Anda di halaman 1dari 12

ISSN 2614-283X

EVALUASI ATAS PENERAPAN SENTRALISASI PADA DIREKTORAT


AUDIT KEPABEANAN DAN CUKAI

SHINTA AYU SRI YUNINDHAR1, ARIO SENO NUGROHO2

1
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Jl. By Pass A. Yani , Rawamangun, 13230
2
PKN STAN, Jl. Bintaro Utama Sektor V, Tangerang Selatan, 15222
ario_sn@pknstan.ac.id

INFORMASI ARTIKEL
ABSTRAK:
Tanggal masuk
Direktorat Audit Kepabeanan dan Cukai
[2017-09-19] melakukan suatu perubahan untuk meningkatkan
kinerjanya. Suatu perubahan yang terjadi pada
Revisi tahun 2013 adalah sentralisasi audit. Ini
[2018-02-09] merupakan suatu perubahan yang besar karena
terjadi perubahan pelaksanaan audit dari
desentralisasi menjadi sentralisasi oleh
Tanggal terima Direktorat Audit Kepabeanan dan Cukai. Tujuan
[2018-03-06] penelitian ini adalah untuk mengevaluasi
penerapan sentralisasi dengan menggunakan
ABSTRACT: metode kualitatif. Terdapat tujuh faktor yang
dapat digunakan untuk melakukan evaluasi atas
Since an organization tries to reach the optimum penerapan sentralisasi. Faktor tersebut diperoleh
performance, there is a need for a change to the setelah melakukan wawancara kepada para ahli
organization. Therefore, Directorate Audit of audit kepabeanan dan cukai. Faktor-faktor
Customs and Excise makes a change to optimize its tersebut adalah: nilai temuan audit, jangka waktu
performance. One of the changes occurred in 2013 penyelesaian audit, biaya perjalanan dinas, audit
is audit centralization. This is a major change since coverage ratio, standardisasi kualitas audit,
Directorate Audit of Customs and Excise and pertukaran informasi dan komunikasi internal
Regional Directorate General Customs and Excise tim audit dan antar pegawai, dan kebijakan
offices previously conducted decentralized audit. penentuan objek audit. Hasil penelitian
This paper aims to evaluate the implementation of menunjukkan sentralisasi menunjukkan hasil
centralization policy by using qualitative method. yang memuaskan, lima dari tujuh faktor
Seven factors to evaluate are identified after memberikan hasil positif, sedangkan dua faktor
interviewing customs and excise audit experts. Those (jangka waktu penyelesaian audit dan audit
factors are audit findings, audit accomplishing time, coverage ratio) menunjukkan hasil negatif.
audit cost, audit coverage ratio, standardization of Alasan atas hasil negatif adalah beban utang
audit quality, information dissemination, and audit sebelum masa sentralisasi, kompleksitas
determination of audit object criterion. In general, auditee setelah sentralisasi, dan masalah sumber
the centralization shows a satisfying result, five daya manusia.
factors show positive result, while audit
accomplishing time and audit coverage ratio show Kata Kunci: sentralisasi, audit kepabeanan dan
the negative one. The reasons of the negative results cukai, perubahan organisasi
are the number of unfinished audit task before
centralization period, increasing in auditee
complexity, and human resource capacity problem.

Keywords: centralization, audit customs and excise,


organization changes

14
1. PENDAHULUAN
Lingkungan yang cenderung pengawasan, dalam bentuk audit, dari
berubah secara dinamis mengharuskan yang sebelumnya terdesentralisasi
adanya penyesuaian-penyesuaian yang menjadi sentralisasi.
harus dilakukan oleh organisasi. Perubahan ini dipandang sebagai
Kebutuhan atas penyesuaian tersebut salah satu terobosan dan kebijakan yang
bertujuan agar suatu organisasi dapat dapat memberikan pengawasan secara
bertahan dalam suatu industri. Dengan lebih optimal. Penerapan sentralisasi ini
adanya perubahan organisasi, terdapat dilaksanakan sesuai dengan Instruksi
kemungkinan perubahan pemegang Direktur Jenderal Bea dan Cukai nomor
tanggung jawab dan wewenang dalam INS-04/BC/2013 tanggal 23 Juli 2013.
suatu organisasi dan belum tentu sama Selama ini, audit kepabeanan dan
antara organisasi yang satu dengan yang cukai dilakukan oleh Direktorat Audit
lainnya. David (2011) menyatakan bahwa pada Kantor Pusat Bea dan Cukai dan
There is no optimal organizational Bidang Audit yang berada pada setiap
design or structure for a given Kantor Pelayanan Utama (KPU)/Kantor
strategy or type of organization.
What is appropriate for one Wilayah (Kanwil) Bea dan Cukai.
organization may not be appropriate Masing-masing KPU/Kanwil BC akan
for a similar firm, although menentukan sendiri objek auditnya sesuai
successful firms in a given industry dengan wilayah kerjanya, sementara
do tend to organize themselves in a
similar way. Direktorat Audit menentukan objek audit
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat yang berada di seluruh Indonesia.
disimpulkan bahwa struktur atau desain Dengan adanya sentralisasi,
organisasi yang sama-sama diterapkan perencanaan objek audit akan dilakukan
pada beberapa organisasi belum tentu sepenuhnya oleh Direktorat Audit
memberikan dampak keberhasilan yang Kepabeanan dan Cukai sehingga
sama pada masing-masing organisasi. perencanaan audit dapat dilakukan dengan
Keberhasilan dari perubahan organisasi lebih tepat dan menyeluruh. Atas latar
salah satunya dapat diukur dari kinerja belakang masalah yang telah diuraikan di
pegawai atau organisasi. Prawirodirdjo atas, maka masalah-masalah yang
(2007) menyatakan bahwa “variabel dianalisis dalam penelitian ini yaitu:
perubahan organisasi berpengaruh positif a. Faktor apa yang dapat
dan signifikan terhadap variabel kinerja menggambarkan keberhasilan
pegawai. Artinya perubahan tingkat penerapan sentralisasi pada Direktorat
kinerja pegawai sangat ditentukan oleh Audit?
berhasil atau tidaknya perubahan yang b. Apakah sentralisasi audit memberikan
sedang dilakukan.” efek yang lebih baik bagi kinerja
Perubahan juga dilakukan oleh Direktorat Audit jika dilihat dari
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai penilaian faktor di atas?
(DJBC). DJBC sebagai salah satu
punggawa keuangan negara yang 2. KAJIAN LITERATUR
mempunyai empat tugas pokok: trade A. Perubahan Organisasi
facilitator, community protector, Perubahan organisasi merupakan
industrial assistance, dan revenue salah satu cara suatu organisasi
collector; melakukan perubahan struktur beradaptasi dengan perubahan

15
lingkungannya. David (2011) menyatakan Direktorat Audit Kepabeanan dan Cukai,
bahwa DJBC melakukan perubahan organisasi
The most successful organizations pada Direktorat Audit. Perubahan ini
today continuously adapt to changes berupa perubahan pengalihan kewenangan
in the competitive environment,
which themselves continue to change dalam menetapkan objek audit dan
at an accelerating rate. It is not memusatkan para auditor yang
sufficient today to simply react to sebelumnya berada di KPU/Kanwil BC ke
change. Managers need to anticipate Direktorat Audit (sentralisasi audit).
change and ideally be the creator of
change. Diharapkan dengan kebijakan sentralisasi
audit ini, fungsi pengawasan yang
Seperti yang dikatakan David bahwa dilakukan oleh Direktorat Audit semakin
organisasi yang sukses adalah organisasi baik di masa mendatang yang dapat dilihat
yang secara terus menerus melakukan dengan kinerja organisasinya.
perubahan terhadap lingkungan yang
kompetitif. Prawirodirdjo (2007) B. Sentralisasi dan Desentralisasi
mengutip pernyataan dari Sobirin bahwa Sentralisasi dan desentralisasi selalu
ada dua faktor yang mendorong terjadinya dikaitkan dengan wewenang pengambilan
perubahan, yaitu faktor ekstern seperti keputusan dalam organisasi. Hill dan
perubahan teknologi dan semakin Jones (1995) menyatakan bahwa”
terintegrasinya ekonomi internasional Authority is centralized when managers at
serta faktor intern organisasi yang the upper levels of the organizational
mencakup dua hal pokok yaitu (1) hierarchy retain the authority to make the
perubahan perangkat keras organisasi most important decisions.” Serupa dengan
(hard system tools) atau yang biasa disebut Hill dan Jones, Cummings (1995, 103)
dengan perubahan struktural, yang mendefinisikan sentralisasi sebagai
meliputi perubahan strategi, stuktur kewenangan pengambilan keputusan yang
organisasi dan sistem serta (2) Perubahan didasarkan pada pemimpin atau pusat
perangkat lunak organisasi (soft system organisasi. Sementara desentralisasi
tools) atau perubahan kultural yang didefinisikan oleh Cummings (1995) yaitu
meliputi perubahan perilaku manusia “decentralization implies more autonomy,
dalam organisasi, kebijakan sumber daya whereby authority is vested in those
manusia dan budaya organisasi. further removed from the centre.”
Perubahan organisasi tidak hanya Berdasarkan pengertian yang telah
dilakukan oleh organisasi sektor privat, disebutkan di atas, dapat disimpulkan
tetapi organisasi sektor publik juga perlu bahwa dalam sentralisasi wewenang
melakukannya. Seperti contohnya yaitu pengambilan keputusan dalam organisasi
pada Direktorat Jenderal Pajak dalam ditentukan oleh pemimpin atau pusat
melakukan modernisasi kantor. Dimana organisasi. Dengan otoritas pengambilan
dalam penelitian dari Prawirodirdjo keputusan yang berada pada top level
(2007) yang mengambil studi kasus pada management, sentralisasi memiliki
Kantor Pelayanan Pajak Berbasis kelebihan dibanding dengan
Administrasi Modern di Lingkungan desentralisasi. Kelebihan sentralisasi
Kantor Wilayah Jakarta Khusus, menurut Hill dan Jones (1995)
menemukan bahwa perubahan organisasi menyatakan bahwa dengan sentralisasi
dan budaya organisasi berpengaruh positif koordinasi pengambilan keputusan lebih
dan signifikan terhadap kinerja pegawai. mudah karena ketika setiap manajer pada
Oleh karena pentingnya fungsi seluruh level dapat membuat
pengawasan yang harus dilakukan oleh keputusannya sendiri, perencanaan dan

16
pengendalian akan menjadi sulit. David dilakukan setelah rangkaian proses
(2011) menjabarkan kelebihan dan kepabeanan diselesaikan yang terdiri dari
pre-clearance stage (registrasi importir),
kelemahan dari sentralisasi dalam Tabel 1. clearance stage (sistem penjaluran barang
Atas perbedaan pandangan mana dan Hi-Co Scan), dan post clearance stage
yang lebih baik antara sentralisasi dan (audit di bidang kepabeanan dan cukai).
desentralisasi, Cummings (1995) Menurut World Customs Organization
(2012),
mengutip pernyataan dari Fayol The Post-Clearance Audit (PCA)
menyatakan bahwa “The question of process can be defined as the
centralization or decentralization is structured examination of a
simply a matter of proportion, it is a business’ relevant commercial
systems, sales contracts, financial
matter of finding the optimum degree for and non-financial records, physical
the particular concern”. Lingkungan akan stock and other assets as a means to
terus berubah, sehingga organisasi harus measure and improve compliance.
mencapai keseimbangan baik sentralisasi
Pengertian audit cukai menurut
atau desentralisasi (Cummings, 1995).
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
200/PMK.04/2011 adalah
Tabel 1 Kelebihan dan Kelemahan serangkaian kegiatan pemeriksaan
Sentralisasi laporan keuangan, buku, catatan dan
dokumen yang menjadi bukti dasar
pembukuan, dan dokumen lain yang
berkaitan dengan kegiatan usaha,
termasuk data elektronik, serta surat
yang berkaitan dengan kegiatan di
bidang cukai dan/atau sediaan
barang dalam rangka pelaksanaan
ketentuan perundang-undangan di
bidang cukai.
Berdasarkan pengertian audit
kepabeanan menurut World Customs
Organization (WCO) dan menurut Per-
9/BC/2012 memiliki ketentuan yang sama
dan tujuan yang sama yaitu menguji
kepatuhan auditee terhadap peraturan
perundang-undangan. Sebagai pedoman
dalam melaksanakan tugas, auditor
diharuskan mengacu kepada standar audit
kepabeanan dan cukai yang diatur pada
Per-7/BC/2012. Standar audit kepabeanan
dan cukai terdiri dari standar umum,
standar pelaksanaan, dan standar
pelaporan.

D. Kinerja Direktorat Audit


Sumber: David, Fred R. 2011. Strategic Kinerja merupakan hal yang tidak
Management: Concepts and Cases. 13th ed. New terpisahkan dari aktivitas individu.
Jersey: Pearson Education, Inc . Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
kinerja diartikan sebagai “sesuatu yang
C. Proses Audit Kepabeanan dan Cukai dicapai, prestasi yang diperlihatkan,
World Customs Organization kemampuan kerja”. Sementara menurut
menyebut audit kepabeanan dengan post-
clearance audit karena audit kepabeanan Hunger dan Wheelen (2011) kinerja

17
diartikan sebagai “the end result of (Warta Bea Cukai, 2015), pemusatan dan
activities-the actual outcomes”. Untuk fungsionalisasi auditor yang diharapkan
mengetahui sesuatu yang dicapai, perlu dapat meningkatkan kinerja Direktorat
dilaksanakan evaluasi atas kinerja. David Audit Kepabeanan dan Cukai dalam
(2011) menjelaskan bahwa aktivitas dalam melaksanakan fungsi utamanya yaitu post
mengevaluasi strategi meliputi clearance audit. Seperti penelitian yang
pengukuran kinerja organisasi. Aktivitas dilakukan oleh Baum dan Wally (2003)
ini dapat meliputi membandingkan antara dimana memberikan hasil bahwa
hasil yang diharapkan dengan apa yang sentralisasi dapat meningkatkan kinerja
direncanakan, investigasi penyimpangan perusahaan. Penelitian tersebut juga
dari rencana, mengevaluasi kinerja didukung oleh Kusuma dan Setiaji (2010)
individu, dan memeriksa progress yang yang menyatakan bahwa sentralisasi
terjadi terhadap tujuan yang diharapkan. berpengaruh positif tetapi tidak signifikan
Fanani, Hanif, dan Subroto (2008) terhadap efektivitas kinerja. Hal yang
mengutip pernyataan dari Goldwasser sedikit berbeda dinyatakan oleh Mulder
sebagai berikut: (2014) bahwa struktur interaksi secara
Pencapaian kinerja auditor yang sentralisasi menunjukkan kerentanan yang
lebih baik harus sesuai dengan standar lebih besar pada awal dilakukannya
dan kurun waktu tertentu, yaitu: pekerjaan sehingga berimbas negatif pada
1) kualitas kerja yaitu mutu penyelesaian kinerja kelompok. Namun, seiring
pekerjaan dengan bekerja berdasar dilakukannya pekerjaan dan
pada seluruh kemampuan berkembangnya struktur keputusan
dan keterampilan, serta pengetahuan sentralisasi, efek negatif itu mulai
yang dimiliki oleh auditor; berkurang. Kinerja Direktorat Audit dalam
2) kuantitas kerja yaitu jumlah hasil kerja penelitian ini akan diukur dengan
yang dapat diselesaikan dengan target menggunakan faktor/indikator yang akan
yang menjadi tanggung jawab diperoleh melalui in depth interview
pekerjaan auditor, serta kemampuan dengan beberapa narasumber karena
untuk memanfaatkan sarana dan belum ada formalisasi terkait faktor yang
prasarana penunjang pekerjaan; digunakan untuk menilai keberhasilan
3) ketepatan waktu yaitu ketepatan sentralisasi audit.
penyelesaian pekerjaan sesuai dengan
waktu yang tersedia. F. Hasil Penelitian Sebelumnya
Penulis belum menemukan penelitian
E. Sentralisasi dan Kinerja Direktorat sebelumnya yang dilakukan terhadap
Audit pelaksanaan sentralisasi audit kepabeanan
Sentralisasi pada Direktorat Audit dan cukai.
dilihat sebagai terobosan dan strategi besar
yang dilakukan oleh DJBC dalam 3. METODE PENELITIAN
upayanya untuk mengoptimalkan fungsi
pengawasan1. Dengan fungsi pengawasan A. Pendekatan Penelitian
yang lebih baik, diharapkan pengamanan Dalam penelitian ini penulis akan
penerimaan negara juga dapat berjalan menggunakan penelitian kualitatif.
lebih optimal. Sentralisasi dilakukan untuk Menurut Creswell (2015), penelitian
memperbaiki pemilihan objek audit kualitatif merupakan “metode-metode
untuk mengeksplorasi dan memahami
1
Berdasarkan wawancara dengan narasumber Pengawasan dengan metode zoning telah
diketahui bahwa saat itu sedang dikaji strategi dilaksanakan pada saat ini
pengawasan dengan sentralisasi atau zoning.

18
makna yang –oleh sejumlah individu atau 5) Perwakilan dari Tim Kajian
sekelompok orang- dianggap berasal dari Penguatan Kelembagaan, Tugas, dan
masalah sosial atau kemanusiaan.” Fungsi Audit Kepabeanan dan
B. Objek Penelitian Cukai.
Yang menjadi objek dalam
penelitian ini adalah pelaksanaan Pengumpulan data sekunder dilakukan
sentralisasi pada Direktorat Audit yang pada Direktorat Audit terkait data Laporan
dibatasi pada pihak utama yaitu Direktorat Hasil Audit, data yang berkaitan dengan
Audit dan Bidang Audit di Kanwil/KPU pelaksanaan audit kepabeanan dan cukai,
BC sebelum sentralisasi diterapkan. data lain yang diperlukan oleh penulis
C. Jenis Data setelah melakukan wawancara mendalam,
Jenis data yang akan digunakan dan data yang diperoleh dari studi pustaka
dalam penelitian ini yaitu data primer dan maupun analisis dokumen lainnya, seperti
data sekunder. Data primer diperoleh literatur dan peraturan-peraturan terkait.
dengan melakukan wawancara mendalam
(in depth interview) dengan narasumber E. Metode Pengolahan dan Analisis Data
yang dianggap berhubungan langsung Pengolahan data kualitatif akan
dengan penerapan sentralisasi audit. Data menggunakan Model Miles dan
sekunder yang akan digunakan yaitu data Huberman. Sugiyono (2015) mengutip
laporan hasil Audit (LHA), data yang pernyataan dari Miles dan Huberman
berkaitan dengan pelaksanaan audit menyatakan bahwa “aktivitas dalam
kepabeanan dan cukai, dan data lain yang analisis data, yaitu data reduction, data
akan diperlukan oleh penulis setelah display, dan conclusion
melakukan wawancara mendalam. Data drawing/verification.” Hasil dari
sekunder yang digunakan juga diperoleh wawancara mendalam yang penulis
dari studi pustaka maupun analisis lakukan, akan penulis catat dan kemudian
dokumen lainnya, seperti literatur dan akan penulis reduksi sesuai dengan tujuan
peraturan-peraturan terkait. penulis melakukan penelitian, kemudian
D. Teknik Pengumpulan Data penulis sajikan dalam bentuk naratif atau
Pengumpulan data primer penulis tabel atau diagram atau format lain yang
lakukan dengan melakukan wawancara dapat menggambarkan data. Setelah itu,
mendalam. Wawancara dilakukan kepada penulis akan melakukan analisis melalui
pihak-pihak yang dianggap mengetahui pendekatan deskriptif kualitatif dengan
dan merasakan langsung dampak dari menggunakan triangulasi sumber untuk
pelaksanaan sentralisasi audit. menarik kesimpulan dan sebagai uji
Wawancara dilakukan kepada: reliabilitas dan validitas data yang
1) Pihak terkait yang mengetahui diperoleh.
proses perumusan dan penerapan
sentralisasi audit. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
2) Perwakilan dari Pejabat Struktural
dari Direktorat Audit Kepabeanan A. Analisis Terhadap Faktor-Faktor yang
dan Cukai Dapat Digunakan Untuk Mengukur
3) Perwakilan dari mantan Kepala Penerapan Sentralisasi Audit
Bidang Audit sebagai pihak yang Berdasarkan hasil wawancara yang
merasakan langsung perubahan dari telah dilakukan kepada delapan
desentralisasi menjadi sentralisasi. narasumber terkait faktor-faktor yang
4) Perwakilan dari Pengendali Teknis dapat digunakan untuk mengukur
Audit, Ketua Tim Audit dan Auditor. keberhasilan sentralisasi, penulis

19
melakukan analisis atas faktor yang telah Penjelasan atas faktor-faktor yang
disebutkan. Analisis dilakukan untuk disebutkan pada Tabel 2, akan penulis
mengetahui ketersediaan data dan sampaikan pada paragraf di bawah ini.
kecukupan waktu untuk melakukan 1. Nilai Temuan Audit
evaluasi atas faktor tersebut. Setelah De Angelo (1981) menyatakan
mempertimbangkan keterbatasan data dan kualitas audit yaitu “the market-assessed
waktu, dapat disampaikan bahwa terdapat joint probability that a given auditor will
delapan faktor yang dapat digunakan both (a) discover a breach in the client’s
untuk mengukur keberhasilan sentralisasi accounting system, and (b) report the
audit yang disajikan pada Tabel 2. breach.” Pernyataan tersebut dapat
diartikan bahwa kualitas audit adalah
Tabel 2 Peringkat Faktor untuk kemampuan auditor untuk menemukan
Mengukur Keberhasilan Sentralisasi pelanggaran yang terjadi dalam sistem
Audit akuntansi kliennya dan melaporkan
Jumlah pelanggaran tersebut. Jika dikaitkan
Narasumber dengan kualitas audit kepabeanan dan
Faktor-Faktor yang menyatakan
cukai, auditor Bea dan Cukai harus
untuk Mengukur faktor yang
No. mampu menemukan pelanggaran dan
Keberhasilan diuraikan dapat
Sentralisasi Audit digunakan untuk melaporkan pelanggaran tersebut dalam
mengukur Laporan Hasil Audit yang merupakan
keberhasilan produk dari pelaksanaan audit.
Nilai Temuan Pelanggaran yang dilakukan oleh auditee
1 Audit 6
tersebut disebut dengan temuan audit.
(NTA)
Jangka Waktu Menurut Setiyono (2016), temuan audit
2 Penyelesaian 5 “terdiri dari bea masuk (BM), pajak dalam
Audit (JWPA) rangka impor, dan/atau sanksi administrasi
Biaya Perjalanan berupa denda”.
3 Dinas 5 Berdasarkan Tabel 2, enam dari
(BPD)
delapan narasumber menyebutkan bahwa
Audit Coverage
4
Ratio(ACR)
3 nilai temuan audit merupakan salah satu
Standardisasi faktor yang dapat digunakan untuk
5 Kualitas Audit 3 mengukur keberhasilan sentralisasi audit.
(SKA)
Pertukaran 2. Jangka Waktu Penyelesaian Audit
Informasi dan
Jangka waktu penyelesaian audit
Komunikasi
6 Internal Tim 3 dihitung dari tanggal penugasan yang
Audit dan Antar tertera dalam Surat Tugas sampai dengan
Pegawai (PIKITA tanggal terbitnya Laporan Hasil Audit.
AP) Berdasarkan Per-9/BC/2012, pelaksanaan
Kebijakan audit harus diselesaikan dalam jangka
7 Penentuan Objek 2
Audit (KPOA)
waktu tiga bulan sejak tanggal penugasan
Kriteria Penilaian sebagaimana tercantum dalam Surat
8 dari Inspektorat 1 Tugas atau Surat Perintah. Penyelesaian
Jenderal audit dapat diperpanjang oleh Direktur
Sumber: Diolah dari hasil wawancara Audit dan Direktur Jenderal Bea dan
Cukai.
Menurut hasil wawancara dengan
narasumber, lima dari delapan faktor yang

20
dipilih, jangka waktu penyelesaian audit semakin baik tingkat pengawasan yang
ini menempati urutan kedua setelah nilai dilakukan melalui pelaksanaan audit
temuan audit untuk dapat digunakan kepabeanan dan cukai.
dalam mengukur keberhasilan sentralisasi
audit. 5. Standardisasi Kualitas Audit
“Consistency, for instance, means
3. Biaya Perjalanan Dinas that two auditors auditing the same system
Anggaran biaya perjalanan dinas against identical criteria should come up
yang disusun oleh Direktorat Audit with similar conclusions.” (Karapetrovic
tentunya disesuaikan dengan rencana dan Willborn, 1999). Berdasarkan
jumlah pelaksanaan audit yang akan pernyataan tersebut, konsistensi dalam
dilaksanakan dalam satu tahun. Jumlah pelaksanaan audit kepabeanan dan cukai
pelaksanaan audit ini tentunya yaitu ketika ada dua auditor atau lebih
mempertimbangkan lokasi dari melaksanakan audit pada kasus audit yang
perusahaan yang akan diaudit dan jumlah sama seharusnya memiliki perlakuan yang
tim audit yang akan diturunkan dalam sama pula. Konsistensi ini penting untuk
pelaksanaan audit. Berdasarkan hasil memastikan bahwa tidak ada perbedaan
wawancara yang dilakukan dengan perlakuan untuk kasus yang sama yang
narasumber, tujuan dari penerapan nantinya dapat menyebabkan kritik dari
sentralisasi salah satunya adalah untuk auditee sehingga dapat mengurangi
efisiensi anggaran. Berdasarkan hasil kepercayaan dari auditee kepada tim audit.
wawancara yang dilakukan dengan Untuk memastikan konsistensi
narasumber, dapat disampaikan bahwa tersebut benar-benar dilakukan,
sentralisasi dikatakan berhasil jika terjadi diperlukan pengawasan dari pihak yang
efisiensi anggaran di dalam pelaksanaan lebih mengetahui. Dalam The World Bank
audit kepabeanan dan cukai. (2011) menyatakan bahwa pengendalian
kualitas diaplikasikan pada dua level yaitu
4. Audit Coverage Ratio level kantor atas operasional yang
Sebagai salah satu alat ukur atas dilakukannya dan level kantor atas
efektivitas tingkat pengawasan yang pelaksanaan masing-masing post
dilakukan oleh DJBC dalam hal ini clearance audit.
Direktorat Audit melalui pelaksanaan Untuk menciptakan standardisasi kualitas
kegiatan audit kepabeanan dan cukai, audit, Direktur Audit membentuk Tim
digunakanlah indikator audit coverage Quality Assurance yang terdiri dari dua
ratio. Ukuran ini menjadi Indeks Kinerja tim dimana masing-masing tim terdiri dari
Utama (IKU) dari Direktorat Audit empat Pengawas Mutu Audit dan lima
terutama untuk audit coverage ratio bagi Kepala Seksi baik Kepala Seksi
perusahaan penerima fasilitas kepabeanan Perencanaan, Pelaksanaan, Monitoring
dan cukai. Besarnya audit coverage ratio dan Evaluasi, dan Penjaminan Kualitas.
ini diukur dengan membagi antara jumlah Berdasarkan hasil wawancara yang
pelaksanaan audit pada perusahaan dilakukan, dapat disampaikan bahwa
penerima fasilitas dengan jumlah standardisasi kualitas audit merupakan
keseluruhan perusahaan penerima salah satu faktor yang dapat
fasilitas. Berdasarkan hasil wawancara menggambarkan keberhasilan sentralisasi
yang dilakukan kepada narasumber, audit. Dengan pemusatan tempat kerja
sentralisasi diharapkan dapat para auditor, standardisasi kualitas audit
meningkatkan audit coverage ratio. Jadi, dinilai akan lebih baik.
semakin tinggi audit coverage ratio, maka

21
6. Pertukaran Informasi dan pada Direktorat Audit, Kantor Wilayah
Komunikasi Internal Tim Audit dan atau Kantor Pelayanan Utama dengan
Antar Auditor menggunakan manajemen resiko”.
Pertukaran informasi dan Manajemen risiko ini diperlukan karena
komunikasi menjadi salah satu faktor yang jumlah tim audit yang tidak sebanding
dinilai dapat menggambarkan dengan jumlah keseluruhan objek audit.
keberhasilan sentralisasi audit. Sebelum Ketidakmampuan tim audit untuk
sentralisasi, tim audit tersebar pada 16 melakukan audit pada seluruh objek audit
Kanwil, dua KPU, dan Direktorat Audit. menyebabkan penentuan objek audit
Pertukaran informasi dan komunikasi dipilih berdasarkan perusahaan yang
terkait pelaksanaan audit penting paling berisiko. Berdasarkan hasil
dilakukan untuk mengetahui adanya wawancara dengan narasumber,
informasi-informasi baru. Informasi baru perusahaan yang paling berisiko terutama
tersebut dapat berupa peraturan yang baru dilihat dari data pelanggaran yang
terbit, kasus audit yang timbul, dilakukan oleh perusahaan tersebut. Oleh
penyelesaian atas suatu kasus, dan lain karena pelaksanaan audit yang sudah
sebagainya. Dengan adanya pemusatan tersentralisasi, diharapkan penentuan
tim audit diharapkan dapat meningkatkan objek audit menjadi lebih baik sehingga
kualitas pertukaran informasi dan hasilnya juga lebih baik karena ruang
komunikasi internal dalam tim audit serta lingkup objek audit yang lebih luas tidak
dengan tim audit lainnya. terikat batas wilayah kerja dari
Kanwil/KPU BC.
7. Kebijakan Penentuan Objek Audit
Sebelum pekerjaan lapangan atau 8. Kriteria Penilaian dari Inspektorat
penugasan audit dilakukan, Seksi Jenderal
Perencanaan Audit atau Subdirektorat Berdasarkan pada Nota Kesepakatan
Perencanaan Audit akan memilih antara Inspektorat Jenderal dan Direktorat
beberapa perusahaan untuk menjadi objek Audit, disepakati ada sembilan kriteria
audit. Pemilihan objek audit ini dilakukan yang digunakan oleh Inspektorat Jenderal
berpedoman pada Per-9/BC/2012. untuk menilai kinerja Direktorat Audit.
Proses penentuan objek audit Penilaian dilakukan atas aspek efektivitas,
menjadi sangat penting karena ini efisiensi, dan ekonomi.
merupakan proses awal dalam Berdasarkan analisis atas
pelaksanaan audit. Berdasarkan ketersediaan data, kriteria yang disebutkan
Guidelines for Post-Clearance Audit pada tabel di atas tidak penulis gunakan
(PCA) Volume 1 (2012), penentuan objek seluruhnya untuk melakukan evaluasi atas
audit/targeting biasanya dilakukan oleh penerapan sentralisasi, terutama untuk
tim analisis risiko. Targeting harus data yang ada sebelum sentralisasi.
didasarkan pada penilaian risiko dan
memperhitungkan sumber daya yang B. Evaluasi Terhadap Faktor-Faktor yang
tersedia untuk melakukan audit. Dapat Digunakan Untuk Mengukur
Penentuan objek audit berdasar pada Penerapan Sentralisasi Audit
penilaian risiko juga dinyatakan dalam Atas faktor-faktor yang disampaikan
Per-9/BC/2012 Pasal 5 yang menyebutkan oleh para narasumber, penulis melakukan
bahwa “Penentuan Objek Audit dilakukan evaluasi dengan menilai kondisi sebelum
melalui analisis terhadap data yang terkait dan sesudah pelaksanaan sentralisasi,
kegiatan kepabeanan, cukai, permintaan untuk setiap faktor yang telah
audit dan/atau informasi yang tersedia

22
disampaikan. Ringkasan hasil evaluasi penyebabnya. Adapun faktor
dapat dilihat pada tabel di bawah ini penyebab tersebut yaitu:
Tabel 3 1) Adanya utang audit dari
Ringkasan Hasil Evaluasi sebelum sentralisasi dilakukan.
Sebelum dan Setelah Sentralisasi Audit 2) Beban pekerjaan auditor yang
Faktor yang Sebelum Setelah semakin berat.
Dapat Sentralisasi Sentralisasi 3) Adanya pelimpahan tugas.
Digunakan Audit Audit
4) Objek audit yang lebih besar
dan masalah yang lebih
NTA √
kompleks.
5) Faktor mutasi pegawai.
JWPA √ 6) Adanya ketua tim yang masih
baru.
BPD √ 7) Tipe dan gaya kepemimpinan
ketua auditor.
ACR √ 8) Proses penyerahan data yang
lama oleh auditee.
9) Kendala lokasi dan biaya untuk
SKA √
melakukan konfirmasi kepada
auditee.
PIKITA AP √ 10) Belum terintegrasinya data dari
auditee dengan beberapa
KPOA √ kantor/pabrik.
b. Audit Coverage Ratio
Sumber: Diolah penulis dari Hasil
Berdasarkan penuturan
Perhitungan dan Wawancara
narasumber, audit coverage ratio
setelah sentralisasi seharusnya lebih
1. Atas ketidaksesuaian hasil wawancara
tinggi jika dibandingkan dengan
dengan narasumber dan hasil
sebelum sentralisasi. Namun, dari
pengolahan data, penulis melakukan
hasil pengolahan data,
wawancara untuk mencari tahu
menunjukkan hasil yang tidak
penyebab ketidaksesuaian tersebut.
sesuai dengan penuturan
Adapun hasil wawancara tersebut
narasumber. Oleh karena itu,
yaitu:
penulis melakukan wawancara
a. Jangka Waktu Penyelesaian Audit
kembali untuk mengetahui faktor
dan Tingkat Penyelesaian Audit
penyebabnya. Adapun faktor
Tepat Waktu
penyebab tersebut yaitu kurangnya
Berdasarkan penuturan
sumber daya manusia untuk
narasumber, jangka waktu
melaksanakan audit kepabeanan
penyelesaian audit setelah
dan cukai terutama jumlah ketua
sentralisasi seharusnya lebih cepat
auditor yang masih belum memadai
dan tingkat penyelesaian audit tepat
dan faktor mutasi pegawai.
waktu seharusnya lebih tinggi.
Namun, dari hasil pengolahan data,
5. SIMPULAN DAN SARAN
menunjukkan hasil yang tidak
sesuai dengan penuturan Berdasarkan pembahasan di atas,
narasumber. Oleh karena itu, dapat disimpulkan beberapa hal terkait
penulis melakukan wawancara penerapan sentralisasi audit oleh
kembali untuk mengetahui faktor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

23
Faktor-Faktor yang Dapat Digunakan Berdasarkan hasil wawancara
Untuk Mengukur Keberhasilan kembali kepada narasumber atas hasil
Sentralisasi Audit adalah: yang mengalami penurunan, diperoleh
1. Nilai Temuan Audit informasi rasionalisasi atas hasil yang
2. Jangka Waktu Penyelesaian Audit negatif. Alasan hasil yang negatif secara
3. Biaya Perjalanan Dinas garis besar terbagi atas beban utang audit
4. Audit Coverage Ratio sebelum masa sentralisasi, kompleksitas
5. Standardisasi Kualitas Audit auditee setelah sentralisasi, dan masalah
6. Pertukaran Informasi dan Komunikasi sumber daya manusia.
Internal Tim Audit dan Antar Pegawai Sentralisasi audit secara garis besar
7. Kebijakan Penentuan Objek Audit. telah memberikan hasil yang lebih baik,
Dari hasil evaluasi atas ketujuh jika dibandingkan dengan masa
faktor di atas, diperoleh hasil bahwa lima sebelumnya. Akan tetapi, Direktorat Audit
dari tujuh faktor menunjukkan perbaikan Kepabeanan dan Cukai perlu terus
setelah sentralisasi (faktor satu, tiga, lima, memperbaiki diri, terutama terkait dengan
enam, dan tujuh), sedangkan faktor kedua faktor-faktor yang masih memperoleh
dan keempat menunjukkan penurunan hasil negatif jika dibandingkan dengan
hasil. kondisi sebelum sentralisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Sumber Lain Struktur Audit, Konflik Peran, dan


Baum, J. Robert, and Stefan Wally. 2003. Ketidakjelasan Peran terhadap
Strategic Decision Speed and Firm Kinerja Auditor. Jurnal Akuntansi
Performance. Strategic dan Keuangan Indonesia, Vol. 5,
Management Journal. 24: 1107- No. 2: 139-155.
1129. Hill, Charles W. L. and Gareth R. Jones
Cummings, Stephen. 1995. Centralization 1995. Strategic Management an
and Decentralization: The Never- Integrated Approach. 3rd ed. USA:
Ending Story of Separation and Houghton Mifflin Company.
Betrayal. Scand. J. Mgmt, Vol. 11, Hunger, J. David, and Thomas L.
No. 2: 103-117. Wheelen. 2011. Essentials of
Creswell, John W. 2015. Research Design Strategic Management. Ed 5th.
Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, New Jersey: Pearson Education
dan Mixed. Edisi Ke-3. Inc.
Penerjemah: Achmad Fawaid. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kbbi.web.id/kinerja diakses pada
David, Fred R. 2011. Strategic 26 September 2016 pukul 19.03
Management: Concepts and Cases. Karapetrovic, Stanislav and Walter
13th ed. New Jersey: Pearson Willborn. 2000. Quality Assurance
Education, Inc. and Effectiveness of Audit
DeAngelo, Linda Elizabeth. 1981. Auditor Systems. International Journal of
Size and Audit Quality. Journal of Quality & Reliability Management
Accounting and Economics 3:183- Vol. 17, No. 6: 679-703.
199. Kusuma, Imam Wilia dan Bambang
Setiaji. 2010. Pengaruh
Fanani, Zaenal, Rheny Afriana Hanif dan Sentralisasi, Pengendalian, dan
Bambang Subroto. 2008. Pengaruh Sistem Akuntansi Manajemen

24
Terhadap Efektivitas Kineja The World Bank. 2011. Post Clearance
Pengurus Unit Pengelola Kegiatan. Audit: Reference and
DAYA SAING jurnal Ekonomi Implementation Guide.
Manajemen Sumber Daya, Vol. Washington DC: World Bank.
11, No. 2: 77-86. World Customs Organization. 2012.
Mulder, Mauk. 2014. Communication Guidelines for Post-Clearance
Structure, Decision Structure and Audit (PCA). Volume 1:4.
Group Performance. American
Sociological Association, Vol.23 Peraturan
No.1 (Mar 1960):1-14.
Pasaribu, Piter. 2015. Direktorat Audit Peraturan Menteri Keuangan Nomor
Setelah Sentralisasi. Warta Bea 200/PMK.04/2011 tentang Audit
Cukai, Vol. 47, No. 5, Mei 2015. Kepabeanan dan Audit Cukai.
Prawirodirdjo, Arto Suharto. 2007. Peraturan Menteri Keuangan Republik
Analisis Pengaruh Perubahan Indonesai Nomor
Organisasi dan Budaya Organisasi 168/PMK.01/2012 tentang
terhadap Kepuasan dan Kinerja Organisasi dan Tata Kerja Instansi
Pegawai Direktorat Jenderal Pajak Vertikal Direktorat Jenderal Bea
(Penelitian pada Kantor Pelayanan dan Cukai.
Pajak Berbasis Administrasi Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai
Modern di Lingkungan Kantor Nomor PER-7/BC/2012 Tentang
Wilayah Jakarta Khusus. Standar Audit Kepabeanan dan
Semarang. Tesis Magister Audit Cukai.
Manajemen pada Universitas Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai
Diponegoro. Nomor PER-9/BC/2012 Tentang
Setiyono, Teguh. 2016. Pengaruh Nilai Tatalaksana Audit Kepabeanan
Pabean, Kompetensi, Religiusitas, dan Audit Cukai.
dan Kekayaan Auditor Terhadap Instruksi Direktur Jenderal Bea dan Cukai
Nilai Temuan Audit Kepabeanan. Nomor INS-4/BC/2013 tentang
Depok. Tesis Magister Sains Penerapan Sentralisasi Jabatan
Akuntansi pada Universitas Fungsional Pemeriksa Bea dan
Indonesia. Cukai Sub Unsur Audit
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kepabeanan dan Cukai.
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Penerbit Alfabeta.

25

Anda mungkin juga menyukai