Anda di halaman 1dari 26

Wesel tagih (promissory notes atau notes receivable) merupakan klaim perusahaan kepada

pihak ketiga yang didukung janji tertulis untuk membayar dalam jangka waktu tertentu.
Wesel merupakan janji tertulis yang tidak bersyarat, dibuat oleh pihak yang satu untuk pihak
yang lain, ditandatangani oleh pihak pembuatnya, untuk membayar sejumlah uang atas
permintaan atau pada suatu tanggal yang ditetapkan pada masa yang akan datang kepada
pihak yang memerintahkan atau membawanya. Penerbit wesel disebut wesel bayar (notes
payable) karena penerbit berjanji untuk membayar. Sedangkan, penerima wesel disebut wesel
tagih (notes receivable) karena penerima memiliki hak klaim untuk menagih. Janji untuk
membayar ini dituangkan dalam selembar surat berharga yang di dalamnya menyebutkan
tanggal penerbitan, tanggal pembayaran, jumlah nominal, tingkat bunga, pihak yang akan
membayar, dan bank yang ditunjuk untuk melakukan pembayaran.

Wesel tagih biasanya memiliki bunga, walaupun ada beberapa wesel tagih yang tidak
berbunga. Wesel tagih yang tidak berbunga biasanya dijual dengan diskon (lebih rendah dari
nilai nominal) dan pihak penerbit akan menerima uang yang lebih kecil dari jumlah yang
akan dibayarkan di masa depan. Diskon merupakan bentuk bunga yang diterima di muka.
Wesel tagih dapat dijual oleh pemegangnya sebelum jatuh tempo.

Perbedaan obligasi dengan wesel tagih terletak pada keberadaan pasar. Walaupun wesel
tagih dapat diperjualbelikan namun tidak ada pasar seperti halnya jual beli obligasi, sehingga
tidak ada harga pasar kuotasi untuk wesel tagih. Obligasi biasanya diterbitkan dalam jumlah
yang besar, karena diperjualbelikan di pasar modal, maka regulator biasanya mensyaratkan
suatu ketentuan khusus. Sementara untuk wesel tagih tidak ada regulasi khusus karena
dasarnya lebih pada perikatan perjanjian antara pihak penerbit, penerima, dan pembayar.

Wesel tagih dapat diterbitkan untuk membayar penjualan, piutang yang telah jatuh
tempo, atau diterbitkan dalam rangka memperoleh pinjaman. Untuk wesel yang berbunga,
pencatatan akan dilakukan pada saat penerimaan wesel, pengakuan bunga, dan pelunasan
wesel.

Wesel tagih dapat diterima setelah tanggal penerbitan, sehingga untuk wesel tagih
berbunga harus diperhitungkan pendapatan bunga yang seharusnya diterima. Pendapatan
bunga tersebut akan diperhitungkan menambah kas yang harus dibayar pihak penerima. Pada
saat pembayaran bunga, pihak penerima akan menerima pendapatan bunga penuh sesuai
jangka waktu wesel tagih.
PT Sakura menerima wesel tagih dari PT Lily untuk melunasi piutang dagang yang telah
jatuh tempo. Wesel tagih tersebut memiliki nilai nominal Rp30.000.000, bunga 12%. Wesel
tersebut diterbitkan tanggal 1 November 2015 dan jangka waktu 120 hari. Bunga dan pokok
akan dibayarkan pada saat jatuh tempo. Wesel tersebut akan jatuh tempo pada tanggal 29
Februari 2016

Wesel tagih dapat diterbitkan tanpa bunga, namun jika jangka waktu pembayarannya cukup
lama maka pihak penerbit akan mendapatkan jumlah dana yang lebih kecil dari jumlah akan
dibayarkan di masa depan. Jika wesel tagih jangka panjang digunakan untuk membayar
penjualan, maka nilai penjualan tidak dicatat sebesar nilai nominal wesel tersebut namun
dicatat sebesar nilai kini dari pembayaran kas di masa depan. Jika pelunasan atas pendapatan
ditangguhkan maka harus dipisahkan komponen pendapatan dan bunga.

Ilustrasi Transaksi Wesel Tagih

PT Tiara menjual tanah kepada PT Bintang Laut pada 2 Januari 2015. Penjualan itu tidak
dilakukan secara tunai, tetapi untuk pembayarannya PT Bintang Laut menerbitkan wesel
tagih dengan nilai nominal Rp500 juta akan jatuh tempo 5 tahun yang akan datang. Harga
pasar tanah tersebut pada tanggal penjualan, pasti lebih rendah dari Rp500 juta, karena nilai
Rp500 juta telah memperhitungkan jangka waktu pembayaran yang akan dilakukan 5 tahun
yang akan datang. Bunga pasar yang berlaku sebesar 10%. Nilai tanah dalam PT Tiara
tercatat sebesar Rp250.000.000.

Nilai kini wesel tagih mencerminkan nilai wajar tanah tersebut pada tanggal penjualan
adalah: Rp500.000.000 x 0.62092 (PV nz5,iz102) - Rp310.460.000

Diskon atas wesel sebesar Rp500.000.000 - Rp310.460.000 - Rp189.540.000

Keuntungan penjualan tanah sebesar Rp310.460.000 — Rp250.000.000 - Rp60.460.000

pembayaran dapat dilakukan sebesar pokok Rp100 juta tiap tahun ditambah dengan bunga
yang dihitung dari jumlah saldo prutang tersisa. Sehingga pembayaran pertama berjumlah
Rp100 juta ditambah bunga Rp30 juta, total Rp130 juta, pembayaran kedua Rp100 juta 4
Rp20 juta - Rp120 juta, dan tahun ketiga pembayaran Rp100 juta #Rp10 juta - Rp110 juta.
senacenusanganangnnnnaconanacusacansannanan aTacanuangocorannn 2x02 «
sunanunnasunenasausecesenuanaonasa0oraganannen0 necnconasannanananunacnaun

PT Melati menerima wesel tagih dari PT Seruni untuk melunasi penjualan mobil. Harga
pokok penjualan mobil tersebut Rp100 juta. Wesel tagih tersebut memiliki nilai nominal
Rp120.000.000, bunga 12%. Wesel tersebut diterbitkan tanggal 31 Desember 2015 dan
jangka waktu !2 bulan. Pokok akan diangsur selama 12 kali, masing-masing sebesar
Rp10.000.000 ditambah dengan bunga yang dihitung dari pokok yang masih tersisa.
Pembayaran dilakukan setiap akhir bulan.

Pembayaran dapat dilakukan dalam jumlah yang sama. Untuk pembayaran angsuran dengan
cara ini, akan diperhitungkan terlebih dahulu pokok dan angsurannya baru kemudian
ditentukan nilai pembayarannya. Pada saat pembayaran dilakukan, jumlah yang dibayarkan
akan dialokasikan antara pembayaran bunga dan pembayaran pokok. Untuk menghitung
jumlah angsuran, digunakan rumus nilai kini atas pembayaran annuitas (present value
annuity).

Ilustrasi Wesel Tagih dengan Pembayaran Angsuran Tetap

PT Matahari menerima wesel tagih dari PT Edelwais untuk melunasi penjualan mesin sebesar
Rp300.000.000. Harga pokok mesin tersebut Rp250 juta. Wesel tagih tersebut berbunga
12%.. Wesel tersebut diterbitkan tanggal 31 Desember 2015 dan jangka waktu 12 bulan.
Pokok akan diangsur selama 3 kali dengan jumlah angsuran yang sama. Pembayaran
dilakukan setiap akhir tahun.

Transaksi wesel tagih dengan pemberian pinjaman tidak berbeda. Transaksi pemberian kredit
oleh bank atau lembaga keuangan, pencatatannya tidak berbeda secara konsep dengan wesel
tagih. Perbedaan terletak pada nama perkiraan yang digunakan Untuk kredit bank selain
pendapatan bunga, bank terkadang harus mengeluarkan biaya adminitrasi atau membebankan
biaya transaksi kepada nasabah yang meminjam. Biaya transaksi ini harus diperhitungkan
dalam menentukan suku bunga efektif.
Piutang diakui pada laporan posisi keuangan jika entitas tersebut menjadi bagian dalan
kontrak piutang tersebut. Dalam transaksi penjualan/pendapatan, pengakuan piutang
dikaitkan dengan pengakuan pendapatan. Saat perusahaan telah mengakui pendapatannya,
maka perusahaan akan mengakui piutangnya. Dalam transaksi piutang yang dikaitkan dengan
pemberian pinjaman, piutang diakui sesuai ketentuan dalam kontrak pinjaman.

Sesuai dengan PSAK 55, piutang diakui oleh entitas sebesar nilai wajar. Nilar wajar
merupakan harga perolehan atau nilai pertukaran antara kedua belah pihak pada tanggal
transaksi. Nilai pertukaran ini dapat dipengaruhi oleh adanya hubungan relasi, karenanya
piutang dari pihak berelasi perlu diungkapkan secara khusus.

Pada saat perolehan, entitas seharusnya mengukur piutang sebesar nilai kini dari kas
yang akan diterima di masa depan (present value/discounted of future cash flow). Untuk
pengukuran piutang dagang dan piutang usaha, jarang sekali memperhitungkan komponen
bunga dari piutang tersebut. Dalam praktiknya, piutang dagang atau piutang usaha jarang
mempunyai bunga. Jangka waktu antara piutang dan pembayaran relatif pendek sehingga
pendapatan bunga yang diperhitungkan relatif kecil dan tidak material. Misalnya, penjualan
terjadi pada 1 Februari 2015 sebesar Rp1.000.000, pembayaran dilakukan pada tanggal 1
Maret 2015. Jika tingkat suku bunga 6%, maka nilai kininya adalah sebesar Rp995.000, jika
membayarnya lebih cepat lagi, maka nilai kininya akan semakin mendekati Rp1.000.000.

Untuk piutang dagang atau piutang usaha yang secara jelas akan dilunasi dalam jangka
panjang, maka perusahaan harus mencatat piutang sebesar nilai kini dari kas di masa
mendatang. Jika piutang tersebut tidak berbunga, maka akan dihitung dengan menggunakan
tingkat suku bunga pasar pada saat pendapatan tersebut diterima. Akibatnya piutang tidak
dicatat sebesar nilai faktur (invoice), tetapi ada diskon yang diperhitungkan. Diskon ini akan
diamortisasi sampai dengan piutang tersebut dilunasi.

Referensi yang digunakan untuk menentukan tingkat suku bunga pasar adalah suku
bunga yang berlaku untuk piutang serupa di pasar. Dalam praktiknya, sering juga digunakan
tingkat suku bunga risk free ditambah risk premium. Asumsinya jika uang tersebut diterima,
entitas dapat memperoleh return sebesar return yang diharapkan. Kadangkala menggunakan
tingkat bunga jika entitas berutang untuk menambah modal kerja (incremental borrowing
cost). Alasannya jika piutang tersebut dilunasi, maka entitas tidak perlu menambah utang
untuk modal kerja entitas.
Untuk piutang yang memiliki nilai wajar misalnya wesel tagih, entitas dapat
menggunakan nilai wajar pada saat pengukuran awal dan melakukan pengukuran secara
konsisten dengan menggunakan nilai wajar. Sebaliknya, jika entitas tidak memilih
menggunakan nilai wajar pada pengakuan awal, maka pada pengakuan selanjutnya tidak
boleh memilih menggunakan nilai wajar. Keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi
akibat perubahan nilai wajar piutang disajikan dalam laporan laba rugi. Perubahan nilai wajar
tersebut mencerminkan tingkat bunga yang sebenarnya belum tercatat, sehingga dilaporkan
sebagai bagian dari laba rugi.

Biaya Transaksi

Standar mengatur untuk aset keuangan yang tidak diukur dengan nilai wajar (termasuk
piutang), pengukuran awal sebesar nilai wajar ditambah dengan biaya transaksi. Biaya
transaksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh piutang. Untuk piutang dagang
maka biaya transaksi untuk perolehan piutang tidak ada, karena transaksi terkait dengan
penjualan atau pendapatan yang diperoleh perusahaan. Namun untuk piutang dalam bentuk
kredit yang disalurkan perbankan atau lembaga keuangan, akan muncul biaya transaksi untuk
perolehan piutang ini. Nilai biaya transaksi ini dicatat menambah perolehan piutang dan
memengaruhi tingkat suku bunga efektif yang akan dikenakan. Ilustrasi berikut ini
menjelaskan mengenai biaya transaksi terkait piutang.

Bank ABC memberikan pinjaman kepada PT Mawar sebesar Rp30.000.000.000 dengan


tingkat bunga 84. Bunga dibayarkan setiap akhir tahun sebesar bunga dikalikan saldo kredit
dalam kontrak. Kredit tersebut dilunasi seluruhnya pada akhir tahun kelima. Dalam rangka
pemberian pinjaman tersebut, Bank ABC membebankan biaya administrasi kepada PT
Mawar sebesar Rp971.916.000. Dalam perjanjian disepakati bahwa biaya administrasi
tersebut akan mengurangi jumlah pinjaman yang akan diterima oleh PT Mawar.

Biaya transaksi akan diperhitungkan dalam menentukan nilai perolehan piutang, karena di
dalam perjanjian disebutkan mengurangi jumlah pinjaman, maka PT Mawar hanya menerima
pinjaman sebesar Rp29.028.084.000. Biaya transaksi tersebut akan memengaruhi tingkat
suku bunga efektif yang akan digunakan Bank ABC untuk mengakui bunga. Tingkat suku
bunga efektif menjadi lebih besar karena nilai uang yang diberikan lebih kecil, padahal
perusahaan tetap akan memperoleh pembayaran bunga 84 dari nominal pinjaman
Rp30.000.000.000. Tingkat suku bunga efektif dihitung sebesar 9?c. Skedul pembayaran
bunga amortisasi dengan suku bunga efektif dapat dilihat pada tabel di bawah.

Biaya transaksi dalam pemberian pinjaman dapat diperlakukan sebagai pengurangan


pinjaman yang diberikan. Namun dalam situasi lain, biaya administrasi merupakan biaya
yang dikeluarkan secara langsung oleh pemberi kredit. Untuk transaksi tersebut, maka
pinjaman yang diberikan kepada peminjam sebesar nilai nominal pinjaman, namun yang
dicatat oleh pemberi pinjaman adalah pokok pinjaman ditambah biaya yang secara langsung
dikeluarkan.

Bank ABC memberikan pinjaman kepada PT Kantil sebesar Rp400.000.000 dengan tingkat
bunga 10x. Bunga dibayarkan setiap akhir tahun dan pinjaman tersebut dilunasi tiap tahun
sebesar Rp100.000.000 dan bunga yang dihitung berdasarkan saldo kredit yang belum
dibayarkan. Dalam rangka pemberian pinjaman tersebut, Bank ABC mengeluarkan biaya
langsung yang sebesar Rp8.447.550. Biaya tersebut dibayarkan secara tunai oleh Bank ABC.
PT Kantil akan menerima kredit tersebut tanpa dipotong biaya administrasi. Biaya transaksi
akan diperhitungkan dalam menambah nilai perolehan pinjaman. PT Kantil harus menghitung
ulang bunga efektif atas pinjaman tersebut, karena jumlah pokok kredit menjadi meningkat
sebesar Rp408.447.550. Biaya transaksi tersebut akan memengaruhi tingkat suku bunga
efektif yang akan digunakan Bank ABC untuk mengakui bunga. Tingkat suku bunga efektif
menjadi lebih kecil karena pinjaman

yang diberikan lebih besar, padahal perusahaan tetap akan memperoleh pembayaran bunga
10X dari nominal Pinjaman Rp400.000.000. Tingkat suku bunga efektif dihitung sebesar 94.

Diskon Penjualan

Untuk transaksi penjualan, perusahaan seringkali memberikan diskon atau potongan baik
potongan harga maupun kuantitas. Terkadang perusahaan memberikan potongan harga pada
pelanggan pada masa promosi, misalnya hari raya, awal sekolah, dan awal tahun. Potongan
harga seringkali diberikan kepada pelanggan tertentu karena telah lama menjadi pelanggan
atau pelanggan tersebut menjual barangnya kepada pihak lain (grosir). Potongan kuantitas
diberikan dengan memberikan bonus barang pada saat pelanggan membeli dalam jumlah
tertentu. Misalnya pelanggan membeli 10 buah mendapatkan produk sejumlah 11 buah.

Potongan penjualan dalam bentuk harga maupun kuantitas akan memengaruhi pencatatan
pendapatan, namun tidak memengaruhi pencatatan piutang. Piutang akan dicatat sebesar nilai
setelah dikurangi diskon penjualan. Nilai setelah diskon adalah harga wajar dari perolehan
piutang tersebut. Pendapatan akan diakui sebesar nilai setelah potongan/diskon. Untuk
pengakuan pendapatan terkait dengan pemberian hadiah atau bonus produk lain akan
dipelajari lebih lanjut dalam pengakuan pendapatan di Akuntansi Keuangan 2. Perusahaan
biasanya memisahkan antara pencatatan penjualan dan diskon dalam rangka melakukan
evaluasi efektivitas kebijakan diskon yang telah dilakukan.

Diskon dapat juga diberikan dalam potongan penjualan karena pembayaran yang
dilakukan pelanggan lebih cepat dari yang telah dijadwalkan. Dalam kontrak penjualan sering
dinyatakan dalam bentuk 2/10, n/30 artinya akan diberikan diskon penjualan sebesar 2% jika
pelanggan membayar sampai dengan 10 hari dan piutang tersebut harus dilunasi dalam waktu
30 hari.

Diskon penjualan yang dikaitkan dengan pembayaran dapat dicatat dengan menggunakan
dua metode yaitu metode piutang neto (net method) dan metode piutang bruto (gross
methods). Keduanya dapat diterapkan oleh perusahaan. Pilihan metode yang digunakan
tergantung kondisi dan kebiasaan pelanggan. Jika sebagian besar atau seluruh pelanggan
mengambil diskon, maka pencatatan dengan menggunakan metode neto lebih mudah dalam
proses pencatatan.

Dalam pencatatan metode neto, diasumsikan diskon diambil, sehingga ketika mencatat
penjualan dan piutang pada saat terjadi penjualan sudah dikurangi diskon tersebut. Jika
pembayaran dilakukan pada periode diskon, maka piutang dagang dilunasi sebesar nilai
setelah diskon. Namun jika piutang dilunasi di luar periode diskon maka diskon tersebut
menjadi hangus atau tidak dimanfaatkan (sales discount forfeited). Diskon yang tidak
dimanfaatkan ini dimasukkan dalam pendapatan lain-lain. Bahkan ada yang berpendapat
merupakan komponen pendapatan bunga karena dianggap sebagai bentuk pendanaan.

Untuk pencatatan dengan metode bruto, piutang dagang pada saat penjualan sebesar nilai
penjualan sebelum diskon. Jika pelanggan membayar pada periode diskon akan dicatat nilai
diskonnya. Untuk pelanggan yang membayar di luar periode diskon tidak akan ada
pencatatan diskon.

Saat menggunakan metode bruto, nilai penjualan akan disajikan sebesar nilai penjualan
bruto dikurangi dengan nilai diskon penjualan yang terealisasi. Sementara dengan metode
neto, penjualan akan disajikan sebesar nilai setelah diskon baik yang terealisasi maupun
tidak, sedangkan diskon yang hangus akan dilaporkan sebagai pendapatan lain-lain. Nilai
pendapatan sama namun dilaporkan pada tempat yang terpisah jika menggunakan metode
neto. Metode neto secara teori lebih tepat karena menyajikan piutang sebesar nilai yang dapat
ditagih di masa depan.

Pengukuran Setelah Perolehan

Piutang termasuk kategori aset keuangan pinjaman yang diberikan dan piutang. Menurut
PSAK 55 (Revisi 2013), LR diukur berdasarkan biaya perolehan yang diamortisasi dengan
menggunakan suku bunga efektif. Setiap tanggal pelaporan entitas mengevaluasi apakah
terdapat bukti objektif bahwa piutang mengalami penurunan nilai. Jika terjadi penurunan nilai
maka entitas harus melakukan penurunan nilai sesuai dengan ketentuan penurunan nilai untuk
aset keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi.

Untuk bentuk pinjaman yang diberikan, pengukuran setelah tanggal perolehan


membutuhkan perhitungan amortisasi diskon dan premium setiap tanggal pelaporan.
Amortisasi tersebut akan menyesuaikan nilai tercatat piutang, sehingga nilai piutang akan
menunjukkan biaya perolehan yang diamortisasi. Dalam praktiknya, bentuk pinjaman dengan
bunga banyak diberikan oleh entitas perbankan atau lembaga keuangan. Untuk pinjaman di
Entitas bukan lembaga keuangan bentuk ini diberikan dalam bentuk wesel tagih dalam jangka
panjang. Ilustrasi berikut menggambarkan bagaimana perusahaan mencatat piutang sebesar
harga perolehan yang diamortisasi.

PT Kenanga memberikan pinjaman kepada PT Melati sebesar Rp400.000.000. Pinjaman


tersebut diberikan bunga 6? per tahun yang akan dibayarkan setiap akhir tahun. Pinjaman
tersebut dikembalikan dengan dicicil selama 4 tahun masing-masing Rp 100.000.000. Bunga
dikenakan atas saldo pinjaman yang belum dibayarkan berdasarkan tingkat bunga yang
disepakati (6). Pada saat memberikan pinjaman tersebut biaya transaksi yang dapat
diatribusikan langsung pada pinjaman sebesar Rp9.080.990. Biaya tersebut tidak mengurangi
kredit yang diberikan, namun dikeluarkan langsung oleh PT Kenanga.

Jurnal pada saat pemberian pinjaman:

Pinjaman yang Diberikan Rp400.000.000 Kas Rp400.000.000

Jurnal untuk pengeluaran biaya terkait dengan pinjaman yang diberikan:

Pinjaman yang Diberikan Rp9.080.990 Kas Rp9.080.990

Berdasarkan jurnal di atas, pinjaman akan tercatat sebesar 409.080.990 juta karena ada
tambahan kapitalisasi biaya transaksi. Perusahaan harus menghitung tingkat suku bunga
efektif dari pinjaman tersebut. Tingkat suku bunga efektif dihitung dengan mencari tingkat
diskon yang menyamakan present value pembayaran bunga dan pokok dengan nilai pinjaman
sekarang sebesar 409.080.990 juta. Proses untuk menentukan dengan trial atau dengan
program komputer sederhana. Hasil perhitungan menunjukkan suku bunga efektif 55,
sedangkan PT Melati tetap membayar bunga berdasarkan tingkat suku bunga yang ditetapkan
yaitu 64 dikalikan dengan saldo utang yang belum dibayarkan.

Untuk piutang dagang dagang atau usaha, jangka waktu piutang relatif pendek. Piutang
dagang juga tidak ada bunganya. Sehingga jarang diamortisasi. Namun untuk piutang dagang
atau piutang usaha yang jelas-jelas baru akan dilunasi dalam jangka panjang, sehingga bunga
menjadi material untuk diperhitungkan tetap harus disajikan sebesar nilai amortisasi.
Misalkan perusahaan melakukan penjualan kepada perusahaan lain dan baru akan dibayarkan
2 tahun yang akan datang. Maka nilai piutang dan penjualan harus tetap dihitung dengan
menggunakan nilai kini pembayaran yang akan dilakukan 2 tahun yang akan datang.

PT Mitra melakukan penjualan kepada PT Mulia sebesar Rp200.000.000 pada tanggal 2


Januari 2015. Berdasarkan kesepakatan, PT Mulia baru akan membayar piutang ini 2 tahun
yang akan datang. Tingkat bunga pasar untuk piutang sejenis sebesar 54 per tahun. Dengan
nilai kini 596, maka selama 2 tahun piutang tersebut akan dihitung penurunan nilai menjadi
Rp181.405.896

Penurunan Nilai

Konsep Umum Penurunan Nilai

Piutang pada setiap tanggal pelaporan harus dievaluasi apakah terdapat bukti objektif
mengalami penurunan nilai. Jika terdapat bukti objektif maka akan diakui kerugian
penurunan nilai. Bukti objektif terjadi akibat dari satu atau lebih peristiwa setelah pengakuan
awal yang merugikan dan berdampak pada arus kas di masa depan. Peristiwa yang
menyebabkan penurunan nilai meliputi data dan informasi yang dapat diobservasi yang
menjadi perhatian pemegang aset. Beberapa contoh peristiwa yang menyebabkan penurunan
nilai adalah sebagai berikut.

1. Piutang tidak dilunasi pada saat jatuh tempo.


2. Bunga dan pokok tertunggak dalam beberapa kali termin pembayaran.
3. Pihak pemberi pinjaman memberikan kelonggaran akibat kesulitan keuangan yang
dialami pihak peminjam. Kelonggaran diberikan dalam bentuk perpanjangan jangka
waktu pelunasan atau penurunan tingkat suku bunga.
4. Peminjam dinyatakan pailit oleh pengadilan.
5. Memburuknya kondisi ekonomi yang menyebabkan kemampuan membayar pihak
peminjam akan menurun.

Jika terdapat bukti objektif, jumlah kerugian diukur berdasarkan selisih antara nilai
tercatat piutang dengan nilai kini estimasi arus kas masa depan (tidak termasuk kerugian
kredit masa depan dengan yang belum terjadi, bukan estimated loss tetapi incurred loss).
Tingkat diskonto yang digunakan adalah suku bunga efektif yang berlaku pada saat
pengakuan awal dari aset tersebut. Nilai tercatat piutang dikurangi baik secara langsung atau
menggunakan pos cadangan. Kerugian diakui dalam laporan laba rugi.

Untuk piutang dagang, bukti objektif yang dapat diobservasi di antaranya kesulitan
signifikan pelanggan dan tertundanya pembayaran dalam jangka waktu melebihi yang
disepakati. Jika pelanggan terbukti mengalami kesulitan keuangan maka piutang tersebut
tidak dapat dibayar atau dibayar namun waktu pembayarannya lebih lama dari yang
dijanjikan, Untuk piutang dari pelanggan yang terbukti tidak dapat membayar piutang karena
pelanggan tersebut dipailitkan maka entitas harus menghapuskan semua piutang tersebut
karena estimasi arus kas sama dengan nol, kecuali memiliki hak untuk mendapatkan
pembayaran saat likuidasi. Tetapi jika ada jaminan atas piutang tersebut, maka kerugian
hanya diakui sebesar piutang yang tidak ada jaminannya.

Penentuan bukti objektif piutang pertama kali dievaluasi secara individual atas piutang
yang signifikan secara individual. Jika secara individual terdapat bukti objektif, maka
perusahaan harus menghitung arus kas masa depan dari piutang tersebut. Selisihnya akan
diakui sebagai kerugian penurunan nilai. Jika tidak terdapat bukti objektif penurunan nilai
secara individual, maka piutang tersebut akan dimasukkan ke dalam kelompok piutang yang
memiliki risiko kredit yang serupa dan menilai penurunan secara kolektif.

Penilaian secara kolektif didasarkan pada kerugian historis piutang dagang. Untuk
kebutuhan ini, perusahaan harus mendokumentasikan piutang-piutang yang tidak dapat
ditagih untuk keperluan penghitungan penurunan nilai secara kolektif. Perusahaan harus
menyimpan data historis untuk piutang yang tidak dapat ditagih, sehingga dapat menentukan
probabilitasnya.

Penghitungan Penurunan Nilai

Untuk piutang yang signifikan secara individu, penentuan penurunan nilai dihitung secara
individu. Piutang yang tidak mungkin dibayar karena kegiatan operasi pelanggan tersebut
dihentikan atau pailit dan tidak ada pihak lain yang menjamin piutang tersebut, harus
diturunkan nilainya secara keseluruhan. Jumlah penurunan nilai adalah seluruh nilai piutang
tercatat nilai jaminan yang dikuasai oleh perusahaan (jika ada). Jika tidak ada jaminan maka
semua piutang tersebut dihapuskan dan akan diakui oleh perusahaan sebagai beban.

PT Aster memiliki piutang kepada pelanggannya, PT Mutiara, sebesar Rp50.000.000.


Piutang ini diberikan pada I Juni 2010. Pada 15 Desember 2015, PT Aster mendapatkan
informasi bahwa PT Mutiara dipailitkan oleh pengadilan. Piutang ini tidak dijamin, aset PT
Mutiara tidak dapat digunakan untuk membayar utang dagang karena sudah diprioritaskan
untuk membayar utang yang lain.
Dalam menghitung penurunan nitai, piutang PT Mutiara sebesar Rp50.000.000 akan
diturunkan Seluruhnya karena kas di masa datang dari perusahaan ini adalah nol. Untuk
selanjutnya, PT Aster dapat menghapuskan piutang tersebut. Penghapusan piutang dilakukan
dengan mendebit cadangan penurunan nilai piutang.

Untuk piutang yang masih dapat ditagih namun proses pembayarannya terlambat dari
perjanjian piutang yang disepakati maka perhitungan penurunan nilai memperhatikan nilai
kini arus tersebut. Entitas mengestimasi waktu penerimaan kas dari piutang tersebut
kemudian menghitung nilai kini piutang tersebut dengan menggunakan tingkat bunga pasar
Untuk piutang berbunga, misalnya bentuk kredit yang disalurkan bank, menggunakan bunga
efektif pinjaman atau kredit tersebut.

Ilustrasi Penurunan Nilai Piutang Individu .

PT Kenanga melakukan penjualan kredit pada PT Tulip pada I Agustus 21 5 sebesar


Rp20 000 000 Prurang tersebut normalnya dibayarkan sebulan setelah penjualan dilakukan.
Sampa: dengan tanggal 3! Desember 2015 saat PT Kenanga menyusun laporan keuangan.
piutang tersebut belum dibayarkan PT Tulip berjanji akan melunasi piutang tersebut pada
aktur Desember 2017. Bunga pasar sebesar 10X.

Piutang tersebur akan dihitung penurunan nilai sebesar: Rp20 000 000 x 0.82645 (PV
10x,nz2)z Rp16.529 000 Penurunan miai sebesar Rp20 000 000 -Rp16.529 000 - Rp3.471
000. jumlah um akan digabung dengan perhitungan penurunan nilai piutang yang lain dan
penurunan nilai secara kolekuf jika dibuat jurnal sendiri:

Beban Penurunan Nilai Piutang Rp3.471 000 Cadangan Penurunan Nilai Piutang Rp3
471 000

Untuk pinjaman yang diberikan dalam bentuk kredit, kegagalan pembayaran biasanya
diikuti dengan perjanjian restrukturisasi utang. Dalam restrukturisasi utang tersebut akan
dibuat kesepakatan mekanisme pembayaran baru dari pinjaman tersebut. Jika hasil
restrukturisasi menghasilkan nilai kini arus kas di masa depan yang lebih kecil dari nilai
pinjaman tercatat, maka akan terjadi penurunan nilai. Tidak semua transaksi restrukturisasi
menghasilkan penurunan nilai piutang. Beberapa transaksi restrukturisasi justru
menghasilkan arus kas di masa depan yang lebih besar jika restrukturisasi mensyaratkan
denda atau penalti bagi peminjam dan peningkatan suku bunga pinjaman.

IlustrOS! PENUTUNAN TAN UTANG... Pr Kesturi memberikan pinjaman kepada PT


Kenanga sebesar Rp200.000.000 pada 30 Desember 2010.

Pinjaman tersebut diberikan selama 2 tahun, suku bunga 10X dikenakan atas saldo
pinjaman yang belum dilunasi. Pinjaman tersebut akan diangsur dua kali tiap akhir tahun.
Diharapkan pinjaman tersebut dilunasi pada 30 Desember 2016. Namun pada 30 Desember
2015, PT Kenanga tidak membayar angsuran dan bunganya. Diketahui bahwa PT Kenanga
mengalami kesulitan keuangan. Untuk itu dilakukan negosiasi ulang

pinjaman tersebut.

Kasus I Dicapai kesepakatan dengan PT Kesturi, pinjaman akan mulai diangsur pada
tahun 2016 namun tidak ada

penambahan bunga maupun perubahan pokok atas skedul. PT Kenanga mendapat grace
period selama satu

tahun untuk tidak mengangsur dan membayar bunga.

Dalam kasus ketiga, kenaikan suku bunga menyebabkan arus kas di masa mendatang
lebih kecil daripad, hilai kini arus kas berdasarkan skedul lama. Untuk itu tidak terjadi
penurunan nilai.
Dalam sebuah entitas tidak semua piutang yang dimiliki perusahaan signifikan dan tidak
semua piutang yang signifikan mengalami penurunan nilai. Untuk piutang yang tidak
signifikan dan yang signifikan tetapi tidak mengalami penurunan nilai, tetap harus dievaluasi
penurunannya secara kolektif. Ilustrasi berikut ini menggambarkan bagaimana penurunan
nilai secara komprehensif.

PT Mitra memiliki piutang dagang dari beberapa pelanggan pada 3! Desember 2015
sebagai berikut.

PT Dahlia Rp30.000.000 PT Kenanga Rp26.000.000 PT Aster Rp25.000.000 PT Aggrek


Rp15.000.000 PT Kamboja Rp 5.000.000 PT Tulip Rp 3.000.000

Piutang lain tidak signifikan Rp25.000.000

Semua piutang dagang tersebut tidak ada jaminannya. Terdapat informasi bahwa PT
Tulip mengalami kesulitan keuangan serta telah dinyatakan pailit oleh pengadilan dan
perusahaan akan dibubarkan. Piutang kepada PT Anggrek telah berumur 3 bulan. Perjanjian
piutang tersebut menyebutkan bahwa piutang harus dilunasi dalam jangka waktu I bulan.
Perusahaan mengestimasi PT Anggrek baru dapat melunasi utangnya pada 3! Desember
2016. Bunga untuk incremental borrowing perusahaan sebesar 64.

Berdasarkan pengalaman dan data historis tingkat piutang tidak tertagih sebesar 296 dari
nilai piutang.

Untuk piutang PT Tulip, karena terdapat bukti objektif perusahaan pailit, maka arus kas
yang diharapkan di masa mendatang adalah 0, sehingga di-impairment seluruhnya sebesar
Rp3.000.000.
Untuk piutang PT Anggrek, karena baru dibayar setahun yangakan datang,perusahaan
harus memperhitungkan nilai kini dari arus kas di masa mendatang. Nilai kini arus kas
dengan tingkat bunga 65, satu tahun

2 Rp15.000.000 x 0.9434

Rp14.150.943 Nilai piutang tercatat Rp15.000.000 Kerugian penurunan nilai -


Rp849.057

Piutang lain yang tidak signifikan ditambah dengan piutang yang secara individu tidak
mengalami penurunan nilai Rp30.000.000 # Rp26.000.000 # Rp25.000.000 # Rp5.000.000 #
Rp25.000.000 & Rp111.000.000 Penurunan nilai kolektif Rp111.000.000 x 24 - Rp2.220.000

Total penurunan piutang sebesar Rp3.000.000 # Rp849.057 # Rp2.220.000 -


Rp6.069.057

Jurnal yang dibuat oleh perusahaan adalah:

Beban Penurunan Nilai Piutang 6.069.057 Cadangan Penurunan Nilai Piutang 6.069.057

Tingkat penurunan nilai kolektif dihitung berdasarkan data historis beberapa tahun
sebelumnya (3-5 tahun). Ada beberapa teknik untuk menghitung tingkat penurunan nilai
dengan menggunakan analisis statistik, di antaranya adalah metode pembebanan rata-rata
(average charge method) dan metode roll rate.

Average charge-off method, mendasarkan jumlah penurunan nilai berdasarkan data


historis rata-rata tingkat kerugian pinjaman beberapa tahun sebelumnya. Untuk masing-
masing tahun, diperoleh data saldo piutang, jumlah piutang yang dihapuskan, serta jumlah
piutang yang telah dihapuskan namun dapat ditagih. Dihitung jumlah pinjaman neto yang
dihapuskan yaitu pinjaman yang dihapuskan dikurangi pinjaman yang telah dihapuskan
namun dapat ditagih (recovery). Rata-rata kerugian pinjaman tiap tahun dihitung dari
pinjaman neto yang dihapuskan dibagi rata-rata pinjaman untuk masing-masing tahun. Rata-
rata kerugian pinjaman dihitung berdasarkan data lima tahun. Persentase tersebut akan
digunakan untuk menilai kerugian pinjaman secara kolektif. Ilustrasi average chargeoff
method dapat dilihat pada tabel berikut.

Nilai roll rate rata-rata per tahun digunakan untuk menentukan nilai piutang tidak
tertagih untuk masing-masing umur piutang. Caranya dengan mengalikan persentase tidak
tertagih pada periode tersebut dan setelahnya. Untuk persentase penurunan piutang dalam
kelompok current diperoleh dari hasil perkalian roll rate = piutang current*(1-30 hari)*(31-
60 hari)*(61-180 hari)*(181-365 hari)*(>365 hari). Untuk piutang (61-180 hari) hanya
dihitung dari periode tersebut dan setelahnya yaitu = (61-180 hari)*(181 - 365 hari)*(>365
hari). Persentase penurunan tersebut kemudian digunakan untuk menentukan penurunan nilai
piutang secara kolektif.

Dua teknik perhitungan tersebut akan menghasilkan beban penurunan piutang kolektif
dalam satu periode. Nilai tersebut akan ditambahkan dengan beban penurunan piutang
individu yang mengalami penurunan nilai untuk mendapatkan total beban penurunan nilai
dalam satu periode. Jika menggunakan metode cadangan, perhitungan penurunan nilai dan
cadangan terlihat berikut ini.

Cadangan penurunan nilai awal periode XXXXX

Beban penurunan nilai periode tersebut (hasil perhitungan) XXX

Piutang yang dihapuskan (individu dan kolektif) (ooox)

Piutang recovery (yang sudah dihapuskan tertagih) KKKKK LOL

Cadangan penurunan nilai akhir periode


Teknik penurunan piutang menurut PSAK 55 (Revisi 2013) berbeda dengan PSAK
sebelumnya maupun US-GAAP yang mendasarkan pada estimasi piutang tidak tertagih.
Konsep penyisihan piutang dilakukan karena perusahaan dalam laporan keuangah harus
menyajikan piutang sebesar jumlah yang dapat direalisasi. Untuk itu diperlukan estimasi
jumlah yang tidak dapat ditagih di masa depan, sehingga konsep yang mendasarinya adalah
estimasi. Ada dua metode estimasi yang digunakan yaitu estimasi yang didasarkan pada nilai
piutang dan nilai penjualan.

Metode berdasarkan penjualan menghitung jumlah beban piutang tak tertagih dari
penjualan periode tersebut. Nilai penyisihan piutang akhir periode dihitung dari penyisihan
piutang awal periode ditambah penyisihan piutang periode tersebut, dikurangi penghapusan
piutang dan ditambah jika ada piutang yang recovery. Metode ini sering disebut income
statement approach, karena dihitung berdasakan item dalam income statement yaitu
penjualan dan nilai yang dihitung adalah beban piutang tak tertagih periode tersebut.

Metode berdasarkan nilai piutang menggunakan pendekatan neraca (balance sheet


approach) karena perhitungan menggunakan nilai piutang dan jumlah yang dihitung adalah
nilai penyisihan piutang pada akhir periode. Metode ini menghitung berapa jumlah
penyisihan piutang dari saldo piutang akhir periode, beban penyisihan akan ditambahkan atau
dikurangkan untuk mendapatkan saldo penyisihan piutang yang diinginkan. Untuk
menghitung penyisihan dapat menggunakan rate tunggal atau berdasarkan rate beragam
sesuai dengan umur atau karakteristik piutang. Piutang diklasifikasikan berdasarkan jangka
waktu, untuk masing-masing kelompok diestimasi nilai penyisihannya untuk mendapatkan
total penyisihan piutang.

Kedua metode tersebut tidak diperkenankan lagi menurut PSAK 55 (Revisi 2013).
Standar tidak menjelaskan dibolehkannya perhitungan penurunan nilai piutang berdasarkan
nilai penjualan. Untuk metode perhitungan berdasarkan piutang, sebenarnya secara konsep
teknik menghitung dapat tetap digunakan terutama untuk menghitung penurunan nilai piutang
secara kolektif. Hanya dasar untuk menentukan persentase tidak tertagih harus didasarkan
pada data historis karena PSAK menggunakan incurred model bukan estimated model.

Jurnal Penurunan Nilai


Penurunan nilai akan dicatat mengurangi nilai piutang atau pinjaman. Ada dua metode
untuk mencatat jurnal penurunan nilai yaitu metode penghapusan langsung (direct write off
method) dan metode pencadangan (allowance method). Untuk metode penghapusan
langsung, piutang yang diturunkan nilainya langsung dihapuskan tanpa dibuat akun cadangan
penurunan nilai. Standar menyebutkan kedua metode tersebut dapat digunakan oleh entitas.

Walaupun kedua metode tersebut dibolehkan Standar, metode penghapusan langsung


memiliki pengendalian yang kurang baik. Entitas sulit memonitor jumlah piutang yang telah
diturunkan sebelumnya. Jika di kemudian hari piutang tersebut dapat dipulihkan, entitas tidak
memiliki rekam jejak jumlah penurunan nilai yang telah dilakukan untuk melakukan
penyesuaian pada periode setelahnya. Metode ini juga sulit diterapkan untuk penurunan nilai
dengan menggunakan metode kolektif, karena tanpa akun cadangan, kredit piutang tidak jelas
akan mengurangi nilai piutang dari debitur yang mana, disebabkan nilai piutang merupakan
penjumlahan dari piutang semua debitur entitas.

Metode penyisihan (allowance method) lebih tepat digunakan dalam mencatat penurunan
nilai. Pada saat perusahaan mengakui beban penurunan nilai piutang atau pinjaman, akan
didebit akun cadangan penurunan nilai (allowance for impairment). Perusahaan dapat
menghapuskan piutang yang benar-benar tidak dapat ditagih dengan mengkredit piutang
tersebut dan mendebit akun cadangan penurunan nilai. Nilai cadangan penurunan nilai pada
akhir periode merupakan rekonsiliasi dari cadangan penurunan nilai pada awal periode,
koreksi pada periode sebelumya (jika ada), penambahan penurunan nilai pada periode
berjalan, pengurangan karena penghapusan piutang, dan penambahan karena recovery
pelunasan piutang dari piutang yang telah dihapuskan.

Penggunaan istilah cadangan atau penyisihan untuk menggambarkan allowance


sebenarnya sama. Istilah beban penurunan piutang digunakan menggantikan beban piutang
tak tertagih, agar terjadi perubahan istilah sesuai dengan standar, penurunan nilai atau
impairment loss. Penggunaan istilah piutang tak tertagih dan penyisihan piutang, tetap dapat
digunakan untuk menggambarkan penurunan nilai ini.

Penghentian Pengakuan

Penghentian pengakuan (derecognition) akan menyebabkan nilai piutang dan pinjaman tidak
lagi dicatat dalam laporan keuangan. Secara sederhana, penghentian pengakuan akan terjadi
ketika kontrak tersebut berakhir dan dipenuhi. Untuk piutang atau pinjaman penghentian
pengakuan baik seluruhnya atau sebagian, terjadi pada saat piutang tersebut dilunasi. Kontrak
piutang terkait dengan memberikan kas di masa mendatang, ketika kas tersebut telah
dipenuhi seluruhnya maka klaim terhadap pihak lain menjadi tidak ada lagi.

PSAK 55 secara spesifik menyebutkan, entitas menghentikan pengakuan aset keuangan,


jika dan hanya jika:

1. Hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut berakhir atau;
2. Entitas mentransfer aset keuangan yang memenuhi kriteria penghentian pengakuan.

Transfer aset keuangan adalah transfer hak kontraktual penerimaan kas dari aset
keuangan atau tetap memiliki hak kontraktual untuk menerima tetapi memiliki kewajiban
untuk membayar arus kas yang diterima tersebut kepada pihak lain. Dalam transfer aset
keuangan, penghentian pengakuan akan dilakukan jika telah terjadi transfer manfaat dan
risiko kepada pihak lain. Jika transfer risiko dan manfaat sulit untuk diidentifikasi, maka
transfer terjadi jika pengendalian atas aset keuangan tersebut telah berpindah kepada pihak
lain dengan alasan sebagai berikut.

1. Perusahaan ingin memperoleh kas lebih cepat dari jangka waktu pelunasan.
2. Perusahaan tidak mau mengurusi penagihan piutang sehingga meminta pihak lain yang
mengelola piutangnya. Perusahaan ingin tetap melakukan penjualan secara kredit untuk
meningkatkan penjualannya, namun tidak mau mengelola piutangnya.
3. Penagihan piutang sulit dilakukan, sehingga perlu usaha khusus untuk melakukannya.
Kegiatan ini sering dilakukan oleh beberapa perusahaan pengelola piutang bermasalah
(debt collector).

Piutang selain dapat ditransfer untuk mendapatkan kas lebih cepat dari tanggal jatuh
tempo, dapat juga digunakan sebagai jaminan untuk memperoleh pinjaman. Ketika sebuah
perusahaan meminjam kepada pihak lain, misalnya kepada bank, biasanya mengharuskan
adanya jaminan. Bentuk jaminan piutang untuk memperoleh pinjaman dapat berbentuk
pengikatan jaminan secara formal ataupun tidak. Jika jaminan tanpa pengikatan formal, maka
piutang tersebut tetap dikelola perusahaan. Untuk jaminan dalam bentuk pengikatan,
mengharuskan piutang dimonitor oleh pihak lain dan setiap pelunasan piutang harus
digunakan untuk melunasi pinjaman. Bentuk penjaminan piutang ini disebut sebagai utang
dengan jaminan (secured borrowing).

PT Teratai pada | Februari 2015, menarik utang dalam bentuk wesel bayar (notes payable)
dari perusahaan pembiayaan PT Dahlia Finance sebesar Rp600.000.000. Untuk itu, PT
Teratai menjaminkan piutang dagang sebesar Rp800.000.000 dari salah satu pelanggannya
yaitu PT Pelangi. Atas utang yang ditarik, PT Dahlia

Finance membebankan biaya administrasi sebesar 296 dari total utang dan bunga sebesar 24
per bulan dari Utang outstanding.

Piutang yang ditransfer kepada pihak lain untuk tujuan mendapatkan kas lebih cepat,
diistilahkan sebagai anjak piutang atau factoring. Perusahaan yang melakukan transaksi anjak
piutang biasanya adalah bank atau lembaga keuangan bukan bank (multifinance). Melalui
transaksi anjak piutang, pihak pemilik piutang dapat memperoleh kas lebih dulu, perusahaan
anjak piutang akan membebankan biaya bunga atau komisi atas penjualan ini. Terdapat pula
bentuk anjak piutang di mana piutang langsung ditangani oleh perusahaan anjak piutang atau
bank, sehingga perusahaan penjual barang seolah melakukan penjualannya secara tunai,
sementara pelanggan membayarnya secara kredit. Penjualan dengan kartu kredit dan bentuk
kredit barang konsumsi menggunakan mekanisme anjak piutang.

Anjak piutang dapat dipisahkan menjadi disclosed dan undisclosed factoring. Disclosed
factoring adalah penyerahan piutang kepada perusahaan anjak piutang dengan sepengetahuan
debitur. Untuk anjak piutang jenis ini, pembayaran piutang saat jatuh tempo akan dialihkan
kepada pihak perusahaan anjak piutang, bukan pada perusahaan yang memiliki piutang.
Undisclosed factoring adalah penyerahan piutang kepada perusahaan anjak piutang tanpa
sepengatahuan debitur atau notifikasi kepada pelanggan. Pembayaran oleh pelanggan akan
dilakukan pada perusahaan yang memiliki piutang bukan pada perusahaan anjak piutang.

Transaksi anjak piutang bermanfaat bagi pemilik piutang karena dapat memanfaatkan
dana lebih cepat, menghemat biaya adminsitrasi penagihan piutang, dan menghindari potensi
kredit macet. Untuk memperoleh manfaat tersebut, pemilik piutang harus membayar biaya
jasa dan bunga kepada perusahaan anjak piutang. Biaya jasa dikenakan sebagai kompensasi
pengelolaan piutang, bunga dikenakan karena perusahaan anjak piutang melakukan
pendanaan awal karena belum menerima uang dari pelanggan. Dalam perekonomian
transaksi anjak piutang menyebabkan terjadinya spesialisasi kegiatan pengelolaan dan
penagihan piutang dari perusahaan yang menjual barang kepada perusahaan anjak piutang.
Spesialisasi ini dapat meningkatkan efisiensi karena perusahaan anjak piutang memiliki
keahlian khusus untuk mengelola piutang, sedangkan penjual fokus pada penjualan dan
produksi barang atau jasa.

Prosedur anjak piutang dapat dilihat dalam Bagan 5.4. Prosedur di atas adalah bentuk
anjak piutang dengan disclosed, bahkan sejak awal perusahaan anjak piutang mengambil
tanggung jawab piutang, sehingga persetujuan kredit dilakukan oleh perusahaan anjak
piutang. Bentuk anjak piutang yang lain, tanggung jawab persetujuan dan pengeloaan piutang
pada awalnya masih di perusahaan baru kemudian dialihkan kepada perusahaan anjak
piutang.

Berdasarkan tanggung jawab setelah piutang tersebut ditransfer, transfer piutang


dibedakan menjadi transfer piutang dengan jaminan (with recourse) dan transfer piutang
tanpa jaminan (without recourse).

Jika perusahaan menjamin piutang tersebut ketika pelanggan tidak membayar piutang
maka transfer piutang tersebut adalah with recourse. Pada transfer without recourse,
perusahaan tidak menjamin jika piutang tersebut tidak dibayar oleh pelanggan. Perusahaan
anjak piutang akan menanggung risiko tidak tertagihnya piutang jika transfer without
recourse.

Untuk transaksi transfer without recourse, akan diberlakukan sebagai penjualan piutang.
Pada transfer tanpa jaminan, perusahaan telah mengalihkan secara substansial semua risiko
dan manfaat atas piutang tersebut kepada perusahaan anjak piutang. Perusahaan akan
melakukan penghapusbukuan piutang, mencatat aset atau utang sebagai alat pertukaran, serta
mengakui keuntungan atau kerugian sebagai dampak dari transaksi ini. Bagan 5.5
menjelaskan akuntansi atas transfer piutang.
PT Kantil pada | Maret 2015, mentransfer piutang dagangnya dari PT Mulia kepada
perusahaan pembiayaan PT Dahlia Finance sebesar Rp400.000.000. PT Kantil tidak
menjamin jika PT Mulia tidak dapat membayar piutang tersebut. Atas transfer piutang ini, PT
Dahlia Finance membebankan biaya (fee) sebesar 54 dan mencadangkan 44 untuk penurunan
nilai piutang.

TKas 364.000.000“ Piutang Dagang 400.000.000 — ” Piutang pada PT Dahlia Finance"


16.000.000 Utang pada PT Kantil 16.000.000 Kerugian Penjualan Piutang " 20.000.000
Pendapatan Keuangan 20.000.000

ko Piutang Dagang 400.000.000 | Kas 364.000.000

“dapat juga menggunakan istilah Due to factor

Pada transfer dengan jaminan, perusahaan belum mengalihkan secara substansial semua
risiko dan manfaat atas piutang tersebut kepada perusahaan anjak piutang. Perusahaan masih
menanggung risiko untuk membayar kepada perusahaan anjak piutang jika pelanggan tidak
melunasi piutang tersebut. Untuk transaksi transfer with recourse, akan diberlakukan sebagai
utang dengan jaminan piutang. Entitas akan tidak menghapusbukukan piutang tersebut, utang
akan diakui akibat perolehan uang dari perusahaan anjak piutang serta mengakui beban bunga
sebagai dampak dari transaksi ini. Transaksi ini dianggap sebagai utang sehingga
konsekuensinya akan muncul beban bunga.

PT Sakura pada 1 Juni 2015, mentransfer piutang dagangnya dari PT Kiara kepada
perusahaan pembiayaan PT Dahlia Finance sebesar Rp500.000.000. PT Sakura tidak
menjamin jika PT Kiara tidak dapit membayar Piutang tersebut Atas transfer piutang ini, PT
Dahlia Finance membebankan biaya (fee Sebesar 276 dan Mencadangkan 594 untuk
penurunan nilai piutang.
Beban bunga atau beban keuangan akan diakui PT Sakura sebagai akibat dari transfe piutang
dengan jaminan. Jika jangka waktu pembayaran yang dilakukan PT Kiara relatif lama maka
biaya bunga harus dialokasikan ke periode yang terkait dengan menggunakan bunga

efektif, nilai kini sebesar piutang dikurangi dengan beban keuangan (kas diterima), nilai kap
masa depan adalah nilai piutang.

Bentuk transakti transfer piutang sangat dipengaruhi oleh bentuk perjanjian amar
perusahaan yang memiliki piutang, perusahaan anjak piutang, dan pelanggan yang melakukan
transaksi penjualan. Bentuk perjanjian tersebut akan menentukan apakah sebenarnya risiko
dan manfaat telah berpindah atau masih berada pada perusahaan yang memiliki piutang,
Karena PSAK menggunakan principles based, pengetahuan atas kontrak transfer piutang dan
professional judgment sangat menentukan bagaimana transaksi akan dicatat.

Penyajian

Piutang dalam laporan posisi keuangan disajikan dalam kelompok aset lancar. Perusahaan
menyajikan piutang dalam beberapa kategori seperti piutang dagang, piutang usaha, dan
piutang lain. Namun ada perusahaan dalam industri khusus yang memiliki klasifikasi
penyajian piutang lebih detail, seperti PT Adhi Karya (lihat ilustrasi sebelumnya) yang
memiliki empat kategori piutang, yaitu tagihan bruto pemberi kerja, piutang usaha, piutang
retensi, dan piutang lain. Pada perusahaan yang bergerak di bidang perbankan, piutang
disajikan dalam kategori kredit atau pinjaman yang diberikan. Sedangkan pada perusahaan
pembiayaan (multifinance), piutang disajikan sebagai piutang pembiayaan konsumen,
pembiayaan anjak piutang, dan piutang leasing.

Nilai piutang disajikan di laporan posisi keuangan setelah dikurangi dengan cadangan
kerugian penurunan nilai. Piutang biasanya disajikan dalam satu baris, tetapi dapat juga
disajikan secara detail subkomponennya. Jika disajikan dalam satu baris, maka
subkomponennya disajikan dalam catatan atas laporan keuangan. Penyajian subkomponen
yang biasa muncul di antaranya adalah piutang pihak berelasi, piutang pihak ketiga, dan
cadangan kerugian piutang yang ditampilkan dalam baris tersendiri (beberapa menambahkan
pada penjelasan akun). Penyajian piutang pihak berelasi mengikuti ketentuan dalam PSAK 7:
Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi.

Dua contoh di atas memberikan gambaran bahwa jenis usaha perusahaan akan memengaruhi
penyajian laporan keuangan. Standar secara spesifik tidak menentukan item apa yang harus
disajikan dalam laporan posisi keuangan. Jika informasi tersebut relevan untuk disajikan
menurut pengguna laporan, karena memiliki karakteristik berbeda dan jumlahnya cukup
material, maka perusahaan akan menyajikan di bagian depan laporan posisi keuangan.
Namun ada beberapa perusahaan tidak menyajikan dalam laporan posisi keuangan dan cukup
membuat pengungkapan dalam catatan atas laporan keuanyan. Pihak regulator atau asosiasi
industri dapat menyusun pedoman akuntansi untuk menyeragamkan jenis penyajian.

Pengungkapan

Pengungkapan piutang dalam laporan keuangan cukup lengkap. Pengungkapan tersebut


terbagi dalam tiga bagian, yaitu pengungkapan kebijakan akuntansi, pengungkapan rincian
piutang yang menjelaskan angka dalam laporan keuangan pokok, serta penjelasan lain yang
material dan signifikan. Secara khusus pengungkapan piutang mengikuti ketentuan dalam
PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian dan PSAK 60: Instrumen Keuangan:
Pengungkapan. Pengungkapan kebijakan akuntansi piutang diletakkan bersamaan dengan
pengungkapan instrumen keuangan. Kebijakan akuntansi yang dijelaskan dalam kebijakan
akuntansi piutang di antaranya adalah:

1. metode pengakuan awal;


2. metode pengukuran setelah perolehan;
3. metode untuk menghitung penurunan nilai;
4. penjelasan mengenai penghapusan piutang.

Pengungkapan kebijakan akuntansi PT Pertamina, Laporan Keuangan 31 Desember 2014

Pinjaman dan Piutang


Pinjaman dan piutang adalah aset keuangan non derivatif dengan pembayaran tetap atau telah
ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif. Aset keuangan ini digolongkan ke
dalam aset lancar kecuali diperkirakan akan jatuh tempo lebih dari 12 bulan setelah akhir
periode pelaporan. Aset keuangan yang disebut terakhir ini diklasifikasikan sebagai aset tidak
lancar,

Pinjaman yang diberikan dan piutang pada awalnya diakui sebesar nilai wajar termasuk biaya
transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dan selanjutnya diukur pada biaya
perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif.

Aset yang dicatat berdasarkan biaya perolehan diamortisasi

Pada setiap akhir periode pelaporan, Grup mengevaluasi apakah terdapat bukti yang objektif
bahwa aset keuangan atau suatu kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai. Aset
keuangan atau kelompok aset keuangan diturunkan nilainya dan kerugian penurunan nilai
terjadi, hanya jika terdapat bukti objektif mengena penurunan nilai tersebut adalah sebagai
akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakus' awal aset tersebut
(“peristiwa yang merugikan”) dan peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pa estimasi
arus kas masa depan atas aset keuangan atau kelompok aset keuangan yang dapat diestimasi
secar Andal.

Untuk perbankan dan lembaga keuangan, jumlah piutang cukup banyak dan beragam,
pengungkapan kebijakan akuntansi relatif lebih detail dan banyak. Perbankan biasanya akan
menjelaskan secara detail kebijakan penurunan nilai yang dilakukan, baik dari cara penentuan
signifikansi maupun cara penghitungan cadangan penurunan nilai untuk piutang secara
kolektif. Penjelasan piutang dalam kebijakan akuntansi dilakukan bersamaan dengan
instrumen keuangan yang lain.

Catatan atas laporan keuangan dalam rincian laporan keuangan dan penjelasan penting
tentang piutang meliputi:

1. Jenis piutang yang dimiliki, misalnya menurut mata uang dan sifat piutang;
2. Rincian piutang yang dilakukan kepada pelanggan dengan jumlah signifikan;
3. Identifikasi piutang yang diklasifikasikan sebagai aset lancar dan aset tidak lancar;
4. Penurunan nilai piutang dan penjelasan penurunan nilai yang dilakukan secara kolektif
maupun individu;
5. Piutang yang digunakan sebagai jaminan;
6. Informasi terkait dengan risiko, yang menjelaskan:
 piutang yang telah jatuh tempo atau mengalami penurunan nilai,
 nilai terbawa dari piutang yang mengalami penurunan nilai yang telah
dinegosiasikan,
 analisis umur piutang atas piutang yang telah jatuh tempo;
7. Nilai wajar piutang;
8. Semua konsentrasi risiko kredit atas piutang.

Anda mungkin juga menyukai