Anda di halaman 1dari 3

Hari Buku Nasional

Dikutip dari Kemendikbud.go.id, Hari Buku Nasional merupakan hasil pemikiran


dari Menteri Pendidikan dari Kabinet Gotong Royong, Abdul Malik Fadjar periode
2001-2004. Dikutip dari bobo.grid.id, tanggal penetapan hari buku nasional
ditetapkan bersamaan dengan perayaan 22 tahun Perpustakaan Nasional.
Perpustakaan Nasional, mulai didirikan pada 17 Mei 1980. Maksud dari tanggal
penetapan itu adalah untuk menunjukkan filosofi bahwa buku sangat erat
kaitannya dengan perpustakaan.

Penetapan Hari Buku Nasional jadi salah satu upaya pemerintah untuk memacu
minat baca masyarakat Indonesia.Rencana itu dilatarbelakangi kondisi bangsa
Indonesia yang ketika itu masih lebih banyak mempertahankan tradisi lisan
dibanding menjawab tuntutan informasi dengan banyak membaca.

Sebelum membahas mengenai minat baca, hal pertama yang harus dilakukan
adalah menghapus angka buta huruf di Indonesia. Nyatanya, di zaman teknologi
serba maju saat ini, masih ada sekitar 1,93% penduduk Indonesia yang buta huruf,
berdasarkan laporan BPS 2020.

Di masa pandemi Covid-19, angka buta huruf di Indonesia mengalami kenaikan.


Terbukti, dari survei BPS 2019, angka buta huruf Indonesia adalah sebanyak
1,78%. Namun, di masa pandemi 2020, ada kenaikan tipis menjadi 1,93%. Artinya,
masih ada sekitar 5.237.053 penduduk Indonesia yang buta huruf, tidak bisa
membaca aksara. Para penduduk buta huruf itu sebagian besar tersebar di enam
provinsi di Indonesia, mencakup Papua (21,9%), Nusa Tenggara Barat (7,46%),
Nusa Tenggara Timur (4,24%), Sulawesi Selatan (4,22%), Sulawesi Barat (3,98%),
dan Kalimantan Barat (3,82%). Berdasarkan data BPS juga, angka buta huruf di
Indonesia, khususnya di wilayah perdesaan dua kali lipat lebih tinggi daripada
perkotaan. Selain itu, untuk jenis kelaminnya, jumlah buta aksara perempuan
lebih tinggi daripada buta huruf laki-laki.
Selain buta aksara, rupanya masyarakat Indonesia juga mengalami buta huruf
fungsional. Laporan bertajuk Indonesia Economic Quarterly June 2018: Learning
More, Growing Faster (PDF) (Hlm 28) menyebutkan bahwa "menurut tes
internasional, lebih dari 55 persen orang Indonesia yang menyelesaikan
pendidikan, mereka secara fungsional buta huruf." Masih dalam laporan yang
sama buta huruf fungsional ini didefinisikan sebagai "mereka bisa, misalnya,
membaca teks, tapi tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar teks
tersebut."

Angka buta huruf fungsional Indonesia ini ditetapkan berdasarkan laporan survei
Programme for International Student Assesment (PISA) dan The Organisation for
Economic Co-operation and Development (OECD). Sebagai misal, dalam laporan
survei PISA 2018, nilai siswa Indonesia masuk ke jajaran terendah untuk
pengukuran kemampuan membaca matematika, dan sains. Pada kategori
kemampuan membaca, Indonesia menempati peringkat ke-6 dari bawah (74)
dengan skor rata-rata 371. Turun dari peringkat 64 pada tahun 2015.

Secara umum masyarakat Saat itu, minat baca di Indonesia masih rendah, yaitu
rata-ratanya hanya sekitar 18.000 judul buku per tahun. Bila dibandingkan, kita
tertinggal sangat jauh dengan Tiongkok. Rata-rata minat baca masyarakat
Tiongkok adalah 140.000 judul buku per tahun. Dengan adanya Hari Buku
Nasional, diharapkan masyarakat jadi lebi suka membaca.

Tingkat literasi di Indonesia masih sangat rendah. Mengutip laman Kementerian


Dalam Negeri, (23/3/2021), Indonesia ada di posisi ke-62 dari 70 negara untuk
masalah tingkat literasi. Posisi ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu
negara dengan tingkat literasi rendah.Survei dilakukan oleh Program for
International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic
Co-operation and Development (OECD) pada 2019. Dikutip dari laman
Kementerian Komunikasi dan Informatika, UNESCO menempatkan Indonesia
sebagai negara terendah kedua untuk tingkat minat baca. Yang berarti, minat
baca masyarakat Indonesia masih rendah.

Dilihat dari data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen,
atau hanya ada 1 dari 1,000 orang Indonesia yang rajin membaca. Berdasarkan
riset lain yang bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked dari Central
Connecticut State University (Maret 2016), Indonesia ada di leringkat ke-60 dari
61 negara untuk masalah minat baca. Posisinya ada di bawah Thailand dan di atas
Bostwana. Melalui Harbuknas ini. Diharapkan dapat mendorong minat baca dan
meningkatkan tingkat literasi Indonesia di dunia.

Hari Buku Nasional juga diharapkan bisa meningkatkan penjualan buku yang
sejalan dengan permintaan buku dari masyarakat. Untuk meningkatkan minat
baca, masyarakat Indonesia harus sadar tentang betapa pentingnya membaca
buku. Dengan membaca buku, masyarakat bisa memiliki wawasan tambahan.
Masyarakat bisa meminjam buku ke perpustakaan umum atau bisa juga
membelinya di toko buku. Dengan meminjam buku ke perpustakaan umum,
masyarakat tidak perlu membeli dan memikirkan tempat untuk penyimpanan
buku.

Sumber :

Kompas.com

Tribunnews.com

Tirto.id

Anda mungkin juga menyukai