Genosida merupakan satu dari empat pelanggaran HAM berat yang berada dalam yurisdiksi
International Criminal Court. Pelanggaran HAM berat lainnya ialah kejahatan terhadap
kemanusiaan, kejahatan perang, dan kejahatan Agresi.
Menurut Statuta Roma dan Undang-Undang no. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM,
genosida ialah Perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau
memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama
dengan cara membunuh anggota kelompok; mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang
berat terhadap anggota kelompok; menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang menciptakan
kemusnahan secara fisik sebagian atau seluruhnya; melakukan tindakan mencegah kelahiran
dalam kelompok; memindahkan secara paksa anak-anak dalam kelompok ke kelompok lain.[1]
Ada pula istilah genosida budaya yang berarti pembunuhan peradaban dengan melarang
penggunaan bahasa dari suatu kelompok atau suku, mengubah atau menghancurkan sejarahnya
atau menghancurkan simbol-simbol peradabannya.
Contoh genosida
Pembantaian bangsa Kanaan oleh bangsa Yahudi pada milenium pertama sebelum Masehi.
Pembantaian bangsa Helvetia oleh Julius Caesar pada abad ke-1 SM.
Pembantaian suku bangsa Keltik oleh bangsa Anglo-Saxon di Britania dan Irlandia sejak
abad ke-7.
Pembantaian bangsa-bangsa Indian di benua Amerika oleh para penjajah Eropa semenjak
tahun 1492.
Pembantaian bangsa Aborijin Australia oleh Britania Raya semenjak tahun 1788.
Pembantaian Bangsa Armenia oleh beberapa kelompok Turki pada akhir Perang Dunia I.
Pembantaian Orang Yahudi, orang Gipsi (Sinti dan Roma) dan suku bangsa Slavia oleh kaum
Nazi Jerman pada Perang Dunia II.
Pembantaian suku bangsa Jerman di Eropa Timur pada akhir Perang Dunia II oleh suku-suku
bangsa Ceko, Polandia dan Uni Soviet di sebelah timur garis perbatasan Oder-Neisse.
Pembantaian lebih dari dua juta jiwa rakyat oleh rezim Khmer Merah pada akhir tahun 1970-
an.
Pembantaian bangsa Kurdi oleh rezim Saddam Hussein Irak pada tahun 1980-an.
Efraín Rios Montt, diktator Guatemala dari 1982 sampai 1983 telah membunuh 75.000
Indian Maya.
Pembantaian Rwanda, pembantaian suku Hutu dan Tutsi di Rwanda pada tahun 1994 oleh
terutama kaum Hutu.
Pembantaian suku bangsa Bosnia dan Kroasia di Yugoslavia oleh Serbia antara 1991 - 1996.
Salah satunya adalah Pembantaian Srebrenica, kasus pertama di Eropa yang dinyatakan genosida
oleh suatu keputusan hukum.
Pembantaian kaum berkulit hitam di Darfur oleh milisi Janjaweed di Sudan pada 2004
Sila pertama :
Bom Bali I : Contoh kasus penyimpangan pada sila pertama ini adalah aksi terorisme
yang terkenal yang terjadi pada tahun 2002 di Bali. Aksi terorisme yang dijadikan
sebagai peristiwa terorisme terbesar sepanjang sejarah di Indonesia ini terjadi pada 3
peristiwa sekaligus. Membunuh sekitar ratusan orang yang kebanyakan merupakan warga
asing yang sedang berlibur, dan bom bali itu didasarkan pada agama sehingga menyalahi
pancasila.
Sila kedua :
Perbudakan
Memperkerjakan anak di bawah umur
Ketidakadilan dalam bidang ekonomi
Ketikdakadilan karena hutang bagi rakyat kalangan bawah : Salah satu kasus yang
pernah ada dan menjadi salah satu pelangagran dalam sila kedua ini adalah usaha
pemerintah untuk memenuhi kewajuban pemabayaran pajak. Hal ini menimbulkan
ketidakadilan bagi masyarakat terutama yang berasal dari kalangan bawah karena merasa
digenjot untuk membayar dan itu sama saja seperti membuat rakyat kecil mensubsidi
pengusaha kaya yang sekarang mengemplang BLBI. Hal ini menimbulkan ketidakadilan.
Sila ketiga
Menjadi provoator etnis atau suku tertentu OPM (Organisasi Papua Merdeka) :
Organisasi Papua Merdeka ini sudah beridiri sejak tahun 1965 dan bahkan masih berdiri
sampai sekarang. Gerakan ini merupakan salah satu organisasi yang bersikeras untuk
memisahkan Papua Barat dari wilayah NKRI dan ingin merdeka sendiri karena merasa
jika daerah mereka tidak ada hubungannya dengan bangsa Indonesia. Ini termasuk
pelanggaran sila ketiga karena ingin berpisah dari Bangsa Indonesia.
Sila keempat
Sila kelima
Perbedaan kehidupan warga Ibukota dan Papua : Pelanggaran dari sila kelima ini
bisa dilihat dari perbedaan kehidupan anatara masyarakat kota Jakarta dan Papua. Walau
mungkin sama-sama warga Indonesia tetap saja warga Jakarta dan Papua ini berbeda, di
Jakarta semua infrastruktur dibangun merata sedangkan di Papua pembangunan belum
rata dan masih banyak yang menggunakan koteka.
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia atau Komnas HAM adalah sebuah lembaga mandiri di
Indonesia yang kedudukannya setingkat dengan lembaga negara lainnya dengan fungsi
melaksanakan kajian, perlindungan, penelitian, penyuluhan, pemantauan, investigasi, dan
mediasi terhadap persoalan-persoalan hak asasi manusia. Komisi ini berdiri sejak tahun 1993
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993 tentang Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia. Komnas HAM mempunyai kelengkapan yang terdiri dari Sidang Paripurna dan
Subkomisi. Di samping itu, Komnas HAM mempunyai Sekretariat Jenderal sebagai unsur
pelayanan. Ketua Komnas HAM dijabat bergiliran dengan masa jabatan 2,5 tahun. Namun mulai
2013, ketua Komnas HAM dijabat bergiliran dengan masa jabatan satu tahun .
Pada tanggal 7 Juni 1993 Presiden Republik Indonesia saat itu, Soeharto, lewat Keputusan
Presiden No. 50 Tahun 1993, membentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)
dan pada saat yang sama menunjuk pensiunan Ketua Mahkamah Agung RI, Ali Said, untuk
menyusun Komisi tersebut dan memilih para anggotanya. Keputusan Presiden ini merupakan
tindak lanjut dari rekomendasi Lokakarya tentang Hak Asasi Manusia yang diprakarsai
Departemen Luar Negeri RI dan PBB yang diadakan di Jakarta pada 22 Januari 1991.
4.Penetapan kedaulatan rakyat sesuai sila ke 4
5.Kasus pelanggaran HAM di Afrika Selatan (apartheid) diskriminasi antara kulit putih
dan kulit hitam Apartheid (arti dari bahasa Afrikaans: apart memisah, heid sistem atau hukum)
adalah sistem pemisahan ras yang diterapkan oleh pemerintah kulit putih di Afrika Selatan dari
sekitar awal abad ke-20 hingga tahun 1990.
Hukum apartheid dicanangkan pertama kali di Afrika Selatan, yang pada tahun 1930-an dikuasai
oleh dua bangsa kulit putih, koloni Inggris di Cape Town dan Namibia dan para Afrikaner Boer
(Petani Afrikaner) yang mencari emas/keberuntungan di tanah kosong Afrika Selatan bagian
timur atau disebut Transvaal (sekarang kota Pretoria dan Johannesburg).
Setelah Perang Boer selesai, penemuan emas terjadi di beberapa daerah di Afrika Selatan, para
penambang ini tiba-tiba menjadi sangat kaya, dan kemudian sepakat untuk mengakhiri perang di
antara mereka, dan membentuk Persatuan Afrika Selatan.
Melalui kebijaksanaan ini, penduduk Afrika Selatan digolongkan menjadi empat golongan besar,
yaitu kulit putih atau keturunan Eropa, suku bangsa Bantu (salah satu suku bangsa di Afrika
Selatan), orang Asia yang kebanyakan adalah orang Pakistan dan India, dan orang kulit berwarna
atau berdarah campuran, diantaranya kelompok Melayu Cape. Pemisahan suku yang dilakukan
di Afrika Selatan ini mendapat tanggapan dunia internasional. Bahkan Majelis Umum PBB
mengutuk perbuatan itu. Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah tersebut juga
mendapat tanggapan yang serius dari rakyat Afrika Selatan. Di Afrika Selatan sering terjadi
gerakan-gerakan pemberontakan untuk menghapus pemerintahan Apartheid. Gerakan yang
terkenal dilakukan oleh kalangan rakyat kulit hitam Afrika Selatan dipelopori oleh African
National Congress (ANC) yang berada di bawah pimpinan Nelson Mandela. Pada tahun 1961, ia
memimpin aksi rakyat Afrika Selatan untuk tinggal di dalam rumah. Aksi tersebut ditanggapi
oleh pemerintah Apartheid dengan menangkap dan kemudian menjebloskan Mandela ke penjara
Pretoria tahun 1962. Nelson Mandela baru dibebaskan pada tanggal 11 Februari 1990 pada masa
pemerintahan Frederik Willem de Klerk. Pembebasan Nelson Mandela membawa dampak positif
terhadap perjuangan rakyat Afrika Selatan dalam memperjuangkan penghapusan pemerintahan
Apartheid. Pada tanggal 2 Mei 1990 untuk pertama kalinya pemerintahan Afrika Selatan
mengadakan perundingan dengan ANC untuk membuat undang-undang nonrasial. Pada tanggal
7 Juni 1990 Frederik Willem de Klerk menghapuskan Undang-undang Darurat Negara yang
berlaku hampir pada setiap bagian negara Afrika Selatan.
1. Land act, yaitu undang-undang yang melarang orang kulit hitam memiliki "homeland" di luar
wilayah tempat tinggal yang telah ditentukan.
2. Group Areas Act, yaitu undang-undang yang mengatur pemisahan tempat tinggal orang-orang
kulit putih dan kulit hitam.
3. Population Registration Act, yaitu undang-undang yang mewajibkan semua orang kulit hitam
untuk mendaftarkan diri menurut kelompok suku masing-masing.
Dari banyak sekali "homeland" (bahasa Afrikaans: Tuisland) yang dibentuk/ dipisahkan dari
Afrika Selatan yang "putih".Empat menyatakan kemerdekaannya; yaitu negara yang
dikelompokkan menjadi TBVC (Transkei, Bophutatswana, Venda, dan Ciskei) dari suku
bahasanya. Frederik Willem de Klerk adalah orang yang mengakhiri masa suram ini dengan
pidato-pidatonya yang reformatif. Negara Republik Afrika Selatan setelahnya ini akan berdiri
dengan pimpinan demokratis Nelson Mandela yang mempunyai nama alias "Rolitlatla"
(Pengambil Ranting/pencari gara-gara)
Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 (UU No. 17 Tahun 2003) tentang Keuangan Negara
mengatur kekuasaan atas pengelolaan keuangan Negara : Kekuasaan pengelolaan keuangan
negara tersebut:
(a) dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan Wakil Pemerintah
dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan. Menteri Keuangan sebagai pembantu
Presiden dalam bidang keuangan pada hakekatnya adalah Chief Financial Officer (CFO)
Pemerintah Republik Indonesia.
Di lingkungan lembaga negara, yang dimaksud dengan pimpinan lembaga adalah pejabat yang
bertangguing jawab atas pengelolaan keuangan lembaga yang bersangkutan.
(d) tidak termasuk kewenangan dibidang moneter, yang meliputi antara lain mengeluarkan
dan mengedarkan uang, yang diatur dengan undang-undang.
7.Lembaga Keuangan
Lembaga keuangan dalam dunia keuangan bertindak selaku lembaga yang menyediakan jasa
keuangan bagi nasabahnya, di mana pada umumnya lembaga ini diatur oleh regulasi keuangan
dari pemerintah. Bentuk umum dari lembaga keuangan ini adalah termasuk perbankan, building
society (sejenis koperasi di Inggris) , Credit Union, pialang saham, aset manajemen, modal
ventura, koperasi, asuransi, dana pensiun, dan bisnis serupa lainnya.
Di Indonesia lembaga keuangan ini dibagi kedalam 2 kelompok yaitu lembaga keuangan bank
dan lembaga keuangan bukan bank (asuransi, pegadaian, dana pensiun, reksa dana, dan bursa
efek).
Lembaga keuangan (financial institution) dapat didefinisikan sebagai suatu badan usaha yang
aset utamanya berbentuk aset keuangan (financial assets) maupun tagihan-tagihan (claims) yang
dapat berupa saham (stocks), obligasi (bonds) dan pinjaman (loans), daripada berupa aktiva riil
misalnya bangunan, perlengkapan (equipment) dan bahan baku
Secara umum, Lembaga Keuangan sangat diperlukan dalam perekonomian modern karena
fungsinya sebagai mediator antara kelompok masyarakat yang kelebihan dana dan kelompok
masyarakat yang memerlukan dana.
8.Keuangan Negara
Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang,
serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara
berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Menurut Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, pengelolaan keuangan negara
diwujudkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang ditetapkan setiap
tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggungjawab untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam Pasal 23C disebutkan bahwa hal-hal lain mengenai
keuangan negara diatur dengan undang-undang.
Berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 tersebut, saat ini Indonesia telah memiliki
Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Menurut Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, pengelolaan keuangan negara
diwujudkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang ditetapkan setiap
tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggungjawab untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam Pasal 23C disebutkan bahwa hal-hal lain mengenai
keuangan negara diatur dengan undang-undang.
Berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 tersebut, saat ini Indonesia telah memiliki
Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
9.BPK Pasal (23 E,F,G) : Hasil dari kerja BPK diserahkan kepda DRP,DPD,DPRD
BAB VIIIA
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
Pasal 23E
(1) Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu
Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.
(2) Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai dengan kewenangannya.
(3) Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau badan sesuai
dengan undang-undang.
Pasal 23F
(1) Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan oleh Presiden.
(2) Pimpinan Badan Perneriksa Keuangan dipilih dari dan oleh anggota.
Pasal 23G
(1) Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di ibu kota negara dan memiliki perwakilan di
setiap provinsi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pemeriksa Keuangan diatur dengan undang-undang.
11.Kementrian Nomenklatur menteri dalam negeri,menteri luar negeri dan pertahanan negara
1) melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, 2) memajukan
kesejahteraan umum, 3) mencerdaskan kehidupan bangsa, serta4) ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social
16.Kewenagan MPR Ketentuan dalam UUD 1945 (Bab II Pasal 2 dan 3) Pasal 2
(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan
anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut
dengan undangundang.(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali
dalam lima tahun di ibu kota negara.(3) Segala putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat
ditetapkan dengan suara yang terbanyak.
Pasal 7B
(1) Usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diajukan oleh Dewan
Perwakilan Rakyat kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dengan terlebih dahulu
mengajukan permintaan kepada Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili, dan
memutus pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah
melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan,
tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau pendapat bahwa Presiden dan/atau
Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.
Ketentuan itu dilatarbelakangi oleh kehendak untuk melaksanakan prinsip saling mengawasi dan
saling mengimbangi antarlembaga negara (DPR, Presiden, dan MK) serta paham mengenai
negara hukum. Sesuai dengan bidang kekuasaannya, sebagai lembaga perwakilan, DPR
mengusulkan pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya. Usul
pemberhentian itu merupakan pelaksanaan fungsi pengawasan yang dimiliki oleh DPR. MK
menjalankan proses hukum tersebut atas usul pemberhentian tersebut dengan cara memeriksa,
mengadili, dan memutus pendapat DPR.
Di masyarakat terdapat banyak kekuasaan yang berlaku. Kekuasaan disini tidak hanya menunjuk
pada kekuasaan pemerintah, tetapi juga bentuk-bentuk kekuasaan lain yang terdapat di
masyarakat. Salah satu contohnya adalah kekuasaan di perusahaan. Para pengusaha yang tidak
memperdulikan hak-hak buruhnya jelas melanggar hak asasi manusia. Oleh karena itu, setiap
penyalahgunaan kekuasaan mendorong timbulnya pelanggaran HAM.
20.Pasal 11 (hubungan kerja Presiden-DPR) menyatakan perang dan kerja sama Negara lain
Pasal 11
(1) Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat
perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.
(2) Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang
luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara, dan/atau
mengharuskan perubahan atau pembentukan undang-undang harus dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat.
(3) Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan undang-undang.
21.Otonomi Daerah
Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Secara harfiah, otonomi daerah berasal dari kata otonomi dan
daerah. Dalam bahasa Yunani, otonomi berasal dari kata autos dan namos. Autos berarti sendiri
dan namos berarti aturan atau undang-undang, sehingga dapat diartikan sebagai kewenangan
untuk mengatur sendiri atau kewenangan untuk membuat aturan guna mengurus rumah tangga
sendiri. Sedangkan daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas
wilayah.
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dalam NKRI tidak terlepas dari UUD 1945
sebagai sumber hukum tertinggi. Lebih lanjut mengenai Pemerintahan Daerah, diatur
berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pemerintahan Daerah adalah
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi
dan tugas pembantu dengan prisip otonomi yang seluas-luasnya.
Pemerintahan Daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya dengan tujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, pemberdayaan dan peran serta
masyarakat, dan daya saing daerah dalam sistem NKRI. Disisi lain, penyelenggaraan otonomi
daerah harus menjamin keserasian hubungan antara daerah-daerah lain untuk membangun
kerjasama demi meningkatkan kesejahteraan bersama dan mencegah ketimpangan antar daerah.
Pelaksanaan otonomi daerah mengandung prinsip otonom yang seluas-luasnya, artinya, Darah
diberi kewenangan untuk mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan kecuali urusan
Pemerintahan Pusat yang ditetapkan dalam UU No. 32 Tahun 2004.
23.Prinsip Otonomi Daerah
Prinsip otonomi seluas-luasnyaDaerah diberikan kebebasan dalam mengurus serta
mengatur berbagai urusan pemerintahan yang mencakup kewenangan pada semua bidang
pemerintahan, kecuali kebebasan terhadap bidang politik luar negeri, agama, keamanan,
moneter, peradilan, keamanan, serta fiskal nasional. Prinsip otonomi nyataDaerah diberikan
kebebasan dalam menangani berbagai urusan pemerintahan dengan berdasarkan tugas,
wewenang, serta kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi dapat tumbuh, hidup,
berkembang dan sesuai dengan potensi yang ada dan ciri khas daerah. Prinsip otonomi yang
bertanggung jawab Prinsip otonomi yang dalam sistem penyelenggaraannya harus sejalan
dengan tujuan yang ada dan maksud dari pemberian otonomi, yang pada dasarnya guna untuk
memberdayakan daerahnya masing-masing termasuk dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat.
34.Pasal 26 ayat 1 Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
35. pasal 28E ayat 3 Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat .
38. Pasal 31 ayat 1(Pendidikan) “ Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”
39. Pasal 27 ayat 1 “Segala warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.”
40. Pasal 27 ayat 3 “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara”