 30.00 35.00 40.00 45.00
1.00
Kadar Air (%)

8. KESIMPULAN

 Tanah tersebut mempunyai kadar air rata-rata sebesar 22 %


 Dari percobaan tersebut didapat berat isi kering (d) maksimum sebesar 1.250 gr/cm3

9. NOTASI & KETERANGAN


 = berat isi basah (gr/cm3)
B1 = berat cetakan dan keping alas ( gr )
B2 = berat cetakan, keping alas dan benda uji ( gr )
V = isi cetakan (gr/cm3)
γd
= berat isi kering (gr/cm3)
w = kadar air (%)
G = berat jenis tanah
γw = Berat Isi Air (gr/cm3)

Anda mungkin juga menyukai